SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  13
BAB I
                                            PENDAHULUAN


            Pada masa jahiliyah sebelum islam, orang-orang Arab selalu cenderung untuk
membalas dendam bahkan terhadap hal yang telah dilakukan beberapa abad
sebelumnya. Kalau seorang anggota keluarga atau suku mereka dibunuh oleh anggota
dari keluarga yang lain, maka pembalasan dilakukan dengan membunuh orang yang
tidak berdosa dari keluarga musuhnya. Sehingga rantai reaksi yang telah dimulai tak
akan berakhir selama beberapa turunan. Ada suatu peristiwa masyhur yang tercatat
dalam buku-buku sejarah bahwa seorang lelaki tua, di pembaringannya menjelang
ajal, memanggil semua anak lelakinya mendekat ke sisinya lalu memperingatkan
mereka “Aku akan mati tetapi aku belum menuntut balas dari beberapa suku tertentu.
Jika kalian menginginkan agar aku memperoleh kedamaian setelah mati, maka
balaslah dendam atas namaku”.
            Kecintaan yang mereka miliki hanyalah bagi kehidupan keluarga mereka
sendiri. Mereka biasa menuntut nyawa seseorang lelaki yang berkedudukan sama
keluarga pembunuh. Berkali-kali darah tersimbah dan nyawa beratus-ratus orang
akan terenggut demi kehidupan satu orang pribadi. Bila yang terbunuh berasal dari
kedudukan yang lebih tinggi, maka bukan hanya menuntut si pembunuh melainkan
mereka juga akan memaksa menuntut nyawa semua orang tak berdosa yang
berkedudukan tinggi dari keluarganya.1




        1
            Abdur Rahman I Doi, Tinda Pidana Dalam Syariat Islam, Cet I, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992),
h. 24


                                                                                                             1
BAB II
                                        PEMBAHASAN



A. Jarimah Qishash dan Diat
     Secara harfiah qishash berasal dari kata “Qaseha” yang berarti memotong atau
membalas. Qishash dalam hukum pidana Islam adalah pembalasan setimpal yang
dikenakan kepada pelaku pidana sebagai sanksi atas perbuatannya. Lain halnya diat.
Diat artinya denda dalam bentuk benda atau harta, sesuai ketentuan, yang harus
dibayar oleh pelaku pidana kepada pihak korban, sebagai sanksi atas pelanggaran
yang dilakukan.2 Jadi jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman qishash dan diat. Baik qishash maupun diat kedua-duanya adalah hukuman
yang sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa
hukuman had merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan qishash dan diat
merupakan hak manusia (hak individu). Di samping itu, perbedaan yang lain adalah
karena hukuman qishash dan diat merupakan hak manusia maka hukuman tersebut
bisa dimaafkan atau digugurkan.3


1. Pelaksanaan hukuman qishash
     Qishash dilaksanakan           pada     saat   seseorang sudah          terbukti    melakukan
pembunuhan dengan sengaja dan mendapat persetujuan dari keluarga korban. Adapun
orang yang berhak menuntut dan memaafkan qishas menurut Imam Malik adalah ahli
waris ashabah bi nafsih, orang yang paling dekat dengan korban itulah yang berhak.
Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad orang yang berhak itu
adalah seluruh ahli waris, laki-laki maupun perempuan.
     Untuk jelasnya perbedaan kedua teori ini dapat digambarkan pada contoh
berikut: Apabila ada ahli waris yang sudah dewasa dan yang masih kecil, maka
     2
       Zainuddin Ali, Hukum Islam (Pengantar Hukum Islam di Indonesia), cet II, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008), h. 125
     3
       Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, cet II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. xi


                                                                                                  2
menurut teori pertama ahli waris yang dewasa itu punya hak yang sempurna tidak
usah menunggu balighnya ahli waris yang masih kecil, sedangkan menurut teori
kedua ahli waris yang telah dewasa harus menunggu balighnya ahli waris yang masih
kecil untuk kemudian dimusyawarahkan untuk menuntut atau memaafkan qishash,
karena hak qishash adalah hak bersama.4
     Apabila korban tidak memiliki wali, maka disepakati ulama bahwa sulthan
menggantikan kedudukan walinya.


2. Hapusnya Hukuman Qishash
     Hukuman qishash dapat hapus karena hal-hal berikut:
         a) Hilangnya tempat untuk diqishash
         b) Pemaafan
         c) Perdamaian
         d) Diwariskan hak qishash.


3.    Ketentuan Diat
     Diat dalam pembunuhan sengaja itu bukan hukuman pokok, melainkan hukuman
pengganti dari qishash bila qishash itu tidak dapat dilaksanakan atau dihapus dengan
sebab-sebab yang telah disebutkan tadi.
     Waktu pembayaran menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad harus
dengan segera dan tidak boleh diakhirkan, karena diat pada pembunuhan sengaja itu
pengganti qishash dan qishash tidak boleh diakhirkan. Disamping itu diakhirkannya
qishash atau diat itu berarti suatu keringanan bagi si pembunuh, sedangkan pembunuh
sengaja itu tidak berhak mendapat keringanan.5




     4
       A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menaggulingi Kejahatan Dalam Islam), cet II, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1997), h. 150-151
     5
       A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menaggulingi Kejahatan Dalam Islam),h. 158


                                                                                                   3
Dasar hukum tentang diberlakukannya qishash dan diat terdapat dalam Al-
Qur’an, di antaranya sebagai berikut:


  
   
              
          
         
    
   
       
   
   
    
         
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu
pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
Maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. Al-Baqarah: 178)

        
              
            
                  
                
               
         
          
     
         
               
“Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya
jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishashnya. Barangsiapa


                                                                                4
yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa
baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al- Maidah: 45)

    Ada pun yang termasuk dalam jarimah qishash dan diat adalah pembunuhan dan
penganiayaan seperti yang tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 178 di atas.


