Dokumen tersebut membahas tentang ujian tengah semester mata kuliah Perubahan Sosial dan Pembangunan. Ringkumannya adalah: (1) Dokumen tersebut berisi definisi sosiologi dan pembangunan serta ruang lingkup kajian sosiologi pembangunan; (2) Membandingkan perbedaan hasil kajian teori modernisasi klasik dan baru serta teori dependensi klasik dan baru; (3) Menguraikan perbedaan antara teori modernisasi dan
1. UJIAN TENGAH SEMESTER
PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN
Nama
: Hidra Khairunnisa
NIM
: F55011016
Program Studi : Pendidikan Sosiologi Reg. A
Dosen
: Dr. H. Wanto Rivaie, M.Si.
Tanggal
: 20 November 2012
Jawab:
1. a.
Untuk dapat memperoleh definisi
yang
jelas tentang Sosiologi
pembangunan, maka terlebih dahulu kita harus mendefinisikan secara
terpisah antara sosiologi dan pembangunan. Dengan demikian, dapat
ditarik
suatu
kesimpulan
yang
dapat
mendefinisikan
sosiologi
pembangunan secara lengkap dan jelas.
Secara
etimologis,
sosiologi
berasal
dari
bahasa
Yunani,
yakni socius yang berarti teman atau masyarakat dan logos yang berarti
ilmu. Sementara secara terminologis, beberapa ahli mendefinisikan
sebagai berikut:
1. Max Weber mendefinisikan sosiologi adalah ilmu yang hendak
mengerti dan menjelaskan tindakan-tindakan sosial dari manusia hal
mana mempunyai pengaruhnya atas masyarakat. [1]
2. Auguste Comte mendefinisikan bahwa sosiologi adalah kajian
sistematis mengenai komunitas kehidupan manusia. [2]
3. Pitirim Sorokin menjelaskan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala sosial, antara gejala sosial dan non-sosial, serta ciri-ciri umum
semua jenis gejala sosial.[3]
[1] Max Weber: Soziologische Grundbegriffe, Teobingen, 1960 hal. 5 dalam Astrid
S. Susanto. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Bandung:
Ekonomi. hal. 3
[2] Beth B. Hess, dkk., 1982. Sociology. New York: Macmillan Publishing
Company. edisi ke-2, hal. 11.
[3] Yusron Razak, ed., 2008. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran
Sosiologi Perspektif Islam. Tangerang: Mitra Sejahtera. hal. 1.
2. 4. Emile Durkheim mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari fakta-fakta sosial, yakni sebuah kekuatan dan struktur
yang bersifat eksternal, tetapi mampu mempengaruhi prilaku individu.
[4]
Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya sosiologi mempelajari tentang interaksi sosial
individu dalam suatu masyarakat yang kemudian memiliki kaitan dengan
gejala-gejala sosial dan struktur berikut nilai dan norma yang berkembang
di masyarakat tersebut.
Sementara itu, pembangunan juga memiliki banyak definisi dari
para ahli. Menurut Kattz (1971) pembangunan dirumuskan sebagai proses
perubahan yang terencana dari suatu situasi nasional yang satu ke situasi
yang lain yang dinilai lebih tinggi.
[5]
dengan kata lain, pembangunan
menyangkut proses perbaikan (Seers, 1970; hal.2)[6] Siagian (1994)
memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha
atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah,
menuju
modernitas
dalam
rangka
pembinaan
bangsa
(nation
building)”.[7] Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan
pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan
ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana.[8] Dari definisi pembangunan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang terencana yang
dilakukan untuk merubah suatu kondisi atau situasi suatu daerah atau
wilayah menuju kearah yang lebih baik.
[4] J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto. 2010. Sosiologi; Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Pranada Media Group. Hal. 7
[5] Martono. 2010. Bahan Ajar Teori Pembangunan. Pontinak: FISIP UNTAN. Hal.
