SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  21
B A B I 
P E N D A H U L U A N 
A. LATAR BELAKANG 
Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena yang 
menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi kepemimpinan 
yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara yang 
mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian 
hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi 
karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah bangunan 
yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu 
menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada penyelenggara negara. 
Akibatnya dalam penerapannya kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang 
berkuasalah yang lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua 
kali kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998) 
telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa dengan masih menggunakan 
UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan penguasa sebelumnya. 
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah 
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada 
hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa 
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara 
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan 
dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula 
adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang 
demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan 
konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu 
keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. 
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen 
bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana 
cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam 
situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan 
terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah 
hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah 
menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang 
i
demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan 
kemanusiaan. 
Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah 
rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan 
sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan 
kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi 
perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen 
sukses atas keberhasilan sebuah perubahan. 
B. RUMUSAN MASALAH 
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah-masalah 
yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai 
berikut: 
1. Apakah pengertian negara itu ? 
2. Apakah pengertian konstitusi itu ? 
3. Bagaimanakah hubungan antara negara dan konstitusi ? 
4. Bagaimana keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia ? 
C. TUJUAN 
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 
1. Untuk mengetahui pengertian dari negara. 
2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi. 
3. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi. 
4. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia. 
i
BAB II 
KAJIAN PUSTAKA 
A. PENGERTIAN NEGARA 
Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok 
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan 
mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan 
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.Organisasi negara 
dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain 
(keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing 
memiliki kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan). Secara umum negara dapat 
diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki 
pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam 
bidang organisasi-organisasi lainnya. 
Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara. Elemen-elemen 
tersebut adalah : 
1. Masyarakat 
Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau 
rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesna suatu tatanan dalam 
pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam 
ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu 
kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki, 
mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum 
tata negara. 
2. Wilayah (teritorial) 
Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah. Disamping pentingnya unsur 
wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang 
bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau 
sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan peraturan 
perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di 
wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada dalam suatu negara tertentu apabila 
melampaui batas-batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) 
untuk memenuhi berbagai kewajiban yang ditentukan. 
Paul Renan (Perancis) menyatakan satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk 
menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir de’etre ansemble).Pada sisi lain Otto 
i
Bauer menyatakan, ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari 
wilayah suatu negara. 
3. Pemerintahan 
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki kekuasaan atas 
semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada dalam 
wilayah negara. 
Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan, 
kedaulatan negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat. 
1) Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) 
Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan atau menganggap kekuasaan 
pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja atau ratu 
secara resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau 
Ethiopia (Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda yang terpilih 
Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”. 
2) Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit) 
Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang 
tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah 
inti pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara. 
Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara 
adalah memiliki kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek 
dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan kedaulatan negara sebagai pokok pangkal 
kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah adalah “alat negara”. 
3) Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) 
Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam 
negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne 
Staats Idee. 
4) Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit) 
Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu negara 
didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa 
yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang 
menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara. 
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5 yaitu 
rakyat, wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan Internasional (secara de 
facto maupun de jure). 
i
B. PENGERTIAN KONSTITUSI 
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer” 
(Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi 
mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang 
negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang 
menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet 
menjadi Undang-undang Dasar. 
Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan: what is a constitution dapat 
dijawab bahwa “…a constitution is a document which contains the rules for the the 
operation of an organization” Organisasi dimaksud bera¬gam bentuk dan kompleksitas 
strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki 
naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. 
Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya dikeluarkan oleh 
kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum konon untuk menandakan 
keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus. 
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan 
untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian 
ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis 
(formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus 
diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, 
kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara 
yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi 
politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi. 
Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu 
negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan 
konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum 
Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak 
Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan 
“Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia 
mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada. 
Di beberapa negara terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara 
tersebut tidak disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul The Law and The 
Constitution, Ivor Jenning menyebutkan di dalam dokumen konstitusi tertulis yang dianut 
oleh negara-negara tertentu mengatur tentang: 
1. Adanya wewenang dan tata cara bekerja suatu lembaga kenegaraan. 
i
2. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui dan 
dilindungi oleh pemerintah. 
Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan tidak semua 
hak-hak warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya di negara Inggris. Dokumen-dokumen 
yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga negara dan beberapa hak asasi 
yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen lainya tidak sama. 
Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek. Konstitusi yang 
terpanjang adalah India dengan 394 pasal. Kemudian Amerika Latin seperti uruguay 332 
pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba 286 pasal, Panama 271 pasal, Peru 236 pasal, Brazil dan 
Columbia 218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma 234 pasal, di Eropa, belanda 210 pasal. 
Konstitusi terpendek adalah Spanyol dengan 36 pasal, Indonesia 37 pasal, Laos 44 pasal, 
Guatemala 45 pasal, Nepal 46 pasal, Ethiopia 55 pasal, Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95 
pasal. 
C. TUJUAN DARI KONSTITUSI 
Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan 
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah 
masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari 
hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat 
dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. 
Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama deengan hukum, namun tujuan dari 
konstitusi lebih terkait dengan: 
a. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-masing. 
b. Hubungan antar lembaga negara 
c. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat). 
d. Adanya jaminan atas hak asasi manusia 
e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman. 
Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin bahwa 
konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang memiliki lembaga-lembaga 
yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan yang tidak 
kalah penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat 
hak-hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik 
dibandingkan dengan yang diatur di dalam konstitusi. 
Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis di luar konstitusi 
yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi. 
i
Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H. Hamilton 
menyatakan “Constitutionalism is the name given to the trust which men repose in the 
power of words engrossed on parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to 
keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga 
dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan 
sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah 
muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan peran relatif kekuasaan 
umum dalam kehidupan umat manusia. 
i
BAB III 
METODE PENELITIAN 
A. SUSUNAN NEGARA 
a. Negara Kesatuan (Unitaris) 
Negara Kesatuan, dapat pula disebut Negara Untaristis. Negara ini ditinjaudari 
segi susunannya, memanglah susunannya bersifat tunggal, maksudnya Negara Kesatuan 
itu adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkanhanya 
terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam negara. Dengan demikian, 
dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah p us a t 
ya ng memp unya i k e k ua s a a n s e r t a wew e na ng t e r t inggi d a lam 
b id a ng pemerintahan negara, menetapkan kebijaksanaan pemerintahan dan 
melaksanakan p eme r int a ha n ne ga r a b a ik d i p us a t , ma up un d i d a e r a h - 
d a e r a h. [ 5 ] 
Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu: 
1. Sentralisasi 
Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh 
pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan 
peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat 
peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri. 
i 
2. Desentralisasi. 
Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk 
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi 
rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap 
memegang kekuasaan tertinggi.[6] 
b. Negara Serikat (Federasi) 
Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang 
masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi 
sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam 
negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal. Setiap 
negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi 
federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh 
pemerintah federal. 
Ciri-ciri negara serikat/ federal: 
1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi 
kepentingan negara bagian;
2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan 
i 
dengan konstitusi negara serikat; 
3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara 
bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara 
langsung kepada pemerintah federal. 
Perbedaan dan persamaan antara negara federasi dan kesatuan, adalah sebagai berikut: 
- perbedaan 
negara kesatuan : hanya mengakui 1 kedaulatan, yakni kedaulatan negara. 
kedaulatan daerah tidak diakui. tidak ada negara bagian, yang ada adalah provinsi yang 
dipimpin oleh gubernur. 
negara federal : mengakui kedaulatan negara bagian. negara bagian bisa membuat 
hukum sendiri, jadi tiap - tiap negara bagian bisa jadi memiliki hukum yang berbeda. tidak 
ada provinsi, yang ada adalah negara bagian yang dipimpin oleh gubernur. 
- Persamaan : 
a. Sama - sama terjadi pelimpahan kewenangan dan kekuasaan dari pemerintah pusat 
ke pemerintah lokal. 
b. Sama - sama ada pemilihan kepala daerah. artinya, kepala daerah dipilih oleh 
penduduk setempat, bukan diangkat oleh pemerintah pusat. 
c. Sama - sama dapat membentuk peraturan sendiri (peraturan daerah), dan 
pemerintah pusat tidak turut campur dalam urusan pemerintah daerah. 
B. SISTEM PEMERINTAHAN 
Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “sistem” dan 
“pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang 
mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional 
terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan 
antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan 
mempengaruhi keseluruhnya itu. Dan pemerintahan dalam arti luas mempunyai pengertian 
segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya 
dan kepentingan negara itu sendiri. Dari pengertian itu, maka secara harfiah sistem 
pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam 
menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri 
dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
Di dalam studi ilmu negara dan ilmu politik sendiri dikenal adanya tiga sistem 
pemerintahan, yaitu: 
a) Sistem Presidensiil 
Pemerintahan sistem presidensiil adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif 
tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dalam sistem Presidensial 
secara umum dapat disimpulkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 
a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semuanya diangkat 
olehnya dan bertanggung jawab kepadanya, presiden sekaligus sebagai kepala negara 
dengan masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh UUD. 
b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih. 
c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif. 
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial : 
1. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen. 
2. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, 
masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah 
lima tahun. 
3. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa 
i 
jabatannya. 
4. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi 
oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.[8] 
5. Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial : 
6. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat 
menciptakan kekuasaan mutlak. 
7. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas. 
8. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara 
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan 
waktu yang lama. 
b) Sistem Parlementer 
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan antara badan 
eksekutif dan badan legislatif sangat erat. Hal ini disebabkan karena adanya pertanggung 
jawaban para menteri terhadap parlemen .[9] maka setiap kabinet yang dibentuk harus 
memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan 
demikian kebijakan pemerintah tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh 
parlemen.
Adapun ciri- ciri umum dari sistem parlementer antara lain: 
1. Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif (parlemen), bahkan 
antara keduanya saling berpengaruh satu sama lain. 
2. Kepala negara berkedudukan sebagai kepala negara saja bukan sebagai kepala 
eksekutif atau pemerintahan. Eksekutif yang dipimpin oleh perdana mentri dibentuk 
oleh parlemen dari partai politik . 
3. Mekanisme pertanggungjawaban mentri kepada parlemen yang mengakibatkan 
parlemen dapat membubarkan atau menjatuhkan "mosi tidak percaya" kepada kabinet 
jika pertanggungjawaban atas pelaksanaan pemerintahan yang dilakukan oleh mentri 
baik secara perseorangan maupun kolektif tidak dapat diterima oleh parlemen. Jika 
terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen, kepala negara akan membubarkan 
parlemen. 
Kelebihan sistem ini adalah sebagai berikut : 
1. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas. 
2. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian 
i 
pendapat antara eksekutif dan legislatif. 
3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet 
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan. 
Adapun kelemahan sistem pemerintahan parlemen antar lain : 
1. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. 
2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif tidak bisa ditentukan berakhir sesuai masa 
jabatannya. 
c) Sistem Referendum 
Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan presidensial adalah sistem 
pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat Undang-undang 
berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pada pemerintahan 
dengan sistem referandum, pertentangan yang terjadi antara eksekutif (bundesrat) dan 
legislatif (keputusan daripada rakyat) jarang terjadi. Anggota-anggota dari bundesrat ini 
dipilih oleh bundesversammlung untuk waktu 3 tahun lamanya dan bisa dipilih kembali. 
Berkenaan dengan Pengawasan rakyat dalam bentuk referendum, maka dikenal tiga sistem 
referendum, yaitu: 
a. Referandum Obligatoir 
adalah referandum yang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan langsung dari rakyat 
sebelum suatu undang-undang tertentu diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus
diberikan dalam pembuatan suatu undang-undang yang mengikat seluruh rakyat, karena 
dianggap sangat penting. Contoh, adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap 
pembuatan undang-undang dasar. 
b. Referendum Fakultatif 
adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam waktu tertentu sesudah suatu undang-undang 
diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah orang tertentu yang punya hak suara 
menginginkan diadakannya referandum. Dalam hal ini apabila referandum menghendaki 
undang-undang tersebut dilaskanakan, maka undang-undang itu terus berlaku. Tetapi 
apabila undang-undang itu ditolak dalam referandum tersebut, maka undang-undang itu 
tidak berlaku lagi. 
c.Referandum Konsultatif 
adalah referandum yang menyangkut soal-soal teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang 
paham tentang materi undang-undang yang dimintakan persertujuaannya. 
Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap masalah negara rakyat 
langsung ikut serta menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil yang membawa 
akibat pemerintahan akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan 
kepentingan rakyatnya. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak setiap masalah rakyat 
mampu menyelesaikannya, karena untuk mengatasinya perlu pengetahuan yang cukup 
harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Keuntungan yang lain ialah, bahwa kedudukan 
pemerintah itu stabil sehingga membawa akibat pemerintah akan memperoleh pengalaman 
yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya. 
Berdasarkan pasal 4 ayat 1 dan pasal 17 UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan 
