SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  36
BAB IV
              TEGANGAN, REGANGAN DAN DEFLEKSI


4.1.   Tegangan

       Salah satu masalah fundamental dalam mechanical engineering adalah
menentukan pengaruh beban pada komponen mesin atau peralatan. Hal ini sangat
essensial dalam perancangan mesin karena tanpa diketahuinya intensitas gaya di dalam
elemen mesin, maka pemilihan dimensi, material, dan parameter lainnya tidak dapat
dilakukan. Intensitas gaya dalam pada suatu benda didefinisikan sebagai tegangan
         ht


(stress). Gambar 4.1 menunjukkan sebuah benda yang mendapat beban dalam bentuk
            tp


gaya-gaya. Untuk mengetahui intensitas gaya di dalam benda maka dapat dilakukan
              ://


dengan    membuat     potongan   imaginer   melalui   titik   O.   Untuk   menjaga   prinsip
                 ru


kesetimbangan, tentu pada penampang potongan imajiner tesebut terdapat gaya-gaya
dalam yang bekerja. Kalau penampang imaginer tersebut dibagi menjadi elemen-elemen
                            m


yang sangat kecil ∆A, maka pada masing masing ∆A tersebut akan bekerja gaya dalam
                             ah


sebesar ∆F.
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                  r.o
                                                                   rg




         Gambar 4.1 Konsep intensitas gaya dalam sebuah benda yang mendapat beban




                                            4-1
Definisikan vektor tegangan (Stress vector)


                                       ΔP dF
                             T = lim      ≈                                     (4.1)
                                 ΔA →0 ΔA   dA

Vektor tegangan ini adalah intensitas gaya pada seluruh penampang dan arahnya tidak
harus sama antara satu dengan yang lain. Dari definisi ini jelas bahwa tegangan pada
suatu elemen mesin terjadi karena adanya beban yang bekerja pada elemen tersebut.



4.2.   Pengaruh Beban Terhadap Kondisi Tegangan

       Dalam analisis elemen mesin masing-masing jenis beban perlu dipelajari
        ht


pengaruhnya terhadap tegangan, regangan, maupun deformasi yang ditimbulkan.
           tp


Berdasarkan lokasi dan metoda aplikasi beban serta arah pembebanan, beban dapat
diklasifikasikan menjadi : beban normal, beban geser, beban lentur, beban torsi, dan
             ://


beban kombinasi. Pengaruh jenis-jenis pembebanan tersebut terhadap tegangan,
                ru


regangan maupun defleksi elemen mesin dapat ditentukan secara analitik untuk
                            m


komponen yang sederhana. Sedangkan untuk komponen yang kompleks, dapat
digunakan metoda numerik maupun metoda eksperimental.
                             ah
                               -b


4.2.1. Kasus I : Beban uniaksial
                                 el


       Pembebanan uniaksial pada suatu elemen mesin sering terjadi pada suatu elemen
                                    aj


mesin seperti ditunjukkan pada gambar 4.2. Tegangan yang terjadi pada elemen yang
                                       a


mendapat beban uniaksial adalah tegangan normal yang arahnya selalu tegak lurus
                                                     r.o


penampang. Distribusi tegangan normal akibat ganya uniaksial dapat diasumsikan
                                                            rg


terdistribusi secara seragam. Formula sederhana untuk menghitung tegangan normal
akibat beban uniaksial adalah


                                         P
                                    σ=                                          (4.2)
                                         A

dengan P = beban uniaksial dan A = luas penampang tegak lurus arah beban




                                              4-2
ht
           tp
             ://
                ru
                            m


                Gambar 4.2 Distribusi tegangan normal akibat beban uniaksial
                             ah
                               -b


Untuk kondisi elastis linear, karakteristik beban dan deformasi pada beberapa jenis
material ditunjukkan pada gambar 4.3.
                                 el
                                    aj
                                       a                   r.o
                                                                  rg



               Gambar 4.3 Karakteristik beban – deformasi benda elastis linear



Dari definisi tegangan dan regangan maka hubungan tegangan regangan elemen yang
mengalami beban uniaksial dapat diformulasikan menjadi Hukum Hooke satu dimensi.


                                                  δ                              (4.3)
                             σ = Eε ;       ε=
                                                  L




                                            4-3
Perpindahan yang terjadi pada elemen yang mengalami beban uniaksial
diilustrasikan pada gambar 4.4. Formulasi untuk menghitung perpindahan dapat dilakukan
dari definisi deformasi δ = u B − u A dan dengan menggunakan hukum Hooke, maka

dapat diturunkan bahwa


                                                 FL                                 (4.4)
                            δ = (u B − u A ) =
                                                 AE
        ht
           tp
             ://
                ru
                           m
                            ah


       Gambar 4.4 Gaya dan perpindahan pada elemen yang mengalami beban uniaksial
                              -b
                                el


Studi Kasus 1:
                                   aj


Pada gambar E.1, batang rigid DHC digantung
                                      a


pada kawat elastis AD dan BC (modulus
                                                       r.o


elastisitas E, dimensi pada gambar). Beban P
bekerja pada H. Berapa jarak x supaya batang
                                                              rg


rigid tetap horisontal? (Abaikan massa batang
rigid dan kawat)



                     Gambar E.1 Contoh soal 1




                                            4-4
Penyelesaian

Diagram benda bebas :



          Gambar E.2 Diagram benda bebas
        ht


                        ∑ Fy = 0 ⇔         FAD + F BC= P                 a
           tp


                      ∑ HH = 0 ⇔        F BC (L − x ) = xF AD            b
             ://
                ru


Langkah selanjutnya adalah mencari deformasi pada C dan D (uC dan uD).
                           m


                         ⎛ FL ⎞                     ⎛ FL ⎞
                    uC = ⎜    ⎟      dan       uD = ⎜    ⎟
                            ah


                                                                         c
                         ⎝ AE ⎠ BC                  ⎝ AE ⎠ AD
                              -b


Supaya batang rigid tetap horisontal, maka
                                el


                                     uC=uD.                              d
                                   aj


Dari persamaan a dan b dan ABC=4AAD, didapat :
                                      a                        r.o


                     FAD L 1   F L
                             = BC 1        ⇔    FBC = 4FAD               e
                                                                rg


                     A AD E 4A AD E

Dari persamaan b dan e :

                         x    F                          4
                             = BC = 4 ⇔             x=     L             f
                        L - x FAD                        5




                                              4-5
4.2.2. Kasus II : Beban torsi

       Beban torsi akan menimbulkan efek “puntiran” atau deformasi sudut (angular
deformation) seperti ditunjukkan pada gambar 4.5. Poros adalah salah satu contoh
elemen mesin yang mengalami beban puntir. Tegangan yang terjadi akibat beban torsi
adalah tegangan geser dengan distribusi yang bervariasi linear dari titik tengah
penampang ke permukaan.

       Tegangan geser yang terjadi pada suatu elemen poros pada jarak r dari sumbu
dan diakibatkan adanya torsi T, diformulasikan sebagai berikut :


                                           Tr                                            (4.5)
                                      τ=
                                           J
         ht


       J adalah momen inersia polar, besarnya tergantung pada dimensi dan bentuk
            tp


penampang. Nilai J untuk berbagai macam penampang bisa dilihat pada tabel 4.1.
              ://
                 ru
                             m
                              ah
                                -b
                                  el
                                     aj
                                        a                   r.o
                                                                   rg



 Gambar 4.5 Poros penampang lingkaran dengan panjang L dan jari-jari a, diputar dengan torsi T




       Elemen yang diberi beban torsi akan mengalami tegangan geser sebesar τ yang
akan mengakibatkan terjadinya regangan geser sebesar γ, hubungannya seperti pada
formulasi Hukum Hooke untuk tegangan geser berikut :


                                      τ = Gγ                                             (4.6)




                                                4-6
E
dengan G=modulus geser, G =
                              2(1 + υ )

      Deformasi sudut yang diakibatkan adanya torsi bisa dilihat pada gambar 4.6.
Besarnya adalah :


                                            TL
                          Φ = ΦB − ΦA =                                     (4.7)
                                            GJ




                              Tabel 4.1 Sifat penampang
        ht
           tp
             ://
                ru
                         m
                          ah
                            -b
                              el
                                 aj
                                    a                 r.o
                                                          rg




                                          4-7
ht
            tp
              ://
                 ru
                             m


             Gambar 4.6 Sebuah poros dengan panjang L yang diberi beban torsi T
                              ah
                                -b


Studi Kasus 2:
                                  el


Momen torsi bekerja pada poros 2
                                     aj


segmen, segmen AB dan BC seperti
                                        a


pada      gambar.      Masing-masing
                                                           r.o


segmen berbeda material dan momen
inersia polar. Tentukan :
                                                                 rg


                                                   Gambar E.3 Contoh soal 2


a.     momen puntir masing-masing segmen,

b.     deformasi sudut karena beban torsi,



Penyelesaian

Diagram benda bebas :




                                             4-8
ht


                              Gambar E.4 Diagram benda bebas
           tp


Pada bagian B :
             ://


                                   T AB = TBC + T
                ru


                                                                                 a
                              m


Dari diagram benda bebas sebelah kanan :
                               ah


                                   ⎛ GJ ⎞
                             TAB = ⎜ ⎟ (Φ B − Φ A )                              b
                                 -b


                                   ⎝ L ⎠ AB
                                   el


                                   ⎛ GJ ⎞
                             TBC = ⎜ ⎟ (Φ C − Φ B )                              c
                                      aj


                                   ⎝ L ⎠ BC
                                         a


Karena poros fix di A dan C, maka :
                                                                 r.o


                                    Φ A = ΦC = 0
                                                                        rg


                                                                                 d

Dari persamaan a, b, c dan d, didapat :


                                               T
                             ΦB =
                                    (GJ L) + (GJ L)
                                          AB             BC
                                                                                 e


Dari b, c, dan e didapat momen torsi tiap segmen :


                        ( L)
                      T GJ                                     ( L)
                                                              - T GJ
         TAB =                           dan TBC =
                  (GJ L) + (GJ L)                        (GJ L) + (GJ L)
                              AB                                       AB
                                                                                 f
                       AB           BC                         AB           BC




                                                   4-9
Tanda minus pada TBC menandakan bahwa arahnya terbalik dari gambar diagram benda
bebas.



