Dokumen tersebut membahas tentang cidera kepala, termasuk insidens, mekanisme, dan jenis-jenis lesinya seperti komosio serebri, kontusio serebri, hematoma subdural, dan lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan penanganan awal cidera kepala seperti stabilisasi ventilasi dan sirkulasi, serta penilaian dengan Glasgow Coma Scale.
1. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 1
Bab IV. CIDERA KEPALA
Insidens
Tiap tahun meningkat
Sebanding dengan peningkatatan jumlah kendaraan
Industrialisasi
Kecelakaan kerja
Umur 15 – 40 tahun
Kota besar di Indonesia
Berakibat pada geger otak bahkan kematian
Mekanisme
1. Gaya lambat “static loading”
- Biasanya lebih 300 milidetik
- Jarang terjadi
- Kerusakan sangat parah mulai kulit kepala sampai pada jaringan otak
2. Gaya cepat “ dynamic loading”
- Kurang dari 200 milidetik bahkan sampai 50 milidetik
- dapat disebabkan Gaya yang bekerja tidak lansung pada kepala yang disebut
impulsive loading. Hal ini dapat terjadi pada saat kepala mulai bergerak atau
mulai berhenti tiba-tiba. Misalnya : anak yang diguncang bahunya dengan
keras tidak tampak adanya pukulan tapi telah terjadi gerakan hebat dalam
rongga cranium.
Gaya yang dihasilkan dapat berupa :
Gaya regangan
Penekanan
Robekan
Type lesi yang diakibatkan :
a. Komosio serebri
b. Kontusio serebri
c. Diffuse axonal injury
d. Hematoma subdural
e. Hematoma intraserebral
Dynamik loading sering disebaban oleh gaya yang lansung bekerja mengenai
kepala, menimbulkan gaya akselerasi dan deselerasi.
2. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 2
Lesi yang diakibatkan oleh gaya lansung “contact injury” :
1. Lesi lokal
a. Cedera lapisan kulit kepala “scalp”
b. Fraktur linear
c. Fraktur depresi
d. Fraktur basis cranii
e. Hematoma epidural
f. Hematoma subdural
g. Hematoma intraserebral
h. Coup contusions
2. Lesi karena gelombang kejut “shock wave”
Hematoma intraserebri bagian dalam
Hematoma intraventrikel otak
3. Lesi karena cidera akslerasi
Hematoma subdural
Coup contusions
Komosio serebri
Diffuse axonal injury
Secara teori dikatakan bahwa gaya dapat dibedakan, tapi saat terjadi cedera
keapala terdiri dari gabungan beberapa gaya.
Cidera kulit kepala dapat berupa :
Secara anatomi lapisan kulit kepala tersusun dari bagian skin, sub cutaneus,
aponeurosis galea, loose aerolar tissue dan periosteum (scalp). Kulit kepala berguna
sebagai peredam pertama dari cidera kepala dengan cara mengabsorbsi sebagian energi
yang dihasilkan akibat benturan kepala tersebut. Cidera yang terjadi pada kulit kepala
dapat berupa :
Vulnus apertum
Laserasi / avulsi scalp
Hematoma sub cutan / sub galea/ sub periosteum
Fraktur linear calvaria cranii
Perlu evaluasi karena dapat terjadi komplikasi berupa :
pada daerah temporal dapat merobek a. meningea media
pada daerah tengah kepala dapat merobekn sinus sagitalis superior
3. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 3
Fraktur basis cranii
- Terjadi karena adanya benturan di calvaria cranii yang kemudian
di teruskan ke arah basis cranii “Remote Fracture”
- Tulang lebih tipis daripada calvaria, duramater lebih tipis dan
melekat erat
- bila Fraktur basis cranii, biasanya duramater ikut robek
Tanda klinis fraktur basis cranii :
Brill hematoma
Batle’s sign