Indonesia adalah presidensiil, karena presiden adalah eksekutif dan menteri-mentrinya 
adalah pembantu presiden. Tetapi apabila dilihat dari sudut pertanggung jawaban presiden 
kepada MPR, maka berarti eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga legislatif (ciri sistem 
parlementer), maka dengan demikian sistem pemerintahan Indonesia dibawah UUD 1945 
dapat disebut sistem quasipresidensiil. 
i
BAB IV 
PEMBAHASAN 
i 
A. KLASIFIKASI KONSTITUSI 
Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu dengan negara lainya 
tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan demikian akan sampai pada klasifikasi 
dari konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum 
konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka sendiri, 
antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya. 
Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi konstitusi 
sebagai berikut : 
a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and unwritten 
constitution) 
b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution) 
Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok : 
1. Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah . 
2. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-undang. 
c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not 
supreme constitution). 
Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara 
(tingkatan peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah 
konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama. 
d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution) 
Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang bersangkutan. Dalam 
suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) 
dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian 
kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada 
dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat. 
e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer(President 
Executive and Parliamentary Executive Constitution). 
Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain: 
1. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki 
kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan. 
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat memerintahkan 
i 
pemilihan umum. 
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas 
kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu 
menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. 
Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku 
tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power 
yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang 
diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap 
menentukan berlakunya suatu konstitusi. 
Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ pemerintahan 
yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent power berkaitan 
pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi merupakan hukum 
yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena 
konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk 
hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip 
hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di 
bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan itu 
tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut. 
Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi Pemerintahan 
Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive and Parliamentary 
Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak 
termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan 
Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri 
pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut 
Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi campuran. 
B. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI 
Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar 
negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam 
pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam 
Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada 
dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
C. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA 
Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan 
filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul 
suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk 
mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi 
tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar 
konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm) 
dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. 
Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan 
rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh 
yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. 
Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma 
menurut teori tersebut adalah : 
1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm); 
2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz); 
3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan 
4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung). 
Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi 
atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu 
Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu konstitusi. 
Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara. 
Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi memban-dingkannya dengan 
teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi 
menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky. 
Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah : 
a. Staatsfundamentalnorm : Pancasila (Pembukaan UUD 1945). 
b. Staatsgrundgesetz : Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi 
i 
Ketatanegaraan. 
c. Formell gesetz : Undang-Undang. 
d. Verordnung en Autonome Satzung : Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah 
hingga Keputusan Bupati atau Walikota. 
Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali 
oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk 
mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. 
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm maka pembentukan 
hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Dengan menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan 
pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk dalam pengertian 
konstitusi, karena berada di atas konstitusi. 
Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila merupakan 
staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi ? 
Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische grondslag 
sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan didirikan 
bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah Weltanschauung 
atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas. 
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag 
ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam 
Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang 
merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai 
dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, 
i 
termasuk di dalamnya Pancasila.
B A B V 
KESIMPULAN 
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 
1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok 
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan 
mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan 
sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya. 
2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis 
maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang 
menopang berdirinya suatu negara 
3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena 
melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara. 
4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun 
sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan 
mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila 
bukan sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia. 
i
D A F T A R P U S T A K A 
1. Nasution, Mirza. NEGARA DAN KONSTITUSI. 2004 
2. Wheare, K. C. 2004. Konstitusi-konstitusi Modern Surabaya : Pustaka Eureka. 
3. Busroh, Abu Daud. 2005. Intisari Hukum Tata Negara Perbandingan Konstitusi 
i 
Negara. Jakarta : Bina Aksara
i 
MID TEST : ILMU LOGIKA 
HUKUM TATA NEGARA DI INDONESIA 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : LA RUMI 
STAMBUK : 12208272 
SEMESTER : II 
PRODI : ILMU PEMERINTAHAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH 
KENDARI 
2013 
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR..............................................................................................i 
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1 
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1 
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. ........................1 
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................1 
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................2 
A. Pengertian Demokrasi.................................................................................2 
B. ciri-ciri pemerintah yang demokrasi.............................................................2 
C. Prinsip – Prinsip Demokrasi........................................................................3 
D. Asas Pokok Demokrasi..............................................................................3 
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................4 
A. Demokrasi Pertama Di Indonesia...............................................................4 
B. Reaksi Dengan Adanya Dekrit Presiden.....................................................5 
C. Dampak Positif............................................................................................5 
D. Dampak Negatif..........................................................................................5 
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................7 
A. Pancasila Sebagai Unsur Intrinsik Dalam Demokrasi.................................7 
B. Pacasila Dalam Berdemokrasi....................................................................8 
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................11 
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12 
KATA PENGANTAR 
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas 
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis 
dengan tepat waktu. 
i
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul 
“HUKUM TATA NEGARA DI INDONESIA” 
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon 
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat 
kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. 
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan 
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat. 
i 
Raha, Juli 2013 
"Penulis"

