SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  42
Oleh :
Drs. Sugandi, M.Si




                     1
PENDAHULUAN
 Tujuan studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam dunia
    filsafat, yatu mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya.
    Studi filsafat dimaksudkan untuk “pendidikan mental”.
   Tujuan umum filsafat adalah menjadikan manusia yang susila. Orang
    yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus
    orang yang bijaksana.
   Tujuan khusus filsafat adalah menjadikan manusia yang berilmu. Ahli
    filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu
    pengetahuan, yang selalu mencari kebenaran dari semua problema
    keilmuan.
   Perbedaan orang yang berfilsafat dengan orang yang tidak berfilsafat
    terletak pada sikap seseorang terhadap hidupnya.
   Filsafat mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan
    manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu,
    makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup.
.
                                                                             2
PENGERTIAN FILSAFAT
 Secara      Etimologis : kata filsafat berasal dari bahasa Yunani
  “Philosophia” yang merupakan penggabungan dua kata yakni
  “philos” atau “philein” yang berarti “cinta”, “mencintai”, serta kata
  “sophia” yang berarti “kebijaksanaan” atau “ hikmat”.
 Secara bahasa “filsafat” memiliki arti “cinta akan kebijaksanaan”.
  Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar.
  Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang
  sesungguhnya.
 Arti kata ini belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata
  filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan
  keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan itu.
 Seseorang disebut filosof bila telah mendapat atau meraih
  kebijaksanaan, pengertian ini berlaku di Timur (Tiongkok dan India).


                                                                          3
Lanjutan
 Plato (427 – 347 SM), memberikan
 istilah dialektika (seni berdikskusi). Jadi
 filsafat adalah mengkritik pendapat-
 pendapat yang berlaku. Jadi kearifan
 atau pengetahuan intelektual itu
 diperoleh        melalui suatu proses
 pemeriksaan secara kritis, diskusi dan
 penjelasan.




                                               4
Lanjutan
 Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat sebagai
  ilmu menyelidiki tentang hal ada sebagai hal
  ada yang berbeda dengan bagian-bagiannya
  yang satu atau lainnya.
 Ilmu ini juga dianggap sebagai ilmu yang
  pertama dan terakhir, sebab secara logis
  disyaratkan adanya ilmu lain yang juga harus
  dikuasai, sehingga untuk memahaminya
  orang harus menguasai ilmu yang lain itu.




                                                 5
Lanjutan
 Sir Francis Bacon (1561 – 1626 M),
 filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu.
 Filsafat menangani semua pengetahuan
 sebagai bidangnya.




                                               6
Lanjutan
 Rene Descartes (1590 – 1650), filsafat
  sebagai kumpulan segala pegetahuan di
  mana Tuhan, Alam, dan Manusia menjadi
  pokok penyelidikan




                                           7
Filsafat sebagai Ilmu
 Dalam pengertian filsafat sebagai ilmu mengandung empat
  pertanyaan ilmiah : bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan
  apakah.
 Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-2 yang ditangkap oleh
  indra. Jawaban yang diperolehnya bersifat deskriptif
  (penggambaran)
 Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula)
  suatu obyek. Jawaban yang diperolehnya bersifat kausalitas
  (sebab-akibat).
 Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi dimasa lampau,
  sekarang dan akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis
  pengetahuan, yaitu : (1) pengetahuan yang timbul dari hal yang
  selalu berulang (kebiasaan), yang nantinya dapat dijadikan sebagai
  pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang
  akan terjadi.
                                                                       8
Lanjutan
 (2) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung
  dalam adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Pedoman
  yang selalu dipakai disebut hukum, (3) pengetahuan yang timbul
  dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang
  dijadikan pegangan.
 Pertanyaaan apakah yang menanyakan tentang hakekat atau inti
  mutlak dari suatu hal. Hakekat ini sifatnya sangat dalam (radix)
  dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti
  oleh akal. Jawaban yang diperolah akan dapat mengetahui hal-hal
  yang sifatnya umum, universal, abstrak.
 Untuk memperoleh pengetahuan hakekat, haruslah dilakukan
  dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan
  keadaan, sifat-2 yang secara kebetulan, sehingga akhirnya tinggal
  sifat yang harus ada(mutlak) yaitu substansi.

                                                                      9
Filsafat sebagai cara berpikir
 Berpikir secara filsafat artinya berpikir yang sangat mendalam
  sampai hakekat atau secara menyeluruh, atau berpikir dilihat dari
  berbagai sudut pandang ilmu pengtahuan.
 Berpikir demikian sebagai upaya untuk berpikir secara tepat dan
  benar serta dapat dipertanggung jawabkan. Ada beberapa
  persyaratan yaitu :
   Harus sistimatis, pemikiran yang sistematis dimaksudkan untuk
    menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional.
    Sistematikan pemikiran filosof dipengaruhi oleh keadaan
    dirinya, lingkungan, zamannya, pendifikan.
   Harus konseptual, maksudnya adalah sebagai upaya untuk
    menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas), karena
    berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan
    prosesnya.



                                                                      10
Lanjutan
  Harus koheren, koheren atau runtut adalah unsur-unsur tidak
   boleh mengandung uraian yang bertentangan satu sama lain.
   Koheren memuat suatu kebenaran logis.
  Harus rasional, maksudnya adalah unsur-unsurnya
   berhubungan secara logis. Artinya pemikiran filsafat harus
   diuraikan dalam bentuk yang logis.
  Harus sinoptik, sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat
   hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara
   integral.
  Harus mengarah kepada pandangan dunia, maksudnya adalah
   pemikiran filsafat sbagai upaya untuk memahami semua
   realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan
   (hidup) dunia.

