SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas
sebagai mana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral yang menunjang penyelenggaraan
pendidikan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua,
mulai dari usia dini sampai jenjang pendidikan yang tinggi, tanpa ada diskriminasi. Hal
ini sejalan dengan pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusif, yaitu tanpa
partisipasi aktif dari semua pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang
berkualitas. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas harus dilakukan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar. Kita semua tahu bahwa mulai tahun Ajaran 2006-2007 di Indonesia
telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dengan diberlakukan KTSP ini secara bertahap, membuktikan
bahwa dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian.
Pengembangan kurikulum ini tentu saja perlu di imbangi dengan pengembangan
perangkat kerja lainnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Untuk itu
guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat ketika peserta didik belum dapat
membentuk kompetensi dasar seperti yang di inginkan, untuk itu guru harus memiliki
kemampuan mengembangkan model - model pembelajaran yang efektif, sehingga hasil
pembelajaran dapat di tingkatkan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi ; otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi
yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya
ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka
miskin aplikasi.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah
2
tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode
pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model
pembelajaran (Sudrajat:17.10)
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, model
pembelajaran. metode pembelajaran dan teknik pembelajaran ?
2. Apa sajakah macam-macam pendekatan pembelajaran itu?
3. Apa sajakah macam-macam model pembelajaran itu?
4. Apa sajakah macam-macam metode pembelajaran itu?
C. TUJUAN
Berdasarkan atas pokok permasalahan diatas , maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, model
pembelajaran. metode pembelajaran dan teknik pembelajaran
2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui macam-macam model-model pembelajaran.
4. Untuk mengetahui macam-macam metode pembelajaran
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadai,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan
tertentu.
2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,
penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu,
sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur
keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.
3. Model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan lain – lain (Joyce dalam
Ahmadi, dkk, 2011:8). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model
pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
4. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang
dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu,
4
sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementasi. Dengan
perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing – masing guru adalah sama, tetapi
mereka menggunakan teknik yang berbeda. Sedangkan menurut beberapa ahli yang
telah diuraikan terdahulu bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan
arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik
pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran.
5. Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode
pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk
mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai Apabila antara
pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
B. Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran
Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan
belajar mengajar, antara lain :
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih
bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah,
tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak
hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk
merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan –
memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,
guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada
serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan
5
apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen,
2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada
pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas
saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam
kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata
guru
Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk
mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk
mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah
yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame
teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan
ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan
kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian
dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka
mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian
dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah.
2. Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu
bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori
konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui
proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina
sendiri oleh pelajar.
6
Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur
kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau
pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat
membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai
accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras
dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau
tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya
dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya.
Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina
dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini
dikenali sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana
belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar
dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan
kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah
mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar
yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini
(2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut
membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk
mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
3. Pendekatan Deduktif – Induktif
a. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-
istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu
pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah
mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
b. Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah
menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian.
7
Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus-
kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif
dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui
kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan
(2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan
maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran
pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif. Beberapa contoh
pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis
kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif
dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual,
siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar
pengamatan siswa sendiri.
4. Pendekatan Konsep dan Proses
a. Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa
dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung
di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan
subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk
memahami konsep.
b. Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti
mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.
Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum
1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam
kegiatan belajar.
Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu
dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
8
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya
5. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang
STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human
experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai
dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk
meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains
dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN
STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach
whichreflects the widespread realization that in order to meet the
increasingdemands of a technical society, education must integrate
acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM
haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu)
dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi
dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara
sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi
terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting
dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006:
1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore
a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values,
and institution, and how such factors shape science and technology. STM
dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan
teknologi.
Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) (
dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan
menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika
9
dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan
aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan.
Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang
diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah,
tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari,
yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah
C. Macam – Macam Model Pembelajaran
a. Model pembelajaran terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Direct instruction (DI)
2. Cooperative learning (CL)
3. Problem based instruction (PBI)
b. Empat ciri khusus model pengajaran:
1. Landasan teoritik
2. Tingkah laku mengajar (sintaks)
3. Tujuan hasil belajar siswa
4. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan
c. Terdapat tiga katagori penilaian terhadap model pengajaran tersebut:
1. Penilaian berdasarkan pada penilaian berbasis kelas
2. Dilakukan secara terintegrasi selama proses pembelajaran dilaksanakan
3. Diperlukan kriteria yang jelas dan konsisten pada setiap jenis penilaian yang
dilakukan
1. Direct Instruction (DI) Pengajaran Langsung
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada
keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran
langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan
terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan
metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
10
Landasan teoritiknya adalah teori belajar sosial, dari albert bandura tentang
pemodelan tingkah laku yang melahirkan modeling dimana sifatnya CTL (centered
teacher learning), yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru.
Hasil belajar siswa terdiri atas:
a. Pengetahuan prosedural
b. Pengetahuan deklaratif sederhana
c. Mengembangkan keterampilan belajar, dimana strategi belajar direncanakan,
dirumuskan, dipilih dan ditentukan oleh seorang guru
Tingkah laku mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam lima fase
utama:
1. Fase Pertama; menyampaikan tujuan dan mengkondisikan siswa
Perilaku guru adalah: menjelaskan tujuan, informasi latar belakang pelajaran,
pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar
2. Fase Kedua; mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
Perilaku guru adalah: mendemonstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan
informasi tahap demi tahap
3. Fase Ketiga; membimbing pelatihan
Perilaku guru adalah: marencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
4. Fase Keempat; mengecek pemahaman dan memberi umpan balik
Perilaku guru adalah: mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik dan memberi umpan balik
5. Fase Kelima; memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Perilaku guru adalah: mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan
lanjutan dengan perhatiankhusus pada penerapan kepada situasi yang lebih
kompleks dan kehidupan sehari-hari. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan
perlu perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari pihak guru.
2. Pembelajaran Kooperatif (CL)
11
Model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi,
dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk
kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Landasan teorinya adalah teori konstruktif yang bebicara tentang hakikat
sosiokultural dari vygotsky. Konsep utamanya adalah learning community,
bersifat CTL (pembelajaran konstektual/bermakna).
Hasil belajar siswa terdiri dari :
a. Hasil belajar akademik berupa konsep-konsep sulit
b. Keterampilan sosial berupa keterampilan kooperatif
Tingkah laku mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam enam
fase utama yaitu:
1. Fase Pertama; menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Perilaku guru adalah: menyampaikan tujuan yang ingin dicapai selama
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Fase Kedua; menyajikan informasi.
Perilaku guru adalah: menyajiakan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3. Fase Ketiga; mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar.
Perilaku garu adalah: menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membantuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
4. Fase Keempat; membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Perilaku garu adalah: membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan
tugas-tugasnya.
5. Fase Kelima; evaluasi.
Perilaku garu adalah: mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau meminta kelompok untuk mempersentasikan hasil kerjanya.
12
6. Fase Keenam; memberikan penghargaan
Perilaku guru adalah: menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu
dan kelompok.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan diarahkan kepada
terbentuknya proses demokrasi dan peran aktif siswa. Siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Sehingga
model pembelajaran ini juga berpusat pada siswa.
3. Pengajaran Berdasarkan Masalah/Problem Based Instruction (PBI)
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan
aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang
tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis,
suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator
model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi,
induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan
inkuiri.
Landasan teoritiknya adalah teori belajar konstruktivis dari Bruner dengan
konsep intinya belajar penemuan (Inquiry), model ini juga bersifat CTL. Hasil
belajar siswa berupa pemecahan masalah autentik sehingga dapat menjadi
pembelajaran yang mandiri/otonom.
Tingkah Laku Mengajar (Sintaks) dari model dapat dilihat dalam lima fase
utama yaitu:
1. Fase Pertama; orientasi kepada masalah
Perilaku Guru adalah: menjelaskan tujuan, logistik yang diperlukan,
memotivasi siswa sehingga terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2. Fase Kedua; mengorganisasikan siswa untuk belajar
Perilaku Guru adalah: membantu siswa mendefinsikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan tugas belajar.
3. Fase Ketiga; membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Perilaku Guru adalah: mendorong siswa untuk mau mengumpulkan imformasi
yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Fase Keempat; mengembangkan dan menyajikan hasil karya
13
Perilaku Guru adalah: membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, serta membantu mereka dalam membagi
tugas.
5. Fase Kelima; menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Perilaku Guru adalah: membantu untuk melakukan refleksi/evaluasi terhadap
penyelidikan merekadan proses yang mereka gunakan.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan ditujukan dan diarahkan menjadi
terbuka, proses demokratis, peran aktif siswa. Norma inkuiri terbuka dan siswa bebas
mengemukakan pendapat.
4. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin,
belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau
menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya
adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
5. Problem Posing
Problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu
merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga
dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan,
menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan
6. .Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang
menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya
juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan
menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,
sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan
proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih
14
mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan
gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan
berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan
(sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah,
pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan.
7. Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan
serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses
berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-
prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak
diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan
menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi
aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa
dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang,
namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru
hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan,
nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman,
menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus
dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
8. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus,
mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan
aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi
berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
15
9. SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri
adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas
fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna
bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization
yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga,
dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,
mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
10. TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas
tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok
bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika
kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana
diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu
dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran.
Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.
Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan,
atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.
Sintaknya adalah sebagai berikut:
a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi
dan mekanisme kegiatan
b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati
4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi
dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang
levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu
adalah hasil kesepakatan-kesepakatan.
16
D. Macam – Macam Metode Pembelajaran
Metode-metode pembelajaran dapat dilihat dari dua sudut:
a. Metode Pembelajaran Sudut Siswa
Menurut Ausuble dan Robinson (1969) ada empat macam bentuk belajar
yaitu: belajar menerima, belajar diskaveri, belajar menghapal dan belajar bermakna.
1. Belajar Menerima
Belajar menerima adalah suatu bentuk kegiatan belajar dengan peranan
siswa lebih pasif, lebih banyak menerima dari apa yang disampaikan oleh
guru. Pengertian menerima atau pasif lebih banyak menyangkut proses mental
terutama berfikir. Dalam belajar menerima tidak berarti tidak ada proses
berfikir, tetapi prosesnya hanya sedikit atau sederhana.
Bentuk kegiatan belajar menerima yaitu: mendengarkan ceramah dan
membaca bahan pelajaran secara pasif.
2. Belajar Diskaveri
Belajar diskaveri disebut juga belajar inquiri, yaitu erat hubungannya
dengan apa yang biasa disebut CBSA. Kegiatan belajar ini lebih berfikir aktif,
karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa. belajar diskaveri
lebih kompleks, banyak menuntut aktifitas berfikir dan bahkan tidak jarang
pula menuntut sejumlah aktifitas fisik.
Bentuk-bentuk belajar diskaveri yaitu: tanya jawab, diskusi,
pengamatan, percobaan, latihan-latihan, bersimulasi, permainan, mengerjakan
tugas-tugas, mengadakan penelitian sederhana, memecahkan masalah dan
lain-lain.
3. Belajar Menghapal
Belajar menghapal merupakan kegiatan belajar yang menekankan
penguasaan pengetahuan atau fakta-fakta tanpa memberi arti terhadap
pengetahuan atau fakta tersebut.
4. Belajar Bermakna
Dalam belajar bermakna suatu yang dipelajari dari makna. Makna
dapat terjadi karena: 1) ada hubungan antara suatu fakta/pengetahuan dengan
fakta/pengetahuan lainnya, umpamanya gedung tinggi dengan tangga, atau
antara angin laut dengan nelayan yang pulang, 2) ada hubungan antara suatu
17
pengetahuan dengan penggunaannya, umpamanya manfaat kincir air atau
kincir angin, penggunaan pupuk dan sebagainya.
Walaupun tidak selalu sejajar, belajar menerima cenderung mengarah
kepada belajar menghapal dan belajar diskaveri cenderung ke arah belajar
bermakna.
b. Metode Pembelajaran Sudut Guru
1. Membelajarkan Secara Ekspositori
Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru
menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat ekspositori. Baik dalam
tahap perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran guru berperan lebih
aktif. Guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu
menyampaikan kepada siswa.
Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori adalah:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah
siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah,
(2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode
yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif
dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan
jangkauan daya beli dan paham siswa.
Ceramah wajar dipergunakan untuk :
1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat
dan tidak, terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat
yang dimaksud.
2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang
besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga
metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan.
3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan
merangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan. Dengan
18
ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya.
Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang-
kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika
dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus
membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi
kelas dan sebagainya.
Beberapa kelemahan metode ceramah adalah :
a. Membuat siswa pasif
b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa
c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985)
d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi
dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapatlebih besar
menerimanya
e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik
f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah :
a. Guru mudah menguasai kelas.
b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d. Mudah dilaksanakan
b. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya
diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti
benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan
lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan
tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan
menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek,
membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan
konsep serta fakta yang memungkinkan.
19
Metode ini digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk
mengajarkan suatu bahan ajar yang memerlukan peragaan atau sebagai
metode pelengkap dari metode ceramah.
2. Membelajarkan Dengan Mengaktifkan Siswa
Dalam pelaksanaan kegiatan mengajar yang mengaktifkan siswa, guru
tidak begitu banyak melakukan aktivitas, aktivitas lebih banyak dilakukan oleh
siswa. Guru memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa,
mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi.
Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran dengan
mengaktifkan siswa adalah:
a. Metode Tanya-Jawab
Metode ini paling sederhana dalam pengajaran dengan
mengaktifkan siswa. Metode dapat dilaksanakan secara klasikal maupun
kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa.
Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru maupun buku-buku sumber.
Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya
Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode
ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang
ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan
dalam dua jenis ialah : metode tanya jawab dan metode diskusi
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru
mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa
terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari
pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa
menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan
pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan
sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak.
20
b. Metode Diskusi
Metode ini banyak persamaannya dengan metode tanya jawab.
Perbedaan utamanya terletak pada hal yang dibahas serta cara
pembahasannya.
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh
suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem
dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau
memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama.
Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan
apabila guru hendak:
1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
2. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan
kemampuannya
3. Mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai
4. Membantu siswa belajar berpikir secara kritis
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau
mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
2. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku
sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat
mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
3. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang
diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku
atau sekelompok.
4. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya
terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
5. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat
yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
3. Metode Pengamatan dan Percobaan
Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan,
keduanya berisi kegiatan pengamatan atau observasi. Perbedaanya terletak
pada obyek yang diamati. Dalam pengamatan yang diamati adalah suatu
21
obyek (benda, kegiatan dan lain-lain) yang bersifat ilmiah, sebagaimana
adanya, sedang pada percobaan yang diamati adalah suatu obyek yang dibuat
oleh pengamat.
Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen.
a. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa,
sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan
eksperimen.
b. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah yang
dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen,
serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-
hal yang perlu dicatat.
c. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan.
d. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil
eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan
atau kekeliruan-kekeliruan.
4. Metode Belajar Kelompok
Secara singkat metode ini disebut juga metode kelompok, adalah suatu
cara yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok. Dalam
belajar biasanya digunakan kelompok kecil (2-5 siswa) dan kelompok sedang
(6-10 siswa).
Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang
paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran
kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process
skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6
siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik
yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu
22
laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai
langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai
berikut:
a. Seleksi topic
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah
masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru.
Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen
baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur
belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan
berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di
atas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan
pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas
dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para
siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di
dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi
yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat
diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa
dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh
guru.
23
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai
kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu
keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu
atau kelompok, atau keduanya.
5. Metode Latihan
Pada umumnya metode ini berisi rangkaian kegiatan mengulangi suatu
perbuatan, sampai perbuatan tersebut disukai siswa. Contohnya: pemecahan
soal, olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja dan
ain-lain.
6. Metode Pemecahan Masalah
Metode ini merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena
metode ini mencoba melihat dan memecahkan ”masalah yang cukup
kompleks” dan menuntut/mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikanmasalah yang dihadapi dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut:
a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
24
melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian
atau konsep tersebut.
b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan
metode pembelajaran yang lain.
7. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi
melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas
dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa
atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas
dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka:
a. Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa
b. Hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa
dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain
atau oleh guru yang bersangkutan
c. Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.
8. Metode Cooperative Learning
Cooperative learning merupakan suatu kegiatan pembelajaran dalam
kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja bersama untuk memperoleh
pengalaman belajar.
Dalam metode cooperative learning menurut anita lie (2000), terdapat
lima unsur yang harus diterapkan, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2)
tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota dan
5) evaluasi proses kelompok. Agar kelima unsur tersebut dapat dicapai, maka
siswa didalam kelompok harus mempunyai niat dan kiat (will and skill).
Dalam pengelolaan kelas ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) mengelompokkan, 2) semangat cooperative learning, dan 3) penataan kelas
Menurut gunter (1990), terdapat enam model cooperative learning.
Model-model tersebut adalah:
a. the jigsaw model
Model ini dapat meningkatkan kerjasama antar siswa. Siswa dibagi
kedalam beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5
orang siswa. Kelompok-kelompok ini disebut ”home group”. Tiap-tiap
25
anggota dalam kelompok tersebut mengerjakan tugas yang berbeda satu sama
lain. Kemudian masing-masing anggota dari one group berpencar dan
berpindah ke kelompok lain, dan ini disebut”expert group” karena siswa
tersebut menjadi seorang ahli dengan tugas yang sama untuk memberikan
informasi ketika ia kembali ke kelompok semula.
b. The team-games tournament (TGT) model
Model ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
berlomba dalam belajar. Masing-masing kelompok berlomba untuk
mendapatkan nilai yang tinggi.
Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu:
1. Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-
benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada
saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang
anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras
atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama
teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu
akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk
turnamen mingguan.
4.Turnamen
26
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan
lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja
turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga
siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team Recognize (penghargaan kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-
masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team”
jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-
45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40
c. The student teams avhivement division (STAD) model
Model ini dikembangkan karena seorang siswa kurang puas dengan
hasil nilai yang diperoleh dari the team-games tournament (TGT), oleh karena
itu seorang guru akan memberikan tes lanjutan dalam bentuk quiz atau tes.
d. The team interview model
Team interview dikembangkan untuk memperoleh kerjasama
kelompok, membangun kegiatan kelompok, cara memantau pemahaman
bacaan atau laporan nilai kelompok.
e. The graffiti model
Graffiti adalah model pembelajaran struktur, dimana siswa diminta
memberikan bentuk struktur yang benar. Model ini merupakan cara yang
paling tepat untuk melihat sejauh mana pemahaman struktur yang benar.
f. The think, pair, share model
Model ini merupakan teknik sederhana dengan hasil yang besar.
Hasilnya dapat meningkatkan peran serta siswa dalam menambah informasi.
Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil atau berpasangan sebelum diskusi
didalam kelas. Siswa lebih percaya diri karena telah memiliki bekal dalam
diskusi kelompok kecil atau pasangan sehingga mereka lebih aktif karena
27
tidak didominasi oleh siswa yang pandai semua siswa berperan serta dalam
diskusi kelas tersebut.
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi paedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Upaya untuk
menguasai keempat kompetensi itu melalui pendidikan formal hanyalah merupakan
syarat mutlak bagi guru. Akan tetapi upaya peningkatan kemampuan terus menerus
(continuous improvement) merupakan syarat yang tidak perlu ditawar-tawar lagi Ada
kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan, strategi, metode, teknik dan
model-model pembelajaran perlu dipahami dan diterapkan oleh para pendidik, guna
menciptakan pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) yang selanjutnya untuk mewujudkan makna pendidikan nasional yakni
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga
peningkatan mutu pendidikan nasional menjadi harga mati, oleh karena itu guru semakin
dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat menarik minat dan
motivasi siswa.
B. SARAN
Masa depan generasi penerus bangsa sebagian ada ditangan para pendidik, untuk
itu kami sebagai pendidik dan calon pendidik menyusun makalah ini dalam rangak
menambah pengetahuan. Dalam penulisan makalah ini penulis tentu terdapat kekuarangan
dan kelebihan,untuk itu saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
kami harapkan

More Related Content

What's hot

Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)
Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)
Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)Ermie Dharlya
 
Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...
Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...
Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...Desmon Muroh
 
pengetahuan kandungan pedagogi (pck)
pengetahuan kandungan pedagogi (pck)pengetahuan kandungan pedagogi (pck)
pengetahuan kandungan pedagogi (pck)Ministry of Education
 
Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]
Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]
Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]Ministry of Education
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranTandrian
 
PENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURUPENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURUMuhammad Affrini Azim Zahari
 
Pertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARANPertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARANKim Watea
 
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi PembelajaranKlasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi PembelajaranLutfi Koto
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapAjrina Pia
 
6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulum6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulumStar Ng
 
Unit 4 Modul 1 Teras Pengetahuan V2
Unit 4  Modul 1  Teras  Pengetahuan V2Unit 4  Modul 1  Teras  Pengetahuan V2
Unit 4 Modul 1 Teras Pengetahuan V2一世 一生
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran02041989
 
PENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURUPENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURUAmeer Chann
 
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalamPpt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalamUkhty Nicken
 

What's hot (19)

Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)
Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)
Pengetahuan pedagogi kandungan (pck)
 
Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...
Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...
Pengaruh asas pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap amalan harian pros...
 
pengetahuan kandungan pedagogi (pck)
pengetahuan kandungan pedagogi (pck)pengetahuan kandungan pedagogi (pck)
pengetahuan kandungan pedagogi (pck)
 
Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]
Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]
Kepentingan pck kpd_prestasi_guru-group_work_dr_sulaiman[1]
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaran
 
PENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURUPENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN PEDAGOGI ISI KANDUNGAN (PCK) DALAM KALANGAN GURU
 
Ppt pkn
Ppt pknPpt pkn
Ppt pkn
 
Pertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARANPertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 STRATEGI PEMBELAJARAN
 
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi PembelajaranKlasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi Strategi Pembelajaran
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
 
6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulum6812170 kurikulum-model-kurikulum
6812170 kurikulum-model-kurikulum
 
Pedagogi pendidikan
Pedagogi pendidikanPedagogi pendidikan
Pedagogi pendidikan
 
Unit 4 Modul 1 Teras Pengetahuan V2
Unit 4  Modul 1  Teras  Pengetahuan V2Unit 4  Modul 1  Teras  Pengetahuan V2
Unit 4 Modul 1 Teras Pengetahuan V2
 
Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan PembelajaranKurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Latihan 1
Latihan 1Latihan 1
Latihan 1
 
Pengetahuan pedagogi
Pengetahuan pedagogi Pengetahuan pedagogi
Pengetahuan pedagogi
 
Model taba
Model taba Model taba
Model taba
 
PENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURUPENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURU
PENGETAHUAN ISI KANDUNGAN PEDAGOGI (PCK) DALAM KALANGAN GURU
 
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalamPpt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
Ppt konsep dasar strategi pembelajaran dan teori belajar dalam
 

Viewers also liked

Tugas kelompok 11 motorik
Tugas kelompok 11 motorikTugas kelompok 11 motorik
Tugas kelompok 11 motorikporja_b
 
Tugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikTugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikporja_b
 
Tugas kelompok 7 motorik
Tugas kelompok 7 motorikTugas kelompok 7 motorik
Tugas kelompok 7 motorikporja_b
 
Tugas kelompok 13 motorik
Tugas kelompok 13 motorikTugas kelompok 13 motorik
Tugas kelompok 13 motorikporja_b
 
Tugas kelompok 6 motorik
Tugas kelompok 6 motorikTugas kelompok 6 motorik
Tugas kelompok 6 motorikporja_b
 
Tugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorikTugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorikporja_b
 
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriStrategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriHariyatunnisa Ahmad
 
Tugas kelompok 4 motorik
Tugas kelompok 4 motorikTugas kelompok 4 motorik
Tugas kelompok 4 motorikporja_b
 

Viewers also liked (8)

Tugas kelompok 11 motorik
Tugas kelompok 11 motorikTugas kelompok 11 motorik
Tugas kelompok 11 motorik
 
Tugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikTugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorik
 
Tugas kelompok 7 motorik
Tugas kelompok 7 motorikTugas kelompok 7 motorik
Tugas kelompok 7 motorik
 
Tugas kelompok 13 motorik
Tugas kelompok 13 motorikTugas kelompok 13 motorik
Tugas kelompok 13 motorik
 
Tugas kelompok 6 motorik
Tugas kelompok 6 motorikTugas kelompok 6 motorik
Tugas kelompok 6 motorik
 
Tugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorikTugas kelompok 8 motorik
Tugas kelompok 8 motorik
 
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriStrategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
 
Tugas kelompok 4 motorik
Tugas kelompok 4 motorikTugas kelompok 4 motorik
Tugas kelompok 4 motorik
 

Similar to PENGERTIAN DASAR PEMBELAJARAN

ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfirwan prayogo
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranHilda Pujianti
 
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxPPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxMuhamadhendro
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiArief Marbot
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDani Novita Rahma
 
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematikatugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematikadea nindria imansari
 
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaranDaly Indra
 
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Hariyatunnisa Ahmad
 
Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Fadhli Khan
 
Pemilihan media dr int
Pemilihan media dr intPemilihan media dr int
Pemilihan media dr intmardyansofian
 
Fadhlina+Harisnur.docx
Fadhlina+Harisnur.docxFadhlina+Harisnur.docx
Fadhlina+Harisnur.docxekopujianto21
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajarannanasupriatna
 
Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...
Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...
Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...RahmawatiNusi1
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanRirin Romayanti
 

Similar to PENGERTIAN DASAR PEMBELAJARAN (20)

Makalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaranMakalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaran
 
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaranTugas kurikulum dan pembelajaran
Tugas kurikulum dan pembelajaran
 
Proposal tesis model assure
Proposal tesis model assureProposal tesis model assure
Proposal tesis model assure
 
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxPPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategi
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
 
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematikatugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika
 
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
 
Utama 1
Utama 1Utama 1
Utama 1
 
3.konsep dasar desain_pembelajaranfff
3.konsep dasar desain_pembelajaranfff3.konsep dasar desain_pembelajaranfff
3.konsep dasar desain_pembelajaranfff
 
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
3.konsep dasar desain_pembelajarandffs
 
Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)
 
Pemilihan media dr int
Pemilihan media dr intPemilihan media dr int
Pemilihan media dr int
 
Fadhlina+Harisnur.docx
Fadhlina+Harisnur.docxFadhlina+Harisnur.docx
Fadhlina+Harisnur.docx
 
Kurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan PengajaranKurikulum Dan Pengajaran
Kurikulum Dan Pengajaran
 
Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...
Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...
Pentingnya mengetahui pendekatan pembelajaran kurikulum merdeka bagi guru.ppt...
 
Kurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editanKurikulum dan pengajaran editan
Kurikulum dan pengajaran editan
 

More from Rizal M Suhardi (15)

Sistem Endokrin
Sistem EndokrinSistem Endokrin
Sistem Endokrin
 
Nutrisiku
NutrisikuNutrisiku
Nutrisiku
 
Rizal M Suhardi Presentasi
Rizal M Suhardi PresentasiRizal M Suhardi Presentasi
Rizal M Suhardi Presentasi
 
Political Science
Political SciencePolitical Science
Political Science
 
OLIMPIANS AND TITANS
OLIMPIANS AND TITANSOLIMPIANS AND TITANS
OLIMPIANS AND TITANS
 
Alexander The Great
Alexander The GreatAlexander The Great
Alexander The Great
 
Genius
GeniusGenius
Genius
 
Martin luther king in politic
Martin luther king in politicMartin luther king in politic
Martin luther king in politic
 
Keep spirit, ambition and love
Keep spirit, ambition and loveKeep spirit, ambition and love
Keep spirit, ambition and love
 
Aliran aliran teori_pendidikan
Aliran aliran teori_pendidikanAliran aliran teori_pendidikan
Aliran aliran teori_pendidikan
 
Pewarisan sifat ku
Pewarisan sifat kuPewarisan sifat ku
Pewarisan sifat ku
 
Energi listrik
Energi listrikEnergi listrik
Energi listrik
 
Energi listrik
Energi listrikEnergi listrik
Energi listrik
 
Pewarisan sifat ku
Pewarisan sifat kuPewarisan sifat ku
Pewarisan sifat ku
 
Listrik dinamis
Listrik dinamisListrik dinamis
Listrik dinamis
 

PENGERTIAN DASAR PEMBELAJARAN

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagai mana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan berbagai upaya strategis dan integral yang menunjang penyelenggaraan pendidikan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua, mulai dari usia dini sampai jenjang pendidikan yang tinggi, tanpa ada diskriminasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusif, yaitu tanpa partisipasi aktif dari semua pihak, tentunya sulit mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu upaya peningkatan kualitas harus dilakukan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Kita semua tahu bahwa mulai tahun Ajaran 2006-2007 di Indonesia telah diberlakukan kurikulum baru yaitu kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan diberlakukan KTSP ini secara bertahap, membuktikan bahwa dunia pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian. Pengembangan kurikulum ini tentu saja perlu di imbangi dengan pengembangan perangkat kerja lainnya, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kondusif. Untuk itu guru harus dapat mengambil keputusan yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar seperti yang di inginkan, untuk itu guru harus memiliki kemampuan mengembangkan model - model pembelajaran yang efektif, sehingga hasil pembelajaran dapat di tingkatkan. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi ; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari – hari. Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah
  • 2. 2 tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran (Sudrajat:17.10) B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah definisi dari pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, model pembelajaran. metode pembelajaran dan teknik pembelajaran ? 2. Apa sajakah macam-macam pendekatan pembelajaran itu? 3. Apa sajakah macam-macam model pembelajaran itu? 4. Apa sajakah macam-macam metode pembelajaran itu? C. TUJUAN Berdasarkan atas pokok permasalahan diatas , maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui definisi pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, model pembelajaran. metode pembelajaran dan teknik pembelajaran 2. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan pembelajaran. 3. Untuk mengetahui macam-macam model-model pembelajaran. 4. Untuk mengetahui macam-macam metode pembelajaran
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi 1. Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadai, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. 2. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah – langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi. 3. Model pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat – perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan lain – lain (Joyce dalam Ahmadi, dkk, 2011:8). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. 4. Metode pembelajaran Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu,
  • 4. 4 sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementasi. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing – masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. Sedangkan menurut beberapa ahli yang telah diuraikan terdahulu bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan arti yang lebih luas dari metode dan teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. 5. Teknik pembelajaran Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai Apabila antara pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran B. Macam – Macam Pendekatan Pembelajaran Ada beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain : 1. Pendekatan Kontekstual Pendekatan konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya. Pemahaman, penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan dengan
  • 5. 5 apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan lingkungan masyarakat luas. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru Penggunaan pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untuk mengembangkan ranah pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untuk mengembangkan sikap, nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesame teman, misalnya melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan ketrampilan sosial (social skills) (Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi masalah. 2. Pendekatan Konstruktivisme Kontruktivisme merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005). Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
  • 6. 6 Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali sebagai parcing. Pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara. Kajian Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan. 3. Pendekatan Deduktif – Induktif a. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah- istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005). b. Pendekatan Induktif Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh pengertian.
  • 7. 7 Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula berupa kasus- kasus nyata yang terjadi dilingkungan. Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan. Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif. Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri. 4. Pendekatan Konsep dan Proses a. Pendekatan Konsep Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. b. Pendekatan Proses Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar. Dalam pendekatan proses, ada dua hal mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam pendidikan. Pertama, proses mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
  • 8. 8 peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri. Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang dialaminya 5. Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat National Science Teachers Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak untuk meningkatakan kreativitas, sikap ilmiah, menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini. Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi. Hasil penelitian dari National Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa perbedaan jika
  • 9. 9 dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat. Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah – langkah C. Macam – Macam Model Pembelajaran a. Model pembelajaran terdiri dari tiga jenis yaitu: 1. Direct instruction (DI) 2. Cooperative learning (CL) 3. Problem based instruction (PBI) b. Empat ciri khusus model pengajaran: 1. Landasan teoritik 2. Tingkah laku mengajar (sintaks) 3. Tujuan hasil belajar siswa 4. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan c. Terdapat tiga katagori penilaian terhadap model pengajaran tersebut: 1. Penilaian berdasarkan pada penilaian berbasis kelas 2. Dilakukan secara terintegrasi selama proses pembelajaran dilaksanakan 3. Diperlukan kriteria yang jelas dan konsisten pada setiap jenis penilaian yang dilakukan 1. Direct Instruction (DI) Pengajaran Langsung Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
  • 10. 10 Landasan teoritiknya adalah teori belajar sosial, dari albert bandura tentang pemodelan tingkah laku yang melahirkan modeling dimana sifatnya CTL (centered teacher learning), yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Hasil belajar siswa terdiri atas: a. Pengetahuan prosedural b. Pengetahuan deklaratif sederhana c. Mengembangkan keterampilan belajar, dimana strategi belajar direncanakan, dirumuskan, dipilih dan ditentukan oleh seorang guru Tingkah laku mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam lima fase utama: 1. Fase Pertama; menyampaikan tujuan dan mengkondisikan siswa Perilaku guru adalah: menjelaskan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar 2. Fase Kedua; mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Perilaku guru adalah: mendemonstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap 3. Fase Ketiga; membimbing pelatihan Perilaku guru adalah: marencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal 4. Fase Keempat; mengecek pemahaman dan memberi umpan balik Perilaku guru adalah: mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dan memberi umpan balik 5. Fase Kelima; memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan Perilaku guru adalah: mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan perhatiankhusus pada penerapan kepada situasi yang lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan perlu perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati dari pihak guru. 2. Pembelajaran Kooperatif (CL)
  • 11. 11 Model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. Landasan teorinya adalah teori konstruktif yang bebicara tentang hakikat sosiokultural dari vygotsky. Konsep utamanya adalah learning community, bersifat CTL (pembelajaran konstektual/bermakna). Hasil belajar siswa terdiri dari : a. Hasil belajar akademik berupa konsep-konsep sulit b. Keterampilan sosial berupa keterampilan kooperatif Tingkah laku mengajar (sintaks) dari model ini dapat dilihat dalam enam fase utama yaitu: 1. Fase Pertama; menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Perilaku guru adalah: menyampaikan tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. 2. Fase Kedua; menyajikan informasi. Perilaku guru adalah: menyajiakan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3. Fase Ketiga; mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar. Perilaku garu adalah: menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membantuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Fase Keempat; membimbing kelompok bekerja dan belajar. Perilaku garu adalah: membimbing kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas-tugasnya. 5. Fase Kelima; evaluasi. Perilaku garu adalah: mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok untuk mempersentasikan hasil kerjanya.
  • 12. 12 6. Fase Keenam; memberikan penghargaan Perilaku guru adalah: menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan diarahkan kepada terbentuknya proses demokrasi dan peran aktif siswa. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Sehingga model pembelajaran ini juga berpusat pada siswa. 3. Pengajaran Berdasarkan Masalah/Problem Based Instruction (PBI) Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. Landasan teoritiknya adalah teori belajar konstruktivis dari Bruner dengan konsep intinya belajar penemuan (Inquiry), model ini juga bersifat CTL. Hasil belajar siswa berupa pemecahan masalah autentik sehingga dapat menjadi pembelajaran yang mandiri/otonom. Tingkah Laku Mengajar (Sintaks) dari model dapat dilihat dalam lima fase utama yaitu: 1. Fase Pertama; orientasi kepada masalah Perilaku Guru adalah: menjelaskan tujuan, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa sehingga terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2. Fase Kedua; mengorganisasikan siswa untuk belajar Perilaku Guru adalah: membantu siswa mendefinsikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan tugas belajar. 3. Fase Ketiga; membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Perilaku Guru adalah: mendorong siswa untuk mau mengumpulkan imformasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Fase Keempat; mengembangkan dan menyajikan hasil karya
  • 13. 13 Perilaku Guru adalah: membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, serta membantu mereka dalam membagi tugas. 5. Fase Kelima; menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Perilaku Guru adalah: membantu untuk melakukan refleksi/evaluasi terhadap penyelidikan merekadan proses yang mereka gunakan. Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan ditujukan dan diarahkan menjadi terbuka, proses demokratis, peran aktif siswa. Norma inkuiri terbuka dan siswa bebas mengemukakan pendapat. 4. Problem Solving Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. 5. Problem Posing Problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan 6. .Problem Terbuka (OE, Open Ended) Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntut untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih
  • 14. 14 mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan. 7. Probing-prompting Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep- prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi. 8. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning) Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan prasyarat, eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
  • 15. 15 9. SAVI Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga, dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. 10. TGT (Teams Games Tournament) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut: a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan b. Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan-kesepakatan.
  • 16. 16 D. Macam – Macam Metode Pembelajaran Metode-metode pembelajaran dapat dilihat dari dua sudut: a. Metode Pembelajaran Sudut Siswa Menurut Ausuble dan Robinson (1969) ada empat macam bentuk belajar yaitu: belajar menerima, belajar diskaveri, belajar menghapal dan belajar bermakna. 1. Belajar Menerima Belajar menerima adalah suatu bentuk kegiatan belajar dengan peranan siswa lebih pasif, lebih banyak menerima dari apa yang disampaikan oleh guru. Pengertian menerima atau pasif lebih banyak menyangkut proses mental terutama berfikir. Dalam belajar menerima tidak berarti tidak ada proses berfikir, tetapi prosesnya hanya sedikit atau sederhana. Bentuk kegiatan belajar menerima yaitu: mendengarkan ceramah dan membaca bahan pelajaran secara pasif. 2. Belajar Diskaveri Belajar diskaveri disebut juga belajar inquiri, yaitu erat hubungannya dengan apa yang biasa disebut CBSA. Kegiatan belajar ini lebih berfikir aktif, karena ada sejumlah proses mental yang dilakukan siswa. belajar diskaveri lebih kompleks, banyak menuntut aktifitas berfikir dan bahkan tidak jarang pula menuntut sejumlah aktifitas fisik. Bentuk-bentuk belajar diskaveri yaitu: tanya jawab, diskusi, pengamatan, percobaan, latihan-latihan, bersimulasi, permainan, mengerjakan tugas-tugas, mengadakan penelitian sederhana, memecahkan masalah dan lain-lain. 3. Belajar Menghapal Belajar menghapal merupakan kegiatan belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau fakta-fakta tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut. 4. Belajar Bermakna Dalam belajar bermakna suatu yang dipelajari dari makna. Makna dapat terjadi karena: 1) ada hubungan antara suatu fakta/pengetahuan dengan fakta/pengetahuan lainnya, umpamanya gedung tinggi dengan tangga, atau antara angin laut dengan nelayan yang pulang, 2) ada hubungan antara suatu
  • 17. 17 pengetahuan dengan penggunaannya, umpamanya manfaat kincir air atau kincir angin, penggunaan pupuk dan sebagainya. Walaupun tidak selalu sejajar, belajar menerima cenderung mengarah kepada belajar menghapal dan belajar diskaveri cenderung ke arah belajar bermakna. b. Metode Pembelajaran Sudut Guru 1. Membelajarkan Secara Ekspositori Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat ekspositori. Baik dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran guru berperan lebih aktif. Guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu menyampaikan kepada siswa. Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori adalah: a. Metode Ceramah Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Ceramah wajar dipergunakan untuk : 1. Kalau pengajar akan menyampaikan fakta (kenyataan) atau pendapat dan tidak, terdapat bahan bacaan yang merangkum fakta atau pendapat yang dimaksud. 2. Kalau pengajar harus menyampaikan fakta kepada pembelajar yang besar jumlahnya atau karena besarnya kelompok pendengar sehingga metode-metode yang lain tidak mungkin dapat dipergunakan. 3. Kalau pengajar adalah pembicara yang bersemangat dan akan merangsang pembelajar untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan. Dengan
  • 18. 18 ceramah, persiapan satu-satunya bagi pengajar adalah buku catatanya. Pada seluruh jam pelajaran ia berbicara sambil berdiri atau kadang- kadang duduk. Cara ini paling sederhana dalam pengaturan kelas, jika dibandingkan dengan metode demonstrasi di mana pengajar harus membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, ia harus merubah posisi kelas dan sebagainya. Beberapa kelemahan metode ceramah adalah : a. Membuat siswa pasif b. Mengandung unsur paksaan kepada siswa c. Mengandung daya kritis siswa ( Daradjat, 1985) d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapatlebih besar menerimanya e. Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik f. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) g. Bila terlalu lama membosankan.(Syaiful Bahri Djamarah, 2000) Beberapa kelebihan metode ceramah adalah : a. Guru mudah menguasai kelas. b. Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar c. Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar. d. Mudah dilaksanakan b. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