4.2.3. Kasus III : Beban bending

         Contoh sederhana pembebanan bending pada beam ditunjukkan pada gambar
4.7. Tegangan yang terjadi pada pembebanan momen bending M yang diakibatkan oleh
beban P adalah tegangan normal dan tegangan geser. Besarnya tegangan normal yang
terjadi bervariasi semakin membesar menjauhi sumbu netral dan besarnya adalah:


                                          My
                                   σx =                                            (4.8)
                                          Iz
          ht
             tp


y adalah jarak titik yang ditinjau dari sumbu netral, I adalah momen inersia, sedangkan A
adalah luas penampang melintang beam. Nilai I untuk berbagai macam penampang bisa
               ://


dilihat pada tabel 4.1.
                  ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                r.o
                                                               rg


                          Gambar 4.7 Beam dengan beban bending



         Tegangan normal dan tegangan geser akibat beban bending ditunjukkan pada
gambar 4.8. Beban bending mengakibatkan terjadinya regangan seperti pada gambar
4.9. Besar regangan pada elemen beam berjarak y dari sumbu netral adalah :




                                           4-10
Gambar 4.8 Beam dengan beban bending
        ht
           tp


                                                                 My
                                                        εx = −             (4.9)
             ://


                                                                 EI z
                ru
                           m


Gambar 4.9 Regangan yang terjadi pada beam
                            ah
                              -b


4.2.4. Kasus IV : Beban geser
                                el


       Beban geser akan menimbulkan tegangan geser pada bidang yang sejajar dengan
                                   aj


arah bekerjanya beban. Beban geser bisa ditemui pada elemen mesin paku keling seperti
pada gambar 4.10. Diasumsikan beban geser terdistribusi merata pada bidang kerja,
                                      a                r.o


sehingga tegangan yang terjadi pada bidang itu nilainya seragam:
                                                                 rg




                                                        Gambar 4.10 Paku keling yang
                                                        dibebani dengan beban geser




                                         4-11
Tegangan geser yang diakibatkan adanya beban P pada sebuah paku keling
dengan luas penampang A, diformulasikan sebagai berikut :


                                          P
                                     τ=    2= P                         (4.10)
                                          A   2A




       Khusus pada pembebanan transversal pada beam, seperti pada gambar 4.11,
akan terjadi kombinasi tegangan bending dan tegangan geser.
        ht


                    Gambar 4.11 Pembebanan pada beam
           tp
             ://
                ru
                            m
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                       r.o


                                    Gambar 4.12 Segmen beam
                                                                rg


       Dari gambar 4.12 di atas, besarnya tegangan geser dihitung :


                    Fxy = F2x -F1x
                                c
                                     (M + dM ) y dA − c My dA
                     τ b dx =   ∫
                                y1
                                          I           ∫
                                                      y1
                                                           I            (4.11)
                                     c
                          dM 1
                     τ=         ∫ ydA
                          dx Ib y1


dengan b adalah tebal penampang. dM/dy adalah gaya geser pada setiap titik, V,
sehingga :


                                               4-12
c
                                           V
                                 τ xy =       ∫ ydA
                                           Ib y1
                                                                                     (4.12)


             c
dengan Q =   ∫ ydA , maka
             y1




                                                VQ
                                       τ xy =                                        (4.13)
                                                Ib

       Untuk beam dengan penampang persegi panjang :


                                             b ⎛ h2 2⎞
                            c         c
                       Q=   ∫1 ydA =b ∫ ydy = ⎜ − y1 ⎟
         ht


                                               ⎜ 4   ⎟                               (4.14)
                            y         y1
                                             2⎝      ⎠
            tp


Sehingga :
              ://
                 ru


                                       V ⎛ h2      ⎞
                                τ=        ⎜ − y1 2 ⎟
                                          ⎜ 4      ⎟                                 (4.15)
                                       2I ⎝        ⎠
                                m
                                 ah


Tegangan geser bervariasi seperti pada gambar 4.13. Pada y1=h/2, τ=0. Pada y1=0,
τmax=Vh2/8I. Untuk penampang persegi panjang, I=bh3/12, sehingga :
                                   -b
                                     el


                                                3V
                                     τ max =                                         (4.16)
                                        aj


                                                2A
                                           a               r.o
                                                                rg



                          Gambar 4.13 Distribusi tegangan geser pada beam persegi panjang




Studi Kasus 3:

Geometry “brake lever” sepeda diberikan pada gambar E.5. Rata-rata tangan manusia
dapat menimbulkan gaya cengkeram sekitar 267 N. Tangan yang sangat kuat dapat
memberikan gaya cengkeram sekitar 712 N. Diameter pin pivot 8 mm. Hitung tegangan
pada posisi kritis pada brake lever.




                                                    4-13
Gambar E.5 Contoh soal 3
         ht


Idealisasi :
            tp


      Kegagalan terjadi pada 2 lubang pin dan pada pangkal kantilever (brake lever)
      Penampang berebentuk lingkaran
              ://


Analisis :
                 ru


a.    Handle dimodelkan sebagai batang kantilever dengan diameter 14.3 mm, seperti
                            m


      pada gambar:
                             ah
                               -b
                                 el
                                    aj
                                       a                 r.o
                                                                rg


                     a                                              b

                     Gambar E.6 Model handle sebagai batang kantilever



      Dari studi kasus 3, bab 3, didapat R1=712 dan M1=54.6 Nm.

b.    Buat DBB brake lever (Asumsi berat dan konsentrasi tegangan diabaikan)




                                           4-14
Gambar E.7 Diagram benda bebas

     Tegangan tarik bending pada pangkal kantilever akan maksimal pada sisi paling
        ht


     luar (titik P), nilainya :
           tp
             ://


                                     ⎛ 0.0143 ⎞
                            54.6 Nm ⎜         ⎟m
                       My            ⎝ 2 ⎠ = 190 MPa
                ru


                  σx =    =                                                          a
                       Iz      π (0.0143)4 4
                                           m
                                  m


                                    64
                                   ah


c.   Dihitung tegangan geser :

                                     4 (712) N
                                     -b


                                4V
                       τ xy =      =               = 6 MPa
                                3A 3π (14.3)2                                        b
                                       el


                                                 2
                                              mm
                                        4
                                          aj
                                             a


     Tegangan geser maksimal terjadi pada sumbu netral (titik Q). Tegangan utama
                                                             r.o


     pada sisi luar bagian atas σ1=σx=190 MPa, σ2=σ3=0, sehingga dari lingkaran Mohr :
     τmax=95 MPa.
                                                                   rg




                                                      Gambar E.8 Lingkaran Mohr

d.   Dilakukan juga pengecekan pada lokasi lain yang memungkinkan terjadinya
     kegagalan, yaitu pada dua lubang pin. Material di antara 2 lubang harus di dicek
     terhadap 3 mode kegagalan, yaitu tegangan bearing, tegangan geser langsung dan
     tearout.


                                               4-15
e.   Tegangan bearing yang terjadi adalah tekan, bekerja pada area proyeksi lubang.

              Abearing = dia × ketebalan = 8 × (2 × 6.4 ) = 102 mm 2                  c


                                     F12       2993
                     σ bearing =             =      = 30 MPa                          d
                                    Abearing   102

f.   Kegagalan tearout bisa dilihat pada gambar :




     Pada kasus ini, kegagalan terjadi pada area dengan ketebalan 4(6.4) mm dengan
     lebar 7.1 mm.
       ht


            Atearout = lebar × ketebalan = 7.1 × (4 × 6.4) = 181 mm 2                 e
          tp


                                     F12       2993
                      τ tearout =            =      = 17 MPa                          f
            ://


                                    Atearout   181
               ru
                             m


g.   Tegangan bearing dan tearout yang terjadi kecil.
h.   Kegagalan yang terjadi karena beban kabel adalah pada bagian C pada gambar
                              ah


     E.7, Bagian ini dimodelkan sebagai batang kantilever dengan lebar penampang (25-
                                -b


     5)/2=10 mm dan lebar 5 mm (konservatif tanpa mempertimbangkan adanya
     kenaikan lebar karena adanya jari-jari lubang). Lengan momen diasumsikan sama
                                  el


     dengan jari-jari pin, 4 mm. Gaya yang bekerja pada setengah lebarnya adalah
                                     aj


     setengah gaya total. Tegangan bending yang terjadi sebesar :
                                        a                      r.o


                               2858 ⎛ 5 ⎞
                                    ⎜ ⎟4
                          My    2 ⎝2⎠
                     σx =    =            = 137 MPa                                   g
                                                                       rg


                                 10(5)
                                      3
                          Iz
                                   12

     Tegangan geser karena pembebanan transversal pada sumbu netral :


                                3V 3 (2858)
                       τ xy =      =          = 76 MPa                                h
                                2A   2(10)(5)




                                               4-16
4.3.     Tensor Tegangan 3D

         Vektor tegangan T yang bekerja pada bidang potongan imajiner dapat diuraikan
sebagai berikut :


          ht                T = σ x i + τ xy j + τ xz k                        (4.17)

             tp
               ://
                  ru
                            m


                     Gambar 4.14 Komponen tegangan pada bidang x-y
                             ah


Komponen tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap bidang disebut tegangan
                               -b


normal, sedangkan komponen yang bekerja dalam arah bidang kerja disebut tegangan
                                 el


geser.
                                    aj


         Jika potongan imajiner dilakukan untuk bidang-bidang yang lain maka akan
                                       a


didapatkan elemen tegangan 3 dimensi seperti ditunjukkan pada gambar 4.15.
                                                          r.o


Komponen-komponen tegangan yang lengkap untuk tiga dimensi adalah merupakan
tensor orde 2. Tensor tegangan untuk elemen tiga dimensi dapat dituliskan dalam bentuk
                                                             rg


matrik pada persamaan 4.18.




                                             4-17
⎡σx      τ xy   τ xz ⎤
                                                                  ⎢                    ⎥
                                                           σ ij = ⎢ τ yx   σy     τ yz ⎥   (4.18)
                                                                  ⎢ τ zx   τ zy   σz ⎥
                                                                  ⎣                    ⎦




       Gambar 4.15 Komponen tegangan tiga dimensi
         ht


       Subskrip untuk tegangan normal adalah menandakan arah tegangan. Sedangkan
            tp


untuk tegangan geser subskrip pertama menandakan bidang kerja tegangan, dan
subskrip kedua menandakan arah tegangan. Konvensi tanda untuk tegangan adalah
              ://


sebagai berikut :
                 ru


   Tegangan normal berhaga positif jika arahnya keluar dari bidang (tarik), dan berharga
                              m


   negatif untuk sebaliknya
                               ah


   Tegangan geser berharga positif jika :
                                 -b


           o   Pada bidang positif searah sumbu positif
                                   el


           o   Pada bidang negatif searah sumbu negatif.
                                      aj
                                         a                r.o


4.4.   Tegangan Bidang (Plane Stress)

       Umumnya elemen mesin mengalami kondisi tegangan tiga dimensi, tetapi untuk
                                                                  rg


beberapa kasus terdapat elemen yang bisa diidealisasikan dengan kondisi tegangan
dalam bidang dua dimensi. Untuk kondisi plane stress ini, semua tegangan tegak lurus
bidang berharga nol (σz = τxz = τyz = 0). Contohnya adalah elemen pelat yang mendapat
beban pada bidang pelat sendiri, tegangan pada elemen tipis seperti straingage, dll.
Untuk tegangan bidang x-y, tensor tegangan dapat disederhanakan menjadi


                                      ⎡σx      τ xy ⎤
                               σ ij = ⎢
                                               σy ⎥
                                                                                           (4.19)
                                      ⎣ τ yx        ⎦




                                               4-18
Gambar 4.16 Elemen tegangan bidang (plane stress x-y)




4.5.   Tegangan Utama
        ht


       Untuk menentukan kekuatan suatu elemen mesin maka diketahui tegangan
           tp


maksimum yang terjadi pada elemen tersebut. Nilai atau besar suatu tegangan pada
             ://


elemen tegangan sangat tergantung pada orientasi dari sistem koordinat. Pada suatu
                ru


orientasi tertentu terdapat kondisi dimana tegangan normal berharga maksimum dan
                                m
                                 ah
                                   -b
                                     el
                                        aj
                                           a              r.o
                                                                   rg


                                                                Gambar 4.17 Tegangan utama
                                                                tiga dimensi




semua tegangan geser berharga nol. Kondisi ini disebut dengan Principal stress atau
tegangan utama. Nilai tegangan utama dan orientasinya dapat ditentukan dari
persamaan karakteristik berikut :


                   ⎡σ x − σ p      τ xy     τ xz ⎤ ⎧n x ⎫
                   ⎢                               ⎥⎪ ⎪
                   ⎢ τ yx       σ y −σ p    τ yz ⎥ ⎨n y ⎬ = 0                        (4.20)
                   ⎢ τ zx
                   ⎣               τ zy  σ y − σ p ⎥ ⎪n z ⎪
                                                   ⎦⎩ ⎭



                                            4-19
dimana nx, ny, nz adalah arah cosinus vektor n (normal terhadap principal plane). Supaya
persamaan (4.20) memiliki solusi maka determinant matrik koefisien haruslah bernilai nol.
Dengan demikian maka nilai tegangan utama dapat dihitung dari akar persamaan pangkat
tiga berikut

                                           3           2           1
                                         σ p − I1σ p + I 2 σ p − I3 = 0                                             (4.21)


dengan

         1   = σx + σy + σz
                                                       2       2          2
         I 2 = σ x σ y + σ x σ z + σ y σ z − τ xy − τ xz − τ yz
             ht


               σx        τ xy    τ xz
                tp


         I 3 = τ xy      σy      τ yz
                 τ xz    τ yz    σz
                  ://
                     ru
                                          m


Setelah nilai tegangan utama didapatkan (σp1, σp2, σp3) maka arah orientasi tegangan
utama (nx, ny, nz) dapat dihitung dengan memasukkan nilai tegangan utama ke
                                           ah


persamaan (4.20). Arah ketiga tegangan utama pasti saling tegak lurus.
                                             -b


        Tegangan geser maksimum atau sering disebut “tegangan utama geser” dapat
                                               el


dihitung dengan menggunakan persamaan
                                                  aj


                            σ1 − σ 3                        σ 2 − σ1                    σ3 − σ2
                                                     a


                   τ13 =                           τ 21 =                      τ 32 =                               (4.22)
                                                                                        r.o


                                  2                            2                           2

Perlu dicatat bahwa pada saat tegangan geser bernilai maksimum, tegangan normal
                                                                                               rg


belum tentu bernilai nol. Orientasi tegangan geser maksimum adalah 450 terhadap arah
tegangan utama.

        Untuk           kasus      tegangan            bidang          (2D),       persamaan      (4.21)   diatas   dapat
disederhanakan menjadi


                                                                               2
                                         σx + σy         ⎛ σx − σy            ⎞                                     (4.23)
                                σ1,2 =                 ± ⎜
                                                         ⎜                    ⎟ + τ xy 2
                                                                              ⎟
                                               2         ⎝    2               ⎠

dan orientasi tegangan utama adalah




                                                                   4-20
1        ⎛ 2τ xy     ⎞
                              θp =        tan −1 ⎜           ⎟                    (4.24)
                                        2        ⎜σ +σ       ⎟
                                                 ⎝ x     y   ⎠




                           Gambar 4.18 Tegangan utama dua dimensi
         ht
            tp


Sedangkan tegangan geser maksimum untuk kasus dua dimensi juga dapat
              ://


disederhanakan menjadi :
                 ru


                                    2
                       ⎛ σx − σy   ⎞                     1        ⎛ σx − σy   ⎞
                     = ⎜           ⎟ + τ xy 2              tan −1 ⎜ −         ⎟
                              m


             τ max     ⎜           ⎟              θs =                            (4.25)
                            2                            2        ⎜   2τ xy   ⎟
                       ⎝           ⎠                              ⎝           ⎠
                               ah
                                 -b


4.6.   Lingkaran Mohr
                                   el


       Untuk memberikan gambaran kondisi tegangan pada berbagai arah dalam bentuk
                                      aj


grafis, Otto Mohr (1914) memperkenalkan Mohr’s Circle. Lingkaran Mohr ini sangat
                                         a


reperestatif untuk kondisi tegangan dua dimensi. Sedangkan untuk kasus tiga dimensi,
                                                                   r.o


lingkaran Mohr cukup kompleks kecuali untuk kasus-kasus tertentu seperti misalnya saat
salah satu tegangan utama berhimpit dengan salah satu sumbu koordinat.
                                                                          rg


       Langkah-langkah untuk menggambar Lingkaran Mohr (lihat gambar 4.19) adalah
sebagai berikut :




                                                  4-21
ht
           tp
             ://
                ru


       Gambar 4.19 Konstruksi Lingkaran Mohr dan hubungannya dengan state of stress
                            m


1. Hitung kondisi tegangan dua dimensi untuk mendapatkan nilai σx, σy, τxy
                             ah


2. Buat sumbu datar σ dan sumbu vertikal τ

                                    ⎛ σx + σy ⎞
                               -b


3. Buat titik pusat lingkaran Mohr ⎜
                                    ⎜        ,0 ⎟
                                                ⎟
                                    ⎝    2      ⎠
                                 el


4. Buat dua titik yang saling berlawanan yaitu (σx, -τxy) dan (σy, τxy). Lingkaran dapat
                                    aj


   digambar dengan titik pusat pada step 2
                                       a                 r.o


5. Radius lingkaran dapat dihitung dengan persamaan
                                             2
                              ⎛ σx − σy ⎞
                                                                rg


                           r= ⎜
                              ⎜
                                        ⎟ + τ2                                        (4.26)
                              ⎝    2 ⎟  ⎠
                                             xy



6. Tegangan utama terletak pada posisi garis lingkaran memotong sumbu σ (σ1, σ2)
7. Tegangan geser maksimum sama dengan radius lingkaran
8. Sudut orientasi tegangan utama adalah = setengah dari sudut yang dibentuk oleh
   garis yang menghubungkan titik (σx, -τxy) dan (σy, τxy) dengan sumbu datar
9. Untuk mendapatkan nilai tegangan pada arah tertentu (φ) : gambar busur 2φ dari garis
   yang menghubungkan titik (σx, -τxy) dan (σy, τxy).




                                            4-22
4.7.   Konsentrasi Tegangan

       Adanya diskontinuitas geometri pada elemen mesin seperti lubang, fillet, notch,
inclusi dan lain-lain akan menaikkan nilai tegangan yang terjadi disekitar diskontinuitas
tersebut. Gambar 4.20 menunjukkan distribusi tegangan disekitar pelat yang berlubang
dan diberi beban tarik. Diskontinuitas ini sering disebut stress raiser dan kenaikan nilai
tegangan ini diberi istilah stress concentration (konsentrasi tegangan). Parameter yang
digunakan untuk merepresentasikan konsentrasi tegangan adalah Faktor Konsentrasi
Tegangan (Kc) dengan definisi :

                            Tegangan maksimum yang terjadi
                     Kc =                                                                 (4.27)
                                  Tegangan nominal
         ht
            tp


Nilai tegangan maksimum yang terjadi pada bagian diskontinuitas sangat sulit untuk
dihitung secara analitik. Metoda yang umum untuk analisis tegangan pada stress raiser
              ://


adalah metoda numerik (Finite Element method, Boundary Element Method), dan metoda
                 ru


ekperimental seperti photoelastic, straingage dan lain-lain.
                             m
                              ah
                                -b


                                                               Gambar 4.20 Distribusi
                                  el


                                                               Tegangan disekitar pelat
                                     aj


                                                               berlubang yang mendapat beban
                                        a


                                                               tarik
                                                          r.o
                                                                       rg



       Untuk memudahkan penggunaan aspek kosentrasi tegangan oleh para engineer
dalam perancangan elemen mesin, faktor konsentrasi tegangan telah dibuat dalam
bentuk grafik. Grafik konsentrasi tegangan pertama dibuat              oleh Peterson (1951).
Parameter-parameter geometri dibuat dalam varibel non dimensional. Beberapa grafik
faktor konsentrasi tegangan yang umum digunakan dalam perancangan elemen mesin
untuk berbagai pembebanan ditunjukkan pada gambar 4.21-4.24.




                                            4-23
ht
   tp
     ://
        ru
               m
                ah
                  -b
                    el
                       aj
                          a                 r.o
                                                   rg




  Gambar 4.21 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat berlubang




                              4-24
ht
   tp
     ://
        ru
                m
                 ah
                   -b
                     el
                        aj
                           a                   r.o
                                                      rg




  Gambar 4.22 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat dengan fillet




                                4-25
ht
   tp
     ://
        ru
              m
               ah
                 -b
                   el
                      aj
                         a                  r.o
                                                   rg




  Gambar 4.23 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat beralur



                             4-26
rg
                     ar.o
                  aj
               el
             -b
           ah




                              4-27
          m
        ru
     ://
   tp
ht
ht
               tp
                 ://
                    ru
                              m
                               ah
                                 -b


                Gambar 4.24 Faktor konsentrasi tegangan pada fillet untuk poros
                                   el
                                      aj


Studi Kasus 4:
                                         a                    r.o


Plat datar terbuat dari material britle, tinggi mayor H=4.5 in., tinggi minor h=2.5 in., Jari-jari
fillet r=0.5 in. Tentukan Faktor konsentrasi tegangan dan tegangan maksimal untuk
                                                                     rg


kondisi :

a.    Pembebanan aksial,
b.    Bending murni,
c.    Pembebanan aksial dengan jari-jari fillet dirubah menjadi 0.25 in.


Analisis :
a.    Pembebanan aksial

                               H 4.5                 r 0.5
                                =    = 1.8            =    = 0.2
                               h 2.5                 h 2.5

      Dari gambar 4.22-a, Kc=1.8. Dari persamaan 4.27, Tegangan maksimalnya adalah :



                                              4-28
⎛P⎞          1.8 P
                                      σ max = 1.8⎜ ⎟ =
                                                ⎝ A⎠          bh


b.     Bending murni. Dari gambar 4.22-b, Kc=1.5. Tegangan maksimalnya adalah :

                                                    6M 9M
                                      σ max = 1.5       =
                                                    bh 2 bh 2


c.     Pembebanan aksial dengan jari-jari fillet dirubah menjadi 0.25 in.

                                           r 0.25
                                            =     = 0.1
                                           h 2.5
          ht


       Dari gambar 4.22-a, Kc=2.2. Dari persamaan 4.27, Tegangan maksimalnya adalah :
             tp


                                                     2.2 P
               ://


                                           σ max =
                                                      bh
                  ru


Bisa dilihat, dengan mengurangi jari-jari fillet menjadi setengahnya, akan menaikkan
                              m


tegangan maksimal satu stengah kalinya.
                               ah


4.8.    Regangan Elastis
                                 -b


        Benda elastis yang mendapat beban-beban luar seperti ditunjukkan pada gambar
                                   el


4.1 akan mengalami deformasi. Nilai           deformasi dibagi dengan dimensi awal benda
                                      aj


sebelum dibebani didefinisikan sebagai Regangan (strain). Parameter regangan sangat
                                         a


penting dalam dunia teknik karena dapat diukur langsung dalam eksperimen. Sedangkan
                                                                     r.o


tegangan adalah paremeter yang tidak dapat diukur secara langsung dari eksperimen.
Dengan menggunakan hubungan tegangan-regangan selanjutnya akan dapat ditentukan
                                                                           rg


tegangan yang terjadi pada komponen mesin.

        Jika sebuah benda isotropik dan elastis linear seperti ditunjukkan pada gambar
4.25 diberikan beban tarik dalam arah sumbu x (uniaksial), maka benda tersebut akan
mengalami deformasi dalam arah x (memanjang) dan arah y, z (memendek). Jadi
regangan normal dapat didefinisikan sebagai


                                      dx                     dy                  dz
                         ε x = Lim           ε y = Lim               ε z = Lim        (4.28)
                               x →0    x             y →0     y           z →0    z




                                               4-29
Gambar      4.25     Ilustrasi
                                                                regangan untuk benda yang
                                                                mengalami    beban       tarik
                                                                uniaksial
        ht
           tp


       Jika benda isotropik pada gambar 4.25 diberi beban geser murni dalam pada
             ://


bidang y dalam arah x, maka benda tersebut hanya akan mengalami deformasi geser
                ru


seperti ditunjukkan pada gambar 4.26. Dari deformasi geser tersebut didefinisikan
                           m


regangan geser atau shear strain
                            ah


                                               dx
                                 γ xy = Lim       = tan θ ≈ θ                        (4.29)
                              -b


                                        y →0    y
                                el


Dengan cara yang sama, regangan γxz dan γyz dapat ditentukan dengan memberikan
                                   aj


beban geser murni dalam arah y dan z.
                                      a                   r.o
                                                                rg




                                         Gambar 4.26 Ilustrasi regangan untuk benda yang
                                         mengalami regangan geser murni

       Dari definisi di atas, jelaslah bahwa strain adalah tensor orde dua sehingga dapat
dituliskan dalam bentuk




                                          4-30
⎡ε xx     γ xy    γ xz ⎤
                                      ⎢                      ⎥
                               ε ij = ⎢ γ yx    ε yy    γ yz ⎥                            (4.30)
                                      ⎢ γ zx    γ zy    ε zz ⎥
                                      ⎣                      ⎦

dengan menggunakan prinsip kesetimbangan selanjutnya dapat dibuktikan bahwa γxz =
γzx dan γyz = γzy sehingga tensor regangan untuk 3 dimensi juga memiliki 6 komponen.
Untuk kasus regangan 2 dimensi yang juga disebut regangan bidang (plain strain),
elemen regangan ditunjukkan pada gambar 4.27. Tensor regangan dapat disederhanakan
menjadi
          ht


                                                                        ⎡ε xx    γ xy ⎤
             tp


                                                                 ε ij = ⎢
                                                                                 ε yy ⎥
                                                                                          (4.31)
                                                                        ⎣ γ yx        ⎦
               ://
                  ru
                            m


   Gambar 4.27 Elemen regangan 2D
                             ah


Nilai regangan maksimum serta arahnya untuk suatu elemen regangan dapat dicari
                               -b


dengan menggunakan lingakaran Mohr seperti pada analisis tegangan.
                                 el
                                    aj


4.9.   Hubungan Tegangan-Regangan
                                       a                           r.o


       Hubungan antara tegangan dan regangan untuk benda elastis linear pertama kali
diusulkan oleh Hooke, sehingga sering disebut dengan hukum Hooke. Untuk kasus
                                                                            rg


regangan bidang hukum Hooke dapat dituliskan


                                                                 τ xy
                  εx =
                         1
                         E
                           [
                           σ x − ν( σ y + σ z )   ]    γ xy =
                                                                  G

                  εy =
                         1
                         E
                           [
                           σ y − ν( σ x + σ z )   ]    γ xz =
                                                                 τ xz
                                                                  G
                                                                                          (4.32)


                                                                 τ yz
                  εz =
                         1
                         E
                           [
                           σ z − ν( σ x + σ y )   ]    γ yz =
                                                                 G




                                               4-31
dengan E adalah modulus elastisitas dan G adalah modulus geser. Hubungan modulus
geser dan modulus elastisitas adalah

                                           E
                                   G=                                              (4.33)
                                        2(1 + ν )
       Dalam analisis eksperimental, parameter yang dapat diukur adalah regangan.
Regangan biasanya diukur dengan straingage. Dengan demikian formula (4.32) perlu
diubah menjadi

                        σ x = 2Gε xx + λe     τ xy = Gγ xy

                         σ y = 2Gε yy + λe    τ xz = Gγ xz                         (4.34)

                         σ z = 2Gε zz + λe    τ yz = Gγ yz
        ht


dengan e adalah dilatasi dan λ konstanta Lame :
           tp
             ://


                              e = ε xx + ε yy + ε zz
                ru


                                          νE
                            m


                              λ=                                                   (4.35)
                                   (1 + ν )(1 − 2ν )
                             ah
                               -b


Soal-Soal Latihan
                                 el


1. Untuk kondisi tegangan dibawah ini, gambarlah diagram Mohr, tentukan tegangan
                                    aj


   utama normal dan geser, serta gambarkan elemen tegangan (satuan Mpa).
                                       a                     r.o


            ⎡12 4⎤                      ⎡16 4 ⎤                       ⎡ − 2 − 4⎤
   a. σ ij = ⎢   ⎥           b. σ ij = ⎢       ⎥             c. σ ij = ⎢       ⎥
            ⎣ 4 6⎦                      ⎣ 4 − 9⎦                      ⎣− 4 − 8⎦
                                                                  rg


2. Tentukanlah nilai dan arah tegangan utama untuk kondisi tegangan berikut (satuan
   Mpa). Untuk material baja (E = 210 Gpa, ν = 0,3) tentukanlah juga kondisi regangan
   dan regangan utama benda tersebut.

                        ⎡ 8 −4 3 ⎤
                 σ ij = ⎢− 4 12 2 ⎥
                        ⎢          ⎥
                        ⎢3
                        ⎣     2 − 6⎥
                                   ⎦




                                             4-32
3. Sebuah      hook    terbuat    dengan
   penampang dan geometri seperti
   ditunjukkan        pada        gambar.
   Tentukanlah nilai dan arah tegangan
   pada bagian dalam dan bagian luar
   penampang A-A jika beban F yang
   diberikan adalah 1000 lb. (asumsi
   tidak ada konsentrasi tegangan).
            ht


4. Papan loncat indah menggunakan konstruksi (a) overhang dan (b) cantilever seperti
   ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah tegangan utama yang maksimum pada
               tp


   konstruksi papan jika orang dengan berat 100 kg berdiri diujung papan. Diketahui
                 ://


   penampang papan adalah 305 mm x 32 mm, dan modulus elastisitas papan papan
                    ru


   adalah E = 10,3 Gpa. Berapakah defleksi maksimum papan ?
                              m
                               ah
                                 -b
                                   el
                                      aj


5. Sebuah poros mendapat beban
                                         a


   tarik,    torsi,   dan     beban
                                                     r.o


   melintang seperti pada gambar.
                                                           rg


   Tentukanlah          konsentrasi
   tegangan dan tegangan utama
   pada      bagian   poros      yang
   mengalami diskontinuitas.




                                            4-33
6. Sebuah “hand crank” mendapat beban
   statik seperti ditunjukkan pada gambar.
   Tentukanlah     lokasi   dimana      terjadi
   tegangan maksimum. Gambarkan elemen
   tegangan dan buat diagram Mohr. (asumsi
   tidak ada konsentrasi tegangan)
        ht
           tp
             ://


7. Sebuah pelat dengan dimensi seperti
                ru


   pada gambar mendapat beban momen
                            m


   M = 300 Nm dan gaya tarik P = 150 kN.
                             ah


   Tentukanlah kondisi tegangan pada
   bagian yang mengalami konsentrasi
                               -b


   tegangan.     Tentukan   juga     kondisi
                                 el


   regangan yang terjadi.
                                    aj


8. Tentukanlah    perpindahan      angular     dan
                                       a


   perpindahan linear pada elemen mesin
                                                     r.o


   berikut :
                                                          rg




9. Poros dibebani secara aksial seperti pada gambar. Pada segmen yang manakah rata-
   rata tegangan tekan sama dengan P/A? Pada segmen yang manakah tegangan tekan
   maksimal sama dengan P/A?




                                             4-34
10. Potongan AA sebuah crane hook dianggap berbentuk
   trapezoidal dengan dimensi seperti pada gambar.
   Tentukan resultan tegangan (bending dan tarik) pada
   titik P dan Q.
        ht
           tp
             ://


11. Poros ditumpu bearing pada
   lokasi A dan B dan dibebani
                ru


   dangan     gaya    ke   bawah
                            m


   sebesar 1000 N, seperti pada
                             ah


   gambar. Tentukan tegangan
   maksimal pada fillet poros.
                               -b


   Fillet berjarak 70 mm dari B.
                                 el


12. Gambar kondisi tegangan utama dan tegangan geser maksimal secara analitik dan
                                    aj


   cek hasilnya dengan menggunakan lingkaran Mohr, untuk :
                                       a


                      σx        σy        σz          τxy        τyz   τzx
                                                       r.o


         a            0       -1500       0          750          0     0
         b           750       500       250         500          0     0
                                                              rg


13. Clamping fixture digunakan untuk membebani sebuah batang
   hingga mencapai tegangan tarik        sebesar   30 kpsi    dan
   disambungkan pada hydrolic ram, dengan menggunakan
   sambungan clevis. Sambungan clevis seperti pada gambar.
   Tentukan diameter pin clevis untuk menahan beban yang
   terjadi. Asumsikan tegangan geser ijin dan tegangan normal ijin
   masing-masing sebesar 40000 psi. Tentukan pula diameter luar
   ujung clevis supaya tegangan tearout dan bearing yang terjadi
   tidak melebihi tegangan ijin jika tebal flens clevis masing-
   masing 0.8 in.




                                         4-35
14. Dua macam kunci roda digunakan untuk mengencangkan mur roda, yaitu kunci roda
   berbentuk L (a) dan berbentuk T (b). Untuk mengencangkan mur roda dengan
   masing-masing bentuk, digunakan 2 buah tangan, A dan B, seperti pada gambar.
   Untuk kedua bentuk,
   jarak A dan B 1 ft,
   diameter           pemegang
   0.625 in. Dibutuhkan
   70         ft-lb       untuk
   mengencangkan           mur
   roda. Hitung tegangan
   utama maksimal dan
   defleksi           maksimal
        ht


   masing-masing bentuk.
           tp
             ://


15. Sebuah      bracket     seperti     pada
                ru


   gambar dengan data pada tabel,
                                  m


   tentukan tegangan bending pada
                                   ah


   titik A dan tegangan geser karena
   beban transversal pada titik B.
                                     -b


   Tentukan juga tegangan geser
                                       el


   karena beban torsi pada kedua
                                          aj


   titik. Tentukan juga tegangan utama pada titik A dan B. catatan (satuan panjang mm;
   gaya N)
                                             a              r.o


                            l      a      t     h     F    OD   ID     E
                      a   100     400    10    20     50   20   14   steel
                                                           20    6   steel
                                                                 rg


                      b    70     200    6     80     85




                                               4-36

Contenu connexe

Tendances

Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cairGaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cairGanisa Elsina Salamena
 
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMETODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMOSES HADUN
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
04 momen inersia
04   momen inersia04   momen inersia
04 momen inersiatekpal14
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar MOSES HADUN
 
Analisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangAnalisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangDeviana Ambar
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingDewi Izza
 
Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasarUmar Fathoni
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) NitaMewaKameliaSiman
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMarfizal Marfizal
 
Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Ahmad Ramdani
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanSibujang Civil
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Aziz Adi
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGANDwi Ratna
 
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan betonSni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan betonRyan Pradana
 
Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah IZul Anwar
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Abrianto Akuan
 

Tendances (20)

Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cairGaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
Gaya yang ditimbulkan oleh pancaran zat cair
 
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMETODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
04 momen inersia
04   momen inersia04   momen inersia
04 momen inersia
 
Buku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-iBuku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-i
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
 
Analisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidangAnalisis tegangan dan regangan bidang
Analisis tegangan dan regangan bidang
 
Kuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkapKuliah dinamika-lengkap
Kuliah dinamika-lengkap
 
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan KoplingElemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
Elemen Mesin 3 - Perencanaan Kopling
 
Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasar
 
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja) Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
Pembebanan jembatan rangka (revisi profil baja)
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
 
Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1Laporan praktikum lenturan 1
Laporan praktikum lenturan 1
 
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaanModul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
Modul 3-perencanaan-lantai-kenderaan
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGAN
 
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan betonSni 07 2052-2002 baja tulangan beton
Sni 07 2052-2002 baja tulangan beton
 
Tugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah ITugas III Mekanika Tanah I
Tugas III Mekanika Tanah I
 
Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)Kelelahan Logam (Fatigue)
Kelelahan Logam (Fatigue)
 

Similaire à TEGANGAN DAN REGANGAN

kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikelkuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan PartikelOraNgerti6
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1Jaka Jaka
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 17abidin
 
J3009 Unit 2
J3009   Unit 2J3009   Unit 2
J3009 Unit 2mechestud
 
[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbdSyahrir Qoim
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysisRumah Belajar
 
2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptxHanifEka2210
 
Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor Natalia Devita
 
penentuan gaya elektrostatik dari energi
penentuan gaya elektrostatik dari energipenentuan gaya elektrostatik dari energi
penentuan gaya elektrostatik dari energiZakiyatul Sugiarto
 
221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energi221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energiNorma Narulita
 
Fisika - Listrik Statis
Fisika - Listrik StatisFisika - Listrik Statis
Fisika - Listrik StatisFatimahFF
 
Bab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdf
Bab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdfBab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdf
Bab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdfalicia530920
 
Vektor & hukum ampere
Vektor & hukum ampereVektor & hukum ampere
Vektor & hukum ampereI Kadek Wirawan
 

Similaire à TEGANGAN DAN REGANGAN (19)

kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikelkuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
kuliah vi mekanika teknik Kesetimbangan Partikel
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1
 
2 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 12 modul analisa_struktur 1
2 modul analisa_struktur 1
 
2 f08634fd01
2 f08634fd012 f08634fd01
2 f08634fd01
 
J3009 Unit 2
J3009   Unit 2J3009   Unit 2
J3009 Unit 2
 
[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd[6] kesetimbangan partikel & fbd
[6] kesetimbangan partikel & fbd
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysis
 
Fisika
FisikaFisika
Fisika
 
5 rangkaian dioda
5 rangkaian dioda5 rangkaian dioda
5 rangkaian dioda
 
2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx2_Persamaan_Gerak.pptx
2_Persamaan_Gerak.pptx
 
Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor
 
penentuan gaya elektrostatik dari energi
penentuan gaya elektrostatik dari energipenentuan gaya elektrostatik dari energi
penentuan gaya elektrostatik dari energi
 
UMPTN Fisika 1999 Rayon C Kode 25
UMPTN Fisika 1999 Rayon C Kode 25UMPTN Fisika 1999 Rayon C Kode 25
UMPTN Fisika 1999 Rayon C Kode 25
 
221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energi221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energi
 
Fisika - Listrik Statis
Fisika - Listrik StatisFisika - Listrik Statis
Fisika - Listrik Statis
 
Listrik statis
Listrik statisListrik statis
Listrik statis
 
Bab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdf
Bab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdfBab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdf
Bab 1 Medan Listrik dan Hukum Gauss part 1.pdf
 
Vektor & hukum ampere
Vektor & hukum ampereVektor & hukum ampere
Vektor & hukum ampere
 
tugasfisdas.pptx
tugasfisdas.pptxtugasfisdas.pptx
tugasfisdas.pptx
 

Plus de Rumah Belajar

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2 Rumah Belajar
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyRumah Belajar
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrixRumah Belajar
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detectionRumah Belajar
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurementRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahRumah Belajar
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasRumah Belajar
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif Rumah Belajar
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyRumah Belajar
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Rumah Belajar
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Rumah Belajar
 

Plus de Rumah Belajar (20)

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5
 

Dernier

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 

Dernier (20)

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 

TEGANGAN DAN REGANGAN

  • 1. BAB IV TEGANGAN, REGANGAN DAN DEFLEKSI 4.1. Tegangan Salah satu masalah fundamental dalam mechanical engineering adalah menentukan pengaruh beban pada komponen mesin atau peralatan. Hal ini sangat essensial dalam perancangan mesin karena tanpa diketahuinya intensitas gaya di dalam elemen mesin, maka pemilihan dimensi, material, dan parameter lainnya tidak dapat dilakukan. Intensitas gaya dalam pada suatu benda didefinisikan sebagai tegangan ht (stress). Gambar 4.1 menunjukkan sebuah benda yang mendapat beban dalam bentuk tp gaya-gaya. Untuk mengetahui intensitas gaya di dalam benda maka dapat dilakukan :// dengan membuat potongan imaginer melalui titik O. Untuk menjaga prinsip ru kesetimbangan, tentu pada penampang potongan imajiner tesebut terdapat gaya-gaya dalam yang bekerja. Kalau penampang imaginer tersebut dibagi menjadi elemen-elemen m yang sangat kecil ∆A, maka pada masing masing ∆A tersebut akan bekerja gaya dalam ah sebesar ∆F. -b el aj a r.o rg Gambar 4.1 Konsep intensitas gaya dalam sebuah benda yang mendapat beban 4-1
  • 2. Definisikan vektor tegangan (Stress vector) ΔP dF T = lim ≈ (4.1) ΔA →0 ΔA dA Vektor tegangan ini adalah intensitas gaya pada seluruh penampang dan arahnya tidak harus sama antara satu dengan yang lain. Dari definisi ini jelas bahwa tegangan pada suatu elemen mesin terjadi karena adanya beban yang bekerja pada elemen tersebut. 4.2. Pengaruh Beban Terhadap Kondisi Tegangan Dalam analisis elemen mesin masing-masing jenis beban perlu dipelajari ht pengaruhnya terhadap tegangan, regangan, maupun deformasi yang ditimbulkan. tp Berdasarkan lokasi dan metoda aplikasi beban serta arah pembebanan, beban dapat diklasifikasikan menjadi : beban normal, beban geser, beban lentur, beban torsi, dan :// beban kombinasi. Pengaruh jenis-jenis pembebanan tersebut terhadap tegangan, ru regangan maupun defleksi elemen mesin dapat ditentukan secara analitik untuk m komponen yang sederhana. Sedangkan untuk komponen yang kompleks, dapat digunakan metoda numerik maupun metoda eksperimental. ah -b 4.2.1. Kasus I : Beban uniaksial el Pembebanan uniaksial pada suatu elemen mesin sering terjadi pada suatu elemen aj mesin seperti ditunjukkan pada gambar 4.2. Tegangan yang terjadi pada elemen yang a mendapat beban uniaksial adalah tegangan normal yang arahnya selalu tegak lurus r.o penampang. Distribusi tegangan normal akibat ganya uniaksial dapat diasumsikan rg terdistribusi secara seragam. Formula sederhana untuk menghitung tegangan normal akibat beban uniaksial adalah P σ= (4.2) A dengan P = beban uniaksial dan A = luas penampang tegak lurus arah beban 4-2
  • 3. ht tp :// ru m Gambar 4.2 Distribusi tegangan normal akibat beban uniaksial ah -b Untuk kondisi elastis linear, karakteristik beban dan deformasi pada beberapa jenis material ditunjukkan pada gambar 4.3. el aj a r.o rg Gambar 4.3 Karakteristik beban – deformasi benda elastis linear Dari definisi tegangan dan regangan maka hubungan tegangan regangan elemen yang mengalami beban uniaksial dapat diformulasikan menjadi Hukum Hooke satu dimensi. δ (4.3) σ = Eε ; ε= L 4-3
  • 4. Perpindahan yang terjadi pada elemen yang mengalami beban uniaksial diilustrasikan pada gambar 4.4. Formulasi untuk menghitung perpindahan dapat dilakukan dari definisi deformasi δ = u B − u A dan dengan menggunakan hukum Hooke, maka dapat diturunkan bahwa FL (4.4) δ = (u B − u A ) = AE ht tp :// ru m ah Gambar 4.4 Gaya dan perpindahan pada elemen yang mengalami beban uniaksial -b el Studi Kasus 1: aj Pada gambar E.1, batang rigid DHC digantung a pada kawat elastis AD dan BC (modulus r.o elastisitas E, dimensi pada gambar). Beban P bekerja pada H. Berapa jarak x supaya batang rg rigid tetap horisontal? (Abaikan massa batang rigid dan kawat) Gambar E.1 Contoh soal 1 4-4
  • 5. Penyelesaian Diagram benda bebas : Gambar E.2 Diagram benda bebas ht ∑ Fy = 0 ⇔ FAD + F BC= P a tp ∑ HH = 0 ⇔ F BC (L − x ) = xF AD b :// ru Langkah selanjutnya adalah mencari deformasi pada C dan D (uC dan uD). m ⎛ FL ⎞ ⎛ FL ⎞ uC = ⎜ ⎟ dan uD = ⎜ ⎟ ah c ⎝ AE ⎠ BC ⎝ AE ⎠ AD -b Supaya batang rigid tetap horisontal, maka el uC=uD. d aj Dari persamaan a dan b dan ABC=4AAD, didapat : a r.o FAD L 1 F L = BC 1 ⇔ FBC = 4FAD e rg A AD E 4A AD E Dari persamaan b dan e : x F 4 = BC = 4 ⇔ x= L f L - x FAD 5 4-5
  • 6. 4.2.2. Kasus II : Beban torsi Beban torsi akan menimbulkan efek “puntiran” atau deformasi sudut (angular deformation) seperti ditunjukkan pada gambar 4.5. Poros adalah salah satu contoh elemen mesin yang mengalami beban puntir. Tegangan yang terjadi akibat beban torsi adalah tegangan geser dengan distribusi yang bervariasi linear dari titik tengah penampang ke permukaan. Tegangan geser yang terjadi pada suatu elemen poros pada jarak r dari sumbu dan diakibatkan adanya torsi T, diformulasikan sebagai berikut : Tr (4.5) τ= J ht J adalah momen inersia polar, besarnya tergantung pada dimensi dan bentuk tp penampang. Nilai J untuk berbagai macam penampang bisa dilihat pada tabel 4.1. :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 4.5 Poros penampang lingkaran dengan panjang L dan jari-jari a, diputar dengan torsi T Elemen yang diberi beban torsi akan mengalami tegangan geser sebesar τ yang akan mengakibatkan terjadinya regangan geser sebesar γ, hubungannya seperti pada formulasi Hukum Hooke untuk tegangan geser berikut : τ = Gγ (4.6) 4-6
  • 7. E dengan G=modulus geser, G = 2(1 + υ ) Deformasi sudut yang diakibatkan adanya torsi bisa dilihat pada gambar 4.6. Besarnya adalah : TL Φ = ΦB − ΦA = (4.7) GJ Tabel 4.1 Sifat penampang ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg 4-7
  • 8. ht tp :// ru m Gambar 4.6 Sebuah poros dengan panjang L yang diberi beban torsi T ah -b Studi Kasus 2: el Momen torsi bekerja pada poros 2 aj segmen, segmen AB dan BC seperti a pada gambar. Masing-masing r.o segmen berbeda material dan momen inersia polar. Tentukan : rg Gambar E.3 Contoh soal 2 a. momen puntir masing-masing segmen, b. deformasi sudut karena beban torsi, Penyelesaian Diagram benda bebas : 4-8
  • 9. ht Gambar E.4 Diagram benda bebas tp Pada bagian B : :// T AB = TBC + T ru a m Dari diagram benda bebas sebelah kanan : ah ⎛ GJ ⎞ TAB = ⎜ ⎟ (Φ B − Φ A ) b -b ⎝ L ⎠ AB el ⎛ GJ ⎞ TBC = ⎜ ⎟ (Φ C − Φ B ) c aj ⎝ L ⎠ BC a Karena poros fix di A dan C, maka : r.o Φ A = ΦC = 0 rg d Dari persamaan a, b, c dan d, didapat : T ΦB = (GJ L) + (GJ L) AB BC e Dari b, c, dan e didapat momen torsi tiap segmen : ( L) T GJ ( L) - T GJ TAB = dan TBC = (GJ L) + (GJ L) (GJ L) + (GJ L) AB AB f AB BC AB BC 4-9
  • 10. Tanda minus pada TBC menandakan bahwa arahnya terbalik dari gambar diagram benda bebas. 4.2.3. Kasus III : Beban bending Contoh sederhana pembebanan bending pada beam ditunjukkan pada gambar 4.7. Tegangan yang terjadi pada pembebanan momen bending M yang diakibatkan oleh beban P adalah tegangan normal dan tegangan geser. Besarnya tegangan normal yang terjadi bervariasi semakin membesar menjauhi sumbu netral dan besarnya adalah: My σx = (4.8) Iz ht tp y adalah jarak titik yang ditinjau dari sumbu netral, I adalah momen inersia, sedangkan A adalah luas penampang melintang beam. Nilai I untuk berbagai macam penampang bisa :// dilihat pada tabel 4.1. ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 4.7 Beam dengan beban bending Tegangan normal dan tegangan geser akibat beban bending ditunjukkan pada gambar 4.8. Beban bending mengakibatkan terjadinya regangan seperti pada gambar 4.9. Besar regangan pada elemen beam berjarak y dari sumbu netral adalah : 4-10
  • 11. Gambar 4.8 Beam dengan beban bending ht tp My εx = − (4.9) :// EI z ru m Gambar 4.9 Regangan yang terjadi pada beam ah -b 4.2.4. Kasus IV : Beban geser el Beban geser akan menimbulkan tegangan geser pada bidang yang sejajar dengan aj arah bekerjanya beban. Beban geser bisa ditemui pada elemen mesin paku keling seperti pada gambar 4.10. Diasumsikan beban geser terdistribusi merata pada bidang kerja, a r.o sehingga tegangan yang terjadi pada bidang itu nilainya seragam: rg Gambar 4.10 Paku keling yang dibebani dengan beban geser 4-11
  • 12. Tegangan geser yang diakibatkan adanya beban P pada sebuah paku keling dengan luas penampang A, diformulasikan sebagai berikut : P τ= 2= P (4.10) A 2A Khusus pada pembebanan transversal pada beam, seperti pada gambar 4.11, akan terjadi kombinasi tegangan bending dan tegangan geser. ht Gambar 4.11 Pembebanan pada beam tp :// ru m ah -b el aj a r.o Gambar 4.12 Segmen beam rg Dari gambar 4.12 di atas, besarnya tegangan geser dihitung : Fxy = F2x -F1x c (M + dM ) y dA − c My dA τ b dx = ∫ y1 I ∫ y1 I (4.11) c dM 1 τ= ∫ ydA dx Ib y1 dengan b adalah tebal penampang. dM/dy adalah gaya geser pada setiap titik, V, sehingga : 4-12
  • 13. c V τ xy = ∫ ydA Ib y1 (4.12) c dengan Q = ∫ ydA , maka y1 VQ τ xy = (4.13) Ib Untuk beam dengan penampang persegi panjang : b ⎛ h2 2⎞ c c Q= ∫1 ydA =b ∫ ydy = ⎜ − y1 ⎟ ht ⎜ 4 ⎟ (4.14) y y1 2⎝ ⎠ tp Sehingga : :// ru V ⎛ h2 ⎞ τ= ⎜ − y1 2 ⎟ ⎜ 4 ⎟ (4.15) 2I ⎝ ⎠ m ah Tegangan geser bervariasi seperti pada gambar 4.13. Pada y1=h/2, τ=0. Pada y1=0, τmax=Vh2/8I. Untuk penampang persegi panjang, I=bh3/12, sehingga : -b el 3V τ max = (4.16) aj 2A a r.o rg Gambar 4.13 Distribusi tegangan geser pada beam persegi panjang Studi Kasus 3: Geometry “brake lever” sepeda diberikan pada gambar E.5. Rata-rata tangan manusia dapat menimbulkan gaya cengkeram sekitar 267 N. Tangan yang sangat kuat dapat memberikan gaya cengkeram sekitar 712 N. Diameter pin pivot 8 mm. Hitung tegangan pada posisi kritis pada brake lever. 4-13
  • 14. Gambar E.5 Contoh soal 3 ht Idealisasi : tp Kegagalan terjadi pada 2 lubang pin dan pada pangkal kantilever (brake lever) Penampang berebentuk lingkaran :// Analisis : ru a. Handle dimodelkan sebagai batang kantilever dengan diameter 14.3 mm, seperti m pada gambar: ah -b el aj a r.o rg a b Gambar E.6 Model handle sebagai batang kantilever Dari studi kasus 3, bab 3, didapat R1=712 dan M1=54.6 Nm. b. Buat DBB brake lever (Asumsi berat dan konsentrasi tegangan diabaikan) 4-14
  • 15. Gambar E.7 Diagram benda bebas Tegangan tarik bending pada pangkal kantilever akan maksimal pada sisi paling ht luar (titik P), nilainya : tp :// ⎛ 0.0143 ⎞ 54.6 Nm ⎜ ⎟m My ⎝ 2 ⎠ = 190 MPa ru σx = = a Iz π (0.0143)4 4 m m 64 ah c. Dihitung tegangan geser : 4 (712) N -b 4V τ xy = = = 6 MPa 3A 3π (14.3)2 b el 2 mm 4 aj a Tegangan geser maksimal terjadi pada sumbu netral (titik Q). Tegangan utama r.o pada sisi luar bagian atas σ1=σx=190 MPa, σ2=σ3=0, sehingga dari lingkaran Mohr : τmax=95 MPa. rg Gambar E.8 Lingkaran Mohr d. Dilakukan juga pengecekan pada lokasi lain yang memungkinkan terjadinya kegagalan, yaitu pada dua lubang pin. Material di antara 2 lubang harus di dicek terhadap 3 mode kegagalan, yaitu tegangan bearing, tegangan geser langsung dan tearout. 4-15
  • 16. e. Tegangan bearing yang terjadi adalah tekan, bekerja pada area proyeksi lubang. Abearing = dia × ketebalan = 8 × (2 × 6.4 ) = 102 mm 2 c F12 2993 σ bearing = = = 30 MPa d Abearing 102 f. Kegagalan tearout bisa dilihat pada gambar : Pada kasus ini, kegagalan terjadi pada area dengan ketebalan 4(6.4) mm dengan lebar 7.1 mm. ht Atearout = lebar × ketebalan = 7.1 × (4 × 6.4) = 181 mm 2 e tp F12 2993 τ tearout = = = 17 MPa f :// Atearout 181 ru m g. Tegangan bearing dan tearout yang terjadi kecil. h. Kegagalan yang terjadi karena beban kabel adalah pada bagian C pada gambar ah E.7, Bagian ini dimodelkan sebagai batang kantilever dengan lebar penampang (25- -b 5)/2=10 mm dan lebar 5 mm (konservatif tanpa mempertimbangkan adanya kenaikan lebar karena adanya jari-jari lubang). Lengan momen diasumsikan sama el dengan jari-jari pin, 4 mm. Gaya yang bekerja pada setengah lebarnya adalah aj setengah gaya total. Tegangan bending yang terjadi sebesar : a r.o 2858 ⎛ 5 ⎞ ⎜ ⎟4 My 2 ⎝2⎠ σx = = = 137 MPa g rg 10(5) 3 Iz 12 Tegangan geser karena pembebanan transversal pada sumbu netral : 3V 3 (2858) τ xy = = = 76 MPa h 2A 2(10)(5) 4-16
  • 17. 4.3. Tensor Tegangan 3D Vektor tegangan T yang bekerja pada bidang potongan imajiner dapat diuraikan sebagai berikut : ht T = σ x i + τ xy j + τ xz k (4.17) tp :// ru m Gambar 4.14 Komponen tegangan pada bidang x-y ah Komponen tegangan yang bekerja tegak lurus terhadap bidang disebut tegangan -b normal, sedangkan komponen yang bekerja dalam arah bidang kerja disebut tegangan el geser. aj Jika potongan imajiner dilakukan untuk bidang-bidang yang lain maka akan a didapatkan elemen tegangan 3 dimensi seperti ditunjukkan pada gambar 4.15. r.o Komponen-komponen tegangan yang lengkap untuk tiga dimensi adalah merupakan tensor orde 2. Tensor tegangan untuk elemen tiga dimensi dapat dituliskan dalam bentuk rg matrik pada persamaan 4.18. 4-17
  • 18. ⎡σx τ xy τ xz ⎤ ⎢ ⎥ σ ij = ⎢ τ yx σy τ yz ⎥ (4.18) ⎢ τ zx τ zy σz ⎥ ⎣ ⎦ Gambar 4.15 Komponen tegangan tiga dimensi ht Subskrip untuk tegangan normal adalah menandakan arah tegangan. Sedangkan tp untuk tegangan geser subskrip pertama menandakan bidang kerja tegangan, dan subskrip kedua menandakan arah tegangan. Konvensi tanda untuk tegangan adalah :// sebagai berikut : ru Tegangan normal berhaga positif jika arahnya keluar dari bidang (tarik), dan berharga m negatif untuk sebaliknya ah Tegangan geser berharga positif jika : -b o Pada bidang positif searah sumbu positif el o Pada bidang negatif searah sumbu negatif. aj a r.o 4.4. Tegangan Bidang (Plane Stress) Umumnya elemen mesin mengalami kondisi tegangan tiga dimensi, tetapi untuk rg beberapa kasus terdapat elemen yang bisa diidealisasikan dengan kondisi tegangan dalam bidang dua dimensi. Untuk kondisi plane stress ini, semua tegangan tegak lurus bidang berharga nol (σz = τxz = τyz = 0). Contohnya adalah elemen pelat yang mendapat beban pada bidang pelat sendiri, tegangan pada elemen tipis seperti straingage, dll. Untuk tegangan bidang x-y, tensor tegangan dapat disederhanakan menjadi ⎡σx τ xy ⎤ σ ij = ⎢ σy ⎥ (4.19) ⎣ τ yx ⎦ 4-18
  • 19. Gambar 4.16 Elemen tegangan bidang (plane stress x-y) 4.5. Tegangan Utama ht Untuk menentukan kekuatan suatu elemen mesin maka diketahui tegangan tp maksimum yang terjadi pada elemen tersebut. Nilai atau besar suatu tegangan pada :// elemen tegangan sangat tergantung pada orientasi dari sistem koordinat. Pada suatu ru orientasi tertentu terdapat kondisi dimana tegangan normal berharga maksimum dan m ah -b el aj a r.o rg Gambar 4.17 Tegangan utama tiga dimensi semua tegangan geser berharga nol. Kondisi ini disebut dengan Principal stress atau tegangan utama. Nilai tegangan utama dan orientasinya dapat ditentukan dari persamaan karakteristik berikut : ⎡σ x − σ p τ xy τ xz ⎤ ⎧n x ⎫ ⎢ ⎥⎪ ⎪ ⎢ τ yx σ y −σ p τ yz ⎥ ⎨n y ⎬ = 0 (4.20) ⎢ τ zx ⎣ τ zy σ y − σ p ⎥ ⎪n z ⎪ ⎦⎩ ⎭ 4-19
  • 20. dimana nx, ny, nz adalah arah cosinus vektor n (normal terhadap principal plane). Supaya persamaan (4.20) memiliki solusi maka determinant matrik koefisien haruslah bernilai nol. Dengan demikian maka nilai tegangan utama dapat dihitung dari akar persamaan pangkat tiga berikut 3 2 1 σ p − I1σ p + I 2 σ p − I3 = 0 (4.21) dengan 1 = σx + σy + σz 2 2 2 I 2 = σ x σ y + σ x σ z + σ y σ z − τ xy − τ xz − τ yz ht σx τ xy τ xz tp I 3 = τ xy σy τ yz τ xz τ yz σz :// ru m Setelah nilai tegangan utama didapatkan (σp1, σp2, σp3) maka arah orientasi tegangan utama (nx, ny, nz) dapat dihitung dengan memasukkan nilai tegangan utama ke ah persamaan (4.20). Arah ketiga tegangan utama pasti saling tegak lurus. -b Tegangan geser maksimum atau sering disebut “tegangan utama geser” dapat el dihitung dengan menggunakan persamaan aj σ1 − σ 3 σ 2 − σ1 σ3 − σ2 a τ13 = τ 21 = τ 32 = (4.22) r.o 2 2 2 Perlu dicatat bahwa pada saat tegangan geser bernilai maksimum, tegangan normal rg belum tentu bernilai nol. Orientasi tegangan geser maksimum adalah 450 terhadap arah tegangan utama. Untuk kasus tegangan bidang (2D), persamaan (4.21) diatas dapat disederhanakan menjadi 2 σx + σy ⎛ σx − σy ⎞ (4.23) σ1,2 = ± ⎜ ⎜ ⎟ + τ xy 2 ⎟ 2 ⎝ 2 ⎠ dan orientasi tegangan utama adalah 4-20
  • 21. 1 ⎛ 2τ xy ⎞ θp = tan −1 ⎜ ⎟ (4.24) 2 ⎜σ +σ ⎟ ⎝ x y ⎠ Gambar 4.18 Tegangan utama dua dimensi ht tp Sedangkan tegangan geser maksimum untuk kasus dua dimensi juga dapat :// disederhanakan menjadi : ru 2 ⎛ σx − σy ⎞ 1 ⎛ σx − σy ⎞ = ⎜ ⎟ + τ xy 2 tan −1 ⎜ − ⎟ m τ max ⎜ ⎟ θs = (4.25) 2 2 ⎜ 2τ xy ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ ah -b 4.6. Lingkaran Mohr el Untuk memberikan gambaran kondisi tegangan pada berbagai arah dalam bentuk aj grafis, Otto Mohr (1914) memperkenalkan Mohr’s Circle. Lingkaran Mohr ini sangat a reperestatif untuk kondisi tegangan dua dimensi. Sedangkan untuk kasus tiga dimensi, r.o lingkaran Mohr cukup kompleks kecuali untuk kasus-kasus tertentu seperti misalnya saat salah satu tegangan utama berhimpit dengan salah satu sumbu koordinat. rg Langkah-langkah untuk menggambar Lingkaran Mohr (lihat gambar 4.19) adalah sebagai berikut : 4-21
  • 22. ht tp :// ru Gambar 4.19 Konstruksi Lingkaran Mohr dan hubungannya dengan state of stress m 1. Hitung kondisi tegangan dua dimensi untuk mendapatkan nilai σx, σy, τxy ah 2. Buat sumbu datar σ dan sumbu vertikal τ ⎛ σx + σy ⎞ -b 3. Buat titik pusat lingkaran Mohr ⎜ ⎜ ,0 ⎟ ⎟ ⎝ 2 ⎠ el 4. Buat dua titik yang saling berlawanan yaitu (σx, -τxy) dan (σy, τxy). Lingkaran dapat aj digambar dengan titik pusat pada step 2 a r.o 5. Radius lingkaran dapat dihitung dengan persamaan 2 ⎛ σx − σy ⎞ rg r= ⎜ ⎜ ⎟ + τ2 (4.26) ⎝ 2 ⎟ ⎠ xy 6. Tegangan utama terletak pada posisi garis lingkaran memotong sumbu σ (σ1, σ2) 7. Tegangan geser maksimum sama dengan radius lingkaran 8. Sudut orientasi tegangan utama adalah = setengah dari sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan titik (σx, -τxy) dan (σy, τxy) dengan sumbu datar 9. Untuk mendapatkan nilai tegangan pada arah tertentu (φ) : gambar busur 2φ dari garis yang menghubungkan titik (σx, -τxy) dan (σy, τxy). 4-22
  • 23. 4.7. Konsentrasi Tegangan Adanya diskontinuitas geometri pada elemen mesin seperti lubang, fillet, notch, inclusi dan lain-lain akan menaikkan nilai tegangan yang terjadi disekitar diskontinuitas tersebut. Gambar 4.20 menunjukkan distribusi tegangan disekitar pelat yang berlubang dan diberi beban tarik. Diskontinuitas ini sering disebut stress raiser dan kenaikan nilai tegangan ini diberi istilah stress concentration (konsentrasi tegangan). Parameter yang digunakan untuk merepresentasikan konsentrasi tegangan adalah Faktor Konsentrasi Tegangan (Kc) dengan definisi : Tegangan maksimum yang terjadi Kc = (4.27) Tegangan nominal ht tp Nilai tegangan maksimum yang terjadi pada bagian diskontinuitas sangat sulit untuk dihitung secara analitik. Metoda yang umum untuk analisis tegangan pada stress raiser :// adalah metoda numerik (Finite Element method, Boundary Element Method), dan metoda ru ekperimental seperti photoelastic, straingage dan lain-lain. m ah -b Gambar 4.20 Distribusi el Tegangan disekitar pelat aj berlubang yang mendapat beban a tarik r.o rg Untuk memudahkan penggunaan aspek kosentrasi tegangan oleh para engineer dalam perancangan elemen mesin, faktor konsentrasi tegangan telah dibuat dalam bentuk grafik. Grafik konsentrasi tegangan pertama dibuat oleh Peterson (1951). Parameter-parameter geometri dibuat dalam varibel non dimensional. Beberapa grafik faktor konsentrasi tegangan yang umum digunakan dalam perancangan elemen mesin untuk berbagai pembebanan ditunjukkan pada gambar 4.21-4.24. 4-23
  • 24. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 4.21 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat berlubang 4-24
  • 25. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 4.22 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat dengan fillet 4-25
  • 26. ht tp :// ru m ah -b el aj a r.o rg Gambar 4.23 Faktor konsentrasi tegangan untuk pelat beralur 4-26
  • 27. rg ar.o aj el -b ah 4-27 m ru :// tp ht
  • 28. ht tp :// ru m ah -b Gambar 4.24 Faktor konsentrasi tegangan pada fillet untuk poros el aj Studi Kasus 4: a r.o Plat datar terbuat dari material britle, tinggi mayor H=4.5 in., tinggi minor h=2.5 in., Jari-jari fillet r=0.5 in. Tentukan Faktor konsentrasi tegangan dan tegangan maksimal untuk rg kondisi : a. Pembebanan aksial, b. Bending murni, c. Pembebanan aksial dengan jari-jari fillet dirubah menjadi 0.25 in. Analisis : a. Pembebanan aksial H 4.5 r 0.5 = = 1.8 = = 0.2 h 2.5 h 2.5 Dari gambar 4.22-a, Kc=1.8. Dari persamaan 4.27, Tegangan maksimalnya adalah : 4-28
  • 29. ⎛P⎞ 1.8 P σ max = 1.8⎜ ⎟ = ⎝ A⎠ bh b. Bending murni. Dari gambar 4.22-b, Kc=1.5. Tegangan maksimalnya adalah : 6M 9M σ max = 1.5 = bh 2 bh 2 c. Pembebanan aksial dengan jari-jari fillet dirubah menjadi 0.25 in. r 0.25 = = 0.1 h 2.5 ht Dari gambar 4.22-a, Kc=2.2. Dari persamaan 4.27, Tegangan maksimalnya adalah : tp 2.2 P :// σ max = bh ru Bisa dilihat, dengan mengurangi jari-jari fillet menjadi setengahnya, akan menaikkan m tegangan maksimal satu stengah kalinya. ah 4.8. Regangan Elastis -b Benda elastis yang mendapat beban-beban luar seperti ditunjukkan pada gambar el 4.1 akan mengalami deformasi. Nilai deformasi dibagi dengan dimensi awal benda aj sebelum dibebani didefinisikan sebagai Regangan (strain). Parameter regangan sangat a penting dalam dunia teknik karena dapat diukur langsung dalam eksperimen. Sedangkan r.o tegangan adalah paremeter yang tidak dapat diukur secara langsung dari eksperimen. Dengan menggunakan hubungan tegangan-regangan selanjutnya akan dapat ditentukan rg tegangan yang terjadi pada komponen mesin. Jika sebuah benda isotropik dan elastis linear seperti ditunjukkan pada gambar 4.25 diberikan beban tarik dalam arah sumbu x (uniaksial), maka benda tersebut akan mengalami deformasi dalam arah x (memanjang) dan arah y, z (memendek). Jadi regangan normal dapat didefinisikan sebagai dx dy dz ε x = Lim ε y = Lim ε z = Lim (4.28) x →0 x y →0 y z →0 z 4-29
  • 30. Gambar 4.25 Ilustrasi regangan untuk benda yang mengalami beban tarik uniaksial ht tp Jika benda isotropik pada gambar 4.25 diberi beban geser murni dalam pada :// bidang y dalam arah x, maka benda tersebut hanya akan mengalami deformasi geser ru seperti ditunjukkan pada gambar 4.26. Dari deformasi geser tersebut didefinisikan m regangan geser atau shear strain ah dx γ xy = Lim = tan θ ≈ θ (4.29) -b y →0 y el Dengan cara yang sama, regangan γxz dan γyz dapat ditentukan dengan memberikan aj beban geser murni dalam arah y dan z. a r.o rg Gambar 4.26 Ilustrasi regangan untuk benda yang mengalami regangan geser murni Dari definisi di atas, jelaslah bahwa strain adalah tensor orde dua sehingga dapat dituliskan dalam bentuk 4-30
  • 31. ⎡ε xx γ xy γ xz ⎤ ⎢ ⎥ ε ij = ⎢ γ yx ε yy γ yz ⎥ (4.30) ⎢ γ zx γ zy ε zz ⎥ ⎣ ⎦ dengan menggunakan prinsip kesetimbangan selanjutnya dapat dibuktikan bahwa γxz = γzx dan γyz = γzy sehingga tensor regangan untuk 3 dimensi juga memiliki 6 komponen. Untuk kasus regangan 2 dimensi yang juga disebut regangan bidang (plain strain), elemen regangan ditunjukkan pada gambar 4.27. Tensor regangan dapat disederhanakan menjadi ht ⎡ε xx γ xy ⎤ tp ε ij = ⎢ ε yy ⎥ (4.31) ⎣ γ yx ⎦ :// ru m Gambar 4.27 Elemen regangan 2D ah Nilai regangan maksimum serta arahnya untuk suatu elemen regangan dapat dicari -b dengan menggunakan lingakaran Mohr seperti pada analisis tegangan. el aj 4.9. Hubungan Tegangan-Regangan a r.o Hubungan antara tegangan dan regangan untuk benda elastis linear pertama kali diusulkan oleh Hooke, sehingga sering disebut dengan hukum Hooke. Untuk kasus rg regangan bidang hukum Hooke dapat dituliskan τ xy εx = 1 E [ σ x − ν( σ y + σ z ) ] γ xy = G εy = 1 E [ σ y − ν( σ x + σ z ) ] γ xz = τ xz G (4.32) τ yz εz = 1 E [ σ z − ν( σ x + σ y ) ] γ yz = G 4-31
  • 32. dengan E adalah modulus elastisitas dan G adalah modulus geser. Hubungan modulus geser dan modulus elastisitas adalah E G= (4.33) 2(1 + ν ) Dalam analisis eksperimental, parameter yang dapat diukur adalah regangan. Regangan biasanya diukur dengan straingage. Dengan demikian formula (4.32) perlu diubah menjadi σ x = 2Gε xx + λe τ xy = Gγ xy σ y = 2Gε yy + λe τ xz = Gγ xz (4.34) σ z = 2Gε zz + λe τ yz = Gγ yz ht dengan e adalah dilatasi dan λ konstanta Lame : tp :// e = ε xx + ε yy + ε zz ru νE m λ= (4.35) (1 + ν )(1 − 2ν ) ah -b Soal-Soal Latihan el 1. Untuk kondisi tegangan dibawah ini, gambarlah diagram Mohr, tentukan tegangan aj utama normal dan geser, serta gambarkan elemen tegangan (satuan Mpa). a r.o ⎡12 4⎤ ⎡16 4 ⎤ ⎡ − 2 − 4⎤ a. σ ij = ⎢ ⎥ b. σ ij = ⎢ ⎥ c. σ ij = ⎢ ⎥ ⎣ 4 6⎦ ⎣ 4 − 9⎦ ⎣− 4 − 8⎦ rg 2. Tentukanlah nilai dan arah tegangan utama untuk kondisi tegangan berikut (satuan Mpa). Untuk material baja (E = 210 Gpa, ν = 0,3) tentukanlah juga kondisi regangan dan regangan utama benda tersebut. ⎡ 8 −4 3 ⎤ σ ij = ⎢− 4 12 2 ⎥ ⎢ ⎥ ⎢3 ⎣ 2 − 6⎥ ⎦ 4-32
  • 33. 3. Sebuah hook terbuat dengan penampang dan geometri seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah nilai dan arah tegangan pada bagian dalam dan bagian luar penampang A-A jika beban F yang diberikan adalah 1000 lb. (asumsi tidak ada konsentrasi tegangan). ht 4. Papan loncat indah menggunakan konstruksi (a) overhang dan (b) cantilever seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah tegangan utama yang maksimum pada tp konstruksi papan jika orang dengan berat 100 kg berdiri diujung papan. Diketahui :// penampang papan adalah 305 mm x 32 mm, dan modulus elastisitas papan papan ru adalah E = 10,3 Gpa. Berapakah defleksi maksimum papan ? m ah -b el aj 5. Sebuah poros mendapat beban a tarik, torsi, dan beban r.o melintang seperti pada gambar. rg Tentukanlah konsentrasi tegangan dan tegangan utama pada bagian poros yang mengalami diskontinuitas. 4-33
  • 34. 6. Sebuah “hand crank” mendapat beban statik seperti ditunjukkan pada gambar. Tentukanlah lokasi dimana terjadi tegangan maksimum. Gambarkan elemen tegangan dan buat diagram Mohr. (asumsi tidak ada konsentrasi tegangan) ht tp :// 7. Sebuah pelat dengan dimensi seperti ru pada gambar mendapat beban momen m M = 300 Nm dan gaya tarik P = 150 kN. ah Tentukanlah kondisi tegangan pada bagian yang mengalami konsentrasi -b tegangan. Tentukan juga kondisi el regangan yang terjadi. aj 8. Tentukanlah perpindahan angular dan a perpindahan linear pada elemen mesin r.o berikut : rg 9. Poros dibebani secara aksial seperti pada gambar. Pada segmen yang manakah rata- rata tegangan tekan sama dengan P/A? Pada segmen yang manakah tegangan tekan maksimal sama dengan P/A? 4-34
  • 35. 10. Potongan AA sebuah crane hook dianggap berbentuk trapezoidal dengan dimensi seperti pada gambar. Tentukan resultan tegangan (bending dan tarik) pada titik P dan Q. ht tp :// 11. Poros ditumpu bearing pada lokasi A dan B dan dibebani ru dangan gaya ke bawah m sebesar 1000 N, seperti pada ah gambar. Tentukan tegangan maksimal pada fillet poros. -b Fillet berjarak 70 mm dari B. el 12. Gambar kondisi tegangan utama dan tegangan geser maksimal secara analitik dan aj cek hasilnya dengan menggunakan lingkaran Mohr, untuk : a σx σy σz τxy τyz τzx r.o a 0 -1500 0 750 0 0 b 750 500 250 500 0 0 rg 13. Clamping fixture digunakan untuk membebani sebuah batang hingga mencapai tegangan tarik sebesar 30 kpsi dan disambungkan pada hydrolic ram, dengan menggunakan sambungan clevis. Sambungan clevis seperti pada gambar. Tentukan diameter pin clevis untuk menahan beban yang terjadi. Asumsikan tegangan geser ijin dan tegangan normal ijin masing-masing sebesar 40000 psi. Tentukan pula diameter luar ujung clevis supaya tegangan tearout dan bearing yang terjadi tidak melebihi tegangan ijin jika tebal flens clevis masing- masing 0.8 in. 4-35
  • 36. 14. Dua macam kunci roda digunakan untuk mengencangkan mur roda, yaitu kunci roda berbentuk L (a) dan berbentuk T (b). Untuk mengencangkan mur roda dengan masing-masing bentuk, digunakan 2 buah tangan, A dan B, seperti pada gambar. Untuk kedua bentuk, jarak A dan B 1 ft, diameter pemegang 0.625 in. Dibutuhkan 70 ft-lb untuk mengencangkan mur roda. Hitung tegangan utama maksimal dan defleksi maksimal ht masing-masing bentuk. tp :// 15. Sebuah bracket seperti pada ru gambar dengan data pada tabel, m tentukan tegangan bending pada ah titik A dan tegangan geser karena beban transversal pada titik B. -b Tentukan juga tegangan geser el karena beban torsi pada kedua aj titik. Tentukan juga tegangan utama pada titik A dan B. catatan (satuan panjang mm; gaya N) a r.o l a t h F OD ID E a 100 400 10 20 50 20 14 steel 20 6 steel rg b 70 200 6 80 85 4-36