                                                                   11
Filsafat sebagai pandangan hidup.

 Filsafat pada hakekatnya bersumber pada kodrat pribadi manusia.
  Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia
  secara total dan sentral sesuai dengan hakekat manusia sebagai
  makhluk monodualisme. Manusia secara total (menyeluruh) dan
  sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan
  bermacam-macam filsafat seperti :
   Manusia dengan unsur raganya melahirkan filsafat biologi.
   Manusia dengan unsur rasanya melahirkan filsafat keindahan
    (estetika).
   Manusia dengan unsur monodualismenya melahirkan filsafat
    antropologi.
   Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik-buruk
    melahirkan filsafat tingkah laku (etika)
                                                                   12
Lanjutan
    Manusia sebagai makhluk yang berakal melahirkan filsafat
      berpikir (logika).
    Manusia dengan segala aspek kehidupannya melahirkan filsafat
      nilai (aksiologi).
    Manusia dengan dan sebagai warga negara melahirkan filsafat
      negara.
  Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu pandangan
   hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam
   kehidupan sehari-hari.
  Pandangan hidup akan tercermin didalam sikap hidup dan cara
   hidup. Sikap dan cara hidup akan muncul apabila manusia mampu
   memikirkan dirinya sendiri secara total.

                                                                       13
Obyek Materi dan Obyek forma Filsafat
 Obyek     materi adalah hal atau bahan yang diselidiki (hal yang
  dijadikan sasaran penyelidikan). Sedangkan obyek forma adalah
  sudut pandang).
 Obyek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” disini
  mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan
  kemungkinan. Sedangkan obyek forma filsafat adalah menyeluruh
  secara umum.
 Menyeluruh berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat
  mencapai hakekat (mendalam), tidak ada satupun yang berada di
  luar jangkauan pembahasan filsafat. Umum berarti bahwa dalam hal
  tertentu, hal tersebut dianggap benar selama tidak merugikan
  kedudukan filsafat sebagai ilmu.

                                                                   14
Ciri pemikiran filsafat
 Ada beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat
  yaitu :
   Sangat umum/universal.
    Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan
    tingkat keumumannya sangat tinggi. Pemikiran filsafat tidak
    bersangkutan dengan obyek khusus, akan tetapi dengan konsep
    yang sifatnya umum (tentang manusia, keadilan, kebebasan).
   Tidak faktual.
    Kata lain adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-2
    yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan
    pada bukti. Jawaban yang didapat dari dugaan ini sifatnya juga
    spekulatif. Bukan berarti pemikiran filsafat tidak ilmiah, tetapi tidak
    termasuk dalam kewenangan ilmu khusus.
                                                                          15
Lanjutan
    Bersangkutan dengan nilai.
     Filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan,
     berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan
     dalam penilaian adalah tentang yang baik dan buruk.
    Berkaitan dengan arti.
     Nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang bernilai
     tentu didalamnya penuh dengan arti. Agar filosof dalam
     mengungkapkan idenya sarat dengan arti, harus dapat
     menciptakan kalimat logis dan bahasa yang tepat.
    Implikatif.
    Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung
     implikasi (akibat logis). Implikasi ini melahirkan pemikiran
     dinamis.

                                                                    16
Cabang-cabang filsafat
 Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari :
   Epistemologi
   Logika
   Kritik ilmu-ilmu
 Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari :
   Metafisika umum (ontologi)
   Metafisika khusus, terdiri :
   Teologi metafisik
   Antropologi
   Kosmologi
 Filsafat tentang tindakan, terdiri dari :
   Etika
   Estetika
 Sejarah filsafat
                                                           17
Lanjutan
 Pembagian filsafat secara sistimatis yang didasarkan pada
  sistematika yang berlaku didalam kurikulum akademis :
   Metafisika (filsafat tentang hal yang ada)
   Epistemologi (teori pengetahuan)
   Metodologi (teori tentang metode)
   Logika (teori tentang penyimpulan)
   Etika (filsafat tentang pertimbangan nilai)
   Estetika (filsafat tentang keindahan)
   Sejarah filsafat
 Pembagian filsafat berdasar struktur pengetahuan yang
  berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat
  sistematis, filsafat kusus dan filsafat keilmuan.
 Filsafat sistematis, terdiri :
   Metafisika
   Epistemologi
                                                                         18
Lanjutan
    Metodologi
    Logika
    Etika
    Estetika
 Filsafat khusus terdiri :
   Filsafat seni
   Filsafat kebudayaan
   Filsafat Pendidikan
   Filsafat Sejarah
   Filsafat Bahasa
   Filsafat Hukum
   Filsafat Politik
   Filsafat Agama
   Filsafat Nilai
                              19
Lanjutan
 Filsafat Keilmuan terdiri :
   Filsafat Matematika
   Filsafat Biologi
   Filsafat Linguistik
   Filsafat Psikologi
 Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak
  kita harus mempelajari lima bidang pokok, yaitu Metafisika,
  Epistemologi, Logika, Etika, dan Sejarah Filsafat.
  1. Metafisika.
     Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian
     dari persoalan filsafat. Suatu cabang filsafat yang paling sulit
     dipahami terutama bagi pemula belajar filsafat. Yang dibicarakan
     adalah :