1
[6] ibid. hal. 1
[7] Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas: Pengembangan Masyarakat
Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hal. 50.
[8] ibid. hal.50
3. Dari definisi sosiologi dan pembangunan yang telah dijabarkan di
atas, maka kita dapat menarik suatu kesimpulan mengenai definisi
sosiologi pembangunan itu sendiri. sosiologi pembangunan dapat
didefinisikan sebagai suatu cabar ilmu sosial yang mempelajari,
menganalisa, menjabarkan dan menjawab hal-hal yang terkait fenomenafenomena sosial yang terjadi sebagai bentuk dan akibat dari pembangunan
dalam suatu masyarakat. Tinjauan dari sosiologi pembangunan sendiri
pada dasarnya tidak berasal pada satu sudut pandang ilmu saja, melainkan
dari beberapa sudut pandang ilmu, seperti sosiologi sendiri, antropologi,
psikologi sosial, politik, hukum, ekonomi, masalah teknis pertanian dan
lain-lainnya. Dengan demikian, kajian mengenai sosiologi pembangunan
merupakan kajian ilmu lintas disiplin untuk mengungkap suatu fenomena
sosial dalam suatu pembangunan.
b.
Ruang lingkup kajian sosiologi pembangunan jika dirincikan menjadi
beberapa hal, antara lain:[9]
Ekonomi
beserta
kegiatan
usahanya
secara
prinsipil
yang
berhubungan dengan produksi, distribusi,dan penggunaan sumbersumber kekayaan alam;
Masalah manajemen yaitu pihak-pihak yang membuat kajian,
berkaitan dengan apa yang dialami warganya;
Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis,
misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat,
dan sebagainya.
2.
Dalam hasil kajian antara teori modernisasi klasik dan hasil kajian teori
modernisasi baru memiliki perbedaan yang cukup berarti. Jika pada dekade 1960an para pemerati dan pengikut setia teori modernisasi berada pada posisi bertahan,
kini mereka berada pada posisi menyerang. Di satu pihak, mereka melakukan
serangan balik dan memberikan label pada pemerati Marxis dan neo-Marxis
[9] George Ritzer. 1992. Sociological Theory. New York: Mc Graw-Hill. Hal. 28
4. sebagai tukang propaganda yang telah secara salah membaca dan menafsirkan
kerangka teori dan analisa mereka. Namun demikian, para pemerati ini juga
melakukan pengujian ulang terhadap berbagai asumsi dasar teori modernisasi
yang kemudian menciptakan padangan baru mengenai modernisasi melalui kajian
baru yang kemudian disuarakan kembali. Perbedaan antara hasil kajian teori
modernisasi klasik dan hasil kajian teori modernisasi baru terletak pada beberapa
hal, yaitu: [10]
a. Hasil kajian baru teori modernisasi ini sengaja menghindar untuk
memperlakukan nilai-nilai tradisional dan modern sebagai dua perangkat
sistem nilai yang secara total bertolak belakang. Dalam hasil kajian baru
ini, dua perangkat sistem nilai tersebut bukan hanya saling berdampingan
saja, namun dapat juga saling mempengaruhi dan bercampur satu dengan
yang lainnya. disamping itu, hasil kajian baru juga tidak lagi melihat
bahwa nilai tradisional merupakan faktor penghambat pembangunan,
bahkan sebaliknya, nilai tradisional dipandang bisa memberikan nilai
positif dalam pembangunan. Berbeda dengan sudut pandang kajian klasik
teori modernisasi yang memandang bahwa nilai tradisional dapat menjadi
penghalang pembangunan dalam modernisasi.
b. Perbedaan hasil kajian klasik dan baru dari teori modernisasi juga terdapat
pada aspek metodologis. Pada hasil kajian baru teori modernisasi,
perhatian dipusatkan pada kasus-kasus nyata yang terjadi. Hasil kajian
baru tidak lagi melupakan unsur keunikan sejarah, bahkan sejarah
dipandang sebagai faktor yang signifikan untuk menjelaskan pola
perkembangan dari suatu negara. Berbeda dengan hasil kajian klasik yang
berpegang teguh pada analisa yang bersifat abstrak dan tipologi tanpa
melihat realitas yang terjadi.