Contenu connexe

Tendances

Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Nuelnuel11
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
Puspa Bunga
 
Susunan negara
Susunan negaraSusunan negara
Susunan negara
Meehawk
 

Tendances (20)

Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasionalYurisdiksi negara dalama hukum internasional
Yurisdiksi negara dalama hukum internasional
 
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
Pembahasan soal hukum pidana fh unpas tahun 2014
 
Obyek Hukum Administrasi Negara
Obyek Hukum Administrasi  NegaraObyek Hukum Administrasi  Negara
Obyek Hukum Administrasi Negara
 
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
Pertanyaan dan Jawaban seputar Hukum Perdata
 
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemenStruktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
Struktur kelembagaan negara sebelum dan sesudah amandemen
 
Organisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi NegaraOrganisasi Administrasi Negara
Organisasi Administrasi Negara
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
 
Makalah kedudukan dan fungsi hukum
Makalah kedudukan dan fungsi hukumMakalah kedudukan dan fungsi hukum
Makalah kedudukan dan fungsi hukum
 
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarahKel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
Kel. 7 tipe tipe negara berdasarkan sejarah
 
3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan3. instrumen dasar pemerintahan
3. instrumen dasar pemerintahan
 
Pengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power pointPengantar ilmu hukum power point
Pengantar ilmu hukum power point
 
Susunan negara
Susunan negaraSusunan negara
Susunan negara
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Trias politika
Trias politikaTrias politika
Trias politika
 
Negara autokrasi modern
Negara autokrasi modernNegara autokrasi modern
Negara autokrasi modern
 
Hukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi NegaraHukum Administrasi Negara
Hukum Administrasi Negara
 
Teori Tentang Sifat Hakekat Negara
Teori Tentang Sifat Hakekat NegaraTeori Tentang Sifat Hakekat Negara
Teori Tentang Sifat Hakekat Negara
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
Hukum progresif
Hukum progresifHukum progresif
Hukum progresif
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 

En vedette

En vedette (20)

Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Resume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata NegaraResume Hukum Tata Negara
Resume Hukum Tata Negara
 
2 sejarah hukum tata negara
2 sejarah hukum tata negara2 sejarah hukum tata negara
2 sejarah hukum tata negara
 
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdfPengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
Pengantar ilmu hukum_tata_negara.pdf
 
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIASEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA
 
Makalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahanMakalah hukum tata pemerintahan
Makalah hukum tata pemerintahan
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Htn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraanHtn2012 sejarah ketatanegaraan
Htn2012 sejarah ketatanegaraan
 
Sejarah ketatanegaraan indonesia
Sejarah ketatanegaraan indonesiaSejarah ketatanegaraan indonesia
Sejarah ketatanegaraan indonesia
 
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
Proposal SKRIPSI Hukum Tata Negara
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negara
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Logika
LogikaLogika
Logika
 
Makalah ilmu logika
Makalah ilmu logikaMakalah ilmu logika
Makalah ilmu logika
 
Logika pendahuluan
Logika pendahuluanLogika pendahuluan
Logika pendahuluan
 
Makalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desaMakalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desa
 
Makalah logika (1)
Makalah logika (1)Makalah logika (1)
Makalah logika (1)
 
SEJARAH LOGIKA
SEJARAH LOGIKASEJARAH LOGIKA
SEJARAH LOGIKA
 
Sumber hukum
Sumber hukumSumber hukum
Sumber hukum
 

Similaire à Makalah hukum tata negara

Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah lembaga negara
Makalah lembaga negaraMakalah lembaga negara
Makalah lembaga negara
bruh97
 
Pancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiaPancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesia
towetoe
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusi
byunbella
 

Similaire à Makalah hukum tata negara (20)

Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Makalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusiiMakalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusii
 
Makalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusiiMakalah negara dan konstitusii
Makalah negara dan konstitusii
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Negara dan konstitusi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Makalah konstitusional dan negara
Makalah konstitusional dan negaraMakalah konstitusional dan negara
Makalah konstitusional dan negara
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Negara dan konstitusi
Negara dan konstitusiNegara dan konstitusi
Negara dan konstitusi
 
Materi negara dan konstitusi materi.pptx
Materi negara dan konstitusi materi.pptxMateri negara dan konstitusi materi.pptx
Materi negara dan konstitusi materi.pptx
 
Rangkuman mpkta
Rangkuman mpktaRangkuman mpkta
Rangkuman mpkta
 
KELOMPOK 3 - KONSTITUSI.pptx
KELOMPOK 3 - KONSTITUSI.pptxKELOMPOK 3 - KONSTITUSI.pptx
KELOMPOK 3 - KONSTITUSI.pptx
 
Makalah lembaga negara
Makalah lembaga negaraMakalah lembaga negara
Makalah lembaga negara
 
Makalah negara dan konstitusi
Makalah negara dan konstitusiMakalah negara dan konstitusi
Makalah negara dan konstitusi
 
Negara dan konstitusi done
Negara dan konstitusi doneNegara dan konstitusi done
Negara dan konstitusi done
 
Pancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesiaPancasila dalam sistem politik indonesia
Pancasila dalam sistem politik indonesia
 
Pengantar IPS.pptx
Pengantar IPS.pptxPengantar IPS.pptx
Pengantar IPS.pptx
 
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUMTEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
TEORI KONSTITUSI DAN NEGARA HUKUM
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusi
 

Plus de Septian Muna Barakati

Plus de Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Dernier

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 

Dernier (20)

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 

Makalah hukum tata negara

  • 1. B A B I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD 1945 karena yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari gagalnya suksesi kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik, bobroknya managemen negara yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian hukum akibat telah dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah bangunan yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses pemerintahan kepada penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih banyak untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua kali kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966 – 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa dengan masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan penguasa sebelumnya. Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah Indonesia yang i
  • 2. demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini. Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian negara itu ? 2. Apakah pengertian konstitusi itu ? 3. Bagaimanakah hubungan antara negara dan konstitusi ? 4. Bagaimana keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia ? C. TUJUAN Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dari negara. 2. Untuk mengetahui pengertian dari konstitusi. 3. Untuk mengetahui hubungan antara negara dan konstitusi. 4. Untuk mengetahui keberadaan Pancasila dan konstitusi di Indonesia. i
  • 3. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENGERTIAN NEGARA Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya.Organisasi negara dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya organisasi, ada organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang lepas dari masalah kenegaraan). Secara umum negara dapat diartikan sebagai suatu organisasi utama yang ada di dalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk turut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi lainnya. Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk suatu negara. Elemen-elemen tersebut adalah : 1. Masyarakat Masyarakat merupakan unsur terpenring dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau rakyat merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesna suatu tatanan dalam pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi) suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum tata negara. 2. Wilayah (teritorial) Suatu negara tidak dapat berdiri tanpa adanya suatu wilayah. Disamping pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang bersangkutan, artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau sebaliknya dipecah menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan peraturan perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi berbagai kewajiban yang ditentukan. Paul Renan (Perancis) menyatakan satu-satunya ukuran bagi suatu masyarakat untuk menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir de’etre ansemble).Pada sisi lain Otto i
  • 4. Bauer menyatakan, ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari wilayah suatu negara. 3. Pemerintahan Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan berada dalam wilayah negara. Ada empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan negara, kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat. 1) Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) Teori kedaulatan Tuhan (Gods souvereiniteit) meyatakan atau menganggap kekuasaan pemerintah suatu negara diberikan oleh Tuhan. Misalnya kerajaan Belanda, Raja atau ratu secara resmi menamakan dirinya Raja atas kehendak Tuhan “bij de Gratie Gods”, atau Ethiopia (Raja Haile Selasi) dinamakan “Singa Penakluk dari suku Yuda yang terpilih Tuhan menjadi Raja di Ethiopia”. 2) Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit) Teori kedaulatan Negara (Staats souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang tidak dapat dibantah, artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara. Otto Mayer (dalam buku Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “kemauan negara adalah memiliki kekuasaan kekerasan menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun. Pemerintah adalah “alat negara”. 3) Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee. 4) Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit) Teori Kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu negara didasarkan pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa yang dikenal dengan “kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai kekuasaan dalam suatu negara. Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5 yaitu rakyat, wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan Internasional (secara de facto maupun de jure). i
  • 5. B. PENGERTIAN KONSTITUSI Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu “constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar (grond) dari segala hukum. Indonesia menggunakan istilah Grondwet menjadi Undang-undang Dasar. Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan: what is a constitution dapat dijawab bahwa “…a constitution is a document which contains the rules for the the operation of an organization” Organisasi dimaksud bera¬gam bentuk dan kompleksitas strukturnya. Negara sebagai salah satu bentuk organisasi, pada umumnya selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Dahulu konstitusi digunakan sebagai penunjuk hukum penting biasanya dikeluarkan oleh kaisar atau raja dan digunakan secara luas dalam hukum konon untuk menandakan keputusan subsitusi tertentu terutama dari Paus. Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara, namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-undang dan “Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat kebiasaan. Dalam karangan “Constitution of Nations”, Amos J. Peaslee menyatakan hampir semua negara di dunia mempunyai konstitusi tertulis, kecuali Inggris dan Kanada. Di beberapa negara terdapat dokumen yang menyerupai konstitusi, namun oleh negara tersebut tidak disebut sebagai konstitusi. Dalam buku yang berjudul The Law and The Constitution, Ivor Jenning menyebutkan di dalam dokumen konstitusi tertulis yang dianut oleh negara-negara tertentu mengatur tentang: 1. Adanya wewenang dan tata cara bekerja suatu lembaga kenegaraan. i