                                                                    20
Lanjutan
  Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal;
  Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan;
  Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar;
  Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehenship
    tentang segala sesuatu
  Membicarakan persoalan-2 seperti : hubungan akal dengan
    benda, hakekat perubahan, wujud Tuhan, kehidupan setelah
    mati.
 2. Epistemologi.
    Epistemologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara
    umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik,
    dan kebenaran pengetahuan.
                                                                  21
Lanjutan
     Persoalan Epistemologi (teori pengetahuan) berkaitan erat
     dengan persoalan Metafisika. Bedanya persoalan epistemologi
     berpusat pada apakah yang ada, yang didalamnya memuat :
      Problem asal pengetahuan
      Apakah sumber-sumber pengetahuan
      Dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita
        dapat mengetahui
      Apakah pengetahuan kita itu benar
      Bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan
  3. Logika.
     Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap
     asas, aturan, dan tatacara penalaran yang betul. Pada mulanya
     logika sebagai pengetahuan rasional, oleh Aristoteles disebut
     dengan analitika dan dikembangkan oleh para filsuf abad
     Tengah yang disebut Logika tradisonal.
                                                                     22
Lanjutan
  Logika tradisional dikembangkan menjadi logika modern,
    sehingga dewasa ini menjadi bidang pengetahuan yang amat
    luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati, tetapi
    bercorak teknis dan ilmiah. tika.
 4. Etika atau filsafat perilaku, sebagai satu cabang filsafat yang
    membicarakan “tindakan manusia”, dengan penekanan yang
    baik dan yang buruk.
    Terdapa dua permasalahan, yaitu yang menyangkut “tindakan“
    dan “baik-buruk”. Dalam pemahaman etika sebagai
    pengetahuan norma baik-buruk dalam tindakan mempunyai
    persoalan yang luas.
    Etika berbeda dengan agama yang didalamnya juga memuat
    dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan.
                                                                      23
Lanjutan
 Etika bersumber pada rasio semata yang lepas dari sumber
   wahyu agama yang dijadikan sumber norma Ilahi. Dengan
   demikian etika adalah ilmu yang bekerja secara rasional.
5. Sejarah Filsafat.
   Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan
   dengan pemikiran filsafat. Memuat berbagai pemikiran
   kefilsafatan mulai dari zaman pra-Yunan I hingga zaman modern.
   Dengan mengetahui pemikiran filsafat para ahli pikir (filosof) akan
   didapat berbagai ragam pemikiran.
   Dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-2 yang genius
   hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan ide-
   ide yang cemerlang.



                                                                         24
Kedudukan Ilmu Filsafat dan Agama.
 Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan
  reflektif dengan manusia. Ketiganya tidak dapat bergerak dan
  berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang
  berada di dalam diri manusia.
 Tiga alat dan tenaga utama manusia yaitu akal pikir, rasa dan
  keyakinan, sehingga manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi
  dirinya.
 Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal
  pikiran. Agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya
  keyakinan.
 Ketika alat dan tenaga utama tidak dapat berhubungan dengan
  ilmu, filsafat dan agama apabila tidak didorong oleh kemauan
  manusia yang merupakan tenaga tersendiri. .
                                                                  25
Lanjutan
  Reflektif, karena ilmu, filsafat dan agama baru dapat dirasakan
   faedahnya dalam kehidupan manusia, apabila ketiganya
   merefleksi (lewat proses pantul diri) dalam diri manusia.
  Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan
   indra, dan filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni
   terhadap kenyataan dan pengalaman manusia., dan agama
   mendasarkan pada otoritas wahyu.
  Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama, apabila
   tidak, maka filsafat tidak akan memuat kebenaran obyektif
   karena yang memberikan penerangan adalah akal pikiran.
  Apabila hanya berdasark pada akal pikiran, akan tidak
   sanggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama
   pemahaman terhadap yang Gaib.

                                                                     26
Beberapa Kegunaan Mempelajari Filsafat.
 Dapat    menambah ilmu pengetahuan, karena dengan
  bertambahnya ilmu bertambah pula cakrawala pemikiran yang
  semakin luas. Dengan demikian dapat membantu penyelesaian
  masalah secara bijaksana.
 Membawa manusia ke arah kemampuan untuk merentang
  kesadaran dalam segala tindakan, sehingga akan dapat lebih
  hidup, lebih tanggap terhadap diri dan lingkungan, lebih sadar
  terhadap hak dan kewajiban.
 Kemajuan dan teknologi dan dampak negatif yang dihasilkan,
  akan menghasilkan kebigungan, keraguan (skeptis). Untuk itu
  sangat diperlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan
  pengarahan, dan manusia dibekali suatu kebijaksanaan yang
  memuat nilai-nilai kehidupan.
                                                                   27
Metode-metode Filsafat
 Kegiatan berpikir atau kegiatan       kefilsafatan sesungguhnya
  berupa “perenungan”. Perenungan untuk menyusun suatu bagan
  yang konseptual, tidak boleh kontradiktif, hubungan bagian yang
  satu dengan lain harus logis, harus mampu memberi penjelasan
  tentang pandangan dunia.
 Sebagai perangkat berpikir adalah analisis dan sintesis. Dalam
  menganalisis dan mensistesis para ahli pikir menggunakan alat
  pemikiran berupa logika, deduksi, analogi dan komparasi.
 Analisis adalah melakukan pemeriksaan secara konsepsional
  terhadap makana dan istilah yang digunakan dalam pernyataan
  yang kita buat.
 Sintesis sebagai upaya mencari kesatuan di dalam keragaman,
  yaitu mengumpulkan pengetahuan yang diperoleh.Lebih banyak
  keterangan yang diperoleh hasilnya akan lebih baik, akurat.
                                                                    28
Lanjutan
 Logika adalah ilmu pengetahuan tentang penyimpulan yang lurus
  serta menguraikan tentang aturan-aturan untuk mencapai
  kesimpulan dari premis-premis.
 Logika Induksi membicarakan penarikan kesimpulan bukan dari
  pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan yang khusus.
  Kesimpulannya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan
  yang diajukan.