B. Pembunuhan

    Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut                              berasal dari kata   yang

sinonimnya             yang berarti mematikan.6

    Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan, atau
cara membunuh.
    Sedangkan menurut istilah pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang atau beberapa
orang meninggal dunia.7
    Pembunuhan secara garis besar dapat dibagi kepada dua bagian sebagai berikut.
    1. Pembunuhan yang dilarang, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan
           melawan hukum.
    2. Pembunuhan dengan hak, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan tidak
           melawan hukum, seperti membunuh orang murtad, atau pembunuhan oleh
           seorang algojo yang diberi tugas melaksanakan hukuman mati.

    Pembunuhan yang dilarang dapat dibagi menjadi kepada beberapa bagian. Dalam
hal ini terdapat perbedaan pendapat sebagai berikut.
    1) Menururt Imam Malik, pembunuhan dibagi kepada dua bagian, yaitu:
           a. Pembunuhan sengaja, dan
           b. Pembunuhan karena kesalahan.
    2) Menurut jumhur fuqaha, pembunuhan dibagi kepada tiga bagian, yaitu:

    6
        Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 136
    7
        Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 24


                                                                                              5
a. Pembunuhan sengaja,
        b. Pembunuhan menyerupai sengaja, dan
        c. Pembunuhan tidak sengaja atau karena kesalahan.8

    Sebenarnya masih ada pendapat lain yang membagi pembunuhan kepada empat
dan lima bagian, namun apabila diperhatikan, pembagian tersebut hanyalah
pengembangan dari pembagian yang dikemukakan oleh jumhur fuqaha. Oleh karena
itu dalam pembahasan selanjutnya kami pemakalah akan mengikuti pendapat
jumhurulama tersebut.

1) Pembunuhan Sengaja
    Pembunuhan sengaja (amd) adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
dengan tujuan untuk membunuh orang lain dengan menggunakan alat yang
dipandang layak untuk membunuh.9
    Menurut Abdul Qadir Audah pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan di
mana perbuatan yang menghilangkan nyawa disertai dengan niat untuk membunuh
korban.10
    Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur pembunuhan sengaja
terbagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.11
    a. Korban yang dibunuh adalah manusia yang hidup
        Salah satu unsur dari pembunuhan sengaja adalah korban harus berupa
    manusia yang hidup. Dengan demikian apabiala korban bukan manusia atau
    manusia yang ia sudah meninggal lebih dahulu maka pelaku bisa dibebaskan dari
    hukuman qishash atau dari hukuman-hukuman yang lain. Akan tetapi, apabila
    seseorang dibunuh pada saat dalam keadaan sekarat maka pelaku dikenakan
    hukuman, karena orang yang dalam keadaan sekarat termasuk masih hidup.
    b. Kematian adalah hasil dari perbuatan pelaku
    8
      Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz II, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1989), h. 6
    9
      Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, h. 24
    10
       Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, h. 7
    11
       Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 140


                                                                                                         6
Antara perbuatan dan kematian terdapat hubungan sebab akibat. Yaitu bahwa
kematian yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku. Apabila hubungan tersebut terputus , artinya kematian disebabkan oleh
hal lain, maka pelaku dianggap sebagai pembunuh sengaja.
   Jenis perbuatan yang dilakukan oleh pelaku bisa bermacam-macam, seperti
pemukulan, penembakan, penusukan, pembakaran, peracunan, dan sebagainya.
Sedangkan alat yang digunakan adalah alat yang pada umumnya bisa mematikan.
c. Pelaku tersebut menghendaki kematian
   Pembunuhan dianggap sebagai pembunuhan sengaja apabila dalam diri
pelaku terdapat niat untuk membunuh korban, bukan hanya kesengajaan dalam
perbuatannya saja. Niat untuk membunuh inilah yang membedakan antara
pembunuhan sengaja dengan pembunuhan menyerupai sengaja. Pendapat ini
dikemukakan oleh para jumhur fuqaha.
   Pembunuhan sengaja dalam syari’at Islam diancam dengan beberapa macam
hukuman, sebagian merupakan hukuman pokok dan pengganti, dan sebagian lagi
merupakan hukum tambahan. Hukuman pokok untuk pembunuhan sengaja
adalah qishash dan kifarat, sedangkan penggantinya adalah diat dan ta’zir.
Adapun hukuman tambahannya adalah penghapusan hak waris dan hak wasiat.
   Adapun dasar yang menyebutkan hukuman bagi pembunuh sengaja
tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 178-179, Al-Maidah ayat 45, dan hadits
Nabi SAW yang berbunyi.
“Dari Ibn Abbas ra. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “…dan
barang siapa dibunuh dengan sengaja maka ia berhak untuk menuntut
qishash…” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Ibn Majah dengan sanad yang
kuat)
   Hukuman qishash tidak dapat dilaksanakan apabila syarat-syaratnya tidak
terpenuhi.   Syarat-syarat   tersebut   meliputi   syarat-syarat   untuk   pelaku




                                                                               7
(pembunuh), dan korban (yang dibunuh). Syarat-syarat tersebut adalah sebagai
    berikut.12
    a. Syarat-syarat pelaku (pembunuh)
         1. Pelaku orang mukallaf, yaitu balig dan berakal
         2. Pelaku melakukan pembunuhan dengan sengaja
         3. Pelaku harus orang yang mempunyai kebebasan (tidak dipaksa)
    b. Syarat-syarat untuk korban (yang dibunuh)
         1. Korban harus orang yang ma’shum ad-dam. Artinya, ia (korban) adalah
            orang yang dijamin keselamatannya oleh Negara Islam.
         2. Korban bukan bagian dari pelaku. Artinya. Keduanya tidak ada
            hubungan. Contohnya bapak dan anak, berdasarkan hadits nabi SAW.,
            “Tidaklah diqoshash orang tua karena membunuh anaknya.”
         3. Jumhur ulama hanafiyah mensyaratkan, hendaknya korban seimbang
            dengan pelaku. Dasar keseimbangan dalam hal ini adalah Islam dan
            merdeka.