  • 6. 2. Adanya ketentuan hak asasi yang dimiliki oleh warga negara yang diakui dan dilindungi oleh pemerintah. Tidak semua lembaga-lembaga pemerintahan dapat diatur dalam poin 1 dan tidak semua hak-hak warga negara diatur dalam poin 2. Seperti halnya di negara Inggris. Dokumen-dokumen yang tertulis hanya mengatur beberapa lembaga negara dan beberapa hak asasi yang dimiliki oleh rakyat, satu dokumen dengan dokumen lainya tidak sama. Ada konstitusi yang materi muatannya sangat panjang dan sangat pendek. Konstitusi yang terpanjang adalah India dengan 394 pasal. Kemudian Amerika Latin seperti uruguay 332 pasal, Nicaragua 328 pasal, Cuba 286 pasal, Panama 271 pasal, Peru 236 pasal, Brazil dan Columbia 218 pasal, selanjutnya di Asia, Burma 234 pasal, di Eropa, belanda 210 pasal. Konstitusi terpendek adalah Spanyol dengan 36 pasal, Indonesia 37 pasal, Laos 44 pasal, Guatemala 45 pasal, Nepal 46 pasal, Ethiopia 55 pasal, Ceylon 91 pasal dan Finlandia 95 pasal. C. TUJUAN DARI KONSTITUSI Pada umumnya hukum bertujuan untuk mengadakan tata tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar, akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga memiliki tujuan yang hampir sama deengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih terkait dengan: a. Berbagai lembaga-lembaga kenegaraan dengan wewenang dan tugasnya masing-masing. b. Hubungan antar lembaga negara c. Hubungan antar lembaga negara(pemerintah) dengan warga negara (rakyat). d. Adanya jaminan atas hak asasi manusia e. Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan jaman. Semakin banyak pasal-pasal yang terdapat di dalam suatu konstitusi tidak menjamin bahwa konstitusi tersebut baik. Di dalam praktekna, banyak negara yang memiliki lembaga-lembaga yang tidak tercantum di dalam konstitusi namun memiliki peranan yang tidak kalah penting dengan lembaga-lembaga yang terdapat di dalam konstitusi. Bahkan terdapat hak-hak asasi manusia yang diatur diluar konstitusi mendapat perlindungan lebih baik dibandingkan dengan yang diatur di dalam konstitusi. Dengan demikian banyak negara yang memiliki aturan-aturan tertulis di luar konstitusi yang memiliki kekuatan yang sama denga pasal-pasal yang terdapat pada konstitusi. i
  • 7. Konstitusi selalu terkait dengan paham konstitusionalisme. Walton H. Hamilton menyatakan “Constitutionalism is the name given to the trust which men repose in the power of words engrossed on parchment to keep a government in order. Untuk tujuan to keep a government in order itu diperlukan pengaturan yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Gagasan mengatur dan membatasi kekuasaan ini secara alamiah muncul karena adanya kebutuhan untuk merespons perkembangan peran relatif kekuasaan umum dalam kehidupan umat manusia. i
  • 8. BAB III METODE PENELITIAN A. SUSUNAN NEGARA a. Negara Kesatuan (Unitaris) Negara Kesatuan, dapat pula disebut Negara Untaristis. Negara ini ditinjaudari segi susunannya, memanglah susunannya bersifat tunggal, maksudnya Negara Kesatuan itu adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa negara, melainkanhanya terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam negara. Dengan demikian, dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah p us a t ya ng memp unya i k e k ua s a a n s e r t a wew e na ng t e r t inggi d a lam b id a ng pemerintahan negara, menetapkan kebijaksanaan pemerintahan dan melaksanakan p eme r int a ha n ne ga r a b a ik d i p us a t , ma up un d i d a e r a h - d a e r a h. [ 5 ] Negara kesatuan dapat dibedakan menjadi dua macam sistem, yaitu: 1. Sentralisasi Dalam negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat. Daerah tidak berwewenang membuat peraturan-peraturan sendiri dan atau mengurus rumah tangganya sendiri. i 2. Desentralisasi. Dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang kekuasaan tertinggi.[6] b. Negara Serikat (Federasi) Negara Serikat adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, yang berdaulat dalam negara serikat adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal. Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal. Ciri-ciri negara serikat/ federal: 1. tiap negara bagian memiliki kepala negara, parlemen, dewan menteri (kabinet) demi kepentingan negara bagian;
  • 9. 2. tiap negara bagian boleh membuat konstitusi sendiri, tetapi tidak boleh bertentangan i dengan konstitusi negara serikat; 3. hubungan antara pemerintah federal (pusat) dengan rakyat diatur melalui negara bagian, kecuali dalam hal tertentu yang kewenangannya telah diserahkan secara langsung kepada pemerintah federal. Perbedaan dan persamaan antara negara federasi dan kesatuan, adalah sebagai berikut: - perbedaan negara kesatuan : hanya mengakui 1 kedaulatan, yakni kedaulatan negara. kedaulatan daerah tidak diakui. tidak ada negara bagian, yang ada adalah provinsi yang dipimpin oleh gubernur. negara federal : mengakui kedaulatan negara bagian. negara bagian bisa membuat hukum sendiri, jadi tiap - tiap negara bagian bisa jadi memiliki hukum yang berbeda. tidak ada provinsi, yang ada adalah negara bagian yang dipimpin oleh gubernur. - Persamaan : a. Sama - sama terjadi pelimpahan kewenangan dan kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah lokal. b. Sama - sama ada pemilihan kepala daerah. artinya, kepala daerah dipilih oleh penduduk setempat, bukan diangkat oleh pemerintah pusat. c. Sama - sama dapat membentuk peraturan sendiri (peraturan daerah), dan pemerintah pusat tidak turut campur dalam urusan pemerintah daerah. B. SISTEM PEMERINTAHAN Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu: “sistem” dan “pemerintahan”. Sistem berarti keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi keseluruhnya itu. Dan pemerintahan dalam arti luas mempunyai pengertian segala urusan yang dilakukan negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara itu sendiri. Dari pengertian itu, maka secara harfiah sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga negara dalam menyelenggarakan kekuasaan-kekuasaan negara untuk kepentingan negara itu sendiri dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.
  • 10. Di dalam studi ilmu negara dan ilmu politik sendiri dikenal adanya tiga sistem pemerintahan, yaitu: a) Sistem Presidensiil Pemerintahan sistem presidensiil adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Dalam sistem Presidensial secara umum dapat disimpulkan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semuanya diangkat olehnya dan bertanggung jawab kepadanya, presiden sekaligus sebagai kepala negara dengan masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh UUD. b. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif, tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih. c. Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif. Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial : 1. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen. 2. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima tahun. 3. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa i jabatannya. 4. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.[8] 5. Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial : 6. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan kekuasaan mutlak. 7. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas. 8. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu yang lama. b) Sistem Parlementer Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan antara badan eksekutif dan badan legislatif sangat erat. Hal ini disebabkan karena adanya pertanggung jawaban para menteri terhadap parlemen .[9] maka setiap kabinet yang dibentuk harus memperoleh dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan demikian kebijakan pemerintah tidak boleh menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh parlemen.