c. Pada hasil kajian baru, sejarah dijadikan sebagai salah satu unsur yang
menentukan hasil dari modernisasi. Dengan pandangan seperti ini maka
hasil kajian baru melihat arah pembangunan tidak lagi searah dengan
Barat sebagai satu-satunya model. Namun dari penelitian ini diterima
[10] Suwarsono & Alvin Y. SO. 1991. Perubahan Sosial dan Pembangunan di
Indonesia. Jakarta: LP3ES. Hal. 58-60.
5. d. kenyataan
bahwa
negara-negara
Dunia
Ketiga
memiliki
arah
pembangunan sendiri. Berbeda dengan hasil kajian klasik yang
menganggap bahwa negara Barat adalah satu-satunya acuan dari
modernisasi yang terjadi pada negara Dunia Ketiga.
e.
Hasil kajian baru lebih memperhatikan pada faktor eksternal meskipun
tetap faktor internal dalam suatu negara yang menjadi perhatian
utamanya. Namun, peranan faktor internasional dalam mempengaruhi
proses modernisasi negara Dunia Ketiga tidak diabaikan begitu saja.
Bahkan dalam analisanya, karya baru ini sering berhasil mengintegrasikan
dengan baik faktor konflik kelas, dominasi ideologi, dan peranan agama.
Bertolak belakang dengan hasil kajian klasik teori modernisasi yang tidak
memperhatikan faktor ekstern sebagai salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi proses modernisasi suatu negara.
Tabel Perbedaan Hasil Kajian Klasik dan Baru Teori Modernisasi
No.
Perbedaan Teori
Modernisasi
4.
Sebagai penghalang
Faktor positif
pembangunan
Abstrak dan Konstruksi
Studi kasus dan
Analisa sejarah
Garis lurus dan menggunakan
Berarah dan
USA sebagai model
3.
Tradisi
Tipologi
2.
Kajian Baru
pembangunan
1.
Kajian Klasik
Bermodel banyak
Tidak memperhatiakan
Lebih
Metode Kajian
Arah Pembangunan
Faktor Ekstern dan
Konflik
3.
memperhatikan
Munculnya teori dependensi lebih merupakan kritik terhadap arus
pemikiran utama soal pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi.
Teori dependensi bahkan menuduh ajaran teori modernisasi tidak hanya sekedar
pola piker yang memberikan pembenaran ilmiah dari ideologi negara-negara Barat
6. untuk mengeksploitasi negara Dunia Ketiga. Terlepas dari hal tersebur, teori
dependensi memiliki metode tersendiri dalam menjelaskan bergagai gejala yang
berhubungan dengan pembangunan yang terjadi dala sebuah negara. Namun
demikian, layaknya teori modernisasi yang memiliki kajian klasik dan baru, teori
dependensi juga memiliki hal yang sama, dimana adanya kritikan dari hasil kajian
teori dependensi klasik yang memunculkan adanya teori dependensi baru.
Perbedaan keduanya ialah sebagai berikut:
a. Teori dependensi klasik memiliki metode yang bersifat abstrak dengan
pola umum ketergantungan. Teori dependensi klasik berusaha menjelaskan
situasi ketergantungan negara Dunia Ketiga. Namun, karena ambisi ini
teori dependensi klasik terjebak dalam suatu kecenderungan menganalisa
dan menetapkan persoalan ketergantungan satu negara Dunia Ketiga
dengan negara lain yang tidak berbeda. Sehingga tidak jarang dijumpai
hasil dari kajiannya lebih merupakan karya yang menggunakan
pendekatan deduktif, dengan secara gampang dan sederhana memilih data
dan menganalisanya untuk sekedar disesuaikan dengan apa yang
semestinya secara logis terjadi menurut tesis-tesis yang diajukan oleh
kajian terori dependensi.[11] Sementara pada kajian teori dependensi baru
merubah berbagai asumsi dasar yang dimiliki oleh teori
klasik.
