Hadis-hadis tersebut memberikan pedoman tentang larangan ghibah dan buhtan, larangan berburuk sangka, kewajiban berbuat baik terhadap tetangga, hak tetangga yang lebih dekat, dan menolong orang lain. Hadis-hadis tersebut menegaskan pentingnya akhlak mulia dalam berinteraksi dengan sesama.
3. A. HADITS TENTANG LARANGAN GHIBAH
& BUHTAN
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kalian
apa ghibah itu? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi bersabda:
yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau ditanya: Bagaimana
pendapat Anda kalau itu memang sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi: Kalau memang sebenarnya
begitu itulah yang disebut ghibah. Akan tetapi jika menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya
berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan. (HR. Muslim)
lanjutan
4. Apa itu ghibah?
1. Ghibah adalah menceritakan kejelekan orang lain yang
apabila orang tersebut mendengarnya, ia tidak suka meskipun hal
yang diceritakan itu benar.
Orang yang tergelincir lisannya dan melakukan ghibah maka
sesungguhnya ia telah berbuat dosa.
2. Ghibah yang diperbolehkan:
a. Mengadukan orang yang menganiaya kepada wali hakim.
b. Meminta orang yang sanggup menasehati orang lain yang
berbuat mungkar.
c. Menasehati orang lain agar tidak tertipu oleh orang yang jahat.
5. Apa itu buhtan?
1. Buhtan adalah menceritakan sesuatu yang tidak
sebenanya atau disebut sebagai kebohongan.
2. Dan orang yang melakukan buhtan maka
perbuatan tersebut sangat tercela dan paling jahat,
sebab buhtan lebih buruk lagi dengan ghibah.
3. Cara bertaubat:
a) Menarik kembali kabar bohong yang ia sampaikan.
b) Meminta maaf kepada orang yang difitnahnya.
c) Meminta ampunan kepada Allah swt atas
perbuatannya.
6. B. HADITS TENTANG LARANGAN
BERBURUK SANGKA
Artinya: “Hadits Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda:
Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka, sesungguhnya buruk sangka
adalah sedusta-dustanya cerita/berita. Janganlah menyelidiki, janganlah
memata-matai hal orang lain, janganla tawar-menawar untuk
menjerumuskan orang lain, jangan saling menghasut, jangan saling
membenci, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian sebagai hamba
Allah yang bersaudara.” (Diriwayatkan Imam Bukhori, 78. Kitab Adab)
7. Apa itu Syu’udzon?
Buruk sangka atau syu’udzon adalah kebalikan dari baik
sangka/husnudzon, buruk sangka merupakan salah satu
penyakit jiwa, dan termasuk pula sifat tercela. Orang yang
dihinggapi penyakit ini selalu curiga terhadap orang lain.
Sifat buruk sangka membuat orang selalu gelisah, senantiasa
diliputi perasaan waswas dan curiga kepada orang lain.
Buruk sangka adalah curiga yang berlebihan, menaruh
prasangka dan kurang mempercayai kebenaran atas bukti,
fakta, dan sebagainya.
Untuk menghindari sifat buruk sangka hendaknya kita
membiasakan diri menganggap bahwa semua orang itu pada
dasarnya baik.
8. C. HADITS TENTANG BERBUAT BAIK
TERHADAP TETANGGA
:
,
.
( )
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti
tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
hendaklah menghormati tamunya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir hendaklah berkata baik atau diam.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Ibnu
Majah)
9. Penjelasan:
Hadis diatas berisi tiga hal penting yang menjadi kemuliaan
akhlak dalam perbuatan atau perkataan. Pertama adalah takhalliy
(pengosongan diri) dari sifat tercela, dan yang kedua, takhalliy
(berhias diri) dengan akhlak mulia. Sedangkan yang ketiga berisi
akhlak qauliyah (ucapan).
kesempurnaan iman seseorang diukur dari kebaikannya kepada
sesama makhluk Allah swt, baik dalam tutur kata kebaikan maupun
diam dari kalimat buruk, dan melakukan apa yang sepatutnya
dilakukan dan meninggalkan apa yang membahanyakan; antara lain
adalah dengan tidak menyakiti tetangga.
10. D. HADITS TENTANG HAK TETANGGA
YANG LEBIH DEKAT PINTUNYA
Penjelasan hadits diatas:
= Hak tetangga yang lebih dekat
pintunya.
Barangsiapa yang pintunya lebih dekat maka ia yang lebih
berhak. Karena ia yang melihat apa yang keluar masuk dari
rumah tetangganya; berupa hadiah dan lain sebagainya,
sehingga kemungkinan ada harapan dan keinginan, berbeda
dengan yang jauh pintunya.
= Kepada yang lebih dekat pintunya.
hak tetangga mengikuti kedekatan pintunya, yang lebih dekat
pintunya yang lebih diprioritaskan dari sebelahnya, demikian
seterusnya.
12. Penjelasan:
Dalam hadits di atas, dijelaskan bahwa cabang yang
paling utama adalah tauhid, yang wajib bagi setiap orang,
yang mana tidak satu pun cabang iman itu menjadi sah
kecuali sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang
iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu
yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan
menyingkirkan duri atau batu dari jalan mereka.
Di samping hal tersebut di atas, menghilangkan duri dari
jalan mengandung pengertian bahwa setiap muslim
hendaknya jangan mencari kemudlaratan, membuat atau
membiarkan kemudlaratan.
13. F. HADITS TENTANG MENOLONG
ORANG LAIN
.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa
yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah
akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat.
Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain,
pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat.
Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah
akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah
senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu
suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)
14. Penjelasan:
Hadis di atas menjelaskan bahwa seseorang yang
membantu saudaranya yang dalam kesukaran akan
mendapat balasan dari Allah di dunia dan di akhirat
kelak. Orang Islam akan menganggap orang Islam
yang lain sebagai saudara-saudaranya.