                                                                    29
Lanjutan




           30
Lanjutan




           31
32
Lanjutan




           33
Lanjutan




           34
35
Lanjutan
     rata-rata 40-60 km/jam. Kedua motor ini juga sama-sama telah
     menempuh jarak 5.000 km. Sepeda motor Asri irit bensinnya.
    Tuti dan Asti masing-masing memiliki sebuah sepeda motor.
     Kedua motor itu memiliki merek yang sama. Karena sepeda
     motor Tuti irit bensinnya , maka Asti bisa mengharapkan
     motornya irut juga bensinnya.
     Probabilita kebenaran kesimpulan argumen mana yang lebih
     tinggi ?
3. Kekuatan konklusi argumen analogis. Kekuatan disini erat
   kaitannya dengan sempit atau luasnya konklusi terhadap premis.
    Perhatikan contoh tentang Asri dan Dudu. Dikatakan bahwa
     sepeda Asri irit bensinnya, katakanlah satu liter untuk 30 Km.
     Berdasar ini Dudu berksimpulan bahwa sepeda motornya juga

                                                                      36
Lanjutan

       Menghabiskan satu liter untuk 30 Km. Dengan demikian bisa
       dikatakan kesimpulan Dudu ini realtif lemah. Tetapi bila ia
       berkesimpulan bahwa motornya menghabiskan bensin
       sebanyak satu liter untuk 28 Km, dapat dikatakan kesimpulan
       Dudu relatif kuat.
 4. Jumlah butir ketidaksamaan/disanalogi antara obyek yang
    disebutkan dalam premis dengan obyek yang disebutkan dalam
    konklusi.
    Maksud kriteria ini adalah bahwa semakin banyak butir disanalogi
    diantara obyek-obyek yang disebutkan dalam premis, semakin
    besar probabilita kebenaran konklusi suatu argumen analogis.
    Perhatikan contoh berikut :

                                                                       37
Lanjutan
  1. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah berhasil
     lulus dari tingkat I secara mudah. Ali adalah lulusan SMA X
     yang baru akan mengikuti kuliah. Kemungkinan Ali akan dapat
     menyelesaikan mata kuliah dengan mudah.
  2. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah berhasil
     lulus dari tingkat I secara mudah. Mereka ini berasal dari
     keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-
     beda. Ali merupakan lulusan SMA X yang akan mengikuti
     kuliah tingkat I. Kemungkinan, Ali dapat naik ke tingkat II
     dengan mudah.
 Mana konklusi/kesimpulan yang lebih besar probabilita
  kebenarannya ?

                                                                   38
Lanjutan
 5. Relevansi ciri-ciri yang sama dari obyek-obyek yang disebutkan
   dalam premis (dan dalam kesimpulan).
   Dari butr penilaian kedua, dapat disimpulkan bahwa semakin
   banyak kesamaan ciri antara sepeda motor Asri dengan sepeda
   motor Dudu, semakin besar kemungkinan kebenaran konklusi
   Dudu.
  Dalam kaitan dengan butir penilaian kelima, dapat dikatakan
   bahwa jumlah ciri kesamaan saja tidak memadai. Tetapi juga perlu
   diperhatikan relevan atau tidaknya ciri kesamaan yang disebutkan.
   Contoh : Butir kesamaan antara sepeda motor Asri dengan Dudu
   ada 6 buah : (1) warna, (2) bentuk kaca spion, (3) bentuk sadel,
   (4) ukuran kunci, (5) model lampu, (6) ukuran tangki bensin.
   Sepeda Asri ternyata irit bensinnya.
                                                                       39
Lanjutan

 Berlandaskan pada hal-hal ini, Dudu menyimpulkan bahwa sepeda
  motornya irit bensin. Besarkah probabilita kebenaran kesimpulan
  Dudu ?
 Mencari mana ciri yang relevan untuk diperhitungkan dalam suatu
  argumen analogis tidaklah mudah. Kita harus terlebih dahulu
  mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan apa.
 Untuk soal irit/tidaknya pemakaian bensin, kita harus terlebih
  dahulu mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan irit atau
  tidaknya pemakaian bensin sepeda motor.
 Dengan kata lain kita perlu berbekal pengetahuan tentang
  hubungan kausal untuk merumuskan dan menilai suatu argumen
  analogis.
                                                                    40
HUBUNGA KAUSAL (SEBAB AKIBAT)
 Suatu    peristiwa/kejadian tidak terjadi begitu saja; melainkan
  bertalian dengan peristiwa lain dalam suatu hubungan kausal
  (sebab-akibat).
 Dalam pembicaraan sehari-hari, sering kita beranggapan bahwa
  sebab itu terjadi mendahului akibat., atau akibat itu mengikuti
  sebab.
 Tidak selamanya akibat itu mengikuti sebab, bisa sebaliknya. Ini
  terjadi , salah satunya adalah dalam soal pencapaian tujuan
  melalui cara tertentu.
 Seringkali keinginan untuk mencapai tujuan tertentu justru menjadi
  penyebab dilaksanakannya suatu cara tertentu.
  Akibat mengikuti sebab : Tiupan angin            Kibaran bendera
  Sebab mengikuti akibat : Belajar giat            Nilai tinggi
                                                                   41
Lanjutan

 Sebab-akibat bisa diartikan juga dalam konteks kondisi mutlak –
  kondisi memadai. Dalam konteks kondisi mutlak, bahwa untuk
  terjadinya akibat tertentu, mutlak diperlukan sebab tertentu.
  Adanya api - Ledakan di pabrik mesiu.
 Kondisi memadai adalah sebab tertentu yang keberadaannya saja
  sudah menjamin terjadinya akibat tertentu. Pertemuan antara
  mesiu dan api. Ini bisa dianggap sebagai kondisi memadai karena
  keberadaannya saja sudah memadai untuk menimbulkan ledakan.
 Tidak selamanya suatu sebab hanya tergolong sebagai kondisi
  mutlak dan sebab lainnya sebagai kondisi memadai. Bisa terjadi
  suatu sebab sekaligus tergolong sebagai kondisi mutlak dan
  kondisi memadai.
                                                                    42

Contenu connexe

Tendances

Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuanpowerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuankikiismayanti
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)AldiwaPandu
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamchusnaqumillaila
 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologiIbnu Fajar
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaRisa Octaviani
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umumAyah Abeeb
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalahMeyLiontin
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidRoisMansur
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaRobet Saputra
 
Pengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaanPengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaaneryeryey
 
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANFILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANAlvy Mayrina
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1Jihan Hidayah Putri
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMas Yono
 

Tendances (20)

Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuanpowerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
powerpoint tentang ilmu dan pengetahuan
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
 
Filsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - EpistemologiFilsafat Umum - Epistemologi
Filsafat Umum - Epistemologi
 
