Kelompok pemuja akal ini muncul di kota Bashrah (Irak) pada abad ke-2 Hijriyah, antara tahun 105-110 H, tepatnya di masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan dan khalifah Hisyam bin Abdul Malik
mu’tazilah adalah aliran teologi yang muncul pada masa Bani Umayyah berkisar antara 115-110 H, dipimpin oleh Washil bin Atho. Yang menganut lima ajaran dasar.
2. Sec. Etimologi
اﻋﺘﺰل-ﻋﺰل => Menyisihkan /
Memisahkan diri (Ahmad Warson)
Kaum Mu’tazilah berarti kaum yang
menyisihkan / memisahkan diri
3. Sec. Terminologi
Mu’tazilah adalah golongan yang timbul pada
masa Utsman bin Affan yang tidak memihak
salah satu dari pihak utsman atau lawannya.
Mereka juga golongan yang tidak mau membai’at
Utsman ketika diangkat. (Ahmad Amin)
golongan yang muncul pada masa Hasan Bashri
yang dipimpin oleh Washil bin Atho (Ali Musthafa)
golongan yang mengnut freewill yang
menganggap ahlu sunnah dan khawarij salah
4. mu’tazilah adalah aliran teologi yang
muncul pada masa Bani Umayyah berkisar
antara 115-110 H, dipimpin oleh Washil bin
Atho. Yang menganut lima ajaran dasar.
Secara Terminolgi
5. Sejarah
Kelompok pemuja akal ini
muncul di kota Bashrah (Irak)
pada abad ke-2 Hijriyah, antara
tahun 105-110 H, tepatnya di
masa pemerintahan khalifah
Abdul Malik bin Marwan dan
khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
Pelopornya adalah seorang
penduduk Bashrah mantan
murid Al-Hasan Al-Bashri yang
bernama Washil bin Atha’ Al-
Makhzumi Al-Ghozzal. Ia lahir
di kota Madinah pada tahun 80
H dan mati pada tahun 131 H.
6. Di dalam menyebarkan ajarannya, ia
didukung oleh ‘Amr bin ‘Ubaid (seorang
gembong Qadariyyah kota Bashrah)
setelah keduanya bersepakat dalam
suatu pemikiran bid’ah, yaitu
mengingkari taqdir dan sifat-sifat
Allah.
Aliran ini terpengaruh dengan beberapa
pemikiran yang ada pada saat itu
seperti aliran Jahmiyah, Qodariyah dan
Khowarij
Sejarah
7. Munculnya Mu’tazilah diawali dengan
perselisihan / perdebatan pendapat
antara Imam Hasan Al Bashri dengan
salah seorang peserta halaqohnya
yang bernama Washil bin Atha’ dalam
masalah perbuatan dosa besar.
Perselisihan itu tidak selesai dan
dilanjutkan dengan menyingkirnya /
memisahnya Washil bin Atha’ dari
halaqoh Imam Hasan Al Bashri,
Sejarah
8. Berikutnya Washil bin Atha’ menyebarkan
pemikirannya yang bertentangan dengan
Imam Hasan Al Bashri tersebut kepada
siapa saja.
Karena gaya bahasanya yang menarik
dan selalu mengedepankan logika,
sehingga ajarannya nampak logis maka
dalam waktu yang relatif cepat
pengikutnya semakin banyak.
Pengikutnya ini disebut sebagai golongan
Mu’tazilah.
