SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
GUNUNG GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Geomorfologi
Oleh,
Cep Roby Hermawan
122170037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena atas limpahan
Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul ”GUNUNG GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA. Makalah ini
penulis ajukan sebagai tugas dari hasil penelitian di Gunung Galunggung dan
Kampung Naga.
Materi yang disajikan dalam makalah ini meliputi seperangkat pengetahuan
yang penulis dapatkan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Laporan
makalah ini juga dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan. Dengan
demikian, diharapkan para pembaca dapat memahami isi dan materi dengan baik,
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penulisan laporan makalah ini.
Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan. Karenanya,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan
ini dimasa yang akan datang.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan
dosen,mahasiswa dan para pembaca lainnya.
Tasikmalaya, Juni 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................5-6
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Makalah.......................................................................................2
D. Batasan Masalah ......................................................................................2
BAB II LAPORAN PENGAMATAN I....................................................................3
BAB III LAPORAN PENGAMATAN II...............................................................20
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................28
B. Saran .......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 m di
atas permukaan laut, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya Berlokasi
di Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Setelah terakhir
meletus pada Tahun 1982, Panorama alam di sekitar Gunung Galunggung saat ini
sangat mempesona. Kawah yang dulu memuntahkan lahar panas, pasir dan
bebatuan, kini telah berwujud menjadi semacam danau luas, bening, berair dan
tenang serta dikelilingi hutan hijau yang asri. Merupakan salah satu kajian
geografi yang bersifat fisik berada di Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok
masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan
leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui,
Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan
masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju
pengaruh Islam di Jawa Barat. Kampung Naga juga merupakan salah satu dari
kampung yang masih memegang tradisi dan adat istiadat leluhur, namun bisa
hidup berdampingan dengan kehidupan masyarakat lain yang lebih modern.
Kampung Naga memang memiliki keunikan tersendiri. Melihat dari dekat
kehidupan sederhana dan bersahaja yang masih tetap lestari di tengah peradaban
modern. Ini merupakan kajan geografi yang bersifat social, mengarah kepada
kebudayaan,adat istriadat, geografi manusia, dll.
B. Rumusan Masalah
Adapun dari rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Mempelajari tentang sifat fisik yang berada di Gunung Galunggung.
2. Mengetahui keanekaragaman dan budaya yang berada di Kampung Naga.
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mempelajari tentang sifat fisik yang berada di Gunung
Galunggung.
2. Untuk mengetahui keanekaragaman dan budaya yang berada di Kampung
Naga.
D. Batasan Masalah
Supaya masalah dalam makalah ini tidak keluar dari materi pembahasan,
maka penulis membahasnya akan satu per satu yaitu Gunung Galunggung dan
Kampung Naga.
BAB II
LOKASI PENGAMATAN I
A. Sejarah Gunung galunggung
Sejarah Gunung galunggung –Menurut misteri, asal usul, Mitos Sejarah Gunung
galunggung dimulai pada abad ke XII. Di kawasan ini terdapat suatu Rajyamandala
(kerajaan bawahan)Galunggung yang berpusat di Rumantak, yang sekarang masuk
dalam wilayah Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya.
Tempat Sejarah Gunung galunggung merupakan salah satu pusat spiritual
kerajaan Sunda pra Pajajaran, dengan tokoh pimpinannya Batari Hyang pada abad ke-
XII. Saat pengaruh Islam menguat, pusat tersebut pindah ke daerah Pamijahan dengan
Syeikh Abdul Muhyi (abad ke XVII) sebagai tokoh ulama panutan.
Sumber prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di sana menyebutkan bahwa pada
tahun 1033 Saka atau 1111 Masehi, Batari Hyang membuat susuk/ parit pertahanan.
Peristiwa nyusuk atau pembuatan parit ini berarti menandai adanya penobatan
kekuasaan baru di sana (di wilayah Galunggung). Sementara naskah Sunda kuno lain
adalah Amanat Galunggung yang merupakan kumpulan naskah yang ditemukan di
kabuyutan Ciburuy, Garut Selatan berisi petuah–petuah yang disampaikan oleh
Rakyan Darmasiksa, penguasaGalunggung pada masa itu kepada anaknya.
Sementara Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari
Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran yang telah melakukan dua kali perjalanan dari
Pakuan Pajajaran ke Jawa sempat menuliskan Galunggung dalam catatan
perjalanannya. Namun demikian tak banyak informasi mengenai Galunggung yang
didapat dari naskah ini. Sadatang ka Saung Galah, sadiri aing ti inya, Saung Galah
kaleu(m)pangan, kapungkur Gunung Galunggung, katukang na
Panggarangan,ngalalar na Pada Beunghar, katukang na Pamipiran. (Sesampai di
Saung Galah berangkatlah aku dari sana ditelusuri Saung Galah, Gunung Galunggung
di belakang saya, melewati Panggarangan, melalui Pada Beunghar, Pamipiran ada di
belakangku.)
Sejarah Latusan Dahsyat Galunggung
Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda
awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan
berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas
dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah. Kemudian pada tanggal 8
Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat
panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke
arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan
menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh
40 km dari puncak gunung.
Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1894. Di antara tanggal 7-9 Oktober, terjadi
letusan yang menghasilkan awan panas. Lalu tanggal 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar
yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar yang dihasilkan pada letusan
1822. Letusan kali ini menghancurkan 50 desa, sebagian rumah ambruk karena
tertimpa hujan abu.
Pada tahun 1918, di awal bulan Juli, letusan berikutnya terjadi, diawali gempa bumi.
Letusan tanggal 6 Juli ini menghasilkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas di
dalam kawah dan lereng selatan. Dan pada tanggal 9 Juli, tercatat pemunculan kubah
lava di dalam danau kawah setinggi 85m dengan ukuran 560x440 m yang kemudian
dinamakan gunung Jadi.
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 (VEI=4) disertai suara dentuman,
pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan
berakhir pada 8 Januari 1983. Selama periode letusan ini, sekitar 18 orang meninggal,
sebagian besar karena sebab tidak langsung (kecelakaan lalu lintas, usia tua,
kedinginan dan kekurangan pangan). Perkiraan kerugian sekitar Rp 1 milyar dan 22
desa ditinggal tanpa penghuni.
Letusan pada periode ini juga telah menyebabkan berubahnya peta wilayah pada
radius sekitar 20 km dari kawah Galunggung, yaitu mencakup Kecamatan
Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Perubahan peta wilayah
tersebut lebih banyak disebabkan oleh terputusnya jaringan jalan dan aliran sungai
serta areal perkampungan akibat melimpahnya aliran lava dingin berupa material
batuan-kerikil-pasir.
Pada periode pasca letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990) merupakan masa
rehabilitasi kawasan bencana, yaitu dengan menata kembali jaringan jalan yang
terputus, pengerukan lumpur/pasir pada beberapa aliran sungai dan saluran irigasi
(khususnya Cikunten I), kemudian dibangunnya check dam (kantong lahar dingin) di
daerah Sinagar sebagai 'benteng' pengaman melimpahnya banjir lahar dingin ke
kawasan Kota Tasikmalaya. Pada masa tersebut juga dilakukan eksploitasi
pemanfaatan pasir Galunggung yang dianggap berkualitas untuk bahan material
bangunan maupun konstruksi jalan raya. Pada tahun-tahun kemudian hingga saat ini
usaha pengerukan pasir Galunggung tersebut semakin berkembang, bahkan pada awal
perkembangannya (sekitar 1984-1985) dibangun jaringan jalan Kereta Api dari dekat
Station KA Indihiang (Kp. Cibungkul-Parakanhonje) ke check dam Sinagar sebagai
jalur khusus untuk mengangkut pasir dari Galunggung ke Jakarta. Letusannya juga
membuat British Airways Penerbangan 9 tersendat, di tengah jalan.
B. Gambar-gambar bentukan yang di akibatkan oleh evolusi eruspsi atau
letusan gunungapi galunggung sampai saat ini
C. Pola Pengaliran
Berdasarkan pola aliran sungai Gunung Galunggung dapat dibagi menjadi
daerah dengan pola aliran memancar, memusat, dendritik dan pada bagian kaki
berangsur menjadi bersifat kelokan (meander). Pola aliran sungai memancar terdapat
dibagian puncak Guntur Galunggung dengan berbentuk lembah “V” dan airnya tidak
selalu terdapat (intermittent). Sungai disini mengalir ke segala arah, kecuali ke utara
karena terbentur Gunung Telagabodas yang lebih tinggi. Luas daerah dengan pola
aliran ini sama dengan daerah morfologi puncak.
Pola aliran sungai memusat terdapat di daerah morfologi kawah Galunggung
yang sungainya tampak mengalir dari berbagai arah pada dinding kawah, berupa air
terjun kemudian menyau ke kawah Galunggung. Pola aliran sungai dendritik, terdapat
di daerah bagian selatan Gunung Galunggung seperti Sungai Cikunen, yang semakin
ke tenggara berangsur menjadi sungai yang bersifat kelokan. Demikian pula halnya,
Sungai Cikunir dan Sungai Cibanjaran yang masing-masing mengalir dari kawah
Galunggung ke Tenggara dan Timur, terutama di daerah dengan morfologi daratan.
D. Sisa Aktivitas Vulkanisme Gunungapi Galunggung
Vulkanisme adalah aktivitas magma yang bergerak dari lapisan dalam litosfer
yang menyusup kelapisan yang lebih atas sampai ke permukaan bumi. Akibat dari
kegiatan vulkanisme adalah terjadinya letusan gunung api yaitu keluarnya magma
dari perut bumi. Letusan gunung api membawa dampak bagi manusia baik yang
positif maupun yang negatif.
Dampak positif letusan gunung api galunggung lainnya ialah :
1) Terdapat ekshalasi gas, seperti solfatar (gas yang mengandung belerang), fumarol
(gas yang mengandung uap air) dan mofet (gas yang mengandung asam arang
yang sangat berbahaya karena dapat mematikan mahluk hidup).
2) Terdapat geyser yaitu sumber mata air panas yang memancar dari dalam bumi
secaraberkala/periodik.
3) Terdapat mata air makdani yaitu mata air yang mengandung mineral.
4) Di daerah vulkanis potensial untuk mengusahakan tanaman budi daya seperti teh
dan kopi.
5) Di daerah vulkanis memungkinkan banyak turun hujan melalui hujan orografis.
Hal tersebut disebabkan gunung merupakan daerah penangkap hujan yang baik.
6) Di daerah gunung api memungkinkan dibangun pembangkit tenaga listrik.
Berikut ini beberapa foto terkait fenomena pascavulkanik (setelah gunung api
meletus).
Judul Foto : Kawah Hasil Letusan Gunung Galunggung
Lokasi : Kawasan Wisata Cipanas Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan
Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
Waktu : Minggu, 16 Juni 2013 (Pukul 11:37 WIB)
Gambaran Umum :
Foto diatas menggambarkan sebuah kawah yaitu bagian puncak gunung api yang
dilewati bahan letusan berbentuk lekukan besar. Suatu kawah terbentuk akibat adanya
letusan gunung api yang sangat kuat sehingga menimbulkan sebagian dari bagian atas
gunung api tersebut menghilang dan saat itu terbentuklah sebuah kawah. Kondisi
kawah pada foto diatas merupakan kondisi kawah 30 tahun sesudah letusan (Gunung
Galunggung meletus pada tahun 1982).
Relevansinya dengan pembelajaran geografi :
Salah satu objek studi geografi adalah fenomena litosfer. Dalam mempelajari litosfer
kita perlu mengetahui tentang tenaga pembentuk muka bumi, yaitu tenaga endogen
dan eksogen. Kawah merupakan salah satu bentukan hasil letusan gunung api yang
merupakan aktivitas vulkanisme. Aktivitas vulkanisme merupakan salah satu dari
tenaga endogen yang mempengaruhi bentuk muka bumi. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang kawah ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran geografi
khususnya dalam mempelajari aktivitas vulkanisme.
Judul Foto : Sumber Air Panas
Lokasi : Kawasan Wisata Cipanas Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan
Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
Gambaran Umum :
Foto diatas memperlihatkan sebuah sumber air panas yang keluar melalui celah
batuan dan mengandung belerang. Sumber air panas berasal dari air hujan yang
meresap kedalam lapisan batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis).
Kemudian melalui celah-celah batuan di bagian bawah air itu keluar sebagai mata air
panas.
Relevansinya dengan pembelajaran geografi :
Sumber air panas merupakan salah satu fenomena atau gejala pascavulkanik (sesudah
gunung api meletus). Oleh karena itu, foto sumber air panas ini dapat dijadikan
sebagai salah satu media pembelajaran geografi terkait vulkanisme yang merupakan
salah satu tenaga endogen yang mempengaruhi bentuk muka bumi.
E. Dampak setelah terjadinya erupsi Gunungapi Galunggung
Bahaya Gunung api adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan/kegiatan
gunung api, berupa benda padat, cair dan gas serta campuran di antaranya yang
mengancam atau cenderung merusak dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian
harta benda dalam tatanan (lingkungan) kehidupan manusia.
Dampak letusan gunung api terhadap lingkungan
Dampak letusan gunungapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang
bersifat negatif dan positif. Dampak negatif dari letusan suatu gunungapi dapat
berupa bahaya yang langsung dapat dirasakan oleh manusia seperti awan panas,
jatuhan piroklastik, gas beracun yang keluar dari gunungapi dan lain sebagainya,
sedangkan bahaya tidak langsung setelah erupsi berakhir, seperti lahar hujan,
kerusakan lahan pertanian, dan berbagai macam penyakit akibat pencemaran. Adapun
dampak positif dari aktivitas suatu gunungapi terhadap lingkungan adalah bahan
galian mineral industri, energi panasbumi, sumberdaya lahan yang subur, areal wisata
alam, dan sebagai sumberdaya air.
Dampak letusan gunungapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang
bersifat negatif dan positif. Dampak negatif dari letusan suatu gunungapi dapat
berupa bahaya yang langsung dapat dirasakan oleh manusia seperti awan panas,
jatuhan piroklastik, gas beracun yang keluar dari gunungapi dan lain sebagainya,
sedangkan bahaya tidak langsung setelah erupsi berakhir, seperti lahar hujan,
kerusakan lahan pertanian, dan berbagai macam penyakit akibat pencemaran. Adapun
dampak positif dari aktivitas suatu gunung api terhadap lingkungan adalah bahan
galian mineral industri, energi panas bumi, sumber daya lahan yang subur, areal
wisata alam.
1. Dampak Negatif:
 Bahaya langsung, terjadi pada saat letusan (lava, awan panas, jatuhan
piroklastik/bom, lahar letusan dan gas beracun).
 Bahaya tidak langsung, terjadi setelah letusan (lahar hujan, kelaparan akibat
rusaknya lahan pertanian/perkebunan/ perikanan), kepanikan, pencemaran
udara/air oleh gas racun: gigi kuning/ keropos, endemi gondok, kecebolan
dsb.
2. Dampak Positif :
 Bahan galian: seperti batu dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah
tangga,patung, dan lain lain.
 Mineral : belerang, gipsum,zeolit dan juga mas (epitermal gold).
 Energi panas bumi: listrik, pemanas ruangan, agribisnis
 Mata air panas : pengobatan/terapi kesehatan.
 Daerah wisata: keindahan alam
 Lahan yang subur: pertanian dan perkebunan
 Sumberdaya air: air minum, pertanian/peternakan, dll.
F. Bukit Sepuluh Ribu
Tasikmalaya mempunyai keunikan tersendiri dibanding dengan daerah-daerah
lain di belahan Nusantara, yaitu dengan memiliki jumlah bukit yang cukup banyak
yang tersebar di hampir seluruh kawasan, sehingga bisa dibilang salah satu keajaiban
dunia.
Berdasarkan sejarah, diketahui bahwa Gunungapi Galunggung telah
mengalami beberapa kali letusan (erupsi) dengan intensitas dan kekuatan yang
berbeda-beda, yaitu: sebelum tahun 1822 yang erupsinya sangat dahsyat, yang salah
satu akibatnya adalah terbentuknya Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya (Bahasa Sunda:
Gunung Sarewu). Bukit-bukit ini tersebar ke sebelah tenggara dari mulut depresi,
dengan ketinggian yang bervariasi. Bukit-bukit ini kemudian dikenal dengan
sebutan The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya atau Bukit Sepuluh Ribu
Tasikmalaya. Letusan Gunungapi Galunggung selanjutnya terjadi pada tahun 1982
yang kegiatan vulkanismenya berlangsung hampir setahun sampai pada awal tahun
1983.
Pada tahun 1978, jumlah bukit yang tersebar dari sekitar Gunung
Galunggung, 20 kilometer arah barat Kota Tasikmalaya, terus ke arah timur dan
tenggara hingga ke Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, serta Kecamatan
Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya ini tercatat mencapai 3.468 bukit. Sejak tahun
1980, jumlah bukit itu terus berkurang karena banyak yang diratakan untuk kemudian
berubah fungsi menjadi perkampungan. Menurut Prof. Dr. H.M. Ahman Sya, tingkat
kepunahan bukit di Tasikmalaya saat ini sudah mencapai 5% per tahun atau 15 bukit
per tahun. Tahun 1996 jumlah bukit masih tercatat sekira 3.050 dan saat ini
jumlahnya hanya tinggal sekitar 3.000 bukit.
Dampak yang sekarang dirasakan akibat dari kepunahan bukit adalah naiknya
suhu udara di wilayah kota Tasikmalaya (udara tidak sejuk lagi), karena bukit yang
memiliki pepohonan yang rimbun sudah tidak ada sehingga bukit yang tadinya
berfungsi sebagai penghasil oksigen alami atau bisa disebut paru-paru kota berubah
menjadi kawasan yang gersang dan tidak hijau lagi. Adapun dari sisi keindahan, kota
Tasikmalaya yang selama ini hijau dan terkenal asrinya (sesuai dengan slogan Tasik
Kota Resik), suatu saat akan berubah menjadi kota yang gersang karena ulah
segelintir manusia yang tidak bertanggungjawab sehingga julukan "kota bukit
sepuluh ribu" itu hanya tinggal kenangan.
Permasalahan kerusakan bukit sepuluh ribu menjadikan kawasan Tasikmalaya
diambang krisis lingkungan. Ketidakberdayaan masyarakat menghadapi
penambangan yang tanpa memperhitungkan kondisi lingkungan merupakan masalah
utama yang dikarenakan tuntutan kebutuhan hidup.
Hakikat Bukti Sepuluh Ribu di Tasikmalaya
Tasikmalaya adalah sebuah kawasan yang terletak di daerah Parahiyangan
(Jawa Barat). Bentang alam Tasikmalaya mempunyai keunikan tersendiri, yaitu
banyaknya dataran yang berbukit-bukit dengan ketinggian antara 10 - 50 meter,
bukit-bukit tersebut tersebar mulai lereng kaki Gunungapi Galunggung sebelah
tenggara hingga ke sebelah selatan menempati sebagian wilayah daerah Singaparna,
ke sebelah timur hingga daerah Cibeureum, dan ke sebelah utara ke daerah Indihiang.
Karena banyaknya bukit yang ada, pada tahun 1941 seorang ahli geologi dari Belanda
bernama Van Benmellen dalam bukunya berjudul The Geology of Indonesia,
menjuluki Tasikmalaya sebagai The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya
(Tasikmalaya, Kota Bukit Sepuluh Ribu).
Bukit Sepuluh Ribu mempunyai variasi dalam ketinggian dan ukurannya.
Ukuran bukit-bukit tersebut secara berurutan, berukuran relatif besar di lereng
Gunungapi Galunggung, berukuran sedang di daerah tengah, dan berukuran semakin
kecil di daerah yang agak jauh dari Gunungapi Galunggung. Bukit-bukit ini
mengandung material piroklastika berupa pasir, kerikil, batuan bekuan bongkah, tufa,
dan material lainnya. Bahan-bahan material inilah yang dieksploitasi dan mempunyai
nilai ekonomis untuk dijadikan bahan-bahan atau material bangunan dan urugan
(landfill material).
Kejadian terbentuknya Bukit Sepuluh Ribu ini tidak lepas dari aktivitas
Gunungapi Galungung dari waktu ke waktu. Beberapa ahli geologi Belanda yang
pernah bekerja di Indonesia, seperti Echer (1925), Neuman van Padang (1939), dan
van Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya bukit-bukit itu disebabkan
oleh eflata Gunungapi Galunggung ke sebelah tenggara. Junghuhn
(1853) menyatakan bahwa letusan Gunungapi Galunggung pada 1822 telah
melahirkan beberapa bukit baru, dan penduduk waktu itu dapat membedakan mana
bukit yang baru dan yang lama. Bukit-bukit yang telah ada pada waktu itu tidak
diketahui proses kejadiannya, karena letusan pada 1822 sebagian bukit-bukit itu telah
ada.
Fungsi dan Pentingnya Pelestarian Bukit
Menurut Ahman Sya (2004 : 21), bahwa bukit-bukit yang keberadaannya
cukup banyak ini merupakan sumber kehidupan dan kesejahteraan. Hal ini dapat
diamati dari beberapa fungsi dari keberadaan bukit-bukit tersebut, di antaranya:
fungsi geologis, fungsi ekologis, fungsi hidrologis, fungsi estetika, fungsi ekonomi,
fungsi pertahanan, fungsi pendidikan dan pariwisata. Secara geologis, bukit-bukit ini
adalah bentukan alam yang termasuk salah satu keajaiban dunia. Tidak terdapat bukit
sepuluh ribu lain di belahan dunia ini, kecuali di Tasikmalaya. Di samping itu
keberadaannya dapat berfungsi sebagai benteng alami dari kemungkinan banjir lahar
Galunggung.
Dari sudut pandang ekologis, Bukit Sepuluh Ribu memiliki peran sebagai
daerah hijau dan terbuka untuk memelihara kenyamanan dan keseimbangan
lingkungan, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara manusia dengan
lingkungannya secara ideal. Dari sisi hidrologis, keberadaan bukit-bukit Sepuluh
Ribu berfungsi sebagai daerah resapan air yang akan mampu memelihara stabilitas
sumber dan kedalaman airtanah.
Secara ekonomis, bukit sepuluh ribu adalah sumber kehidupan yang mampu
mensuplai kebutuhan pangan dan kayu-kayuan sebagai bahan bangunan. Karena itu
dalam jangka panjang hal ini bukan hanya akan berperan dalam hal ketahanan
perumahan. Bahkan bukit-bukit ini akan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan
tempat yang aman bagi evakuasi jika terjadi bencana banjir dari letusan Galunggung.
Ditinjau dari segi pendidikan dan pariwisata, yang bukan saja akan meningkatkan
pemahaman dan rasa cinta tanah air, juga dapat menjadi masukan pendapatan bagi
pemerintah untuk kepentingan pembangunan.
FaktorPenyebab Kerusakan Bukit :
1. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat
2. Perencanaan pembangunan yang tidak beraturan
3. Bisnis yang menggiurkan dari hasil tambang batuan dan pasir dari bukit
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelestarian bukit
Solusi Penyelamatan Bukit
Sosialisasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan menyampaikan hal-hal
yang berkaitan dengan pentingnya pelestarian bukit bagi kehidupan manusia, dampak
negatif dari kerusakan bukit dan memberikan solusi untuk mengatasinya. Langkah ini
ditempuh dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat Tasikmalaya, misalnya terdiri
dari Pemerintah Daerah, hal ini untuk menunjukkan keseriusan program pelestarian,
sehingga perencanaannya harus dilakukan langsung oleh puncak pimpinan daerah.
Selain itu dari kalangan kampus yang berada di dekat lokasi bukit sepuluh ribu juga
bisa dilibatkan, misalnya memotori suatu program dengan tema "Selamatkan bukit
kita", atau "Sayangilah bukit kita".
Sesuai julukan kota Tasikmalaya adalah kota santri, maka tak kalah
pentingnya juga para kyai dengan para santri yang ada di pesantren-pesantren ikut
berpartisipasi dalam mensosialisasikan program ini dengan ceramah-ceramah yang
berkaitan dengan fiqh al-biah (yurisprudensi Islam mengenai lingkungan hidup).
Peranan ulama dibutuhkan karena kedekatannya dengan masyarakat sekitarnya,
sehingga diharapkan timbul kesadaran yang secara syariat memang suatu
keharusan. Adapun obyektif dari Program sosialisasi terhadap aksi penyelamatan
bukit sepuluh ribu di tasikmalaya kurang lebih adalah sebagai berikut :
1. Tercapainya kesadaran bahwa kepunahan bukit mengakibatkan keseimbangan alam
terganggu yang ke depannya mengancam berbagai proses alam yang mendukung
kehidupan saat ini dan masa depan.
2. Tercapainya kesadaran bahwa perlunya upaya nyata dan berkesinambungan guna
menghambat laju kerusakan bukit dan melindungi bukit yang tersisa.
3. Tercapainya kesadaran bahwa generasi mendatang sangat bergantung pada
kearifan kita dalam mengelola sumber daya alam saat ini. Bila kita mewariskan alam
yang rusak berarti kita telah merampas hak generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka.
Rancangan Aksi Penyelamatan Bukit
a. Pemetaan Bukit
Melakukan pemetaan terhadap bukit mana saja yang mendesak untuk diselamatkan.
Hal ini dikarenakan adanya bukit yang menjadi daerah resapan air atau menjadi
kantung-kantung air. Misalnya, bukit yang berada di sekitar pinggir danau, daerah
yang banyak kolam perikanan air tawar dan daerah-daerah yang tidak dialiri oleh
sungai atau irigasi buatan. Dari pemetaan tersebut dihasilkan daftar bukit mana saja
yang harus segera diselamatkan.
Pemetaan bisa dilakukan dengan membuat data tentang jumlah bukit yang tersisa
yang perlu dijaga kelestariannya, bukit yang memerlukan konservasi, bukit yang
sudah punah, dan bukit yang benar-benar memerlukan penangan dengan cepat.
b. Proyek Pembebasan Bukit
Membuat Proyek pembebasan bukit dengan diprakarsai dan didanai langsung
oleh pemerintah daerah bersama departemen yang bersangkutan, hal ini untuk
membuktikan keseriusan akan program yang diaksanakan. Pembebasan bukit sangat
diperlukan karena bukit-bukit tersebut dimiliki oleh individu masyarakat. Namun,
tetap diharapkan adanya kesadaran dari masyarakat yang dengan kesadarannya
sendiri untuk tidak melakukan eksploitasi pada bukit yang tersisa. Walaupun
kesadaran tersebut sangat sulit apabila sudah berbenturan dengan urusan uang, karena
bukit itu dari segi finansial sangat menguntungkan jika dijadikan lahan
pertambangan.
c. Melakukan Pembebasan Bukit dengan Swadaya Masyarakat
Melakukan pembebasan bukit dengan swadaya masyarakat. Langkah inilah
yang paling diharapkan dari proses pogram sosialisasi seperti yang disebut diatas.
Pendanaan dengan swadaya masyarakat dapat ditempuh dengan berbagai cara,
misalnya dengan mengumpulkan dana masyarakat melalui suatu Yayasan yang di
bentuk dengan tujuan khusus pembelian dan pembebasan lahan bukit sepuluh ribu
yang tersisa.
Pembagian Wilayah Bukit (Zonasi Wilayah Bukit)
Zonasi wilayah bukit sepuluh ribu sangat di perlukan yaitu untuk
menyelamatkan bukit sepuluh ribu yang tersisa supaya tetap lestari. Pembagian
wilayah bukit sepuluh ribu bisa dilakukan dengan membagi wilayah berdasarkan :
- Zona Resapan Air, Zona resapan air ini adalah suatu zona yang merupakan komplek
bukit yang tidak boleh di bongkar yang fungsinya sebagai daerah resapan air. Hal
itu bertujuan jika musim kemarau masyarakat tidak akan kekurangan air karena bisa
memanfaatkan cadangan air yang ada di bukit misalnya dengan membuat sumur
galian.
- Zona Pertambangan, Zona ini terdiri dari suatu kawasan yang terdiri dari bukit-bukit
yang diperbolehkan untuk dijadikan lahan pertambangan dengan mempertimbangkan
segala sesuatu yang bias terjadi terlebih dahulu.
- Zona Pariwasata, Zona ini bisa dijadikan suatu lokasi pariwisata yaitu dengan
membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk lokasi pariwisata misalnya:
membangun wahana bermain, penginapan, dan sebagainya dengan tidak merusak
keadaan alam akan tetapi sebaliknya merawat dan melestarikan kondisi alam,
sehingga keuntunganpun bisa diperoleh tanpa harus merusak bukit.
- Zona Pendidikan, Zona ini merupakan suatu kawasan yang bisa dijadikan suatu
objek pembelajaran baik dari bentang alam (tofografi) maupun dari segi kandungan