Ilmu Pengetahuan
Ilmu PengetahuanIlmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan
 
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islamBagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
Bagaimana manusia bertuhan-- materi kuliah agama islam
 
Presentasi ontologi
Presentasi ontologiPresentasi ontologi
Presentasi ontologi
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusiaPengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
Pengertian dan kedudukan filsafat dalam ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia
 
Makalah filsafat umum
Makalah filsafat umumMakalah filsafat umum
Makalah filsafat umum
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
Pengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaanPengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaan
 
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANFILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 

Similaire à Filsafat Manusia

PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptEFENDIDIANSYAH
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptheri146962
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfRoida1
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxSitiYuliana11
 
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptxPengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptxyonayori
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxfebry66
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafatKumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafatyudiyunika
 
2 Filsafat.pptx
2 Filsafat.pptx2 Filsafat.pptx
2 Filsafat.pptxagunk4
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiJulianaRafiati
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatNur Chawhytz
 

Similaire à Filsafat Manusia (20)

PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.pptPENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
PENGANTAR_FILSAFAT_UMUM.ppt
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
 
FILSAFAT DARI SISI EPISTEMILOGI.ppt
FILSAFAT DARI SISI EPISTEMILOGI.pptFILSAFAT DARI SISI EPISTEMILOGI.ppt
FILSAFAT DARI SISI EPISTEMILOGI.ppt
 
Filsafat
Filsafat Filsafat
Filsafat
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docxArtikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
Artikel FKI_SITI YULIANA_2205056041.docx
 
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptxPengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
Pengantar Filsafat, Pertemuan 5.pptx
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikan
 
Bab i.aliran filsafat
Bab i.aliran filsafatBab i.aliran filsafat
Bab i.aliran filsafat
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Filsafat 3
Filsafat 3Filsafat 3
Filsafat 3
 
Filsafat 3
Filsafat 3Filsafat 3
Filsafat 3
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Kumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafatKumpulan artikel filsafat
Kumpulan artikel filsafat
 
2 Filsafat.pptx
2 Filsafat.pptx2 Filsafat.pptx
2 Filsafat.pptx
 
Tugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiatiTugas mandiri fki juliana rafiati
Tugas mandiri fki juliana rafiati
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 