Sejarah
9. Asy-Syihristani Asy-Syihristani berkata: (Suatu hari)
datanglah seorang laki-laki kepada Al-Hasan Al-Bashri
seraya berkata :
“Wahai imam dalam agama, telah muncul di zaman kita ini
kelompok yang mengkafirkan pelaku dosa besar (di bawah
dosa syirik). Dan dosa tersebut diyakini sebagai suatu
kekafiran yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama,
mereka adalah kaum Khawarij. Sedangkan kelompok yang
lainnya sangat toleran terhadap pelaku dosa besar (di bawah
dosa syirik), dan dosa tersebut tidak berpengaruh terhadap
keimanan. Karena dalam madzhab mereka, suatu amalan
bukanlah rukun dari keimanan dan kemaksiatan tidak
berpengaruh terhadap keimanan sebagaimana ketaatan tidak
berpengaruh terhadap kekafiran, mereka adalah Murji’ah umat
ini. Bagaimanakah pendapatmu dalam permasalahan ini agar
kami bisa menjadikannya sebagai prinsip (dalam beragama)? “
Sejarah
10. Al-Hasan Al-Bashri pun berpikir sejenak dalam
permasalahan tersebut. Sebelum beliau menjawab,
tiba-tiba dengan lancangnya Washil bin Atha’
berseloroh: “Menurutku pelaku dosa besar bukan
seorang mukmin, namun ia juga tidak kafir, bahkan
ia berada pada suatu keadaan di antara dua
keadaan, tidak mukmin dan juga tidak kafir.” Lalu
ia berdiri dan duduk menyendiri di salah satu tiang
masjid sambil tetap menyatakan pendapatnya
tersebut kepada murid-murid Hasan Al-Bashri
lainnya
Sejarah
11. – Al Syahrastani, Al Milal wa Al Nihal, Beirut : Dar al Fikr,
hlm. 47-48
Maka Al-Hasan Al-Bashri berkata:
”
ً
ﻞ ِاﺻ
َ
وﺎَّﻨ
َ
ﻋ َل
َ
ﺰ
َ
ﺘ
ْ
ﻋِا “
Washil telah memisahkan diri dari kita”, maka
disebutlah dia dan para“ pengikutnya dengan
sebutan Mu’tazilah. Pertanyaan itu pun akhirnya
dijawab oleh Al-Hasan Al-Bashri dengan jawaban
Ahlussunnah Wal Jamaah: “Sesungguhnya pelaku dosa
besar (di bawah dosa syirik) adalah seorang mukmin
yang tidak sempurna imannya. Karena keimanannya,
ia masih disebut mukmin dan karena dosa besarnya
ia disebut fasiq (dan keimanannya pun menjadi
tidak sempurna).”
Sejarah
12. 1. Mu’tazilah
Disebut demikian karna Washil bin Atho’ (pemimpin
Mu’tazilah) meniggalkan/menyingkir dari dari
kholaqoh dan madzah Imam Hasan al Bashri (ahlu
sunnah wal Jama’ah) dan membentuk ajaran baru
2. Jahmiyah
Disebut demikian karena banyak nya persamaan-
persamaan antara mu’tazilah dengan kelompok
jahmiyah. Bahkan Mu’tazilah adalah kelompok
yang meng hidupkan kelompok Jahmiyah tetapi
tidak semua orang jahmiayah adalah orang
mu’tazilah.
Penamaan Mu’tazilah
menurut ulama ahlus sunnah
13. 3. Qodariyah
Disebut demikian karna persamaan Mu’tazilah
dan Qadariyah dalam pengingkaran mereka
terhadap “taqdir” an mereka mengatakan bahwa
perbuatan manusia sepenuhnya dari manusia itu
sendiri tanpa camur tangan Allah SWT.
4. Al Wa’idiyyah
Disebut demikian karena mereka mengatakan
bahwa Allah SWT pasti melaksanakan janji dan
ancamannya, karna Allah tidak pernah
mengingkari janji dan ancamannya. Maka Allah
SWT harus menghukum/menyiksa orang-orang
yang berbuat dosa kalau mereka tidak bertaubat.
Penamaan Mu’tazilah
menurut ulama ahlus sunnah
14. 5. Al mu’at-thilah
Nama Mu’ath-thilah adalah untuk
sebutan jahmiyah lalu disebut juga
untuk Mu’tazilah karna kesamaan
mereka dalam menafikan/
meniadakan sifat untuk Allah SWT
atau mereka menta’wilkan sifat-
sifat Allah SWT yang tidak sesuai
dengan madzhab mereka.