Bloody otorrhoe
Bloody rhinorrhoe
Liquorhoe
Lesi saraf kranialis terutama N. I, VII, VIII
Fraktur depresi
o Apabila ada segmen fraktur yang masuk ke dalam rongga
intracranial setebal tulang wajah
o Terjadi gaya yang terjadi pada calvaria cranii lebih besar
daripada gaya adhesi tulang sehingga lengkungan tulang tak dapat
kembali normal
o Bisa terbuka atau tertutup
o semua kasus fraktur terbuka harus segera dilakukan tindakan
bedah
KOMOSIO SEREBRI
Komosio serebri adalah gangguan fungsi otak tanpa disertai adanya
kerusakan jaringan otak
Tanda klinis :
- Hilangnya kesadaran kurang dari 15 menit
- amnesia antegrade
- Dapat diikuti dengan nyeri kepala, pusing dan mual
Tindakan :
- Observasi 2 jam di UGD
- Bila keadaan umum membaik ; boleh pulang
Indikasi harus masuk RS :
- Fraktur calvaria
- Fraktur basis cranii
- Selama observasi 2 jam di UGD terdapat nyeri kepala, pusing,
mual walaupun sudah di beri R/ simptomatis
4. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 4
- Ada penyakit lain misalnya diabetes melitus dan gangguan
pembekuan darah (koagulopati)
- di rumah : tidak ada yang mengawasi / mengobservasi dengan baik
- Jauh dari RS
KONTUSIO SEREBRI
Kontusio serebri adalah gangguan fungsi otak yang disertai adanya kerusakan jaringan
otak sendiri.
Tanda klinis :
- Penurunan kesadaran lebih 15 menit
- Hemiparese / plegi
- Pupil anisokor
- Diikuti dengan mual-muntah, nyeri kepala, amnesia antegrade dan retrograde
- Lama gangguan berhubungan dengan luasnya kerusakan
- Harus masuk RS
HEMATOMA EPIDURAL
Hematoma epidural adalah perdarahan yang terletak antara duramater dan tulang calvaria.
Biasa karena robeknya pembuluh darah a. maningea media.
Kasus lain karena robeknya sinus venosus juga sinus sagitalis superior, vena
diploica, dan vena emisaria karena fraktur calvaria.
Dengan adanya fraktur calvaria kemungkinan terjadi pedarahan intracranial lebih
besar.
Tanda klinis
1. Pupil anisokur, dilatasi satu sisi dengan hematum epidural.
2. Hemiplegi / parese, kontralateral.
3. Gejala peningkatan tekanan intracranial.
4. Penurunan kesadaran sering kali disertai “lucid interval.”
5. Mual sampai muntah.
6. Nyeri kepala menetap walaupun sudah di R/ dengan Analgesia.
Tindakan ; Burr hole exploration.
Pragnose : tergantung cepatnya tindakan medis sejak awal terjadinya cedera keadaan
klinis pasien.
5. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 5
HEMATOMA SUBDURAL
adalah hematoma yang berada di bawah duramater.
Robek “bridging vein” dan pembuluh darah permukaan korteks serebri
Bisa terjadi oleh gaya langsung (lesi coup) maupun gaya tidak langsung (lesi contra
coup).
Prognose, tergantung GCS, umur waktu antara, cedera penyerta.
Sebaiknya dilakukan operasi kurang dari 4 jam, bila lebih dari 8 jam angka
mortalitas lebih dari 40 %.
Berdasarkan waktu antara terjadi cidera kepala sampai terbentuknya
hematoma subdural, dibagi menjadi :
Akut, bila kurang dari 3 hari.
Subakut, 3 hari – 3 pekan.
Kronis, lebih dari 3 pekan.
Presdisposi lain terjadi karena :
Alkoholik kronis.
Epilepsy, koagulopati.
Tindakan : burr hole exploration dan drain subdural pasif.
HEMATOMA INTRASEREBRAL
Hematoma Intraserebral adalah hematoma yang terjadi di dalam otak karena robekan
pembuluh darah di dalam jaringan otak tersebut.