Filsafat Manusia

  • 2. PENDAHULUAN  Tujuan studi filsafat adalah mengantarkan seseorang ke dalam dunia filsafat, yatu mengetahui apakah filsafat, maksud dan tujuannya. Studi filsafat dimaksudkan untuk “pendidikan mental”.  Tujuan umum filsafat adalah menjadikan manusia yang susila. Orang yang susila dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus orang yang bijaksana.  Tujuan khusus filsafat adalah menjadikan manusia yang berilmu. Ahli filsafat dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, yang selalu mencari kebenaran dari semua problema keilmuan.  Perbedaan orang yang berfilsafat dengan orang yang tidak berfilsafat terletak pada sikap seseorang terhadap hidupnya.  Filsafat mengajarkan tentang kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup. . 2
  • 3. PENGERTIAN FILSAFAT  Secara Etimologis : kata filsafat berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” yang merupakan penggabungan dua kata yakni “philos” atau “philein” yang berarti “cinta”, “mencintai”, serta kata “sophia” yang berarti “kebijaksanaan” atau “ hikmat”.  Secara bahasa “filsafat” memiliki arti “cinta akan kebijaksanaan”. Cinta artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.  Arti kata ini belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan itu.  Seseorang disebut filosof bila telah mendapat atau meraih kebijaksanaan, pengertian ini berlaku di Timur (Tiongkok dan India). 3
  • 4. Lanjutan  Plato (427 – 347 SM), memberikan istilah dialektika (seni berdikskusi). Jadi filsafat adalah mengkritik pendapat- pendapat yang berlaku. Jadi kearifan atau pengetahuan intelektual itu diperoleh melalui suatu proses pemeriksaan secara kritis, diskusi dan penjelasan. 4
  • 5. Lanjutan  Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat sebagai ilmu menyelidiki tentang hal ada sebagai hal ada yang berbeda dengan bagian-bagiannya yang satu atau lainnya.  Ilmu ini juga dianggap sebagai ilmu yang pertama dan terakhir, sebab secara logis disyaratkan adanya ilmu lain yang juga harus dikuasai, sehingga untuk memahaminya orang harus menguasai ilmu yang lain itu. 5
  • 6. Lanjutan  Sir Francis Bacon (1561 – 1626 M), filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu. Filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. 6
  • 7. Lanjutan  Rene Descartes (1590 – 1650), filsafat sebagai kumpulan segala pegetahuan di mana Tuhan, Alam, dan Manusia menjadi pokok penyelidikan 7
  • 8. Filsafat sebagai Ilmu  Dalam pengertian filsafat sebagai ilmu mengandung empat pertanyaan ilmiah : bagaimanakah, mengapakah, kemanakah, dan apakah.  Pertanyaan bagaimana menanyakan sifat-2 yang ditangkap oleh indra. Jawaban yang diperolehnya bersifat deskriptif (penggambaran)  Pertanyaan mengapa menanyakan tentang sebab (asal mula) suatu obyek. Jawaban yang diperolehnya bersifat kausalitas (sebab-akibat).  Pertanyaan kemana menanyakan apa yang terjadi dimasa lampau, sekarang dan akan datang. Jawaban yang diperoleh ada tiga jenis pengetahuan, yaitu : (1) pengetahuan yang timbul dari hal yang selalu berulang (kebiasaan), yang nantinya dapat dijadikan sebagai pedoman. Ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui apa yang akan terjadi. 8
  • 9. Lanjutan  (2) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang terkandung dalam adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat. Pedoman yang selalu dipakai disebut hukum, (3) pengetahuan yang timbul dari pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan.  Pertanyaaan apakah yang menanyakan tentang hakekat atau inti mutlak dari suatu hal. Hakekat ini sifatnya sangat dalam (radix) dan tidak lagi bersifat empiris sehingga hanya dapat dimengerti oleh akal. Jawaban yang diperolah akan dapat mengetahui hal-hal yang sifatnya umum, universal, abstrak.  Untuk memperoleh pengetahuan hakekat, haruslah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-2 yang secara kebetulan, sehingga akhirnya tinggal sifat yang harus ada(mutlak) yaitu substansi. 9
  • 10. Filsafat sebagai cara berpikir  Berpikir secara filsafat artinya berpikir yang sangat mendalam sampai hakekat atau secara menyeluruh, atau berpikir dilihat dari berbagai sudut pandang ilmu pengtahuan.  Berpikir demikian sebagai upaya untuk berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan. Ada beberapa persyaratan yaitu :  Harus sistimatis, pemikiran yang sistematis dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematikan pemikiran filosof dipengaruhi oleh keadaan dirinya, lingkungan, zamannya, pendifikan.  Harus konseptual, maksudnya adalah sebagai upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi (jelas), karena berpikir secara filsafat sebenarnya berpikir tentang hal dan prosesnya. 10
  • 11. Lanjutan  Harus koheren, koheren atau runtut adalah unsur-unsur tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan satu sama lain. Koheren memuat suatu kebenaran logis.  Harus rasional, maksudnya adalah unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logis.  Harus sinoptik, sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.  Harus mengarah kepada pandangan dunia, maksudnya adalah pemikiran filsafat sbagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia. 11
  • 12. Filsafat sebagai pandangan hidup.  Filsafat pada hakekatnya bersumber pada kodrat pribadi manusia. Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakekat manusia sebagai makhluk monodualisme. Manusia secara total (menyeluruh) dan sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan bermacam-macam filsafat seperti :  Manusia dengan unsur raganya melahirkan filsafat biologi.  Manusia dengan unsur rasanya melahirkan filsafat keindahan (estetika).  Manusia dengan unsur monodualismenya melahirkan filsafat antropologi.  Manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik-buruk melahirkan filsafat tingkah laku (etika) 12
  • 13. Lanjutan  Manusia sebagai makhluk yang berakal melahirkan filsafat berpikir (logika).  Manusia dengan segala aspek kehidupannya melahirkan filsafat nilai (aksiologi).  Manusia dengan dan sebagai warga negara melahirkan filsafat negara.  Filsafat sebagai pandangan hidup merupakan suatu pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.  Pandangan hidup akan tercermin didalam sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup akan muncul apabila manusia mampu memikirkan dirinya sendiri secara total. 13
  • 14. Obyek Materi dan Obyek forma Filsafat  Obyek materi adalah hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Sedangkan obyek forma adalah sudut pandang).  Obyek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada. “Ada” disini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran dan kemungkinan. Sedangkan obyek forma filsafat adalah menyeluruh secara umum.  Menyeluruh berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakekat (mendalam), tidak ada satupun yang berada di luar jangkauan pembahasan filsafat. Umum berarti bahwa dalam hal tertentu, hal tersebut dianggap benar selama tidak merugikan kedudukan filsafat sebagai ilmu. 14
