Dokumen tersebut membahas tentang perolehan aktiva tetap pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan apakah sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Dokumen ini menjelaskan definisi UMKM, aktiva tetap, dan cara perolehan aktiva tetap menurut SAK ETAP serta metode penelitian untuk menganalisis apakah UMKM sudah menerapkan SAK ETAP dalam pelaporan
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, penggerak utama kondisi perekonomian negara adalah dari sektor
UMKM. Semakin banyaknya sektor-sektor industri di Indonesia maka semakin menuntut
suatu perusahaan untuk lebih memperhatikan kondisi perusahaannya dan tanggap akan
perubahan-perubahan yang terjadi diluar sana.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro. Dalam suatu usaha yang
berskala kecil Aset tetap sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan operasional usaha
tersebut. Aset tetap dapat diperolaeh melalui berbagai cara, seperti :
1. Perolehan dengan pembelian tunai (Acquisition br Purchase for cash)
2. Perolehan dengan pembelian angsuran (Acquisition by purchase on long term contract)
3. Perolehan dengan pertukaran (Acquisition by exchange)
4. Perolehan dengan Surat Berharga (Acquisition by Issued for Securities)
5. Hibah/sumbangan
Dalam melakukan pelaporan keuangan para pengguna UMKM hanya mengetahui
cara pelaporan tersebut tanpa mengetahui metode yang digunakan dalam pelaporan atau
tanpa menggunakan standar pelaporan keuangan yang ada khususnya SAK ETAP. Oleh
karena itu penulis ingin melakukan penelitian apakah UMKM yang ada saat ini melaporkan
aktiva tetap sesuai dengan SAK ETAP.
1
2. B. Rumusan Masalah
Apakah akuntansi perolehan aktiva tetap pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) sudah sesuai dengan SAK ETAP ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah akuntansi perolehan aktiva tetap pada Usaha Kecil,
Mikro dan Menengah (UMKM) apakah sudah sesuai dengan SAK ETAP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi tambahan bagi Usaha
Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) apabila diperlukan koreksi akibat tidak sesuai
dengan SAK ETAP serta menambah wawasan penulis dalam penerapan perolehan aktiva
tetap pada Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM).
2
3. BAB II
DASAR TEORI
A. Definisi Usaha Kecil Menengah
Dengan berkembangnya perekonomian nasional, maka pada tahun 1991 Departemen
Perindustrian melakukan penyesuaian rumusan pengelompokan industri yaitu untuk industri
kecil dan kerajinan didefinisikan sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk
Indonesia dengan jumlah nilai aset kurang dari Rp. 600 juta di luar nilai tanah dan bangunan
yang digunakannya. Sedangkan Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari investasi, di
luar tanah dan bangunan, sebesar Rp. 600 juta bagi pengertian industri kecil.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari
segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha), atau
2. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1 miliar/tahun.
Untuk kriteria usaha menengah :
1. Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 5 miliar, dan
2. Untuk sektor non-industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp. 3 miliar.
Partomo dan Soejoedono (2002) menyatakan INPRES No.10 Tahun 1999
mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih
besar dari Rp. 200 juta sampai maksimal Rp. 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha).
3
4. Definisi atau kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan menengah di Indonesia
sampai saat ini dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi dunia usaha, serta kurang
dapat digunakan sebagai acuan oleh instansi atau intitusi lain, sehingga masing-masing
institusi menggunakan definisi yang berbeda.
Kriteria umum UKM dilihat dari ciri-cirinya pada dasarnya bisa dianggap sama, yaitu sebagai
berikut:
1. Struktur organisasi yang sangat sederhana.
2. Tanpa staf yang berlebihan.
3. Pembagian kerja yang “longgar”.
4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.
5. Aktivitas yang formal sedikit, dan sedikit menggunakan proses perencanaan.
6. Kurang membedakan aset pribadi dari aset perusahaan.
B. Definisi Aktiva
Menurut Al Haryono Jusuf (2001:22) “Aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang
dimiliki perusahaan yang biasanya dinyatakan dalam satuan uang”.
Klasifikasi Aktiva
Pada Kebanyakan perusahaan, baik itu perusahaan jasa ataupun dagang. Aktiva
dibagi menjadi dua kelompok yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.
Pengertian Aktiva Tetap
Menurut Lli M. Sadeli (2002:20) Aktiva Tetap adalah “ Kekayaan yang dimiliki
perusahaan yang fisiknya konkret dan digunakan dalam operasi perusahaan secara
permanen (lebih dari satu periode akuntansi/tahun).