Terjadi baik gaya langsung atau tidak langsung.
Paling sering di daerah pole dimana terdapat lobus frontalis dan temporalis.
Tanda klinis:
- Tergantung lokasi.
- Luas robekan dan kerusakan jaringan otak.
- Daerah frontal, dengan hematoma kecil tidak terjadi gangguan kesadaran.
- Daerah kapsula interna : hemiparese / plegi.
Tindakan operatif :
- Nyeri kepala terus menerus.
- Penurunan kesadaran.
- Hemiparese / plegi.
- gambaran CT scan terdapat hematoma lebih dari 3 cm.
6. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 6
DELAY TRAUMATIC INTRACEREBRAL HEMORRHAGE (SPALT APOPLEXIE)
Adanya perdarahan intraserebral yang terjadi secara lembut akibat trauma
kepala bukan spontan (tidak ada batasan waktu sampai beberapa lama, yang
penting sebelumnya di daerah perdarahan tersebut tidak ada perdarahan, hanya
berupa bercak kontusio saja, 1 sampai 2 mm).
Kriteria Bolinger:
a. Didahului oleh riwayat adanya cidera kepala
b. Ada periode asimptomatik
c. Tidak ada kelainan vaskuler / koagulopati
d. Pada autopsy, ada perdarahan intravertikel / intracerebral
Tanda klinis :
Cedera kepala → peningkatan kesadaran
↓
Perdarahan intraserebral disertai dengan Penurunan kesadaran atau lateralisasi
Penanganan :
sama dengan perdarah intracerebral primer
TEKANAN INTRAKRANIAL
Isi rongga kepala / cranium :
Jaringan otak : 900 – 1200 cc.
Pembukuh darah dan isinya : 125 – 150 cc.
Cairan serebrospinal ; 125 – 150 cc.
Doktrin of Monro Kellie
Jika ada penambahan masa pada isi cranium maka salah satu komponen harus
melakukan kompensasi sehingga volume intracranial tetap. Mekanisme kompensasi tersebut
seperti berikut :
I. mula mula Cairan serebrospinal bergerak menuju ruang arachnoid yang ada di daerah
spinal, produksinya akan ditekan dan meningkatkan absorbsi villi-villi arachnoidales.
II. Pengurangan volume vaskuler dengan cara vosokonstriksi tetapi untuk
mempertahankan tekanan perfusi otak akan terjadi peningkatan tekanan sistolik.
7. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 7
Fenomena tersebut dikenal dengan cushing respon bersamaan dengan gejala
pernapasan yang tidak teratur dan bradikardi.
Jika kedua mekanisme tersebut gagal Tekanan intrakranial terus meningkat
Herniasi otak (komponen jaringan otak bergeser melewati locus minoris Resistance)
Kondisi normal tekanan foramen Monroe 0 - 15 mmHg
Derajat peningkatan :
ringan : 15 - 20 mmHg
sedang : 20 - 25 mmHg
berat : > 25 mmHg
Penyebab terjadinya peningkaan tekanan intrakranial.
Perdarahan intracranial Hematoma epidural, hematoma subdural dan hematoma
intraserebral
Edeme serebri vasogenik, sistotoksik
Peningkatan volume darah otak
Obstruksi
Vasodilatasi
Hidrosefalus (Peningkatan jumlah cairan cerebrospinalis dalam sistem ventrikel)
Gejala peningkaan tekanan intrakranial :
Nyeri kepala
Udema pupil
Mual hingga muntah
Herniasi otak
Derajat kesadaran
Diukur dengan derajat koma menurut Glasgow Comma Scale.