Penamaan Mu’tazilah
menurut ulama ahlus sunnah
15. 1. Mu’tazilah
Mereka bangga dengan nama Mu'tazilah yang mereka artikan
sebagai “meninggalkan/menyingkir dari keburukan dan bid'ah
menuju kebenaran” atau “Menyingkir dari fitnah dan ahli bid'ah
supaya selamat dari fitnah dan bid'ah tersebut, sebagaimana
firman Allah SWT dalam surat Al Muzammil ayat 10 :
ﻴﻼِ َ6ۭا ًﺮ
ْ
ﺠَﻫْ
ُ< ْﺮ
ُ
ﺠ
ْ
ٱﻫ
َ
و
َ
ﻮنُﻮﻟُﻘ
َ
ﻳﺎ
َ
ﻣٰ َD
َ
ﻋ
ْ
ِﱪ ْٱﺻ
َ
و
“Dan jauhilah mereka dengan cara yang baik” (Al Muzammil : 10)
2. Ahlul 'Adli wat Tauhid
Yang dimaksud adil oleh mereka adalah tidak meyakini
adanya taqdir Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud Tauhid
oleh mereka adalah meniadakan sifat untuk Allah SWT
Penamaan Mu’tazilah
menurut kelompok mu’tazilah
16. 3. Ahlul Haqqi
Mereka mengklaim bahwa mereka lah yang paling
benar sedangkan yang lain adalah salah dan dalam
kebathilan
4. Firqoh najiyah
Mereka mengklaim bahwa merekalah kelompok yang
selamat diantara kelompok-kelompok yang ada yang
Rasulullah sabdakan dalam hadistnya sedangkan yang
lain adalah kelompok sesat dan akan celaka
5. Al MunazzihunAllah
Mereka mengklaim bahwa dengan meniadakan sifat
untuk Allah SWT berarti mereka mensucikan Allah SWT
dari sifat-sifat makhluk. Dan menuduh bahwa diluar
kelompok mereka terutama ahlus sunnah wal jamaah
adalah tidak mensucikan Allah SWT.
Penamaan Mu’tazilah
menurut kelompok mu’tazilah
17. 1. Di Basrah (Iraq) yang dipimpin oleh Washil Ibn Atha`
dan Amr Ibn Ubaid dengan murid-muridnya, yaitu
Ustman bin Ath Thawil , Hafasah bin Salim dll. Ini
berlangsung pada permulaan abad ke 2 H. Kemudian
pada awal abad ke 3 H wilayah Basrah dipimpin oleh
Abu Huzail Al-Allah (wafat 235), kemudian Ibrahim
bin Sayyar (211 H) kemudian tokoh Mu`tazilah lainnya.
2. Di Baghdad (iraq) yang dipimpin dan didirikan oleh
Basyir bin Al-Mu`tamar salah seorang pemimpin Basrah
yang dipindah ke Bagdad kemudian mendapat
dukungan dari kawan-kawannya, yaitu Abu Musa Al-
Musdar, Ahmad bin Abi Daud dll.
Gerakan Kaum Mu’tazilah
Gerakan kaum Mu`tazilah pada mulanya
memiliki dua cabang
18. Ciri–ciri Faham Mu'tazilah
beberapa ciri-ciri faham/pemikiran mu'tazilah
Akal merupakan hukum tertinggi , baik dan
buruk ditentukan oleh akal.
Al manzilah baina manzilahtain yaitu : Jika
orang berbuat dosa besar dan tidak bertaubat
maka, hukumnya adalah dia tidak mukmin
atau tidak kafir, namun diantara keduanya.
Bila terjadi perbedaan antara akal dam Al-
qutan serta hadis maka yang diambil adalah
ketentuan akal.
Al-quran adalah makhluk dan bukan
kalamullah.
Allah SWT tidak dapat dilihat baik didunia
ataupun diakhirat. Maka penghuni surge juga
tidak dapat melihat Allah SWT.
19. Isra’ mi’raj Nabi Muhammad Saw bukan dengan jasad
dan ruh, namun hannya melalui mimpi, sebab mustahil
menurut akal bahwa dalam waktu yang sangat relatif
singkat manusia dapat menempuh jarak yang luar
biasa jauhnya dan penuh rintangan dan resiko.
Perbuatan manusia ditentukan oleh manusia itu
sendiri baik atau buruknya dan bukan ditentukan oleh
Allah SWT.
Bahwa Arsh itu tidak ada.
Surga dan neraka tidak kekal , sebab yang kekeal
hanya Allah SWT semata.
Shirat (jembatan yang melintang diatas neraka) itu
tidak ada.
Ciri–ciri Faham Mu'tazilah
beberapa ciri-ciri faham/pemikiran mu'tazilah
20. Mizan (timbangan amal manusia di akhirat) itu tidak ada,
sebab amal manusia itu bukan sesuatu yang dapat ditimbang
dan tidak perlu ditimbang.
Haudh (telaga diakhirat untuk orang-orang yang beriman) itu
tidak ada.
Siksa dan nikmat kubur juga tidak ada, sebab manusia
setelah dikubur sudah menyatu dengan tanah, lalu apa yang
disiksa dan yang merasakan nikmat atau adzab?
Bahwa manusia yang telah mati didak mendapatkan manfaat
apapun dari yang hidup, maka tidak perlu di do’akan,
dimintakan ampunan atas dosa-dosanya, atau diberikan
hadiah pahala. Hadiah pahala tidak akan sampai karna
mereka sudah jadi tanah.
Bahwa Allah SWT wajib membuat yang baikdan yang lebih baik
untuk manusia.
Ciri–ciri Faham Mu'tazilah
beberapa ciri-ciri faham/pemikiran mu'tazilah
21. Bahwa Allah tidak memiliki sifat dan nama-nama,
maka haram membaca mengaji nama sifat-sifat
Allah SWT, sebab Allah mendengar dengan Dzatnya,
melihat dengan Dzatnya dan segala sesuatu yang
dilakukan oleh Allah SWT dilakukan dengan
Dzatnya.
Tidak mempercayai mu’jizat nabi Muhammad
selain Al-quran.
Halal hukumnya mencaci makai sahabat yang salah.
Bahwa surga dan neraka saat ini belum ada, dan
akan baru dibuat oleh Allah SWT nanti bila kiamat
sudah tiba
Ciri–ciri Faham Mu'tazilah
beberapa ciri-ciri faham/pemikiran mu'tazilah
22. 1. At-tauhid (Tauhid)
Yang mereka maksud dengan At-Tauhid adalah
mengingkari dan meniadakan sifat-sifat Allah,
dengan dalil bahwa menetapkan sifat-sifat
tersebut berarti telah menetapkan untuk
masing-masingnya tuhan, dan ini suatu
kesyirikan kepada Allah, menurut mereka
(Firaq Mu’ashirah, 2/832).
Oleh karena itu mereka menamakan diri
dengan Ahlut-Tauhid atau Al-Munazihuuna
lillah (orang-orang yang mensucikan Allah).
5 Prinsip Ajaran Mu’tazilah
(Al Ushulul Khomsah)
23. 2. Al – ‘Adl (Adil)
Yang mereka maksud dengan adil
disini adil yang terkait dengan
“af’al Allah” (pebuatan Allah).
Mereka mengatakan adil
manakala Allah tidak campur
tangan dengan perbuatan
manusia. Terutama perbuatan
manusia yang buruk.
5 Prinsip Ajaran Mu’tazilah
(Al Ushulul Khomsah)
24. 3. Al-Wa’du Wal-Wa’id (Janji & Ancaman)
Yang dimaksud janji dan ancaman disini adalah bahwa
mu’tazilah mewajibkan Allah untuk melaksanakan janji
dan ancaman karena Allah tidak mengingkari janji
dan tidak pernah berdusta.
Maka orang yang telah berbuat kebaikan harus
mendapatkan pahala, dan kebalikannya orsang yang
berbuat kejahatan harus mendapatkan dosa dan
hukuman dari Allah SWT. Maka mukmin yang ta’at harus
masuk surga karena amalannya dan bukan karena
rahmat Allah SWT.
Dan orang yang banyak berbuat dosa (terutama dosa
besar) dan tidak bertaubat harus masuk neraka
sebagaimana ancaman Allah SWT (Allah tidak boleh
mengampuninya).
5 Prinsip Ajaran Mu’tazilah
(Al Ushulul Khomsah)
25. 4. Manzilah bainal manzilatain (satu tempat
diantara dua tempat)
Masalah ini adalah terkait dengan
masalah orang muslim yang berbuat dosa
besar apakah masih muslim ataukah sudah
kafir.
Mu’tazilah mengatakan bahwa orang
mukmin yang berbuat dosa besar
hukumnya dalah tidak muslim tapi juga
tidak kafir tapi berada diantara
keduannya, inilah yang dimaksud dengan
Al manzila baina manzilatain.
5 Prinsip Ajaran Mu’tazilah
(Al Ushulul Khomsah)
26. 5. Al amru bil ma’ruf wan nahyu ‘anil mungkar
Ada perbedaan antara ahlusunnah dengan
mu’tazilah dalam hukum melaksanakan
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Hanya
saja ada beberapa perbedaan dalam beberapa
hal berikut ini :
Cara merubah kemungkaran.
Mu’tazilah mewajibkan keluar /atau
memberontak kepada penguasa “ja-ir”.
Mengangkat senjata terhadap orang-orang
yang menentang mereka baik dari orang
kafir atupun dari orang muslim.
5 Prinsip Ajaran Mu’tazilah
(Al Ushulul Khomsah)
27. Aliran kaum Mu`tazilah dipandang sebagai aliran
yang menyimpang dari ajaran Islam, dan dengan
demikian tak disenangi oleh sebagian umat Islam,
terutama di Indonesia. Pandangan demikian
timbul karena kaum mu`tazilah dianggap tidak
percaya kepada wahyu dan hanya mengakui
kebenaran yang diperoleh rasio. Namun,
Sebagaimana diketahui kaum Mu`tazilah tidak
hanya memakai argumen rasional, tetapi juga
memakai ayat-ayat Al-Quran dan hadist untuk
menahan pendirian mereka.
Kesimpulan
28. Mu’tazilah merupakan aliran teologis dalam
Islam yang bercorak rasional, dan
berpandangan bahwa nash (wahyu) sejalan
dengan rasio akal manusia. Namun dalam
perjalanan sejarahnya, mereka banyak
terpengaruh dengan metode-metode filsafat
asing, sehingga hampir saja membawa mereka
kepada sikap “ekstrim” dalam menggunakan
logika. Sikap “nyaris ekstrim” ini yang
berpengaruh dan tampak dalam ide-ide teologis
mereka, dan sampai pada titik klimaksnya
menimbulkan fitnah besar di dalam perjalanan
sejarah umat Islam, yang diistilahkan Mihnah.
Kesimpulan
29. Kalaulah akal itu lebih utama dari syariat maka akal
siapakah yang dijadikan sebagai tolok ukur? Dan
banyak hujjah-hujjah lain yang menunjukkan batilnya
kaidah ini. (lihat kitab Dar’u Ta’arrudhil ‘Aqli wan
Naqli, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan kitab
Ash- Shawa’iq Al-Mursalah ‘Alal-Jahmiyyatil-
Mu’aththilah, karya Al-Imam Ibnul-Qayyim.)