unsur-unsur yang ada di dalam bukit misalnya dengan membangun labolatorium yang
berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan The Ten Thousand Hill of
Tasikmalaya. Alangkah baiknya seandainya pada beberapa bukit yang diproteksi
dibangun sebuah musium mini yang memberikan informasi tentang proses
terbentuknya dan manfaat Bukit Sepuluh Ribu itu.
- Zona Hutan Kota, Seperti di sebutkan pada penjelasan diatas bahwa bukit memiliki
fungsi sebagai tempat produksi oksigen, maka dari itu selain menjaga kelestarian
bukit zona ini juga bisa dijadikan sebagai produksi oksigen di kota Tasikmalaya
dengan menanami dan merawat bukit sehingga bukit tersebut bisa dikatakan sebagai
Hutan Kota.
BAB III
LOKASI PENGAMATAN II
Sejenak mungkin terlintas dalam pikiran kita, barangkali ketika mendengar
nama Kampung Naga. Ternyata bentuk asli dari kampung tersebut sangat berbeda
dengan namanya, dan gambaran kita tentang hal-hal yang berbau naga, karena tak
satupun naga yang berada di sana. Nama Kampung Naga tu sendiri ternyata
merupakan suatu singkatan kata dari Kampung diNa Gawir ( red. bahasa sunda ) yang
artinya adalah merupakan kampung yang berada di lembah yang subur. Kampung
Naga adalah sebuah kampung kecil, yang para penduduknya patuh dan menjaga
tradisi yang ada, hal inilah yang membuat kampung ini unik dan berbeda dengan
yang lain. Tak salah jika kampung ini menjadi salah satu warisan budaya Bangsa
Indonesia yang patut dilestarikan.
Nenek moyang Kampung Naga Sendiri konon adalah Eyang Singaparna yang
makamnya sendiri terletak di sebuah hutan di sebelah barat Kampung Naga. Yang
membuat Kampung Naga ini unik adalah karena penduduk ini seperti tidak
terpengaruh dengan modernitas dan masih tetap memegang teguh adat istiadat yang
secara turun temurun. Kepatuhan warga Sanaga ( red. Warga asli kampung Naga )
dalam mempertahankan upacara – upacara adat, termasuk juga pola hidup mereka
yang tetap selaras dengan adapt leluhurnya seperti dalam hal religi da upacara, mata
pencaharian, pengetahuan, kesenian, bahasa dan tata cara leluhurnya.
Masyarakat Kampung Naga memilki tempat-tempat larangan yaitu : 2 hutan
larangan, sebelah Timur dan Barat, tempat ini tidak boleh dimasuki oleh seorangpun
kecuali pada waktu upacara atau berziarah. Ada satu buah bangunan yang dianggap
keramat yaitu “Bumi Ageung” yaitu tempat pelaksanaan rutinitas upacara adat,
tempat ini tidak boleh dimasuki kecuali oleh Ketua Adat atau Kuncen.
Hari yang diagungkan masyarakat Kampung Naga diantaranya hari Selasa,
Rabu dan Sabtu.Pada hari itu masyarakat dilarang untuk menceritakan asal usul atau
sejarah mengenai Kampung Naga dan pada bulan Syafar tidak boleh melaksanakan
upacara adat atau berziarah. Dalam pembangunan rumah-rumah diatur sedemikian
rupa yaitu dengan membujur Timur Barat menghadap ke Selatan, setiap rumah harus
saling berhadapan untuk menjaga kerukunan antar warga. Praktek pembangunannya
pun mempunyai wawasan lingkungan yang futuristik, baik secara fisik, sosial,
ekonomi maupun budaya.
A. Letak Geografis
Kampung Naga secara administratife berada di wilayah Desa Neglasari,
Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung
Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota
Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di
sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di hutan tersebut
terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh
sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh sungai Ciwulan
yang bermata air dari Gunung Cikuray.
Peralatan Hidup Masyarakat Kampung Naga
Masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat yang masih menggunakan
peralatan ataupun perlengakpan hidup yang sederhana, non teknologi yang kesemua
bahannya tersedia di alam. Seperti untuk memasak, masyarakat Sanaga menggunakan
tungku dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar dan untuk membajak sawah
mereka tidak menggunkan traktor melainkan menggunakan cangkul. Dan masih
banyak hal lainnya, yang pasti masayarakat Sanaga tidak menggunakan peralatan
canggih berteknologi tinggi, dan kampung mereka pun tidak ada listrik.
B. Sistem Perekonomian Masyarakat Kampung Naga
Dalam sistem perekonomian kami fokuskan kepada mata pencaharian dimana
mata pencaharian warga Kampung Naga bermacam-macam mulai dari pokok yaitu
bertani, menanam padi sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah membuat
kerajinan, beternak dan berdagang.
C. Sistem Kemasyarakatan
Kemasyarakatan di Kampung Naga masih sangat lekat dengan budaya gotong
royong, hormat menghormati, dan mengutamakan kepentingan golongan diatas
kepentingan pribadi.
Lebih jauh menilik pola hidup dan kepemimpinan Kampung Naga, kita akan
mendapatkan dua pemimpin dengan tugasnya masing –masing yaitu pemerintahan
desa dan pemimpin adat atau yang oleh masyarakat Kampung Naga disebut Kuncen.
Peran keduanya saling bersinergi satu sama lain untuk tujuan keharmonisan warga
Sanaga. Sang Kuncen yang meski begitu berkuasa dalam hal adapt istiadat jika
berhubungan dengan system pemerintahan desa maka harus taat dan patuh pada RT
atau RW, begitupun sebaliknya RT atau RW haruslah taat pada sang Kuncen apabila
berurusan dengan adapt istiadat dan kehidupan rohani penduduk Kampung Naga.
Lembaga Pemerintahan
Sistem kemasyarakatan disini lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-lembaga
pemerintahan yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu :
Lembaga Pemerintahan:
RT
RK / RW
Kudus ( Kepala Dusun )
Lembaga Adat:
Kuncen dijabat oleh Bapak Ade Suherlin yang bertugas sebagai pemangku adat dan
memimpin upacara adat dalam berziarah.
Punduh dijabat oleh Bapak Ma’mun
Lebe dijabat oleh Bapak Ateng yang bertugas mengurusi jenazah dari awal sampai
akhir sesuai dengan syariat Islam.
D. Sistem Bahasa
Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan bahasa
Sunda Asli, hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan. Adapula
yang bisa berbahasa Indonesia itupun hanya digunakan apabila bercakap – cakap
dengan wisatawan dari luar jawa barat.
E. Sistem Pendidikan ( Ilmu Pengetahuan )
Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai
jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih
pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya
pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik
belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa
dilakukan di mesjid atau aula.
F. Sistem Kepercayaan ( Religi )
Penduduk Kampung Naga Mengaku mayoritas adalah pemeluk agama islam,
akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang
adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya.
Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat-
istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala
sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan sesuatu yang
tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut
dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak
menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka
Masyarakat Sanaga pun masih mempercayai akan takhayul mengenai adannya
makhluk gaib yang mengisi tempat – tempat tertentu yang dianggap angker.
Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada mahluk halus masih
dipegang kuat. Percaya adanya jurig cai, yaitu mahluk halus yang menempati air atau
sungai terutama bagian sungai yang dalam (“leuwi”). Kemudian “ririwa” yaitu
mahluk halus yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam
hari, ada pula yang disebut “kunti anak” yaitu mahluk halus yang berasal dari
perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang
atau akan melahirkan. Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal
mahluk halus tersebut oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai tempat yang
angker atausanget. Demikian juga tempat-tempat seperti makam Sembah Eyang
Singaparna,Bumi ageung dan masjid merupakan tempat yang dipandang suci bagi
masyarakat Kampung Naga
Adapun upacara – upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Sanaga yang
bertepatan dengan hari besar Islam yaitu :
Bulan Muharam untuk menyambut datangnya Tahun Baru Hijriah
Bulan Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
Bulan Jumadil Akhir untuk memperingati pertengahan bulan Hijriah
Bulan Nisfu Sya’ban untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan
Bulan Syawal untuk menyambut datangnya Idul Fitri
Bulan Zulhijah untuk menyambut datangnya Idul Adha
G. Kesenian
Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan atau
tabu mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang
golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan waditra
goong. Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung
Naga adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah
jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama
oleh kalangan generasi muda.
Terdapat tiga pasangan kesenian di Kampung Naga diantaranya :
Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas
biasanya ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta
kemerdekaan RI. Alat ini terbuat dari kayu.
Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu upacara
pernikahan atau khitanan massal.
Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal
H. Sistem Bangunan /Arsitek
Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Naga berbentuk segitiga
semuanya beratap ijuk, dan menghadap ke arah kiblat, terdapat kurang lebih 113
bangunan dalam area 1,5 ha yang terdiri dari 110 rumah warga dan 1 tempat ibadah,
selain itu juga terdapat balai pertemuan dan lumbung padi (Leuit) dan Bumi Ageung
yang kesemua bahan bangunannya menggunakan bilik-bilik, kayu-kayu, dan lain-
lain. Tidak menggunakan semen atau pasir. Semua bentuk, ukuran, alat dan bahan
bangunan semuanya sama hal ini menunjukkan adanya keseimbangan dan
keselarasan yang ada di daerah tersebut.
Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari
bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai
rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah
utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah
dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat,
kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok,
walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong).
Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan
tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan.
Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam
rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam
memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar
dalam satu garis lurus.
I. Sistem Politik
Dalam sistem politik di tekankan pada penyelesaian masalah di pimpin oleh
ketua adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana hasi yang
diperoleh adalah merupakan hasil mufakat yang demokratis dan terbuka.
J. Sistem Hukum
Seperti kebanyakan kampung adat lainnya, masyarakat Sanaga juga memiliki
aturan hukum sendiri yang tak tertulis namun masyarakat sangat patuh akan
keberadaan aturan tersebut. Kampung Naga memang memiliki Larangan namun tidak
memiliki banyak aturan. Prinsip yang mereka anut adalah Larangan, Wasiat dan
Akibat.
Sistem hukum di kampung Naga hanya berlandaskan kepada
kata pamali, yakni sesuatu ketentuan yang telah di tentukan oleh nenek moyang
Kampung Naga yang tidak boleh di langgar. Sanksi untuk pelanggaran yang
dilakukan tidaklah jelas, mungkin hanyalah berupa teguran, karena masyarakat
Sanaga memegang prinsip bahwa siapa yang melakukan pelanggaran maka dia
sendiri yang akan menerima akibatnya.
Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan
dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan
dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum
yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang.
Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah rumah,pakaian upacara,
kesenian, dan sebagainya.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5).
Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir
menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air
keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah.
Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan
pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran
lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini
menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan
ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung. Dengan pola
pengaliran sungai yang beranekragam dari kawah hingga kaki gunung.
Dan keberadaan Kampung Naga sebagai kajian geografi yang bersifat
social budaya, selain menarik karena keunikan budaya masyarakatnya, namun
juga ternyata dapat menjadi icon bagi masyarakat Kampung Naga khususnya dan
bagi masyarakat Jawa Barat pada umumnya bahwa primitifitas atau adat istiadat
asli peninggalan nenek moyang itu harusnya menjadi treadcenter dan suatu
kebanggaan bagi kita yang mewarisinya karena bisa menjadi daya tarik bagi turis
local maupun luar negeri untuk dijadikan bahan observasi.
B. Saran
Saran dari penulis, kita selaku bangsa Indoesia yang kaya akan sifat fisiknya
maupun sosialnya hendaklah mempelajari tentang ilmu geografi khususnya yang
bersifat fisik dan nonfisik, karena kedua sifat itu yang selalu kita pada setiap
harinya. Factor fisik dan social tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari, maka
selain kita dapat sekedar melihat-lihat, ada baiknya kita melihat-lihat sambil
melakukan penelitian-penelitian ke sejumlah tempat bahwa yang terkandung di
kedua sifat itu terdapat beribu-ribu ilmu untuk kita pelajari dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Program Studi Pendidikan Geografi. 2013. Pemantapan Materi Perkuliahan
Mengkaji Gunungapi Galunggung dan Kampung Naga. Tasikmalaya.
http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/216
http://aristastar21.wordpress.com/makalah-kebudayaan-masyarakat-kampung-naga-2/
Hasil dari catatan penulis. [Tersedia].

More Related Content

What's hot

Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...trianaN
 
Laporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinci
Laporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinciLaporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinci
Laporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinciMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langiteli priyatna laidan
 
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)Tuti Rina Lestari
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarwunarko
 
Proses pembentukan magma
Proses pembentukan magmaProses pembentukan magma
Proses pembentukan magmaEdugrafis Bumi
 
PPT IKM .pptx
PPT IKM .pptxPPT IKM .pptx
PPT IKM .pptxintan74
 
Surat permohonan sponsor
Surat permohonan sponsorSurat permohonan sponsor
Surat permohonan sponsorTresna Raspati
 
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAHPERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Ridlo Wibowo
 
Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013Randy Ikas
 
Berita acara pelaksanaan finalisasi kurikulum
Berita acara pelaksanaan finalisasi kurikulumBerita acara pelaksanaan finalisasi kurikulum
Berita acara pelaksanaan finalisasi kurikulumCecep Abdurahman
 
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2Ade Fathurahman
 
Makalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaMakalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaSeptian Muna Barakati
 
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Instansi
 

What's hot (20)

Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
 
Laporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinci
Laporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinciLaporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinci
Laporan pengembangan diri dela suryana sma n 13 kerinci
 
Geowisata
GeowisataGeowisata
Geowisata
 
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
56852806 solusi-soal-soal-osn-koordinat-bola-langit
 
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
Pembahasan (Contoh Karya Ilmiah)
 
PEDOMAN PENYUSUNAN KTSP
PEDOMAN PENYUSUNAN KTSPPEDOMAN PENYUSUNAN KTSP
PEDOMAN PENYUSUNAN KTSP
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Proses pembentukan magma
Proses pembentukan magmaProses pembentukan magma
Proses pembentukan magma
 
PPT IKM .pptx
PPT IKM .pptxPPT IKM .pptx
PPT IKM .pptx
 
FENOMENA CUACA STORM SURGE
FENOMENA CUACA STORM SURGEFENOMENA CUACA STORM SURGE
FENOMENA CUACA STORM SURGE
 
Surat permohonan sponsor
Surat permohonan sponsorSurat permohonan sponsor
Surat permohonan sponsor
 
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAHPERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
PERHITUNGAN ANGKA KREDIT PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
 
Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013
Buku Guru IPS Kelas VIII SMP Kurikulum 2013
 
Filsafat, Filsafat Ilmu dan Filsafat Geografi
Filsafat, Filsafat Ilmu dan Filsafat GeografiFilsafat, Filsafat Ilmu dan Filsafat Geografi
Filsafat, Filsafat Ilmu dan Filsafat Geografi
 
Berita acara pelaksanaan finalisasi kurikulum
Berita acara pelaksanaan finalisasi kurikulumBerita acara pelaksanaan finalisasi kurikulum
Berita acara pelaksanaan finalisasi kurikulum
 
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
UKBM Geografi Kelas 10 Semester 2
 
Makalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten munaMakalah data kependudukan kabupaten muna
Makalah data kependudukan kabupaten muna
 
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
Peranan teknologi geospasial dalam inventarisasi dan pengelolaan sumberdaya w...
 
Laporan pkb
Laporan pkbLaporan pkb
Laporan pkb
 

Viewers also liked

Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPIKelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPINanda Reda
 
Cover Makalah Proses Belajar Mahasiswa
Cover Makalah Proses Belajar MahasiswaCover Makalah Proses Belajar Mahasiswa
Cover Makalah Proses Belajar MahasiswaMoch. Irfan Firdaus
 
makalah gunung merapi
makalah gunung merapimakalah gunung merapi
makalah gunung merapiartana tana
 
Makalah bencana alam
Makalah bencana alamMakalah bencana alam
Makalah bencana alamRohman Efendi
 
Makalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai IndusMakalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai IndusMelda Amelia
 
Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassar
Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassarMakalah permukiman antang dan bukit baruga makassar
Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassarTedi Eka
 

Viewers also liked (6)

Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPIKelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
Kelompok 8 GEMPA BUMI, TSUNAMI DAN GUNUNG BERAPI
 
Cover Makalah Proses Belajar Mahasiswa
Cover Makalah Proses Belajar MahasiswaCover Makalah Proses Belajar Mahasiswa
Cover Makalah Proses Belajar Mahasiswa
 
makalah gunung merapi
makalah gunung merapimakalah gunung merapi
makalah gunung merapi
 
Makalah bencana alam
Makalah bencana alamMakalah bencana alam
Makalah bencana alam
 
Makalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai IndusMakalah Peradaban Lembah Sungai Indus
Makalah Peradaban Lembah Sungai Indus
 
Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassar
Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassarMakalah permukiman antang dan bukit baruga makassar
Makalah permukiman antang dan bukit baruga makassar
 

Similar to Gunung Galunggung dan Kawahnya

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Sansanikhs
 
Jurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungJurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungAulia Nofrianti
 
Gunung kelud
Gunung keludGunung kelud
Gunung keludNaya Ti
 
Laporan hasil kegiatan tangkuban
Laporan hasil kegiatan tangkubanLaporan hasil kegiatan tangkuban
Laporan hasil kegiatan tangkubanNSS Slide
 
Silsilah patilasan batuloceng
Silsilah patilasan batulocengSilsilah patilasan batuloceng
Silsilah patilasan batulocengKang Dhafidz
 
Profyl desa berjalan
Profyl desa berjalanProfyl desa berjalan
Profyl desa berjalanlebu bulak
 
Geologi dinamik
Geologi dinamikGeologi dinamik
Geologi dinamikbriianM
 
Gambaran Wilayah Kabupaten Klungkung
Gambaran Wilayah Kabupaten KlungkungGambaran Wilayah Kabupaten Klungkung
Gambaran Wilayah Kabupaten KlungkungFitri Indra Wardhono
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah33335
 
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586Operator Warnet Vast Raha
 
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586Operator Warnet Vast Raha
 
Rekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdf
Rekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdfRekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdf
Rekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdfRifqiNoorAfwan1
 

Similar to Gunung Galunggung dan Kawahnya (20)

Geomagz201409
Geomagz201409Geomagz201409
Geomagz201409
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL 2) Tahun 2018
 
Jurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungJurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandung
 
Gunung kelud
Gunung keludGunung kelud
Gunung kelud
 
Laporan hasil kegiatan tangkuban
Laporan hasil kegiatan tangkubanLaporan hasil kegiatan tangkuban
Laporan hasil kegiatan tangkuban
 
Silsilah patilasan batuloceng
Silsilah patilasan batulocengSilsilah patilasan batuloceng
Silsilah patilasan batuloceng
 
Tugas ipa
Tugas ipa Tugas ipa
Tugas ipa
 
Profyl desa berjalan
Profyl desa berjalanProfyl desa berjalan
Profyl desa berjalan
 
Lokasi pariwisata dan tradisi budaya
Lokasi pariwisata dan tradisi budayaLokasi pariwisata dan tradisi budaya
Lokasi pariwisata dan tradisi budaya
 
Geomagz201103
Geomagz201103Geomagz201103
Geomagz201103
 
Geologi dinamik
Geologi dinamikGeologi dinamik
Geologi dinamik
 
Gambaran Wilayah Kabupaten Klungkung
Gambaran Wilayah Kabupaten KlungkungGambaran Wilayah Kabupaten Klungkung
Gambaran Wilayah Kabupaten Klungkung
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Geografi Pariwisata : Dieng & Bromo
Geografi Pariwisata : Dieng & BromoGeografi Pariwisata : Dieng & Bromo
Geografi Pariwisata : Dieng & Bromo
 
Laporan kkn 2019
Laporan kkn 2019Laporan kkn 2019
Laporan kkn 2019
 
Perkembangan Kota Jakarta
Perkembangan Kota JakartaPerkembangan Kota Jakarta
Perkembangan Kota Jakarta
 
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
 
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
Sejarah letusan dahsyat gunung kelud sejak tahun 1586
 
Rekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdf
Rekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdfRekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdf
Rekam Perjalanan di Belantara Bukit Raya.pdf
 

Recently uploaded

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 

Recently uploaded (20)

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 

Gunung Galunggung dan Kawahnya

  • 1. GUNUNG GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Oleh, Cep Roby Hermawan 122170037 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena atas limpahan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ”GUNUNG GALUNGGUNG DAN KAMPUNG NAGA. Makalah ini penulis ajukan sebagai tugas dari hasil penelitian di Gunung Galunggung dan Kampung Naga. Materi yang disajikan dalam makalah ini meliputi seperangkat pengetahuan yang penulis dapatkan dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Laporan makalah ini juga dengan bahasa yang mudah dipahami oleh semua kalangan. Dengan demikian, diharapkan para pembaca dapat memahami isi dan materi dengan baik, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan laporan makalah ini. Penulis menyadari dalam laporan ini masih banyak kekurangan. Karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini dimasa yang akan datang. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan dosen,mahasiswa dan para pembaca lainnya. Tasikmalaya, Juni 2013 Penulis,
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR................................................................................................5-6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.........................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................2 C. Tujuan Makalah.......................................................................................2 D. Batasan Masalah ......................................................................................2 BAB II LAPORAN PENGAMATAN I....................................................................3 BAB III LAPORAN PENGAMATAN II...............................................................20 BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................................28 B. Saran .......................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 m di atas permukaan laut, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya Berlokasi di Desa Linggajati Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Setelah terakhir meletus pada Tahun 1982, Panorama alam di sekitar Gunung Galunggung saat ini sangat mempesona. Kawah yang dulu memuntahkan lahar panas, pasir dan bebatuan, kini telah berwujud menjadi semacam danau luas, bening, berair dan tenang serta dikelilingi hutan hijau yang asri. Merupakan salah satu kajian geografi yang bersifat fisik berada di Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda. Seperti permukiman Badui, Kampung Naga menjadi objek kajian antropologi mengenai kehidupan masyarakat pedesaan Sunda pada masa peralihan dari pengaruh Hindu menuju pengaruh Islam di Jawa Barat. Kampung Naga juga merupakan salah satu dari kampung yang masih memegang tradisi dan adat istiadat leluhur, namun bisa hidup berdampingan dengan kehidupan masyarakat lain yang lebih modern.
  • 5. Kampung Naga memang memiliki keunikan tersendiri. Melihat dari dekat kehidupan sederhana dan bersahaja yang masih tetap lestari di tengah peradaban modern. Ini merupakan kajan geografi yang bersifat social, mengarah kepada kebudayaan,adat istriadat, geografi manusia, dll. B. Rumusan Masalah Adapun dari rumusan masalah dari makalah ini adalah: 1. Mempelajari tentang sifat fisik yang berada di Gunung Galunggung. 2. Mengetahui keanekaragaman dan budaya yang berada di Kampung Naga. C. Tujuan Makalah 1. Untuk mempelajari tentang sifat fisik yang berada di Gunung Galunggung. 2. Untuk mengetahui keanekaragaman dan budaya yang berada di Kampung Naga. D. Batasan Masalah Supaya masalah dalam makalah ini tidak keluar dari materi pembahasan, maka penulis membahasnya akan satu per satu yaitu Gunung Galunggung dan Kampung Naga.
  • 6. BAB II LOKASI PENGAMATAN I A. Sejarah Gunung galunggung Sejarah Gunung galunggung –Menurut misteri, asal usul, Mitos Sejarah Gunung galunggung dimulai pada abad ke XII. Di kawasan ini terdapat suatu Rajyamandala (kerajaan bawahan)Galunggung yang berpusat di Rumantak, yang sekarang masuk dalam wilayah Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Tempat Sejarah Gunung galunggung merupakan salah satu pusat spiritual kerajaan Sunda pra Pajajaran, dengan tokoh pimpinannya Batari Hyang pada abad ke- XII. Saat pengaruh Islam menguat, pusat tersebut pindah ke daerah Pamijahan dengan Syeikh Abdul Muhyi (abad ke XVII) sebagai tokoh ulama panutan. Sumber prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di sana menyebutkan bahwa pada tahun 1033 Saka atau 1111 Masehi, Batari Hyang membuat susuk/ parit pertahanan. Peristiwa nyusuk atau pembuatan parit ini berarti menandai adanya penobatan kekuasaan baru di sana (di wilayah Galunggung). Sementara naskah Sunda kuno lain adalah Amanat Galunggung yang merupakan kumpulan naskah yang ditemukan di kabuyutan Ciburuy, Garut Selatan berisi petuah–petuah yang disampaikan oleh Rakyan Darmasiksa, penguasaGalunggung pada masa itu kepada anaknya. Sementara Prabu Jaya Pakuan alias Bujangga Manik, seorang resi Hindu dari Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran yang telah melakukan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke Jawa sempat menuliskan Galunggung dalam catatan perjalanannya. Namun demikian tak banyak informasi mengenai Galunggung yang didapat dari naskah ini. Sadatang ka Saung Galah, sadiri aing ti inya, Saung Galah kaleu(m)pangan, kapungkur Gunung Galunggung, katukang na Panggarangan,ngalalar na Pada Beunghar, katukang na Pamipiran. (Sesampai di Saung Galah berangkatlah aku dari sana ditelusuri Saung Galah, Gunung Galunggung
  • 7. di belakang saya, melewati Panggarangan, melalui Pada Beunghar, Pamipiran ada di belakangku.) Sejarah Latusan Dahsyat Galunggung Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah. Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung. Letusan berikutnya terjadi pada tahun 1894. Di antara tanggal 7-9 Oktober, terjadi letusan yang menghasilkan awan panas. Lalu tanggal 27 dan 30 Oktober, terjadi lahar yang mengalir pada alur sungai yang sama dengan lahar yang dihasilkan pada letusan 1822. Letusan kali ini menghancurkan 50 desa, sebagian rumah ambruk karena tertimpa hujan abu. Pada tahun 1918, di awal bulan Juli, letusan berikutnya terjadi, diawali gempa bumi. Letusan tanggal 6 Juli ini menghasilkan hujan abu setebal 2-5 mm yang terbatas di dalam kawah dan lereng selatan. Dan pada tanggal 9 Juli, tercatat pemunculan kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85m dengan ukuran 560x440 m yang kemudian dinamakan gunung Jadi. Letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 (VEI=4) disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Selama periode letusan ini, sekitar 18 orang meninggal, sebagian besar karena sebab tidak langsung (kecelakaan lalu lintas, usia tua, kedinginan dan kekurangan pangan). Perkiraan kerugian sekitar Rp 1 milyar dan 22 desa ditinggal tanpa penghuni.
  • 8. Letusan pada periode ini juga telah menyebabkan berubahnya peta wilayah pada radius sekitar 20 km dari kawah Galunggung, yaitu mencakup Kecamatan Indihiang, Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Perubahan peta wilayah tersebut lebih banyak disebabkan oleh terputusnya jaringan jalan dan aliran sungai serta areal perkampungan akibat melimpahnya aliran lava dingin berupa material batuan-kerikil-pasir. Pada periode pasca letusan (yaitu sekitar tahun 1984-1990) merupakan masa rehabilitasi kawasan bencana, yaitu dengan menata kembali jaringan jalan yang terputus, pengerukan lumpur/pasir pada beberapa aliran sungai dan saluran irigasi (khususnya Cikunten I), kemudian dibangunnya check dam (kantong lahar dingin) di daerah Sinagar sebagai 'benteng' pengaman melimpahnya banjir lahar dingin ke kawasan Kota Tasikmalaya. Pada masa tersebut juga dilakukan eksploitasi pemanfaatan pasir Galunggung yang dianggap berkualitas untuk bahan material bangunan maupun konstruksi jalan raya. Pada tahun-tahun kemudian hingga saat ini usaha pengerukan pasir Galunggung tersebut semakin berkembang, bahkan pada awal perkembangannya (sekitar 1984-1985) dibangun jaringan jalan Kereta Api dari dekat Station KA Indihiang (Kp. Cibungkul-Parakanhonje) ke check dam Sinagar sebagai jalur khusus untuk mengangkut pasir dari Galunggung ke Jakarta. Letusannya juga membuat British Airways Penerbangan 9 tersendat, di tengah jalan. B. Gambar-gambar bentukan yang di akibatkan oleh evolusi eruspsi atau letusan gunungapi galunggung sampai saat ini
  • 9. C. Pola Pengaliran Berdasarkan pola aliran sungai Gunung Galunggung dapat dibagi menjadi daerah dengan pola aliran memancar, memusat, dendritik dan pada bagian kaki berangsur menjadi bersifat kelokan (meander). Pola aliran sungai memancar terdapat dibagian puncak Guntur Galunggung dengan berbentuk lembah “V” dan airnya tidak selalu terdapat (intermittent). Sungai disini mengalir ke segala arah, kecuali ke utara
  • 10. karena terbentur Gunung Telagabodas yang lebih tinggi. Luas daerah dengan pola aliran ini sama dengan daerah morfologi puncak. Pola aliran sungai memusat terdapat di daerah morfologi kawah Galunggung yang sungainya tampak mengalir dari berbagai arah pada dinding kawah, berupa air terjun kemudian menyau ke kawah Galunggung. Pola aliran sungai dendritik, terdapat di daerah bagian selatan Gunung Galunggung seperti Sungai Cikunen, yang semakin ke tenggara berangsur menjadi sungai yang bersifat kelokan. Demikian pula halnya, Sungai Cikunir dan Sungai Cibanjaran yang masing-masing mengalir dari kawah Galunggung ke Tenggara dan Timur, terutama di daerah dengan morfologi daratan. D. Sisa Aktivitas Vulkanisme Gunungapi Galunggung Vulkanisme adalah aktivitas magma yang bergerak dari lapisan dalam litosfer yang menyusup kelapisan yang lebih atas sampai ke permukaan bumi. Akibat dari kegiatan vulkanisme adalah terjadinya letusan gunung api yaitu keluarnya magma dari perut bumi. Letusan gunung api membawa dampak bagi manusia baik yang positif maupun yang negatif. Dampak positif letusan gunung api galunggung lainnya ialah : 1) Terdapat ekshalasi gas, seperti solfatar (gas yang mengandung belerang), fumarol (gas yang mengandung uap air) dan mofet (gas yang mengandung asam arang yang sangat berbahaya karena dapat mematikan mahluk hidup). 2) Terdapat geyser yaitu sumber mata air panas yang memancar dari dalam bumi secaraberkala/periodik. 3) Terdapat mata air makdani yaitu mata air yang mengandung mineral. 4) Di daerah vulkanis potensial untuk mengusahakan tanaman budi daya seperti teh dan kopi. 5) Di daerah vulkanis memungkinkan banyak turun hujan melalui hujan orografis. Hal tersebut disebabkan gunung merupakan daerah penangkap hujan yang baik. 6) Di daerah gunung api memungkinkan dibangun pembangkit tenaga listrik.
  • 11. Berikut ini beberapa foto terkait fenomena pascavulkanik (setelah gunung api meletus). Judul Foto : Kawah Hasil Letusan Gunung Galunggung Lokasi : Kawasan Wisata Cipanas Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Waktu : Minggu, 16 Juni 2013 (Pukul 11:37 WIB) Gambaran Umum : Foto diatas menggambarkan sebuah kawah yaitu bagian puncak gunung api yang dilewati bahan letusan berbentuk lekukan besar. Suatu kawah terbentuk akibat adanya letusan gunung api yang sangat kuat sehingga menimbulkan sebagian dari bagian atas gunung api tersebut menghilang dan saat itu terbentuklah sebuah kawah. Kondisi kawah pada foto diatas merupakan kondisi kawah 30 tahun sesudah letusan (Gunung Galunggung meletus pada tahun 1982). Relevansinya dengan pembelajaran geografi :
  • 12. Salah satu objek studi geografi adalah fenomena litosfer. Dalam mempelajari litosfer kita perlu mengetahui tentang tenaga pembentuk muka bumi, yaitu tenaga endogen dan eksogen. Kawah merupakan salah satu bentukan hasil letusan gunung api yang merupakan aktivitas vulkanisme. Aktivitas vulkanisme merupakan salah satu dari tenaga endogen yang mempengaruhi bentuk muka bumi. Oleh karena itu, pengetahuan tentang kawah ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran geografi khususnya dalam mempelajari aktivitas vulkanisme. Judul Foto : Sumber Air Panas
  • 13. Lokasi : Kawasan Wisata Cipanas Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Gambaran Umum : Foto diatas memperlihatkan sebuah sumber air panas yang keluar melalui celah batuan dan mengandung belerang. Sumber air panas berasal dari air hujan yang meresap kedalam lapisan batuan yang masih panas (sisa kegiatan vulkanis). Kemudian melalui celah-celah batuan di bagian bawah air itu keluar sebagai mata air panas. Relevansinya dengan pembelajaran geografi : Sumber air panas merupakan salah satu fenomena atau gejala pascavulkanik (sesudah gunung api meletus). Oleh karena itu, foto sumber air panas ini dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran geografi terkait vulkanisme yang merupakan salah satu tenaga endogen yang mempengaruhi bentuk muka bumi. E. Dampak setelah terjadinya erupsi Gunungapi Galunggung Bahaya Gunung api adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan/kegiatan gunung api, berupa benda padat, cair dan gas serta campuran di antaranya yang mengancam atau cenderung merusak dan menimbulkan korban jiwa serta kerugian harta benda dalam tatanan (lingkungan) kehidupan manusia. Dampak letusan gunung api terhadap lingkungan Dampak letusan gunungapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang bersifat negatif dan positif. Dampak negatif dari letusan suatu gunungapi dapat berupa bahaya yang langsung dapat dirasakan oleh manusia seperti awan panas, jatuhan piroklastik, gas beracun yang keluar dari gunungapi dan lain sebagainya, sedangkan bahaya tidak langsung setelah erupsi berakhir, seperti lahar hujan, kerusakan lahan pertanian, dan berbagai macam penyakit akibat pencemaran. Adapun dampak positif dari aktivitas suatu gunungapi terhadap lingkungan adalah bahan
  • 14. galian mineral industri, energi panasbumi, sumberdaya lahan yang subur, areal wisata alam, dan sebagai sumberdaya air. Dampak letusan gunungapi terhadap lingkungan dapat berupa dampak yang bersifat negatif dan positif. Dampak negatif dari letusan suatu gunungapi dapat berupa bahaya yang langsung dapat dirasakan oleh manusia seperti awan panas, jatuhan piroklastik, gas beracun yang keluar dari gunungapi dan lain sebagainya, sedangkan bahaya tidak langsung setelah erupsi berakhir, seperti lahar hujan, kerusakan lahan pertanian, dan berbagai macam penyakit akibat pencemaran. Adapun dampak positif dari aktivitas suatu gunung api terhadap lingkungan adalah bahan galian mineral industri, energi panas bumi, sumber daya lahan yang subur, areal wisata alam. 1. Dampak Negatif:  Bahaya langsung, terjadi pada saat letusan (lava, awan panas, jatuhan piroklastik/bom, lahar letusan dan gas beracun).  Bahaya tidak langsung, terjadi setelah letusan (lahar hujan, kelaparan akibat rusaknya lahan pertanian/perkebunan/ perikanan), kepanikan, pencemaran udara/air oleh gas racun: gigi kuning/ keropos, endemi gondok, kecebolan dsb. 2. Dampak Positif :  Bahan galian: seperti batu dan pasir bahan bangunan, peralatan rumah tangga,patung, dan lain lain.  Mineral : belerang, gipsum,zeolit dan juga mas (epitermal gold).  Energi panas bumi: listrik, pemanas ruangan, agribisnis  Mata air panas : pengobatan/terapi kesehatan.  Daerah wisata: keindahan alam
  • 15.  Lahan yang subur: pertanian dan perkebunan  Sumberdaya air: air minum, pertanian/peternakan, dll. F. Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya mempunyai keunikan tersendiri dibanding dengan daerah-daerah lain di belahan Nusantara, yaitu dengan memiliki jumlah bukit yang cukup banyak yang tersebar di hampir seluruh kawasan, sehingga bisa dibilang salah satu keajaiban dunia. Berdasarkan sejarah, diketahui bahwa Gunungapi Galunggung telah mengalami beberapa kali letusan (erupsi) dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda, yaitu: sebelum tahun 1822 yang erupsinya sangat dahsyat, yang salah satu akibatnya adalah terbentuknya Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya (Bahasa Sunda: Gunung Sarewu). Bukit-bukit ini tersebar ke sebelah tenggara dari mulut depresi, dengan ketinggian yang bervariasi. Bukit-bukit ini kemudian dikenal dengan sebutan The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya atau Bukit Sepuluh Ribu Tasikmalaya. Letusan Gunungapi Galunggung selanjutnya terjadi pada tahun 1982 yang kegiatan vulkanismenya berlangsung hampir setahun sampai pada awal tahun 1983. Pada tahun 1978, jumlah bukit yang tersebar dari sekitar Gunung Galunggung, 20 kilometer arah barat Kota Tasikmalaya, terus ke arah timur dan tenggara hingga ke Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, serta Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya ini tercatat mencapai 3.468 bukit. Sejak tahun 1980, jumlah bukit itu terus berkurang karena banyak yang diratakan untuk kemudian berubah fungsi menjadi perkampungan. Menurut Prof. Dr. H.M. Ahman Sya, tingkat kepunahan bukit di Tasikmalaya saat ini sudah mencapai 5% per tahun atau 15 bukit per tahun. Tahun 1996 jumlah bukit masih tercatat sekira 3.050 dan saat ini jumlahnya hanya tinggal sekitar 3.000 bukit.
  • 16. Dampak yang sekarang dirasakan akibat dari kepunahan bukit adalah naiknya suhu udara di wilayah kota Tasikmalaya (udara tidak sejuk lagi), karena bukit yang memiliki pepohonan yang rimbun sudah tidak ada sehingga bukit yang tadinya berfungsi sebagai penghasil oksigen alami atau bisa disebut paru-paru kota berubah menjadi kawasan yang gersang dan tidak hijau lagi. Adapun dari sisi keindahan, kota Tasikmalaya yang selama ini hijau dan terkenal asrinya (sesuai dengan slogan Tasik Kota Resik), suatu saat akan berubah menjadi kota yang gersang karena ulah segelintir manusia yang tidak bertanggungjawab sehingga julukan "kota bukit sepuluh ribu" itu hanya tinggal kenangan. Permasalahan kerusakan bukit sepuluh ribu menjadikan kawasan Tasikmalaya diambang krisis lingkungan. Ketidakberdayaan masyarakat menghadapi penambangan yang tanpa memperhitungkan kondisi lingkungan merupakan masalah utama yang dikarenakan tuntutan kebutuhan hidup. Hakikat Bukti Sepuluh Ribu di Tasikmalaya Tasikmalaya adalah sebuah kawasan yang terletak di daerah Parahiyangan (Jawa Barat). Bentang alam Tasikmalaya mempunyai keunikan tersendiri, yaitu banyaknya dataran yang berbukit-bukit dengan ketinggian antara 10 - 50 meter, bukit-bukit tersebut tersebar mulai lereng kaki Gunungapi Galunggung sebelah tenggara hingga ke sebelah selatan menempati sebagian wilayah daerah Singaparna, ke sebelah timur hingga daerah Cibeureum, dan ke sebelah utara ke daerah Indihiang. Karena banyaknya bukit yang ada, pada tahun 1941 seorang ahli geologi dari Belanda bernama Van Benmellen dalam bukunya berjudul The Geology of Indonesia, menjuluki Tasikmalaya sebagai The Ten Thousand Hills of Tasikmalaya (Tasikmalaya, Kota Bukit Sepuluh Ribu). Bukit Sepuluh Ribu mempunyai variasi dalam ketinggian dan ukurannya. Ukuran bukit-bukit tersebut secara berurutan, berukuran relatif besar di lereng Gunungapi Galunggung, berukuran sedang di daerah tengah, dan berukuran semakin
  • 17. kecil di daerah yang agak jauh dari Gunungapi Galunggung. Bukit-bukit ini mengandung material piroklastika berupa pasir, kerikil, batuan bekuan bongkah, tufa, dan material lainnya. Bahan-bahan material inilah yang dieksploitasi dan mempunyai nilai ekonomis untuk dijadikan bahan-bahan atau material bangunan dan urugan (landfill material). Kejadian terbentuknya Bukit Sepuluh Ribu ini tidak lepas dari aktivitas Gunungapi Galungung dari waktu ke waktu. Beberapa ahli geologi Belanda yang pernah bekerja di Indonesia, seperti Echer (1925), Neuman van Padang (1939), dan van Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya bukit-bukit itu disebabkan oleh eflata Gunungapi Galunggung ke sebelah tenggara. Junghuhn (1853) menyatakan bahwa letusan Gunungapi Galunggung pada 1822 telah melahirkan beberapa bukit baru, dan penduduk waktu itu dapat membedakan mana bukit yang baru dan yang lama. Bukit-bukit yang telah ada pada waktu itu tidak diketahui proses kejadiannya, karena letusan pada 1822 sebagian bukit-bukit itu telah ada. Fungsi dan Pentingnya Pelestarian Bukit Menurut Ahman Sya (2004 : 21), bahwa bukit-bukit yang keberadaannya cukup banyak ini merupakan sumber kehidupan dan kesejahteraan. Hal ini dapat diamati dari beberapa fungsi dari keberadaan bukit-bukit tersebut, di antaranya: fungsi geologis, fungsi ekologis, fungsi hidrologis, fungsi estetika, fungsi ekonomi, fungsi pertahanan, fungsi pendidikan dan pariwisata. Secara geologis, bukit-bukit ini adalah bentukan alam yang termasuk salah satu keajaiban dunia. Tidak terdapat bukit sepuluh ribu lain di belahan dunia ini, kecuali di Tasikmalaya. Di samping itu keberadaannya dapat berfungsi sebagai benteng alami dari kemungkinan banjir lahar Galunggung. Dari sudut pandang ekologis, Bukit Sepuluh Ribu memiliki peran sebagai daerah hijau dan terbuka untuk memelihara kenyamanan dan keseimbangan
  • 18. lingkungan, sehingga terjadi hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya secara ideal. Dari sisi hidrologis, keberadaan bukit-bukit Sepuluh Ribu berfungsi sebagai daerah resapan air yang akan mampu memelihara stabilitas sumber dan kedalaman airtanah. Secara ekonomis, bukit sepuluh ribu adalah sumber kehidupan yang mampu mensuplai kebutuhan pangan dan kayu-kayuan sebagai bahan bangunan. Karena itu dalam jangka panjang hal ini bukan hanya akan berperan dalam hal ketahanan perumahan. Bahkan bukit-bukit ini akan berfungsi sebagai tempat perlindungan dan tempat yang aman bagi evakuasi jika terjadi bencana banjir dari letusan Galunggung. Ditinjau dari segi pendidikan dan pariwisata, yang bukan saja akan meningkatkan pemahaman dan rasa cinta tanah air, juga dapat menjadi masukan pendapatan bagi pemerintah untuk kepentingan pembangunan. FaktorPenyebab Kerusakan Bukit : 1. Pertumbuhan penduduk yang tergolong cepat 2. Perencanaan pembangunan yang tidak beraturan 3. Bisnis yang menggiurkan dari hasil tambang batuan dan pasir dari bukit 4. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelestarian bukit Solusi Penyelamatan Bukit Sosialisasi kepada masyarakat dapat dilakukan dengan menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya pelestarian bukit bagi kehidupan manusia, dampak negatif dari kerusakan bukit dan memberikan solusi untuk mengatasinya. Langkah ini ditempuh dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat Tasikmalaya, misalnya terdiri dari Pemerintah Daerah, hal ini untuk menunjukkan keseriusan program pelestarian, sehingga perencanaannya harus dilakukan langsung oleh puncak pimpinan daerah. Selain itu dari kalangan kampus yang berada di dekat lokasi bukit sepuluh ribu juga bisa dilibatkan, misalnya memotori suatu program dengan tema "Selamatkan bukit kita", atau "Sayangilah bukit kita".
  • 19. Sesuai julukan kota Tasikmalaya adalah kota santri, maka tak kalah pentingnya juga para kyai dengan para santri yang ada di pesantren-pesantren ikut berpartisipasi dalam mensosialisasikan program ini dengan ceramah-ceramah yang berkaitan dengan fiqh al-biah (yurisprudensi Islam mengenai lingkungan hidup). Peranan ulama dibutuhkan karena kedekatannya dengan masyarakat sekitarnya, sehingga diharapkan timbul kesadaran yang secara syariat memang suatu keharusan. Adapun obyektif dari Program sosialisasi terhadap aksi penyelamatan bukit sepuluh ribu di tasikmalaya kurang lebih adalah sebagai berikut : 1. Tercapainya kesadaran bahwa kepunahan bukit mengakibatkan keseimbangan alam terganggu yang ke depannya mengancam berbagai proses alam yang mendukung kehidupan saat ini dan masa depan. 2. Tercapainya kesadaran bahwa perlunya upaya nyata dan berkesinambungan guna menghambat laju kerusakan bukit dan melindungi bukit yang tersisa. 3. Tercapainya kesadaran bahwa generasi mendatang sangat bergantung pada kearifan kita dalam mengelola sumber daya alam saat ini. Bila kita mewariskan alam yang rusak berarti kita telah merampas hak generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Rancangan Aksi Penyelamatan Bukit a. Pemetaan Bukit Melakukan pemetaan terhadap bukit mana saja yang mendesak untuk diselamatkan. Hal ini dikarenakan adanya bukit yang menjadi daerah resapan air atau menjadi kantung-kantung air. Misalnya, bukit yang berada di sekitar pinggir danau, daerah yang banyak kolam perikanan air tawar dan daerah-daerah yang tidak dialiri oleh sungai atau irigasi buatan. Dari pemetaan tersebut dihasilkan daftar bukit mana saja yang harus segera diselamatkan.
  • 20. Pemetaan bisa dilakukan dengan membuat data tentang jumlah bukit yang tersisa yang perlu dijaga kelestariannya, bukit yang memerlukan konservasi, bukit yang sudah punah, dan bukit yang benar-benar memerlukan penangan dengan cepat. b. Proyek Pembebasan Bukit Membuat Proyek pembebasan bukit dengan diprakarsai dan didanai langsung oleh pemerintah daerah bersama departemen yang bersangkutan, hal ini untuk membuktikan keseriusan akan program yang diaksanakan. Pembebasan bukit sangat diperlukan karena bukit-bukit tersebut dimiliki oleh individu masyarakat. Namun, tetap diharapkan adanya kesadaran dari masyarakat yang dengan kesadarannya sendiri untuk tidak melakukan eksploitasi pada bukit yang tersisa. Walaupun kesadaran tersebut sangat sulit apabila sudah berbenturan dengan urusan uang, karena bukit itu dari segi finansial sangat menguntungkan jika dijadikan lahan pertambangan. c. Melakukan Pembebasan Bukit dengan Swadaya Masyarakat Melakukan pembebasan bukit dengan swadaya masyarakat. Langkah inilah yang paling diharapkan dari proses pogram sosialisasi seperti yang disebut diatas. Pendanaan dengan swadaya masyarakat dapat ditempuh dengan berbagai cara, misalnya dengan mengumpulkan dana masyarakat melalui suatu Yayasan yang di bentuk dengan tujuan khusus pembelian dan pembebasan lahan bukit sepuluh ribu yang tersisa. Pembagian Wilayah Bukit (Zonasi Wilayah Bukit) Zonasi wilayah bukit sepuluh ribu sangat di perlukan yaitu untuk menyelamatkan bukit sepuluh ribu yang tersisa supaya tetap lestari. Pembagian wilayah bukit sepuluh ribu bisa dilakukan dengan membagi wilayah berdasarkan :
  • 21. - Zona Resapan Air, Zona resapan air ini adalah suatu zona yang merupakan komplek bukit yang tidak boleh di bongkar yang fungsinya sebagai daerah resapan air. Hal itu bertujuan jika musim kemarau masyarakat tidak akan kekurangan air karena bisa memanfaatkan cadangan air yang ada di bukit misalnya dengan membuat sumur galian. - Zona Pertambangan, Zona ini terdiri dari suatu kawasan yang terdiri dari bukit-bukit yang diperbolehkan untuk dijadikan lahan pertambangan dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang bias terjadi terlebih dahulu. - Zona Pariwasata, Zona ini bisa dijadikan suatu lokasi pariwisata yaitu dengan membangun fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk lokasi pariwisata misalnya: membangun wahana bermain, penginapan, dan sebagainya dengan tidak merusak keadaan alam akan tetapi sebaliknya merawat dan melestarikan kondisi alam, sehingga keuntunganpun bisa diperoleh tanpa harus merusak bukit. - Zona Pendidikan, Zona ini merupakan suatu kawasan yang bisa dijadikan suatu objek pembelajaran baik dari bentang alam (tofografi) maupun dari segi kandungan unsur-unsur yang ada di dalam bukit misalnya dengan membangun labolatorium yang berisi tentang segala hal yang berkaitan dengan The Ten Thousand Hill of Tasikmalaya. Alangkah baiknya seandainya pada beberapa bukit yang diproteksi dibangun sebuah musium mini yang memberikan informasi tentang proses terbentuknya dan manfaat Bukit Sepuluh Ribu itu. - Zona Hutan Kota, Seperti di sebutkan pada penjelasan diatas bahwa bukit memiliki fungsi sebagai tempat produksi oksigen, maka dari itu selain menjaga kelestarian bukit zona ini juga bisa dijadikan sebagai produksi oksigen di kota Tasikmalaya dengan menanami dan merawat bukit sehingga bukit tersebut bisa dikatakan sebagai Hutan Kota.
  • 22. BAB III LOKASI PENGAMATAN II Sejenak mungkin terlintas dalam pikiran kita, barangkali ketika mendengar nama Kampung Naga. Ternyata bentuk asli dari kampung tersebut sangat berbeda dengan namanya, dan gambaran kita tentang hal-hal yang berbau naga, karena tak satupun naga yang berada di sana. Nama Kampung Naga tu sendiri ternyata merupakan suatu singkatan kata dari Kampung diNa Gawir ( red. bahasa sunda ) yang artinya adalah merupakan kampung yang berada di lembah yang subur. Kampung Naga adalah sebuah kampung kecil, yang para penduduknya patuh dan menjaga tradisi yang ada, hal inilah yang membuat kampung ini unik dan berbeda dengan yang lain. Tak salah jika kampung ini menjadi salah satu warisan budaya Bangsa Indonesia yang patut dilestarikan. Nenek moyang Kampung Naga Sendiri konon adalah Eyang Singaparna yang makamnya sendiri terletak di sebuah hutan di sebelah barat Kampung Naga. Yang membuat Kampung Naga ini unik adalah karena penduduk ini seperti tidak terpengaruh dengan modernitas dan masih tetap memegang teguh adat istiadat yang secara turun temurun. Kepatuhan warga Sanaga ( red. Warga asli kampung Naga ) dalam mempertahankan upacara – upacara adat, termasuk juga pola hidup mereka yang tetap selaras dengan adapt leluhurnya seperti dalam hal religi da upacara, mata pencaharian, pengetahuan, kesenian, bahasa dan tata cara leluhurnya. Masyarakat Kampung Naga memilki tempat-tempat larangan yaitu : 2 hutan larangan, sebelah Timur dan Barat, tempat ini tidak boleh dimasuki oleh seorangpun kecuali pada waktu upacara atau berziarah. Ada satu buah bangunan yang dianggap keramat yaitu “Bumi Ageung” yaitu tempat pelaksanaan rutinitas upacara adat, tempat ini tidak boleh dimasuki kecuali oleh Ketua Adat atau Kuncen.
  • 23. Hari yang diagungkan masyarakat Kampung Naga diantaranya hari Selasa, Rabu dan Sabtu.Pada hari itu masyarakat dilarang untuk menceritakan asal usul atau sejarah mengenai Kampung Naga dan pada bulan Syafar tidak boleh melaksanakan upacara adat atau berziarah. Dalam pembangunan rumah-rumah diatur sedemikian rupa yaitu dengan membujur Timur Barat menghadap ke Selatan, setiap rumah harus saling berhadapan untuk menjaga kerukunan antar warga. Praktek pembangunannya pun mempunyai wawasan lingkungan yang futuristik, baik secara fisik, sosial, ekonomi maupun budaya. A. Letak Geografis Kampung Naga secara administratife berada di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Lokasi Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya. Kampung ini berada di lembah yang subur, dengan batas wilayah, di sebelah barat Kampung Naga dibatasi oleh hutan keramat karena di hutan tersebut terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh sungai Ciwulan yang bermata air dari Gunung Cikuray. Peralatan Hidup Masyarakat Kampung Naga Masyarakat Kampung Naga merupakan masyarakat yang masih menggunakan peralatan ataupun perlengakpan hidup yang sederhana, non teknologi yang kesemua bahannya tersedia di alam. Seperti untuk memasak, masyarakat Sanaga menggunakan tungku dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar dan untuk membajak sawah mereka tidak menggunkan traktor melainkan menggunakan cangkul. Dan masih banyak hal lainnya, yang pasti masayarakat Sanaga tidak menggunakan peralatan canggih berteknologi tinggi, dan kampung mereka pun tidak ada listrik.
  • 24. B. Sistem Perekonomian Masyarakat Kampung Naga Dalam sistem perekonomian kami fokuskan kepada mata pencaharian dimana mata pencaharian warga Kampung Naga bermacam-macam mulai dari pokok yaitu bertani, menanam padi sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah membuat kerajinan, beternak dan berdagang. C. Sistem Kemasyarakatan Kemasyarakatan di Kampung Naga masih sangat lekat dengan budaya gotong royong, hormat menghormati, dan mengutamakan kepentingan golongan diatas kepentingan pribadi. Lebih jauh menilik pola hidup dan kepemimpinan Kampung Naga, kita akan mendapatkan dua pemimpin dengan tugasnya masing –masing yaitu pemerintahan desa dan pemimpin adat atau yang oleh masyarakat Kampung Naga disebut Kuncen. Peran keduanya saling bersinergi satu sama lain untuk tujuan keharmonisan warga Sanaga. Sang Kuncen yang meski begitu berkuasa dalam hal adapt istiadat jika berhubungan dengan system pemerintahan desa maka harus taat dan patuh pada RT atau RW, begitupun sebaliknya RT atau RW haruslah taat pada sang Kuncen apabila berurusan dengan adapt istiadat dan kehidupan rohani penduduk Kampung Naga. Lembaga Pemerintahan Sistem kemasyarakatan disini lebih terfokus kepada sistem atau lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu : Lembaga Pemerintahan: RT RK / RW Kudus ( Kepala Dusun )
  • 25. Lembaga Adat: Kuncen dijabat oleh Bapak Ade Suherlin yang bertugas sebagai pemangku adat dan memimpin upacara adat dalam berziarah. Punduh dijabat oleh Bapak Ma’mun Lebe dijabat oleh Bapak Ateng yang bertugas mengurusi jenazah dari awal sampai akhir sesuai dengan syariat Islam. D. Sistem Bahasa Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan bahasa Sunda Asli, hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan. Adapula yang bisa berbahasa Indonesia itupun hanya digunakan apabila bercakap – cakap dengan wisatawan dari luar jawa barat. E. Sistem Pendidikan ( Ilmu Pengetahuan ) Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi itupun hanya minoritas. Kebanyakan pola pikirnya masih pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid atau aula. F. Sistem Kepercayaan ( Religi )
  • 26. Penduduk Kampung Naga Mengaku mayoritas adalah pemeluk agama islam, akan tetapi sebagaimana masyarakat adat lainnya mereka juga sangat taat memegang adat-istiadat dan kepercayaan nenek moyangnya. Menurut kepercayaan masyarakat Kampung Naga, dengan menjalankan adat- istiadat warisan nenek moyang berarti menghormati para leluhur atau karuhun. Segala sesuatu yang datangnya bukan dari ajaran karuhun Kampung Naga, dan sesuatu yang tidak dilakukan karuhunnya dianggap sesuatu yang tabu. Apabila hal-hal tersebut dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga berarti melanggar adat, tidak menghormati karuhun, hal ini pasti akan menimbulkan malapetaka Masyarakat Sanaga pun masih mempercayai akan takhayul mengenai adannya makhluk gaib yang mengisi tempat – tempat tertentu yang dianggap angker. Kepercayaan masyarakat Kampung Naga kepada mahluk halus masih dipegang kuat. Percaya adanya jurig cai, yaitu mahluk halus yang menempati air atau sungai terutama bagian sungai yang dalam (“leuwi”). Kemudian “ririwa” yaitu mahluk halus yang senang mengganggu atau menakut-nakuti manusia pada malam hari, ada pula yang disebut “kunti anak” yaitu mahluk halus yang berasal dari perempuan hamil yang meninggal dunia, ia suka mengganggu wanita yang sedang atau akan melahirkan. Sedangkan tempat-tempat yang dijadikan tempat tinggal mahluk halus tersebut oleh masyarakat Kampung Naga disebut sebagai tempat yang angker atausanget. Demikian juga tempat-tempat seperti makam Sembah Eyang Singaparna,Bumi ageung dan masjid merupakan tempat yang dipandang suci bagi masyarakat Kampung Naga Adapun upacara – upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Sanaga yang bertepatan dengan hari besar Islam yaitu : Bulan Muharam untuk menyambut datangnya Tahun Baru Hijriah Bulan Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
  • 27. Bulan Jumadil Akhir untuk memperingati pertengahan bulan Hijriah Bulan Nisfu Sya’ban untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan Bulan Syawal untuk menyambut datangnya Idul Fitri Bulan Zulhijah untuk menyambut datangnya Idul Adha G. Kesenian Di bidang kesenian masyarakat Kampung Naga mempunyai pantangan atau tabu mengadakan pertunjukan jenis kesenian dari luar Kampung Naga seperti wayang golek, dangdut, pencak silat, dan kesenian yang lain yang mempergunakan waditra goong. Sedangkan kesenian yang merupakan warisan leluhur masyarakat Kampung Naga adalah terbangan, angklung, beluk, dan rengkong. Kesenian beluk kini sudah jarang dilakukan, sedangkan kesenian rengkong sudah tidak dikenal lagi terutama oleh kalangan generasi muda. Terdapat tiga pasangan kesenian di Kampung Naga diantaranya : Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas biasanya ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta kemerdekaan RI. Alat ini terbuat dari kayu. Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu upacara pernikahan atau khitanan massal. Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal H. Sistem Bangunan /Arsitek Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Naga berbentuk segitiga semuanya beratap ijuk, dan menghadap ke arah kiblat, terdapat kurang lebih 113 bangunan dalam area 1,5 ha yang terdiri dari 110 rumah warga dan 1 tempat ibadah, selain itu juga terdapat balai pertemuan dan lumbung padi (Leuit) dan Bumi Ageung
  • 28. yang kesemua bahan bangunannya menggunakan bilik-bilik, kayu-kayu, dan lain- lain. Tidak menggunakan semen atau pasir. Semua bentuk, ukuran, alat dan bahan bangunan semuanya sama hal ini menunjukkan adanya keseimbangan dan keselarasan yang ada di daerah tersebut. Bentuk rumah masyarakat Kampung Naga harus panggung, bahan rumah dari bambu dan kayu. Atap rumah harus dari daun nipah, ijuk, atau alang-alang, lantai rumah harus terbuat dari bambu atau papan kayu. Rumah harus menghadap kesebelah utara atau ke sebelah selatan dengan memanjang kearah Barat-Timur. Dinding rumah dari bilik atau anyaman bambu dengan anyaman sasag. Rumah tidak boleh dicat, kecuali dikapur atau dimeni. Bahan rumah tidak boleh menggunakan tembok, walaupun mampu membuat rumah tembok atau gedung (gedong). Rumah tidak boleh dilengkapi dengan perabotan, misalnya kursi, meja, dan tempat tidur. Rumah tidak boleh mempunyai daun pintu di dua arah berlawanan. Karena menurut anggapan masyarakat Kampung Naga, rizki yang masuk kedalam rumah melaui pintu depan tidak akan keluar melalui pintu belakang. Untuk itu dalam memasang daun pintu, mereka selalu menghindari memasang daun pintu yang sejajar dalam satu garis lurus. I. Sistem Politik Dalam sistem politik di tekankan pada penyelesaian masalah di pimpin oleh ketua adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana hasi yang diperoleh adalah merupakan hasil mufakat yang demokratis dan terbuka. J. Sistem Hukum Seperti kebanyakan kampung adat lainnya, masyarakat Sanaga juga memiliki aturan hukum sendiri yang tak tertulis namun masyarakat sangat patuh akan keberadaan aturan tersebut. Kampung Naga memang memiliki Larangan namun tidak
  • 29. memiliki banyak aturan. Prinsip yang mereka anut adalah Larangan, Wasiat dan Akibat. Sistem hukum di kampung Naga hanya berlandaskan kepada kata pamali, yakni sesuatu ketentuan yang telah di tentukan oleh nenek moyang Kampung Naga yang tidak boleh di langgar. Sanksi untuk pelanggaran yang dilakukan tidaklah jelas, mungkin hanyalah berupa teguran, karena masyarakat Sanaga memegang prinsip bahwa siapa yang melakukan pelanggaran maka dia sendiri yang akan menerima akibatnya. Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya.
  • 30. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Gunung Galunggung tercatat pernah meletus pada tahun 1882 (VEI=5). Tanda-tanda awal letusan diketahui pada bulan Juli 1822, di mana air Cikunir menjadi keruh dan berlumpur. Hasil pemeriksaan kawah menunjukkan bahwa air keruh tersebut panas dan kadang muncul kolom asap dari dalam kawah. Kemudian pada tanggal 8 Oktober s.d. 12 Oktober, letusan menghasilkan hujan pasir kemerahan yang sangat panas, abu halus, awan panas, serta lahar. Aliran lahar bergerak ke arah tenggara mengikuti aliran-aliran sungai. Letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa, dengan kerusakan lahan ke arah timur dan selatan sejauh 40 km dari puncak gunung. Dengan pola pengaliran sungai yang beranekragam dari kawah hingga kaki gunung. Dan keberadaan Kampung Naga sebagai kajian geografi yang bersifat social budaya, selain menarik karena keunikan budaya masyarakatnya, namun juga ternyata dapat menjadi icon bagi masyarakat Kampung Naga khususnya dan bagi masyarakat Jawa Barat pada umumnya bahwa primitifitas atau adat istiadat asli peninggalan nenek moyang itu harusnya menjadi treadcenter dan suatu kebanggaan bagi kita yang mewarisinya karena bisa menjadi daya tarik bagi turis local maupun luar negeri untuk dijadikan bahan observasi. B. Saran Saran dari penulis, kita selaku bangsa Indoesia yang kaya akan sifat fisiknya maupun sosialnya hendaklah mempelajari tentang ilmu geografi khususnya yang bersifat fisik dan nonfisik, karena kedua sifat itu yang selalu kita pada setiap harinya. Factor fisik dan social tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari, maka
  • 31. selain kita dapat sekedar melihat-lihat, ada baiknya kita melihat-lihat sambil melakukan penelitian-penelitian ke sejumlah tempat bahwa yang terkandung di kedua sifat itu terdapat beribu-ribu ilmu untuk kita pelajari dan dipahami.
  • 32. DAFTAR PUSTAKA Program Studi Pendidikan Geografi. 2013. Pemantapan Materi Perkuliahan Mengkaji Gunungapi Galunggung dan Kampung Naga. Tasikmalaya. http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/216 http://aristastar21.wordpress.com/makalah-kebudayaan-masyarakat-kampung-naga-2/ Hasil dari catatan penulis. [Tersedia].