Teori
dependensi
baru
tidak
lagi
dependensi
menganggap
situasi
ketergantungan sebagai sesuatu keadaan yang serupa tanpa mengenal batas
ruang dan waktu. Menurut teori dependensi baru, ketergentunga lebih
dikonsepkan sebagai satu situasi yang memiliki batas ruang dan waktu
yang karenanya selalu memiliki ciri yang unik. Dengan kata lain situasi
ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik.[12]
b. Tenaga
inti
dari
teori
dependensi
klasik
dapat
diketahui
dari
kemampuannya untuk mengarahkan peneliti dan pengambil keputusan
untuk menguji sejauh mana
dominasi asing telah secara signifikan
mempengaruhi roda pembangunan negara Dunia Ketiga. Sebagai contoh,
dari hasil studinya tentang kolonialisme di India, Baran menjelaskan
[11] ibid. hal. 138
[12] ibid. hal. 170
7. secara detail bagaimana Inggris dengan kebijaksanaannya yang telah
dijalankan
berupa
perampokan
kekayaan,
deindustrialisasi,
dan
pencabutan akar budaya masyarakat lokal telah menjadikan India sebagai
negara yang terbelakang.[13] Sementara itu, teori dependesi baru telah
dengan sadar memberikan perhatian terhadap kemungkinan untuk
munculnya cirri ketergantungan yang unik dan khas secara historis.
Misalnya, Cardoso menyebut tentang kegiatan rezim militer. O’Donnell
menyatakan, bahwa lahir dari ciri NBO tergantung pada derajat
keberhasilan para elit militer dan birokrat dalam menanggapi krisis
ekonomi dan politik pada masa sebelumnya.[14]
c. Dengan merumuskan ketergantungan sebagai akibat dari adanya
ketimpangan nilai tukar barang dalam transaksi ekonomi, teori dependensi
telah mampu mengarahkan para pengikutnya untuk lebih memperhatikan
dimensi ekonomi dari situasi ketergantungan. Dalam hal ini, sekalipun
teori dependensi sama sekali tidak mengesampingkan dimensi politik dan
budaya, persoalan ini hanya dilihat sebagai akibat lanjutan dari dimensi
ekonomi.
[15]
Berbeda dengan teori dependensi baru dengan pandangan
bahwa negara Dunia Ketiga tidak lagi dipandang semata-mata hanya
sebagai negara yang bergantung pada asing, tetapi sebagai aktor yang aktif
yang secara cerdik berusaha untuk bekerjasama dengan modal domestik
dan modal internasional. Lebih dari itu, teori baru ini melihat bahwa gema
dan hasil pertarungan politik yang terjadi antara ketiga aktor itulah yang
sesungguhnya menentukan bentuk dan perubahan situasi ketergantungan.
Cardoso, O’Donnell dan Mas’oed dengan tegas menyatakan, bahwa
keberhasilan elit militer dan birokrat negara untuk menggalang kerjasama
dengan modal domestik dan modal asing, yang dengan tanpa segan-segan
mengorbankan
kepentingan
gerakan
kerakyatannyalah
yang
telah
membentuk keunikan situasi ketergantungan dan persoalan pembangunan
yang dihadapi oleh masing-masing negara.[16]
d. Teori dependensi klasik hamper secara “sempurna” menguraikan akibat
negatif yang harus dialami negara Dunia Ketiga sebagai akibat situasi
[13] ibid. hal. 135
[14] ibid. hal. 171
[15] ibid. hal. 136
[16] ibid. hal.171-172
8. ketergantungannya. Bahkan terkadang terasa agak berlebih, ketika teori ini
menyebutkan bahwa hanya dengan menghilangkan sama seklai situasi
ketergantungan, negara Dunia Ketiga baru akan mampu mencapai
pembangunan ekonomi yang otonom. Dalam hal ini, Baran misalnya
mengatakan dengan tegas bahwa situasi ketergantungan yang terjadi pada
masa colonial India tetap masiiih mengganggu jalannya pembangunan
setelah secara formal India memperoleh kemerdekaan.[17] Sementara
menurut teori dependensi baru, ada kemungkinan dan tersedia kesempatan
yang lebar untuk terjadinya koesistensi antara dua proses yang saling
bertolak belakang, ketergantungan dan pembangunan. Tidak hanya
Cardoso, O’Donnell dan Koo saja yang menjelaskan persoalan ini, tetapi
juga Gold, yang menggunakan konsep pembangunan dinamis untuk
menjelaskan keunikan dan drama pembangunan di Taiwan.[18]
Tabel Perbedaan Teori Dependensi Klasik dan Baru
No.