  • 15. Ciri pemikiran filsafat  Ada beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat yaitu :  Sangat umum/universal. Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan obyek khusus, akan tetapi dengan konsep yang sifatnya umum (tentang manusia, keadilan, kebebasan).  Tidak faktual. Kata lain adalah spekulatif, yang artinya filsafat membuat dugaan-2 yang masuk akal mengenai sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Jawaban yang didapat dari dugaan ini sifatnya juga spekulatif. Bukan berarti pemikiran filsafat tidak ilmiah, tetapi tidak termasuk dalam kewenangan ilmu khusus. 15
  • 16. Lanjutan  Bersangkutan dengan nilai. Filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta yang disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian adalah tentang yang baik dan buruk.  Berkaitan dengan arti. Nilai selalu dipertahankan dan dicari. Sesuatu yang bernilai tentu didalamnya penuh dengan arti. Agar filosof dalam mengungkapkan idenya sarat dengan arti, harus dapat menciptakan kalimat logis dan bahasa yang tepat.  Implikatif.  Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung implikasi (akibat logis). Implikasi ini melahirkan pemikiran dinamis. 16
  • 17. Cabang-cabang filsafat  Filsafat tentang pengetahuan, terdiri dari :  Epistemologi  Logika  Kritik ilmu-ilmu  Filsafat tentang keseluruhan kenyataan, terdiri dari :  Metafisika umum (ontologi)  Metafisika khusus, terdiri :  Teologi metafisik  Antropologi  Kosmologi  Filsafat tentang tindakan, terdiri dari :  Etika  Estetika  Sejarah filsafat 17
  • 18. Lanjutan  Pembagian filsafat secara sistimatis yang didasarkan pada sistematika yang berlaku didalam kurikulum akademis :  Metafisika (filsafat tentang hal yang ada)  Epistemologi (teori pengetahuan)  Metodologi (teori tentang metode)  Logika (teori tentang penyimpulan)  Etika (filsafat tentang pertimbangan nilai)  Estetika (filsafat tentang keindahan)  Sejarah filsafat  Pembagian filsafat berdasar struktur pengetahuan yang berkembang sekarang ini, terbagi menjadi tiga bidang, yaitu filsafat sistematis, filsafat kusus dan filsafat keilmuan.  Filsafat sistematis, terdiri :  Metafisika  Epistemologi 18
  • 19. Lanjutan  Metodologi  Logika  Etika  Estetika  Filsafat khusus terdiri :  Filsafat seni  Filsafat kebudayaan  Filsafat Pendidikan  Filsafat Sejarah  Filsafat Bahasa  Filsafat Hukum  Filsafat Politik  Filsafat Agama  Filsafat Nilai 19
  • 20. Lanjutan  Filsafat Keilmuan terdiri :  Filsafat Matematika  Filsafat Biologi  Filsafat Linguistik  Filsafat Psikologi  Dalam studi filsafat untuk memahaminya secara baik paling tidak kita harus mempelajari lima bidang pokok, yaitu Metafisika, Epistemologi, Logika, Etika, dan Sejarah Filsafat. 1. Metafisika. Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan filsafat. Suatu cabang filsafat yang paling sulit dipahami terutama bagi pemula belajar filsafat. Yang dibicarakan adalah : 20
  • 21. Lanjutan  Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal;  Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan;  Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar;  Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komprehenship tentang segala sesuatu  Membicarakan persoalan-2 seperti : hubungan akal dengan benda, hakekat perubahan, wujud Tuhan, kehidupan setelah mati. 2. Epistemologi. Epistemologi lazimnya disebut teori pengetahuan yang secara umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan. 21
  • 22. Lanjutan Persoalan Epistemologi (teori pengetahuan) berkaitan erat dengan persoalan Metafisika. Bedanya persoalan epistemologi berpusat pada apakah yang ada, yang didalamnya memuat :  Problem asal pengetahuan  Apakah sumber-sumber pengetahuan  Dari mana pengetahuan yang benar, dan bagaimana kita dapat mengetahui  Apakah pengetahuan kita itu benar  Bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan 3. Logika. Logika adalah bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan, dan tatacara penalaran yang betul. Pada mulanya logika sebagai pengetahuan rasional, oleh Aristoteles disebut dengan analitika dan dikembangkan oleh para filsuf abad Tengah yang disebut Logika tradisonal. 22
  • 23. Lanjutan  Logika tradisional dikembangkan menjadi logika modern, sehingga dewasa ini menjadi bidang pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati, tetapi bercorak teknis dan ilmiah. tika. 4. Etika atau filsafat perilaku, sebagai satu cabang filsafat yang membicarakan “tindakan manusia”, dengan penekanan yang baik dan yang buruk. Terdapa dua permasalahan, yaitu yang menyangkut “tindakan“ dan “baik-buruk”. Dalam pemahaman etika sebagai pengetahuan norma baik-buruk dalam tindakan mempunyai persoalan yang luas. Etika berbeda dengan agama yang didalamnya juga memuat dan memberikan norma baik-buruk dalam tindakan. 23
  • 24. Lanjutan  Etika bersumber pada rasio semata yang lepas dari sumber wahyu agama yang dijadikan sumber norma Ilahi. Dengan demikian etika adalah ilmu yang bekerja secara rasional. 5. Sejarah Filsafat. Sejarah filsafat adalah laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat. Memuat berbagai pemikiran kefilsafatan mulai dari zaman pra-Yunan I hingga zaman modern. Dengan mengetahui pemikiran filsafat para ahli pikir (filosof) akan didapat berbagai ragam pemikiran. Dalam sejarah filsafat akan diketahui pemikiran-2 yang genius hingga pemikir tersebut dapat mengubah dunia, yaitu dengan ide- ide yang cemerlang. 24
  • 25. Kedudukan Ilmu Filsafat dan Agama.  Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada di dalam diri manusia.  Tiga alat dan tenaga utama manusia yaitu akal pikir, rasa dan keyakinan, sehingga manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya.  Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikiran. Agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan.  Ketika alat dan tenaga utama tidak dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat dan agama apabila tidak didorong oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri. . 25
  • 26. Lanjutan  Reflektif, karena ilmu, filsafat dan agama baru dapat dirasakan faedahnya dalam kehidupan manusia, apabila ketiganya merefleksi (lewat proses pantul diri) dalam diri manusia.  Ilmu mendasarkan pada akal pikir lewat pengalaman dan indra, dan filsafat mendasarkan pada otoritas akal murni terhadap kenyataan dan pengalaman manusia., dan agama mendasarkan pada otoritas wahyu.  Filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama, apabila tidak, maka filsafat tidak akan memuat kebenaran obyektif karena yang memberikan penerangan adalah akal pikiran.  Apabila hanya berdasark pada akal pikiran, akan tidak sanggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama pemahaman terhadap yang Gaib. 26