Dalam hal ini, Ibnu Taimiyah berkata: “Para nabi
datang membawa hal-hal yang tidak dapat diketahui
oleh akal dan tidak membawa hal- hal yang diketahui
kebatilannya oleh akal. Mereka memberi tahu hal-hal
yang tidak diketahui akal bukan yang tidak masuk
akal.” Seandainya akal bisa bertahan, maka karena
jauh dariwahyu, ia hanya merupakan perkiraan. Tidak
jelas didalamnya antara hak dan batil.
Kesimpulan
30. Betapa nyata dan jelasnya kesesatan kelompok
pemuja akal ini. Oleh karena itu Al-Imam Abul-Hasan
Al-Asy’ari (yang sebelumnya sebagai tokoh Mu’tazilah)
setelah mengetahui kesesatan mereka yang nyata,
berdiri di masjid pada hari Jum’at untuk
mengumumkan baraa’ (berlepas diri) dari madzhab
Mu’tazilah. Beliau melepas pakaian yang
dikenakannya seraya mengatakan: “Aku lepas
madzhab Mu’tazilah sebagaimana aku melepas
pakaianku ini.” Dan ketika Allah beri karunia beliau
hidayah untuk menapak manhaj Ahlussunnah Wal
Jamaah, maka beliau tulis sebuah kitab bantahan
untuk Mu’tazilah dan kelompok sesat lainnya dengan
judul Al-Ibanah ‘an Ushulid-Diyanah. (Diringkas dari
kitab Lamhah ‘Anil-Firaq Adh-Dhallah, hal. 44-45).
Kesimpulan
31. Berbeda dengan kelompok islam
liberal (JIL) terkini, sebab
bagaimanapun Mu’tazilah tetap
mengakui kewahyuan al-Qur’an,
tidak pernah meragukan
kedudukan mushaf Usmani, tidak
mempermasalahkan bahasa Arab
sebagai mediator bahasa wahyu
dan (apalagi) menganggapnya
sebagai produk budaya maupun
teks manusiawi seperti yang telah
jamak disuarakan Islam Liberal
dan diajarkan di berbagai
perguruan tinggi yang
terkooptasi paham liberal
Kesimpulan
32. Menurut Al Ustadz Ja’far Umar Thalib,
Doktor Taqiyudin An-Nabhani (pendiri
HTI-Yordania) bukanlah termasuk dari
jajaran Ulama Ahlul Hadits. Dia seorang
mu’tazili yang sangat ekstrim berpegang
teguh dengan pola pikir pemahaman
mu’tazilah. Sedangkan pemikiran
mu’tazilah itu mempunyai prinsip-prinsip
yang sesat dalam pancasila pemikirannya
Bila kapasitas dia sebagai rakyat jelata
maka wajib untuk menjalankan syari’at
Islam dalam batas kerakyatan, dan tidak
ada kewajiban atasnya dalam perkara
menegakkan syari’at Islam di bidang
pemerintahan. Bila kapasitas dia sebagai
penguasa maka wajib atasnya untuk
menjalankan syari’at Islam dalam
pemerintahannya dan wajib pula
memimpin rakyatnya untuk menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara
menurut tuntunan syari’ah Islamiyah.
Kesimpulan
33. Al Syahrastani, Al Milal wa Al Nihal, Beirut : Dar al Fikr
Departeman Agama RI. 1971. Al-qur’an dan Terjemahnya, Jakarta :
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Qur’an
Dr.Umar Sulaiman al-Asyqar. 2008. Rasul dan Risalah, Riyadh :
International Islamic Publishing House (IIPH)
Arif Ma'ruf, Lc. Aqidah Islam III, Jakarta : Al Hikmah
Solihin, Ahmad Siregar. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan
Mu’tazilah. Jakarta
Salim, Abdurrahman. 2007. Al-Mu’tazilah, Mausu’ah al-Firaq wa al-
Madzahib fi al-’Alam al-Islami, Kairo: al-Majilis al-A’la li al-
Syu’un al-Islamiyah.
Daftar Pustaka
34. “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami
condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk
kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat
dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha
Pemberi (karunia)”
Qs. Aali Imraan : 8
Terima Kasih :)