  • 11. Adapun ciri- ciri umum dari sistem parlementer antara lain: 1. Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislatif (parlemen), bahkan antara keduanya saling berpengaruh satu sama lain. 2. Kepala negara berkedudukan sebagai kepala negara saja bukan sebagai kepala eksekutif atau pemerintahan. Eksekutif yang dipimpin oleh perdana mentri dibentuk oleh parlemen dari partai politik . 3. Mekanisme pertanggungjawaban mentri kepada parlemen yang mengakibatkan parlemen dapat membubarkan atau menjatuhkan "mosi tidak percaya" kepada kabinet jika pertanggungjawaban atas pelaksanaan pemerintahan yang dilakukan oleh mentri baik secara perseorangan maupun kolektif tidak dapat diterima oleh parlemen. Jika terjadi perselisihan antara kabinet dengan parlemen, kepala negara akan membubarkan parlemen. Kelebihan sistem ini adalah sebagai berikut : 1. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas. 2. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian i pendapat antara eksekutif dan legislatif. 3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan. Adapun kelemahan sistem pemerintahan parlemen antar lain : 1. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. 2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif tidak bisa ditentukan berakhir sesuai masa jabatannya. c) Sistem Referendum Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan parlementer dan presidensial adalah sistem pemerintahan referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat Undang-undang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak pilih. Pada pemerintahan dengan sistem referandum, pertentangan yang terjadi antara eksekutif (bundesrat) dan legislatif (keputusan daripada rakyat) jarang terjadi. Anggota-anggota dari bundesrat ini dipilih oleh bundesversammlung untuk waktu 3 tahun lamanya dan bisa dipilih kembali. Berkenaan dengan Pengawasan rakyat dalam bentuk referendum, maka dikenal tiga sistem referendum, yaitu: a. Referandum Obligatoir adalah referandum yang harus terlebih dahulu mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum suatu undang-undang tertentu diberlakukan. Persetujuan dari rakyat mutlak harus
  • 12. diberikan dalam pembuatan suatu undang-undang yang mengikat seluruh rakyat, karena dianggap sangat penting. Contoh, adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan undang-undang dasar. b. Referendum Fakultatif adalah referandum yang dilaksanakan apabila dalam waktu tertentu sesudah suatu undang-undang diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah orang tertentu yang punya hak suara menginginkan diadakannya referandum. Dalam hal ini apabila referandum menghendaki undang-undang tersebut dilaskanakan, maka undang-undang itu terus berlaku. Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam referandum tersebut, maka undang-undang itu tidak berlaku lagi. c.Referandum Konsultatif adalah referandum yang menyangkut soal-soal teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang materi undang-undang yang dimintakan persertujuaannya. Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap masalah negara rakyat langsung ikut serta menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil yang membawa akibat pemerintahan akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak setiap masalah rakyat mampu menyelesaikannya, karena untuk mengatasinya perlu pengetahuan yang cukup harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Keuntungan yang lain ialah, bahwa kedudukan pemerintah itu stabil sehingga membawa akibat pemerintah akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya. Berdasarkan pasal 4 ayat 1 dan pasal 17 UUD 1945, bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensiil, karena presiden adalah eksekutif dan menteri-mentrinya adalah pembantu presiden. Tetapi apabila dilihat dari sudut pertanggung jawaban presiden kepada MPR, maka berarti eksekutif dapat dijatuhkan oleh lembaga legislatif (ciri sistem parlementer), maka dengan demikian sistem pemerintahan Indonesia dibawah UUD 1945 dapat disebut sistem quasipresidensiil. i
  • 13. BAB IV PEMBAHASAN i A. KLASIFIKASI KONSTITUSI Hampir semua negara memiliki kostitusi, namun antara negara satu dengan negara lainya tentu memiliki perbeadaan dan persamaan. Dengan demikian akan sampai pada klasifikasi dari konstitusi yang berlaku di semua negara. Para ahli hukum tata negara atau hukum konstitusi kemudian mengadakan klasifikasi berdasarkan cara pandang mereka sendiri, antara lain K.C. Wheare, C.F. Strong, James Bryce dan lain-lainnya. Dalam buku K.C. Wheare “Modern Constitution” (1975) mengklasifikasi konstitusi sebagai berikut : a. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and unwritten constitution) b. Konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid (flexible and rigid constitution) Konstitusi fleksibelitas merupakan konstitusi yang memiliki ciri-ciri pokok : 1. Sifat elastis, artinya dapat disesuaikan dengan mudah . 2. Dinyatakan dan dilakukan perubahan adalah mudah seperti mengubah undang-undang. c. Konstitusi derajat tinggi dan konstitusi derajat tidak derajat tinggi (Supreme and not supreme constitution). Konstitusi derajat tinggi, konstitusi yang mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara (tingkatan peraturan perundang-undangan). Konstitusi tidak derajat tinggi adalah konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan seperti yang pertama. d. Konstitusi Negara Serikat dan Negara Kesatuan (Federal and Unitary Constitution) Bentuk negara akan sangat menentukan konstitusi negara yang bersangkutan. Dalam suatu negara serikat terdapat pembagian kekuasaan antara pemerintah federal (Pusat) dengan negara-negara bagian. Hal itu diatur di dalam konstitusinya. Pembagian kekuasaan seperti itu tidak diatur dalam konstitusi negara kesatuan, karena pada dasarnya semua kekuasaan berada di tangan pemerintah pusat. e. Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer(President Executive and Parliamentary Executive Constitution). Dalam sistem pemerintahan presidensial (strong) terdapat ciri-ciri antara lain: 1. Presiden memiliki kekuasaan nominal sebagai kepala negara, tetapi juga memiliki kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan. 2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih.
  • 14. 3. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat memerintahkan i pemilihan umum. Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi. Constituent power mendahului konstitusi, dan konstitusi mendahului organ pemerintahan yang diatur dan dibentuk berdasarkan konstitusi. Pengertian constituent power berkaitan pula dengan pengertian hirarki hukum (hierarchy of law). Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi atau bahkan paling tinggi serta paling fundamental sifatnya, karena konstitusi itu sendiri merupakan sumber legitimasi atau landasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atau peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya. Sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku universal, maka agar peraturan-peraturan yang tingkatannya berada di bawah Undang-Undang Dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan-peraturan itu tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut. Dengan ciri-ciri konstitusi yang disebutkan oleh Wheare ” Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President Executive and Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia menganut sistem konstitusi campuran. B. HUBUNGAN NEGARA DENGAN KONSTITUSI Berhubungan sangat erat, konstitusi lahir merupakan usaha untuk melaksanakan dasar negara. Dasar negara memuat norma-norma ideal, yang penjabarannya dirumuskan dalam pasal-pasal oleh UUD (Konstitusi) Merupakan satu kesatuan utuh, dimana dalam Pembukaan UUD 45 tercantum dasar negara Pancasila, melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara.
  • 15. C. PANCASILA DAN KONSTITUSI DI INDONESIA Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pada masa lalu timbul suatu permasalahan yang mengakibatkan Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup. Hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa pancasila berada di atas dan diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm) dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky. Teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung. Susunan norma menurut teori tersebut adalah : 1. Norma fundamental negara (Staatsfundamentalnorm); 2. Aturan dasar negara (staatsgrundgesetz); 3. Undang-undang formal (formell gesetz); dan 4. Peraturan pelaksanaan dan peraturan otonom (verordnung en autonome satzung). Staatsfundamentalnorm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu Staatsfundamentalnorm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu konstitusi. Staatsfundamentalnorm ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara. Berdasarkan teori Nawiaky tersebut, A. Hamid S. Attamimi memban-dingkannya dengan teori Kelsen dan menerapkannya pada struktur tata hukum di Indonesia. Attamimi menunjukkan struktur hierarki tata hukum Indonesia dengan menggunakan teori Nawiasky. Berdasarkan teori tersebut, struktur tata hukum Indonesia adalah : a. Staatsfundamentalnorm : Pancasila (Pembukaan UUD 1945). b. Staatsgrundgesetz : Batang Tubuh UUD 1945, Tap MPR, dan Konvensi i Ketatanegaraan. c. Formell gesetz : Undang-Undang. d. Verordnung en Autonome Satzung : Secara hierarkis mulai dari Peraturan Pemerintah hingga Keputusan Bupati atau Walikota. Penempatan pancasila sebagai suatu Staatsfundamentalnorm di kemukakan pertama kali oleh Notonagoro. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm maka pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
  • 16. Dengan menempatkan pancasila sebagi Staatsfundamentalnorm, maka kedudukan pancasila berada di atas undang-undang dasar. Pancasila tidak termasuk dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi. Yang menjadi pertanyaan mendasar sekarang adalah, apakah pancasila merupakan staatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi ? Dalam pidatonya, Soekarno menyebutkan dasar negara sebagai Philosofische grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya yang diatasnya akan didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan istilah Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima asas. Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno sebagai Philosofische grondslag ataupun Weltanschauung, maka hasil dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam Jakarta yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD 1945, yang merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, i termasuk di dalamnya Pancasila.
  • 17. B A B V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya. 2. Konstitusi diartikan sebagai peraturan yang mengatur suatu negara, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang berdirinya suatu negara 3. Antara negara dan konstitusi mempunyai hubungan yang sangat erat. Karena melaksanakan konstitusi pada dasarnya juga melaksanakan dasar negara. 4. Pancasila merupakan filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pancasila sebagai alat yang digunakan untuk mengesahkan suatu kekuasaan dan mengakibatkan Pancasila cenderung menjadi idiologi tertutup, sehingga pancasila bukan sebagai konstitusi melainkan UUD 1945 yang menjadi konstitusi di Indonesia. i
  • 18. D A F T A R P U S T A K A 1. Nasution, Mirza. NEGARA DAN KONSTITUSI. 2004 2. Wheare, K. C. 2004. Konstitusi-konstitusi Modern Surabaya : Pustaka Eureka. 3. Busroh, Abu Daud. 2005. Intisari Hukum Tata Negara Perbandingan Konstitusi i Negara. Jakarta : Bina Aksara
  • 19. i MID TEST : ILMU LOGIKA HUKUM TATA NEGARA DI INDONESIA DISUSUN OLEH : NAMA : LA RUMI STAMBUK : 12208272 SEMESTER : II PRODI : ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
  • 20. BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1 1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.............................................................. ........................1 1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................1 BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................2 A. Pengertian Demokrasi.................................................................................2 B. ciri-ciri pemerintah yang demokrasi.............................................................2 C. Prinsip – Prinsip Demokrasi........................................................................3 D. Asas Pokok Demokrasi..............................................................................3 BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................4 A. Demokrasi Pertama Di Indonesia...............................................................4 B. Reaksi Dengan Adanya Dekrit Presiden.....................................................5 C. Dampak Positif............................................................................................5 D. Dampak Negatif..........................................................................................5 BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................7 A. Pancasila Sebagai Unsur Intrinsik Dalam Demokrasi.................................7 B. Pacasila Dalam Berdemokrasi....................................................................8 BAB V KESIMPULAN...........................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12 KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu. i
  • 21. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “HUKUM TATA NEGARA DI INDONESIA” Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat. i Raha, Juli 2013 "Penulis"