  • 27. Beberapa Kegunaan Mempelajari Filsafat.  Dapat menambah ilmu pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu bertambah pula cakrawala pemikiran yang semakin luas. Dengan demikian dapat membantu penyelesaian masalah secara bijaksana.  Membawa manusia ke arah kemampuan untuk merentang kesadaran dalam segala tindakan, sehingga akan dapat lebih hidup, lebih tanggap terhadap diri dan lingkungan, lebih sadar terhadap hak dan kewajiban.  Kemajuan dan teknologi dan dampak negatif yang dihasilkan, akan menghasilkan kebigungan, keraguan (skeptis). Untuk itu sangat diperlukan suatu ilmu yang sifatnya memberikan pengarahan, dan manusia dibekali suatu kebijaksanaan yang memuat nilai-nilai kehidupan. 27
  • 28. Metode-metode Filsafat  Kegiatan berpikir atau kegiatan kefilsafatan sesungguhnya berupa “perenungan”. Perenungan untuk menyusun suatu bagan yang konseptual, tidak boleh kontradiktif, hubungan bagian yang satu dengan lain harus logis, harus mampu memberi penjelasan tentang pandangan dunia.  Sebagai perangkat berpikir adalah analisis dan sintesis. Dalam menganalisis dan mensistesis para ahli pikir menggunakan alat pemikiran berupa logika, deduksi, analogi dan komparasi.  Analisis adalah melakukan pemeriksaan secara konsepsional terhadap makana dan istilah yang digunakan dalam pernyataan yang kita buat.  Sintesis sebagai upaya mencari kesatuan di dalam keragaman, yaitu mengumpulkan pengetahuan yang diperoleh.Lebih banyak keterangan yang diperoleh hasilnya akan lebih baik, akurat. 28
  • 29. Lanjutan  Logika adalah ilmu pengetahuan tentang penyimpulan yang lurus serta menguraikan tentang aturan-aturan untuk mencapai kesimpulan dari premis-premis.  Logika Induksi membicarakan penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan yang khusus. Kesimpulannya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan yang diajukan. 29
  • 30. Lanjutan 30
  • 31. Lanjutan 31
  • 32. 32
  • 33. Lanjutan 33
  • 34. Lanjutan 34
  • 35. 35
  • 36. Lanjutan rata-rata 40-60 km/jam. Kedua motor ini juga sama-sama telah menempuh jarak 5.000 km. Sepeda motor Asri irit bensinnya.  Tuti dan Asti masing-masing memiliki sebuah sepeda motor. Kedua motor itu memiliki merek yang sama. Karena sepeda motor Tuti irit bensinnya , maka Asti bisa mengharapkan motornya irut juga bensinnya. Probabilita kebenaran kesimpulan argumen mana yang lebih tinggi ? 3. Kekuatan konklusi argumen analogis. Kekuatan disini erat kaitannya dengan sempit atau luasnya konklusi terhadap premis.  Perhatikan contoh tentang Asri dan Dudu. Dikatakan bahwa sepeda Asri irit bensinnya, katakanlah satu liter untuk 30 Km. Berdasar ini Dudu berksimpulan bahwa sepeda motornya juga 36
  • 37. Lanjutan Menghabiskan satu liter untuk 30 Km. Dengan demikian bisa dikatakan kesimpulan Dudu ini realtif lemah. Tetapi bila ia berkesimpulan bahwa motornya menghabiskan bensin sebanyak satu liter untuk 28 Km, dapat dikatakan kesimpulan Dudu relatif kuat. 4. Jumlah butir ketidaksamaan/disanalogi antara obyek yang disebutkan dalam premis dengan obyek yang disebutkan dalam konklusi. Maksud kriteria ini adalah bahwa semakin banyak butir disanalogi diantara obyek-obyek yang disebutkan dalam premis, semakin besar probabilita kebenaran konklusi suatu argumen analogis. Perhatikan contoh berikut : 37
  • 38. Lanjutan 1. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah berhasil lulus dari tingkat I secara mudah. Ali adalah lulusan SMA X yang baru akan mengikuti kuliah. Kemungkinan Ali akan dapat menyelesaikan mata kuliah dengan mudah. 2. Ada 10 orang lulusan SMA X yang kuliah dan telah berhasil lulus dari tingkat I secara mudah. Mereka ini berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi yang berbeda- beda. Ali merupakan lulusan SMA X yang akan mengikuti kuliah tingkat I. Kemungkinan, Ali dapat naik ke tingkat II dengan mudah.  Mana konklusi/kesimpulan yang lebih besar probabilita kebenarannya ? 38
  • 39. Lanjutan 5. Relevansi ciri-ciri yang sama dari obyek-obyek yang disebutkan dalam premis (dan dalam kesimpulan). Dari butr penilaian kedua, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak kesamaan ciri antara sepeda motor Asri dengan sepeda motor Dudu, semakin besar kemungkinan kebenaran konklusi Dudu.  Dalam kaitan dengan butir penilaian kelima, dapat dikatakan bahwa jumlah ciri kesamaan saja tidak memadai. Tetapi juga perlu diperhatikan relevan atau tidaknya ciri kesamaan yang disebutkan. Contoh : Butir kesamaan antara sepeda motor Asri dengan Dudu ada 6 buah : (1) warna, (2) bentuk kaca spion, (3) bentuk sadel, (4) ukuran kunci, (5) model lampu, (6) ukuran tangki bensin. Sepeda Asri ternyata irit bensinnya. 39
  • 40. Lanjutan  Berlandaskan pada hal-hal ini, Dudu menyimpulkan bahwa sepeda motornya irit bensin. Besarkah probabilita kebenaran kesimpulan Dudu ?  Mencari mana ciri yang relevan untuk diperhitungkan dalam suatu argumen analogis tidaklah mudah. Kita harus terlebih dahulu mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan apa.  Untuk soal irit/tidaknya pemakaian bensin, kita harus terlebih dahulu mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan irit atau tidaknya pemakaian bensin sepeda motor.  Dengan kata lain kita perlu berbekal pengetahuan tentang hubungan kausal untuk merumuskan dan menilai suatu argumen analogis. 40
  • 41. HUBUNGA KAUSAL (SEBAB AKIBAT)  Suatu peristiwa/kejadian tidak terjadi begitu saja; melainkan bertalian dengan peristiwa lain dalam suatu hubungan kausal (sebab-akibat).  Dalam pembicaraan sehari-hari, sering kita beranggapan bahwa sebab itu terjadi mendahului akibat., atau akibat itu mengikuti sebab.  Tidak selamanya akibat itu mengikuti sebab, bisa sebaliknya. Ini terjadi , salah satunya adalah dalam soal pencapaian tujuan melalui cara tertentu.  Seringkali keinginan untuk mencapai tujuan tertentu justru menjadi penyebab dilaksanakannya suatu cara tertentu. Akibat mengikuti sebab : Tiupan angin Kibaran bendera Sebab mengikuti akibat : Belajar giat Nilai tinggi 41
  • 42. Lanjutan  Sebab-akibat bisa diartikan juga dalam konteks kondisi mutlak – kondisi memadai. Dalam konteks kondisi mutlak, bahwa untuk terjadinya akibat tertentu, mutlak diperlukan sebab tertentu. Adanya api - Ledakan di pabrik mesiu.  Kondisi memadai adalah sebab tertentu yang keberadaannya saja sudah menjamin terjadinya akibat tertentu. Pertemuan antara mesiu dan api. Ini bisa dianggap sebagai kondisi memadai karena keberadaannya saja sudah memadai untuk menimbulkan ledakan.  Tidak selamanya suatu sebab hanya tergolong sebagai kondisi mutlak dan sebab lainnya sebagai kondisi memadai. Bisa terjadi suatu sebab sekaligus tergolong sebagai kondisi mutlak dan kondisi memadai. 42