SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  18
48

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan merupakan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau solute, untuk
larut dalam suatu pelarut (solvent).Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum
zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut.Kelarutan juga digunakan secara
kuantitatif untuk menyatakan komposisi dan larutan.Kelarutan bergantung pada
jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga yang hanya sedikit
larut.
Larutan merupakan campuran homogen yang komposisinya sama, tidak ada
bidang batas antara zat pelarut dan zat. Dalam larutan fase cair, pelarutnya
(solvent) adalah cairan dan zat yang yang terlarut didalamnya disebut zat terlarut
(solvent), biasa berwujud padat, cair, atau gas.
Kelarutan sering digunakan dalam beberapa pengertian kelarutan dinyatakan
secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga digunakan secara kualitatif
untuk menyatakan komposisi dalam larutan.
Berdasarkan prinsipnya, kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh
pergeseran kesetimbangan antara zat yang beraksi dengan hasilnya. Dimana bila
suhu dinaikkan maka kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser.
Tetapi bila suhu diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh
pergeseran kesetimbangan.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu
pada asam oksalat dengan menggunakan suhu yang bervariasi dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan.

1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui fungsi digunakannya suhu yang bervariasi.
Mengetahui volume NaOH setelah dilakukan titrasi.
Mengetahui konsentrasi asam oksalat pada suhu 300C.

48
49

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Fase cair yang berupa system dua atau multi komponen, yakni larutan juga
sangat penting.Larutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat
yang larut didalamnya (zat terlarut). Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa
padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut
sistem dispersi.Untuk sistem dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebut
medium pendispersi, sementara zat yang berperan seperti zat terlarut disebut
dengan zat terdispersi (dispersoid).
Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut,
adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut
pada kondisi tertentu.Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas
kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan,
artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang
dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan
tergantung pada suhu pelarutan (syukardjo, 1997).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent.Solute adalah
substansi yang melarutkan.Contoh sebuah larutan NaCl.NaCl adalah solute dan air
adalah solvent. Dari ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk
memilki Sembilan tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam
cairan, padat dalam gas, cair dalam cairan, dan sebagainya. Dari berbagai macam
tipe ini, larutan yang lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam
cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas.
Jika kelarutan suhu suatu kimia dalam kesetimbangan dengan padatan,
cairan, atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan
jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal
sehingga

penambahan

solute

dalam

larutan

lebih

lanjut

tidak

dapat

larut.Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat
maka larutan jenuhnya terjadi kesetimbangan dimana molekul fase padat

49
50

meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan
molekul – molekul ion dengan fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang
partikel – partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi.
Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute
dari pada yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan
(syukri,1990).
Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan
tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat
dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan.
NaOH (natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa
lebur, berbentuk pellet serpihan atau batang atau bentuka lain. Sangat basa, keras,
rapuh dan menunjukan pecahan hablur.Cepat menyerap karbon dioksida dan
lembab.Kelarutannya mudah larut dalam air dan dalam etanol.Tetapi tidak larut
dalam eter.Titik leleh 3180C serta titik didih 13900C. hidratnya mengandung 7 ; 5
; 3,5 ; 3 ; 2 ;dan 1 molekul air. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam
air. NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1.
Senyawa ini mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.
Asam okslat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat
dihidrat, asam oksalat anhidrat (C2H2O4) yang memiliki berat molekul 90.04
gr/mol dan mempunyai melting point 1870C. sifat dari asam oksalat anhidrat
adalah tidak berbau, berwarna putih dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat
merupakan jenis asam oksalat yang dijual dipasaran yang mempunyai rumus
bangun (C2H4O2.H2O) dengan berat molekul 126,07 gr/mol an melting point
101,50C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58% air, bersifat
tidak berbau dan dapat kehilangan molekul air dipanaskan hingga suhu 1000C.
Indikator PP memiliki sifat fisik dan kimianya adalah massa molar
318,329 gr/mol, massa jenis 1,277 gr/mol pada suhu 320C, titik leleh : 262,50C
indikator asam basa menunjukan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa,

50
51

indikator PP (fenolftalein) mempunyai warna tertentu pada trayek pH/ rentang pH
tertentu yang ditunjukan dengan perubahan warna indikator. Bila indikator PP,
merupakan indikator yang menunjukan pH basa, berarti ia berada pada rentang pH
antara 8,3 – 10,0 (dari tidak bewarna hingga merah pink). Indikator PP tidak larut
dalam air, benzene, tetapi larut dalam etanol dan eter (Dogra, 1984).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1.Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
2. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat
cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas.
Kelarutan adalah jumlah zatyang dapat larut dalam sejumlah pelarut
hingga membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat
ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1
liter.(Atkins, 1999)

51
52

BAB 3
METODELOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1

Alat
Beaker glass
Pipet volume
Erlenmeyer
Hot plate
Termometer
Gelas ukur
Pipet tetes
Sikat tabung
Tiang statif
Labu takar
Buret

3.1.2

Bahan
Es batu
H2C2O4 2 N
NaOH 0,2 N
Aquades
Tissue
Indikator PP

3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1

Suhu 400C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Dipanaskan hingga suhu 600C.
52
53

Didinginkan hingga suhu 400C.
Ditambah 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH.
Dihitung volume NaOH.