2) Pembunuhan Menyerupai Sengaja
    Pembunuhan seperti sengaja adalah perbuatan yang sengaja dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain dengan tujuan mendidik. Sebagai contoh: seorang guru
memukulkan penggaris kepada kaki seorang muridnya, tiba-tiba muridnya yang
dipukul itu meninggal dunia, maka perbuatan guru tersebut dinyatakan sebagai
pembunuhan menyerupai sengaja.13
    Ada tiga unsur dalam pembunuhan menyerupai/semi sengaja:14
    a. Pelaku melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian




    12
       Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 151-152
    13
       Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, h. 24
    14
       A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menaggulingi Kejahatan Dalam Islam),h. 132


                                                                                    8
Perbuatan yang mengakibatkan kematian itu tidak ditentukan bentuknya,
    dapat berupa pemukulan, pelukan, penusukan, dan sebagainya. Disyaratkan
    korban adalah orang yang tepelihara darahnya.


    b. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan
       Persyaratan kesengajaan pelaku melakukan perbuatan yang mengakibatkan
    dengan tidak ada niat membunuh korban adalah satu-satunya perbedaan antara
    pembunuhan sengaja dengan pembunuhan menyerupai sengaja. Dalam
    pembunuhan sengaja pelaku, si pelaku memang sengaja melakukan perbuatan
    yang mengakibatkan kematian, sedangkan dalam pembunuhan menyerupai
    sengaja, pelaku tidak bermaksud melakukan pembunuhan, sekalipun ia
    melakukan penganiayaan.


    c. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan korban kematian
       Disyaratkan adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan penganiayaan,
    yaitu penganiayaan itu menyebabkan kematian korban secara langsung atau
    merupakan sebab yang membawa kematiannya. Jadi, tidak dibedakan antara
    kematian korban itu seketika dengan kematian yang tidak terjadi seketika dengan
    kematian yang tidak terjadi seketika. Apabila tidak ada hubungan sebab akibat
    antara perbuatan dengan kematian, maka si pelaku hanya bertanggung jawab atas
    pelukaan atau penganiayaan lainnya.

    Pembunuhan menyerupai sengaja dalam hukum Islam diancam dengan beberapa
hukuman, sebagian hukuman pokok dan pengganti, dan sebagian lagi hukuman
tambahan. Hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan menyerupai sengaja
ada dua macam, yaitu diat dan kifarat. Sedangkan hukuman pengganti yaitu ta’zir.
Hukuman tambahan yaitu pencabutan hak waris dan wasiat.

3) Pembunuhan Tidak Sengaja (Karena Kesalahan)



                                                                                 9
Pembunuhan tidak sengaja (khata) adalah perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dengan tidak ada unsur kesengajaan yang mengakibatkan orang lain
meninggal dunia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa seseorang melakukan
penebangan pohon yang kemudian pohon yang ditebang itu, tiba-tiba tumbang dan
menimpa orang yang lewat lalu meninggal dunia.15
            Ada tiga unsur dalam pembunuhan tidak sengaja atau karena kesalahan:
            a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian
                Perbuatan yang menyebabkan kematian itu disyaratkan tidak sengaja
            dilakukan oleh pelaku atau karena kelalaiannya. Akan tetapi, tidak
            disyaratkan macam perbuatannya, boleh jadi dengan menyalakan api di
            pinggir rumah orang lain, membuat lubang di pinggir jalan, melempar batu
            ke jalan dan sebagainya.
                Berkenaan dengan pembunuhan kesalahan, juga berlaku prinsip-prinsip
            pembunuhan sengaja. Misalnya; perbuatan langsung, perbuatan tidak
            langsung, pembunuhan massal.

            b. Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan
                Pada prinsipnya, kesalahan itu merupakan perbedaan yang principal
            antara pembunuhan kesalahan dengan pembunuhan lainnya.
                Tidak ada sanksi terhadap orang yang melakukan kesalahan. Sanksi
            hanya dijatuhkan, jika memang menimbulkan kemadharatan bagi orang lain.
            Ukuran kesalahan dalam syariat islam adalah adanya kelalaian atau kurang
            hati-hati atau merasa tidak akan terjadi apa-apa. Dengan demikian, kesalahan
            tersebut dapat terjadi karena kelalaian dan mengakibatkan kemadharatan
            atau kematian orang lain.

            c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan
                kematian korban

    15
         Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 24


                                                                                            10
Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan
        kematian, artinya kematian korban merupakan akibat dari kesalahan pelaku.
        Dengan kata lain, kesalahan pelaku itu menjadi sebab bagi kematian korban.

    Pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana telah dijelaskan adalah suatu
pembunuhan di mana pelaku sama sekali tidak berniat melakukan pemukulan apalagi
pembunuhan, tetapi pembunuhan tersebut terjadi karena kelalaian atau kurang hati-
hatinya pelaku. Hukuman untuk pembunuhan karena kesalahan ini sama dengan
hukuman untuk pembunuhan menyerupai sengaja, yaitu:
          1. Hukuman pokok, yaitu diat dan kafarat
          2. Hukuman tambahan, yaitu penghapusan hak waris dan wasiat.




                                    BAB III
                                   PENUTUP


Kesimpulan
    Secara harfiah qishash berasal dari kata “Qaseha” yang berarti memotong atau
membalas. Qishash dalam hukum pidana Islam adalah pembalasan setimpal yang
dikenakan kepada pelaku pidana sebagai sanksi atas perbuatannya. Lain halnya diat.
Diat artinya denda dalam bentuk benda atau harta, sesuai ketentuan, yang harus



                                                                                11
dibayar oleh pelaku pidana kepada pihak korban, sebagai sanksi atas pelanggaran
yang dilakukan.
    Qishash       dilaksanakan     pada    saat   seseorang sudah terbukti   melakukan
pembunuhan dengan sengaja dan mendapat persetujuan dari keluarga korban. Adapun
orang yang berhak menuntut dan memaafkan qishas menurut Imam Malik adalah ahli
waris ashabah bi nafsih, orang yang paling dekat dengan korban itulah yang berhak.
Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad orang yang berhak itu
adalah seluruh ahli waris, laki-laki maupun perempuan.
    Hukuman qishash dapat hapus karena hal-hal berikut:
           a) Hilangnya tempat untuk diqishash
           b) Pemaafan
           c) Perdamaian
           d) Diwariskan hak qishash.


    Adapun diat dalam pembunuhan sengaja itu bukan hukuman pokok, melainkan
hukuman pengganti dari qishash bila qishash itu tidak dapat dilaksanakan atau
dihapus dengan sebab-sebab yang telah disebutkan di atas.

    Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut                   berasal dari kata    yang

sinonimnya           yang berarti mematikan.16

    Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan, atau
cara membunuh.
    Sedangkan menurut istilah pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang atau beberapa
orang meninggal dunia.

    Pembunuhan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
    a. Pembunuhan secara sengaja

    16
         Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 136


                                                                                    12
Pembunuhan sengaja (amd) adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
   dengan tujuan untuk membunuh orang lain dengan menggunakan alat yang
   dipandang layak untuk membunuh
b. Pembunuhan menyerupai sengaja
   Pembunuhan seperti sengaja adalah perbuatan yang sengaja dilakukan oleh
   seseorang kepada orang lain dengan tujuan mendidik. Sebagai contoh:
   seorang guru memukulkan penggaris kepada kaki seorang muridnya, tiba-tiba
   muridnya yang dipukul itu meninggal dunia, maka perbuatan guru tersebut
   dinyatakan sebagai pembunuhan menyerupai sengaja.
c. Pembunuhan tidak sengaja
   Pembunuhan tidak sengaja (khata) adalah perbuatan yang dilakukan oleh
   seseorang dengan tidak ada unsur kesengajaan yang mengakibatkan orang
   lain meninggal dunia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa seseorang
   melakukan penebangan pohon yang kemudian pohon yang ditebang itu, tiba-
   tiba tumbang dan menimpa orang yang lewat lalu meninggal dunia.




                                                                         13

Contenu connexe

Tendances

Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahMarhamah Saleh
 
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMMAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMDian Oktavia
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatswirawan
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwalMarhamah Saleh
 
Macam-Macam Sunnah Nabi saw
Macam-Macam Sunnah Nabi sawMacam-Macam Sunnah Nabi saw
Macam-Macam Sunnah Nabi sawRona Atikah
 
Fikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan IslamFikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan IslamNSS Slide
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafAZA Zulfi
 
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogssTafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogssarfian kurniawan
 
jarimah hudud
jarimah hududjarimah hudud
jarimah hududswirawan
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamAnas Wibowo
 
Pengurusan Jenazah
Pengurusan Jenazah Pengurusan Jenazah
Pengurusan Jenazah samiul12
 

Tendances (20)

Tasyri' masa sahabat
Tasyri'  masa sahabatTasyri'  masa sahabat
Tasyri' masa sahabat
 
Ushul Fiqh
Ushul FiqhUshul Fiqh
Ushul Fiqh
 
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan RukhshahTerminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
Terminologi Hukum Sah, Batal, 'Azimah dan Rukhshah
 
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAMMAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
MAKALAH TA'ZIR FIQH JINAYAH PIDANA ISLAM
 
Fiqih - Hudud
Fiqih - HududFiqih - Hudud
Fiqih - Hudud
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyat
 
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
5. muradif, musytarak, mantuq, mafhum, zahir, muawwal
 
Fiqh jinayat
Fiqh jinayatFiqh jinayat
Fiqh jinayat
 
Macam-Macam Sunnah Nabi saw
Macam-Macam Sunnah Nabi sawMacam-Macam Sunnah Nabi saw
Macam-Macam Sunnah Nabi saw
 
MAhkum Fih dan Mahkum Alaih
MAhkum Fih dan Mahkum AlaihMAhkum Fih dan Mahkum Alaih
MAhkum Fih dan Mahkum Alaih
 
Qisas,diyat
Qisas,diyatQisas,diyat
Qisas,diyat
 
Qawaid fiqh pt 2
Qawaid fiqh  pt 2Qawaid fiqh  pt 2
Qawaid fiqh pt 2
 
Fikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan IslamFikih - Peradilan Islam
Fikih - Peradilan Islam
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Ulumul hadits 1 (Pengantar)
Ulumul hadits 1 (Pengantar)Ulumul hadits 1 (Pengantar)
Ulumul hadits 1 (Pengantar)
 
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogssTafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
Tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan 2 blogss
 
jarimah hudud
jarimah hududjarimah hudud
jarimah hudud
 
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
 
Pengurusan Jenazah
Pengurusan Jenazah Pengurusan Jenazah
Pengurusan Jenazah
 

En vedette

Persoalan semasa tentang jenayah
Persoalan semasa tentang jenayahPersoalan semasa tentang jenayah
Persoalan semasa tentang jenayahshahirah44
 
Fiqh jinayah
Fiqh jinayahFiqh jinayah
Fiqh jinayahSof Wan
 
al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)shofichofifah
 
Silabus jinayah
Silabus jinayahSilabus jinayah
Silabus jinayahbdksamir
 
Bahan motivasi dan dawah Manisnya iman
Bahan motivasi dan dawah Manisnya imanBahan motivasi dan dawah Manisnya iman
Bahan motivasi dan dawah Manisnya imanHelmon Chan
 
Manajemen Risiko ke 2
Manajemen Risiko ke 2Manajemen Risiko ke 2
Manajemen Risiko ke 2Al Marson
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islamSalim Anshori
 
Falsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timur Falsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timur Vince Here
 
Code morse (3)
Code morse (3)Code morse (3)
Code morse (3)Fred Patry
 
Undang undang & anda
Undang undang & andaUndang undang & anda
Undang undang & andanabilahbell
 
Intro to Linux (for Ham Radio Operators)
Intro to Linux (for Ham Radio Operators)Intro to Linux (for Ham Radio Operators)
Intro to Linux (for Ham Radio Operators)Tanner Lovelace
 
Getting started with digital modes
Getting started with digital modesGetting started with digital modes
Getting started with digital modesskutaboot
 
1901ppttalk4nonham
1901ppttalk4nonham1901ppttalk4nonham
1901ppttalk4nonhamguest25074f4
 
14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...
14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...
14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...igniteportland
 
DMRAA/ARTS Field Day Made Easy Presentation
DMRAA/ARTS Field Day Made Easy PresentationDMRAA/ARTS Field Day Made Easy Presentation
DMRAA/ARTS Field Day Made Easy PresentationDMRAA
 

En vedette (20)

Persoalan semasa tentang jenayah
Persoalan semasa tentang jenayahPersoalan semasa tentang jenayah
Persoalan semasa tentang jenayah
 
Mahasiswa
MahasiswaMahasiswa
Mahasiswa
 
Fiqh jinayah
Fiqh jinayahFiqh jinayah
Fiqh jinayah
 
Fikih jinayah
Fikih jinayahFikih jinayah
Fikih jinayah
 
al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)al-Baghyu (Pemberontakan)
al-Baghyu (Pemberontakan)
 
Silabus jinayah
Silabus jinayahSilabus jinayah
Silabus jinayah
 
Bahan motivasi dan dawah Manisnya iman
Bahan motivasi dan dawah Manisnya imanBahan motivasi dan dawah Manisnya iman
Bahan motivasi dan dawah Manisnya iman
 
Manajemen Risiko ke 2
Manajemen Risiko ke 2Manajemen Risiko ke 2
Manajemen Risiko ke 2
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islam
 
Falsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timur Falsafah pendidikan islam dan timur
Falsafah pendidikan islam dan timur
 
Code morse (3)
Code morse (3)Code morse (3)
Code morse (3)
 
Undang undang & anda
Undang undang & andaUndang undang & anda
Undang undang & anda
 
Intro to Linux (for Ham Radio Operators)
Intro to Linux (for Ham Radio Operators)Intro to Linux (for Ham Radio Operators)
Intro to Linux (for Ham Radio Operators)
 
Getting started with digital modes
Getting started with digital modesGetting started with digital modes
Getting started with digital modes
 
1901ppttalk4nonham
1901ppttalk4nonham1901ppttalk4nonham
1901ppttalk4nonham
 
14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...
14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...
14 Chris Sullivan: Ham Radio: It's not about talking to pork products (but we...
 
Before the presentation rev2 19-10
Before the presentation rev2 19-10Before the presentation rev2 19-10
Before the presentation rev2 19-10
 
DMRAA/ARTS Field Day Made Easy Presentation
DMRAA/ARTS Field Day Made Easy PresentationDMRAA/ARTS Field Day Made Easy Presentation
DMRAA/ARTS Field Day Made Easy Presentation
 
Samuel Morse
Samuel MorseSamuel Morse
Samuel Morse
 
Manajemen Risiko level-1
Manajemen Risiko level-1Manajemen Risiko level-1
Manajemen Risiko level-1
 

Similaire à Makalah fiqh jinayah

Pengertian hukum qisas
Pengertian hukum qisasPengertian hukum qisas
Pengertian hukum qisasVJ Asenk
 
ANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdf
ANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdfANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdf
ANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdfMuhammadZamroji
 
(13) Hukum Pidana Islam.pptx
(13) Hukum Pidana Islam.pptx(13) Hukum Pidana Islam.pptx
(13) Hukum Pidana Islam.pptxMrFirmansyah1
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamRamdan Galau
 
presentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptx
presentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptxpresentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptx
presentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptxAinNaj1
 
BAB JINAYAT KELAS XI MA.pptx
BAB JINAYAT KELAS XI MA.pptxBAB JINAYAT KELAS XI MA.pptx
BAB JINAYAT KELAS XI MA.pptxssuser9d00fc
 
PERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docx
PERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docxPERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docx
PERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docxAimanFirdaus40
 
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptxPPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptxRINIRISDAYANTI0125
 
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxsodre muhamad
 
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)najwanabila
 
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptxK.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptxRINIRISDAYANTI0125
 

Similaire à Makalah fiqh jinayah (20)

Pengertian hukum qisas
Pengertian hukum qisasPengertian hukum qisas
Pengertian hukum qisas
 
7. 33020210037_Sekarwati.pdf
7. 33020210037_Sekarwati.pdf7. 33020210037_Sekarwati.pdf
7. 33020210037_Sekarwati.pdf
 
Tafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishosTafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishos
 
jinayat.pptx
jinayat.pptxjinayat.pptx
jinayat.pptx
 
ANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdf
ANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdfANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdf
ANALISI BAHAN AJAR KB-1.pdf
 
Q i s h a s h
Q i s h a s hQ i s h a s h
Q i s h a s h
 
(13) Hukum Pidana Islam.pptx
(13) Hukum Pidana Islam.pptx(13) Hukum Pidana Islam.pptx
(13) Hukum Pidana Islam.pptx
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
 
presentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptx
presentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptxpresentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptx
presentasifiqh13hudud-091229202957-phpapp01.pptx
 
TITAS * Hak asasi manusia menurut islam *
TITAS * Hak asasi manusia menurut islam *TITAS * Hak asasi manusia menurut islam *
TITAS * Hak asasi manusia menurut islam *
 
BAB JINAYAT KELAS XI MA.pptx
BAB JINAYAT KELAS XI MA.pptxBAB JINAYAT KELAS XI MA.pptx
BAB JINAYAT KELAS XI MA.pptx
 
PERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docx
PERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docxPERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docx
PERBEZAAN_ANTARA_HUDUD.docx
 
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptxPPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
 
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
 
LK- RESUME KB-1.pdf
LK- RESUME KB-1.pdfLK- RESUME KB-1.pdf
LK- RESUME KB-1.pdf
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docx
 
Ta’zir
Ta’zirTa’zir
Ta’zir
 
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
 
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptxK.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
 

Dernier

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptAlfandoWibowo2
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Dernier (20)

Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Makalah fiqh jinayah

  • 1. BAB I PENDAHULUAN Pada masa jahiliyah sebelum islam, orang-orang Arab selalu cenderung untuk membalas dendam bahkan terhadap hal yang telah dilakukan beberapa abad sebelumnya. Kalau seorang anggota keluarga atau suku mereka dibunuh oleh anggota dari keluarga yang lain, maka pembalasan dilakukan dengan membunuh orang yang tidak berdosa dari keluarga musuhnya. Sehingga rantai reaksi yang telah dimulai tak akan berakhir selama beberapa turunan. Ada suatu peristiwa masyhur yang tercatat dalam buku-buku sejarah bahwa seorang lelaki tua, di pembaringannya menjelang ajal, memanggil semua anak lelakinya mendekat ke sisinya lalu memperingatkan mereka “Aku akan mati tetapi aku belum menuntut balas dari beberapa suku tertentu. Jika kalian menginginkan agar aku memperoleh kedamaian setelah mati, maka balaslah dendam atas namaku”. Kecintaan yang mereka miliki hanyalah bagi kehidupan keluarga mereka sendiri. Mereka biasa menuntut nyawa seseorang lelaki yang berkedudukan sama keluarga pembunuh. Berkali-kali darah tersimbah dan nyawa beratus-ratus orang akan terenggut demi kehidupan satu orang pribadi. Bila yang terbunuh berasal dari kedudukan yang lebih tinggi, maka bukan hanya menuntut si pembunuh melainkan mereka juga akan memaksa menuntut nyawa semua orang tak berdosa yang berkedudukan tinggi dari keluarganya.1 1 Abdur Rahman I Doi, Tinda Pidana Dalam Syariat Islam, Cet I, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 24 1
  • 2. BAB II PEMBAHASAN A. Jarimah Qishash dan Diat Secara harfiah qishash berasal dari kata “Qaseha” yang berarti memotong atau membalas. Qishash dalam hukum pidana Islam adalah pembalasan setimpal yang dikenakan kepada pelaku pidana sebagai sanksi atas perbuatannya. Lain halnya diat. Diat artinya denda dalam bentuk benda atau harta, sesuai ketentuan, yang harus dibayar oleh pelaku pidana kepada pihak korban, sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.2 Jadi jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash dan diat. Baik qishash maupun diat kedua-duanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan qishash dan diat merupakan hak manusia (hak individu). Di samping itu, perbedaan yang lain adalah karena hukuman qishash dan diat merupakan hak manusia maka hukuman tersebut bisa dimaafkan atau digugurkan.3 1. Pelaksanaan hukuman qishash Qishash dilaksanakan pada saat seseorang sudah terbukti melakukan pembunuhan dengan sengaja dan mendapat persetujuan dari keluarga korban. Adapun orang yang berhak menuntut dan memaafkan qishas menurut Imam Malik adalah ahli waris ashabah bi nafsih, orang yang paling dekat dengan korban itulah yang berhak. Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad orang yang berhak itu adalah seluruh ahli waris, laki-laki maupun perempuan. Untuk jelasnya perbedaan kedua teori ini dapat digambarkan pada contoh berikut: Apabila ada ahli waris yang sudah dewasa dan yang masih kecil, maka 2 Zainuddin Ali, Hukum Islam (Pengantar Hukum Islam di Indonesia), cet II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 125 3 Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, cet II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), h. xi 2
  • 3. menurut teori pertama ahli waris yang dewasa itu punya hak yang sempurna tidak usah menunggu balighnya ahli waris yang masih kecil, sedangkan menurut teori kedua ahli waris yang telah dewasa harus menunggu balighnya ahli waris yang masih kecil untuk kemudian dimusyawarahkan untuk menuntut atau memaafkan qishash, karena hak qishash adalah hak bersama.4 Apabila korban tidak memiliki wali, maka disepakati ulama bahwa sulthan menggantikan kedudukan walinya. 2. Hapusnya Hukuman Qishash Hukuman qishash dapat hapus karena hal-hal berikut: a) Hilangnya tempat untuk diqishash b) Pemaafan c) Perdamaian d) Diwariskan hak qishash. 3. Ketentuan Diat Diat dalam pembunuhan sengaja itu bukan hukuman pokok, melainkan hukuman pengganti dari qishash bila qishash itu tidak dapat dilaksanakan atau dihapus dengan sebab-sebab yang telah disebutkan tadi. Waktu pembayaran menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad harus dengan segera dan tidak boleh diakhirkan, karena diat pada pembunuhan sengaja itu pengganti qishash dan qishash tidak boleh diakhirkan. Disamping itu diakhirkannya qishash atau diat itu berarti suatu keringanan bagi si pembunuh, sedangkan pembunuh sengaja itu tidak berhak mendapat keringanan.5 4 A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menaggulingi Kejahatan Dalam Islam), cet II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), h. 150-151 5 A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menaggulingi Kejahatan Dalam Islam),h. 158 3
  • 4. Dasar hukum tentang diberlakukannya qishash dan diat terdapat dalam Al- Qur’an, di antaranya sebagai berikut:                                           “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. Al-Baqarah: 178)                                   “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada qishashnya. Barangsiapa 4
  • 5. yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al- Maidah: 45) Ada pun yang termasuk dalam jarimah qishash dan diat adalah pembunuhan dan penganiayaan seperti yang tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 178 di atas. B. Pembunuhan Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut berasal dari kata yang sinonimnya yang berarti mematikan.6 Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan, atau cara membunuh. Sedangkan menurut istilah pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang atau beberapa orang meninggal dunia.7 Pembunuhan secara garis besar dapat dibagi kepada dua bagian sebagai berikut. 1. Pembunuhan yang dilarang, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan melawan hukum. 2. Pembunuhan dengan hak, yaitu pembunuhan yang dilakukan dengan tidak melawan hukum, seperti membunuh orang murtad, atau pembunuhan oleh seorang algojo yang diberi tugas melaksanakan hukuman mati. Pembunuhan yang dilarang dapat dibagi menjadi kepada beberapa bagian. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat sebagai berikut. 1) Menururt Imam Malik, pembunuhan dibagi kepada dua bagian, yaitu: a. Pembunuhan sengaja, dan b. Pembunuhan karena kesalahan. 2) Menurut jumhur fuqaha, pembunuhan dibagi kepada tiga bagian, yaitu: 6 Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 136 7 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 24 5
  • 6. a. Pembunuhan sengaja, b. Pembunuhan menyerupai sengaja, dan c. Pembunuhan tidak sengaja atau karena kesalahan.8 Sebenarnya masih ada pendapat lain yang membagi pembunuhan kepada empat dan lima bagian, namun apabila diperhatikan, pembagian tersebut hanyalah pengembangan dari pembagian yang dikemukakan oleh jumhur fuqaha. Oleh karena itu dalam pembahasan selanjutnya kami pemakalah akan mengikuti pendapat jumhurulama tersebut. 1) Pembunuhan Sengaja Pembunuhan sengaja (amd) adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk membunuh orang lain dengan menggunakan alat yang dipandang layak untuk membunuh.9 Menurut Abdul Qadir Audah pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan di mana perbuatan yang menghilangkan nyawa disertai dengan niat untuk membunuh korban.10 Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa unsur-unsur pembunuhan sengaja terbagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.11 a. Korban yang dibunuh adalah manusia yang hidup Salah satu unsur dari pembunuhan sengaja adalah korban harus berupa manusia yang hidup. Dengan demikian apabiala korban bukan manusia atau manusia yang ia sudah meninggal lebih dahulu maka pelaku bisa dibebaskan dari hukuman qishash atau dari hukuman-hukuman yang lain. Akan tetapi, apabila seseorang dibunuh pada saat dalam keadaan sekarat maka pelaku dikenakan hukuman, karena orang yang dalam keadaan sekarat termasuk masih hidup. b. Kematian adalah hasil dari perbuatan pelaku 8 Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz II, (Damaskus: Dar Al-Fikr, 1989), h. 6 9 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, h. 24 10 Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, h. 7 11 Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 140 6
  • 7. Antara perbuatan dan kematian terdapat hubungan sebab akibat. Yaitu bahwa kematian yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Apabila hubungan tersebut terputus , artinya kematian disebabkan oleh hal lain, maka pelaku dianggap sebagai pembunuh sengaja. Jenis perbuatan yang dilakukan oleh pelaku bisa bermacam-macam, seperti pemukulan, penembakan, penusukan, pembakaran, peracunan, dan sebagainya. Sedangkan alat yang digunakan adalah alat yang pada umumnya bisa mematikan. c. Pelaku tersebut menghendaki kematian Pembunuhan dianggap sebagai pembunuhan sengaja apabila dalam diri pelaku terdapat niat untuk membunuh korban, bukan hanya kesengajaan dalam perbuatannya saja. Niat untuk membunuh inilah yang membedakan antara pembunuhan sengaja dengan pembunuhan menyerupai sengaja. Pendapat ini dikemukakan oleh para jumhur fuqaha. Pembunuhan sengaja dalam syari’at Islam diancam dengan beberapa macam hukuman, sebagian merupakan hukuman pokok dan pengganti, dan sebagian lagi merupakan hukum tambahan. Hukuman pokok untuk pembunuhan sengaja adalah qishash dan kifarat, sedangkan penggantinya adalah diat dan ta’zir. Adapun hukuman tambahannya adalah penghapusan hak waris dan hak wasiat. Adapun dasar yang menyebutkan hukuman bagi pembunuh sengaja tercantum dalam surah Al-Baqarah ayat 178-179, Al-Maidah ayat 45, dan hadits Nabi SAW yang berbunyi. “Dari Ibn Abbas ra. Ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW.: “…dan barang siapa dibunuh dengan sengaja maka ia berhak untuk menuntut qishash…” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’I, dan Ibn Majah dengan sanad yang kuat) Hukuman qishash tidak dapat dilaksanakan apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi syarat-syarat untuk pelaku 7
  • 8. (pembunuh), dan korban (yang dibunuh). Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.12 a. Syarat-syarat pelaku (pembunuh) 1. Pelaku orang mukallaf, yaitu balig dan berakal 2. Pelaku melakukan pembunuhan dengan sengaja 3. Pelaku harus orang yang mempunyai kebebasan (tidak dipaksa) b. Syarat-syarat untuk korban (yang dibunuh) 1. Korban harus orang yang ma’shum ad-dam. Artinya, ia (korban) adalah orang yang dijamin keselamatannya oleh Negara Islam. 2. Korban bukan bagian dari pelaku. Artinya. Keduanya tidak ada hubungan. Contohnya bapak dan anak, berdasarkan hadits nabi SAW., “Tidaklah diqoshash orang tua karena membunuh anaknya.” 3. Jumhur ulama hanafiyah mensyaratkan, hendaknya korban seimbang dengan pelaku. Dasar keseimbangan dalam hal ini adalah Islam dan merdeka. 2) Pembunuhan Menyerupai Sengaja Pembunuhan seperti sengaja adalah perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan mendidik. Sebagai contoh: seorang guru memukulkan penggaris kepada kaki seorang muridnya, tiba-tiba muridnya yang dipukul itu meninggal dunia, maka perbuatan guru tersebut dinyatakan sebagai pembunuhan menyerupai sengaja.13 Ada tiga unsur dalam pembunuhan menyerupai/semi sengaja:14 a. Pelaku melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian 12 Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 151-152 13 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, h. 24 14 A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menaggulingi Kejahatan Dalam Islam),h. 132 8
  • 9. Perbuatan yang mengakibatkan kematian itu tidak ditentukan bentuknya, dapat berupa pemukulan, pelukan, penusukan, dan sebagainya. Disyaratkan korban adalah orang yang tepelihara darahnya. b. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan Persyaratan kesengajaan pelaku melakukan perbuatan yang mengakibatkan dengan tidak ada niat membunuh korban adalah satu-satunya perbedaan antara pembunuhan sengaja dengan pembunuhan menyerupai sengaja. Dalam pembunuhan sengaja pelaku, si pelaku memang sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan kematian, sedangkan dalam pembunuhan menyerupai sengaja, pelaku tidak bermaksud melakukan pembunuhan, sekalipun ia melakukan penganiayaan. c. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan korban kematian Disyaratkan adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan penganiayaan, yaitu penganiayaan itu menyebabkan kematian korban secara langsung atau merupakan sebab yang membawa kematiannya. Jadi, tidak dibedakan antara kematian korban itu seketika dengan kematian yang tidak terjadi seketika dengan kematian yang tidak terjadi seketika. Apabila tidak ada hubungan sebab akibat antara perbuatan dengan kematian, maka si pelaku hanya bertanggung jawab atas pelukaan atau penganiayaan lainnya. Pembunuhan menyerupai sengaja dalam hukum Islam diancam dengan beberapa hukuman, sebagian hukuman pokok dan pengganti, dan sebagian lagi hukuman tambahan. Hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan menyerupai sengaja ada dua macam, yaitu diat dan kifarat. Sedangkan hukuman pengganti yaitu ta’zir. Hukuman tambahan yaitu pencabutan hak waris dan wasiat. 3) Pembunuhan Tidak Sengaja (Karena Kesalahan) 9
  • 10. Pembunuhan tidak sengaja (khata) adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tidak ada unsur kesengajaan yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa seseorang melakukan penebangan pohon yang kemudian pohon yang ditebang itu, tiba-tiba tumbang dan menimpa orang yang lewat lalu meninggal dunia.15 Ada tiga unsur dalam pembunuhan tidak sengaja atau karena kesalahan: a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian Perbuatan yang menyebabkan kematian itu disyaratkan tidak sengaja dilakukan oleh pelaku atau karena kelalaiannya. Akan tetapi, tidak disyaratkan macam perbuatannya, boleh jadi dengan menyalakan api di pinggir rumah orang lain, membuat lubang di pinggir jalan, melempar batu ke jalan dan sebagainya. Berkenaan dengan pembunuhan kesalahan, juga berlaku prinsip-prinsip pembunuhan sengaja. Misalnya; perbuatan langsung, perbuatan tidak langsung, pembunuhan massal. b. Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan Pada prinsipnya, kesalahan itu merupakan perbedaan yang principal antara pembunuhan kesalahan dengan pembunuhan lainnya. Tidak ada sanksi terhadap orang yang melakukan kesalahan. Sanksi hanya dijatuhkan, jika memang menimbulkan kemadharatan bagi orang lain. Ukuran kesalahan dalam syariat islam adalah adanya kelalaian atau kurang hati-hati atau merasa tidak akan terjadi apa-apa. Dengan demikian, kesalahan tersebut dapat terjadi karena kelalaian dan mengakibatkan kemadharatan atau kematian orang lain. c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan kematian korban 15 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, cet. I, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 24 10
  • 11. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan kematian, artinya kematian korban merupakan akibat dari kesalahan pelaku. Dengan kata lain, kesalahan pelaku itu menjadi sebab bagi kematian korban. Pembunuhan karena kesalahan, sebagaimana telah dijelaskan adalah suatu pembunuhan di mana pelaku sama sekali tidak berniat melakukan pemukulan apalagi pembunuhan, tetapi pembunuhan tersebut terjadi karena kelalaian atau kurang hati- hatinya pelaku. Hukuman untuk pembunuhan karena kesalahan ini sama dengan hukuman untuk pembunuhan menyerupai sengaja, yaitu: 1. Hukuman pokok, yaitu diat dan kafarat 2. Hukuman tambahan, yaitu penghapusan hak waris dan wasiat. BAB III PENUTUP Kesimpulan  Secara harfiah qishash berasal dari kata “Qaseha” yang berarti memotong atau membalas. Qishash dalam hukum pidana Islam adalah pembalasan setimpal yang dikenakan kepada pelaku pidana sebagai sanksi atas perbuatannya. Lain halnya diat. Diat artinya denda dalam bentuk benda atau harta, sesuai ketentuan, yang harus 11
  • 12. dibayar oleh pelaku pidana kepada pihak korban, sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan. Qishash dilaksanakan pada saat seseorang sudah terbukti melakukan pembunuhan dengan sengaja dan mendapat persetujuan dari keluarga korban. Adapun orang yang berhak menuntut dan memaafkan qishas menurut Imam Malik adalah ahli waris ashabah bi nafsih, orang yang paling dekat dengan korban itulah yang berhak. Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad orang yang berhak itu adalah seluruh ahli waris, laki-laki maupun perempuan. Hukuman qishash dapat hapus karena hal-hal berikut: a) Hilangnya tempat untuk diqishash b) Pemaafan c) Perdamaian d) Diwariskan hak qishash. Adapun diat dalam pembunuhan sengaja itu bukan hukuman pokok, melainkan hukuman pengganti dari qishash bila qishash itu tidak dapat dilaksanakan atau dihapus dengan sebab-sebab yang telah disebutkan di atas.  Dalam bahasa Arab, pembunuhan disebut berasal dari kata yang sinonimnya yang berarti mematikan.16 Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses, perbuatan, atau cara membunuh. Sedangkan menurut istilah pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mengakibatkan seseorang atau beberapa orang meninggal dunia. Pembunuhan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: a. Pembunuhan secara sengaja 16 Ahmad Wardi Muclich, Hukum Pidana Islam, h. 136 12
  • 13. Pembunuhan sengaja (amd) adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk membunuh orang lain dengan menggunakan alat yang dipandang layak untuk membunuh b. Pembunuhan menyerupai sengaja Pembunuhan seperti sengaja adalah perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan mendidik. Sebagai contoh: seorang guru memukulkan penggaris kepada kaki seorang muridnya, tiba-tiba muridnya yang dipukul itu meninggal dunia, maka perbuatan guru tersebut dinyatakan sebagai pembunuhan menyerupai sengaja. c. Pembunuhan tidak sengaja Pembunuhan tidak sengaja (khata) adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tidak ada unsur kesengajaan yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa seseorang melakukan penebangan pohon yang kemudian pohon yang ditebang itu, tiba- tiba tumbang dan menimpa orang yang lewat lalu meninggal dunia. 13