Sedangkan menurut SAK ETAP, Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke
4
5. pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan akan digunakan lebih dari
satu periode.
Pengakuan
Entitas harus menerapkan kriteria pengakuan dalam menentukan pengakuan
aset tetap. Oleh karena itu, entitas harus mengakui biaya perolehan aset tetap sebagai
aset tetap jika:
a. kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
b. pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Tanah dan bangunan adalah aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat secara
terpisah, meskipun tanah dan bangunan tersebut diperoleh secara bersamaan.
Pengukuran pada saat Pengakuan
Pada saat pengakuan awal, aset tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.
Unsur Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap meliputi:
harga beli, termasuk termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak
pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian dan
potongan lainnya;
biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud
manajemen. Biaya-biaya ini termasuk biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya
penanganan dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan, dan biaya
pengujian fungsionalitas;
estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi
lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau
5
6. karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu bukan untuk
menghasilkan persediaan.
Biaya-biaya berikut ini bukan merupakan biaya perolehan aset tetap dan harus
diakui sebagai beban ketika terjadi:
a) biaya pembukaan fasilitas baru;
b) biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya aktivitas iklan dan
promosi);
c) biaya penyelenggaran bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru
(termasuk biaya pelatihan staf);
d) biaya administrasi dan overhead umum lainnya.
Pendapatan dan beban yang terkait dengan kegiatan insidental selama masa
konstruksi atau pengembangan aset tetap diakui dalam laporan laba rugi jika
operasional tersebut tidak diperlukan untuk membawa aset tetap ke lokasi dan kondisi
operasi yang dimaksud.
Pengukuran Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunainya pada tanggal pengakuan.
Jika pembayaran ditangguhkan lebih dari waktu kredit normal, maka biaya perolehan
adalah nilai tunai semua pembayaran masa akan datang.
Pertukaran Aset
Jika aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset nonmoneter atau
kombinasi aset moneter dan aset nonmoneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai
wajar, kecuali
a) transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau
6
7. b) nilai wajar aset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara
andal. Dalam kasus tersebut, biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang
diserahkan.
Pengeluaran Setelah Pengakuan Awal
Pengeluaran setelah pengakuan awal suatu aset tetap yang memperpanjang
umur manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang
akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan
standar kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap tersebut.
Pengeluaran setelah pengakuan awal aset hanya diakui sebagai suatu aset jika
pengeluaran meningkatkan kondisi aset melebihi standar kinerja semula. Contoh
peningkatan yang menghasilkan peningkatan manfaat keekonomian masa yang akan
datang mencakup:
a) modifikasi suatu pos sarana pabrik untuk memperpanjang usia manfaatnya,
termasuk suatu peningkatan kapasitasnya;
b) peningkatan kemampuan mesin untuk mencapai peningkatan besar dalam kualitas
keluaran;
c) penerapan proses produksi baru yang memungkinkan suatu pengurangan besar
biaya operasi.
Pengukuran setelah pengakuan awal
Entitas harus mengukur seluruh aset tetap setelah pengakuan awal pada biaya
perolehan dikurang akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Entitas harus mengakui biaya pemeliharaan dan reparasi sehari-hari (cost of day-to-day
servicing) dari aset tetap sebagai beban dalam laporan laba rugi pada periode
terjadinya.
7
8. Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan
karena SAK ETAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga
pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan
pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai
penyimpangan dari konsep biaya perolehan di dalam penyajian aset tetap serta
pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan entitas.
Pengungkapan
Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kelompok aset tetap:
a) dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto;
b) metode penyusutan yang digunakan;
c) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi
kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan
e) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
penambahan;
pelepasan;
kerugian penurunan nilai yang diakui atau dipulihkan dalam laporan laba rugi
sesuai dengan Bab 22 Penurunan Nilai Aset;
penyusutan;
perubahan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan:
keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan
untuk utang;
jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh aset tetap.
8
9. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM).
Adapun subjek yang diteliti adalah mengenai cara perolehan aktiva tetap pada Usaha
Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM)
B. Teknik Pengumpulan Data
Untuk dapat memperoleh semua data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, maka
selama penulisan digunakan metode Penelitian Kepustakaan (library research) yakni
pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku yang ada kaitannya dengan
penulisan penelitian ini.
C. Alat Analisis yang Digunakan
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara membaca laporan
keuangan sederhana UMKM
9