3.2.2

Suhu 300C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Di panaskan hingga suhu 600C.
Di dinginkan hingga suhu 300C.
Ditambahkan 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH 0,2 N.
Dihitung volume NaOH.

3.2.3

Suhu 200C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Di panaskan hingga suhu 600C.
Di dinginkan hingga suhu 200C.
Ditambahkan 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH 0,2 N.
Dihitung volume NaOH.

3.2.4

Suhu 100C
Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml.
Diencerkan hingga volume larutan 100 ml.
Diambil 20 ml.
Di panaskan hingga suhu 600C.

53
54

Di dinginkan hingga suhu 100C.
Ditambahkan 2 tetes indikator PP.
Dititrasi dengan NaOH 0,2 N.
Dihitung volume NaOH.

54
55

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Perlakuan

Pengamatan

1). Suhu 400C
Dimasukkan 10 ml H2C2O4 + Larutan bening
H2O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan
Dipanaskan sampai 600C

Larutan bening

Didinginkan sampai 400C
Ditambah 2 tetes indikator PP

Larutan bening

Dititrasi dengan NaOH

Larutan merah lembayung

Volume NaOH

1,25 ml

2). Suhu 300C
Dimasukkan 10 ml H2C2O4 +

Larutan bening

H2O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan
Larutan bening

Dipanaskan sampai 600C

Larutan bening

Didinginkan sampai 300C
Ditambah 2 tetes indikator PP
Dititrasi dengan NaOH

Larutan bening
Larutan merah lembayung

Volume NaOH

1,40 ml

3). Suhu 200C
Dimasukkan 10 ml H2C2O4 +
H2O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan

55

Larutan bening
56

Dipanaskan sampai 600C

Larutan bening

Didinginkan sampai 200C
Ditambah 2 tetes indikator PP

Larutan bening

Dititrasi dengan NaOH

Larutan merah lembayung

Volume NaOH

1,15 ml

4). Suhu 100C
Dimasukkan 10 ml H2C2O4 +
Larutan bening

H2O ( diencerkan)
Diambil 20 ml larutan

Larutan bening

Dipanaskan sampai 600C
Didinginkan sampai 100C
Ditambah 2 tetes indikator PP

Larutan bening
Larutan merah lembayung

Dititrasi dengan NaOH

1,30 ml

Volume NaOH

4.2 Reaksi
4.2.1

Reaksi H2C2O4 + NaOH

H2C2O4 + 2NaOH

Na2C2O4 + 2H2O

56
57

4.2.2

Reaksi NaOH + indikator PP

OH

OH
O

ON a

C

C

+ 2 N aO H

+ 2 H 2O

O

C

C

O

O

4.2.3

Reaksi indikator PP + asam oksalat
OH

OH

C

+ H 2C 2O 4

O

C

O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Konsentrasi Asam Oksalat
4.3.1.1 Pendinginan 400C
V H2C2O4 = 20 ml
V NaOH = 1,25 ml
N NaOH = 0,2N x 2= 0,4 N
V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH

57

ON a
58

20 ml x N H2C2O4
N H2C2O4

= 1,25 ml x 0,4 N
= 1,25 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,025 N x faktor pengenceran
= 0,025 N x 10
= 0,25 N

4.3.1.2 Pendinginan 300C
V H2C2O4 = 20 ml
V NaOH = 1,40 ml
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH
20 ml x N H2C2O4
N H2C2O4

= 1,40 ml x 0,4 N
= 1,40 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,028 N x faktor pengenceran
= 0,028 N x 10
= 0,28 N

4.3.1.3 Suhu 200C
V H2C2O4 = 20 ml
V NaOH = 1,15 ml
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N

V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH
20 ml x N H2C2O4
N H2C2O4

= 1,15 ml x 0,4 N
= 1,15 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,023 N x faktor pengenceran
= 0,023 N x 10
= 0,23 N

58
59

4.3.1.4 Suhu 100C
V H2C2O4 = 20 ml
V NaOH = 1,30 ml
N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N
V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH
20 ml x N H2C2O4
N H2C2O4

= 1,30 ml x 0,4 N
= 1,30 ml x 0,4 N
20 ml
= 0,026 N x faktor pengenceran
= 0,026 N x 10
= 0,26 N

