1. Perubahan Kurikulum Pendidikan dari Masa ke Masa
By panutan September 20, 2013
Kurikulum Pendidikan dari Masa ke Masa – Panutan.com. Dalam dunia pedidikan pasti
sudah tidak asing lagi dengan istilah Kurikulum Pendidikan. Pada dasarnya tujuan dari
pembentukan kurikulum pendidikan adalah tujuan setiap program pendidikan yang diberikan
kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka
kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan. Dalam sistem pendidikan di
Indonesia tujuan pendidikan bersumber kepada falsafah Bangsa Indonesia. Dan dari masa ke
masa dunia pendidikan di Indonesia sudah mengalami beberapa kurikulum, mulai dari
kurikulum 1947 sampai dengan sekarang kurikulum 2013.
Dan pada kesempatan kali ini, saya akan membahas apa saja kurikulum pendidikan yang
sudah di gunakan atau di laksanakan mulai dari tahun 1947 sampai 2013 ini. Berikut ini
sejarah perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia sejak masa awal kemerdekaan tahun
1947 hingga Kurikulum 2006 yang biasa disebut sebagai KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), sebelum akhirnya diubah dengan Kurikulum 2013.
Kurikulum 1947 atau disebut rentjana pelajaran 1947
Kurikulum yang lahir pada masa kenerdekaan ini memakai istilah bahasa
belanda leerpian artinya rencana pelajaran. Istilah itu lebih populer dibanding
istilah curriculum (bahasa inggris).karena masih dalam suasana perjuangan,pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar
dengan bangsa di muka bumi ini. Fokus Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan
pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat. Materi pelajaran di hubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, merinci setiap mata
pelajaran sehingga dinamakan Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah
mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Paling menonjol sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini, yang setiap pelajaran dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Silabus mata pelajaran menunjukkan secara jelas seorang Guru mengajar satu mata pelajaran.
Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964.
Pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pada 1964, namanya Rentjana
pendidikan 1964. Ciri-ciri kurikulum ini, pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat
mendapat pengetahuan akademi untuk pembekalan pada jenjang SD. Sehingga pembelajaran
dipusatkan pada program pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional
atau artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani .
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
2. perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Kurikulum ini merupakan kurikulum terintegrasi pertama. Beberapa mata pelajaran, seperti
Sejarah, Ilmu Bumi, dan beberapa cabang ilmu sosial mengalami fusi menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial. Beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Hayat, Ilmu Alam, dan sebagainya
mengalami fusi menjadi Ilmu Pengetahun Alam (IPS) atau yang sekarang sering disebut
Sains
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rentjana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management
by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK
dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi. Pada Kurikulum 1975 guru dibuat sibuk dengan berbagai catatan kegiatan belajar
mengajar.
Kurikulum 1984
Kurikulum ini mengusung pendekatan proses keahlian. meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975
yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati
sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut CBSA
( Cara Belajar Siswa Aktif ). Hehehhe… kalo dulu sering orang memplesetkannya jadi Catat
Buku Sampai Abis.
Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya memadukan kurikulum kurikulum sebelumnya,
terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum
berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai
terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Misalnya bahasa daerah, kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Akhirnya, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum
super padat.
Tahun 2004 – Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi yang
harus dicapai siswa. Kurikulum ini cenderung Sentralisme Pendidikan, Kurikulum disusun
oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan. Kurikulum yang tidak
disahkan oleh keputusan/Peraturan Mentri Pendidikan ini mengalami banyak perubahan
dibandingkan Kurikulum sebelumnya baik dari orientasi, teori-teori pembelajaran
pendukungnya bahkan jumlah jam pelajaran dan durasi tiap jam pelajarannya.
3. Berdasarkan hal tersebut pemerintah baru menguji cobakan KBK di sejumlah sekolah kota-
kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa saja. Hasilnya kurang memuaskan.
Maka sebagian pakar pendidikan menganggap bahwa pada tahun 2004 tidak terjadi
perubahan kurikulum, yang ada adalah Uji Coba Kurikulum di sebagian sekolah yang disebut
dengan KBK untuk kemudian disempurnakan pada tahun 2006.
Tahun 2006 – Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga
teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol pada Kurikulum ini adalah lebih konstruktif sehingga guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa
serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi
lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran
untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi
pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan
kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota.