Yang dinilai :
E Respon membuka mata
M Respon motorik
V Respon verbal
8. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 8
Klasifikasi derajat cidera kepala :
Ringan ; GCS > 12
Sedang ; GCS 9 -12
Berat ; GCS 3 - 8
Manfaat penilaian dengan GCS :
a. Penilaian seragam, deviasi maksimal 2% antar penilai.
b. Mengetahui derajat kesadaran.
c. Salah satu faktor penentu prognose dari cidera kepala.
d. Salah satu kemampuan untuk melakukan observasi penderita cidera kepala yang
dirawat di bangsal.
Yang dievaluasi (nilai )
Respon membuka mata
Spontan 4
Rangsangan suara 3
Rangsangan nyeri 2
Tidak respon terhadap nyeri 1
Respon motorik
Menurut perintah 6
Lokalisir rasa nyeri 5
Withdrawl terhadap rasa nyeri 4
Flexi abnormal terhadap rasa nyeri 3
Extensi abnormal terhadap rasa nyeri 2
Tidak ada gerakan extremitas 1
Respon verbal
Orientasi baik 5
Disorientasi 4
Kata tidak berbentuk kalimat 3
Hanya bersuara / merintih 2
Tidak bersuara 1
9. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 9
Penanganan Cidera Kepala
Ditujukan untuk perbaikan dan stabilisasi ventilasi dan sirkulasi adekwat berdasarkan
airway, Brething, circulation.
1. Penderita tidak sadar , berikan O2 8 -10 l /menit sehingga dicapai
PaCO3 = 30 - 35 mmHg. Pa O2 > 75 mmHg.
Saturasi O2 > 95%
2. Pertahankan TD sistolik 120 mmHg.
TD sistolik < 90 mmHg akan menyebabkan aliran darah otak berkurang → iskemia
global jaringan otak → angka kematian 2 hingga 3 kali lebih tinggi.
3. Pada fase dini sudah dilakukan penilaian dan pencatatan serta tindakan :
Waktu, mekanisme, penyebab cidera.
GCS, ukuran pupil dan refleksi cahaya, deficit neurologis (utamanya untuk dokter).
Cidera pada tempat lain ( tulang belakang )
4. Pemeriksaan penunjang.
5. Pemberian atau simptomatik dan cegah komplikasi (atas anjuran dokter).
6. Perawatan yang baik.
PERAWATAN DAN OBSERVASI CIDERA KEPALA DI RUANGAN.
1. Observasi kesadaran, komplikasi, vital signs (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
tubuh)
Observasi kesadaran dan komplikasi Pada cidera kepala :
selama 6 jam pertama dilakukan tiap 15 menit
selanjutnya observasi tanda tanda vital dilakukan tiap jam
2. Pemberian cairan
Tiap kenaikan suhu 1o
C, kebutuhan cairan bagi tubuh naik 10 %
Keseimbangan cairan harus diukur tiap pagi
Jumlah cairan yang keluar melalui dain
warna cairan
Jenis cairan
Total cairan input dan output
3. Pemasangan N G T, dengan syarat :
Tidak ada kontraindikasi
Tidak terdapat retensi dari saluran cerna
Terdapat bising usus
10. Bahan Kuliah Ilmu Bedah AKPER PEMKAB MUNA 10
4. Bila pasien gaduh gelisah, cari kemungkinan penyebab
Penyebab nyeri antara lain :
Adanya fraktur atau retensio urine
Syok
Kesadaran mulai membaik
Tempat kurang nyaman, gatal, kotor atau basah
5. Fisioterapi
Posisi kepala dimiringkan 15 o
hingga 20 o
Bagi pasien hemiparese atau hemiplegia, bila tanda tanda vital sudah baik :
o Segera dilakukan fisioterapi untuk mencegah kontraktur
o Latihan gerak pasif untuk mencegah thrombosis vena dalam
Cegah ortostatik pneumonia dan dekubitus dengan perubahan posisi tiap 2 jam
Hati hati pada penderita dengan dugaan trauma tulang belakang
6. untuk menghindari terjadinya keratitis, tutuplah mata penderita dengan kain kassa
steril yang cukup basah