4.3.2

Perubahan Suhu Rata – Rata
∆H1 =
=
=

x 2,303 x 8,314 j/mol. K
x 2,303 x 8,314 j/mol.K
x 2.303 x 8,314 j/mol. K

= -0,00367 j/mol.K
∆H2 =
=
=

x 2,303 x 8,314 j/mol. K
x 2,303 x 8,314 j/mol.K
x 2.303 x 8,314 j/mol. K

= -0,00569 j/mol.K

∆H3 =
=
=

x 2,303 x 8,314 j/mol. K
x 2,303 x 8,314 j/mol.K
x 2.303 x 8,314 j/mol. K

= -0,00789 j/mol.K

∆H4 =

x 2,303 x 8,314 j/mol. K

59
60

=
=

x 2,303 x 8,314 j/mol.K
x 2.303 x 8,314 j/mol. K

= -0,010158 j/mol.K
4.4 Grafik

Grafik Subungan Suhu Dengan
Enthalpi
50

Suhu

40
30
20
Series1

10
0
0

0.002

0.004

0.006

0.008

0.01

0.012

entalpi

4.5 Pembahasan
Kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu banyaknya zat terlarut maksimum
dalam suatu pelarut tertentu yang dipengaruhi oleh perubahan suhu sampai larutan
menjadi jenuh. Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat berbeda – beda antara satu
dengan lainnya. Tetapi pada umumnya pengaruh suhu pada kelarutan zat cair
semakin tinggi maka kelarutan kelarutan semakin besar dan sebaliknya. Hal itu
disebabkan karena proses pembentukan larutannya bersifat endoterm.
Prinsip percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada percobaan ini
yaitu memanaskan suatu larutan asam oksalat yang telah diencerkan sampai pada
suhu 600C dan diturunkan suhunya sampai pada suhu tertentu dan ditambahkan
indikator pp dan dititrasi dengan NaOH untuk mengetahui konsentrasi asam
oksalat berdasarkan perubahan suhu yang terjadi yang ditandai dengan larutan
berwarna merah lembayung.

60
61

Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur,
kebanyakan garam anorganik akan meningkatkan kelarutannya jika mengalami
atau diberi sutau kenaikan temperatur.
Pemilihan pelarut, kebanyakan garam anorganik juga lebih cepat larut
didalam pelarut air dari pada didalam pelarut organik.Air mempunyai momen
dipol yang lebih besar dan ditarik kekation dan anion untuk membentuk ion – ion
hidrat. Ion hidrogen dalam air akan terhidrasi lengkap sampai suatu tingkat dalam
larutan air, dan energi yang dilepaskan oleh interaksi ion – ion dengan pelarut
akan mengatasi gaya tarik menarik yang cenderung untuk menahan kisi – kisi ion
dalam kristalin padat.
Efek ion sekutu, sebuah endapan secara umum akan lebih larut dalam
air murni dibandingkan didalam subuah larutan yang mengandung satu dari ion –
ion endapan (efek ion – ion sekutu). Dalam sebuah larutan perak klorida, sebagai
contoh dari konsentrasi ion perak dan ion klorida tidak dapat melebihi nilai
tetapan kelarutan produk.Dengan hadirnya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan
dari sebuah endapanbisa jadi lebih besar dari pada nilai yang telah diperkirakan
melalui tetapan kelarutan produk.
Efek aktifitas, endapan menunjukan peningkatan kelarutan dalam
larutan.Larutan yang mengandung ion – ion dari endapan.Efek aktifitas tidak
menimbulkan permasalahan.
Efek pH, kelarutan dari garam sebuah asam lemah bergantung pada pH
larutan tersebut. Beberapa contoh dari garam – garam tersebut yang lebih penting
dari kimia analitis adalah oksalat dan lain – lain. Ion hidrogen bergabung dengan
anion dari garam untuk membentuk asam lemah, sehingga peningkatan kelarutan
dari garam.
Pada percobaan ini awalnya diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml
larutan tidak berwarna.Kemudian diencerkan hingga volume larutan 100 ml
menggunakan aquades dan larutan tetap tidak berwarna.Larutan asam oksalat
yang sudah diencerkan ini diambil sebanyak 20 ml dan dipanaskan hingga suhu
600C dengan menggunkan hot plate.Asam oksalat dipanaskan pada suhu tersebut,
karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal asam oksalat mencapai

61
62

kesetimbangan atau jenuh.Larutan tersebut tetap berwarna bening, kemudian
diturunkan suhunya hingga 400C menggunkan es batu.Setelah itu, larutan
ditambahkan indikator PP sebanyak dua tetes, hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya OH- dalam larutan.Larutan tidak terjadi perubahan warna
karena larutan yang bersifat asam yang mengandung ion H+. Kemudian di titrasi
dengan NaOH 0,2 N, proses titrasi harus dihentikan ketika larutan berubah warna
merah lembayung yang merupakan titik akhir titrasi. Dan setelah dihitung volume
NaOH 0,2 N yang diperlukan untuk mentitrasi asam oksalat yaitu sebanyak 1,25
ml.
Pada percobaan selanjutnya dilakukan hal yang samadengan mengambil
20 ml asam oksalat yang telah diencerkan tadi. Kemudian dipanaskan sampai
600C. Namun kali ini suhu diturunkan 300C dan ditambahkan indikator PP dan
dititrasi dengan NaOH 0,2 N. Kemudian dihitung volume NaOH yang dititrasi
yaitu sebanyak 1,40 ml.
Pada percobaan yang sama diambil lagi 20 ml asam oksalat yang sudah
diencerkan. Kemudian dipanaskan sampai suhu 600C, dan didinginkan hingga
suhu 200C. Pada proses pendinginan sampai suhu 200C ini memerlukan waktu
yang agak lama. Kemudian ditambahkan dua tetes indikator PP dan dititrasi
dengan NaOH yaitu sebanyak 1,15 ml yang ditandai dengan larutan berubah
warna merah lembayung.
Pada percobaan yang sama lagi diambil 20 ml asam oksalat yang sudah
diencerkan. Kemudian dipanaskan sampai suhu 600C, dan didinginkan hingga
suhu 100C. Pada proses pendinginan ini memerlukan waktu yang cukup lebih
lama lagi karena suhunya yang sangat rendah rendah tersebut. Setelah itu
ditambahkan dua tetes indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,2 N dan hasil
titrasi NaOH tersebut yaitu sebanyak 1,50 ml yang ditandai dengan larutan
berubah warna merah lembayung. Pada percobaan ini titrasi dengan NaOH ada
yang tinggi ada juga yang menurun. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
kesalahan diantaranya yaitu :
Pada pemanasan asam oksalat suhu yang dicapai bisa ada yang berbeda –
beda ada yang 600C, ada juga yang lebih dari 600 sehingga proses

62
63

pendinginan menjadi lambat dan memepengaruhi konsentrasi dari asam
oksalat tersebut.
Pada mentitrasi H2C2O4 dengan NaOH menggunakan pipet volume sering
terjadi kesalahan menggunakan pipet volume sehingga konsentrasinya
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Pada penggunaan termometer, ujung termometer kena dinding Erlenmeyer
atau dengan sentuhan lainnya yang dapat memberikan panas sehingga
suhu termometer jadi berubah.
Aplikasi kelarutan sebagai fungsi suhu banyak dimanfaatkan dalam
bidang industri. Perbedaan kelarutan dengan suhu yang berlainan ini dapat
dimanfaatkan untuk memurnikan zat dari kotoran – kotoran hasil samping suatu
reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat. Pada cara ini zat yang masih
bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana
pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan
dingin kotoran akan tertinggal dalam larutan zat murni akan memisah sebagai
endapan. Kristal murni yang dihasilkan lalu disaring dandikeringkan.

63
64

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tujuan digunakan suhu yang bervariasi yaitu untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan dan panas pelarutan
diferensial dari larutan asam oksalat jenuh tersebut.
Volume NaOH yang diperoleh setelah dilakukan titrasi yaitu 1,25 ml, 1,40
ml, 1,15 ml dan 1,30 ml.
Adapun konsentrasi asam oksalat pada suhu 300 yaitu 0,28 N.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan selanjutnya, digunakan larutan atau padatan
lain seperti KNO3 agar dapat dilihat lebih jelas lagi perubahan suhu yang terjadi.

64
65

DAFTAR PUSTAKA
Atkins. 1999.Kimia Fisika Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Dogra, S.K.1984. Kimia Fisika dan Soal – Soal. Jakarta : UI – Press.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB.
Sukardjo, Pr.1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta.

65

Contenu connexe

Tendances

Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Dede Suhendra
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri AgataMelati
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Awal Rahmad
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation risyanti ALENTA
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriDila Adila
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)qlp
 
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019Dwi Karyani
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionDokter Tekno
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprakpraditya_21
 
anorganik Belerang
anorganik Belerang anorganik Belerang
anorganik Belerang Fera Fajrin
 
Kelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbonKelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbonCha Bela
 
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleksandragrup01
 

Tendances (20)

Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
Uji Vitamin C
Uji Vitamin CUji Vitamin C
Uji Vitamin C
 
Distilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasiDistilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasi
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
Reaksi eliminasi
Reaksi eliminasiReaksi eliminasi
Reaksi eliminasi
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
 
Laporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum KonduktometriLaporan Pratikum Konduktometri
Laporan Pratikum Konduktometri
 
Vitamin kel 2
Vitamin kel 2Vitamin kel 2
Vitamin kel 2
 
10 gravimetri
10 gravimetri10 gravimetri
10 gravimetri
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Metathesis Olefin
Metathesis OlefinMetathesis Olefin
Metathesis Olefin
 
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Laporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksiLaporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksi
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-lapraklaporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
laporan praktikum penentuan-perubahan-entalpi-pembakara-laprak
 
anorganik Belerang
anorganik Belerang anorganik Belerang
anorganik Belerang
 
Kelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbonKelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbon
 
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
45715687 aplikasi-senyawa-kompleks
 

Similaire à 4 fungsi-suhu

Laporan standar sekunder
Laporan standar sekunderLaporan standar sekunder
Laporan standar sekunderaji indras
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarilmanafia13
 
Laporan farmasi fisika kelarutan 3
Laporan farmasi fisika kelarutan 3Laporan farmasi fisika kelarutan 3
Laporan farmasi fisika kelarutan 3Mina Audina
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Mina Audina
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
AlkalimetriRidwan
 
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptxLisnaGianti
 
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Muhammad Fadhillah
 
Lks Kelarutan
Lks KelarutanLks Kelarutan
Lks KelarutanNova Spj
 
LARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptLARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptBayuPermana43
 
Makalah kimia teknik
Makalah kimia teknikMakalah kimia teknik
Makalah kimia teknikJuleha Usmad
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanuus17F
 
Pelarutan dan pengenceran zat
Pelarutan dan pengenceran zatPelarutan dan pengenceran zat
Pelarutan dan pengenceran zatNurul Wulandari
 
BAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxBAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxSigitPurnomo65
 

Similaire à 4 fungsi-suhu (20)

Laporan standar sekunder
Laporan standar sekunderLaporan standar sekunder
Laporan standar sekunder
 
Larutan dan Kelarutan
Larutan dan KelarutanLarutan dan Kelarutan
Larutan dan Kelarutan
 
Kelarutan
KelarutanKelarutan
Kelarutan
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
Laporan farmasi fisika kelarutan 3
Laporan farmasi fisika kelarutan 3Laporan farmasi fisika kelarutan 3
Laporan farmasi fisika kelarutan 3
 
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
Laporan praktikum farmasi fisika kelarutan 2
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
Alkalimetri
 
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx3. LARUTANDAN  SIFATKOLIGATIF  LARUTAN.pptx
3. LARUTANDAN SIFATKOLIGATIF LARUTAN.pptx
 
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
 
Larutan dan koloid
Larutan dan koloidLarutan dan koloid
Larutan dan koloid
 
Lks Kelarutan
Lks KelarutanLks Kelarutan
Lks Kelarutan
 
LARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.pptLARUTAN ptt press.ppt
LARUTAN ptt press.ppt
 
Larutan dan koloid
Larutan dan koloidLarutan dan koloid
Larutan dan koloid
 
Makalah kimia teknik
Makalah kimia teknikMakalah kimia teknik
Makalah kimia teknik
 
Farmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutanFarmasi fisika-kelarutan
Farmasi fisika-kelarutan
 
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab v kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Pelarutan dan pengenceran zat
Pelarutan dan pengenceran zatPelarutan dan pengenceran zat
Pelarutan dan pengenceran zat
 
BAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docxBAB VI LARUTAN rev.docx
BAB VI LARUTAN rev.docx
 
Sifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif LarutanSifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif Larutan
 
Bab ii kelarutan
Bab ii kelarutanBab ii kelarutan
Bab ii kelarutan
 

Dernier

contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 

Dernier (20)

contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 

4 fungsi-suhu

  • 1. 48 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelarutan merupakan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut atau solute, untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut.Kelarutan juga digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi dan larutan.Kelarutan bergantung pada jenis zat terlarut, ada zat yang mudah larut tetapi banyak juga yang hanya sedikit larut. Larutan merupakan campuran homogen yang komposisinya sama, tidak ada bidang batas antara zat pelarut dan zat. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan dan zat yang yang terlarut didalamnya disebut zat terlarut (solvent), biasa berwujud padat, cair, atau gas. Kelarutan sering digunakan dalam beberapa pengertian kelarutan dinyatakan secara kualitatif dari proses larutan. Kelarutan juga digunakan secara kualitatif untuk menyatakan komposisi dalam larutan. Berdasarkan prinsipnya, kelarutan sebagai fungsi suhu didasari oleh pergeseran kesetimbangan antara zat yang beraksi dengan hasilnya. Dimana bila suhu dinaikkan maka kelarutan akan bertambah dan kesetimbangan akan bergeser. Tetapi bila suhu diturunkan maka kelarutan akan semakin kecil dan disertai oleh pergeseran kesetimbangan. Dalam percobaan ini, akan dilakukan percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada asam oksalat dengan menggunakan suhu yang bervariasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan. 1.2 Tujuan Percobaan Mengetahui fungsi digunakannya suhu yang bervariasi. Mengetahui volume NaOH setelah dilakukan titrasi. Mengetahui konsentrasi asam oksalat pada suhu 300C. 48
  • 2. 49 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Fase cair yang berupa system dua atau multi komponen, yakni larutan juga sangat penting.Larutan terdiri atas cairan yang melarutkan zat (pelarut) dan zat yang larut didalamnya (zat terlarut). Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa padatan atau gas asal dapat melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut sistem dispersi.Untuk sistem dispersi, zat yang berfungsi seperti pelarut disebut medium pendispersi, sementara zat yang berperan seperti zat terlarut disebut dengan zat terdispersi (dispersoid). Yang dimaksud dengan kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut, adalah banyaknya suatu zat dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu.Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/liter. Jadi, bila batas kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi, akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (syukardjo, 1997). Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent.Solute adalah substansi yang melarutkan.Contoh sebuah larutan NaCl.NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memilki Sembilan tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam gas, cair dalam cairan, dan sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini, larutan yang lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam cairan serta gas dalam gas. Jika kelarutan suhu suatu kimia dalam kesetimbangan dengan padatan, cairan, atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal sehingga penambahan solute dalam larutan lebih lanjut tidak dapat larut.Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat maka larutan jenuhnya terjadi kesetimbangan dimana molekul fase padat 49
  • 3. 50 meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul – molekul ion dengan fase cair yang mengkristal menjadi fase padat. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau larutan yang partikel – partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi. Larutan sangat jenuh, yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada yang diperlukan untuk larutan jenuh atau dengan kata lain larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan didalam larutan (syukri,1990). Suatu larutan jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut akan bergeser bila suhu dinaikan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikan. NaOH (natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa lebur, berbentuk pellet serpihan atau batang atau bentuka lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukan pecahan hablur.Cepat menyerap karbon dioksida dan lembab.Kelarutannya mudah larut dalam air dan dalam etanol.Tetapi tidak larut dalam eter.Titik leleh 3180C serta titik didih 13900C. hidratnya mengandung 7 ; 5 ; 3,5 ; 3 ; 2 ;dan 1 molekul air. NaOH membentuk basa kuat bila dilarutkan dalam air. NaOH murni merupakan padatan berwarna putih, densitas NaOH adalah 2,1. Senyawa ini mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida. Asam okslat ada 2 macam yaitu asam oksalat anhidrat dan asam oksalat dihidrat, asam oksalat anhidrat (C2H2O4) yang memiliki berat molekul 90.04 gr/mol dan mempunyai melting point 1870C. sifat dari asam oksalat anhidrat adalah tidak berbau, berwarna putih dan tidak menyerap air. Asam oksalat dihidrat merupakan jenis asam oksalat yang dijual dipasaran yang mempunyai rumus bangun (C2H4O2.H2O) dengan berat molekul 126,07 gr/mol an melting point 101,50C dan mengandung 71,42 % asam oksalat anhidrat dan 28,58% air, bersifat tidak berbau dan dapat kehilangan molekul air dipanaskan hingga suhu 1000C. Indikator PP memiliki sifat fisik dan kimianya adalah massa molar 318,329 gr/mol, massa jenis 1,277 gr/mol pada suhu 320C, titik leleh : 262,50C indikator asam basa menunjukan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa, 50
  • 4. 51 indikator PP (fenolftalein) mempunyai warna tertentu pada trayek pH/ rentang pH tertentu yang ditunjukan dengan perubahan warna indikator. Bila indikator PP, merupakan indikator yang menunjukan pH basa, berarti ia berada pada rentang pH antara 8,3 – 10,0 (dari tidak bewarna hingga merah pink). Indikator PP tidak larut dalam air, benzene, tetapi larut dalam etanol dan eter (Dogra, 1984). Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1.Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent. 2. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas. Kelarutan adalah jumlah zatyang dapat larut dalam sejumlah pelarut hingga membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter.(Atkins, 1999) 51
  • 5. 52 BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Beaker glass Pipet volume Erlenmeyer Hot plate Termometer Gelas ukur Pipet tetes Sikat tabung Tiang statif Labu takar Buret 3.1.2 Bahan Es batu H2C2O4 2 N NaOH 0,2 N Aquades Tissue Indikator PP 3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Suhu 400C Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml. Diencerkan hingga volume larutan 100 ml. Diambil 20 ml. Dipanaskan hingga suhu 600C. 52
  • 6. 53 Didinginkan hingga suhu 400C. Ditambah 2 tetes indikator PP. Dititrasi dengan NaOH. Dihitung volume NaOH. 3.2.2 Suhu 300C Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml. Diencerkan hingga volume larutan 100 ml. Diambil 20 ml. Di panaskan hingga suhu 600C. Di dinginkan hingga suhu 300C. Ditambahkan 2 tetes indikator PP. Dititrasi dengan NaOH 0,2 N. Dihitung volume NaOH. 3.2.3 Suhu 200C Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml. Diencerkan hingga volume larutan 100 ml. Diambil 20 ml. Di panaskan hingga suhu 600C. Di dinginkan hingga suhu 200C. Ditambahkan 2 tetes indikator PP. Dititrasi dengan NaOH 0,2 N. Dihitung volume NaOH. 3.2.4 Suhu 100C Diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml. Diencerkan hingga volume larutan 100 ml. Diambil 20 ml. Di panaskan hingga suhu 600C. 53
  • 7. 54 Di dinginkan hingga suhu 100C. Ditambahkan 2 tetes indikator PP. Dititrasi dengan NaOH 0,2 N. Dihitung volume NaOH. 54
  • 8. 55 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Perlakuan Pengamatan 1). Suhu 400C Dimasukkan 10 ml H2C2O4 + Larutan bening H2O ( diencerkan) Diambil 20 ml larutan Dipanaskan sampai 600C Larutan bening Didinginkan sampai 400C Ditambah 2 tetes indikator PP Larutan bening Dititrasi dengan NaOH Larutan merah lembayung Volume NaOH 1,25 ml 2). Suhu 300C Dimasukkan 10 ml H2C2O4 + Larutan bening H2O ( diencerkan) Diambil 20 ml larutan Larutan bening Dipanaskan sampai 600C Larutan bening Didinginkan sampai 300C Ditambah 2 tetes indikator PP Dititrasi dengan NaOH Larutan bening Larutan merah lembayung Volume NaOH 1,40 ml 3). Suhu 200C Dimasukkan 10 ml H2C2O4 + H2O ( diencerkan) Diambil 20 ml larutan 55 Larutan bening
  • 9. 56 Dipanaskan sampai 600C Larutan bening Didinginkan sampai 200C Ditambah 2 tetes indikator PP Larutan bening Dititrasi dengan NaOH Larutan merah lembayung Volume NaOH 1,15 ml 4). Suhu 100C Dimasukkan 10 ml H2C2O4 + Larutan bening H2O ( diencerkan) Diambil 20 ml larutan Larutan bening Dipanaskan sampai 600C Didinginkan sampai 100C Ditambah 2 tetes indikator PP Larutan bening Larutan merah lembayung Dititrasi dengan NaOH 1,30 ml Volume NaOH 4.2 Reaksi 4.2.1 Reaksi H2C2O4 + NaOH H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O 56
  • 10. 57 4.2.2 Reaksi NaOH + indikator PP OH OH O ON a C C + 2 N aO H + 2 H 2O O C C O O 4.2.3 Reaksi indikator PP + asam oksalat OH OH C + H 2C 2O 4 O C O 4.3 Perhitungan 4.3.1 Konsentrasi Asam Oksalat 4.3.1.1 Pendinginan 400C V H2C2O4 = 20 ml V NaOH = 1,25 ml N NaOH = 0,2N x 2= 0,4 N V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH 57 ON a
  • 11. 58 20 ml x N H2C2O4 N H2C2O4 = 1,25 ml x 0,4 N = 1,25 ml x 0,4 N 20 ml = 0,025 N x faktor pengenceran = 0,025 N x 10 = 0,25 N 4.3.1.2 Pendinginan 300C V H2C2O4 = 20 ml V NaOH = 1,40 ml N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH 20 ml x N H2C2O4 N H2C2O4 = 1,40 ml x 0,4 N = 1,40 ml x 0,4 N 20 ml = 0,028 N x faktor pengenceran = 0,028 N x 10 = 0,28 N 4.3.1.3 Suhu 200C V H2C2O4 = 20 ml V NaOH = 1,15 ml N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH 20 ml x N H2C2O4 N H2C2O4 = 1,15 ml x 0,4 N = 1,15 ml x 0,4 N 20 ml = 0,023 N x faktor pengenceran = 0,023 N x 10 = 0,23 N 58
  • 12. 59 4.3.1.4 Suhu 100C V H2C2O4 = 20 ml V NaOH = 1,30 ml N NaOH = 0,2 N x 2 = 0,4 N V H2C2O4 x N H2C2O4 = V NaOH x N NaOH 20 ml x N H2C2O4 N H2C2O4 = 1,30 ml x 0,4 N = 1,30 ml x 0,4 N 20 ml = 0,026 N x faktor pengenceran = 0,026 N x 10 = 0,26 N 4.3.2 Perubahan Suhu Rata – Rata ∆H1 = = = x 2,303 x 8,314 j/mol. K x 2,303 x 8,314 j/mol.K x 2.303 x 8,314 j/mol. K = -0,00367 j/mol.K ∆H2 = = = x 2,303 x 8,314 j/mol. K x 2,303 x 8,314 j/mol.K x 2.303 x 8,314 j/mol. K = -0,00569 j/mol.K ∆H3 = = = x 2,303 x 8,314 j/mol. K x 2,303 x 8,314 j/mol.K x 2.303 x 8,314 j/mol. K = -0,00789 j/mol.K ∆H4 = x 2,303 x 8,314 j/mol. K 59
  • 13. 60 = = x 2,303 x 8,314 j/mol.K x 2.303 x 8,314 j/mol. K = -0,010158 j/mol.K 4.4 Grafik Grafik Subungan Suhu Dengan Enthalpi 50 Suhu 40 30 20 Series1 10 0 0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 entalpi 4.5 Pembahasan Kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu banyaknya zat terlarut maksimum dalam suatu pelarut tertentu yang dipengaruhi oleh perubahan suhu sampai larutan menjadi jenuh. Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat berbeda – beda antara satu dengan lainnya. Tetapi pada umumnya pengaruh suhu pada kelarutan zat cair semakin tinggi maka kelarutan kelarutan semakin besar dan sebaliknya. Hal itu disebabkan karena proses pembentukan larutannya bersifat endoterm. Prinsip percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu pada percobaan ini yaitu memanaskan suatu larutan asam oksalat yang telah diencerkan sampai pada suhu 600C dan diturunkan suhunya sampai pada suhu tertentu dan ditambahkan indikator pp dan dititrasi dengan NaOH untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat berdasarkan perubahan suhu yang terjadi yang ditandai dengan larutan berwarna merah lembayung. 60
  • 14. 61 Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, kebanyakan garam anorganik akan meningkatkan kelarutannya jika mengalami atau diberi sutau kenaikan temperatur. Pemilihan pelarut, kebanyakan garam anorganik juga lebih cepat larut didalam pelarut air dari pada didalam pelarut organik.Air mempunyai momen dipol yang lebih besar dan ditarik kekation dan anion untuk membentuk ion – ion hidrat. Ion hidrogen dalam air akan terhidrasi lengkap sampai suatu tingkat dalam larutan air, dan energi yang dilepaskan oleh interaksi ion – ion dengan pelarut akan mengatasi gaya tarik menarik yang cenderung untuk menahan kisi – kisi ion dalam kristalin padat. Efek ion sekutu, sebuah endapan secara umum akan lebih larut dalam air murni dibandingkan didalam subuah larutan yang mengandung satu dari ion – ion endapan (efek ion – ion sekutu). Dalam sebuah larutan perak klorida, sebagai contoh dari konsentrasi ion perak dan ion klorida tidak dapat melebihi nilai tetapan kelarutan produk.Dengan hadirnya ion sekutu yang berlebihan, kelarutan dari sebuah endapanbisa jadi lebih besar dari pada nilai yang telah diperkirakan melalui tetapan kelarutan produk. Efek aktifitas, endapan menunjukan peningkatan kelarutan dalam larutan.Larutan yang mengandung ion – ion dari endapan.Efek aktifitas tidak menimbulkan permasalahan. Efek pH, kelarutan dari garam sebuah asam lemah bergantung pada pH larutan tersebut. Beberapa contoh dari garam – garam tersebut yang lebih penting dari kimia analitis adalah oksalat dan lain – lain. Ion hidrogen bergabung dengan anion dari garam untuk membentuk asam lemah, sehingga peningkatan kelarutan dari garam. Pada percobaan ini awalnya diambil asam oksalat 2 N sebanyak 10 ml larutan tidak berwarna.Kemudian diencerkan hingga volume larutan 100 ml menggunakan aquades dan larutan tetap tidak berwarna.Larutan asam oksalat yang sudah diencerkan ini diambil sebanyak 20 ml dan dipanaskan hingga suhu 600C dengan menggunkan hot plate.Asam oksalat dipanaskan pada suhu tersebut, karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal asam oksalat mencapai 61
  • 15. 62 kesetimbangan atau jenuh.Larutan tersebut tetap berwarna bening, kemudian diturunkan suhunya hingga 400C menggunkan es batu.Setelah itu, larutan ditambahkan indikator PP sebanyak dua tetes, hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya OH- dalam larutan.Larutan tidak terjadi perubahan warna karena larutan yang bersifat asam yang mengandung ion H+. Kemudian di titrasi dengan NaOH 0,2 N, proses titrasi harus dihentikan ketika larutan berubah warna merah lembayung yang merupakan titik akhir titrasi. Dan setelah dihitung volume NaOH 0,2 N yang diperlukan untuk mentitrasi asam oksalat yaitu sebanyak 1,25 ml. Pada percobaan selanjutnya dilakukan hal yang samadengan mengambil 20 ml asam oksalat yang telah diencerkan tadi. Kemudian dipanaskan sampai 600C. Namun kali ini suhu diturunkan 300C dan ditambahkan indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,2 N. Kemudian dihitung volume NaOH yang dititrasi yaitu sebanyak 1,40 ml. Pada percobaan yang sama diambil lagi 20 ml asam oksalat yang sudah diencerkan. Kemudian dipanaskan sampai suhu 600C, dan didinginkan hingga suhu 200C. Pada proses pendinginan sampai suhu 200C ini memerlukan waktu yang agak lama. Kemudian ditambahkan dua tetes indikator PP dan dititrasi dengan NaOH yaitu sebanyak 1,15 ml yang ditandai dengan larutan berubah warna merah lembayung. Pada percobaan yang sama lagi diambil 20 ml asam oksalat yang sudah diencerkan. Kemudian dipanaskan sampai suhu 600C, dan didinginkan hingga suhu 100C. Pada proses pendinginan ini memerlukan waktu yang cukup lebih lama lagi karena suhunya yang sangat rendah rendah tersebut. Setelah itu ditambahkan dua tetes indikator PP dan dititrasi dengan NaOH 0,2 N dan hasil titrasi NaOH tersebut yaitu sebanyak 1,50 ml yang ditandai dengan larutan berubah warna merah lembayung. Pada percobaan ini titrasi dengan NaOH ada yang tinggi ada juga yang menurun. Hal ini dikarenakan beberapa faktor kesalahan diantaranya yaitu : Pada pemanasan asam oksalat suhu yang dicapai bisa ada yang berbeda – beda ada yang 600C, ada juga yang lebih dari 600 sehingga proses 62
  • 16. 63 pendinginan menjadi lambat dan memepengaruhi konsentrasi dari asam oksalat tersebut. Pada mentitrasi H2C2O4 dengan NaOH menggunakan pipet volume sering terjadi kesalahan menggunakan pipet volume sehingga konsentrasinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Pada penggunaan termometer, ujung termometer kena dinding Erlenmeyer atau dengan sentuhan lainnya yang dapat memberikan panas sehingga suhu termometer jadi berubah. Aplikasi kelarutan sebagai fungsi suhu banyak dimanfaatkan dalam bidang industri. Perbedaan kelarutan dengan suhu yang berlainan ini dapat dimanfaatkan untuk memurnikan zat dari kotoran – kotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara rekristalisasi bertingkat. Pada cara ini zat yang masih bercampur dengan pengotor dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana pengotor lebih mudah larut daripada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan dingin kotoran akan tertinggal dalam larutan zat murni akan memisah sebagai endapan. Kristal murni yang dihasilkan lalu disaring dandikeringkan. 63
  • 17. 64 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan digunakan suhu yang bervariasi yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengaruh suhu pada penentuan kelarutan dan panas pelarutan diferensial dari larutan asam oksalat jenuh tersebut. Volume NaOH yang diperoleh setelah dilakukan titrasi yaitu 1,25 ml, 1,40 ml, 1,15 ml dan 1,30 ml. Adapun konsentrasi asam oksalat pada suhu 300 yaitu 0,28 N. 5.2 Saran Sebaiknya dalam percobaan selanjutnya, digunakan larutan atau padatan lain seperti KNO3 agar dapat dilihat lebih jelas lagi perubahan suhu yang terjadi. 64
  • 18. 65 DAFTAR PUSTAKA Atkins. 1999.Kimia Fisika Jilid II. Jakarta : Erlangga. Dogra, S.K.1984. Kimia Fisika dan Soal – Soal. Jakarta : UI – Press. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : ITB. Sukardjo, Pr.1997. Kimia Fisika. Yogyakarta : Rineka Cipta. 65