Kurikulum 2013
Kuriulum baru yang akan diterapkan pada tahun 2013 tahun ajaran baru. Pada Kurikulum
2013 ini, terdapat sembilan sistem penilaian, yaitu penilaian diri, ulangan harian, ujian tengah
semester, ujian sekolah, ujian nasional, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, penilaian proyek dan penilaian autentik. Sembilan sistem penilaian itu dibuat
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 66
Tahun 2013 tentang Sistem Penilaian Pendidikan. Penilaian diri, dilakukan oleh masing-
masing siswa dengan mengamati kemampuan sendiri. Ulangan, beberapa ujian dan
proyekbisa dilakukan secara tertulis atau dinilai dengan angka. “Sembilan sistem penilaian
berdasarkan Permendikbud, mengisyaratkan ujian tengah semester, ujian sekolah dan ujian
nasional masih ada dalam Kurikulum 2013.Sistem penilaian itu berlaku bagi semua jenjang
sekolah percontohan.”
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan yang
sekarang 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Perubahan kurikulum tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-
beda, karena dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai
untuk memajukan pendidikan nasional kita. Perubahan kurikulum di dunia pendidikan
Indonesia beserta tujuan yang ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:
4. 1; Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947.
Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran)
ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis,
yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang
orientasi pendidikan dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda.
Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang revolusi,
maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun 1950. Oleh karena itu Rencana
Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat
sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
serta garis-garis besar pengajarannya.
Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara,
dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran
untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa
daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam,
Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan,
Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan
Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak
1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1.
Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru mengajar dan
cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan bagaimana cara bercakap-
cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-
hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat
bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif
diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung
kabel listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya,
yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas
sekali. Seorang guru mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas
Masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP.
Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.
Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
2; Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di penghujung
era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
5. 3 Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok
pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah
mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.
4 Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
5 Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran
dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru
dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahun ini pengajaran matematika modern resminya dimulai. Model pembelajaran
matematika modern ini muncul karena adanya kemajuan teknologi. Di Amerika Serikat
perasaan adanya kekurangan orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket
sangat sedikit, mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika.
W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar
bermakna dan berpengertian. Teori Gestalt yang muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt
menengaskan bahwa latihan hafal adalah sangat penting dalam pengajaran namun diterapkan
setelah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran matematika di
Indonesia. Berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran kurang menekankan pada
pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain
6. sebagainya. Ditambah lagi masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya
Pemerintah merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan
tersebut.
Muncullah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempunyai karakteristik
sebagai berikut.
a Membuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul adalah
himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno, penulisan lambang
bilangan non desimal.
b Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian dari pada
hafalan dan ketrampilan berhitung.
c Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu.
d Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur.
e Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya hetrogen.
f Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
g Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
h Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan masalah dan
teknik diskusi.
i Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
6 Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
“Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan
bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas
di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai
siswa.
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi matematika.
Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara
terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika
ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan
komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap matematika
dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru, yaitu
kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya
sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya
perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta
kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap
kemampuan anak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu
melekat erat dalam kurikulum tersebut. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi
7. materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru
seperti komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut.
Langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan hal-hal
sebagai berikut;
a Guru supaya meningkatkan profesinalisme
b Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator dan
computer
c Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah
lanjutan
d Pengevaluasian hasil pembelajaran
e Prinsip CBSA di pelihara terus
7 Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman
konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Tahun 90-an kegiatan olimpiade matematika internasional begitu marak. Sampai
tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade matematika internasional. Saat itu
Yugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan yang berhasil mendulang medali
adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali. Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang siap dalam
kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelesaikan problem-problem
kehidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah berusaha mengembangkan
kurikulum baru yang mampu membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan.
Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter yang
khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika
kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat
itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual
yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok
bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
8 Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk
melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah
ditetapkan. Competency Based Education is education geared toward preparing indivisuals to
8. perform identified competencies (Scharg dalam Hamalik, 2000: 89). Hal ini mengandung arti
bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu
kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada:
1 Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui
serangkaian pengalaman belajar yang bermakna.
2 Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuan yang ingin dicapai menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum
berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika dalam kurikulum
tersebut mempunyai tujuan antara lain;
a Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkankesamaan,
perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
b Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat
prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
d Mengembangkan kemapuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram, dalam
menjelaskan gagasan.
9 Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan
proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota.