SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  520
Télécharger pour lire hors ligne
Enget




                                                                             untuk
                                                                            Sekolah
                                                                           Menengah
                                                                           Kejuruan
KRIYA KAYU




                                                                             Enget
untuk SMK




             Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
             Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
             Departemen Pendidikan Nasional
Enget. dkk




                     KAYU
KRIYA

Untuk SMK




     Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
     Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
     Departemen Pendidikan Nasional
Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional
Dilindungi Undang-undang




                      KAYU
KRIYA
Untuk SMK

Penulis               : Enget dkk



Ukuran Buku           :     x       cm


 ……
 ENG              Enget dkk
  K               Kriya Kayu: untuk SMK/oleh Enget dkk. Jakarta:Pusat Direktorat
          Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Manajemen Pendidikan
          Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
             vi. 482 hlm
             ISBN      -    -    -




Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008

Diperbanyak oleh….
KATA SAMBUTAN


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah
melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari
penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi
siswa SMK.

Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia.

Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat
untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat
memanfaatkan sumber belajar ini.

Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini.
Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar
dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami
menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.



                                           Jakarta,
                                           Direktur Pembinaan SMK




                                                                       iii
KATA PENGANTAR



Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas, unggul, tangguh, berteknologi tinggi,
mampu berkompetisi, mempunyai kompetensi yang memadai dan
mampu bersaing secara global. Di dalam era global saat ini di satu sisi
membawa persaingan yang semakin ketat namun disisi lain membuka
peluang kerjasama. Untuk menghadapi persaingan dan memanfaatkan
peluang tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang mampu
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pendidikan menengah
kejuruan memainkan peranan yang sangat penting untuk menyiapkan
sumber daya manusia di dalam era global tersebut, karena dengan
lulusan yang memiliki kompetensi akan menjadi tenaga kerja yang
mampu berperan sebagai faktor keunggulan yaitu tenaga kerja yang
menguasai ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan tinggi, dan
berperilaku profesional.

Proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu proses transfer
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari guru kepada siswa. Demikian
juga proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
khususnya program keahlian kriya keramik, bahwa penguasaan
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) juga dapat
berlangsung sehingga lulusannya memiliki kompetensi yang benar-benar
dikuasai untuk bekal dalam kehidupannya.

Saat ini buku-buku penunjang mata pelajaran produktif kriya keramik
masih sangat jarang, kalaupun ada buku-buku tersebut ditulis dalam
bahasa asing. Mengingat pentingnya informasi tentang materi
pembelajaran kriya keramik, maka kami mencoba menulis buku kriya
keramik yang dapat menjadi pegangan untuk guru dan siswa dalam
proses pembelajaran di sekolah.

Buku kriya keramik ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi
Nasional (SKN) serta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Program Keahlian
Kriya Keramik SMK. Isi buku ini meliputi materi menggambar yang
meliputi membuat nirmana, menggambar teknik, dan menggambar
ornament serta seluruh proses pembentukan keramik yang meliputi
pengetahuan umum tentang keramik; bahan baku tanah liat dan glasir;
pengujian tanah liat; penyiapan bahan tanah liat dan glasir; teknik
pembentukan; penerapan dekorasi dengan tanah liat, slip, dan glasir;
teknik pengglasiran; serta proses penyusunan dan pembakaran benda
keramik. Buku kriya keramik ini juga dilengkapi dengan informasi tentang
sejarah keramik, daftar istilah (glosarium), informasi tentang bahan


                                                                    iv
keramik beracun, serta kesalahan dalam pembuatan keramik dan
perbaikannya. Dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Nasional
(SKN) maka diharapkan buku kriya keramik ini dapat memberikan
informasi yang lebih lengkap tentang kompetensi yang ada pada
pekerjaan bidang kriya keramik, untuk itu penguasaan kompetensi
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap) diharapkan dapat dicapai melalui
informasi yang ada dalam buku kriya keramik ini. Kami mengharapkan
buku kriya keramik ini bermanfaat bagi guru maupun siswa untuk
memahami, mempelajari dan mempraktikkannya di sekolah

Mengingat banyak cakupan informasi tentang keramik, maka buku ini
mungkin belum dapat disajikan secara lengkap mengingat keterbatasan
yang ada, untuk itu masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk
menambah lengkapya buku kriya keramik ini sangat kami harapkan
sehingga buku kriya keramik ini menjadi lebih sempurna dan bermakna
bagi siswa.

Akhir kata kami berharap semoga buku kriya keramik ini dapat
bermanfaat khususnya untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Program Keahlian Kriya Keramik dalam rangka peningkatan penguasaan
kompetensi.




                                                 Tim Penyusun




                                                                   v
DAFTAR ISI

                                                            Hal

KATA SAMBUTAN                                                    iii
KATA PENGANTAR                                                   iv
DAFTAR ISI                                                       vi
DAFTAR TABEL                                                    xiv
DAFTAR GAMBAR                                                   xvi
SINOPSIS                                                    xxvii
DESKRIPSI KONSEP PENULISAN                                      xxx
PETA KOMPETENSI                                            xxxiii

BAGIAN A
1. MEMBUAT NIRMANA                                               1
   1.1.   Mengeksplortasi garis dan Bidang                       6
   1.1.1. Garis                                                  6
   1.1.2. Bidang                                                 8
   1.2.   Menggambar huruf                                      11
   1.2.1. Pemahaman terhadap jenis, karakter dan anatomi        11
          masing-masing huruf
   1.2.2. Menggambar Huruf, Logo, Inisial, dan Slogan           15
   1.3.   Menggambar Alam Benda                                 25
   1.3.1. Alat dan bahan                                        25
   1.3.2. Menggambar dengan memperhatikan arah cahaya           25
   1.3.3. Menggambar dengan arsir/gelap terang                  26
   1.3.4. Menggambar dengan memperhatikan proporsi dan          27
          komposisi dengan tepat.
   1.4.   Menggambar Flora Fauna                                28
   1.4.1. Pemahaman obyek-obyek sesuai bentuk dan               28
          karakternya
   1.4.2. Menggambar flora dan fauna sesuai bentuk,             29
          proporsi, anatomi, dan karakternya.

   1.5.      Menggambar Manusia                                 31
   1.5.1.    Menggambar manusia dengan proporsi                 31
   1.5.2.    Menggambar bagian dari tubuh manusia               31
   1.6.      Membuat Nirmana Tiga Dimensi                       33
   1.6.1.    Ruang lingkup bidang bersaf/berjajar dalam         33
             nirmanan ruang.
   1.6.2.    Konstruksi dan Perakitan                           38




                                                           vi
2. MENGGAMBAR TEKNIK                                              41
   2.1.   Menggambar Proyeksi                                     43
   2.2.   Menggambar Perspektif                                   47
   2.2.1. Gambar perspektif satu titik hilang                     48
   2.2.2. Gambar perspektif dua titik hilang                      49
   2.2.3. Gambar perspektif tiga titik hilang                     49
   2.3.   Menggambar Gambar kerja                                 50
   2.3.1. Gambar Proyeksi                                         50
   2.3.2. Gambar perspektif                                       50
   2.3.3. Menentukan garis, ukuran dan skala                      51
   2.3.4. Format penampilan gambar                                59
3. MENGGAMBAR ORNAMEN                                             61
   3.1.    Menggambar Ornamen Primitif                            61
   3.1.1. Pengetahuan tentang ornamen Primitif                    61
   3.1.1. Penempatan ornament primitive pada sebuah               62
          bidang
   3.1.2. Konsistensin pengulangan bentuk yang diterapkan         63
          pada ornamen primitif
   3.2.   Menggambar Ornamen Tradisional dan Klasik               65
   3.2.1. Latar belakang sejarah ornamen tradisional dan          65
          klasik
   3.2.2. Ornamen Tradisional dan Klasik yang ada di              66
          Indonesia
   3.3.   Menggambar Ornamen Modern                               70



BAGIAN B
4. PENDAHULUAN                                                    74
   4.1.  Keramik                                                  74
   4.2.  Materi Buku                                              78
5. SEJARAH KERAMIK                                             81
   5.1.   Sejarah Singkat Keramik Dunia                        84
   5.2.   Keramik Seni Kuno                                    86
   5.3.   Penemuan Keramik                                     86
   5.4.   Keramik di Beberapa Belahan dunia                    89
   5.4.1. Timur dekat (near east)                              89
   5.4.2. Timur jauh (far east)                                91
   5.5.   Sejarah Keramik di Indonesia                         96
   5.5.1. Jaman Penjajahan Belanda                            100
   5.5.2. Jaman Pendudukan Tentara Jepang                     101
   5.5.3. Jaman Pemerintah Republik Indonesia                 101



                                                            vii
6. TANAH LIAT                                                 104
   6.1.   Asal-usul Usul Tanah Liat                           104
   6.1.1. Proses Pembentukan Tanah Liat secara Alami          104
   6.1.2. Pembentukan Meneral-Mineral Kulit Bumi              105
   6.1.3. Peranan Tenaga Endogen dan Eksogen terhadap         106
          Pembentukan Tanah Liat
   6.1.4. Proses Terbentuknya Tanah Liat Primer dan           107
          Sekunder
   6.2.   Jenis-Jenis Tanah Liat                              112
   6.2.1. Perubahan Fisika Tanah Liat Primer dan Sekunder     112
          Setelah Dibakar
   6.2.2. Sifat-Sifat Umum Tanah Liat                         115
   6.2.3. Jenis, Sifat, Fungsi Tanah Liat dan Bahan Lain      125
   6.3.   Pengembangan Formula Badan Tanah Liat               131
   6.3.1. Campuran Sistem Garis (Line Blend)                  132
   6.3.2. Campuran Sistem Segitiga (Triaxial Blend)           132
   6.4.   Badan Tanah Liat                                    135
   6.4.1. Badan Keramik Earthenware                           135
   6.4.2. Badan Keramik Stoneware                             138
   6.4.3. Badan Keramik Porselin                              142
   6.5.   Problem Badan Tanah Liat dan Perbaikannya           144
7. PENGUJIAN DAN PENYIAPAN CLAY BODY                          145
   7.1.   Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan dan          146
          Kesehatan Kerja
          Peralatan                                           146
   7.1.1.
          Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja        152
   7.1.2.
   7.2.   Bahan                                               152
   7.3.   Pengujian Clay Body                                 154
   7.3.1. Pemilihan Formula (Campuran) Clay Body              155
   7.3.2. Penyiapan Clay Body untuk Pengujian                 157
   7.3.3. Pengujian Plastisitas Clay Body                     159
   7.3.4. Pengujian Susut Kering Clay Body                    162
   7.3.5. Pengujian Suhu Kematangan Clay Body                 166
   7.3.6. Pengujian Susut Bakar Clay Body                     173
   7.3.7. Pengujian Porositas Clay Body                       176
   7.3.8. Analisis Hasil Pengujian Clay Body                  178
                                                              179
          Penyiapan Clay Body
   7.4.
   7.4.1. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara     180
          Manual Basah
   7.4.2. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara     183
          Manual Kering




                                                            viii
7.4.3.   Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara    185
            Masinal Basah
   7.4.4.   Penyiapan Clay Body dari Prepared Hard Mineral     189
            secara Masinal Basah
   7.4.5.   Penyiapan Clay Body untuk Teknik Pembentukan       192
            Cetak Tuang
8. PEMBENTUKAN BENDA KERAMIK                                   198
   8.1.    Peralatan Pembentukan                               199
   8.1.1.  Alat Bantu                                          200
   8.1.2.  Alat Pokok                                          202
   8.1.3.  Perlengkapan                                        207
   8.1.4.  Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja        209
   8.2.    Bahan                                               210
   8.2.1.  Persyaratan Tanah Liat                              211
   8.2.2.  Penyiapan Tanah Liat                                211
   8.3.    Pembentukan dengan Teknik Pijit (Pinching)          214
   8.3.1.  Peralatan                                           216
   8.3.2.  Bahan                                               216
   8.3.3.  Proses Pembentukan                                  217
   8.4.    Pembentukan Teknik Pilin (Coiling)                  219
   8.4.1.  Teknik Membuat Pilinan Tanah Liat                   220
   8.4.2.  Peralatan                                           221
   8.4.3.  Bahan                                               221
   8.4.4.  Proses Pembentukan                                  221
   8.5.    Pembentukan Teknik Lempeng (Slab Building)          227
   8.5.1.  Peralatan                                           229
   8.5.2.  Bahan                                               230
   8.5.3.  Proses Pembetukan                                   230
   8.6.    Pembentukan dengan Teknik Putar Centering           240
   8.6.1.  Peralatan                                           242
   8.6.2.  Bahan                                               242
   8.6.3.  Fungsi Tangan dalam Pembentukan Teknik Putar        242
   8.6.4.  Pemasangan Alas Pembentukan                         243
   8.6.5.  Tahap Pembentukan Teknik Putar                      245
   8.6.6.  Pembentukan Silindris                               247
   8.6.7.  Pembentukan Mangkok                                 252
   8.6.8.  Pembentukan Piring                                  258
   8.6.9.  Pembentukan Vas                                     263
   8.6.10. Pembentukan Wadah Bertutup                          267
   8.6.11. Bentuk Bibir Benda Keramik (Lip)                    273
   8.6.12. Bentuk Kaki Benda Keramik (Foot)                    274
   8.6.13. Trimming dan Turning                                275
   8.6.14. Penggabungan Dua Bentuk Hasil Putaran               276
   8.6.15. Penggabungan Hasil Bentuk Putaran dengan Bagian     282
           Lain



                                                              ix
8.6.16. Problem Pembentukan Teknik Putar dan               298
        Perbaikannya
   8.7.     Pembentukan dengan Teknik Putar Pilin             301
   8.7.1.   Peralatan                                         301
   8.7.2.   Bahan                                             302
   8.7.3.   Proses Pembentukan                                302
   8.8.     Pembentukan dengan Teknik Putar Tatap             307
   8.8.1.   Peralatan                                         308
   8.8.2.   Bahan                                             308
   8.8.3.   Proses Pembentukan                                308
   8.9.     Pembentukan dengan Teknik Cetak                   313
   8.9.1.   Peralatan                                         314
   8.9.2.   Bahan                                             314
   8.9.3.   Penyiapan Gips                                    316
   8.10.    Pembentukan dengan Teknik Cetak Tekan             317
   8.10.1. Proses Pembuatan Model                             318
   8.10.2. Proses Pembuatan Cetakan                           320
   8.10.3. Proses Pencetakan                                  321
   8.11.    Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang             323
   8.11.1. Peralatan                                          325
   8.11.2. Bahan                                              326
   8.11.3. Proses Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang       326
            Model Bebas
   8.11.4. Proses Pembuatan Model                             328
   8.11.5. Proses Pembuatan Cetakan Gips                      329
   8.11.6. Proses Pencetakan                                  332
   8.11.7. Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang Model        333
            Bubut
   8.11.8. Proses Pembuatan Model Bubut                       334
   8.11.9. Proses Pembuatan Cetakan Gips                      338
   8.11.10. Proses Pencetakan Benda Keramik                   341
   8.12.    Pembentukan dengan Teknik Jigger-Jolley           343
   8.12.1. Bagian-bagian dari Alat jigger-jolley              345
   8.12.2. Peralatan                                          347
   8.12.3. Bahan                                              347
   8.12.4. Proses Pembentukan                                 347
9. DEKORASI KERAMIK                                           352
   9.1.   Peralatan                                           353
   9.1.1. Alat Bantu                                          353
   9.1.2. Alat Pokok                                          358
   9.1.3. Perlengkapan                                        359
   9.1.4. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja        361
   9.2.   Bahan                                               362
   9.2.1. Tanah liat                                          362
   9.2.2. Slip Tanah                                          363



                                                          x
9.2.3.     Pewarna                                   364
   9.2.4.     Air                                       366

   9.3.       Dekorasi Pembentukan                      367
   9.3.1.     Dekorasi Marbling body                    368
   9.3.2.     Dekorasi Nerikomi                         373
   9.3.3.     Dekorasi Agateware                        376
   9.4.       Dekorasi Tanah Liat Plastis               379
   9.4.1.     Dekorasi Teknik Faceting                  379
   9.4.2.     Dekorasi Teknik Combing                   382
   9.4.3.     Dekorasi Teknik Feathering                384
   9.4.4.     Dekorasi Teknik Marbling                  385
   9.4.5.     Dekorasi Teknik Impressing                386
   9.4.6.     Dekorasi Teknik Relief                    389
   9.5.       Dekorasi Badan Tanah Liat Leather Hard    391
   9.5.1.     Dekorasi Teknik Sqraffito                 391
   9.5.2.     Dekorasi Teknik Toreh Lapis (Inlay)       392
   9.5.3.     Dekorasi Teknik Engobe                    395
   9.5.4.     Dekorasi Teknik Ukir (Carving)            398
   9.5.5.     Dekorasi Teknik Tembus (Piercing)         401
   9.5.6.     Dekorasi Teknik Gosok (Burnishing)        402
   9.5.7.     Dekorasi Teknik Embossing                 404
   9.6.       Dekorasi Glasir                           406
   9.6.1.     Dekorasi Underglaze                       406
   9.6.2.     Dekorasi Over Glaze                       408
   9.6.3.     Dekorasi In Glaze                         410
10. GLASIR                                              413
    10.1.     Pengertian Glasir                         413
    10.2.     Keseimbangan Glasir                       414
    10.3.     Bahan Glasir                              417
    10.4.     Bahan Pewarna Glasir                      419
    10.4.1.   Oksida Pewarna                            419
    10.4.2.   Pewarna Stain/Pigmen                      423
    10.5.     Jenis-jenis glasir                        424
    10.5.1.   Menurut Cara Pembuatan                    424
    10.5.2.   Menurut Temperatur Pembakaran             424
    10.5.3.   Menurut Bahan yang Digunakan              425
    10.5.4.   Menurut Kondisi Pembakaran                425
    10.5.5.   Menurut Sifat Setelah Pembakaran:         425
    10.6.     RO Formula                                426
    10.6.1.   Sumber RO                                 427
    10.6.2.   Sumber R2O3                               428
    10.6.3.   Sumber RO 2                               429
    10.7.     Resep dan Formula Glasir                  429
    10.7.1.   Formula Glasir Suhu Rendah                430


                                                       xi
10.7.2.    Formula Glasir Suhu Menengah                    431
   10.7.3.    Formula Glasir Suhu Tinggi                      434
   10.8.      Campuran Glasir                                 435
   10.9.      Hitung Glasir                                   436
   10.9.1.    Rumus Seger                                     436
   10.9.2.    Unity Formula                                   436
   10.9.3.    Perhitungan Glasir Sederhana.                   437
   10.9.4.    Perhitungan Glasir dari Formula ke Resep.       438
   10.9.5.    Perhitungan Glasir dari Resep ke Formula        439
   10.9.6.    Limit Formula                                   440
   10.10.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Glasir          441
   10.10.1.   Bahan-bahan yang digunakan                      441
   10.10.2.   Badan Tanah Liat untuk Barang Keramik           441
   10.10.3.   Panas dalam Ruang Pembakaran                    442
   10.10.4.   Tipe Tungku dan Bahan Bakarnya                  442
   10.10.5.   Atmosfer Tungku                                 442
   10.10.6.   Penerapan Glasir                                443
11. PENYIAPAN GLASIR DAN PENGGLASIRAN                         444
    11.1.   Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan dan        445
            Kesehatan Kerja
    11.1.1. Peralatan                                         445
    11.1.2. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja      448
    11.2.   Bahan                                             449
    11.2.1. Bahan Mentah Glasir                               450
    11.2.2. Bahan Pewarna Glasir                              452
    11.3.   Penyusunan Campuran Glasir                        454
    11.3.1. Menurut Perbandingan Bahan-Bahan yang Dipakai     454
    11.3.2. Menurut Perbandingan Oksida Unsur                 454
    11.3.3. Menurut Rumus Segger                              455
    11.4.   Penyiapan Glasir                                  457
    11.4.1. Bahan                                             450
    11.4.2. Proses Penyiapan Glasir                           460
    11.5.   Teknik Pengglasiran                               462
    11.5.1. Teknik Tuang (Pouring)                            465
    11.5.2. Teknik Celup (Dipping)                            467
    11.5.3. Teknik Semprot (Spraying)                         468
    11.5.4. Teknik Kuas (Brush)                               469
    11.6.   Kesalahan dalam Pengglasiran dan Cara             472
            Mengatasinya
12. TUNGKU DAN PEMBAKARAN                                     476
    12.1.   Tungku Pembakaran                                 476
    12.1.1. Klasifikasi Tungku                                478
    12.1.2. Kiln Furniture                                    481
    12.1.3. Pengukur Temperatur (Suhu)                        484



                                                            xii
12.2.     Pembakaran                                         490
   12.2.1.   Pengertian Perubahan Keramik (Ceramic Change)      490
   12.2.2.   Perubahan yang Terjadi pada Pembakaran Keramik     491
   12.2.3.   Tahap Pembakaran Biskuit                           492
   12.2.4.   Prinsip-Prinsip Reaksi Pembakaran                  493
   12.2.5.   Pembakaran Tunggal Single Firing                   495
   12.2.6.   Sirkulasi Api                                      496
   12.2.7.   Grafik Pembakaran                                  498
   12.2.8.   Problem Pembakaran Biskuit dan Pemecahannya.       499
   12.3.     Penyusunan dan Pembongkaran Benda dari             500
             dalam Tungku Pembakaran
   12.3.1.   Peralatan dan Kiln Furniture                       501
   12.3.2.   Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja       501
   12.3.3.   Bahan                                              502
   12.3.4.   Penyusunan Benda dalam Tungku Pembakaran           503
   12.3.5.   Pembongkaran Benda Keramik dari dalam Tungku       505
             Pembakaran
  12.3.6.    Membereskan Pekerjaan                              507
  12.4.      Pengoperasian Tungku Pembakaran                    507
  12.4.1.    Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Padat (Kayu)      507
  12.4.2.    Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Cair (Minyak      510
             Tanah)
   12.4.3.   Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Gas               519
   12.4.4.   Mengoperasikan Tungku Bahan Bakar Listrik          524
   12.5.     Kesalahan dalam Pembakaran dan Cara                532
               Mengatasi
   12.6.1.   Beberapa Kesalahan pada Tahap Pembakaran           532
   12.6.2.   Penanggulangan Kesalahan pada Tahap                532
             Pembakaran
   12.6.3.   Lubang yang Muncul pada Permukaan (Spit out)       532

PENUTUP                                                         533
DAFTAR PUSTAKA                                                  535
LAMPIRAN                                                        539
1.  Produk Keramik                                              539
2.  Bahan Keramik Beracun                                       551
3.  Kesalahan-Kesalahan dalam Pembuatan Keramik dan             555
    Perbaikannya
4.  Unsur, simbol, dan Berat Atom (BA)                          565
5.  Formula dan Berat Ekuivalen Bahan-Bahan Keramik             566
6.  Problem Badan Tanah Liat dan Perbaikannya                   568
7.  Kegunaan Bahan Tanah Liat dalam Badan Keramik               569
8.  Sifat-Sifat Beberapa Jenis Tanah Liat Secara Umum           570
GLOSARIUM                                                       571




                                                              xiii
DAFTAR TABEL

                                                                         Hal

Tabel 2.1.    Jenis dan fungsi garis                                  51
Tabel 2.2.    Macam skala                                             56
Tabel 2.3.    Skala gambar yang dianjurkan                            56
Tabel 6.1.    Heatwork: Perubahan bentuk material keramik oleh       114
              panas.(sumber: www.users.stlcc.edu)
Tabel 6.2.    Pencampuran sistem garis                               132
Tabel 6.3.    Pencampuran yang dikembangkan                          134
Tabel 6.4.    Kegunaan tanah liat dalam badan keramik                134
              (sumber:John W. Conrad)
Tabel 6.5.    Pengembangan formula badan tanah liat                  138
Tabel 6.6.    Problem badan tanah liat dan perbaikannya              144
              (sumber:John W. Conrad)
Tabel 7.1.    Pencampuran tanah liat sistem garis.                   155
Tabel 7.2.    Pencampuran tanah liat yang dikembangkan.              157
Tabel 7.3.    Format hasil pengujian plastisitas tanah liat          162
Tabel 7.4.    Format hasil pengujian susut tanah liat                165
Tabel 7.5.    Daftar pembakaran benda uji suhu kematangan            169
              tanah liat.
Tabel 7.6.    Perubahan Fisika dan Kimia dalam proses                170
              pembakaran.
Tabel 7.7.    Sifat-sifat fisika tanah liat sebelum dan sesudah      171
              dibakar.
Tabel 7.8.    Hasil pengujian suhu kematangan tanah liat.            172
Tabel 7.9.    Hasil pengujian susut bakar tanah liat.                176
Tabel 7.10.   Hasil pengujian porositas.                             178
Tabel 7.11.   Hasil pengujian tanah liat.                            178
Tabel 8.1.    Problem pembentukan teknik putar dan cara              298
              perbaikan
Tabel 9. 1.   Daftar pewarna oksida dan hasil bakar oksidasi.        364
Tabel 9. 2.   Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar        365
              oksidasi.
Tabel 9. 3.   Komposisi bahan engobe                                 395
Tabel 9. 4.   Pewarna untuk engobe.                                  396
Tabel 10.1.   Titik leleh mineral dan kombinasinya (sumber: Greg     416
              Daly)
Tabel 10.2.   Daftar pewarna oksida dan hasil bakar oksidasi         420
Tabel 10.3.   Daftar pewarna oksida dan hasil bakar reduksi.         421
Tabel 10.4.   Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar        422
              oksidasi.
Tabel 10.5.   Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar        422
              reduksi.
Tabel 10.6.   RO formula (sumber: Glenn Nelson)                      426

                                                                   xiv
Tabel 11.1.   Kesalahan dalam pengglasiran dan cara mengatasi.        473
              (sumber: Peter Cosentino)
Tabel 12.1.   Daftar pyrometric cone (sumber: Glenn Nelson)           489
Tabel 12.2.   Heatwork: Perubahan bentuk material keramik oleh        497
              panas (sumber: www.users.stlcc.edu)
Tabel 12.3.   Problem pembakaran biskuit dan pemecahannya.            499
              (sumber: peter Cosentino)
Tabel 12.4.   Trayek pembakaran biskuit dengan tungkubahan            524
              bakar gas (sumber: Port-O kiln)




                                                                 xv
DAFTAR GAMBAR

                                                                    Hal

Gambar 1.1.    Titik                                                 2
Gambar 1.2.    Bebagai macam garis                                   2
Gambar 1.3.    Berbagai macam bidang                                 3
Gambar 1.4.    Berbagai macam bentuk tiga dimensi                    3
Gambar 1.5.    Lingkaran warna                                       4
Gambar 1.6.    Berbagai macam tekstur                                5
Gambar 1.7.    Beberapa bentuk bidang                                8
Gambar 1.8.    Komposisi garis horizontal dan vertikal               9
Gambar 1.9.    Komposisi garis dinamis                               9
Gambar 1.10.   Komposisi garis repetisi                              9
Gambar 1.11.   Komposisi bidang yang berirama                       10
Gambar 1.12.   Komposisi bidang yang kontras                        10
Gambar 1.13.   Komposisi bidang yang acak                           10
Gambar 1.14.   Komposisi bidang yang simetris                       10
Gambar 1.15.   Contoh huruf berat dan ringan                        13
Gambar 1.16.   Bagian-bagian huruf                                  14
Gambar 1.17.   Huruf besar                                          14
Gambar 1.18.   Huruf kecil                                          15
Gambar 1.19.   Huruf normal (perbandingan 3:5)                      15
Gambar 1.20.   Huruf meninggi (perbandingan 1:3)                    15
Gambar 1.21.   Huruf melebar (perbandingan 1:1)                     16
Gambar 1.22.   Contoh beberapa gambar logo                          18
Gambar 1.23.   Contoh Inisial                                       20
Gambar 1.24.   Contoh Slogan                                        22
Gambar 1.25.   Bola yang diterpa cahaya (Sumber: Atisah S.)         26
Gambar 1.26.   Arsir searah (Sumber: Taufiq)                        26
Gambar 1.27.   Arsir searah (Sumber: Taufiq)                        26
Gambar 1.28.   Arsir searah (Sumber: Taufiq)                        27
Gambar 1.29.   Arsir searah (Sumber: Taufiq)                        27
Gambar 1.30.   Contoh gambar alam benda (Sumber: Taufiq)            28
Gambar 1.31.   Contoh gambar alam benda (Sumber: Taufiq)            28
Gambar 1.32.   Daun (Sumber: Taufiq)                                29
Gambar 1.33.   Buah-buahan (Sumber: Taufiq)                         29
Gambar 1.34.   Kuda (Sumber: Saraswati)                             30
Gambar 1.35.   Singa (Sumbrer: Agus Sachari)                        30
Gambar 1.36.   Proporsi tubuh manusia (Sumber: Mofit)               31
Gambar 1.37.   Wajah (Sumber: Agus Sachari)                         32
Gambar 1.38.   Tangan (Sumber: Agus Sachari)                        32
Gambar 1.39.   Garis berawal dari titik                             33
Gambar 1.40.   Bidang berawal dari garis                            33
Gambar 1.41.   Ruang berawal dari bidang                            34
Gambar 1.42.   Sederatan bidang yang membentuk ruang                34
Gambar 1.43.   Pengulangan bidang                                   34

                                                              xvi
Gambar 1.44.   Ukuran gradasi bentuk berulang                            35
Gambar 1.45.   Bentuk gradasi ukurannya berulang                         35
Gambar 1.46.   Bentuk ukuran gradasi                                     35
Gambar 1.47.   Bidang bujur sangkar yang bersaf tegak                    36
Gambar 1.48.   Jarak antar bidang ynag sempit                            36
Gambar 1.49.   Jarak antar bidang naik turun                             36
Gambar 1.50.   Bidang diputar pada sumbu tegak                           37
Gambar 1.51.   Bidang diputar pada sumbu datar                           37
Gambar 1.52.   Bidang diputar pada bidang sendiri                        37
Gambar 1.53.   Bidang yang disusun membentuk lingkaran                   38
Gambar 1.54.   Bidang yang disusun berkelok-kelok                        38
Gambar 1.55.   Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus                  38
               Sachari)
Gambar 1.56.   Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus                  39
               Sachari)
Gambar 1.57.   Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus                  39
               Sachari)
Gambar 1.58.   Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus                  39
               Sachari)
Gambar 1.59.   Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus                  39
               Sachari)
Gambar 2.1.    Urutan proyeksi Eropa                                     44
Gambar 2.2.    Proyeksi Eropa                                            45
Gambar 2.3.    Asas proyeksi Amerika                                     45
Gambar 2.4.    Urutan proyeksi Eropa                                     46
Gambar 2.5.    Proyeksi Amerika                                          46
Gambar 2.6.    Perspektif satu titik hilang                              48
Gambar 2.7.    Perspektif dua titik hilang                               49
Gambar 2.8.    Perspektif tiga titik hilang                              49
Gambar 2.9.    Penggunaan garis tebal                                    51
Gambar 2.10.   Penggunaan garis tipis                                    52
Gambar 2.11.   Penggunaan garis putus-putus                              22
Gambar 2.12.   Penggunaan garis strip titik strip                        52
Gambar 2.13.   Penggunaan garis titik-titik                              52
Gambar 2.14.   Penulisan angka ukuran, garis ukuran, dan garis           53
               pemisah yang benar
Gambar 2.15.   Garis ukuran dengan anak panah kiri atau kanan            54
               garis gambar.
Gambar 2.16.   Penulisan angka ukuran yang salah                         54
Gambar 2.17.   Penulisan angka ukuran yang benar                         54
Gambar 2.18.   Penulisan garis dan angka ukuran untuk ukuran             55
               yang pendek
Gambar 2.19.   Penulisan garis ukuran jari-jari lingkaran                55
Gambar 2.20.   Penulisan garis ukuran garis tengah lingkaran             55
Gambar 2.21.   Panjang garis sebenarnya dan panjang garis dalam          57
               berbagai skala


                                                                  xvii
Gambar 2.22.   Bentuk persegi panjang sebenarnya dan dalam            57
               skala 1 : 2
Gambar 2.23.   Bentuk kubus sebenarnya dan dalam skala 1 : 2          57
Gambar 2.24.   Irisan penampang penuh                                 58
Gambar 2.25.   Irisan penampang setengah                              58
Gambar 2.26.   Format penampilan gambar kerja                         59
Gambar 3.1.    Motif Meander (Sumber: Sigit P)                        62
Gambar 3.2.    Motif Pilin (Sumber: Sigit P)                          63
Gambar 3.3.    Motif Tumpal (Sumber: Sigit P)                         63
Gambar 3.4.    Ornamen daerah Bali (sumber: Ngurah Swastapa)          67
Gambar 3.5.    Ornamen daerah Jawa Timur (sumber: Ngurah              67
               Swastapa)
Gambar 3.6.    Ornamen daerah Surakarta (sumber: Ngurah               67
               Swastapa)
Gambar 3.7.    Ornamen daerah Yogyakarta (sumber: Ngurah              67
               Swastapa)
Gambar 3.8.    Ornamen daerah Yogyakarta (sumber: Ngurah              68
               Swastapa)
Gambar 3.9.    Ornamen dari Pekalongan Jawa Tengah (sumber:           68
               Ngurah Swastapa)
Gambar 3.10.   Ornamen dariPajajaran Jawa barat (sumber: Ngurah       68
               Swastapa)
Gambar 3.11.   Ornamen dari Jepara Jawa Tengah (sumber:               68
               Ngurah Swastapa)
Gambar 3.12.   Ornamen dari Dayak Kalimantan (sumber: Ngurah          69
               Swastapa)
Gambar 3.13.   Ornamen daerah Sumatra (sumber: Ngurah                 69
               Swastapa)
Gambar 3.14.   Ornamen dari Sulawesi (sumber: Ngurah Swastapa)        69
Gambar 3.15.   Ornamen daerah Timor (sumber: Ngurah Swastapa)         69
Gambar 3.16.   Ornamen tradisional (sumber: Wagiono)                  70
Gambar 3.17.   Ornamen tradisional (sumber: Wagiono)                  70
Gambar 3.18.   Ornamen modern bentuk geometris (Sumber: Hery          71
               Suhersono)
Gambar 3.19.   Ornamen modern bentuk organis (Sumber: Hery            71
               Suhersono)
Gambar 3.20.   Ornamen modern bentuk geometris (Sumber: Hery          72
               Suhersono)
Gambar 3.21.   Ornamen modern bentuk organis (Sumber: Hery            72
               Suhersono
Gambar 3.22.   Ornamen modern                                         72
               motif manusia dan binatang (Sumber: Hery
               Suhersono)
Gambar 3.23.   Seni hias modern, bentuk organis (Sumber: Hery         72
               Suhersono)

Gambar 3.24.   Ornamen modern (sumber: Wagiono)                       73

                                                              xviii
Gambar 3.25.   Ornamen modern (sumber: Wagiono)                             73
Gambar 4.1.    Peralatan-peralatan dan salah satu gambar gua                74
               pada jaman Paleolitik.(sumber:
               http://archeologia.ah. edu)
Gambar 4.2.    Contoh dekorasi pada kepingan keramik dan contoh             75
               kendi keramik China pada jaman neolitik. (sumber:
               http://archeologia.ah.edu)
Gambar 4.3.    Porselin dan superkonduktor: contoh produk                   76
               keramik
               tradisional dan keramik maju/modern. (sumber:
               chemstryland.com)
Gambar 4.4.    Ragam produk keramik: dari batu bata sampai                  77
               teaset porselin. (sumber: berbagai sumber)
Gambar 4.5.    Alat putar listrik ( sumber: www.baileypottery.com)          78
Gambar 4.6.    Membakar keramik atau gerabah secara tradisional.            79
               (sumber: Koleksi studio keramik)
Gambar 4.7.    Tungku pembakaran gas dan listrik yang lebih                 80
               modern. (sumber: www.baileypottery.com)
Gambar 5.1.    Wadah kecil dari jaman prasejarah, dengan                    81
               dekorasi jejak-jejak jari tangan yang ditekan (kiri)
               dan sebuah pot dengan bentuk unik ditemukan di
               Liguria, NW Italia (kanan) (sumber:
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.2.    Sebuah mangkok berdekorasi ditemukan pada                    82
               jaman tembaga di Inggris. Dekorasi yang
               ditampilkan komplek dan jelas. (sumber:
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.3.    Motif sederhana yang menggambarkan kepala                    82
               kerbau, ditemukan pada keramik Mesopotamia
               millennium ke-4 SM sumber:
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.4.    Membuat keramik dengan teknik putar(sumber:                  83
               ceramictoday.com)
Gambar 5.5.    Pesawat Discovery yang menggunakan bahan                     10
               keramik pada beberapa suku cadangnya (kiri) dan
               piranti computer yang beberapa komponennya
               menggunakan keramik (atas)
Gambar 5.6.    Caves of Lascaux: Kuda jantan dengan panah-                  84
               panah disekelilingnya (sumber:
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.7.    Relief Bison pada tanah liat liat, ditemukan pada            85
               jaman batu di Tuc d' Audoubert, S.W. France.
               Diperkirakan 15,000 BC. (sumber:
               www.ceramicstudies.me.uk)

Gambar 5.8.    Lukisan Bison pada jaman batu akhir,                         85
               diperkirakan 15000 tahun SM, ditemukan di Altimira,

                                                                      xix
Spanyol. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.9.    Caves of Lascaux: Ibex betina? (sumber:                    85
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.10.   Goresan kepala Bison pada lumpur tanah liat,               86
               15000 tahun SM, ditemukan di Perancis. (sumber:
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.11.   Dolni Vestonice “Venus” dari situs prasejarah di           87
               Morovia dekat Brno, diyakini sebagai figurin
               keramik tertua. (sumber:
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.12.   Peta ditemukannya figurin tertua. (sumber:                 87
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.13.   Karakteristik bentuk keramik pada beberapa                 88
               periode arkeologis sumber: www.centuryone.org/
               pottery.html).
Gambar 5.14.   Kendi, pertengahan millennium ke-6 SM B.C.;                89
               Hacilar I type Anatolia (Turki) tengah selatan
               Ceramic with paint; H. 6 1/8 in. (15.6 cm) Gift of
               Burton Y. Berry, 1964 (64.286.5). . (sumber:
               www.metmuseum.org).
Gambar 5.15.   Benda keramik berdekorasi ditemukandi situs Susa,          89
               Iran Barat, 4000 tahun SM. (sumber:
               www.metmuseum.org).
Gambar 5.16.   Kendi dengan dekorasi kambing gunung , awal                90
               millennium 4 SM; perioda Chalcolithic, Sialk III 7
               type; Iran Tengah. (sumber: www.metmuseum.org)
Gambar 5.17.   Kendi faience, Mesir, tertanggal 100-200 M. Koleksi        90
               Freer Gallery of Art, Smithsonian,
               Washington D.C. (www.answers.com)
Gambar 5.18.   Benda keramik berbentuk guci pada awal perioda             91
               kedinastian, Dinasti 1, 2960–2770 SM. Tinggi x
               diameter: 8.6 x 3.9 cm (3 3/8 x 1 9/16 in.) Glasir:
               Faience. (sumber: www.mfa.org)
Gambar 5.19.   Keramik pada kebudayaan Yang-Shao. (sumber:                91
               www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.20.   Terracotta yang terkenal dari China: 8099 figure           92
               terracotta tentara dengan ukuran sebenarnya. Di
               tempatkan di Mausoleum of the First Qin Emperor.
               Figure ini ditemukan tahun 1974 di dekat Xian
               Propinsi Shaanxi. (sumber: www.3info2u.com/info_
               terracotta_figures_china.htm)
Gambar 5.21.   Contoh Motif keramik pada kebudayaan Yang-Shao.            93
               (sumber: www.ceramicstudies.me.uk)
Gambar 5.22.   Produk keramik dari Dinasti Chou.                          93
               (sumber: www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/)
Gambar 5.23.   Gambar 5.23. Onta dari earthenware dengan glasir           94
               sancai.Tang Dynasty, abad ke 7 atau 8 M.

                                                                     xx
(sumber: www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/)
Gambar 5.24.   Produk Keramik dari Dinasti Sung. (sumber:                94
               www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/)
Gambar 5.25.   Botol celadon pada perioda Koryo dengan desain            95
               inlay Chrysanthemum dan kupu-kupu Koryo
               Dynasty, abad ke 12-Korea The Ho-Rim Museum.
               (sumber: www.korean-arts.com)
Gambar 5.26.   Keramik earthenware Korea pada jaman                      95
               neolitik(sumber: www.korean-arts.com)
Gambar 5.27.   Keramik dibentuk dengan pilin, Jepang, Periode            95
               Jomon kira-kira 2500 SM. (atas). Keramik pada
               jaman pertengahan Jomon (bergaya Daigi) (sumber:
               www.myspace.com)
Gambar 5.28.   Tembikar-tembikar yang ditemukan di situs                 96
               Batujaya. (sumber: www.budpar.go.id)
Gambar 5.29.   Fragmen terracotta yang ditemukan di situs                97
               Batujaya. (sumber: www.budpar.go.id)
Gambar 5.30.   Bentuk kepala terbuat dari terracotta pada                97
               penanggalan abad ke 10. (sumber: heritage
               indonesia)
Gambar 5.31.   Terracotta peninggalan zaman Mojopahit. (sumber:          98
               heritage indonesia)
Gambar 5.32.   Adanya keramik di Indonesia sering dibuktikan             98
               dengan relief candi. (sumber: heritage indonesia)
Gambar 5.33.   Membuat keramik dengan teknik putar tatap (paddle         99
               and anvil technique)(sumber: Koleksi studio
               keramik)
Gambar 5.34.   Keramik Sung (China) yang mempengaruhi                100
               perkembangan keramik Indonesia (sumber:
               www.britannica.com)
Gambar 5.35.   Keramik Plered koleksi Istana Negara Republik         101
               Indonesia.
Gambar 5.36.   Produk pabrik keramik Sango                           102
Gambar 5.37.   Keramik Lombok (sumber: http://bidytour-              103
               lombok.com)
Gambar 5.38.   Keramik Kasongan                                      103
               (sumber: Album keramik Kasongan)
Gambar 6.1.    Proses pelapukan batuan granit(sumber: Frank and      107
               Janet Hammer)
Gambar 6.2.    Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder     108
Gambar 6.3.    Bentuk partikel tanah liat(sumber: F.H. Norton)       108
Gambar 6.4.    Asal usul tanah liat secara sederhana (sumber:        109
               Frank and Janet Hammer).
Gambar 6.5.    Dua partikel kwarsa dengan lapisan air (sumber:       110
               F.H. Norton)
Gambar 6.6.    Dua partikel tanah liat plastis dipisahkan oleh       112
               lapisan air (sumber: F.H. Norton)

                                                                   xxi
Gambar 6.7.    Partikel dan struktur tanah liat (sumber: Frank           115
               Hammer and Janet Hammer)
Gambar 6.8.    Tanah liat yang memiliki daya kerja (sumber:              116
               Koleksi studio keramik)
Gambar 6.9.    Tanah liat plastis, kering, dan biskuit (sumber:          118
               Koleksi studio keramik)
Gambar 6.10.   Tahap penyusutan kering tanah liat (sumber: Frank         118
               and Janet Hammer)
Gambar 6.11.   Tahap penyusutan bakar tanah liat (sumber: Frank r        118
               and Janet Hammer)
Gambar 6.12.   Efek vitrifikasi (sumber: Frank and Janet Hammer).        119
Gambar 6.13.   Pengaruh suhu bakar terhadap vitrifikasi dan              120
               kekuatan (sumber: Frank and Janet Hammer).
Gambar 6.14.   Porositas tanah liat setelah proses pembakaran            121
               (sumber: Frank and Janet Hammer).
Gambar 6.15.   Pengaruh suhu bakar terhadap porositas dan                122
               kekuatan tanah liat (sumber: Frank and Janet
               Hammer).
Gambar 6.16.   Perbedaan warna tanah liat setelah dibakar biskuit        123
               suhu 900oC (sumber: Koleksi studio keramik)
Gambar 6.17.   Perbandingan antara lempung, tanah endapan, dan           124
               pasir (sumber: Wheatonparkdistric.com)
Gambar 6.18.   Bahan-bahan keramik plastis (sumber: Koleksi              128
               studio keramik)
Gambar 6.19.   Bahan-bahan keramik tidak plastis (sumber: Koleksi        131
               studio keramik)
Gambar 6.20.   Pencampuran sistem segitiga (sumber: Glenn C              133
               Nelson)
Gambar 7.1.    Bahan tanah liat dan mineral terolah(sumber:              153
               Koleksi sttudio keramik)
Gambar 7.2.    Pencampuran tanah liat sistem segitiga (sumber:           156
               Glenn C. Nelson)
Gambar 7.3.    Bahan deflokulan waterglass dan soda abu                  193
Gambar 8.1.    Bagan proses pembentukan benda keramik                    199
Gambar 8.2.    Bagian-bagian alat putar listrik (sumber: Richard         205
               Phethean).
Gambar 8.3.    Tanah liat plastis (sumber: Koleksi studio keramik)       210
Gambar 8.4.        Mangkok teknik pijit (sumber: Koleksi studio          215
                                       keramik)
Gambar 8.5.    Proses teknik pijit (sumber: Lorette Espi)                216
Gambar 8.6.    Mangkok teknik pijit (sumber: (Koleksi studio             218
               keramik)
Gambar 8.7.    Vas teknik pilin (sumber: (Koleksi studio keramik)        219
Gambar 8.8.    Botol teknik pilin (sumber: (Koleksi studio keramik)      220

Gambar 8.9.    Botol teknik lempeng(sumber: (Koleksi studio              228
               keramik)

                                                                      xxii
Gambar 8.10.   Kotak teknik lempeng (sumber: (Koleksi studio         228
               keramik)
Gambar 8.11.   Vas teknik lempeng (sumber: (Koleksi studio           229
               keramik)
Gambar 8.12.   Wadah bertutup teknik lempeng datar. (sumber:         233
               (Koleksi studio keramik)
Gambar 8.13.   Wadah bertutup teknik lempeng lengkung(sumber:        237
               (Koleksi studio keramik)
Gambar 8.14.   Piring teknik lempeng dengan acuan. (sumber:          239
               Susan Peterson)
Gambar 8.15.   Wadah bertutup teknik putar centering (sumber:        240
               Koleksi studio keramik)
Gambar 8.16.   Wadah bertutup teknik putar centering (sumber:        241
               Koleksi studio keramik)
Gambar 8.17.   Bagian-bagain dari telapak tangan (sumber:            243
               Melanie Jones)
Gambar 8.18.   Produk silinder teknik putar centering. (sumber:      248
               Mary Chappelhow)
Gambar 8.19.   Mangkok teknik putar centering. (sumber: Mary         252
               Chappelhow)
Gambar 8.20.   Bentuk-bentuk mangkok. (sumber: Daniel Rhodes).       258
Gambar 8.21.   Piring teknik putar centering. (sumber: Katalog)      259
Gambar 8.22.   Bentuk-bentuk piring. (sumber: Daniel Rhodes).        263
Gambar 8.23.   Vas teknik putar centering. (sumber: Mary             264
               Chappelhow)
Gambar 8.24.   Wadah bertutup teknik putar centering (sumber:        268
               Mary Chappelhow)
Gambar 8.25.   Variasi bentuk bibir benda keramik. (sumber: Daniel   273
               Rhodes)
Gambar 8.26.   Variasi bentuk kaki benda keramik.(sumber: Robin      274
               Hopper)
Gambar 8.27.   Cara mengukur ketebalan dasar benda keramik.          275
               (sumber: Richard Phethean)
Gambar 8.28.   Vas, gabungan teknik putar centering. (sumber:        277
               Josie Warshaw)
Gambar 8.29.   Cara mengukur bagian benda yang akan disambung.       278
               (sumber: Peter Cosentino)
Gambar 8.30.   Bagian-bagian tutup benda keramik. (sumber:           282
               Kenneth Clark)
Gambar 8.31.   Variasi bentuk tutup benda keramik. (Sumber:          283
               Kenneth Clark)
Gambar 8.32.   Variasi bentuk handle. (sumber: Peter Cosentino)      286
Gambar 8.33.   Variasi bentuk handle. (sumber: Peter Cosentino)      287
Gambar 8.34.   Pola handle dengan extruder (sumber : Richard         290
               Phethean)
Gambar 8.35.   Pola handle dengan kawat (sumber: Richard             291
               Phethean)

                                                                 xxiii
Gambar 8.36.   Variasi bentuk knob. (sumber : Richard Phethean)            293
Gambar 8.37.   Variasi bentuk spout benda keramik. (sumber:                294
               Richard Phethean)
Gambar 8.38.   Variasi bentuk lug. (sumber: Richard Phethean)              296
Gambar 8.39.   Variasi bentuk lug (sumber: Richard Phethean)               296
Gambar 8.40.   Produk teknik putar pilin. (sumber: Koleksi studio          306
               keramik)
Gambar 8.41.   Wadah bertutup teknik cetak tuang dengan model              324
               bubut. (sumber: Koleksi studio keramik)
Gambar 8.42.   Wadah bertutup teknik cetak tuang dengan model              324
               bebas.(sumber: Koleksi studio keramik)
Gambar 8.43.   Binatang cetak tuang. (sumber: Katalog)                     227
Gambar 8.44.   Model bentuk binatang dari gips. (sumber: Katalog)          227
Gambar 8.45.   Wadah bertutup cetak tuang. (sumber: Koleksi                334
               studio keramik)
Gambar 8.46.   Model tanah liat dan gipss(sumber: Koleksi studio           334
               keramik)
Gambar 8.47.   Cetakan gips (sumber: Koleksi studio keramik)               340
Gambar 8.48.   Cetakan (sumber: Koleksi studio keramik)                    341
Gambar 8.49.   Produk teknik jigger jolly (sumber: Axner.com)              344
Gambar 8.50.   Produk teknik jigger jolly (sumber: Axner.com)              344
Gambar 8.51.   Bagian-bagian jigger. (sumber: Frank Hammer)                345
Gambar 8.52.   Bagian-bagian jolley (sumber: Frank Hammer)                 346
Gambar 8.53.   Alat jigger-jolley masinal. (sumber: www.gladstone.         346
               htm)
Gambar 8.54.   Piring teknik jigger. (sumber: Koleksi studio keramik)      351
Gambar 9.1.    Tanah liat plastis dengan beberapa warna.(sumber:           363
               Melanie Jones)
Gambar 9.2.    Slip tanah liat (sumber: Koleksi studio keramik)            363
Gambar 9.3.    Pewarna oksida.(sumber: Joaquim Chavarria)                  366
Gambar 9.4.    Pewarna stain (sumber: Joaquim Chavarria)                   366
Gambar 9.5.    Air (sumber:Morgen Hall)                                    367
Gambar 9.6.    Beberapa contoh benda dengan hiasan marbling                372
               body. (sumber: Tony Birk)
Gambar 9.7.    Bentuk mangkok dengan dekorasi                              375
               nerikomi.(Sumber: Morgen Hall)
Gambar 9.8.    Penerapan dekorasi nerikomi pada benda keramik.             376
               (sumber: Tony Birk)
Gambar 9.9.    Bentuk mangskok dengan hiasan teknik agate.                 378
               (Sumber: Peter Cosentino)
Gambar 9.10.   Contoh dekorasi faceting. (sumber: Peter                    381
               Cosentino)
Gambar 9.11.   Contoh dekorasi combing.(sumber: Peter                      382
               Cosentino)

Gambar 9.12.   Piring dengan dekorasi marbling. (sumber: Peter             384
               Cosentino)

                                                                        xxiv
Gambar 9.13.  Contoh motif impress pada produk. (sumber: Peter       387
              Cosentino)
Gambar 9.14. Contoh berbagai alat cap, bermotif organis yang         387
              dibuat dari gips. (sumber: Robert Fournier)
Gambar 9.15. Contoh dekorasi relief.                                 389
Gambar 9.16. Guci dengan dekorasi sgrafitto. (sumber: Koleksi        391
              studio keramik)
Gambar 9.17. Produk keramik dengan hiasan embossing.                 405
              (sumber: Koleksi studio keramik)
Gambar 9.18. Gambar 9.18. Bootol keramik dengan dekorasi             412
              inglaze (sumber: Koleksi studio keramik)
Gambar 10.1. Bahan perwarna oksida.(sumber: Koleksi studio           420
              keramik)
Gambar 10.2. Bahan pewarna stain. (sumber: Koleksi studio            423
              keramik)
Gambar 11.1. Jenis-jenis glasir (sumber: Koleksi studio keramik)     450
Gambar 11.2. Bahan-bahan glasir (sumber: Koleksi studio              451
                     keramik)
Gambar 11.3. Pewarna oksida (sumber: Koleksi studio keramik)         452
Gambar 11.4. Pewarna stain (sumber: Koleksi studio keramik)          453
Gambar 11.5. Wadah bertutup dengan glasir warna (sumber: Mary        458
              Chappelhow)
Gambar 11.6. Contoh hasil pengujian glasir rendah yang               458
              diterapkan pada benda keramik stoneware.
              (sumber: Koleksi studi keramik)
Gambar 11.7. Contoh hasil pengujian glasir menengah yang             458
              diterapkan pada benda keramik stoneware.
              (sumber: Koleksi studi keramik)
Gambar 11.8. Proses penghalusan bahan glasir dengan ballmill         459
Gambar 11.9. Produk keramik berglasir. (sumber: Koleksi studio       464
              keramik)
Gambar 11.10. Produk keramik berglasir. (sumber: Mary                464
              Chappelhow)
Gambar 11.11. Contoh beberapa kesalahan glasir (sumber:              475
              Joaquim Chavarria)
Gambar 12.1. Tungku dengan sirkulasi api naik.(sumber: Prasidha      479
              Adhikriya)
Gambar 12.2. Tungku dengan sirkulasi api berbalik Tungku             480
              dengan sirkulasi api naik. (sumber: Prasidha
              Adhikriya)
Gambar 12.3. Tungku dengan sirkulasi api mendatar Tungku             481
              dengan sirkulasi api naik. (sumber: Prasidha
              Adhikriya)
Gambar 12.4. Penampang thermocouple pada dinding tungku.             485
              (sumber: Melanie Jones)
Gambar 12.5. Grafik pembakaran. (sumber: Steve Mattison)             496
Gambar 12.6.  Cara menyusun mangkok yang berbeda ukuran              503

                                                                   xxv
Cara menyusun piring (sumber: Daniel Rhodes)
Gambar 12.7.    Cara menyusun mangkok dengan ukuran sama                503
                Cara menyusun piring (sumber: Daniel Rhodes)
Gambar 12.8.    Tungku bak terbuka.(sumber: Koleksi studio              508
                keramik)
Gambar 12.9.    Tungku catenary dengan bahan bakar minyak tanah         511
                (sumber: Koleksi studio keramik)
Gambar 12.10.   Bagian-bagian kompor kombrander dengan spuyer.          513
                (sumber: Pras idha Adhikriya)
Gambar 12.11.   Bagian-bagian kompor spiral tanpa udara tekan.          514
                (sumber: Prasidha Adhikriya)
Gambar 12.12.   Bagian-bagian kompor spiral dengan udara tekan.         514
                (sumber: Prasidha Adhikriya)
Gambar 12.13.   Bagian-bagian kompor udara tekan. (sumber: Sardi)       515
Gambar 12.14.   Bagian-bagian dan sirkulasi api tungku catenary         516
                (sumber: Prasidha Adhikriya)
Gambar 12.15.   Bagian-bagian dan sirkulasi api tungku catenary         517
                (sumber: Prasidha Adhikriya)
Gambar 12.16.   Tungku gas. (sumber: www.beileypottery.com)             520
Gambar 12.17.   Tungku listrik. (sumber: www.beileypottery.com)         525
Gambar 12.18.   Bagian-bagian tungku listrik. Bagian-bagian tungku      526
                listrik. (sumber: peter Cosentino)
Gambar 12.19.   Cara memperbaiki kumparan kendur. (sumber:              531
                Richard Zakin)
Gambar 12.20.   Cara menyambung kumparan kendur putus.                  531
                (sumber: Richard Zakin)




                                                                     xxvi
SINOPSIS


Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang
merupakan potensi bahan baku untuk produk-produk kerajinan (kriya).
Salah satu potensi alam tersebut adalah tanah liat yang terdapat hampir
di seluruh Indonesia baik di Sumatera, Bangka, Belitung, Jawa,
Kalimatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, bahkan di Papua. Tanah liat
sebagai bahan utama untuk pembuatan keramik sangat menguntungkan
karena bahannya relatif mudah di dapat dan hasil produknya sangat luas
pemakaiannya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik
sebagai salah satu jenjang pendidikan menengah bertujuan menyiapkan
sumber daya manusia yang terampil di bidang seni dan kriya diharapkan
dapat memanfaatkan potensi alam yang melimpah tersebut. Tujuan
tersebut dapat dicapai apabila dalam proses pembelajarannya didukung
oleh perangkat pembelajaran yang memadai, salah satunya adalah
sarana berupa materi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi
yang berlaku dalam hal ini adalah Standar Kompetensi Nasional (SKN)
Bidang Kriya Keramik.

Buku Kriya keramik untuk SMK Program Keahlian Kriya Keramik ini
disusun berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN) Bidang Kriya
Keramik dan juga berpedoman pada Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar        (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Program Keahlian Kriya Keramik. Dengan demikian informasi yang
terdapat dalam buku ini menjadi lebih lengkap dan terstruktur.

Secara umum buku kriya keramik ini berisi tentang materi menggambar
dan keramik yang berupa pengetahuan yang bersifat teori maupun
praktik keterampilan dari alat dan bahan, proses penyiapan bahan,
proses pembentukan, proses dekorasi, dan proses pembakaran yang
tertuang dalam isi buku sebagai berikut:

A. Materi menggambar

    1.   Membuat Nirmana
         Materi membuat nirmana ini berisi tentang mengeksplorasi garis
         dan bidang, menggambar huruf, alam benda, flora fauna,
         menusia, dan membuat nirmanan tiga dimensi.
    2.   Menggambar Teknik
         Materi menggambar teknik menguraikan tentang menggmbar
         proyeksi, perspektif, dan gambar kerja.
    3.   Menggambar Ornamen



                                                               xxvii
Bagian ini menguraikan tentang menggambar ornamen baik
        primitif, tradisional dan klasik, serta modern.


B. Materi keramik

   1.   Pendahuluan
        Bagian awal ini menguraikan secara umum tentang keramik,
        pengertian, jenis, dan fungsi keramik
   2.   Sejarah Keramik
        Sejarah keramik berisi tentang perkembangan keramik secara
        singkat diberbagai belahan dunia dan Indonesia.
   3.   Tanah Liat
        Bagian ini menguraikan tentang bahan baku khususnya yang
        digunakan untuk membuat keramik, mulai dari asal usul, jenis,
        pengembangan formula badan keramik, serta problem badan
        tanah liat dan perbaikannya.
   4.   Pengujian dan Penyiapan Tanah Liat
        Materi ini mempelajari tentang peralatan dan perlengkapan kerja,
        bahan yang digunakan, proses pengujian tanah liat yang
        memenuhi persyaratan untuk dapat diguakan untuk membuat
        keramik, serta proses penyiapan (pengolahan) badan tanah liat.
   5.   Teknik Pembentukan
        Merupakan materi praktik utama yang berisi tentang peralatan
        dan perlengkapan kerja; bahan yang digunakan; dan teknik
        pembentukan benda keramik yang meliputi teknik pijit (pinching),
        teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slab building), teknik putar
        (throwing) yang terdiri dari teknik putar centering, teknik putar
        pilin, dan teknik putar tatap, serta teknik cetak (mold) yang terdiri
        dari teknik cetak tekan, teknik cetak tuang, dan teknik cetak
        jigger/jolley.
   6.   Dekorasi
        Materi yang menguraikan tentang berbagai teknik dekorasi
        berupa dekorasi pembentukan (marbling body, nerikomi, dan
        agateware); dekorasi badan tanah liat plastis (faceting, combing,
        impressing, dan relief); dekorasi badan tanah liat leather hard
        (carving, sgrafitto, inlay, pierching, engobe, burnishing, dan
        embossing); dan dekorasi glasir (over glaze, under glaze, dan in
        gaze).
   7.   Glasir
        Menguraikan tentang glasir, keseimbangan glasir, bahan utama
        dan bahan pewarna glasir, jenis glasir, RO formula, formula
        glasir, campuran glasir, hitung glasir, dan faktor-faktor yang
        mempengaruhi glasir.
   8.   Penyiapan Glasir dan Pengglasiran



                                                                    xxviii
Merupakan materi praktik yang meliputi peralatan dan
     perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja; bahan yang
     digunakan;      penyusunan      campuran      glasir;    penyiapan
     (pengolahan) glasir; dan teknik pengglasiran yaitu teknik kuas
     (brush), teknik tuang (pouring), teknik celup (dipping), dan teknik
     semprot (spraying); serta kesalahan dalam pengglasiran dan
     cara mengatasinya.

9.   Tungku dan Pembakaran
     Materi ini menguraikan tentang tungku pembakaran dan
     perlengkapannya; teori pembakaran biskuit dan glasir;
     penyusunan dan pembongkaran benda dalam tungku;
     pengoperasian tungku pembakaran dengan bahan bakar padat,
     cair, gas, dan listrik; kesalahan dalam pembakaran dan cara
     mengatasi.




                                                                xxix
DESKRIPSI KONSEP PENULISAN


Latar Belakang

Indonesia dengan keanekaragaman seni dan budaya merupakan salah satu
keunggulan yang belum tentu dimiliki oleh negara lain, dengan
keanekaragaman seni dan budaya tersebut melalui pendidikan seni budaya
dan kriya diharapkan dapat dilestarikan dan sekaligus dikembangkan
menjadi sumber penghidupan. Sumber daya alam yang melimpah yang
merupakan potensi bahan baku yang dapat dikembangkan menjadi bahan
utama produk kerajinan, sumber daya manusia merupakan potensi tenaga
kerja, serta sumber daya seni dan budaya (seni rupa, seni kriya, seni
pertunjukan, arsitektur, dan lainnya) merupakan potensi untuk
mengembangkan kreativitas yang tidak akan ada habisnya.
Mutu tenaga kerja tingkat menengah di bidang seni dan kriya sangat
tergantung pada mutu pendidikan kejuruan seni dan budaya yang juga
sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga kependidikan,
proses pembelajaran, sarana-prasarana, alat-bahan, manajemen sekolah,
lingkungan kerja, dan kerjasama industri. Melalui pendidikan diharapkan
dapat meningkatkan wawasan dan penguasaan di bidang ilmu pengetahun,
teknologi, dan seni. Proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) merupakan suatu proses penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni, yang diarahkan pada penguasaan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pencapaian hasil pembelajaran pada aspek kognitif diarahkan
melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat teoretik (pengetahuan), aspek afektif
pencapaiannya diamati melalui sikap selama proses pembelajaran
berlangsung, sedang aspek psikomotorik pencapaiannya melalui kegiatan-
kegiatan yang melibatkan gerak motorik keterampilan. Dengan demikian
dalam proses pembelajaran praktik kejuruan, ketiga aspek tersebut saling
berkaitan.

Landasan Penulisan Buku

Penulisan buku kriya keramik untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
merupakan satu satu usaha untuk mengembangkan sarana pembelajaran
produktif khususnya pengembangan materi pembelajaran baik teori maupun
praktik yang didasarkan pada Standar Kompetensi Nasional (SKN) bidang
kriya keramik. Dengan berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN)
bidang kriya keramik, penulisan buku ini menjadi lebih lengkap dan dapat
digunakan untuk mengembangkan materi pembelajaran yang ada di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik yang
tersebar di Indonesia dengan masing-masing memiliki potensi yang
berbeda-beda sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik untuk


                                                                      xxx
berkembang mengikuti kemajuan di bidang ilmu pengetahun, teknolgi, dan
seni.

Mata pelajaran produktif kriya keramik merupakan salah satu mata pelajaran
yang diharapkan mampu membekali siswa untuk menguasai kompetensi
yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang
dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, dengan demikian
lulusannya akan menguasai aspek teknis, terampil, memiliki wawasan,
disiplin kerja,dan sikap kerja.

Tujuan dan Sasaran

Buku kriya keramik ini berisi seluruh proses pembuatan benda keramik baik
bersifat teori maupun praktik keterampilan yang meliputi kelompok
kompetensi maupun unit kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi
Nasional (SKN) dan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Program Keahlian Kriya
Keramik.
Buku kriya keramik ini memuat tentang teori dan petunjuk praktik
keterampilan sehingga tidak hanya pemahaman secara teori namun praktik
keterampilan dan sikap kerja yang sesungguhnya dalam bekerja. Dengan
demikian buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi yang
lengkap baik bagi guru dalam penyusunan dan pengembangan program
pembelajaran praktik keterampilan maupun bagi siswa dalam memahami
materi dan melaksanakan praktik keterampilan dengan sikap kerja yang
benar.

Materi

Materi buku ini berisi dua bagian, yaitu:

A. Materi Menggambar
   1. Membuat Nirmana
   2. Menggambar Teknik
   3. Menggambar Ornamen

B. Materi Keramik
   1. Pendahuluan
   2. Sejarah Keramik
   3. Pengetahuan Tanah Liat
   4. Pengujian dan Penyiapan Tanah Liat
   5. Teknik Pembentukan
   6. Teknik Dekorasi
   7. Pengetahuan Glasir
   8. Penyiapan Glasir dan Pengglasiran
   9. Tungku dan Pembakaran


                                                                   xxxi
Dalam buku kriya keramik ini juga memuat kompetensi yang sesuai dengan
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SMK Bidang Keahlian Kriya Keramik, yang meliputi:

1.    Membuat nirmana
2.    Menggambar teknik
3.    Menggambar ornamen
4.    Mengolah clay-body dari lempung alam secara manual basah
5.    Mengolah clay-body dari lempung alam secara masinal basah
6.    Mengolah clay-body untuk teknik pembentukan cetak tuang
7.    Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tekan satu sisi
8.    Membentuk keramik dengan teknik pijit (pinch)
9.    Membentuk keramik dengan teknik pilin (coil)
10.   Membentuk keramik dengan teknik lempeng (slab)
11.   Membentuk keramik dengan teknik putar
12.   Membuat dekorasi keramik
13.   Membakar keramik




                                                                  xxxii
PETA KOMPETENSI


Diagram ini menunjukkan tahapan kelompok kompetensi dan unit
kompetensi yang merupakan suatu urutan proses pekerjaan bidang keramik.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Bidang Keahlian Kriya Keramik SMK menjadi arah dan
landasan untuk mengembangkan matei pokok, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Mengacu hal tersebut diatas maka Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) sesuai nomor yang terdapat dalam Peta
Kompetensi di bawah.




                                                                xxxiii
Keterangan:

BAGIAN A
  1. Membuat Nirmana
  2. Menggambar Teknik
  3. Menggambar Ornamen

BAGIAN B
       Menyusun resep clay-body
  1.
       Membuat lempengan dan menguji plastisitas, penyusutan, dan
  2.
       porositas clay-body
       Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara manual basah
  3.
       Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara manual kering
  4.
       Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara masinal basah
  5.
       Menyiapkan clay-body dari prepared hard mineral secara masinal
  6.
       basah
       Menyiapkan clay-body untuk teknik pembentukan cetak tuang
  7.
       Menyusun formula dan resep glasir serta menganalisis hasil bakar
  8.
       Menyiapkan/mencampur glasir (sesuai dengan resep)
  9.
  10. Membuat model cetakan
  11. Menyiapkan massa gips untuk membuat cetakan
  12. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tekan satu sisi
  13. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tuang dua sisi atau lebih
  14. Menghomogenkan (menguli) clay-body
  15. Membentuk dengan teknik pijit
  16. Membentuk dengan teknik pilin
  17. Membentuk dengan teknik lempeng
  18. Membentuk dengan teknik putar centering
  19. Membentuk dengan teknik putar pilin
  20. Membentuk dengan teknik putar tatap
  21. Membentuk dengan teknik cetak tekan
  22. Membentuk dengan teknik cetak tuang
  23. Membentuk dengan teknik cetak jigger/jolley
  24. Menerapkan dekorasi pembentukan (marbling, nerikomi, dan agate
       ware)
  25. Menerapkan dekorasi clay-body plastis (faceting dan combing)
  26. Menerapkan dekorasi clay-body plastis (impress dan relief)
  27. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik carving (ukir)
  28. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik sgraffito (toreh)
  29. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik inlay (toreh isi)
  30. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik piercing
       (terawang)
  31. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik engobe
  32. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik burnish (gosok)
  33. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik embossing
       (etching)

                                                                   xxxiv
Menerapkan dekorasi glasir over glaze pada permukaan benda
   34.
          mentah, biskuit dan berglasir
          Menerapkan dekorasi glasir underglaze pada permukaan benda
   35.
          mentah, biskuit dan berglasir
          Menerapkan glasir dengan teknik tuang (pouring)
   36.
          Menerapkan glasir dengan teknik celup (dipping)
   37.
          Menerapkan glasir dengan teknik semprot (sparying)
   38.
          Menerapkan glasir dengan teknik kuas (brush)
   39.
          Menyusun benda dan membongkar benda di tungku
   40.
          Mengoperasikan tungku bahan bakar padat
   41.
          Mengoperasikan tungku bahan bakar cair
   42.
          Mengoperasikan tungku bahan bakar gas
   43.
          Mengoperasikan tungku bahan bakar listrik
   44.

Berdasarkan keterangan di atas, maka berbagai jenis pekerjaan di bidang
kriya keramik dapat dikelompokkan sebagai berikut:

          Tenaga pengujian badan tanah liat dan glasir
     I.
          Tenaga penyiapan badan tanah liat
    II.
          Tenaga pembuatan model dan cetakan
   III.
          Tenaga pembentukan
  IV.
          Tenaga dekorasi
    V.
          Tenaga penyiapan glasir
  VI.
          Tenaga pengglasiran
 VII.
          Tenaga pembakaran
 VIII.




                                                                 xxxv
BAB I
                           PENDAHULUAN


SENI KRIYA KAYU
Pembahasan seni rupa Indonesia dalam perspektifhistoris bisa
menghadapi kendala terminologis, apakah ketika menorehkan tulisan
dimulai sejak deklarasi sumpah pemuda tahun 1928, atau sejak
dilontarkannya gagasan kawasan Nusantara pada zaman Majapahit, atau
dimulai sejak zaman praejarah seperti yang dilakukan beberapa penulis
Barat, di antaranya A.N.J. Th. A Th van der Hoop (1949). Fritz A. Wagner
(1949;1959), A.J. Bernert Kempers (1959) dan Claire Holt (1967).
Nuansa Indonesiasentrisme sangat jelas bukan pengingkaran pengakuan
internasional atas eksistensi seni rupa Indonesia yang sudah
berlangsung sejak zaman prasejarah, namun dalam hal pembabakannya
disesuaikan dengan kenyataan periode zamannya. Hal ini dikemukakan
agar masalah terminologi kaitannya dengan batasan temporal tidak
menjadi bahan perbincangan yang tak berujung, sehingga pembahasan
seni kriya Indonesia segera dapatdimulai. (SP. Gustami, 2002).

Seni kriya, bagi banyak kalangan bukan lagi berkutat hanya pada
masalah peristilahan, dalam suatu seminar internasional Seni Kriya
September 2002, PPs ISI Yogyakarta audiens menghendaki formula
praktis bagaimana memajukan kriya, meningkatkan kualitas produksi,
bagaiman menembus pasar eksport. Secara umum dapat dikatakan
bahwa disiplin kriya kriya adalah disiplin yang banyak membutuhkan
konsentrasi pada pengembangan sarana dan pengetahuan praktis.
Bahkan kriya kontemporer/ contemporary craft: masih cukup memiliki
rambu-rambu penilaian kualitas antara lain kualitas dalam m      enangani
material craftmanship atau skill. Skill adalah semacam pengetahuan yang
digolongkan sebagai tacid knowledge (pengetahuan diam-diam),
dipelajari melalui pengalaman.(Asmudjo J. Irianto, 2002).
Seni kriya hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan Indonesia
bagaikan pernik-pernik manikam persada Nusantara. Kehadirannya
beriringan sejalan dengan eksistensi manusia di tanah air. Penciptaannya
berkaitan erat dengan kebutuhan hidup, baik kebutuhan jasmani (fisik)
maupun kebutuhan rohani/jiwani (spiritual).Oleh karena itu, hasil karya
sen kriya sering merepresentasikan pola fikir dan perilaku masyarakat
pada zamannya. ( Franz Boas, 1955 ). Keberadaan seni kriya selalu
berkaitan     dengan     pemenuhan        fungsi-fungsi tertentu,meskipun
pemenuhan fungsi-fungsi itu sering dipandang hanya dari sisi fisiknya
saja,tidak menyeluruh, tidak sesuai dengan realitas kebutuhan hidup
yang lengkap dan utuh.Ada tiga kategori fungsi seni, yaitu fungsi
personal, fungsi sosial dan fungsi fisik. Fungsi personal adalah bekaitan
dengan pemenuhan kepuasan jiwa pribadi dan individu; fungsi sosial
berhubungan dengan tujuan-tujuan sosial,ekonomi, politik, budaya dan


                                                                       1
kepercayaan; sedangkan fungsi fisik berurusan dengan pemenuhan
kebutuhan praktis. Dalam perwujudannya, ketiga fungsi tersebut saling
bersinergi, sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu.
Dalam dunia modern pengetahuan mempelajari dan menguasai
ketrampilan disokong oleh pengetahuan bahan dan material yang bisa
saja diajarkan secara teoritis. Jika pengetahuan itu ditambahkan dengan
pengetahuan sejarah, teori seni rupa dan sedikit ilmu manajemen dapat
masuk ke kurikulum sekolah.

Seni Kriya adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian
khusus yang berkaitan dengan tangan, sehingga seni kriya sering juga
disebut kerajinan tangan. Seni kriya dihasilkan melalui keahlian manusia
dalam mengolah bahan mentah. Seni kriya               dapat dikelompokan
berdasar tujuan penciptaan atau penggunaannya menjadi kriya
mempunyai fungsi : praktis, estetis, dan simbolis (religius).
Kata ‘kriya’ pada zaman dahulu kemungkinan diadop dari bahasa
Sanskerta ke dalam bahasa Jawa yang berarti kerja. Kemudian muncul
kata ‘seni’ yang disepadankan dengan kata ‘art’ bahasa Inggris yang
berarti hasil karya manusia yang mengandung keindahan. Pada saat ini
seni kriya golongkan sebagai bagian dari seni rupa, yaitu karya seni
yang dinikmati dengan indera penglihatan. Namun seni kriya
membutuhkan kemampuan kecakapan teknik dan ketelatenan yang
tinggi, sperti seni kriya tenun, batik, anyam, gerabah, perhiasan hingga
keris.( A.Agung Suryahadi, 2007 ).
Seni kriya sudah sangat tua umurnya dan merupakan cikal bakal seni
rupa Indonesia pada umumnya. Yang kemudian membedakan seni kriya
dari seni murni atau seni rupa lainnya adalah fungsinya. Sementara seni
murni adalah ekspresif dan komunikatif, seni kriya lebih berorientasi pada
kegunaan dalam kehidupan manusia sehari-hari dibarengi dengan teknik
pembuatan yang tinggi. Lahirnya cobek adalah karena manusia
memerlukan ajang atau tempat untuk makan, begiupun contoh-contoh
seni kriya yang lain seperti belanga, kursi, keranjang sampai dengan kain
batik, bahkan juga keris. Semua terwujud dikarenakan desakan
kebutuhan. Saat kini seni kriya adalah merupakan bagian seni rupa yang
mengutamakan kegunaan,sarat dengan kekriyaan (craftsmanhip) y          ang
tinggi dan bentuknya indah. Hal terakhir tersebut terjadi karena setelah
kebutuhan pokok manusia terpenuhi maka akan berpaling terhadap
kebutuhan yang kurang pokok.

Pengertian Kriya
Istilah ‘seni kriya’ berasal dari akar kata ‘kr’ (bahasa Sanskrta) yang
berarti ‘mengerjakan’; dari akar kata tersebut kemudian menjadi kata :
karya, kriya, kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk
menghasilkan benda atau obyek. Dalam pengertian berikutnya semua
hasil pekerjaan termasuk berbagai ragam keteknikannya disebut ‘seni
kriya’.(Timbul Haryono,2002)


                                                                        2
Kata ‘kriya’ dalam bahasa Indonesia berarti pekerjaan (kerajinan tangan).
Di dalam bahasa Inggris disebut craft yang mengandung arti: energi atau
kekuatan, arti lain suatu ketrampilan mengerjakan atau membuat sesuatu
(http://www.answers.com/topic/craft). Istilah itu diartikan sebagai
ketrampilan yang dikaitkan dengan profesi seperti yang terlihat dalam
craftsworker (pengrajin). Pada kenyataannya seni kriya sering
dimaksudkan sebagai karya yang
dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang; sebagaimana
diketahui bahwa semua kerja dan ekspresi seni membutuhkan
ketrampilan.
Dalam persepsi kesenian yang berakar pada tradisi Jawa, dikenal
sebutan kagunan. Di dalam Kamus Bausastra Jawa, kagunan adalah
Kapinteran/ Yeyasan ingkang adipeni/Wudharing pambudi nganakake
kaendahan-gegambaran, kidung ngukir-ukir.
Penjelasan itu menunjukan posisi dan pentingnya ketrampilan dalam
membuat (mengubah) benda sehari-hari, di samping pengetahuan dan
kepekaan (akan keindahan). Oleh sebab itu, sebuah karya (seni) dalam
proses penggarapannya tidak berdasarkan pada kepekaan dan
ketrampilan yang baik (mumpuni), maka tidak akan ada kesempatan bagi
kita untuk mnikmati karya tersebut sebagai karya seni ( I Made Bandem,
2002 ).
Ada beberapa kelompok di masyarakat yang melihat bahwa ‘kriya’
berbeda dengan ‘seni’, seperti yang terdapat di dunia Barat; bahkan
faham ini sudah berpengaruh samapi ke Indonesia. Dalam dunia Barat
terbangun persepsi bahwa kesenian didasari oleh estetika artes liberales,
yang menempatkan kepekaan seni di posisi tinggi. Sementara di dalam
kagunan tidak hanya kepekaan, tetapi juga ketrampilan memperoleh
tempat yang penting dalam proses kreasi seni.
Seni Kriya merupakan hasil pekerjaan dengan berbagai ragam tekniknya
merupakan cakupan dalam kebudayaan. Kebudayaan sebagai suatu
sistem mencakup tiga wujud: wujud gagasan, wujud tingkah laku berpola
dan hasil tingkah laku. Sejak zaman prasejarah manusia telah berkarya
menghasilkan artefak (benda buatan manusia) untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, adapun fungsinya :
         a. Untuk keperluan yang bersifat teknis, seperti pisau, alat
            pertanian dan sebagainya .
         b. Sebagai pedanda status sosial,contoh : perhiasan.
         c. Untuk keperluan religius atau ritual.
Pada masa prasejarah ketika manusia belum menggunakan sistem
tulisan untuk komunikasi mereka, istilah-istilah dalam karya pekerjaan
mereka belum diketahui.Dari hal tersebut hanya diketahui produk
akhirnya yang diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan yaitu:
batu, tanah, logam dan kayu.Penggunaan bahan-bahan tersebut sesuai
dengan masa tingkat pengetahuan teknologi masing-masing, jadi tidak
sekaligus terjadi dalam masa yang bersamaan. Penggunaan bahan kayu
dan batu adalah dalam tahapan masa penggunaan teknologi tingkat


                                                                       3
pertama, manusia hanya menggunakan bahan-bahan secara langsung
dari alam tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Pada masa ini bahan
utama berupa bahan batu digunakan langsung untuk alat, zaman ini
disebut sebagai zaman batu dan berlangsung cukup lama dengan melalui
perkembangan teknik. Pengembangan terjadi karena adanya tingkat
perkembangan pengetahuan teknologi pengerjaan batu yang mereka
kuasai, yakni pada masa paleolitik dan kemudian masa neolitik. Hasil-
hasil karya mereka berupa artefak, contohnya kapak batu yang
digunakan untuk mengumpulkan kebutuhan fisik. Mereka hidup dalam
masa ‘food gathering stage’ dan ‘food producing stage’ tingkat
sederhana. Pada masa neolitik tingkat pengetahuan mereka bertambah
sehingga dapat membuat alat dari bahan tanah, karena pada masa food
producing manusia memerlukan suatu wadah untuk makanan. Teknik
pembuatan gerabah ditemukan, artefak ini tidak lepas dari adanya
teknologi api (pyrotechnologi). Masa ini puncaknya adalah ditemukannya
teknologi pembuatan logam, karena untuk melebur logam manusia
memerlukan teknologi membuat api dengan tingkat panas yang tinggi.
Di Asia Barat perkembangan teknologi pembuatan logam, tingkatannya
alat yang dibuat dari bahan tembaga- perunggu sampai dengan yang
berbahan besi. Pentahapan masa tersebut adalah dari zaman tembaga,
zaman perungu dan zaman besi. Tembaga adalah logam pertama yang
ditemukan,tahap itu disebut tahap monometalik. Tahun 4000 SM barulah
manusia menemukan campuran lain untuk logam tembaga, yaitu timah
dan arsenik atau timbal.Tahap ini disebut polimetalik, ketika itu manusia
belum menemukan besi. Tahap berikutnya yaitu dalam kurun abad 2
SM, seiring dengan berkembangnya penemuan teknologi api dengan
pembakaran panas tinggi, ditemukanlah logam besi.
Di Indonesia tidak mengalami pembagian tiga zaman ( three age system
), pengaruh budaya Dongson- Vietnam yaitu membawa artefak logam
perunggu langsung tersebar luas di Indonesia.

Sejarah Kriya
Sudah sejak zaman prasejarah kita mengenal berbagai peninggalan
berupa artefak, ada yang berupa peralatan, perhiasan dan sebagainya.
Hasil karya tersebut dihasilkan karena ketrampilan seseorang dalam
membuat dan mengubah bahan atau benda keperluan sehari-hari
menjadi karya kriya, memang diakui bahwa keberadaan kriya sudah
sejak lama dibedakan dengan karya seni. Seperti yang diuraikan
sebelumnya, peristilahan tentang seni dan kriya dipengaruhi oleh dunia
Barat.
Kata ‘seni’ (art) berasal dari kata kerja – bahasa Latin ar yang berarti
merangkai menjadi satu, menggabungkan atau menyusun. Seseorang
yang membuat suatu benda disebut pengrajin. Ada suatu kecenderungan
pemikiran, bahwa seni diyakini sebagai ekspresi individual, sedangkan
kriya dipercaya sebagai sumber dari sebuah karya yang berguna bagi
kehidupan. Seni bila diberi ilham oleh pandangan personal (individual),


                                                                       4
dan kriya adalah teknik yang mewujudkan karya seni itu, maka
sesungguhnya antara kriya dan seni menjadi tidak terpisahkan.
Sekurang-kurangnya adalah saling melengkapi. Apabila kita mencermati
bangunan-bangunan atau rumah modern, banyak kita temui berbagai
elemen seni dan kriya saling melengkapi. Almari, meubel, penyekat ruang
(divider) dan lain sebagainya saling mengisi, sulit bagi kita membedakan
apakah itu karya seni atau kriya.Kesemuanya memberi kesan keindahan
bagi yang menyaksikannya.
        Pergerakan seni dan kriya berkembang dan berkembang selama
masa pertengahan abad ke 19, itu melibatkan gabungan secara meluas
berbagai seniman, penulis, kriyawan, wanita. Begitu luasnya berbagai
komponen masyarakat yang terlibat, sulit untuk menetapkan batasan
‘seni’ dan ‘kriya’ secara jelas dan akurat. Sebagian memandang bahwa
beberapa Pendahulu adalah sangat kolot (consevative, tampak
memprihatinkan kembali ke masa lalu di abad Pertengahan. Sementara
yang lainnya adalah sosialis dan rajin mengadakan reformasi. John
Ruskin (1819-1900) memperkenalkan estetika seni dan kriya dengan
aliran Protestan, sedangkan yang lain, seperti arsitek Augustus Welby
Pugin (1812-1852) melihat adanya pertalian antara kebangkitan abad
pertengahan dengan pengaruh Katolik. Lebih jauh lagi, pengrajin dan
kaun perempuan yang terlibat dalam pergerakan sangat aktif di bidang
lintas keterampilan(skill): seperti arsitek, tenaga percetakan, penjilid buku,
pembuat keramik, pembuat perhiasan, pelukis, pematung, pembuat
mebel. Beberapa anggota pergerakan, seperti desainer William Morris
(1834-1896) dan C.R Ashbee(1863-1942), menghargai karya kerajinan
tangan (handycraft) dan cenderung menolak kesempatan baik untuk
memproduksecara masal untuk keperluan pasar. Di lain pihak seorang
arsitek Frank Lloyd Wright (1867-1959), secara positif sangat menyukai
keuntungan-keuntungan sosial dan hal-hal kreatif mesin produksi.
        Pada tahun 1870 an, pergerakan perkembangan ‘seni’ dan ‘kriya’
semakin beraneka ragam, ketika kebangkitan minat terhadap seni dan
kriya di Inggris dieksport dan tertanam hingga ke dalam karya-karya asli
seni tradisionil di negara lain. Di Amerika Serikat, kebangkitan karya
tradisional daya tarik gaungnya bagi warga negaranya adalah dengan
adanya daya tarik politis yang kuat, sifat individualis, dan juga terhadap
barang buatan tangan atau tenunan buatan sendiri. Thomas Carlyle
(1795-1881) atu Ruskin, menulis tentang sisi menakutkan dengan adanya
era industrialsasi dan menggambarkan juga tentang keadaan kehidupan
penduduk abad pertengahan di Inggris. Komunitas Shaker membuat
furnitur dan bangunan sederhana, yang gaungnya dapat mempengaruhi
banyak lingkungan seniman idealis dan kreatif dalam masa pergerakan
seni dan kriya. Friedrich Engels (1820-1895) memisahkan diri dari agama
keyakinan kaum Shaker tetapi memuji kondisi masyarakat bawah di
lingkungan terdekatnya, di mana karya mereka dibuat dan terjual.




                                                                            5
Sejarah Kriya di Indonesia

         Kebangkitan seni dan kriya di paruh pertengahan abad ke 19,
mewujudkan suatu kekayaan tradisi dan keragaman politik, kepercayaan/
agama dan gagasan estetik yang didapati berbagai ragam bentuk
medianya. Saat ini berkembang adanya dasar-dasar dan keyakinan
ketentuan umum terhadap perkembangan pergerakan pengetahuan Seni
dan Kriya secara umum.
Kriya kayu Indonesia berasal dari berbagai daerah etnik, kriya masa
lampau merupakan bagian kekayaan etnik tradisi Nusantara. Keragaman
terlihat melalui hasil-hasil yang tersebar di berbagai daerah. Karakter dan
ciri khas daerah masing-masing tercermin jelas. Berbagai media yang
digunakan menghasilkan berbagai jenis hasil kriya, media yang
digunakan antara lain kayu, logam, tanah liat, kulit dan lain-lainnya. Hasil
karya kriya terwujud dalam berbagai bentuk dan gaya, guna memenuhi
berbagai kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. Mulai dari
Sabang hingga Merauke terhampar berbagai ragam karya kriya
Indonesia yang terpadu dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika (         Unity in
variety serta unity and diversity ). Konsep yang mencerminkan tekat
bangsa untuk menegakkan kesatuan dan persatuan dalam keragaman
etnik, suku, budaya dan religi. Adapun kriya di Indonesia diikat oleh nilai-
nilai konsep masing-masing daerah tidak pernah pudar. Kehadirannya
membangkitkan pesona, daya pikat dan keunggulan komparatif, bila
dibandingkan dengan karya sejenis dari daerah lain atau Negara lain.
         Peta kriya Indonesia sendiri dari bidang seni batik terdapat gaya
Yogyakarta, Solo, Banyumasan, Pekalongan, Lasem, Madura dll. Seni
Tenun Troso, Pidan, Sumba, Makasar, Maumene, Ende Maluku dan
Nusa Tenggara Timur. Kriya kayu untuk seni ukir kayu terdapat gaya
Asmat, Timor, Nias, Kalimantan, Toraja, Simalungun, Batak,
Minangkabau, Lampung, Bali, Madura, Jepara, Klaten, Surakarta,
Yogyakarta, Cirebon dan lain-lainnya.
Terdapat pada bangunan Percandian, bangunan rumah adat, istana raja,
rumah tinggal bangsawan dan penduduk, perabot mebel dan berbagai
unsur interior utilitas umum lainnya. Dibidang aksesoris, terdapat
perangkat busana tari, perangkat upacara keagamaan, perangkat musik
tradisi, mainan anak-anak, benda-benda cinderamata dan masih banyak
lagi yang lain.
Pada masa pra sejarah banyak produk kriya dihasilkan, akan tetapi
hanya bisa diketahui hasil produk akhir dan dapat diklasifikasikan
berdasarkan bahan yang digunakan, yaitu: batu, tanah, logam.
Penggunaan masing-masing jenis bahan tersebut tidak terjadi dalam satu
masa sekaligus, akan tetapi dalam masa sesuai tingkat pengetahuan
teknologi mereka. Pada tingkat teknologi yang sederhana, manusia
memanfaatkan bahan-bahan yang ditemukan di lingkungan setempat
tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu seperti : batu dan kayu. Ini
merupakan teknologi awal dalam kehidupan manusia, pada masa yang


                                                                          6
bahan utama untuk alat dibuat dari bahan batu ini kemudian disebut
zaman batu. Ini berlangsung cukup lama, dan mengalami perkembangan
teknik yang disebabkan adanya perkembangan pengetahuan teknologi
pengerjaan batu. Masa ini disebut masa paleolitik, kemudian masa
neolitik. Artefak mereka berupa kapak batu yang dipakai untuk
mengumpulkan kebutuhan fisik. Pada masa ini pengetahuan kemudian
pengetahuan berkembang, sehingga mereka dapat membuat benda-
benda dari bahan tanah. Tahap ini manusia hidup sebagai penghasil
makanan/ food producing stage, manusia memerlukan suatu wadah
untuk makanan. Kemudian ditemukan teknik pembuatan gerabah, dan
tidak lepas dari adanya tenologi api yang digunakan untuk pembakaran
gerabah. Puncak dari zaman peradaban teknologi api adalah dengan
ditemukannya logam, kemudian manusia memasuki zaman logam.
Manusia harus mampu menghasilkan pemanasan tinggi untuk peleburan
logam, dalam peradaban Asia Barat teknologi logam berkembang
ditengarainya dengan adanya dominasi bahan logam dari mulai zaman
tembaga, perunggu sampai dengan zaman besi. Pada sekitar tahun 4000
SM, barulah manusia menemukan tembaga dapat dicampur dengan
logam lain (timah dan arsenik atau timbal) sehingga memperoleh paduan
logam yang berkualitas lebih baik dari pada tembaga. Sekitar tahun 2000
SM, sejalan dengan perkembangan teknologi api baru manusia
menemukan besi.
         Di Indonesia tidak mengenal sistem pembagian tiga zaman
peradaban manusia (zaman tembaga, zaman perunggu, zaman besi),
kebudayaan logam Indonesia langsung masuk ke zaman perunggu-besi.
Pengaruh kebudayaan yang didapat adalah pengaruh kebudayaan
Dongson Vietnam, hasil kriya antara lain nekara, kapak dan perhiasan.
Cetak lost wax casting : cetak ulang dari bentuk asli dibuat dengan lilin
/tahap positif,setelah dingin kemudian dibalut dengan tanah liat dan
disediakan lubang kecil-tanah dibakar-lilin akan meleleh keluar
sementara tanah pembungkus mengeras dan meninggalkan rongga
sesuai bentuk lilin model. Setelah itu dituangkan cairan logam melalui
lubang ke dalam rongga cetakan tanah liat, setelah dingin kemudian
tanah liat dipecah untuk mengeluarkan benda cetakan yang sudah jadi.
         Setelah itu kebudayaan Indonesia mendapat pengaruh
kebudayaan India, kebutuhan akan artefak guna memenuhi kebutuhan
hidup meningkat. Karena pengetahuan teknologi berkembang maka hasil
seni kriya mulai bervariasi baik dalam teknik, bentuk maupun fungsi.
Periode tersebut dinamakan zaman klasik atau zaman Hindu Buda yang
berlangsung dari abad ke VIII – X Masehi. Bukti-bukti peninggalan berupa
prasasti yang banyak menyebut tentang pekerjaan yang digolongkan
sebagai seni kriya, jenis-jenis kriya pada masa itu dapat digolongkan
berdasarkan :
         a. bahan pokok yang digunakan seperti bambu, kayu, tanah,
            batu, kain dan logam



                                                                       7
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget
SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget

Contenu connexe

En vedette

8 6 Sin Cos Ratios
8 6 Sin Cos Ratios8 6 Sin Cos Ratios
8 6 Sin Cos Ratiosguest80db62
 
sma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawan
sma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawansma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawan
sma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawansekolah maya
 
Unihockey 2016
Unihockey 2016Unihockey 2016
Unihockey 2016XXX XXX
 
Visita casa federico infantil 2016
Visita casa federico infantil 2016Visita casa federico infantil 2016
Visita casa federico infantil 2016XXX XXX
 
Visita jugadores baloncesto 2016
Visita jugadores baloncesto 2016Visita jugadores baloncesto 2016
Visita jugadores baloncesto 2016XXX XXX
 
Pleno infantil 2016
Pleno infantil 2016Pleno infantil 2016
Pleno infantil 2016XXX XXX
 
Probe Presentation
Probe PresentationProbe Presentation
Probe Presentationgarethpryce
 
SD-MI kelas05 bahasa indonesia sri
SD-MI kelas05 bahasa indonesia sriSD-MI kelas05 bahasa indonesia sri
SD-MI kelas05 bahasa indonesia srisekolah maya
 
HINRI - VIC Connection
HINRI - VIC ConnectionHINRI - VIC Connection
HINRI - VIC Connectionjgoode73
 
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadiSD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadisekolah maya
 
SD-MI kelas02 ips kuswanto suharjanto
SD-MI kelas02 ips kuswanto suharjantoSD-MI kelas02 ips kuswanto suharjanto
SD-MI kelas02 ips kuswanto suharjantosekolah maya
 
sma/kelas11_bahasa-indonesia_euis
sma/kelas11_bahasa-indonesia_euissma/kelas11_bahasa-indonesia_euis
sma/kelas11_bahasa-indonesia_euissekolah maya
 
Día de la lectura 2015
Día de la lectura 2015Día de la lectura 2015
Día de la lectura 2015XXX XXX
 
SD-MI kelas04 ipa yayat sri lilis
SD-MI kelas04 ipa yayat sri lilisSD-MI kelas04 ipa yayat sri lilis
SD-MI kelas04 ipa yayat sri lilissekolah maya
 
Museo caja granada 2º ciclo 2016
Museo caja granada 2º ciclo 2016Museo caja granada 2º ciclo 2016
Museo caja granada 2º ciclo 2016XXX XXX
 
Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015
Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015
Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015XXX XXX
 
Comienzo del huerto
Comienzo del huertoComienzo del huerto
Comienzo del huertoXXX XXX
 

En vedette (20)

8 6 Sin Cos Ratios
8 6 Sin Cos Ratios8 6 Sin Cos Ratios
8 6 Sin Cos Ratios
 
Matematika SD 2
Matematika SD 2Matematika SD 2
Matematika SD 2
 
sma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawan
sma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawansma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawan
sma/kelas11_terampil-berbahasa-indonesia_gunawan
 
Unihockey 2016
Unihockey 2016Unihockey 2016
Unihockey 2016
 
Visita casa federico infantil 2016
Visita casa federico infantil 2016Visita casa federico infantil 2016
Visita casa federico infantil 2016
 
Visita jugadores baloncesto 2016
Visita jugadores baloncesto 2016Visita jugadores baloncesto 2016
Visita jugadores baloncesto 2016
 
Pleno infantil 2016
Pleno infantil 2016Pleno infantil 2016
Pleno infantil 2016
 
Probe Presentation
Probe PresentationProbe Presentation
Probe Presentation
 
pkn
pknpkn
pkn
 
SD-MI kelas05 bahasa indonesia sri
SD-MI kelas05 bahasa indonesia sriSD-MI kelas05 bahasa indonesia sri
SD-MI kelas05 bahasa indonesia sri
 
HINRI - VIC Connection
HINRI - VIC ConnectionHINRI - VIC Connection
HINRI - VIC Connection
 
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadiSD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
SD-MI kelas06 ayo belajar sambil bermanin ips widodo mulyadi
 
Art
ArtArt
Art
 
SD-MI kelas02 ips kuswanto suharjanto
SD-MI kelas02 ips kuswanto suharjantoSD-MI kelas02 ips kuswanto suharjanto
SD-MI kelas02 ips kuswanto suharjanto
 
sma/kelas11_bahasa-indonesia_euis
sma/kelas11_bahasa-indonesia_euissma/kelas11_bahasa-indonesia_euis
sma/kelas11_bahasa-indonesia_euis
 
Día de la lectura 2015
Día de la lectura 2015Día de la lectura 2015
Día de la lectura 2015
 
SD-MI kelas04 ipa yayat sri lilis
SD-MI kelas04 ipa yayat sri lilisSD-MI kelas04 ipa yayat sri lilis
SD-MI kelas04 ipa yayat sri lilis
 
Museo caja granada 2º ciclo 2016
Museo caja granada 2º ciclo 2016Museo caja granada 2º ciclo 2016
Museo caja granada 2º ciclo 2016
 
Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015
Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015
Visita castillo de la mota 1 er ciclo 2015
 
Comienzo del huerto
Comienzo del huertoComienzo del huerto
Comienzo del huerto
 

Similaire à SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget

SMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyu
SMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyuSMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyu
SMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyusekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmida
SMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmidaSMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmida
SMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmidasekolah maya
 
Teknik pengelasan kapal jilid 1
Teknik pengelasan kapal jilid 1Teknik pengelasan kapal jilid 1
Teknik pengelasan kapal jilid 1tanalialayubi
 
fisika non-teknologi_jilid_2
 fisika non-teknologi_jilid_2 fisika non-teknologi_jilid_2
fisika non-teknologi_jilid_2dedibiru
 
Seni Teater, SMK, MAK, Kelas10, Eko
Seni Teater, SMK, MAK,  Kelas10,   EkoSeni Teater, SMK, MAK,  Kelas10,   Eko
Seni Teater, SMK, MAK, Kelas10, Ekosekolah maya
 
Seni Teater Jilid II
Seni Teater  Jilid IISeni Teater  Jilid II
Seni Teater Jilid IIRobby Mukhtar
 
SMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indra
SMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indraSMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indra
SMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indrasekolah maya
 
b2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptx
b2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptxb2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptx
b2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptxTriWahyudi909703
 
Teknik distribusi tenaga listrik
Teknik distribusi tenaga listrikTeknik distribusi tenaga listrik
Teknik distribusi tenaga listrikfrans2014
 
SMK MAK kelas10 smk kria kulit wayan
SMK MAK kelas10 smk kria kulit wayanSMK MAK kelas10 smk kria kulit wayan
SMK MAK kelas10 smk kria kulit wayansekolah maya
 
Kelas11 smk fisika-smk-teknik_endarko
Kelas11 smk fisika-smk-teknik_endarkoKelas11 smk fisika-smk-teknik_endarko
Kelas11 smk fisika-smk-teknik_endarkolavanter simamora
 
Smk11 fisikateknik-endarko
Smk11 fisikateknik-endarkoSmk11 fisikateknik-endarko
Smk11 fisikateknik-endarkoDian Fery Irawan
 
970 sp seni visual(new)
970 sp seni visual(new)970 sp seni visual(new)
970 sp seni visual(new)Alyia Chu
 
Smk10 fisikateknologi-endarko
Smk10 fisikateknologi-endarkoSmk10 fisikateknologi-endarko
Smk10 fisikateknologi-endarkoDian Fery Irawan
 
142.full book matematika vii
142.full book matematika vii142.full book matematika vii
142.full book matematika viiCut Nta
 
E-book matematika kls IX
E-book matematika kls IXE-book matematika kls IX
E-book matematika kls IXarvinefriani
 
Struktur Kurikulum SMK edisi 2016
Struktur Kurikulum SMK edisi 2016Struktur Kurikulum SMK edisi 2016
Struktur Kurikulum SMK edisi 2016The World Bank
 

Similaire à SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget (20)

SMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyu
SMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyuSMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyu
SMK-MAK kelas10 smk kria keramik budiyanto wahyu
 
SMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmida
SMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmidaSMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmida
SMK-MAK kelas10 smk seni tari rahmida
 
Teknik pengelasan kapal jilid 1
Teknik pengelasan kapal jilid 1Teknik pengelasan kapal jilid 1
Teknik pengelasan kapal jilid 1
 
fisika non-teknologi_jilid_2
 fisika non-teknologi_jilid_2 fisika non-teknologi_jilid_2
fisika non-teknologi_jilid_2
 
Seni Teater, SMK, MAK, Kelas10, Eko
Seni Teater, SMK, MAK,  Kelas10,   EkoSeni Teater, SMK, MAK,  Kelas10,   Eko
Seni Teater, SMK, MAK, Kelas10, Eko
 
Seni Teater Jilid II
Seni Teater  Jilid IISeni Teater  Jilid II
Seni Teater Jilid II
 
SMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indra
SMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indraSMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indra
SMK-MAK kelas10 smk nautika kapal penangkap ikan bambang indra
 
b2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptx
b2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptxb2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptx
b2.1_Analisis_SKL-KI-KD.pptx
 
Teknik distribusi tenaga listrik
Teknik distribusi tenaga listrikTeknik distribusi tenaga listrik
Teknik distribusi tenaga listrik
 
SMK MAK kelas10 smk kria kulit wayan
SMK MAK kelas10 smk kria kulit wayanSMK MAK kelas10 smk kria kulit wayan
SMK MAK kelas10 smk kria kulit wayan
 
Kriya kayu jilid 1 smk x
Kriya kayu jilid 1 smk xKriya kayu jilid 1 smk x
Kriya kayu jilid 1 smk x
 
Kelas11 smk fisika-smk-teknik_endarko
Kelas11 smk fisika-smk-teknik_endarkoKelas11 smk fisika-smk-teknik_endarko
Kelas11 smk fisika-smk-teknik_endarko
 
Smk11 fisikateknik-endarko
Smk11 fisikateknik-endarkoSmk11 fisikateknik-endarko
Smk11 fisikateknik-endarko
 
970 sp seni visual(new)
970 sp seni visual(new)970 sp seni visual(new)
970 sp seni visual(new)
 
Smk10 fisikateknologi-endarko
Smk10 fisikateknologi-endarkoSmk10 fisikateknologi-endarko
Smk10 fisikateknologi-endarko
 
142.full book matematika vii
142.full book matematika vii142.full book matematika vii
142.full book matematika vii
 
8 unit 4
8 unit 48 unit 4
8 unit 4
 
E-book matematika kls IX
E-book matematika kls IXE-book matematika kls IX
E-book matematika kls IX
 
BRP KOMIK HASIL WORKSHOP BUMI WIYATA(putri)
BRP KOMIK HASIL WORKSHOP BUMI WIYATA(putri)BRP KOMIK HASIL WORKSHOP BUMI WIYATA(putri)
BRP KOMIK HASIL WORKSHOP BUMI WIYATA(putri)
 
Struktur Kurikulum SMK edisi 2016
Struktur Kurikulum SMK edisi 2016Struktur Kurikulum SMK edisi 2016
Struktur Kurikulum SMK edisi 2016
 

Plus de sekolah maya

Kegunaan bahan kimia SMP
Kegunaan bahan kimia SMPKegunaan bahan kimia SMP
Kegunaan bahan kimia SMPsekolah maya
 
Materi dan sifatnya SMP
Materi dan sifatnya SMPMateri dan sifatnya SMP
Materi dan sifatnya SMPsekolah maya
 
Struktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMPStruktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMPsekolah maya
 
Tata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni weni
Tata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni weniTata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni weni
Tata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni wenisekolah maya
 
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkkSistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkksekolah maya
 
Seni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkk
Seni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkkSeni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkk
Seni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkksekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk seni rupa agung
SMK-MAK kelas10 smk seni rupa agungSMK-MAK kelas10 smk seni rupa agung
SMK-MAK kelas10 smk seni rupa agungsekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budi
SMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budiSMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budi
SMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budisekolah maya
 
SMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkk
SMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkkSMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkk
SMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkksekolah maya
 
SMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyati
SMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyatiSMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyati
SMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyatisekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunur
SMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunurSMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunur
SMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunursekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswartiSMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswartisekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyono
SMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyonoSMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyono
SMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyonosekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial juda
SMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial judaSMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial juda
SMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial judasekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilar
SMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilarSMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilar
SMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilarsekolah maya
 
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyonoSMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyonosekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sariSMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sarisekolah maya
 
SMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmad
SMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmadSMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmad
SMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmadsekolah maya
 

Plus de sekolah maya (20)

Hakikat IPA SMP
Hakikat IPA SMPHakikat IPA SMP
Hakikat IPA SMP
 
Kegunaan bahan kimia SMP
Kegunaan bahan kimia SMPKegunaan bahan kimia SMP
Kegunaan bahan kimia SMP
 
Materi dan sifatnya SMP
Materi dan sifatnya SMPMateri dan sifatnya SMP
Materi dan sifatnya SMP
 
Struktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMPStruktur fungsi tumbuhan SMP
Struktur fungsi tumbuhan SMP
 
Tatasurya SMP
Tatasurya SMPTatasurya SMP
Tatasurya SMP
 
Tata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni weni
Tata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni weniTata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni weni
Tata Busana, SMK, MAK, Kelas 10, Ernawati Izwerni weni
 
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkkSistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK,  MAK,  Kelas10,  Syanmsuri dkk
Sistem Refrigerasi dan Tata Udara, SMK, MAK, Kelas10, Syanmsuri dkk
 
Seni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkk
Seni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkkSeni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkk
Seni Musik Klasik, SMK, MAK, Kelas10, Muttaqin dkk
 
SMK-MAK kelas10 smk seni rupa agung
SMK-MAK kelas10 smk seni rupa agungSMK-MAK kelas10 smk seni rupa agung
SMK-MAK kelas10 smk seni rupa agung
 
SMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budi
SMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budiSMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budi
SMK-MAK kelas10 smk seni musik non klasik budi
 
SMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkk
SMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkkSMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkk
SMK MAK kelas10 smk seni budaya sri dkk
 
SMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyati
SMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyatiSMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyati
SMK MAK kelas10 smk restoran prihastuti kokom sutriyati
 
SMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunur
SMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunurSMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunur
SMK-MAK kelas10 smk rekayasa perangkat lunak aunur
 
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswartiSMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
SMK-MAK kelas10 smk perancangan sistem kerja dan ergonomi industri liswarti
 
SMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyono
SMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyonoSMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyono
SMK-MAK kelas10 smk pedalangan supriyono
 
SMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial juda
SMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial judaSMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial juda
SMK-MAK kelas10 smk pekerjaan sosial juda
 
SMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilar
SMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilarSMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilar
SMK-MAK kelas10 smk matematika seni hendy gumilar
 
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyonoSMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
SMK MAK kelas10 smk kria tekstil budiyono
 
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sariSMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
SMK-MAK kelas10 smk kimia industri suparmi sari
 
SMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmad
SMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmadSMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmad
SMK-MAK kelas10 smk kimia analitik adam ririni akhmad
 

Dernier

WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDAprihatiningrum Hidayati
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxWahyudinHioda
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxArdianAlaziz
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfsrengseng1c
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 

Dernier (13)

WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 

SMK-MAK kelas10 smk kria kayu enget

  • 1. Enget untuk Sekolah Menengah Kejuruan KRIYA KAYU Enget untuk SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
  • 2. Enget. dkk KAYU KRIYA Untuk SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
  • 3. Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang KAYU KRIYA Untuk SMK Penulis : Enget dkk Ukuran Buku : x cm …… ENG Enget dkk K Kriya Kayu: untuk SMK/oleh Enget dkk. Jakarta:Pusat Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. vi. 482 hlm ISBN - - - Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 Diperbanyak oleh….
  • 4. KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh Indonesia. Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar ini. Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Selanjutnya, kepada para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Jakarta, Direktur Pembinaan SMK iii
  • 5. KATA PENGANTAR Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, tangguh, berteknologi tinggi, mampu berkompetisi, mempunyai kompetensi yang memadai dan mampu bersaing secara global. Di dalam era global saat ini di satu sisi membawa persaingan yang semakin ketat namun disisi lain membuka peluang kerjasama. Untuk menghadapi persaingan dan memanfaatkan peluang tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pendidikan menengah kejuruan memainkan peranan yang sangat penting untuk menyiapkan sumber daya manusia di dalam era global tersebut, karena dengan lulusan yang memiliki kompetensi akan menjadi tenaga kerja yang mampu berperan sebagai faktor keunggulan yaitu tenaga kerja yang menguasai ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan tinggi, dan berperilaku profesional. Proses pembelajaran di sekolah merupakan suatu proses transfer pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari guru kepada siswa. Demikian juga proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya program keahlian kriya keramik, bahwa penguasaan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) juga dapat berlangsung sehingga lulusannya memiliki kompetensi yang benar-benar dikuasai untuk bekal dalam kehidupannya. Saat ini buku-buku penunjang mata pelajaran produktif kriya keramik masih sangat jarang, kalaupun ada buku-buku tersebut ditulis dalam bahasa asing. Mengingat pentingnya informasi tentang materi pembelajaran kriya keramik, maka kami mencoba menulis buku kriya keramik yang dapat menjadi pegangan untuk guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Buku kriya keramik ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN) serta Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Program Keahlian Kriya Keramik SMK. Isi buku ini meliputi materi menggambar yang meliputi membuat nirmana, menggambar teknik, dan menggambar ornament serta seluruh proses pembentukan keramik yang meliputi pengetahuan umum tentang keramik; bahan baku tanah liat dan glasir; pengujian tanah liat; penyiapan bahan tanah liat dan glasir; teknik pembentukan; penerapan dekorasi dengan tanah liat, slip, dan glasir; teknik pengglasiran; serta proses penyusunan dan pembakaran benda keramik. Buku kriya keramik ini juga dilengkapi dengan informasi tentang sejarah keramik, daftar istilah (glosarium), informasi tentang bahan iv
  • 6. keramik beracun, serta kesalahan dalam pembuatan keramik dan perbaikannya. Dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Nasional (SKN) maka diharapkan buku kriya keramik ini dapat memberikan informasi yang lebih lengkap tentang kompetensi yang ada pada pekerjaan bidang kriya keramik, untuk itu penguasaan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) diharapkan dapat dicapai melalui informasi yang ada dalam buku kriya keramik ini. Kami mengharapkan buku kriya keramik ini bermanfaat bagi guru maupun siswa untuk memahami, mempelajari dan mempraktikkannya di sekolah Mengingat banyak cakupan informasi tentang keramik, maka buku ini mungkin belum dapat disajikan secara lengkap mengingat keterbatasan yang ada, untuk itu masukan, saran, dan kritik yang membangun untuk menambah lengkapya buku kriya keramik ini sangat kami harapkan sehingga buku kriya keramik ini menjadi lebih sempurna dan bermakna bagi siswa. Akhir kata kami berharap semoga buku kriya keramik ini dapat bermanfaat khususnya untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik dalam rangka peningkatan penguasaan kompetensi. Tim Penyusun v
  • 7. DAFTAR ISI Hal KATA SAMBUTAN iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR xvi SINOPSIS xxvii DESKRIPSI KONSEP PENULISAN xxx PETA KOMPETENSI xxxiii BAGIAN A 1. MEMBUAT NIRMANA 1 1.1. Mengeksplortasi garis dan Bidang 6 1.1.1. Garis 6 1.1.2. Bidang 8 1.2. Menggambar huruf 11 1.2.1. Pemahaman terhadap jenis, karakter dan anatomi 11 masing-masing huruf 1.2.2. Menggambar Huruf, Logo, Inisial, dan Slogan 15 1.3. Menggambar Alam Benda 25 1.3.1. Alat dan bahan 25 1.3.2. Menggambar dengan memperhatikan arah cahaya 25 1.3.3. Menggambar dengan arsir/gelap terang 26 1.3.4. Menggambar dengan memperhatikan proporsi dan 27 komposisi dengan tepat. 1.4. Menggambar Flora Fauna 28 1.4.1. Pemahaman obyek-obyek sesuai bentuk dan 28 karakternya 1.4.2. Menggambar flora dan fauna sesuai bentuk, 29 proporsi, anatomi, dan karakternya. 1.5. Menggambar Manusia 31 1.5.1. Menggambar manusia dengan proporsi 31 1.5.2. Menggambar bagian dari tubuh manusia 31 1.6. Membuat Nirmana Tiga Dimensi 33 1.6.1. Ruang lingkup bidang bersaf/berjajar dalam 33 nirmanan ruang. 1.6.2. Konstruksi dan Perakitan 38 vi
  • 8. 2. MENGGAMBAR TEKNIK 41 2.1. Menggambar Proyeksi 43 2.2. Menggambar Perspektif 47 2.2.1. Gambar perspektif satu titik hilang 48 2.2.2. Gambar perspektif dua titik hilang 49 2.2.3. Gambar perspektif tiga titik hilang 49 2.3. Menggambar Gambar kerja 50 2.3.1. Gambar Proyeksi 50 2.3.2. Gambar perspektif 50 2.3.3. Menentukan garis, ukuran dan skala 51 2.3.4. Format penampilan gambar 59 3. MENGGAMBAR ORNAMEN 61 3.1. Menggambar Ornamen Primitif 61 3.1.1. Pengetahuan tentang ornamen Primitif 61 3.1.1. Penempatan ornament primitive pada sebuah 62 bidang 3.1.2. Konsistensin pengulangan bentuk yang diterapkan 63 pada ornamen primitif 3.2. Menggambar Ornamen Tradisional dan Klasik 65 3.2.1. Latar belakang sejarah ornamen tradisional dan 65 klasik 3.2.2. Ornamen Tradisional dan Klasik yang ada di 66 Indonesia 3.3. Menggambar Ornamen Modern 70 BAGIAN B 4. PENDAHULUAN 74 4.1. Keramik 74 4.2. Materi Buku 78 5. SEJARAH KERAMIK 81 5.1. Sejarah Singkat Keramik Dunia 84 5.2. Keramik Seni Kuno 86 5.3. Penemuan Keramik 86 5.4. Keramik di Beberapa Belahan dunia 89 5.4.1. Timur dekat (near east) 89 5.4.2. Timur jauh (far east) 91 5.5. Sejarah Keramik di Indonesia 96 5.5.1. Jaman Penjajahan Belanda 100 5.5.2. Jaman Pendudukan Tentara Jepang 101 5.5.3. Jaman Pemerintah Republik Indonesia 101 vii
  • 9. 6. TANAH LIAT 104 6.1. Asal-usul Usul Tanah Liat 104 6.1.1. Proses Pembentukan Tanah Liat secara Alami 104 6.1.2. Pembentukan Meneral-Mineral Kulit Bumi 105 6.1.3. Peranan Tenaga Endogen dan Eksogen terhadap 106 Pembentukan Tanah Liat 6.1.4. Proses Terbentuknya Tanah Liat Primer dan 107 Sekunder 6.2. Jenis-Jenis Tanah Liat 112 6.2.1. Perubahan Fisika Tanah Liat Primer dan Sekunder 112 Setelah Dibakar 6.2.2. Sifat-Sifat Umum Tanah Liat 115 6.2.3. Jenis, Sifat, Fungsi Tanah Liat dan Bahan Lain 125 6.3. Pengembangan Formula Badan Tanah Liat 131 6.3.1. Campuran Sistem Garis (Line Blend) 132 6.3.2. Campuran Sistem Segitiga (Triaxial Blend) 132 6.4. Badan Tanah Liat 135 6.4.1. Badan Keramik Earthenware 135 6.4.2. Badan Keramik Stoneware 138 6.4.3. Badan Keramik Porselin 142 6.5. Problem Badan Tanah Liat dan Perbaikannya 144 7. PENGUJIAN DAN PENYIAPAN CLAY BODY 145 7.1. Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan dan 146 Kesehatan Kerja Peralatan 146 7.1.1. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 152 7.1.2. 7.2. Bahan 152 7.3. Pengujian Clay Body 154 7.3.1. Pemilihan Formula (Campuran) Clay Body 155 7.3.2. Penyiapan Clay Body untuk Pengujian 157 7.3.3. Pengujian Plastisitas Clay Body 159 7.3.4. Pengujian Susut Kering Clay Body 162 7.3.5. Pengujian Suhu Kematangan Clay Body 166 7.3.6. Pengujian Susut Bakar Clay Body 173 7.3.7. Pengujian Porositas Clay Body 176 7.3.8. Analisis Hasil Pengujian Clay Body 178 179 Penyiapan Clay Body 7.4. 7.4.1. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara 180 Manual Basah 7.4.2. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara 183 Manual Kering viii
  • 10. 7.4.3. Penyiapan Clay Body dari Tanah Liat Alam secara 185 Masinal Basah 7.4.4. Penyiapan Clay Body dari Prepared Hard Mineral 189 secara Masinal Basah 7.4.5. Penyiapan Clay Body untuk Teknik Pembentukan 192 Cetak Tuang 8. PEMBENTUKAN BENDA KERAMIK 198 8.1. Peralatan Pembentukan 199 8.1.1. Alat Bantu 200 8.1.2. Alat Pokok 202 8.1.3. Perlengkapan 207 8.1.4. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 209 8.2. Bahan 210 8.2.1. Persyaratan Tanah Liat 211 8.2.2. Penyiapan Tanah Liat 211 8.3. Pembentukan dengan Teknik Pijit (Pinching) 214 8.3.1. Peralatan 216 8.3.2. Bahan 216 8.3.3. Proses Pembentukan 217 8.4. Pembentukan Teknik Pilin (Coiling) 219 8.4.1. Teknik Membuat Pilinan Tanah Liat 220 8.4.2. Peralatan 221 8.4.3. Bahan 221 8.4.4. Proses Pembentukan 221 8.5. Pembentukan Teknik Lempeng (Slab Building) 227 8.5.1. Peralatan 229 8.5.2. Bahan 230 8.5.3. Proses Pembetukan 230 8.6. Pembentukan dengan Teknik Putar Centering 240 8.6.1. Peralatan 242 8.6.2. Bahan 242 8.6.3. Fungsi Tangan dalam Pembentukan Teknik Putar 242 8.6.4. Pemasangan Alas Pembentukan 243 8.6.5. Tahap Pembentukan Teknik Putar 245 8.6.6. Pembentukan Silindris 247 8.6.7. Pembentukan Mangkok 252 8.6.8. Pembentukan Piring 258 8.6.9. Pembentukan Vas 263 8.6.10. Pembentukan Wadah Bertutup 267 8.6.11. Bentuk Bibir Benda Keramik (Lip) 273 8.6.12. Bentuk Kaki Benda Keramik (Foot) 274 8.6.13. Trimming dan Turning 275 8.6.14. Penggabungan Dua Bentuk Hasil Putaran 276 8.6.15. Penggabungan Hasil Bentuk Putaran dengan Bagian 282 Lain ix
  • 11. 8.6.16. Problem Pembentukan Teknik Putar dan 298 Perbaikannya 8.7. Pembentukan dengan Teknik Putar Pilin 301 8.7.1. Peralatan 301 8.7.2. Bahan 302 8.7.3. Proses Pembentukan 302 8.8. Pembentukan dengan Teknik Putar Tatap 307 8.8.1. Peralatan 308 8.8.2. Bahan 308 8.8.3. Proses Pembentukan 308 8.9. Pembentukan dengan Teknik Cetak 313 8.9.1. Peralatan 314 8.9.2. Bahan 314 8.9.3. Penyiapan Gips 316 8.10. Pembentukan dengan Teknik Cetak Tekan 317 8.10.1. Proses Pembuatan Model 318 8.10.2. Proses Pembuatan Cetakan 320 8.10.3. Proses Pencetakan 321 8.11. Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang 323 8.11.1. Peralatan 325 8.11.2. Bahan 326 8.11.3. Proses Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang 326 Model Bebas 8.11.4. Proses Pembuatan Model 328 8.11.5. Proses Pembuatan Cetakan Gips 329 8.11.6. Proses Pencetakan 332 8.11.7. Pembentukan dengan Teknik Cetak Tuang Model 333 Bubut 8.11.8. Proses Pembuatan Model Bubut 334 8.11.9. Proses Pembuatan Cetakan Gips 338 8.11.10. Proses Pencetakan Benda Keramik 341 8.12. Pembentukan dengan Teknik Jigger-Jolley 343 8.12.1. Bagian-bagian dari Alat jigger-jolley 345 8.12.2. Peralatan 347 8.12.3. Bahan 347 8.12.4. Proses Pembentukan 347 9. DEKORASI KERAMIK 352 9.1. Peralatan 353 9.1.1. Alat Bantu 353 9.1.2. Alat Pokok 358 9.1.3. Perlengkapan 359 9.1.4. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 361 9.2. Bahan 362 9.2.1. Tanah liat 362 9.2.2. Slip Tanah 363 x
  • 12. 9.2.3. Pewarna 364 9.2.4. Air 366 9.3. Dekorasi Pembentukan 367 9.3.1. Dekorasi Marbling body 368 9.3.2. Dekorasi Nerikomi 373 9.3.3. Dekorasi Agateware 376 9.4. Dekorasi Tanah Liat Plastis 379 9.4.1. Dekorasi Teknik Faceting 379 9.4.2. Dekorasi Teknik Combing 382 9.4.3. Dekorasi Teknik Feathering 384 9.4.4. Dekorasi Teknik Marbling 385 9.4.5. Dekorasi Teknik Impressing 386 9.4.6. Dekorasi Teknik Relief 389 9.5. Dekorasi Badan Tanah Liat Leather Hard 391 9.5.1. Dekorasi Teknik Sqraffito 391 9.5.2. Dekorasi Teknik Toreh Lapis (Inlay) 392 9.5.3. Dekorasi Teknik Engobe 395 9.5.4. Dekorasi Teknik Ukir (Carving) 398 9.5.5. Dekorasi Teknik Tembus (Piercing) 401 9.5.6. Dekorasi Teknik Gosok (Burnishing) 402 9.5.7. Dekorasi Teknik Embossing 404 9.6. Dekorasi Glasir 406 9.6.1. Dekorasi Underglaze 406 9.6.2. Dekorasi Over Glaze 408 9.6.3. Dekorasi In Glaze 410 10. GLASIR 413 10.1. Pengertian Glasir 413 10.2. Keseimbangan Glasir 414 10.3. Bahan Glasir 417 10.4. Bahan Pewarna Glasir 419 10.4.1. Oksida Pewarna 419 10.4.2. Pewarna Stain/Pigmen 423 10.5. Jenis-jenis glasir 424 10.5.1. Menurut Cara Pembuatan 424 10.5.2. Menurut Temperatur Pembakaran 424 10.5.3. Menurut Bahan yang Digunakan 425 10.5.4. Menurut Kondisi Pembakaran 425 10.5.5. Menurut Sifat Setelah Pembakaran: 425 10.6. RO Formula 426 10.6.1. Sumber RO 427 10.6.2. Sumber R2O3 428 10.6.3. Sumber RO 2 429 10.7. Resep dan Formula Glasir 429 10.7.1. Formula Glasir Suhu Rendah 430 xi
  • 13. 10.7.2. Formula Glasir Suhu Menengah 431 10.7.3. Formula Glasir Suhu Tinggi 434 10.8. Campuran Glasir 435 10.9. Hitung Glasir 436 10.9.1. Rumus Seger 436 10.9.2. Unity Formula 436 10.9.3. Perhitungan Glasir Sederhana. 437 10.9.4. Perhitungan Glasir dari Formula ke Resep. 438 10.9.5. Perhitungan Glasir dari Resep ke Formula 439 10.9.6. Limit Formula 440 10.10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Glasir 441 10.10.1. Bahan-bahan yang digunakan 441 10.10.2. Badan Tanah Liat untuk Barang Keramik 441 10.10.3. Panas dalam Ruang Pembakaran 442 10.10.4. Tipe Tungku dan Bahan Bakarnya 442 10.10.5. Atmosfer Tungku 442 10.10.6. Penerapan Glasir 443 11. PENYIAPAN GLASIR DAN PENGGLASIRAN 444 11.1. Peralatan dan Perlengkapan Keselamatan dan 445 Kesehatan Kerja 11.1.1. Peralatan 445 11.1.2. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 448 11.2. Bahan 449 11.2.1. Bahan Mentah Glasir 450 11.2.2. Bahan Pewarna Glasir 452 11.3. Penyusunan Campuran Glasir 454 11.3.1. Menurut Perbandingan Bahan-Bahan yang Dipakai 454 11.3.2. Menurut Perbandingan Oksida Unsur 454 11.3.3. Menurut Rumus Segger 455 11.4. Penyiapan Glasir 457 11.4.1. Bahan 450 11.4.2. Proses Penyiapan Glasir 460 11.5. Teknik Pengglasiran 462 11.5.1. Teknik Tuang (Pouring) 465 11.5.2. Teknik Celup (Dipping) 467 11.5.3. Teknik Semprot (Spraying) 468 11.5.4. Teknik Kuas (Brush) 469 11.6. Kesalahan dalam Pengglasiran dan Cara 472 Mengatasinya 12. TUNGKU DAN PEMBAKARAN 476 12.1. Tungku Pembakaran 476 12.1.1. Klasifikasi Tungku 478 12.1.2. Kiln Furniture 481 12.1.3. Pengukur Temperatur (Suhu) 484 xii
  • 14. 12.2. Pembakaran 490 12.2.1. Pengertian Perubahan Keramik (Ceramic Change) 490 12.2.2. Perubahan yang Terjadi pada Pembakaran Keramik 491 12.2.3. Tahap Pembakaran Biskuit 492 12.2.4. Prinsip-Prinsip Reaksi Pembakaran 493 12.2.5. Pembakaran Tunggal Single Firing 495 12.2.6. Sirkulasi Api 496 12.2.7. Grafik Pembakaran 498 12.2.8. Problem Pembakaran Biskuit dan Pemecahannya. 499 12.3. Penyusunan dan Pembongkaran Benda dari 500 dalam Tungku Pembakaran 12.3.1. Peralatan dan Kiln Furniture 501 12.3.2. Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 501 12.3.3. Bahan 502 12.3.4. Penyusunan Benda dalam Tungku Pembakaran 503 12.3.5. Pembongkaran Benda Keramik dari dalam Tungku 505 Pembakaran 12.3.6. Membereskan Pekerjaan 507 12.4. Pengoperasian Tungku Pembakaran 507 12.4.1. Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Padat (Kayu) 507 12.4.2. Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Cair (Minyak 510 Tanah) 12.4.3. Pengoperasian Tungku Bahan Bakar Gas 519 12.4.4. Mengoperasikan Tungku Bahan Bakar Listrik 524 12.5. Kesalahan dalam Pembakaran dan Cara 532 Mengatasi 12.6.1. Beberapa Kesalahan pada Tahap Pembakaran 532 12.6.2. Penanggulangan Kesalahan pada Tahap 532 Pembakaran 12.6.3. Lubang yang Muncul pada Permukaan (Spit out) 532 PENUTUP 533 DAFTAR PUSTAKA 535 LAMPIRAN 539 1. Produk Keramik 539 2. Bahan Keramik Beracun 551 3. Kesalahan-Kesalahan dalam Pembuatan Keramik dan 555 Perbaikannya 4. Unsur, simbol, dan Berat Atom (BA) 565 5. Formula dan Berat Ekuivalen Bahan-Bahan Keramik 566 6. Problem Badan Tanah Liat dan Perbaikannya 568 7. Kegunaan Bahan Tanah Liat dalam Badan Keramik 569 8. Sifat-Sifat Beberapa Jenis Tanah Liat Secara Umum 570 GLOSARIUM 571 xiii
  • 15. DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1. Jenis dan fungsi garis 51 Tabel 2.2. Macam skala 56 Tabel 2.3. Skala gambar yang dianjurkan 56 Tabel 6.1. Heatwork: Perubahan bentuk material keramik oleh 114 panas.(sumber: www.users.stlcc.edu) Tabel 6.2. Pencampuran sistem garis 132 Tabel 6.3. Pencampuran yang dikembangkan 134 Tabel 6.4. Kegunaan tanah liat dalam badan keramik 134 (sumber:John W. Conrad) Tabel 6.5. Pengembangan formula badan tanah liat 138 Tabel 6.6. Problem badan tanah liat dan perbaikannya 144 (sumber:John W. Conrad) Tabel 7.1. Pencampuran tanah liat sistem garis. 155 Tabel 7.2. Pencampuran tanah liat yang dikembangkan. 157 Tabel 7.3. Format hasil pengujian plastisitas tanah liat 162 Tabel 7.4. Format hasil pengujian susut tanah liat 165 Tabel 7.5. Daftar pembakaran benda uji suhu kematangan 169 tanah liat. Tabel 7.6. Perubahan Fisika dan Kimia dalam proses 170 pembakaran. Tabel 7.7. Sifat-sifat fisika tanah liat sebelum dan sesudah 171 dibakar. Tabel 7.8. Hasil pengujian suhu kematangan tanah liat. 172 Tabel 7.9. Hasil pengujian susut bakar tanah liat. 176 Tabel 7.10. Hasil pengujian porositas. 178 Tabel 7.11. Hasil pengujian tanah liat. 178 Tabel 8.1. Problem pembentukan teknik putar dan cara 298 perbaikan Tabel 9. 1. Daftar pewarna oksida dan hasil bakar oksidasi. 364 Tabel 9. 2. Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar 365 oksidasi. Tabel 9. 3. Komposisi bahan engobe 395 Tabel 9. 4. Pewarna untuk engobe. 396 Tabel 10.1. Titik leleh mineral dan kombinasinya (sumber: Greg 416 Daly) Tabel 10.2. Daftar pewarna oksida dan hasil bakar oksidasi 420 Tabel 10.3. Daftar pewarna oksida dan hasil bakar reduksi. 421 Tabel 10.4. Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar 422 oksidasi. Tabel 10.5. Daftar kombinasi pewarna oksida dan hasil bakar 422 reduksi. Tabel 10.6. RO formula (sumber: Glenn Nelson) 426 xiv
  • 16. Tabel 11.1. Kesalahan dalam pengglasiran dan cara mengatasi. 473 (sumber: Peter Cosentino) Tabel 12.1. Daftar pyrometric cone (sumber: Glenn Nelson) 489 Tabel 12.2. Heatwork: Perubahan bentuk material keramik oleh 497 panas (sumber: www.users.stlcc.edu) Tabel 12.3. Problem pembakaran biskuit dan pemecahannya. 499 (sumber: peter Cosentino) Tabel 12.4. Trayek pembakaran biskuit dengan tungkubahan 524 bakar gas (sumber: Port-O kiln) xv
  • 17. DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1.1. Titik 2 Gambar 1.2. Bebagai macam garis 2 Gambar 1.3. Berbagai macam bidang 3 Gambar 1.4. Berbagai macam bentuk tiga dimensi 3 Gambar 1.5. Lingkaran warna 4 Gambar 1.6. Berbagai macam tekstur 5 Gambar 1.7. Beberapa bentuk bidang 8 Gambar 1.8. Komposisi garis horizontal dan vertikal 9 Gambar 1.9. Komposisi garis dinamis 9 Gambar 1.10. Komposisi garis repetisi 9 Gambar 1.11. Komposisi bidang yang berirama 10 Gambar 1.12. Komposisi bidang yang kontras 10 Gambar 1.13. Komposisi bidang yang acak 10 Gambar 1.14. Komposisi bidang yang simetris 10 Gambar 1.15. Contoh huruf berat dan ringan 13 Gambar 1.16. Bagian-bagian huruf 14 Gambar 1.17. Huruf besar 14 Gambar 1.18. Huruf kecil 15 Gambar 1.19. Huruf normal (perbandingan 3:5) 15 Gambar 1.20. Huruf meninggi (perbandingan 1:3) 15 Gambar 1.21. Huruf melebar (perbandingan 1:1) 16 Gambar 1.22. Contoh beberapa gambar logo 18 Gambar 1.23. Contoh Inisial 20 Gambar 1.24. Contoh Slogan 22 Gambar 1.25. Bola yang diterpa cahaya (Sumber: Atisah S.) 26 Gambar 1.26. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 26 Gambar 1.27. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 26 Gambar 1.28. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 27 Gambar 1.29. Arsir searah (Sumber: Taufiq) 27 Gambar 1.30. Contoh gambar alam benda (Sumber: Taufiq) 28 Gambar 1.31. Contoh gambar alam benda (Sumber: Taufiq) 28 Gambar 1.32. Daun (Sumber: Taufiq) 29 Gambar 1.33. Buah-buahan (Sumber: Taufiq) 29 Gambar 1.34. Kuda (Sumber: Saraswati) 30 Gambar 1.35. Singa (Sumbrer: Agus Sachari) 30 Gambar 1.36. Proporsi tubuh manusia (Sumber: Mofit) 31 Gambar 1.37. Wajah (Sumber: Agus Sachari) 32 Gambar 1.38. Tangan (Sumber: Agus Sachari) 32 Gambar 1.39. Garis berawal dari titik 33 Gambar 1.40. Bidang berawal dari garis 33 Gambar 1.41. Ruang berawal dari bidang 34 Gambar 1.42. Sederatan bidang yang membentuk ruang 34 Gambar 1.43. Pengulangan bidang 34 xvi
  • 18. Gambar 1.44. Ukuran gradasi bentuk berulang 35 Gambar 1.45. Bentuk gradasi ukurannya berulang 35 Gambar 1.46. Bentuk ukuran gradasi 35 Gambar 1.47. Bidang bujur sangkar yang bersaf tegak 36 Gambar 1.48. Jarak antar bidang ynag sempit 36 Gambar 1.49. Jarak antar bidang naik turun 36 Gambar 1.50. Bidang diputar pada sumbu tegak 37 Gambar 1.51. Bidang diputar pada sumbu datar 37 Gambar 1.52. Bidang diputar pada bidang sendiri 37 Gambar 1.53. Bidang yang disusun membentuk lingkaran 38 Gambar 1.54. Bidang yang disusun berkelok-kelok 38 Gambar 1.55. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus 38 Sachari) Gambar 1.56. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus 39 Sachari) Gambar 1.57. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus 39 Sachari) Gambar 1.58. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus 39 Sachari) Gambar 1.59. Contoh karya nirmana ruang (sumber: Agus 39 Sachari) Gambar 2.1. Urutan proyeksi Eropa 44 Gambar 2.2. Proyeksi Eropa 45 Gambar 2.3. Asas proyeksi Amerika 45 Gambar 2.4. Urutan proyeksi Eropa 46 Gambar 2.5. Proyeksi Amerika 46 Gambar 2.6. Perspektif satu titik hilang 48 Gambar 2.7. Perspektif dua titik hilang 49 Gambar 2.8. Perspektif tiga titik hilang 49 Gambar 2.9. Penggunaan garis tebal 51 Gambar 2.10. Penggunaan garis tipis 52 Gambar 2.11. Penggunaan garis putus-putus 22 Gambar 2.12. Penggunaan garis strip titik strip 52 Gambar 2.13. Penggunaan garis titik-titik 52 Gambar 2.14. Penulisan angka ukuran, garis ukuran, dan garis 53 pemisah yang benar Gambar 2.15. Garis ukuran dengan anak panah kiri atau kanan 54 garis gambar. Gambar 2.16. Penulisan angka ukuran yang salah 54 Gambar 2.17. Penulisan angka ukuran yang benar 54 Gambar 2.18. Penulisan garis dan angka ukuran untuk ukuran 55 yang pendek Gambar 2.19. Penulisan garis ukuran jari-jari lingkaran 55 Gambar 2.20. Penulisan garis ukuran garis tengah lingkaran 55 Gambar 2.21. Panjang garis sebenarnya dan panjang garis dalam 57 berbagai skala xvii
  • 19. Gambar 2.22. Bentuk persegi panjang sebenarnya dan dalam 57 skala 1 : 2 Gambar 2.23. Bentuk kubus sebenarnya dan dalam skala 1 : 2 57 Gambar 2.24. Irisan penampang penuh 58 Gambar 2.25. Irisan penampang setengah 58 Gambar 2.26. Format penampilan gambar kerja 59 Gambar 3.1. Motif Meander (Sumber: Sigit P) 62 Gambar 3.2. Motif Pilin (Sumber: Sigit P) 63 Gambar 3.3. Motif Tumpal (Sumber: Sigit P) 63 Gambar 3.4. Ornamen daerah Bali (sumber: Ngurah Swastapa) 67 Gambar 3.5. Ornamen daerah Jawa Timur (sumber: Ngurah 67 Swastapa) Gambar 3.6. Ornamen daerah Surakarta (sumber: Ngurah 67 Swastapa) Gambar 3.7. Ornamen daerah Yogyakarta (sumber: Ngurah 67 Swastapa) Gambar 3.8. Ornamen daerah Yogyakarta (sumber: Ngurah 68 Swastapa) Gambar 3.9. Ornamen dari Pekalongan Jawa Tengah (sumber: 68 Ngurah Swastapa) Gambar 3.10. Ornamen dariPajajaran Jawa barat (sumber: Ngurah 68 Swastapa) Gambar 3.11. Ornamen dari Jepara Jawa Tengah (sumber: 68 Ngurah Swastapa) Gambar 3.12. Ornamen dari Dayak Kalimantan (sumber: Ngurah 69 Swastapa) Gambar 3.13. Ornamen daerah Sumatra (sumber: Ngurah 69 Swastapa) Gambar 3.14. Ornamen dari Sulawesi (sumber: Ngurah Swastapa) 69 Gambar 3.15. Ornamen daerah Timor (sumber: Ngurah Swastapa) 69 Gambar 3.16. Ornamen tradisional (sumber: Wagiono) 70 Gambar 3.17. Ornamen tradisional (sumber: Wagiono) 70 Gambar 3.18. Ornamen modern bentuk geometris (Sumber: Hery 71 Suhersono) Gambar 3.19. Ornamen modern bentuk organis (Sumber: Hery 71 Suhersono) Gambar 3.20. Ornamen modern bentuk geometris (Sumber: Hery 72 Suhersono) Gambar 3.21. Ornamen modern bentuk organis (Sumber: Hery 72 Suhersono Gambar 3.22. Ornamen modern 72 motif manusia dan binatang (Sumber: Hery Suhersono) Gambar 3.23. Seni hias modern, bentuk organis (Sumber: Hery 72 Suhersono) Gambar 3.24. Ornamen modern (sumber: Wagiono) 73 xviii
  • 20. Gambar 3.25. Ornamen modern (sumber: Wagiono) 73 Gambar 4.1. Peralatan-peralatan dan salah satu gambar gua 74 pada jaman Paleolitik.(sumber: http://archeologia.ah. edu) Gambar 4.2. Contoh dekorasi pada kepingan keramik dan contoh 75 kendi keramik China pada jaman neolitik. (sumber: http://archeologia.ah.edu) Gambar 4.3. Porselin dan superkonduktor: contoh produk 76 keramik tradisional dan keramik maju/modern. (sumber: chemstryland.com) Gambar 4.4. Ragam produk keramik: dari batu bata sampai 77 teaset porselin. (sumber: berbagai sumber) Gambar 4.5. Alat putar listrik ( sumber: www.baileypottery.com) 78 Gambar 4.6. Membakar keramik atau gerabah secara tradisional. 79 (sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 4.7. Tungku pembakaran gas dan listrik yang lebih 80 modern. (sumber: www.baileypottery.com) Gambar 5.1. Wadah kecil dari jaman prasejarah, dengan 81 dekorasi jejak-jejak jari tangan yang ditekan (kiri) dan sebuah pot dengan bentuk unik ditemukan di Liguria, NW Italia (kanan) (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.2. Sebuah mangkok berdekorasi ditemukan pada 82 jaman tembaga di Inggris. Dekorasi yang ditampilkan komplek dan jelas. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.3. Motif sederhana yang menggambarkan kepala 82 kerbau, ditemukan pada keramik Mesopotamia millennium ke-4 SM sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.4. Membuat keramik dengan teknik putar(sumber: 83 ceramictoday.com) Gambar 5.5. Pesawat Discovery yang menggunakan bahan 10 keramik pada beberapa suku cadangnya (kiri) dan piranti computer yang beberapa komponennya menggunakan keramik (atas) Gambar 5.6. Caves of Lascaux: Kuda jantan dengan panah- 84 panah disekelilingnya (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.7. Relief Bison pada tanah liat liat, ditemukan pada 85 jaman batu di Tuc d' Audoubert, S.W. France. Diperkirakan 15,000 BC. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.8. Lukisan Bison pada jaman batu akhir, 85 diperkirakan 15000 tahun SM, ditemukan di Altimira, xix
  • 21. Spanyol. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.9. Caves of Lascaux: Ibex betina? (sumber: 85 www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.10. Goresan kepala Bison pada lumpur tanah liat, 86 15000 tahun SM, ditemukan di Perancis. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.11. Dolni Vestonice “Venus” dari situs prasejarah di 87 Morovia dekat Brno, diyakini sebagai figurin keramik tertua. (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.12. Peta ditemukannya figurin tertua. (sumber: 87 www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.13. Karakteristik bentuk keramik pada beberapa 88 periode arkeologis sumber: www.centuryone.org/ pottery.html). Gambar 5.14. Kendi, pertengahan millennium ke-6 SM B.C.; 89 Hacilar I type Anatolia (Turki) tengah selatan Ceramic with paint; H. 6 1/8 in. (15.6 cm) Gift of Burton Y. Berry, 1964 (64.286.5). . (sumber: www.metmuseum.org). Gambar 5.15. Benda keramik berdekorasi ditemukandi situs Susa, 89 Iran Barat, 4000 tahun SM. (sumber: www.metmuseum.org). Gambar 5.16. Kendi dengan dekorasi kambing gunung , awal 90 millennium 4 SM; perioda Chalcolithic, Sialk III 7 type; Iran Tengah. (sumber: www.metmuseum.org) Gambar 5.17. Kendi faience, Mesir, tertanggal 100-200 M. Koleksi 90 Freer Gallery of Art, Smithsonian, Washington D.C. (www.answers.com) Gambar 5.18. Benda keramik berbentuk guci pada awal perioda 91 kedinastian, Dinasti 1, 2960–2770 SM. Tinggi x diameter: 8.6 x 3.9 cm (3 3/8 x 1 9/16 in.) Glasir: Faience. (sumber: www.mfa.org) Gambar 5.19. Keramik pada kebudayaan Yang-Shao. (sumber: 91 www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.20. Terracotta yang terkenal dari China: 8099 figure 92 terracotta tentara dengan ukuran sebenarnya. Di tempatkan di Mausoleum of the First Qin Emperor. Figure ini ditemukan tahun 1974 di dekat Xian Propinsi Shaanxi. (sumber: www.3info2u.com/info_ terracotta_figures_china.htm) Gambar 5.21. Contoh Motif keramik pada kebudayaan Yang-Shao. 93 (sumber: www.ceramicstudies.me.uk) Gambar 5.22. Produk keramik dari Dinasti Chou. 93 (sumber: www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/) Gambar 5.23. Gambar 5.23. Onta dari earthenware dengan glasir 94 sancai.Tang Dynasty, abad ke 7 atau 8 M. xx
  • 22. (sumber: www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/) Gambar 5.24. Produk Keramik dari Dinasti Sung. (sumber: 94 www.artsmia.org/art-of asia/ceramics/) Gambar 5.25. Botol celadon pada perioda Koryo dengan desain 95 inlay Chrysanthemum dan kupu-kupu Koryo Dynasty, abad ke 12-Korea The Ho-Rim Museum. (sumber: www.korean-arts.com) Gambar 5.26. Keramik earthenware Korea pada jaman 95 neolitik(sumber: www.korean-arts.com) Gambar 5.27. Keramik dibentuk dengan pilin, Jepang, Periode 95 Jomon kira-kira 2500 SM. (atas). Keramik pada jaman pertengahan Jomon (bergaya Daigi) (sumber: www.myspace.com) Gambar 5.28. Tembikar-tembikar yang ditemukan di situs 96 Batujaya. (sumber: www.budpar.go.id) Gambar 5.29. Fragmen terracotta yang ditemukan di situs 97 Batujaya. (sumber: www.budpar.go.id) Gambar 5.30. Bentuk kepala terbuat dari terracotta pada 97 penanggalan abad ke 10. (sumber: heritage indonesia) Gambar 5.31. Terracotta peninggalan zaman Mojopahit. (sumber: 98 heritage indonesia) Gambar 5.32. Adanya keramik di Indonesia sering dibuktikan 98 dengan relief candi. (sumber: heritage indonesia) Gambar 5.33. Membuat keramik dengan teknik putar tatap (paddle 99 and anvil technique)(sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 5.34. Keramik Sung (China) yang mempengaruhi 100 perkembangan keramik Indonesia (sumber: www.britannica.com) Gambar 5.35. Keramik Plered koleksi Istana Negara Republik 101 Indonesia. Gambar 5.36. Produk pabrik keramik Sango 102 Gambar 5.37. Keramik Lombok (sumber: http://bidytour- 103 lombok.com) Gambar 5.38. Keramik Kasongan 103 (sumber: Album keramik Kasongan) Gambar 6.1. Proses pelapukan batuan granit(sumber: Frank and 107 Janet Hammer) Gambar 6.2. Proses pembentukan tanah liat primer dan sekunder 108 Gambar 6.3. Bentuk partikel tanah liat(sumber: F.H. Norton) 108 Gambar 6.4. Asal usul tanah liat secara sederhana (sumber: 109 Frank and Janet Hammer). Gambar 6.5. Dua partikel kwarsa dengan lapisan air (sumber: 110 F.H. Norton) Gambar 6.6. Dua partikel tanah liat plastis dipisahkan oleh 112 lapisan air (sumber: F.H. Norton) xxi
  • 23. Gambar 6.7. Partikel dan struktur tanah liat (sumber: Frank 115 Hammer and Janet Hammer) Gambar 6.8. Tanah liat yang memiliki daya kerja (sumber: 116 Koleksi studio keramik) Gambar 6.9. Tanah liat plastis, kering, dan biskuit (sumber: 118 Koleksi studio keramik) Gambar 6.10. Tahap penyusutan kering tanah liat (sumber: Frank 118 and Janet Hammer) Gambar 6.11. Tahap penyusutan bakar tanah liat (sumber: Frank r 118 and Janet Hammer) Gambar 6.12. Efek vitrifikasi (sumber: Frank and Janet Hammer). 119 Gambar 6.13. Pengaruh suhu bakar terhadap vitrifikasi dan 120 kekuatan (sumber: Frank and Janet Hammer). Gambar 6.14. Porositas tanah liat setelah proses pembakaran 121 (sumber: Frank and Janet Hammer). Gambar 6.15. Pengaruh suhu bakar terhadap porositas dan 122 kekuatan tanah liat (sumber: Frank and Janet Hammer). Gambar 6.16. Perbedaan warna tanah liat setelah dibakar biskuit 123 suhu 900oC (sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 6.17. Perbandingan antara lempung, tanah endapan, dan 124 pasir (sumber: Wheatonparkdistric.com) Gambar 6.18. Bahan-bahan keramik plastis (sumber: Koleksi 128 studio keramik) Gambar 6.19. Bahan-bahan keramik tidak plastis (sumber: Koleksi 131 studio keramik) Gambar 6.20. Pencampuran sistem segitiga (sumber: Glenn C 133 Nelson) Gambar 7.1. Bahan tanah liat dan mineral terolah(sumber: 153 Koleksi sttudio keramik) Gambar 7.2. Pencampuran tanah liat sistem segitiga (sumber: 156 Glenn C. Nelson) Gambar 7.3. Bahan deflokulan waterglass dan soda abu 193 Gambar 8.1. Bagan proses pembentukan benda keramik 199 Gambar 8.2. Bagian-bagian alat putar listrik (sumber: Richard 205 Phethean). Gambar 8.3. Tanah liat plastis (sumber: Koleksi studio keramik) 210 Gambar 8.4. Mangkok teknik pijit (sumber: Koleksi studio 215 keramik) Gambar 8.5. Proses teknik pijit (sumber: Lorette Espi) 216 Gambar 8.6. Mangkok teknik pijit (sumber: (Koleksi studio 218 keramik) Gambar 8.7. Vas teknik pilin (sumber: (Koleksi studio keramik) 219 Gambar 8.8. Botol teknik pilin (sumber: (Koleksi studio keramik) 220 Gambar 8.9. Botol teknik lempeng(sumber: (Koleksi studio 228 keramik) xxii
  • 24. Gambar 8.10. Kotak teknik lempeng (sumber: (Koleksi studio 228 keramik) Gambar 8.11. Vas teknik lempeng (sumber: (Koleksi studio 229 keramik) Gambar 8.12. Wadah bertutup teknik lempeng datar. (sumber: 233 (Koleksi studio keramik) Gambar 8.13. Wadah bertutup teknik lempeng lengkung(sumber: 237 (Koleksi studio keramik) Gambar 8.14. Piring teknik lempeng dengan acuan. (sumber: 239 Susan Peterson) Gambar 8.15. Wadah bertutup teknik putar centering (sumber: 240 Koleksi studio keramik) Gambar 8.16. Wadah bertutup teknik putar centering (sumber: 241 Koleksi studio keramik) Gambar 8.17. Bagian-bagain dari telapak tangan (sumber: 243 Melanie Jones) Gambar 8.18. Produk silinder teknik putar centering. (sumber: 248 Mary Chappelhow) Gambar 8.19. Mangkok teknik putar centering. (sumber: Mary 252 Chappelhow) Gambar 8.20. Bentuk-bentuk mangkok. (sumber: Daniel Rhodes). 258 Gambar 8.21. Piring teknik putar centering. (sumber: Katalog) 259 Gambar 8.22. Bentuk-bentuk piring. (sumber: Daniel Rhodes). 263 Gambar 8.23. Vas teknik putar centering. (sumber: Mary 264 Chappelhow) Gambar 8.24. Wadah bertutup teknik putar centering (sumber: 268 Mary Chappelhow) Gambar 8.25. Variasi bentuk bibir benda keramik. (sumber: Daniel 273 Rhodes) Gambar 8.26. Variasi bentuk kaki benda keramik.(sumber: Robin 274 Hopper) Gambar 8.27. Cara mengukur ketebalan dasar benda keramik. 275 (sumber: Richard Phethean) Gambar 8.28. Vas, gabungan teknik putar centering. (sumber: 277 Josie Warshaw) Gambar 8.29. Cara mengukur bagian benda yang akan disambung. 278 (sumber: Peter Cosentino) Gambar 8.30. Bagian-bagian tutup benda keramik. (sumber: 282 Kenneth Clark) Gambar 8.31. Variasi bentuk tutup benda keramik. (Sumber: 283 Kenneth Clark) Gambar 8.32. Variasi bentuk handle. (sumber: Peter Cosentino) 286 Gambar 8.33. Variasi bentuk handle. (sumber: Peter Cosentino) 287 Gambar 8.34. Pola handle dengan extruder (sumber : Richard 290 Phethean) Gambar 8.35. Pola handle dengan kawat (sumber: Richard 291 Phethean) xxiii
  • 25. Gambar 8.36. Variasi bentuk knob. (sumber : Richard Phethean) 293 Gambar 8.37. Variasi bentuk spout benda keramik. (sumber: 294 Richard Phethean) Gambar 8.38. Variasi bentuk lug. (sumber: Richard Phethean) 296 Gambar 8.39. Variasi bentuk lug (sumber: Richard Phethean) 296 Gambar 8.40. Produk teknik putar pilin. (sumber: Koleksi studio 306 keramik) Gambar 8.41. Wadah bertutup teknik cetak tuang dengan model 324 bubut. (sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 8.42. Wadah bertutup teknik cetak tuang dengan model 324 bebas.(sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 8.43. Binatang cetak tuang. (sumber: Katalog) 227 Gambar 8.44. Model bentuk binatang dari gips. (sumber: Katalog) 227 Gambar 8.45. Wadah bertutup cetak tuang. (sumber: Koleksi 334 studio keramik) Gambar 8.46. Model tanah liat dan gipss(sumber: Koleksi studio 334 keramik) Gambar 8.47. Cetakan gips (sumber: Koleksi studio keramik) 340 Gambar 8.48. Cetakan (sumber: Koleksi studio keramik) 341 Gambar 8.49. Produk teknik jigger jolly (sumber: Axner.com) 344 Gambar 8.50. Produk teknik jigger jolly (sumber: Axner.com) 344 Gambar 8.51. Bagian-bagian jigger. (sumber: Frank Hammer) 345 Gambar 8.52. Bagian-bagian jolley (sumber: Frank Hammer) 346 Gambar 8.53. Alat jigger-jolley masinal. (sumber: www.gladstone. 346 htm) Gambar 8.54. Piring teknik jigger. (sumber: Koleksi studio keramik) 351 Gambar 9.1. Tanah liat plastis dengan beberapa warna.(sumber: 363 Melanie Jones) Gambar 9.2. Slip tanah liat (sumber: Koleksi studio keramik) 363 Gambar 9.3. Pewarna oksida.(sumber: Joaquim Chavarria) 366 Gambar 9.4. Pewarna stain (sumber: Joaquim Chavarria) 366 Gambar 9.5. Air (sumber:Morgen Hall) 367 Gambar 9.6. Beberapa contoh benda dengan hiasan marbling 372 body. (sumber: Tony Birk) Gambar 9.7. Bentuk mangkok dengan dekorasi 375 nerikomi.(Sumber: Morgen Hall) Gambar 9.8. Penerapan dekorasi nerikomi pada benda keramik. 376 (sumber: Tony Birk) Gambar 9.9. Bentuk mangskok dengan hiasan teknik agate. 378 (Sumber: Peter Cosentino) Gambar 9.10. Contoh dekorasi faceting. (sumber: Peter 381 Cosentino) Gambar 9.11. Contoh dekorasi combing.(sumber: Peter 382 Cosentino) Gambar 9.12. Piring dengan dekorasi marbling. (sumber: Peter 384 Cosentino) xxiv
  • 26. Gambar 9.13. Contoh motif impress pada produk. (sumber: Peter 387 Cosentino) Gambar 9.14. Contoh berbagai alat cap, bermotif organis yang 387 dibuat dari gips. (sumber: Robert Fournier) Gambar 9.15. Contoh dekorasi relief. 389 Gambar 9.16. Guci dengan dekorasi sgrafitto. (sumber: Koleksi 391 studio keramik) Gambar 9.17. Produk keramik dengan hiasan embossing. 405 (sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 9.18. Gambar 9.18. Bootol keramik dengan dekorasi 412 inglaze (sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 10.1. Bahan perwarna oksida.(sumber: Koleksi studio 420 keramik) Gambar 10.2. Bahan pewarna stain. (sumber: Koleksi studio 423 keramik) Gambar 11.1. Jenis-jenis glasir (sumber: Koleksi studio keramik) 450 Gambar 11.2. Bahan-bahan glasir (sumber: Koleksi studio 451 keramik) Gambar 11.3. Pewarna oksida (sumber: Koleksi studio keramik) 452 Gambar 11.4. Pewarna stain (sumber: Koleksi studio keramik) 453 Gambar 11.5. Wadah bertutup dengan glasir warna (sumber: Mary 458 Chappelhow) Gambar 11.6. Contoh hasil pengujian glasir rendah yang 458 diterapkan pada benda keramik stoneware. (sumber: Koleksi studi keramik) Gambar 11.7. Contoh hasil pengujian glasir menengah yang 458 diterapkan pada benda keramik stoneware. (sumber: Koleksi studi keramik) Gambar 11.8. Proses penghalusan bahan glasir dengan ballmill 459 Gambar 11.9. Produk keramik berglasir. (sumber: Koleksi studio 464 keramik) Gambar 11.10. Produk keramik berglasir. (sumber: Mary 464 Chappelhow) Gambar 11.11. Contoh beberapa kesalahan glasir (sumber: 475 Joaquim Chavarria) Gambar 12.1. Tungku dengan sirkulasi api naik.(sumber: Prasidha 479 Adhikriya) Gambar 12.2. Tungku dengan sirkulasi api berbalik Tungku 480 dengan sirkulasi api naik. (sumber: Prasidha Adhikriya) Gambar 12.3. Tungku dengan sirkulasi api mendatar Tungku 481 dengan sirkulasi api naik. (sumber: Prasidha Adhikriya) Gambar 12.4. Penampang thermocouple pada dinding tungku. 485 (sumber: Melanie Jones) Gambar 12.5. Grafik pembakaran. (sumber: Steve Mattison) 496 Gambar 12.6. Cara menyusun mangkok yang berbeda ukuran 503 xxv
  • 27. Cara menyusun piring (sumber: Daniel Rhodes) Gambar 12.7. Cara menyusun mangkok dengan ukuran sama 503 Cara menyusun piring (sumber: Daniel Rhodes) Gambar 12.8. Tungku bak terbuka.(sumber: Koleksi studio 508 keramik) Gambar 12.9. Tungku catenary dengan bahan bakar minyak tanah 511 (sumber: Koleksi studio keramik) Gambar 12.10. Bagian-bagian kompor kombrander dengan spuyer. 513 (sumber: Pras idha Adhikriya) Gambar 12.11. Bagian-bagian kompor spiral tanpa udara tekan. 514 (sumber: Prasidha Adhikriya) Gambar 12.12. Bagian-bagian kompor spiral dengan udara tekan. 514 (sumber: Prasidha Adhikriya) Gambar 12.13. Bagian-bagian kompor udara tekan. (sumber: Sardi) 515 Gambar 12.14. Bagian-bagian dan sirkulasi api tungku catenary 516 (sumber: Prasidha Adhikriya) Gambar 12.15. Bagian-bagian dan sirkulasi api tungku catenary 517 (sumber: Prasidha Adhikriya) Gambar 12.16. Tungku gas. (sumber: www.beileypottery.com) 520 Gambar 12.17. Tungku listrik. (sumber: www.beileypottery.com) 525 Gambar 12.18. Bagian-bagian tungku listrik. Bagian-bagian tungku 526 listrik. (sumber: peter Cosentino) Gambar 12.19. Cara memperbaiki kumparan kendur. (sumber: 531 Richard Zakin) Gambar 12.20. Cara menyambung kumparan kendur putus. 531 (sumber: Richard Zakin) xxvi
  • 28. SINOPSIS Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang merupakan potensi bahan baku untuk produk-produk kerajinan (kriya). Salah satu potensi alam tersebut adalah tanah liat yang terdapat hampir di seluruh Indonesia baik di Sumatera, Bangka, Belitung, Jawa, Kalimatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, bahkan di Papua. Tanah liat sebagai bahan utama untuk pembuatan keramik sangat menguntungkan karena bahannya relatif mudah di dapat dan hasil produknya sangat luas pemakaiannya. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik sebagai salah satu jenjang pendidikan menengah bertujuan menyiapkan sumber daya manusia yang terampil di bidang seni dan kriya diharapkan dapat memanfaatkan potensi alam yang melimpah tersebut. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila dalam proses pembelajarannya didukung oleh perangkat pembelajaran yang memadai, salah satunya adalah sarana berupa materi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi yang berlaku dalam hal ini adalah Standar Kompetensi Nasional (SKN) Bidang Kriya Keramik. Buku Kriya keramik untuk SMK Program Keahlian Kriya Keramik ini disusun berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN) Bidang Kriya Keramik dan juga berpedoman pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Program Keahlian Kriya Keramik. Dengan demikian informasi yang terdapat dalam buku ini menjadi lebih lengkap dan terstruktur. Secara umum buku kriya keramik ini berisi tentang materi menggambar dan keramik yang berupa pengetahuan yang bersifat teori maupun praktik keterampilan dari alat dan bahan, proses penyiapan bahan, proses pembentukan, proses dekorasi, dan proses pembakaran yang tertuang dalam isi buku sebagai berikut: A. Materi menggambar 1. Membuat Nirmana Materi membuat nirmana ini berisi tentang mengeksplorasi garis dan bidang, menggambar huruf, alam benda, flora fauna, menusia, dan membuat nirmanan tiga dimensi. 2. Menggambar Teknik Materi menggambar teknik menguraikan tentang menggmbar proyeksi, perspektif, dan gambar kerja. 3. Menggambar Ornamen xxvii
  • 29. Bagian ini menguraikan tentang menggambar ornamen baik primitif, tradisional dan klasik, serta modern. B. Materi keramik 1. Pendahuluan Bagian awal ini menguraikan secara umum tentang keramik, pengertian, jenis, dan fungsi keramik 2. Sejarah Keramik Sejarah keramik berisi tentang perkembangan keramik secara singkat diberbagai belahan dunia dan Indonesia. 3. Tanah Liat Bagian ini menguraikan tentang bahan baku khususnya yang digunakan untuk membuat keramik, mulai dari asal usul, jenis, pengembangan formula badan keramik, serta problem badan tanah liat dan perbaikannya. 4. Pengujian dan Penyiapan Tanah Liat Materi ini mempelajari tentang peralatan dan perlengkapan kerja, bahan yang digunakan, proses pengujian tanah liat yang memenuhi persyaratan untuk dapat diguakan untuk membuat keramik, serta proses penyiapan (pengolahan) badan tanah liat. 5. Teknik Pembentukan Merupakan materi praktik utama yang berisi tentang peralatan dan perlengkapan kerja; bahan yang digunakan; dan teknik pembentukan benda keramik yang meliputi teknik pijit (pinching), teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slab building), teknik putar (throwing) yang terdiri dari teknik putar centering, teknik putar pilin, dan teknik putar tatap, serta teknik cetak (mold) yang terdiri dari teknik cetak tekan, teknik cetak tuang, dan teknik cetak jigger/jolley. 6. Dekorasi Materi yang menguraikan tentang berbagai teknik dekorasi berupa dekorasi pembentukan (marbling body, nerikomi, dan agateware); dekorasi badan tanah liat plastis (faceting, combing, impressing, dan relief); dekorasi badan tanah liat leather hard (carving, sgrafitto, inlay, pierching, engobe, burnishing, dan embossing); dan dekorasi glasir (over glaze, under glaze, dan in gaze). 7. Glasir Menguraikan tentang glasir, keseimbangan glasir, bahan utama dan bahan pewarna glasir, jenis glasir, RO formula, formula glasir, campuran glasir, hitung glasir, dan faktor-faktor yang mempengaruhi glasir. 8. Penyiapan Glasir dan Pengglasiran xxviii
  • 30. Merupakan materi praktik yang meliputi peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja; bahan yang digunakan; penyusunan campuran glasir; penyiapan (pengolahan) glasir; dan teknik pengglasiran yaitu teknik kuas (brush), teknik tuang (pouring), teknik celup (dipping), dan teknik semprot (spraying); serta kesalahan dalam pengglasiran dan cara mengatasinya. 9. Tungku dan Pembakaran Materi ini menguraikan tentang tungku pembakaran dan perlengkapannya; teori pembakaran biskuit dan glasir; penyusunan dan pembongkaran benda dalam tungku; pengoperasian tungku pembakaran dengan bahan bakar padat, cair, gas, dan listrik; kesalahan dalam pembakaran dan cara mengatasi. xxix
  • 31. DESKRIPSI KONSEP PENULISAN Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman seni dan budaya merupakan salah satu keunggulan yang belum tentu dimiliki oleh negara lain, dengan keanekaragaman seni dan budaya tersebut melalui pendidikan seni budaya dan kriya diharapkan dapat dilestarikan dan sekaligus dikembangkan menjadi sumber penghidupan. Sumber daya alam yang melimpah yang merupakan potensi bahan baku yang dapat dikembangkan menjadi bahan utama produk kerajinan, sumber daya manusia merupakan potensi tenaga kerja, serta sumber daya seni dan budaya (seni rupa, seni kriya, seni pertunjukan, arsitektur, dan lainnya) merupakan potensi untuk mengembangkan kreativitas yang tidak akan ada habisnya. Mutu tenaga kerja tingkat menengah di bidang seni dan kriya sangat tergantung pada mutu pendidikan kejuruan seni dan budaya yang juga sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga kependidikan, proses pembelajaran, sarana-prasarana, alat-bahan, manajemen sekolah, lingkungan kerja, dan kerjasama industri. Melalui pendidikan diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan penguasaan di bidang ilmu pengetahun, teknologi, dan seni. Proses pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu proses penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang diarahkan pada penguasaan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pencapaian hasil pembelajaran pada aspek kognitif diarahkan melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat teoretik (pengetahuan), aspek afektif pencapaiannya diamati melalui sikap selama proses pembelajaran berlangsung, sedang aspek psikomotorik pencapaiannya melalui kegiatan- kegiatan yang melibatkan gerak motorik keterampilan. Dengan demikian dalam proses pembelajaran praktik kejuruan, ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Landasan Penulisan Buku Penulisan buku kriya keramik untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satu satu usaha untuk mengembangkan sarana pembelajaran produktif khususnya pengembangan materi pembelajaran baik teori maupun praktik yang didasarkan pada Standar Kompetensi Nasional (SKN) bidang kriya keramik. Dengan berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN) bidang kriya keramik, penulisan buku ini menjadi lebih lengkap dan dapat digunakan untuk mengembangkan materi pembelajaran yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik yang tersebar di Indonesia dengan masing-masing memiliki potensi yang berbeda-beda sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Kriya Keramik untuk xxx
  • 32. berkembang mengikuti kemajuan di bidang ilmu pengetahun, teknolgi, dan seni. Mata pelajaran produktif kriya keramik merupakan salah satu mata pelajaran yang diharapkan mampu membekali siswa untuk menguasai kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, dengan demikian lulusannya akan menguasai aspek teknis, terampil, memiliki wawasan, disiplin kerja,dan sikap kerja. Tujuan dan Sasaran Buku kriya keramik ini berisi seluruh proses pembuatan benda keramik baik bersifat teori maupun praktik keterampilan yang meliputi kelompok kompetensi maupun unit kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi Nasional (SKN) dan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Program Keahlian Kriya Keramik. Buku kriya keramik ini memuat tentang teori dan petunjuk praktik keterampilan sehingga tidak hanya pemahaman secara teori namun praktik keterampilan dan sikap kerja yang sesungguhnya dalam bekerja. Dengan demikian buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi yang lengkap baik bagi guru dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran praktik keterampilan maupun bagi siswa dalam memahami materi dan melaksanakan praktik keterampilan dengan sikap kerja yang benar. Materi Materi buku ini berisi dua bagian, yaitu: A. Materi Menggambar 1. Membuat Nirmana 2. Menggambar Teknik 3. Menggambar Ornamen B. Materi Keramik 1. Pendahuluan 2. Sejarah Keramik 3. Pengetahuan Tanah Liat 4. Pengujian dan Penyiapan Tanah Liat 5. Teknik Pembentukan 6. Teknik Dekorasi 7. Pengetahuan Glasir 8. Penyiapan Glasir dan Pengglasiran 9. Tungku dan Pembakaran xxxi
  • 33. Dalam buku kriya keramik ini juga memuat kompetensi yang sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Bidang Keahlian Kriya Keramik, yang meliputi: 1. Membuat nirmana 2. Menggambar teknik 3. Menggambar ornamen 4. Mengolah clay-body dari lempung alam secara manual basah 5. Mengolah clay-body dari lempung alam secara masinal basah 6. Mengolah clay-body untuk teknik pembentukan cetak tuang 7. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tekan satu sisi 8. Membentuk keramik dengan teknik pijit (pinch) 9. Membentuk keramik dengan teknik pilin (coil) 10. Membentuk keramik dengan teknik lempeng (slab) 11. Membentuk keramik dengan teknik putar 12. Membuat dekorasi keramik 13. Membakar keramik xxxii
  • 34. PETA KOMPETENSI Diagram ini menunjukkan tahapan kelompok kompetensi dan unit kompetensi yang merupakan suatu urutan proses pekerjaan bidang keramik. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bidang Keahlian Kriya Keramik SMK menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan matei pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Mengacu hal tersebut diatas maka Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai nomor yang terdapat dalam Peta Kompetensi di bawah. xxxiii
  • 35. Keterangan: BAGIAN A 1. Membuat Nirmana 2. Menggambar Teknik 3. Menggambar Ornamen BAGIAN B Menyusun resep clay-body 1. Membuat lempengan dan menguji plastisitas, penyusutan, dan 2. porositas clay-body Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara manual basah 3. Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara manual kering 4. Menyiapkan clay-body dari lempung alam secara masinal basah 5. Menyiapkan clay-body dari prepared hard mineral secara masinal 6. basah Menyiapkan clay-body untuk teknik pembentukan cetak tuang 7. Menyusun formula dan resep glasir serta menganalisis hasil bakar 8. Menyiapkan/mencampur glasir (sesuai dengan resep) 9. 10. Membuat model cetakan 11. Menyiapkan massa gips untuk membuat cetakan 12. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tekan satu sisi 13. Membuat cetakan gips untuk teknik cetak tuang dua sisi atau lebih 14. Menghomogenkan (menguli) clay-body 15. Membentuk dengan teknik pijit 16. Membentuk dengan teknik pilin 17. Membentuk dengan teknik lempeng 18. Membentuk dengan teknik putar centering 19. Membentuk dengan teknik putar pilin 20. Membentuk dengan teknik putar tatap 21. Membentuk dengan teknik cetak tekan 22. Membentuk dengan teknik cetak tuang 23. Membentuk dengan teknik cetak jigger/jolley 24. Menerapkan dekorasi pembentukan (marbling, nerikomi, dan agate ware) 25. Menerapkan dekorasi clay-body plastis (faceting dan combing) 26. Menerapkan dekorasi clay-body plastis (impress dan relief) 27. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik carving (ukir) 28. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik sgraffito (toreh) 29. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik inlay (toreh isi) 30. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik piercing (terawang) 31. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik engobe 32. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik burnish (gosok) 33. Menerapkan dekorasi clay-body leather hard teknik embossing (etching) xxxiv
  • 36. Menerapkan dekorasi glasir over glaze pada permukaan benda 34. mentah, biskuit dan berglasir Menerapkan dekorasi glasir underglaze pada permukaan benda 35. mentah, biskuit dan berglasir Menerapkan glasir dengan teknik tuang (pouring) 36. Menerapkan glasir dengan teknik celup (dipping) 37. Menerapkan glasir dengan teknik semprot (sparying) 38. Menerapkan glasir dengan teknik kuas (brush) 39. Menyusun benda dan membongkar benda di tungku 40. Mengoperasikan tungku bahan bakar padat 41. Mengoperasikan tungku bahan bakar cair 42. Mengoperasikan tungku bahan bakar gas 43. Mengoperasikan tungku bahan bakar listrik 44. Berdasarkan keterangan di atas, maka berbagai jenis pekerjaan di bidang kriya keramik dapat dikelompokkan sebagai berikut: Tenaga pengujian badan tanah liat dan glasir I. Tenaga penyiapan badan tanah liat II. Tenaga pembuatan model dan cetakan III. Tenaga pembentukan IV. Tenaga dekorasi V. Tenaga penyiapan glasir VI. Tenaga pengglasiran VII. Tenaga pembakaran VIII. xxxv
  • 37. BAB I PENDAHULUAN SENI KRIYA KAYU Pembahasan seni rupa Indonesia dalam perspektifhistoris bisa menghadapi kendala terminologis, apakah ketika menorehkan tulisan dimulai sejak deklarasi sumpah pemuda tahun 1928, atau sejak dilontarkannya gagasan kawasan Nusantara pada zaman Majapahit, atau dimulai sejak zaman praejarah seperti yang dilakukan beberapa penulis Barat, di antaranya A.N.J. Th. A Th van der Hoop (1949). Fritz A. Wagner (1949;1959), A.J. Bernert Kempers (1959) dan Claire Holt (1967). Nuansa Indonesiasentrisme sangat jelas bukan pengingkaran pengakuan internasional atas eksistensi seni rupa Indonesia yang sudah berlangsung sejak zaman prasejarah, namun dalam hal pembabakannya disesuaikan dengan kenyataan periode zamannya. Hal ini dikemukakan agar masalah terminologi kaitannya dengan batasan temporal tidak menjadi bahan perbincangan yang tak berujung, sehingga pembahasan seni kriya Indonesia segera dapatdimulai. (SP. Gustami, 2002). Seni kriya, bagi banyak kalangan bukan lagi berkutat hanya pada masalah peristilahan, dalam suatu seminar internasional Seni Kriya September 2002, PPs ISI Yogyakarta audiens menghendaki formula praktis bagaimana memajukan kriya, meningkatkan kualitas produksi, bagaiman menembus pasar eksport. Secara umum dapat dikatakan bahwa disiplin kriya kriya adalah disiplin yang banyak membutuhkan konsentrasi pada pengembangan sarana dan pengetahuan praktis. Bahkan kriya kontemporer/ contemporary craft: masih cukup memiliki rambu-rambu penilaian kualitas antara lain kualitas dalam m enangani material craftmanship atau skill. Skill adalah semacam pengetahuan yang digolongkan sebagai tacid knowledge (pengetahuan diam-diam), dipelajari melalui pengalaman.(Asmudjo J. Irianto, 2002). Seni kriya hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan Indonesia bagaikan pernik-pernik manikam persada Nusantara. Kehadirannya beriringan sejalan dengan eksistensi manusia di tanah air. Penciptaannya berkaitan erat dengan kebutuhan hidup, baik kebutuhan jasmani (fisik) maupun kebutuhan rohani/jiwani (spiritual).Oleh karena itu, hasil karya sen kriya sering merepresentasikan pola fikir dan perilaku masyarakat pada zamannya. ( Franz Boas, 1955 ). Keberadaan seni kriya selalu berkaitan dengan pemenuhan fungsi-fungsi tertentu,meskipun pemenuhan fungsi-fungsi itu sering dipandang hanya dari sisi fisiknya saja,tidak menyeluruh, tidak sesuai dengan realitas kebutuhan hidup yang lengkap dan utuh.Ada tiga kategori fungsi seni, yaitu fungsi personal, fungsi sosial dan fungsi fisik. Fungsi personal adalah bekaitan dengan pemenuhan kepuasan jiwa pribadi dan individu; fungsi sosial berhubungan dengan tujuan-tujuan sosial,ekonomi, politik, budaya dan 1
  • 38. kepercayaan; sedangkan fungsi fisik berurusan dengan pemenuhan kebutuhan praktis. Dalam perwujudannya, ketiga fungsi tersebut saling bersinergi, sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu. Dalam dunia modern pengetahuan mempelajari dan menguasai ketrampilan disokong oleh pengetahuan bahan dan material yang bisa saja diajarkan secara teoritis. Jika pengetahuan itu ditambahkan dengan pengetahuan sejarah, teori seni rupa dan sedikit ilmu manajemen dapat masuk ke kurikulum sekolah. Seni Kriya adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus yang berkaitan dengan tangan, sehingga seni kriya sering juga disebut kerajinan tangan. Seni kriya dihasilkan melalui keahlian manusia dalam mengolah bahan mentah. Seni kriya dapat dikelompokan berdasar tujuan penciptaan atau penggunaannya menjadi kriya mempunyai fungsi : praktis, estetis, dan simbolis (religius). Kata ‘kriya’ pada zaman dahulu kemungkinan diadop dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa Jawa yang berarti kerja. Kemudian muncul kata ‘seni’ yang disepadankan dengan kata ‘art’ bahasa Inggris yang berarti hasil karya manusia yang mengandung keindahan. Pada saat ini seni kriya golongkan sebagai bagian dari seni rupa, yaitu karya seni yang dinikmati dengan indera penglihatan. Namun seni kriya membutuhkan kemampuan kecakapan teknik dan ketelatenan yang tinggi, sperti seni kriya tenun, batik, anyam, gerabah, perhiasan hingga keris.( A.Agung Suryahadi, 2007 ). Seni kriya sudah sangat tua umurnya dan merupakan cikal bakal seni rupa Indonesia pada umumnya. Yang kemudian membedakan seni kriya dari seni murni atau seni rupa lainnya adalah fungsinya. Sementara seni murni adalah ekspresif dan komunikatif, seni kriya lebih berorientasi pada kegunaan dalam kehidupan manusia sehari-hari dibarengi dengan teknik pembuatan yang tinggi. Lahirnya cobek adalah karena manusia memerlukan ajang atau tempat untuk makan, begiupun contoh-contoh seni kriya yang lain seperti belanga, kursi, keranjang sampai dengan kain batik, bahkan juga keris. Semua terwujud dikarenakan desakan kebutuhan. Saat kini seni kriya adalah merupakan bagian seni rupa yang mengutamakan kegunaan,sarat dengan kekriyaan (craftsmanhip) y ang tinggi dan bentuknya indah. Hal terakhir tersebut terjadi karena setelah kebutuhan pokok manusia terpenuhi maka akan berpaling terhadap kebutuhan yang kurang pokok. Pengertian Kriya Istilah ‘seni kriya’ berasal dari akar kata ‘kr’ (bahasa Sanskrta) yang berarti ‘mengerjakan’; dari akar kata tersebut kemudian menjadi kata : karya, kriya, kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek. Dalam pengertian berikutnya semua hasil pekerjaan termasuk berbagai ragam keteknikannya disebut ‘seni kriya’.(Timbul Haryono,2002) 2
  • 39. Kata ‘kriya’ dalam bahasa Indonesia berarti pekerjaan (kerajinan tangan). Di dalam bahasa Inggris disebut craft yang mengandung arti: energi atau kekuatan, arti lain suatu ketrampilan mengerjakan atau membuat sesuatu (http://www.answers.com/topic/craft). Istilah itu diartikan sebagai ketrampilan yang dikaitkan dengan profesi seperti yang terlihat dalam craftsworker (pengrajin). Pada kenyataannya seni kriya sering dimaksudkan sebagai karya yang dihasilkan karena skill atau ketrampilan seseorang; sebagaimana diketahui bahwa semua kerja dan ekspresi seni membutuhkan ketrampilan. Dalam persepsi kesenian yang berakar pada tradisi Jawa, dikenal sebutan kagunan. Di dalam Kamus Bausastra Jawa, kagunan adalah Kapinteran/ Yeyasan ingkang adipeni/Wudharing pambudi nganakake kaendahan-gegambaran, kidung ngukir-ukir. Penjelasan itu menunjukan posisi dan pentingnya ketrampilan dalam membuat (mengubah) benda sehari-hari, di samping pengetahuan dan kepekaan (akan keindahan). Oleh sebab itu, sebuah karya (seni) dalam proses penggarapannya tidak berdasarkan pada kepekaan dan ketrampilan yang baik (mumpuni), maka tidak akan ada kesempatan bagi kita untuk mnikmati karya tersebut sebagai karya seni ( I Made Bandem, 2002 ). Ada beberapa kelompok di masyarakat yang melihat bahwa ‘kriya’ berbeda dengan ‘seni’, seperti yang terdapat di dunia Barat; bahkan faham ini sudah berpengaruh samapi ke Indonesia. Dalam dunia Barat terbangun persepsi bahwa kesenian didasari oleh estetika artes liberales, yang menempatkan kepekaan seni di posisi tinggi. Sementara di dalam kagunan tidak hanya kepekaan, tetapi juga ketrampilan memperoleh tempat yang penting dalam proses kreasi seni. Seni Kriya merupakan hasil pekerjaan dengan berbagai ragam tekniknya merupakan cakupan dalam kebudayaan. Kebudayaan sebagai suatu sistem mencakup tiga wujud: wujud gagasan, wujud tingkah laku berpola dan hasil tingkah laku. Sejak zaman prasejarah manusia telah berkarya menghasilkan artefak (benda buatan manusia) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, adapun fungsinya : a. Untuk keperluan yang bersifat teknis, seperti pisau, alat pertanian dan sebagainya . b. Sebagai pedanda status sosial,contoh : perhiasan. c. Untuk keperluan religius atau ritual. Pada masa prasejarah ketika manusia belum menggunakan sistem tulisan untuk komunikasi mereka, istilah-istilah dalam karya pekerjaan mereka belum diketahui.Dari hal tersebut hanya diketahui produk akhirnya yang diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan yaitu: batu, tanah, logam dan kayu.Penggunaan bahan-bahan tersebut sesuai dengan masa tingkat pengetahuan teknologi masing-masing, jadi tidak sekaligus terjadi dalam masa yang bersamaan. Penggunaan bahan kayu dan batu adalah dalam tahapan masa penggunaan teknologi tingkat 3
  • 40. pertama, manusia hanya menggunakan bahan-bahan secara langsung dari alam tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Pada masa ini bahan utama berupa bahan batu digunakan langsung untuk alat, zaman ini disebut sebagai zaman batu dan berlangsung cukup lama dengan melalui perkembangan teknik. Pengembangan terjadi karena adanya tingkat perkembangan pengetahuan teknologi pengerjaan batu yang mereka kuasai, yakni pada masa paleolitik dan kemudian masa neolitik. Hasil- hasil karya mereka berupa artefak, contohnya kapak batu yang digunakan untuk mengumpulkan kebutuhan fisik. Mereka hidup dalam masa ‘food gathering stage’ dan ‘food producing stage’ tingkat sederhana. Pada masa neolitik tingkat pengetahuan mereka bertambah sehingga dapat membuat alat dari bahan tanah, karena pada masa food producing manusia memerlukan suatu wadah untuk makanan. Teknik pembuatan gerabah ditemukan, artefak ini tidak lepas dari adanya teknologi api (pyrotechnologi). Masa ini puncaknya adalah ditemukannya teknologi pembuatan logam, karena untuk melebur logam manusia memerlukan teknologi membuat api dengan tingkat panas yang tinggi. Di Asia Barat perkembangan teknologi pembuatan logam, tingkatannya alat yang dibuat dari bahan tembaga- perunggu sampai dengan yang berbahan besi. Pentahapan masa tersebut adalah dari zaman tembaga, zaman perungu dan zaman besi. Tembaga adalah logam pertama yang ditemukan,tahap itu disebut tahap monometalik. Tahun 4000 SM barulah manusia menemukan campuran lain untuk logam tembaga, yaitu timah dan arsenik atau timbal.Tahap ini disebut polimetalik, ketika itu manusia belum menemukan besi. Tahap berikutnya yaitu dalam kurun abad 2 SM, seiring dengan berkembangnya penemuan teknologi api dengan pembakaran panas tinggi, ditemukanlah logam besi. Di Indonesia tidak mengalami pembagian tiga zaman ( three age system ), pengaruh budaya Dongson- Vietnam yaitu membawa artefak logam perunggu langsung tersebar luas di Indonesia. Sejarah Kriya Sudah sejak zaman prasejarah kita mengenal berbagai peninggalan berupa artefak, ada yang berupa peralatan, perhiasan dan sebagainya. Hasil karya tersebut dihasilkan karena ketrampilan seseorang dalam membuat dan mengubah bahan atau benda keperluan sehari-hari menjadi karya kriya, memang diakui bahwa keberadaan kriya sudah sejak lama dibedakan dengan karya seni. Seperti yang diuraikan sebelumnya, peristilahan tentang seni dan kriya dipengaruhi oleh dunia Barat. Kata ‘seni’ (art) berasal dari kata kerja – bahasa Latin ar yang berarti merangkai menjadi satu, menggabungkan atau menyusun. Seseorang yang membuat suatu benda disebut pengrajin. Ada suatu kecenderungan pemikiran, bahwa seni diyakini sebagai ekspresi individual, sedangkan kriya dipercaya sebagai sumber dari sebuah karya yang berguna bagi kehidupan. Seni bila diberi ilham oleh pandangan personal (individual), 4
  • 41. dan kriya adalah teknik yang mewujudkan karya seni itu, maka sesungguhnya antara kriya dan seni menjadi tidak terpisahkan. Sekurang-kurangnya adalah saling melengkapi. Apabila kita mencermati bangunan-bangunan atau rumah modern, banyak kita temui berbagai elemen seni dan kriya saling melengkapi. Almari, meubel, penyekat ruang (divider) dan lain sebagainya saling mengisi, sulit bagi kita membedakan apakah itu karya seni atau kriya.Kesemuanya memberi kesan keindahan bagi yang menyaksikannya. Pergerakan seni dan kriya berkembang dan berkembang selama masa pertengahan abad ke 19, itu melibatkan gabungan secara meluas berbagai seniman, penulis, kriyawan, wanita. Begitu luasnya berbagai komponen masyarakat yang terlibat, sulit untuk menetapkan batasan ‘seni’ dan ‘kriya’ secara jelas dan akurat. Sebagian memandang bahwa beberapa Pendahulu adalah sangat kolot (consevative, tampak memprihatinkan kembali ke masa lalu di abad Pertengahan. Sementara yang lainnya adalah sosialis dan rajin mengadakan reformasi. John Ruskin (1819-1900) memperkenalkan estetika seni dan kriya dengan aliran Protestan, sedangkan yang lain, seperti arsitek Augustus Welby Pugin (1812-1852) melihat adanya pertalian antara kebangkitan abad pertengahan dengan pengaruh Katolik. Lebih jauh lagi, pengrajin dan kaun perempuan yang terlibat dalam pergerakan sangat aktif di bidang lintas keterampilan(skill): seperti arsitek, tenaga percetakan, penjilid buku, pembuat keramik, pembuat perhiasan, pelukis, pematung, pembuat mebel. Beberapa anggota pergerakan, seperti desainer William Morris (1834-1896) dan C.R Ashbee(1863-1942), menghargai karya kerajinan tangan (handycraft) dan cenderung menolak kesempatan baik untuk memproduksecara masal untuk keperluan pasar. Di lain pihak seorang arsitek Frank Lloyd Wright (1867-1959), secara positif sangat menyukai keuntungan-keuntungan sosial dan hal-hal kreatif mesin produksi. Pada tahun 1870 an, pergerakan perkembangan ‘seni’ dan ‘kriya’ semakin beraneka ragam, ketika kebangkitan minat terhadap seni dan kriya di Inggris dieksport dan tertanam hingga ke dalam karya-karya asli seni tradisionil di negara lain. Di Amerika Serikat, kebangkitan karya tradisional daya tarik gaungnya bagi warga negaranya adalah dengan adanya daya tarik politis yang kuat, sifat individualis, dan juga terhadap barang buatan tangan atau tenunan buatan sendiri. Thomas Carlyle (1795-1881) atu Ruskin, menulis tentang sisi menakutkan dengan adanya era industrialsasi dan menggambarkan juga tentang keadaan kehidupan penduduk abad pertengahan di Inggris. Komunitas Shaker membuat furnitur dan bangunan sederhana, yang gaungnya dapat mempengaruhi banyak lingkungan seniman idealis dan kreatif dalam masa pergerakan seni dan kriya. Friedrich Engels (1820-1895) memisahkan diri dari agama keyakinan kaum Shaker tetapi memuji kondisi masyarakat bawah di lingkungan terdekatnya, di mana karya mereka dibuat dan terjual. 5
  • 42. Sejarah Kriya di Indonesia Kebangkitan seni dan kriya di paruh pertengahan abad ke 19, mewujudkan suatu kekayaan tradisi dan keragaman politik, kepercayaan/ agama dan gagasan estetik yang didapati berbagai ragam bentuk medianya. Saat ini berkembang adanya dasar-dasar dan keyakinan ketentuan umum terhadap perkembangan pergerakan pengetahuan Seni dan Kriya secara umum. Kriya kayu Indonesia berasal dari berbagai daerah etnik, kriya masa lampau merupakan bagian kekayaan etnik tradisi Nusantara. Keragaman terlihat melalui hasil-hasil yang tersebar di berbagai daerah. Karakter dan ciri khas daerah masing-masing tercermin jelas. Berbagai media yang digunakan menghasilkan berbagai jenis hasil kriya, media yang digunakan antara lain kayu, logam, tanah liat, kulit dan lain-lainnya. Hasil karya kriya terwujud dalam berbagai bentuk dan gaya, guna memenuhi berbagai kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. Mulai dari Sabang hingga Merauke terhampar berbagai ragam karya kriya Indonesia yang terpadu dalam konsep Bhinneka Tunggal Ika ( Unity in variety serta unity and diversity ). Konsep yang mencerminkan tekat bangsa untuk menegakkan kesatuan dan persatuan dalam keragaman etnik, suku, budaya dan religi. Adapun kriya di Indonesia diikat oleh nilai- nilai konsep masing-masing daerah tidak pernah pudar. Kehadirannya membangkitkan pesona, daya pikat dan keunggulan komparatif, bila dibandingkan dengan karya sejenis dari daerah lain atau Negara lain. Peta kriya Indonesia sendiri dari bidang seni batik terdapat gaya Yogyakarta, Solo, Banyumasan, Pekalongan, Lasem, Madura dll. Seni Tenun Troso, Pidan, Sumba, Makasar, Maumene, Ende Maluku dan Nusa Tenggara Timur. Kriya kayu untuk seni ukir kayu terdapat gaya Asmat, Timor, Nias, Kalimantan, Toraja, Simalungun, Batak, Minangkabau, Lampung, Bali, Madura, Jepara, Klaten, Surakarta, Yogyakarta, Cirebon dan lain-lainnya. Terdapat pada bangunan Percandian, bangunan rumah adat, istana raja, rumah tinggal bangsawan dan penduduk, perabot mebel dan berbagai unsur interior utilitas umum lainnya. Dibidang aksesoris, terdapat perangkat busana tari, perangkat upacara keagamaan, perangkat musik tradisi, mainan anak-anak, benda-benda cinderamata dan masih banyak lagi yang lain. Pada masa pra sejarah banyak produk kriya dihasilkan, akan tetapi hanya bisa diketahui hasil produk akhir dan dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan, yaitu: batu, tanah, logam. Penggunaan masing-masing jenis bahan tersebut tidak terjadi dalam satu masa sekaligus, akan tetapi dalam masa sesuai tingkat pengetahuan teknologi mereka. Pada tingkat teknologi yang sederhana, manusia memanfaatkan bahan-bahan yang ditemukan di lingkungan setempat tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu seperti : batu dan kayu. Ini merupakan teknologi awal dalam kehidupan manusia, pada masa yang 6
  • 43. bahan utama untuk alat dibuat dari bahan batu ini kemudian disebut zaman batu. Ini berlangsung cukup lama, dan mengalami perkembangan teknik yang disebabkan adanya perkembangan pengetahuan teknologi pengerjaan batu. Masa ini disebut masa paleolitik, kemudian masa neolitik. Artefak mereka berupa kapak batu yang dipakai untuk mengumpulkan kebutuhan fisik. Pada masa ini pengetahuan kemudian pengetahuan berkembang, sehingga mereka dapat membuat benda- benda dari bahan tanah. Tahap ini manusia hidup sebagai penghasil makanan/ food producing stage, manusia memerlukan suatu wadah untuk makanan. Kemudian ditemukan teknik pembuatan gerabah, dan tidak lepas dari adanya tenologi api yang digunakan untuk pembakaran gerabah. Puncak dari zaman peradaban teknologi api adalah dengan ditemukannya logam, kemudian manusia memasuki zaman logam. Manusia harus mampu menghasilkan pemanasan tinggi untuk peleburan logam, dalam peradaban Asia Barat teknologi logam berkembang ditengarainya dengan adanya dominasi bahan logam dari mulai zaman tembaga, perunggu sampai dengan zaman besi. Pada sekitar tahun 4000 SM, barulah manusia menemukan tembaga dapat dicampur dengan logam lain (timah dan arsenik atau timbal) sehingga memperoleh paduan logam yang berkualitas lebih baik dari pada tembaga. Sekitar tahun 2000 SM, sejalan dengan perkembangan teknologi api baru manusia menemukan besi. Di Indonesia tidak mengenal sistem pembagian tiga zaman peradaban manusia (zaman tembaga, zaman perunggu, zaman besi), kebudayaan logam Indonesia langsung masuk ke zaman perunggu-besi. Pengaruh kebudayaan yang didapat adalah pengaruh kebudayaan Dongson Vietnam, hasil kriya antara lain nekara, kapak dan perhiasan. Cetak lost wax casting : cetak ulang dari bentuk asli dibuat dengan lilin /tahap positif,setelah dingin kemudian dibalut dengan tanah liat dan disediakan lubang kecil-tanah dibakar-lilin akan meleleh keluar sementara tanah pembungkus mengeras dan meninggalkan rongga sesuai bentuk lilin model. Setelah itu dituangkan cairan logam melalui lubang ke dalam rongga cetakan tanah liat, setelah dingin kemudian tanah liat dipecah untuk mengeluarkan benda cetakan yang sudah jadi. Setelah itu kebudayaan Indonesia mendapat pengaruh kebudayaan India, kebutuhan akan artefak guna memenuhi kebutuhan hidup meningkat. Karena pengetahuan teknologi berkembang maka hasil seni kriya mulai bervariasi baik dalam teknik, bentuk maupun fungsi. Periode tersebut dinamakan zaman klasik atau zaman Hindu Buda yang berlangsung dari abad ke VIII – X Masehi. Bukti-bukti peninggalan berupa prasasti yang banyak menyebut tentang pekerjaan yang digolongkan sebagai seni kriya, jenis-jenis kriya pada masa itu dapat digolongkan berdasarkan : a. bahan pokok yang digunakan seperti bambu, kayu, tanah, batu, kain dan logam 7