  • 19. 19 Metode ini digunakan sebagai metode mengajar tersendiri untuk mengajarkan suatu bahan ajar yang memerlukan peragaan atau sebagai metode pelengkap dari metode ceramah. 2. Membelajarkan Dengan Mengaktifkan Siswa Dalam pelaksanaan kegiatan mengajar yang mengaktifkan siswa, guru tidak begitu banyak melakukan aktivitas, aktivitas lebih banyak dilakukan oleh siswa. Guru memberi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan siswa, mengarahkan, menguasai, dan mengadakan evaluasi. Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran dengan mengaktifkan siswa adalah: a. Metode Tanya-Jawab Metode ini paling sederhana dalam pengajaran dengan mengaktifkan siswa. Metode dapat dilaksanakan secara klasikal maupun kelompok, antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Pertanyaan dapat berasal dari siswa, guru maupun buku-buku sumber. Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah : metode tanya jawab dan metode diskusi Kelebihan metode tanya Jawab : 1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja. 2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. 3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Kelemahan metode tanya Jawab: 1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. 2. Membutuhkan waktu lebih banyak.
  • 20. 20 b. Metode Diskusi Metode ini banyak persamaannya dengan metode tanya jawab. Perbedaan utamanya terletak pada hal yang dibahas serta cara pembahasannya. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak: 1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa 2. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya 3. Mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai 4. Membantu siswa belajar berpikir secara kritis Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut: 1. Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas. 2. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan. 3. Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok. 4. Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan. 5. Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain. 3. Metode Pengamatan dan Percobaan Metode pengamatan berkaitan erat dengan metode percobaan, keduanya berisi kegiatan pengamatan atau observasi. Perbedaanya terletak pada obyek yang diamati. Dalam pengamatan yang diamati adalah suatu
  • 21. 21 obyek (benda, kegiatan dan lain-lain) yang bersifat ilmiah, sebagaimana adanya, sedang pada percobaan yang diamati adalah suatu obyek yang dibuat oleh pengamat. Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen. a. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen. b. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah yang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal- hal yang perlu dicatat. c. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. d. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan. 4. Metode Belajar Kelompok Secara singkat metode ini disebut juga metode kelompok, adalah suatu cara yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok. Dalam belajar biasanya digunakan kelompok kecil (2-5 siswa) dan kelompok sedang (6-10 siswa). Metode investigasi kelompok sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para guru yang menggunakan metode investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu
  • 22. 22 laporan di depan kelas secara keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Seleksi topic Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok- kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik. b. Merencanakan kerjasama Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah a) di atas. c. Implementasi Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan. d. Analisis dan sintesis Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas. e. Penyajian hasil akhir Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
  • 23. 23 f. Evaluasi Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya. 5. Metode Latihan Pada umumnya metode ini berisi rangkaian kegiatan mengulangi suatu perbuatan, sampai perbuatan tersebut disukai siswa. Contohnya: pemecahan soal, olahraga/permainan, kesenian, keterampilan, mengarang, bekerja dan ain-lain. 6. Metode Pemecahan Masalah Metode ini merupakan metode belajar-mengajar taraf tinggi, karena metode ini mencoba melihat dan memecahkan ”masalah yang cukup kompleks” dan menuntut/mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut: a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. b. Berpikir dan bertindak kreatif. c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikanmasalah yang dihadapi dengan tepat. g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. Kelemahan metode problem solving sebagai berikut: a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk
  • 24. 24 melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain. 7. Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: a. Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa b. Hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan c. Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat. 8. Metode Cooperative Learning Cooperative learning merupakan suatu kegiatan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja bersama untuk memperoleh pengalaman belajar. Dalam metode cooperative learning menurut anita lie (2000), terdapat lima unsur yang harus diterapkan, yaitu: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota dan 5) evaluasi proses kelompok. Agar kelima unsur tersebut dapat dicapai, maka siswa didalam kelompok harus mempunyai niat dan kiat (will and skill). Dalam pengelolaan kelas ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu: 1) mengelompokkan, 2) semangat cooperative learning, dan 3) penataan kelas Menurut gunter (1990), terdapat enam model cooperative learning. Model-model tersebut adalah: a. the jigsaw model Model ini dapat meningkatkan kerjasama antar siswa. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa. Kelompok-kelompok ini disebut ”home group”. Tiap-tiap
  • 25. 25 anggota dalam kelompok tersebut mengerjakan tugas yang berbeda satu sama lain. Kemudian masing-masing anggota dari one group berpencar dan berpindah ke kelompok lain, dan ini disebut”expert group” karena siswa tersebut menjadi seorang ahli dengan tugas yang sama untuk memberikan informasi ketika ia kembali ke kelompok semula. b. The team-games tournament (TGT) model Model ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk berlomba dalam belajar. Masing-masing kelompok berlomba untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Ada 5 komponen utama dalam komponen utama dalam TGT yaitu: 1. Penyajian Kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar- benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2. Kelompok (team) Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3. Game Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. 4.Turnamen
  • 26. 26 Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. 5. Team Recognize (penghargaan kelompok) Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing- masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40- 45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40 c. The student teams avhivement division (STAD) model Model ini dikembangkan karena seorang siswa kurang puas dengan hasil nilai yang diperoleh dari the team-games tournament (TGT), oleh karena itu seorang guru akan memberikan tes lanjutan dalam bentuk quiz atau tes. d. The team interview model Team interview dikembangkan untuk memperoleh kerjasama kelompok, membangun kegiatan kelompok, cara memantau pemahaman bacaan atau laporan nilai kelompok. e. The graffiti model Graffiti adalah model pembelajaran struktur, dimana siswa diminta memberikan bentuk struktur yang benar. Model ini merupakan cara yang paling tepat untuk melihat sejauh mana pemahaman struktur yang benar. f. The think, pair, share model Model ini merupakan teknik sederhana dengan hasil yang besar. Hasilnya dapat meningkatkan peran serta siswa dalam menambah informasi. Siswa berdiskusi dalam kelompok kecil atau berpasangan sebelum diskusi didalam kelas. Siswa lebih percaya diri karena telah memiliki bekal dalam diskusi kelompok kecil atau pasangan sehingga mereka lebih aktif karena
  • 27. 27 tidak didominasi oleh siswa yang pandai semua siswa berperan serta dalam diskusi kelas tersebut.
  • 28. 28 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Upaya untuk menguasai keempat kompetensi itu melalui pendidikan formal hanyalah merupakan syarat mutlak bagi guru. Akan tetapi upaya peningkatan kemampuan terus menerus (continuous improvement) merupakan syarat yang tidak perlu ditawar-tawar lagi Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan, strategi, metode, teknik dan model-model pembelajaran perlu dipahami dan diterapkan oleh para pendidik, guna menciptakan pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang selanjutnya untuk mewujudkan makna pendidikan nasional yakni usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sehingga peningkatan mutu pendidikan nasional menjadi harga mati, oleh karena itu guru semakin dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi siswa. B. SARAN Masa depan generasi penerus bangsa sebagian ada ditangan para pendidik, untuk itu kami sebagai pendidik dan calon pendidik menyusun makalah ini dalam rangak menambah pengetahuan. Dalam penulisan makalah ini penulis tentu terdapat kekuarangan dan kelebihan,untuk itu saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan