SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  9
Télécharger pour lire hors ligne
ANCANGAN METODOLOGI STUDI HUKUM ISLAM

Oleh Imam Amrusi Jailani
(Dosen tetap pada Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya,
lulusan Program Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Abstrak :
Untuk mengungkap dan memaparkan mutiara serta permata yang terkandung dalam
al-Qur’an diperlukan seperangkat alat untuk menggalinya. Begitu pula, untuk membuka gudang
simpanan makna yang tertimbun dalam al-Qur’an, dibutuhkan kunci pembuka. Alat atau kunci dimaksud
tidak lain adalah seperangkat metodologi. Urgensi dari hal tersebut lebih mengarah
pada kemampuan memahami dan mengungkap isi serta mengetahui prinsip-prinsip yang dikandungnya.
Dengan demikian, seseorang tidak boleh memberikan
pemahaman yang semaunya, apalagi sampai beranggapan bahwa pemahaman dirinyalah yang paling benar
dan seolah-olah terkesan mewakili atau penyambung lidah Syâri’.
Seorang mufassir ahli sekalipun hanya boleh mengatakan bahwa itulah pengertian yang paling jauh yang
dapat dipahaminya dari firman-firman Allah itu.
Selama ini sering dijumpai dalam kehidupan, seseorang atau sekelompok orang memberikan penetapan
atau pemahaman hukum Islam tanpa mengindahkan metodologi hukum Islam,
sehingga terkesan penetapan atau pemahamannya asal-asalan.
Oleh karena itu, metodologi, dalam kajian apapun tetap memegang peranan penting.

Kata kunci:
Metodologi, perkembangan, hukum Islam

Pendahuluan
Dalam usianya yang masih bayi,
atmosfir millenium ketiga masih didominasi
oleh trend global berupa atmosfir ilmu
pengetahuan modern yang tidak bisa lepas
dari kehidupan kita. Laksana sebuah mega
power (kekuatan dahsyat), ilmu bisa saja
secara potensial sangat destruktif
atau
konstruktif, tergantung pada the man behind
the gun, bagaimana kita mengelolanya.
Membiarkan ilmu pengetahuan--dengan
setumpuk aplikasinya dalam bentuk
teknologi canggih--berkembang begitu saja
tanpa mengarahan yang sistematis bisa
sangat riskan, mengingat kekuatannya yang

sangat dahsyat. Oleh karena itu, segala
upaya
untuk
menjinakkan
dan
mengadaptasikan kekuatan kolosal ilmu
dengan habitat kultural kehidupan kita,
sehingga berdaya guna secara maksimal,
perlu kita sambut dengan senang hati
sebagai bagian dari tanggung jawab moral
setiap cendekiawan, untuk memberi warna
religius pada kehidupan ini.
Berdasarkan pemaparan di atas,
maka jelaslah bagi kita akan urgensi dan
signifikansi
pengkajian
keislaman,
khususnya mengenai hukum Islam. Wacana
di seputar permasalahan ini menggelinding
begitu deras dan merebak, hingga di dunia
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

Barat sekali pun, dan tidak ketinggalan pula
di negara kita.
Sebenarnya, kajian keislaman di
Nusantara, menurut beberapa peneliti,
sudah mulai berkembang sejak adanya
kontak antara para ulama Nusantara
dengan ulama Arab.1 Animo cendekiawan
Nusantara--khususnya
Indonesia--ini
mendapatkan respon yang amat serius dari
beberapa
peneliti,
sehingga
mereka
menyempatkan dirinya untuk menekuni
risetnya di Indonesia. Di antara mereka
adalah Azyumardi Azra,2 Martin Van
Bruinessen3 dan Karel A. Steenbrink.4
1yaitu

melalui transmisi ide-ide yang dikembangkan oleh
para ulama dari generasi ke generasi. Transmisi tersebut
bergulir seirama dengan perputaran masa, khususnya
melalui
mata
rantai
transmisi
(isnad)
yang
berkesinambungan sejak masa awal Islam, hingga sampai
ke tangan ulama-ulama Nusantara pada Abad XVII.
Penjelasan selengkapnya, lihat F. Gabrieli, “The
Transmission of Learning and Literary Influences to
Western Europe”, dalam P.M. Holt et al. (ed.), The
Cambridge History of Islam,
(Cet. I; Cambridge:
CambridgeUniversity Press, 1970), hlm. 851-889; Jonathan
Berkey, The Transmission of Knowledge in Medieval Cairo: A
Social History of Islamic Education, (Princeton: Princeton
University Press, 1992); Ivor Wilks, “The Transmission of
Islamic Learning in the Western Sudan”, dalam J. Goody
(ed.), Literacy in Traditional Societies,
(Cambridge:
Cambridge University Press: 1968); M.M. Azami, Studies
in Hadith Methodology and Literature, (Indianapolis:
American Trust Publication, 1977); dan On Schacht’s
Origins of Muhammadan Jurisprudence, (New York dan
Riyad: John Wiley & King Saud University, 1985); J.
Schacht, The Origins of Muhammadan Jurisprudence, (Oxford:
Clarendon Press, 1979); dan G.H.A Juynboll, Muslim
Tradition: Studies in Chronology, Provenance, and Authorship
of Early Hadith, (Cambridge: Cambridge University Press,
1983).
2 Adanya transmisi dan koneksi antara ulama-ulama
Nusantara dengan ulama-ulama Timur tengah dipaparkan
secara mendetel oleh Azyumardi Azra dalam bukunya
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaharuan Pemikiran
Islam di Indonesia, (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1998).
3 Martin Van Bruinessen merupakan seorang peneliti
berkebangsaan Belanda yang menggeluti penelitian
tentang kajian keislaman di Indonesia. Di antara bukunya
yang terkenal adalah Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat:
Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, (Cet. III; Bandung: Mizan,

Mengingat adanya kompleksitas
permasalahan di seputar pengkajian hukum
Islam, maka dalam tulisan ini akan dibahas
hal tersebut, dengan batasan masalah di
seputar
pengertian,
ruang
lingkup,
karakteristik, dan sejarah perkembangan
pemikiran hukum Islam.
Pengertian, Ruang Lingkup, dan Ciri-ciri
Pokok Hukum Islam
Hukum
Islam
merupakan
sekumpulan aturan keagamaan yang
mengatur
perilaku
kehidupan
umat
manusia, umat Islam pada khususnya,
dalam keseluruhan aspeknya, baik yang
bersifat individual maupun komunal. Oleh
karena
karakteristiknya
yang
serba
memadai inilah, maka hukun Islam
menempati posisi yang penting dan
strategis dalam perspektif umat Islam.5
Mengingat posisinya yang begitu urgen dan
pokok, maka wajarlah jika kemudian
kalangan intelektual Barat, khususnya yang
menekuni bidang keislaman (hukum Islam),
memberikan penilaian bahwa sangat
mustahil untuk bisa memahami Islam tanpa
memahami hukum Islam.6
Terminologi hukum Islam seringkali
menimbulkan pengertian yang rancu.
Terkadang hal itu dipahami sebagai
1999); dan Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Cet. IV;
Bandung: Mizan, 1996).
4 Karel A. Steenbrink juga seorang peneliti berkebangsaan
Belanda yang menekuni penelitiannya di bidang kajian
keagamaan di Indonesia. Di antara karyanya yang terkenal
adalah Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19,
(Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1984); dan Mencari Tuhan
dengan Kacamata Barat: Kajian Kritis Mengenai Agama di
Indonesia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988).
5Penjelasan selengkapnya mengenai hal tersebut dapat
dilihat dalam Taufiq Adnan Amal, Islam dan Tantangan
Modernitas: Studi Atas Pemikiran Fazlur Rahman, (Bandung:
Mizan, 1994), Cie. V; hlm. 33.
6 Banyak sarjana Barat yang memiliki persepsi bahwa
Islam itu identik dengan hukum Islam. Di antara mereka
adalah Joseph Schacht. Pandangan seperti ini bisa dilihat
dalam karyanya An Introduction to Islamic Law, (Oxfort: The
Clarendon Press, 1971), hlm. 1.

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006

911
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

pengertian
syarî’ah,
terkadang
pula
dipahami sebagai fiqh.
Secara etimologi, syarî’ah bermakna
“jalan ke sumber air” dan tempat orangorang bisa minun”. Sedangkan orang Arab
sendiri menggunakan istilah ini khususnya
dengan “jalan setapak menuju sumber air
yang tetap dan diberi tanda yang jelas,
sehingga tampak oleh mata”. Dengan
pengertian bahasa tersebut, syarî’ah berarti
suatu jalan yang harus dilalui.7 Al-Qur’an
menggunakan kata “syarî’ah” dan kata
yang seakar dengannya dengan pengertian
“al-dîn” (agama), yaitu jalan yang telah
ditentukan oleh Allah untuk umat manusia
atau dengan pengertian jalan yang jelas
yang ditunjukkan oleh Allah kepada umat
manusia.8
Fiqh secara leksikal bermakna
“mengetahui dan memahami sesuatu”.
Dalam pengertian ini, fiqh merupakan
sinonim kata al-fahm (paham).9 Al-Qur’an
sendiri menggunakan kata “fiqh” dalam
pengertian “memahami” dalam arti yang
umum, sebagaimana dalam ungkapannya li
yatafaqqah
fî
al-dîn.
Ayat
tersebut
mengisyaratkan bahwa pada masa nabi,
istilah “fiqh” tidak hanya berlaku untuk
permasalahan hukum saja, melainkan juga
meliputi pemahaman seluruh aspek ajaran
Islam.
Pemberian makna terhadap term
syarî’ah dan fiqh sebagaimana dipaparkan
Ibn Manzūr Jamāl ad-Dīn Muhammad bin Mukarram alAnşāīi, Lisān al-Arab, juz III, (Mesir: Dār al-Mişrīyyah, t.th.),
hlm. 235-238; Ibrāhīm Anis et al., Mu’jām al-Wasīt, juz II,
(Cet. I; Bairut: Dār al-Fikr, t.th.), hlm. 942; ar-Rāghib alAsfihānī, Mufradāt Alfāz al-Qur’an, (Bairut: Dār asSyamsiyyah, 1992), hlm. 819.
8 Baca Al-Qur’an: Q.S. (5): 48 dan Q.S. (45): 18.
9 Majd ad-Dīn Muhammad bin Ya’qūb al-Fairuzā’abadi asSyairāzī, al-Qāmūs al-Muhīt, juz III, (bairut: Dār al-Fikr,
1983), h. 286; Muhammad bin Abī Bakr bin ‘Abd al-Qādir
al-Rāzī, Mukhtar as-Sihhah, (Bairut: Dār al-Fikr, t.th.), hlm.
674. dan Ibn Fāris Abī al-Husain Ahmad bin Zakariyyā,
Mu’jām Maqāyis al-Lughah, juz I, (Cet. I; Bairut: Dār al-Jail,
1991), hlm. 454.
7

912

di atas berimplikasi pada pemahaman
bahwa pada masa nabi syarî’ah merupakan
konsep substansial dari seluruh ajaran
Islam, yang meliputi aspek keyakinan,
moral, dan hukum. Sedangkan fiqh lebih
merupakan upaya pemahaman ajaran Islam
tersebut. Jadi, fiqh cenderung sebagai
konsep fungsional. Konsep yang disebut
terakhir
ini,
pada
perkembangan
selanjutnya melahirkan berbagai disiplin
ilmu keislaman, yang merupakan upaya
pengembangan dan penjabaran konsep
syarî’ah yang substansinya masih bersifat
global. Kemudian fiqh merupakan disiplin
ilmu tersendiri yang melingkupi hukum
Islam, yang kemudian juga melahirkan
ancangan metodologisnya, yakni uşûl al-fiqh.
Dalam perkembangan terakhir fiqh
dipahani oleh kalangan ahli uşûl a-fiqh
sebagai hukum praktis hasil ijtihâd,10
karenanya fiqh identik dengan ijtihâd,
sedang faqîh identik dengan mujtahîd.
Kalangan
fuqaha’
pada
umumnya
mengartikan fiqh sebagai kumpulan hukum
Islam yang mencakup semua aspek hukum
syar’i, baik yang tertuang secara tekstual
maupun hasil penalaran atas teks. Pada sisi
lainnya, di kalangan ahli uşûl al-fiqh, konsep
syarî’ah dipahami dengan pengertian teks
syar’i, yakni sebagai “al-naşş al-muqaddasah”
yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadis
yang tetap, tidak mengalami perubahan.
Hukum
Islam
tidak
hanya
mengambil bagian dalam tatanan hukum di
negara-negara Islam, melainkan juga di
negara non-Islam, termasuk Indonesia.
Indonesia bukan negara Islam, akan tetapi
Indonesia boleh dibilang negaranya orang
Islam
(muslim),
karena
mayoritas
penduduknya beragama Islam. Sejak
dahulu, tepatnya semenjak Islam masuk ke
Nusantara dan menjadi agama rakyat
Lihat Syu’ban Muhammad Ismā’īl, al-Tasyrī’ al-Islāmī,
(Kairo: Maktabah al-Nahdhah, 1985), hlm. 12.
10

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

Melayu, hukum Islam sudah memainkan
peran dalam kancah kehidupan masyarakat
Indonesia. Hal ini bisa dilihat dalam
periode kerajaan Islam awal,11 bahkan
hukum Islam dijadikan sebagai hukum
resmi
kerajaan,
mengikut
kepada
diterapkannya Islam sebagai agama resmi
kerajaan.12 Hingga sekarang, hukum Islam
tetap dapat berperan aktif di tengah-tengah
masyarakat yang berlaku secara normatif
dan yuridis formal.13
Ruang lingkup dari pembahasan
hukum Islam (fiqh) adalah huhum-hukum
yang terkait dengan perbuatan manusia,
khususnya orang-orang mukallaf. Ruang
lingkup
dari
pembahasan
syarî’ah
cakupannya lebih luas, yakni mencakup
seluruh ajaran Islam.14 Sedangkan ruang
lingkup dari metodologi hukum Islam (uşûl
al-fiqh) adalah mengenai dalil-dalil dalam
mengistinbatkan hukum.
Karakteristik hukum Islam, menurut
Zaki al-Yamani, sebagaimana dikutip oleh
Abuddin Nata, identik dengan ciri syari’at
Islam. Ada dua ciri khas, menurut beliau,
yakni; pertama, bahwa syari’at Islam itu
luwes,
dapat
berkembang
untuk
menanggulangi semua persoalan yang
berkembang dan berubah terus; ia sama
sekali berbeda dengan apa yang telah
digambarkan, baik oleh musuh-musuh
Islam,
maupun
oleh
sementara
penganutnya yang menyeleweng atau yang

11Lihat

ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. I; hlm. 12.
12Rachmat
Djatmika, “Sosialisasi Hukum Islam di
Indonesia”, dalam Abdurrahman Wahid et.al, Kontribusi
Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung: Rosdakarya, 1991),
Cet. I; hlm. 230 .
13Lihat Andi Rasdiyanah, Problematika dan Kendala yang
Dihadapi Hukum Islam dalam Upaya Transformasi ke dalam
Hukum Nasional, Makalah pada Seminar dan Reuni I Ikatan
Alumni IAIN Alauddin Komisariat Fakultas Syarî’ah,
Ujung Pandang 1 – 2 Maret, 1996), hlm. 1.
14 Lihat Yūsuf Mūsā, al-Madkhal li Dirasāt al-Fiqh al-Islāmī,
(Kairo: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, t.th.), hlm. 7-10.

kolot dan sempit, yakni bahwa syari’at
Islam itu suatu sistem, agama yang sudah
lapuk dan nanar oleh sebab kelanjutan
usianya. Kedua, bahwa dalam pusaka
perbendaharaan hukum Islam terdapat
dasar-dasar
yang
mantap
untuk
pemecahan-pemecahan
yang
dapat
dilaksanakan secara tepat, dan cermat bagi
persoalan-persoalan yang paling pelik di
masa kini, yang tidak mampu dipecahkan
oleh sistem Barat maupun oleh prinsipprinsip Timur, meskipun sekedar untuk
melunakkannya saja.15
Kajian fiqh merupakan bagian dari
wacana keislaman yang tidak terpisahkan
dari tradisi Islam klasik yang terus bergulir
hingga era digital kini. Dalam arus
dinamika perkembangannya, fikih lebih
dikonotasikan
pada
pemahamanpemahaman al-Qur’an dan Hadis, untuk
merumuskan atau menggali hukum Islam.
Rumusan tersebut melahirkan hal-hal yang
ta’abbudî dan yang ta’aqqulî. Namun amat
disayangkan, pada perjalanan berikutnya
fikih telah dikultuskan, yang kemudian
menjelma menjadi suatu khazanah yang
dipuja
secara
berlebihan,
hingga
mengisyaratkan kesan "mengkristal" dalam
wujud konsep-konsep fikih klasik yang
sudah sekian lama bercokol dalam blantika
deretan wacana yang bergulir. Saking
kuatnya endapan yang mengkristal dalam
bangunan wacana tersebut, menjadikan
diskursus fikih menjelma menjadi sebuah
tembok raksasa yang hampir mustahil
untuk terkuak, dan bahkan hampir keluar
sama sekali dari makna dasarnya sebagai
pemahaman yang absah, dinamis, dan
bebas. Bertolak belakang dari adanya
penyelewengan makna tersebut, maka
Yūsuf al-Qarđâwî lebih setuju jika fikih
dikeluarkan dari maknanya yang asli, yaitu
Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Cet XIII;
Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hlm. 251.
15

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006

913
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

ilmu yang membahas tentang pengambilan
hukum dari naş-naş umum yang dilakukan
oleh para fuqaha’, menjadi sebuah
pemaknaan yang global mengenai segala
sesuatu yang terjadi di tengah-tengah kita
(yang melintas dalam realitas kehidupan)
sebagai bahan kontemplasi dan kajian.
Dalam hal ini, fikih merupakan pemahaman
yang bebas, karena dilahirkan dari proses
rasionalisasi.16
Pemahaman
tersebut,
menurutnya, bertolak dari pembahasaan alQur’an
yang
dalam
penuturannya
menggunakan
kata-kata
yafqahûn,
yatadabbarûn, dan ya’qilûn, yang merujuk
pada pemaknaan yang paralel dan sama,
yaitu memahami.
Akseletasi dunia digital yang begitu
dahsyat seolah-olah melesat jauh ke depan
meninggalkan konsep-konsep klasik, dan
konsep-konsep fikih klasik juga termasuk ke
dalam formulasi ini. Realitas yang terjadi
saat ini seakan-akan tidak bisa terjamah
oleh konsep-konsep fikih klasik. Dengan
demikian, terdapat kesenjangan yang
membatasi antara realitas masa kini dengan
konsep-konsep fikih kalsik. Sementara fikih
klasik
berjalan secara statis tanpa
mengalami pergeseran sedikitpun, pada sisi
lain realitas kehidupan terus berkembang
dan bergulir sebagai konsekuensi logis dari
adanya tuntutan dan kebutuhan zaman
yang terus mengaktual, hingga memaksa
perubahan dan pembaharuan terhadap
konstruksi lama. Pada proporsi seperti
inilah mutlak diperlukan adanya proses
rekonstruksi-dekonstruksi
sebuah
pemikiran, tidak terkecuali fikih yang
dalam keseharian senantiasa bergumul
dengan konteks kehidupan yang selalu
berkembang serta dalam segala aspeknya.
Rekonstruksi-dekonstruksi
lahir bukan
karena
adanya
gugatan
terhadap
Yūsuf al-Qarđawī, Aulawiyāt al-Harakah al-Islāmiyyah fī alMarhalah al-Qādimah, (Mesir: Bank al-Taqwā, 1991), hlm.
22-25.

problematika lama dalam tradisi Islam
klasik, akan tetapi lebih diakibatkan oleh
adanya tuntutan dan kebutuhan zaman
yang tidak boleh tidak harus dilaksanakan
dan diprioritaskan.
Dalam hal ini perlu ditegaskan
bahwa memformat ulang fikih tidak
semudah membalikkan tangan. Banyak hal
yang harus diperhatiakan, karena dalam
upaya ini akan dibenturkan dengan
berbagai persoalan (pilihan), dari mana
harus memulai dan dalam hal apa format
ulang itu harus dilakukan, apakah dalam
hal metodologinya atau materinya, atau
bahkan keduanya. Terlepas dari semua
persoalan itu, menurut salah seorang
penggagas tajdîd al-fiqh (pembaharuan
fikih), Jamāl al-Dīn ‘Aţiyah, yang paling
urgen dari semua itu untuk diprioritaskan
dan amat mendesak untuk direalisasikan
adalah
menggagas
perubahan
atau
perbaikan materi fikih yang sudah sekian
lama dianggap baku karena dibungkus oleh
sakralitas penganutnya.17
Sejalan dengan pandangan di atas,
Yûsuf
al-Qarđâwî
mencoba
untuk
menggagas materi fikih yang dipandang
mampu untuk mengakomudasi tuntutan
dan kebutuhan zaman. Dalam hal ini, beliau
berupaya menyajiakan fikih dalam berbagai
formatnya, seperti Fiqh Taisîr, yakni upaya
mencari format fikih yang mudah dan
modern.
Fiqh
Taisīr
ini
kemudian
berkembang menjadi tiga komponin, yaitu
Fiqh al-Wâqī’ (fikih realitas), Fiqh alMuwâzanât (fikih perimbangan), dan Fiqh
Aulawiyât (fikih prioritas).

Sejarah Ringkas Studi Hukum Islam
Sejarah
dari
timbul
dan
perkembangan studi hukum Islam tidak
akan cukup dibahas dalam satu atau dua

16

914

Lihat Jamāl al-Dīn ‘Aţiyah dan Wahbah Zuhailī, Tajdīd
al-Fiqh al-Islāmī, (Bairut: Dār al-Fikr, 2000), hlm. 153.
17

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

jilid buku saja, bahkan bisa berjilid-jilid.
Dalam tulisan ini hanya memaparkan
sekelumit saja.
Hukum Islam, sebagai sebuah
fenomina sejarah, mengalami masa-masa
pertumbuhan dan perkembangan. Para ahli
sejarah hukum Islam dapat membaginya
dalam beberapa periode, di mana masingmasing periode memiliki corak dan
dinamika tertentu.
Pada periode awal (abad VII – X M.)
hukum Islam mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan
lahirnya sejumlah madzhab yang masingmasing memiliki perbedaan. Salah satu
faktor penyebab perbedaan tersebut adalah
perbedaan latar belakang sosio-kultural di
mana madzhab-madzhab tersebut tumbah
dan berkembang. Dengan semangat doktrin
yang menyatakan bahwa hukum Islam
serba
mencakup,
ditunjang
dengan
pengakuan
otoritas
ijtihad,
telah
mendorong ahli-ahli hukum Islam masa
awal untuk
bekerja keras memberikan
jawaban terhadap problem-problem yang
muncul, setelah nabi meninggal. Hal ini
merupakan faktor pertama yang melatar
belakangi dinamika pemikiran hukum
Islam pada masa itu. Faktor kedua adalah
perluasan wilayah kekuasaan politik Islam
dan perkembangan peradaban Islam.
Kekuasaan politik yang berkembang
semakin luas semenjak khalifah Umar bin
Khattab, dan mencapai puncaknya pada
masa dinasti Umayah dan dilanjutkan pada
masa Abbasiyah. Hal tersebut mendorong
para pemikir hukum Islam untuk giat
merumuskan
pemikirannya
sebagai
antisipasi terhadap berbagai persoalan dan
fenomina yang muncul di tengah-tengah
umat. Demikianlah hal itu diwarisi oleh
setiap generasi.18

Periode
berikutnya,
pemikiran
hukum Islam mengalami kemundurun dan
merebaknya taqlid. Semenjak akhir abad
XVII, sejarah Islam mulai memasuki periode
modern.
Semangat
untuk
mengejar
ketertinggalan menjadi pemacu spirit untuk
mengadakan pembaharuan, sehingga pintu
ijtihad bisa terbuka lebar dan secara
berkesinambungan
disambut
dan
diaplikasikan oleh para pemikir hukum
Islam.
Metodologi Studi Hukum Islam
Hukum Islam, jika ditilik dari aspek
metodologis dapat dipahami sebagai
hukum yang bersumber dari al-Quran dan
Sunnah Nabi melalui proses penalaran atau
ijtihad. Ia diyakini sebagai hukum yang
mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia dan bersifat universal. Ruang
gerak metodologi antara wahyu sebagai
sumber hukum yang memuat petunjukpetunjuk global dan kedudukan ijtihad
sebagai
fungsi
pengembangannya,
memungkinkan hukum Islam memiliki sifat
elastis dan akomodatif sehingga keyakinan
di atas tidaklah berlebihan. Karakteristik
hukum Islam yang bersendikan wahyu dan
bersandarkan akal, menurut Anderson,
merupakan ciri khas yang membedakan
hukum Islam dari sistem hukum lainnya.19
Metodologi sudah menjadi bagian
dari khazanah kosa kata Bahasa Indonesia,
yang diartikan sebagai “uraian tentang
metode.” Sedangkan metode sendiri
dimaknakan sebagai “cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
kerja suatu kegiatan guna mencapai tujuan

Lihat Anderson, Islamic Law in the Muslim World, (New
York: New York University Press, 1959), hlm. 2-4. Lihat
juga keterangan yang diberikan oleh Muhammad Azhari,
Negara Hukum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 42.
19

Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai
Aspeknya, jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 12.
18

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006

915
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

yang telah ditentukan.”20 Menurut Noeng
Muhadjir, salah seorang ahli di bidang
penelitian, metodologi dapat diartikan
sebagai
pembahasan
konsep
teoritis
berbagai metode yang terkait dalam suatu
sistem pengetahuan.21 Jika hukum Islam
dipandang
sebagai
suatu
sistem
pengetahuan, maka yang dimaksudkan
dengan metodologi hukum Islam adalah
pembahasan konsep-konsep dasar hukum
Islam—al-Quran, Sunnah, dan Ijma’—, dan
bagaimanakah hukum Islam tersebut dikaji
dan
diformulasikan.
Serasi
dengan
pengertian di atas, maka Fazlur Rahman,
salah seorang penulis kajian keislaman di
era Post Modernism yang sempat menjadi
dosen
dan
sekaligus
kolega
dari
cendekiawan muslim kita, yaitu Cak Nur
(Nurcholish Madjid) dan Syafi’i Ma’arif
sewaktu menimba ilmu pengetahuan di
negeri Paman Sam, memberi judul Islamic
Methodology in History pada sebuah
karyanya yang membahas evolusi historis
prinsip-prinsip pokok dasar pemikiran
Islam, yakni al-Quran, Sunnah dan Ijma’.22
Dengan
pengertian
tersebut,
maka
metodologi hukum Islam tidak berbeda
dengan pengertian uşūl al-fiqh yang
menurut para ahlinya diartikan sebagai
sesuatu yang di atasnya dibangun hukum
Islam, atau dalil-dalil yang di atasnya
dibangun hukum Islam.23

Masalah metodologi merupakan
problem epistemologis yang signifikan
dalam pencapaian tujuan atau sasaran yang
diinginkan. Selama ini, sudah terjadi
polarisasi dikotomis dalam memahami
Islam, antara pendekatan tekstual pada satu
sisi dan kontekstual pada sisi lain. Problem
tersebut bisa dipecahkan dengan cara
mengadakan penggabungan kedua metode
atau perspektif tersebut dalam satu wacana
yang konprehensif dan holistik. Signifikansi
dari pendekatan tekstual-kontekstual ini,
menurut Frederick M. Denny, terletak pada
upaya yang seimbang antara pemahaman
normatif-doktrinal di satu sisi, dan
kontekstualisasi
dengan
unsur-unsur
24
kesejarahan pada sisi lain.
Pendekatan tekstual menekankan
signifikansi teks–teks sebagai fokus kajian
dengan merujuk pada sumber–sumber
primer dari ajaran Islam, al-Qur’an dan
Hadits.25 pendekatan ini sangat penting
ketika kita ingin melihat realitas Islam
normatif yang tertulis, baik secara eksplisit
maupun implisit , dalam kedua sumber suci
di atas. Selain dari itu, kajian tekstual juga
tidak menafikan eksistensi teks-teks lainya
sebagaimana tertuang dalam karya-karya
para intelektual dan ulama’ besar muslim
terdahulu dan kontemporer.
Dalam
aplikasinya,
pendekatan
tekstual barangkali tidak menemui kendala

Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm.
581.
21 Penjelasan selengkapnya mengenai hal tersebut dapat
dilihat dalam Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Rake Sarisin, 1989), hlm. 9-10.
22 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History , (Pakistan:
Central Institute of Islamic Research, 1965).
23 Pengertian semacam itu bisa dilihat dalam berbagai kitab
Uşūl al-Fiqh,
misalnya Muhammad bin ‘Ali bin
Muhammad asy-Syaukani, Irsyād al-Fukhul ila Tahqīq alHaq min ‘Ilm al-Uşūl (Bairut: Dār al-Fikr, t.th.), hlm. 4;
Muhammad Abū Zahrah, Uşūl al-Fiqh (Mesir: Dār al-Fikr
al-‘Arabī, t.th.), hlm. 7; dan ‘Abd al-Wahab Khallāf, ‘Ilm alUşūl al-Fiqh (Cet. XII; Kuwait: Dār al-Qalam, 1978), hlm. 5.

Badrān Abū al-‘Ainain Badrān. Uşūl al-Fiqh al-Islāmī (Mesir:
Mu’assasah Syabāb al-Jāmi’ah bi al-Iskandariyah, t.th.),
hlm. 10. Juga dalam Abū Ishāq asy-Syātibī Ibrāhīm bin
Mūsā al-Khasmī al-Gharnatī al-Mālikī, Al-Muwāfaqāt fi
Uşūl asy-Syarī’ah, jilid I, juz I, diedit oleh Abdullah Darraz
(Bairut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th.), hlm. 21.
24Penjelasan selanjutnya mengenai hal tersebut dapat
dilihat dalam Frederick M. Denny, “Islamic Ritual,
Perspectives and Theories,” dal;am Richard Martin (Ed.),
Approaches to Islam in Religious Studies, (Tucson: The
University of Arizona Press, 1985), hlm. 63-77.
25Lihat Richard Martin, “Islamic Textuality in Light of
Poststructuralist Criticism,” dalam A Way Prepared: Essays
on Islamic Culture in Honor of Richard Bayly Winder, (New
York: New York University Press, 1988), hlm. 116-131.

20

916

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

yang cukup berarti ketika dipakai untuk
melihat dimensi Islam normatif yang
bersifat qaţ’ī, seperti masalah ibadah mahdah
dan masalah tawhid. Persoalan baru akan
muncul ketika pendekatan ini dihadapkan
pada realitas ritual umat Islam yang tidak
tertuang secara eksplisit, baik dalam alQur’an
maupun
Hadits,
namun
kehadirannya
diakui
dan,
bahkan,
diamalkan oleh komunitas muslim tertentu
secara luas dan sudah mentradisi secara
turun temurun.
Pada dasarnya, menurut Syed
Muhamad Naquib al-Attas, konsepsi yang
mengedepankan studi Islam (khususnya
pengkaian hukum Islam) adalah perumusan
atau mengkonsepsikan pengetahuan atas
dasar world-view (pandangan dunia) atau
“ideologi Islam”.26 Hal tersebut harus
dipandang
secara
falsafi,
dengan
melibatkan aspek metafisik (ontologi),
epistemologi, dan aspek aksiologi dari studi
tersebut.
Gagasan pengkajian Islam bertumpu
pada suatu asumsi bahwa ilmu merupakan
kenyataan yang sarat nilai, tidak hanya
aspek aksiologi dari ilmu (studi) itu sendiri,
melainkan juga pada keseluruhan bangunan
ilmu tersebut, yang menyangkut juga di
dalamnya aspek ontologi dan epistemologi.
Dalam hal ini, aspek ontologi dari ilmu
berkaitan dengan masalah asumsi-asumsi
dasar yang bersifat spekulatif untuk
menetapkan “subject matter” dari suatu
disiplin. Sedangkan aspek epistemologi
berkaitan
dengan
prosedur-prosedur
metodologis untuk menangkap apa yang
diasumsikan, sebagaimana terdapat pada
aspek ontologis, dan juga melibatkan
persoalan-persoalan kebenaran dari setiap
proposisi atau teori yang dirumuskan.
Islam, dalam pengertian ini, dipercaya
26Komentar

mengenai hal tersebut selengkapnya dapat
dillihat dalam Syed Muhammad Naquib al-Atas, Konsep
Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1988), hlm. 90.

sebagai sebuah sistem nilai yang holistik,
yang mencakup di dalamnya nilai
epistemologis, yaitu kebenaran, yang
tentunya
memiliki
peluang
untuk
berpartisipasi dalam mengkonstruksi ilmu
secara paripurna.
Studi Islam di Era Modern
Di era modern, dunia Islam banyak
melahirkan pembaharu di segala bidang.
Upaya pembaharuan yang dikembangkan
oleh para pembnaharu, utamanya mengenai
hukum
keluarga,
sekalipun
pada
realitasnya telah berhasil merumuskan
sejumlah produk perundang-undangan
hukum
keluarga,
namun
beberapa
pengamat memberikan penilaian bahwa
upaya pembaharuan tersebut belumlah
memperlihatkan pemikiran hukum Islam
yang memuaskan. N.J. Coulson, dalam
penelitiannya
mengenai
pembaharuan
hukum Islam di dunia muslim, memberikan
penilaian
(kritik)
bahwa
metode
pembaharuan yang umumnya diterapkan
dalam menanggapi isu-isu hukum Islam
dengan bertumpu pada prinsip talfīq tidak
menunjukkan upaya pembaharuan yang
sesungguhnya.27
Sedangkan
Esposito
memberikan catatan bahwa metode talfīq
merupakan metode pembaharuan yang
tidak realistis, karena di dalamnya tidak
terdapat keterpaduan latar belakang sosial
(setting sosial) dan sejarahnya. Esposito
mengusulkan
agar
para
pembaharu
mengembangkan hukum Islam secara
konprehensif dan konsisten sesuai dengan
kebutuhan di era sekarang, yaitu dengan
merumuskan kembali metodologi hukum
Islam yang sistematis dan berpangkal pada
dasar-dasar Islam yang kukuh.28
 Lihat N.J. Coulson, Conflicts and Tentions in Islamic
Yurisprodence, (Chicago and London: Chicago University
Press, 1966), hlm. 101-102.
28 Lihat John L. Esposito, Women in Muslim Family Law,
(Syracouse: Syracouse University Perss, 1982), hlm. 94-102.

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006

917
Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam
Imam Amrusi Jailani

Peta pemikiran hukum Islam tidak
akan kering oleh ide-ide pembaharuan.
Kehadiran sosok Fazlur Rahman mungkin
merupakan jawaban atas tantangan di atas.
Dalam sejumlah karya dan penelitiannya,
beliau memberikan stressing pada aspek
metodologi hukum Islam, di mana hukum
merupakan aspek yang dominan dalam
pemikiran metodologisnya. Rahman, dalam
beberapa kajian historis, berupaya menemukan akar-akar penyebab terjadinya kejumudan (mandeg) pemikiran hukum Islam
secara khusus. Sebagai terapinya, beliau
merumuskan konsep-konsep tentang dasardasar metodologi hukum Islam, yakni alQur’an, Sunnah, Ijma’, dan Ijtihad, dan
sekaligus ia merumuskannya dalam
konsep-konsep metodis.29
Di Indonesia, pemikiran-pemikiran
Rahman ini, melalui dua orang muridnya,
yaitu Nurcholish Madjid dan Syafi’i Ma’arif,
banyak mendapatkan respon dari para
cendekiawan,
khususnya
kalangan
akademis.

Penutup
Hukun Islam (Islamic Law) identik
dengan pengertian fiqh, yakni sebagaimana
dipahami oleh kalangan ahli usûl al-fiqh
sebagai hukum praktis hasil ijtihad,
karenanya fiqh identik dengan ijtihad,
sedang faqih identik dengan mujtahid.
Kalangan
fuqaha’
pada
umumnya
mengartikan fiqh sebagai kumpulan hukum
Islam yang mencakup semua aspek hukum
syar’i, baik yang tertuang secara tekstual
maupun hasil penalaran atau teks.
Metodologi
hukum
Islam
adalah
pembahasan konsep-konsep dasar hukum
Islam, al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan ijtihad,
dan bagaimanakah hukum Islam tersebut
dikaji dan diformulasikan. Ciri yang paling
khas dari hukum Islam adalah adanya
elastisitas dan dinamika di dalamnya. Wa
Allâh a’lam bi al-shawâb

Upaya Rahman dalam membangun konsep-konsep
metodologi hukum Islam dan upaya perumusan
metodisnya dapat dibaca dalam karyanya, Islam and
Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition,
(Chicago and London: University of Cgicago Perss, 1982),
hlm. 6-7.
29

918

KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006



Contenu connexe

Tendances

Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamHaristian Sahroni Putra
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMuli Bluelovers
 
Konsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam IslamKonsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam Islamtaufiqakbar
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahALI FIKRI
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahYusuf Darismah
 
AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"
AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"
AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"Lia Herliana
 
7. pembagian hadits secara umum dan bagan
7. pembagian hadits secara umum dan bagan7. pembagian hadits secara umum dan bagan
7. pembagian hadits secara umum dan baganFakhri Cool
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamMarhamah Saleh
 
konsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islamkonsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islamYusva Ferdiawan
 
Ilmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islam
Ilmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islamIlmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islam
Ilmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islamAnin Rodahad
 
Ppt teologi-islam
Ppt teologi-islamPpt teologi-islam
Ppt teologi-islamUlul Azmi
 
Power point hadits menuntut ilmu
Power point hadits menuntut ilmuPower point hadits menuntut ilmu
Power point hadits menuntut ilmunisahanan86
 
Menuntut Ilmu Dalam Pandangan Islam
Menuntut Ilmu Dalam Pandangan IslamMenuntut Ilmu Dalam Pandangan Islam
Menuntut Ilmu Dalam Pandangan IslamTri Widodo W. UTOMO
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 

Tendances (20)

Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam IslamFiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
Fiqih Muamalah - Konsep Harta dalam Islam
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Konsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam IslamKonsep Ilmu Dalam Islam
Konsep Ilmu Dalam Islam
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ah
 
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh MuamalahAl-aam dan Khos Fiqh Muamalah
Al-aam dan Khos Fiqh Muamalah
 
AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"
AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"
AIKA "Islam Sebagai Way Of Life"
 
Pengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyahPengertian qawaid fiqhiyyah
Pengertian qawaid fiqhiyyah
 
7. pembagian hadits secara umum dan bagan
7. pembagian hadits secara umum dan bagan7. pembagian hadits secara umum dan bagan
7. pembagian hadits secara umum dan bagan
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 
konsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islamkonsep muamalah dalam islam
konsep muamalah dalam islam
 
MAKALAH TAFSIR TAHLI
MAKALAH TAFSIR TAHLIMAKALAH TAFSIR TAHLI
MAKALAH TAFSIR TAHLI
 
Ilmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islam
Ilmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islamIlmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islam
Ilmu pengetahuan & teknologi dalam perspektif islam
 
Ppt teologi-islam
Ppt teologi-islamPpt teologi-islam
Ppt teologi-islam
 
Power point hadits menuntut ilmu
Power point hadits menuntut ilmuPower point hadits menuntut ilmu
Power point hadits menuntut ilmu
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
Menuntut Ilmu Dalam Pandangan Islam
Menuntut Ilmu Dalam Pandangan IslamMenuntut Ilmu Dalam Pandangan Islam
Menuntut Ilmu Dalam Pandangan Islam
 
Jam' ul quran
Jam' ul quranJam' ul quran
Jam' ul quran
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 

Similaire à Metodologi Studi Hukum Islam

Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamAnwar Ma'rufi
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisatjehh
 
Fikih kel 5
Fikih kel 5Fikih kel 5
Fikih kel 5Ltfltf
 
Fikih kel 6
Fikih kel 6Fikih kel 6
Fikih kel 6Ltfltf
 
Pengantar studi islam
Pengantar studi islam Pengantar studi islam
Pengantar studi islam dhoan Evridho
 
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)Edi Awaludin
 
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasaniahmadsaid
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Ltfltf
 
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.docUshul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.docAndreaGilang
 
Tahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islamTahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islamKamarudin Jaafar
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)Aina Sofieyah
 
Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)
Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)
Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)Fatihunnada
 
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Rosyidin Pranata
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfDMI
 
[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Abaniyah
[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Abaniyah[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Abaniyah
[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman AbaniyahHana Medina
 

Similaire à Metodologi Studi Hukum Islam (20)

Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalam
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Fikih kel 5
Fikih kel 5Fikih kel 5
Fikih kel 5
 
Fikih kel 6
Fikih kel 6Fikih kel 6
Fikih kel 6
 
Pengantar studi islam
Pengantar studi islam Pengantar studi islam
Pengantar studi islam
 
TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019
 
ulumul qur'an
ulumul qur'anulumul qur'an
ulumul qur'an
 
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
PKU ISID syamun salim (khabar shadiq)
 
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
 
Islamisasi sains dan penolakan fazlur rahman
Islamisasi sains dan penolakan fazlur rahmanIslamisasi sains dan penolakan fazlur rahman
Islamisasi sains dan penolakan fazlur rahman
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6
 
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.docUshul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
Ushul Fiqh Perkembangan Hukum Islam.doc
 
Tahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islamTahap perkembangan pemikiran islam
Tahap perkembangan pemikiran islam
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
 
Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)
Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)
Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)
 
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam
 
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdfMAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
MAKALAH MODERASI BERAGAMA MUI.pdf
 
Pengantar studi islam Komprehensif
Pengantar studi islam KomprehensifPengantar studi islam Komprehensif
Pengantar studi islam Komprehensif
 
[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Abaniyah
[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Abaniyah[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Abaniyah
[AGAMA] Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Zaman Abaniyah
 

Plus de Raja Aidil Angkat

Plus de Raja Aidil Angkat (7)

Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik
 
Studi Hukum Islam
Studi Hukum IslamStudi Hukum Islam
Studi Hukum Islam
 
Al Ghazali Kritik kepada Filosuf
Al Ghazali  Kritik kepada FilosufAl Ghazali  Kritik kepada Filosuf
Al Ghazali Kritik kepada Filosuf
 
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocxKata pengantar.studi hukum islamdocx
Kata pengantar.studi hukum islamdocx
 
Peta dakwah
Peta dakwahPeta dakwah
Peta dakwah
 
Proposal kewirausahaan 2013
Proposal kewirausahaan 2013Proposal kewirausahaan 2013
Proposal kewirausahaan 2013
 
Cpnsbahasainggris
CpnsbahasainggrisCpnsbahasainggris
Cpnsbahasainggris
 

Dernier

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 

Dernier (20)

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 

Metodologi Studi Hukum Islam

  • 1. ANCANGAN METODOLOGI STUDI HUKUM ISLAM Oleh Imam Amrusi Jailani (Dosen tetap pada Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Surabaya, lulusan Program Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Abstrak : Untuk mengungkap dan memaparkan mutiara serta permata yang terkandung dalam al-Qur’an diperlukan seperangkat alat untuk menggalinya. Begitu pula, untuk membuka gudang simpanan makna yang tertimbun dalam al-Qur’an, dibutuhkan kunci pembuka. Alat atau kunci dimaksud tidak lain adalah seperangkat metodologi. Urgensi dari hal tersebut lebih mengarah pada kemampuan memahami dan mengungkap isi serta mengetahui prinsip-prinsip yang dikandungnya. Dengan demikian, seseorang tidak boleh memberikan pemahaman yang semaunya, apalagi sampai beranggapan bahwa pemahaman dirinyalah yang paling benar dan seolah-olah terkesan mewakili atau penyambung lidah Syâri’. Seorang mufassir ahli sekalipun hanya boleh mengatakan bahwa itulah pengertian yang paling jauh yang dapat dipahaminya dari firman-firman Allah itu. Selama ini sering dijumpai dalam kehidupan, seseorang atau sekelompok orang memberikan penetapan atau pemahaman hukum Islam tanpa mengindahkan metodologi hukum Islam, sehingga terkesan penetapan atau pemahamannya asal-asalan. Oleh karena itu, metodologi, dalam kajian apapun tetap memegang peranan penting. Kata kunci: Metodologi, perkembangan, hukum Islam Pendahuluan Dalam usianya yang masih bayi, atmosfir millenium ketiga masih didominasi oleh trend global berupa atmosfir ilmu pengetahuan modern yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita. Laksana sebuah mega power (kekuatan dahsyat), ilmu bisa saja secara potensial sangat destruktif atau konstruktif, tergantung pada the man behind the gun, bagaimana kita mengelolanya. Membiarkan ilmu pengetahuan--dengan setumpuk aplikasinya dalam bentuk teknologi canggih--berkembang begitu saja tanpa mengarahan yang sistematis bisa sangat riskan, mengingat kekuatannya yang sangat dahsyat. Oleh karena itu, segala upaya untuk menjinakkan dan mengadaptasikan kekuatan kolosal ilmu dengan habitat kultural kehidupan kita, sehingga berdaya guna secara maksimal, perlu kita sambut dengan senang hati sebagai bagian dari tanggung jawab moral setiap cendekiawan, untuk memberi warna religius pada kehidupan ini. Berdasarkan pemaparan di atas, maka jelaslah bagi kita akan urgensi dan signifikansi pengkajian keislaman, khususnya mengenai hukum Islam. Wacana di seputar permasalahan ini menggelinding begitu deras dan merebak, hingga di dunia
  • 2. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani Barat sekali pun, dan tidak ketinggalan pula di negara kita. Sebenarnya, kajian keislaman di Nusantara, menurut beberapa peneliti, sudah mulai berkembang sejak adanya kontak antara para ulama Nusantara dengan ulama Arab.1 Animo cendekiawan Nusantara--khususnya Indonesia--ini mendapatkan respon yang amat serius dari beberapa peneliti, sehingga mereka menyempatkan dirinya untuk menekuni risetnya di Indonesia. Di antara mereka adalah Azyumardi Azra,2 Martin Van Bruinessen3 dan Karel A. Steenbrink.4 1yaitu melalui transmisi ide-ide yang dikembangkan oleh para ulama dari generasi ke generasi. Transmisi tersebut bergulir seirama dengan perputaran masa, khususnya melalui mata rantai transmisi (isnad) yang berkesinambungan sejak masa awal Islam, hingga sampai ke tangan ulama-ulama Nusantara pada Abad XVII. Penjelasan selengkapnya, lihat F. Gabrieli, “The Transmission of Learning and Literary Influences to Western Europe”, dalam P.M. Holt et al. (ed.), The Cambridge History of Islam, (Cet. I; Cambridge: CambridgeUniversity Press, 1970), hlm. 851-889; Jonathan Berkey, The Transmission of Knowledge in Medieval Cairo: A Social History of Islamic Education, (Princeton: Princeton University Press, 1992); Ivor Wilks, “The Transmission of Islamic Learning in the Western Sudan”, dalam J. Goody (ed.), Literacy in Traditional Societies, (Cambridge: Cambridge University Press: 1968); M.M. Azami, Studies in Hadith Methodology and Literature, (Indianapolis: American Trust Publication, 1977); dan On Schacht’s Origins of Muhammadan Jurisprudence, (New York dan Riyad: John Wiley & King Saud University, 1985); J. Schacht, The Origins of Muhammadan Jurisprudence, (Oxford: Clarendon Press, 1979); dan G.H.A Juynboll, Muslim Tradition: Studies in Chronology, Provenance, and Authorship of Early Hadith, (Cambridge: Cambridge University Press, 1983). 2 Adanya transmisi dan koneksi antara ulama-ulama Nusantara dengan ulama-ulama Timur tengah dipaparkan secara mendetel oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII: Melacak Akar-akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia, (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1998). 3 Martin Van Bruinessen merupakan seorang peneliti berkebangsaan Belanda yang menggeluti penelitian tentang kajian keislaman di Indonesia. Di antara bukunya yang terkenal adalah Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, (Cet. III; Bandung: Mizan, Mengingat adanya kompleksitas permasalahan di seputar pengkajian hukum Islam, maka dalam tulisan ini akan dibahas hal tersebut, dengan batasan masalah di seputar pengertian, ruang lingkup, karakteristik, dan sejarah perkembangan pemikiran hukum Islam. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Ciri-ciri Pokok Hukum Islam Hukum Islam merupakan sekumpulan aturan keagamaan yang mengatur perilaku kehidupan umat manusia, umat Islam pada khususnya, dalam keseluruhan aspeknya, baik yang bersifat individual maupun komunal. Oleh karena karakteristiknya yang serba memadai inilah, maka hukun Islam menempati posisi yang penting dan strategis dalam perspektif umat Islam.5 Mengingat posisinya yang begitu urgen dan pokok, maka wajarlah jika kemudian kalangan intelektual Barat, khususnya yang menekuni bidang keislaman (hukum Islam), memberikan penilaian bahwa sangat mustahil untuk bisa memahami Islam tanpa memahami hukum Islam.6 Terminologi hukum Islam seringkali menimbulkan pengertian yang rancu. Terkadang hal itu dipahami sebagai 1999); dan Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, (Cet. IV; Bandung: Mizan, 1996). 4 Karel A. Steenbrink juga seorang peneliti berkebangsaan Belanda yang menekuni penelitiannya di bidang kajian keagamaan di Indonesia. Di antara karyanya yang terkenal adalah Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad Ke-19, (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1984); dan Mencari Tuhan dengan Kacamata Barat: Kajian Kritis Mengenai Agama di Indonesia, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988). 5Penjelasan selengkapnya mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam Taufiq Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas Pemikiran Fazlur Rahman, (Bandung: Mizan, 1994), Cie. V; hlm. 33. 6 Banyak sarjana Barat yang memiliki persepsi bahwa Islam itu identik dengan hukum Islam. Di antara mereka adalah Joseph Schacht. Pandangan seperti ini bisa dilihat dalam karyanya An Introduction to Islamic Law, (Oxfort: The Clarendon Press, 1971), hlm. 1. KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006 911
  • 3. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani pengertian syarî’ah, terkadang pula dipahami sebagai fiqh. Secara etimologi, syarî’ah bermakna “jalan ke sumber air” dan tempat orangorang bisa minun”. Sedangkan orang Arab sendiri menggunakan istilah ini khususnya dengan “jalan setapak menuju sumber air yang tetap dan diberi tanda yang jelas, sehingga tampak oleh mata”. Dengan pengertian bahasa tersebut, syarî’ah berarti suatu jalan yang harus dilalui.7 Al-Qur’an menggunakan kata “syarî’ah” dan kata yang seakar dengannya dengan pengertian “al-dîn” (agama), yaitu jalan yang telah ditentukan oleh Allah untuk umat manusia atau dengan pengertian jalan yang jelas yang ditunjukkan oleh Allah kepada umat manusia.8 Fiqh secara leksikal bermakna “mengetahui dan memahami sesuatu”. Dalam pengertian ini, fiqh merupakan sinonim kata al-fahm (paham).9 Al-Qur’an sendiri menggunakan kata “fiqh” dalam pengertian “memahami” dalam arti yang umum, sebagaimana dalam ungkapannya li yatafaqqah fî al-dîn. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa pada masa nabi, istilah “fiqh” tidak hanya berlaku untuk permasalahan hukum saja, melainkan juga meliputi pemahaman seluruh aspek ajaran Islam. Pemberian makna terhadap term syarî’ah dan fiqh sebagaimana dipaparkan Ibn Manzūr Jamāl ad-Dīn Muhammad bin Mukarram alAnşāīi, Lisān al-Arab, juz III, (Mesir: Dār al-Mişrīyyah, t.th.), hlm. 235-238; Ibrāhīm Anis et al., Mu’jām al-Wasīt, juz II, (Cet. I; Bairut: Dār al-Fikr, t.th.), hlm. 942; ar-Rāghib alAsfihānī, Mufradāt Alfāz al-Qur’an, (Bairut: Dār asSyamsiyyah, 1992), hlm. 819. 8 Baca Al-Qur’an: Q.S. (5): 48 dan Q.S. (45): 18. 9 Majd ad-Dīn Muhammad bin Ya’qūb al-Fairuzā’abadi asSyairāzī, al-Qāmūs al-Muhīt, juz III, (bairut: Dār al-Fikr, 1983), h. 286; Muhammad bin Abī Bakr bin ‘Abd al-Qādir al-Rāzī, Mukhtar as-Sihhah, (Bairut: Dār al-Fikr, t.th.), hlm. 674. dan Ibn Fāris Abī al-Husain Ahmad bin Zakariyyā, Mu’jām Maqāyis al-Lughah, juz I, (Cet. I; Bairut: Dār al-Jail, 1991), hlm. 454. 7 912 di atas berimplikasi pada pemahaman bahwa pada masa nabi syarî’ah merupakan konsep substansial dari seluruh ajaran Islam, yang meliputi aspek keyakinan, moral, dan hukum. Sedangkan fiqh lebih merupakan upaya pemahaman ajaran Islam tersebut. Jadi, fiqh cenderung sebagai konsep fungsional. Konsep yang disebut terakhir ini, pada perkembangan selanjutnya melahirkan berbagai disiplin ilmu keislaman, yang merupakan upaya pengembangan dan penjabaran konsep syarî’ah yang substansinya masih bersifat global. Kemudian fiqh merupakan disiplin ilmu tersendiri yang melingkupi hukum Islam, yang kemudian juga melahirkan ancangan metodologisnya, yakni uşûl al-fiqh. Dalam perkembangan terakhir fiqh dipahani oleh kalangan ahli uşûl a-fiqh sebagai hukum praktis hasil ijtihâd,10 karenanya fiqh identik dengan ijtihâd, sedang faqîh identik dengan mujtahîd. Kalangan fuqaha’ pada umumnya mengartikan fiqh sebagai kumpulan hukum Islam yang mencakup semua aspek hukum syar’i, baik yang tertuang secara tekstual maupun hasil penalaran atas teks. Pada sisi lainnya, di kalangan ahli uşûl al-fiqh, konsep syarî’ah dipahami dengan pengertian teks syar’i, yakni sebagai “al-naşş al-muqaddasah” yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadis yang tetap, tidak mengalami perubahan. Hukum Islam tidak hanya mengambil bagian dalam tatanan hukum di negara-negara Islam, melainkan juga di negara non-Islam, termasuk Indonesia. Indonesia bukan negara Islam, akan tetapi Indonesia boleh dibilang negaranya orang Islam (muslim), karena mayoritas penduduknya beragama Islam. Sejak dahulu, tepatnya semenjak Islam masuk ke Nusantara dan menjadi agama rakyat Lihat Syu’ban Muhammad Ismā’īl, al-Tasyrī’ al-Islāmī, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah, 1985), hlm. 12. 10 KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006
  • 4. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani Melayu, hukum Islam sudah memainkan peran dalam kancah kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini bisa dilihat dalam periode kerajaan Islam awal,11 bahkan hukum Islam dijadikan sebagai hukum resmi kerajaan, mengikut kepada diterapkannya Islam sebagai agama resmi kerajaan.12 Hingga sekarang, hukum Islam tetap dapat berperan aktif di tengah-tengah masyarakat yang berlaku secara normatif dan yuridis formal.13 Ruang lingkup dari pembahasan hukum Islam (fiqh) adalah huhum-hukum yang terkait dengan perbuatan manusia, khususnya orang-orang mukallaf. Ruang lingkup dari pembahasan syarî’ah cakupannya lebih luas, yakni mencakup seluruh ajaran Islam.14 Sedangkan ruang lingkup dari metodologi hukum Islam (uşûl al-fiqh) adalah mengenai dalil-dalil dalam mengistinbatkan hukum. Karakteristik hukum Islam, menurut Zaki al-Yamani, sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, identik dengan ciri syari’at Islam. Ada dua ciri khas, menurut beliau, yakni; pertama, bahwa syari’at Islam itu luwes, dapat berkembang untuk menanggulangi semua persoalan yang berkembang dan berubah terus; ia sama sekali berbeda dengan apa yang telah digambarkan, baik oleh musuh-musuh Islam, maupun oleh sementara penganutnya yang menyeleweng atau yang 11Lihat ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. I; hlm. 12. 12Rachmat Djatmika, “Sosialisasi Hukum Islam di Indonesia”, dalam Abdurrahman Wahid et.al, Kontribusi Pemikiran Islam di Indonesia, (Bandung: Rosdakarya, 1991), Cet. I; hlm. 230 . 13Lihat Andi Rasdiyanah, Problematika dan Kendala yang Dihadapi Hukum Islam dalam Upaya Transformasi ke dalam Hukum Nasional, Makalah pada Seminar dan Reuni I Ikatan Alumni IAIN Alauddin Komisariat Fakultas Syarî’ah, Ujung Pandang 1 – 2 Maret, 1996), hlm. 1. 14 Lihat Yūsuf Mūsā, al-Madkhal li Dirasāt al-Fiqh al-Islāmī, (Kairo: Dār al-Kitāb al-‘Arabī, t.th.), hlm. 7-10. kolot dan sempit, yakni bahwa syari’at Islam itu suatu sistem, agama yang sudah lapuk dan nanar oleh sebab kelanjutan usianya. Kedua, bahwa dalam pusaka perbendaharaan hukum Islam terdapat dasar-dasar yang mantap untuk pemecahan-pemecahan yang dapat dilaksanakan secara tepat, dan cermat bagi persoalan-persoalan yang paling pelik di masa kini, yang tidak mampu dipecahkan oleh sistem Barat maupun oleh prinsipprinsip Timur, meskipun sekedar untuk melunakkannya saja.15 Kajian fiqh merupakan bagian dari wacana keislaman yang tidak terpisahkan dari tradisi Islam klasik yang terus bergulir hingga era digital kini. Dalam arus dinamika perkembangannya, fikih lebih dikonotasikan pada pemahamanpemahaman al-Qur’an dan Hadis, untuk merumuskan atau menggali hukum Islam. Rumusan tersebut melahirkan hal-hal yang ta’abbudî dan yang ta’aqqulî. Namun amat disayangkan, pada perjalanan berikutnya fikih telah dikultuskan, yang kemudian menjelma menjadi suatu khazanah yang dipuja secara berlebihan, hingga mengisyaratkan kesan "mengkristal" dalam wujud konsep-konsep fikih klasik yang sudah sekian lama bercokol dalam blantika deretan wacana yang bergulir. Saking kuatnya endapan yang mengkristal dalam bangunan wacana tersebut, menjadikan diskursus fikih menjelma menjadi sebuah tembok raksasa yang hampir mustahil untuk terkuak, dan bahkan hampir keluar sama sekali dari makna dasarnya sebagai pemahaman yang absah, dinamis, dan bebas. Bertolak belakang dari adanya penyelewengan makna tersebut, maka Yūsuf al-Qarđâwî lebih setuju jika fikih dikeluarkan dari maknanya yang asli, yaitu Lihat Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Cet XIII; Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hlm. 251. 15 KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006 913
  • 5. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani ilmu yang membahas tentang pengambilan hukum dari naş-naş umum yang dilakukan oleh para fuqaha’, menjadi sebuah pemaknaan yang global mengenai segala sesuatu yang terjadi di tengah-tengah kita (yang melintas dalam realitas kehidupan) sebagai bahan kontemplasi dan kajian. Dalam hal ini, fikih merupakan pemahaman yang bebas, karena dilahirkan dari proses rasionalisasi.16 Pemahaman tersebut, menurutnya, bertolak dari pembahasaan alQur’an yang dalam penuturannya menggunakan kata-kata yafqahûn, yatadabbarûn, dan ya’qilûn, yang merujuk pada pemaknaan yang paralel dan sama, yaitu memahami. Akseletasi dunia digital yang begitu dahsyat seolah-olah melesat jauh ke depan meninggalkan konsep-konsep klasik, dan konsep-konsep fikih klasik juga termasuk ke dalam formulasi ini. Realitas yang terjadi saat ini seakan-akan tidak bisa terjamah oleh konsep-konsep fikih klasik. Dengan demikian, terdapat kesenjangan yang membatasi antara realitas masa kini dengan konsep-konsep fikih kalsik. Sementara fikih klasik berjalan secara statis tanpa mengalami pergeseran sedikitpun, pada sisi lain realitas kehidupan terus berkembang dan bergulir sebagai konsekuensi logis dari adanya tuntutan dan kebutuhan zaman yang terus mengaktual, hingga memaksa perubahan dan pembaharuan terhadap konstruksi lama. Pada proporsi seperti inilah mutlak diperlukan adanya proses rekonstruksi-dekonstruksi sebuah pemikiran, tidak terkecuali fikih yang dalam keseharian senantiasa bergumul dengan konteks kehidupan yang selalu berkembang serta dalam segala aspeknya. Rekonstruksi-dekonstruksi lahir bukan karena adanya gugatan terhadap Yūsuf al-Qarđawī, Aulawiyāt al-Harakah al-Islāmiyyah fī alMarhalah al-Qādimah, (Mesir: Bank al-Taqwā, 1991), hlm. 22-25. problematika lama dalam tradisi Islam klasik, akan tetapi lebih diakibatkan oleh adanya tuntutan dan kebutuhan zaman yang tidak boleh tidak harus dilaksanakan dan diprioritaskan. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa memformat ulang fikih tidak semudah membalikkan tangan. Banyak hal yang harus diperhatiakan, karena dalam upaya ini akan dibenturkan dengan berbagai persoalan (pilihan), dari mana harus memulai dan dalam hal apa format ulang itu harus dilakukan, apakah dalam hal metodologinya atau materinya, atau bahkan keduanya. Terlepas dari semua persoalan itu, menurut salah seorang penggagas tajdîd al-fiqh (pembaharuan fikih), Jamāl al-Dīn ‘Aţiyah, yang paling urgen dari semua itu untuk diprioritaskan dan amat mendesak untuk direalisasikan adalah menggagas perubahan atau perbaikan materi fikih yang sudah sekian lama dianggap baku karena dibungkus oleh sakralitas penganutnya.17 Sejalan dengan pandangan di atas, Yûsuf al-Qarđâwî mencoba untuk menggagas materi fikih yang dipandang mampu untuk mengakomudasi tuntutan dan kebutuhan zaman. Dalam hal ini, beliau berupaya menyajiakan fikih dalam berbagai formatnya, seperti Fiqh Taisîr, yakni upaya mencari format fikih yang mudah dan modern. Fiqh Taisīr ini kemudian berkembang menjadi tiga komponin, yaitu Fiqh al-Wâqī’ (fikih realitas), Fiqh alMuwâzanât (fikih perimbangan), dan Fiqh Aulawiyât (fikih prioritas). Sejarah Ringkas Studi Hukum Islam Sejarah dari timbul dan perkembangan studi hukum Islam tidak akan cukup dibahas dalam satu atau dua 16 914 Lihat Jamāl al-Dīn ‘Aţiyah dan Wahbah Zuhailī, Tajdīd al-Fiqh al-Islāmī, (Bairut: Dār al-Fikr, 2000), hlm. 153. 17 KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006
  • 6. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani jilid buku saja, bahkan bisa berjilid-jilid. Dalam tulisan ini hanya memaparkan sekelumit saja. Hukum Islam, sebagai sebuah fenomina sejarah, mengalami masa-masa pertumbuhan dan perkembangan. Para ahli sejarah hukum Islam dapat membaginya dalam beberapa periode, di mana masingmasing periode memiliki corak dan dinamika tertentu. Pada periode awal (abad VII – X M.) hukum Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan lahirnya sejumlah madzhab yang masingmasing memiliki perbedaan. Salah satu faktor penyebab perbedaan tersebut adalah perbedaan latar belakang sosio-kultural di mana madzhab-madzhab tersebut tumbah dan berkembang. Dengan semangat doktrin yang menyatakan bahwa hukum Islam serba mencakup, ditunjang dengan pengakuan otoritas ijtihad, telah mendorong ahli-ahli hukum Islam masa awal untuk bekerja keras memberikan jawaban terhadap problem-problem yang muncul, setelah nabi meninggal. Hal ini merupakan faktor pertama yang melatar belakangi dinamika pemikiran hukum Islam pada masa itu. Faktor kedua adalah perluasan wilayah kekuasaan politik Islam dan perkembangan peradaban Islam. Kekuasaan politik yang berkembang semakin luas semenjak khalifah Umar bin Khattab, dan mencapai puncaknya pada masa dinasti Umayah dan dilanjutkan pada masa Abbasiyah. Hal tersebut mendorong para pemikir hukum Islam untuk giat merumuskan pemikirannya sebagai antisipasi terhadap berbagai persoalan dan fenomina yang muncul di tengah-tengah umat. Demikianlah hal itu diwarisi oleh setiap generasi.18 Periode berikutnya, pemikiran hukum Islam mengalami kemundurun dan merebaknya taqlid. Semenjak akhir abad XVII, sejarah Islam mulai memasuki periode modern. Semangat untuk mengejar ketertinggalan menjadi pemacu spirit untuk mengadakan pembaharuan, sehingga pintu ijtihad bisa terbuka lebar dan secara berkesinambungan disambut dan diaplikasikan oleh para pemikir hukum Islam. Metodologi Studi Hukum Islam Hukum Islam, jika ditilik dari aspek metodologis dapat dipahami sebagai hukum yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah Nabi melalui proses penalaran atau ijtihad. Ia diyakini sebagai hukum yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat universal. Ruang gerak metodologi antara wahyu sebagai sumber hukum yang memuat petunjukpetunjuk global dan kedudukan ijtihad sebagai fungsi pengembangannya, memungkinkan hukum Islam memiliki sifat elastis dan akomodatif sehingga keyakinan di atas tidaklah berlebihan. Karakteristik hukum Islam yang bersendikan wahyu dan bersandarkan akal, menurut Anderson, merupakan ciri khas yang membedakan hukum Islam dari sistem hukum lainnya.19 Metodologi sudah menjadi bagian dari khazanah kosa kata Bahasa Indonesia, yang diartikan sebagai “uraian tentang metode.” Sedangkan metode sendiri dimaknakan sebagai “cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kerja suatu kegiatan guna mencapai tujuan Lihat Anderson, Islamic Law in the Muslim World, (New York: New York University Press, 1959), hlm. 2-4. Lihat juga keterangan yang diberikan oleh Muhammad Azhari, Negara Hukum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 42. 19 Lihat Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid II, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 12. 18 KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006 915
  • 7. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani yang telah ditentukan.”20 Menurut Noeng Muhadjir, salah seorang ahli di bidang penelitian, metodologi dapat diartikan sebagai pembahasan konsep teoritis berbagai metode yang terkait dalam suatu sistem pengetahuan.21 Jika hukum Islam dipandang sebagai suatu sistem pengetahuan, maka yang dimaksudkan dengan metodologi hukum Islam adalah pembahasan konsep-konsep dasar hukum Islam—al-Quran, Sunnah, dan Ijma’—, dan bagaimanakah hukum Islam tersebut dikaji dan diformulasikan. Serasi dengan pengertian di atas, maka Fazlur Rahman, salah seorang penulis kajian keislaman di era Post Modernism yang sempat menjadi dosen dan sekaligus kolega dari cendekiawan muslim kita, yaitu Cak Nur (Nurcholish Madjid) dan Syafi’i Ma’arif sewaktu menimba ilmu pengetahuan di negeri Paman Sam, memberi judul Islamic Methodology in History pada sebuah karyanya yang membahas evolusi historis prinsip-prinsip pokok dasar pemikiran Islam, yakni al-Quran, Sunnah dan Ijma’.22 Dengan pengertian tersebut, maka metodologi hukum Islam tidak berbeda dengan pengertian uşūl al-fiqh yang menurut para ahlinya diartikan sebagai sesuatu yang di atasnya dibangun hukum Islam, atau dalil-dalil yang di atasnya dibangun hukum Islam.23 Masalah metodologi merupakan problem epistemologis yang signifikan dalam pencapaian tujuan atau sasaran yang diinginkan. Selama ini, sudah terjadi polarisasi dikotomis dalam memahami Islam, antara pendekatan tekstual pada satu sisi dan kontekstual pada sisi lain. Problem tersebut bisa dipecahkan dengan cara mengadakan penggabungan kedua metode atau perspektif tersebut dalam satu wacana yang konprehensif dan holistik. Signifikansi dari pendekatan tekstual-kontekstual ini, menurut Frederick M. Denny, terletak pada upaya yang seimbang antara pemahaman normatif-doktrinal di satu sisi, dan kontekstualisasi dengan unsur-unsur 24 kesejarahan pada sisi lain. Pendekatan tekstual menekankan signifikansi teks–teks sebagai fokus kajian dengan merujuk pada sumber–sumber primer dari ajaran Islam, al-Qur’an dan Hadits.25 pendekatan ini sangat penting ketika kita ingin melihat realitas Islam normatif yang tertulis, baik secara eksplisit maupun implisit , dalam kedua sumber suci di atas. Selain dari itu, kajian tekstual juga tidak menafikan eksistensi teks-teks lainya sebagaimana tertuang dalam karya-karya para intelektual dan ulama’ besar muslim terdahulu dan kontemporer. Dalam aplikasinya, pendekatan tekstual barangkali tidak menemui kendala Lihat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 581. 21 Penjelasan selengkapnya mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarisin, 1989), hlm. 9-10. 22 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History , (Pakistan: Central Institute of Islamic Research, 1965). 23 Pengertian semacam itu bisa dilihat dalam berbagai kitab Uşūl al-Fiqh, misalnya Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad asy-Syaukani, Irsyād al-Fukhul ila Tahqīq alHaq min ‘Ilm al-Uşūl (Bairut: Dār al-Fikr, t.th.), hlm. 4; Muhammad Abū Zahrah, Uşūl al-Fiqh (Mesir: Dār al-Fikr al-‘Arabī, t.th.), hlm. 7; dan ‘Abd al-Wahab Khallāf, ‘Ilm alUşūl al-Fiqh (Cet. XII; Kuwait: Dār al-Qalam, 1978), hlm. 5. Badrān Abū al-‘Ainain Badrān. Uşūl al-Fiqh al-Islāmī (Mesir: Mu’assasah Syabāb al-Jāmi’ah bi al-Iskandariyah, t.th.), hlm. 10. Juga dalam Abū Ishāq asy-Syātibī Ibrāhīm bin Mūsā al-Khasmī al-Gharnatī al-Mālikī, Al-Muwāfaqāt fi Uşūl asy-Syarī’ah, jilid I, juz I, diedit oleh Abdullah Darraz (Bairut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th.), hlm. 21. 24Penjelasan selanjutnya mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam Frederick M. Denny, “Islamic Ritual, Perspectives and Theories,” dal;am Richard Martin (Ed.), Approaches to Islam in Religious Studies, (Tucson: The University of Arizona Press, 1985), hlm. 63-77. 25Lihat Richard Martin, “Islamic Textuality in Light of Poststructuralist Criticism,” dalam A Way Prepared: Essays on Islamic Culture in Honor of Richard Bayly Winder, (New York: New York University Press, 1988), hlm. 116-131. 20 916 KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006
  • 8. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani yang cukup berarti ketika dipakai untuk melihat dimensi Islam normatif yang bersifat qaţ’ī, seperti masalah ibadah mahdah dan masalah tawhid. Persoalan baru akan muncul ketika pendekatan ini dihadapkan pada realitas ritual umat Islam yang tidak tertuang secara eksplisit, baik dalam alQur’an maupun Hadits, namun kehadirannya diakui dan, bahkan, diamalkan oleh komunitas muslim tertentu secara luas dan sudah mentradisi secara turun temurun. Pada dasarnya, menurut Syed Muhamad Naquib al-Attas, konsepsi yang mengedepankan studi Islam (khususnya pengkaian hukum Islam) adalah perumusan atau mengkonsepsikan pengetahuan atas dasar world-view (pandangan dunia) atau “ideologi Islam”.26 Hal tersebut harus dipandang secara falsafi, dengan melibatkan aspek metafisik (ontologi), epistemologi, dan aspek aksiologi dari studi tersebut. Gagasan pengkajian Islam bertumpu pada suatu asumsi bahwa ilmu merupakan kenyataan yang sarat nilai, tidak hanya aspek aksiologi dari ilmu (studi) itu sendiri, melainkan juga pada keseluruhan bangunan ilmu tersebut, yang menyangkut juga di dalamnya aspek ontologi dan epistemologi. Dalam hal ini, aspek ontologi dari ilmu berkaitan dengan masalah asumsi-asumsi dasar yang bersifat spekulatif untuk menetapkan “subject matter” dari suatu disiplin. Sedangkan aspek epistemologi berkaitan dengan prosedur-prosedur metodologis untuk menangkap apa yang diasumsikan, sebagaimana terdapat pada aspek ontologis, dan juga melibatkan persoalan-persoalan kebenaran dari setiap proposisi atau teori yang dirumuskan. Islam, dalam pengertian ini, dipercaya 26Komentar mengenai hal tersebut selengkapnya dapat dillihat dalam Syed Muhammad Naquib al-Atas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1988), hlm. 90. sebagai sebuah sistem nilai yang holistik, yang mencakup di dalamnya nilai epistemologis, yaitu kebenaran, yang tentunya memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam mengkonstruksi ilmu secara paripurna. Studi Islam di Era Modern Di era modern, dunia Islam banyak melahirkan pembaharu di segala bidang. Upaya pembaharuan yang dikembangkan oleh para pembnaharu, utamanya mengenai hukum keluarga, sekalipun pada realitasnya telah berhasil merumuskan sejumlah produk perundang-undangan hukum keluarga, namun beberapa pengamat memberikan penilaian bahwa upaya pembaharuan tersebut belumlah memperlihatkan pemikiran hukum Islam yang memuaskan. N.J. Coulson, dalam penelitiannya mengenai pembaharuan hukum Islam di dunia muslim, memberikan penilaian (kritik) bahwa metode pembaharuan yang umumnya diterapkan dalam menanggapi isu-isu hukum Islam dengan bertumpu pada prinsip talfīq tidak menunjukkan upaya pembaharuan yang sesungguhnya.27 Sedangkan Esposito memberikan catatan bahwa metode talfīq merupakan metode pembaharuan yang tidak realistis, karena di dalamnya tidak terdapat keterpaduan latar belakang sosial (setting sosial) dan sejarahnya. Esposito mengusulkan agar para pembaharu mengembangkan hukum Islam secara konprehensif dan konsisten sesuai dengan kebutuhan di era sekarang, yaitu dengan merumuskan kembali metodologi hukum Islam yang sistematis dan berpangkal pada dasar-dasar Islam yang kukuh.28 Lihat N.J. Coulson, Conflicts and Tentions in Islamic Yurisprodence, (Chicago and London: Chicago University Press, 1966), hlm. 101-102. 28 Lihat John L. Esposito, Women in Muslim Family Law, (Syracouse: Syracouse University Perss, 1982), hlm. 94-102. KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006 917
  • 9. Ancangan Metodologi Studi Hukum Islam Imam Amrusi Jailani Peta pemikiran hukum Islam tidak akan kering oleh ide-ide pembaharuan. Kehadiran sosok Fazlur Rahman mungkin merupakan jawaban atas tantangan di atas. Dalam sejumlah karya dan penelitiannya, beliau memberikan stressing pada aspek metodologi hukum Islam, di mana hukum merupakan aspek yang dominan dalam pemikiran metodologisnya. Rahman, dalam beberapa kajian historis, berupaya menemukan akar-akar penyebab terjadinya kejumudan (mandeg) pemikiran hukum Islam secara khusus. Sebagai terapinya, beliau merumuskan konsep-konsep tentang dasardasar metodologi hukum Islam, yakni alQur’an, Sunnah, Ijma’, dan Ijtihad, dan sekaligus ia merumuskannya dalam konsep-konsep metodis.29 Di Indonesia, pemikiran-pemikiran Rahman ini, melalui dua orang muridnya, yaitu Nurcholish Madjid dan Syafi’i Ma’arif, banyak mendapatkan respon dari para cendekiawan, khususnya kalangan akademis. Penutup Hukun Islam (Islamic Law) identik dengan pengertian fiqh, yakni sebagaimana dipahami oleh kalangan ahli usûl al-fiqh sebagai hukum praktis hasil ijtihad, karenanya fiqh identik dengan ijtihad, sedang faqih identik dengan mujtahid. Kalangan fuqaha’ pada umumnya mengartikan fiqh sebagai kumpulan hukum Islam yang mencakup semua aspek hukum syar’i, baik yang tertuang secara tekstual maupun hasil penalaran atau teks. Metodologi hukum Islam adalah pembahasan konsep-konsep dasar hukum Islam, al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan ijtihad, dan bagaimanakah hukum Islam tersebut dikaji dan diformulasikan. Ciri yang paling khas dari hukum Islam adalah adanya elastisitas dan dinamika di dalamnya. Wa Allâh a’lam bi al-shawâb Upaya Rahman dalam membangun konsep-konsep metodologi hukum Islam dan upaya perumusan metodisnya dapat dibaca dalam karyanya, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago and London: University of Cgicago Perss, 1982), hlm. 6-7. 29 918 KARSA, Vol. X No. 2 Oktober 2006 