Perbedaan Teori
Klasik
Baru
Dependensi
1.
Metode
Abstrak:
pola
umum Historis-struktural
ketergantungan
situasi
konkrit
ketergantungan
2.
Faktor Pokok
Eksternal: kolonialisme dan Internal:
negara
ketidakseimbangan nilai tukar
3.
Ciri Ketergantungan
dan konflik kelas
Fenomena Ekonomis
Fenomena Sosial
Politik
4.
Pembangunan
Ketergantungan
dan Bertolak
belakang:
hanya Koesistensi:
menuju pada keterbelakangan
pembangunan
yang bergantung
4.
Berbeda dengan aliran teori pembangunan yang lain, teori sistem dunia
secara sungguh-sungguh menyatakan bahwa unit analisa yang berlaku untuk ilmu
sosial adalah sistem dunia itu sendiri. dengan kata lain, perspektif sistem dunia
[17] ibid. hal. 136
[18] ibid. hal. 173
9. lebih memberikan perhatiannya untuk menguji dinamika global dunia di luar batas
wilayah kenegaraan. Dalam upayanya untuk menguji ulang dinamika global
dunia, perspektif ini memakai perangkat metode penelitian yang khas, yang
digunakan untuk mengamati irama siklus panjang. Untuk melaksanakannya dan
untuk mencapai hasil pengamatan yang cermat dari dinamika jangka panjang
sistem-ekonomi kapitalis dunia, perspektif ini menuntut disediakannya suatu
perangkat data baru.[19]
Namun sejak pertengahan tahun 1970-an, para pemberi kritik telah
menuduh bahwa perspektif sistem dunia telah menyajikan gemerlapnya konsep
sistem dunia, seakan-akan merupakan sesuatu yang sangat riil dan materiil;
sementara sisi lain perspektif ini telah hampir secara sempurna meninggalkan
spesifikasi sejarah perkembangan pada tingkat nasional. Di samping itu, para
pemberi kritik juga menuduh perspektif sistem dunia terlalu condong untuk
mengunggulkan analisa stratifikasi, sementara di sisi lain perspektif ini telah
meninggalkan analisa kelas.[20] Teori ini telah mendapat kritik sebagai teori yang
reifikasi serta mengikuti analisa stratifikasi. Untuk menjawab berbagai kritik ini,
para pemerhati teori ini telah mulai menumbuhkan tradisi penelitian baru yang
lebih berskala nasional. Arus baru penelitian berskala nasional ini lebih
memberikan perhatian pada hubungan yang komplek dari tata ekonomi global
dengan kekuatan-kekuatan nasional. Dari kedua jenis teori ini tentu ada hal-hal
yang berbeda, yaitu:
a. Teori sistem dunia membimbing para peneliti untuk menguji dinamika
global dunia. Dalam hal ini, Wallerstein tertarik untuk menguji bagaimana
masa surut sistem ekonomi kapitalis dunia yang terjadi pada abad ke-17
bertanggungjawab terhadap tumbuh dan berkembangnya tiga wilayah
ekonomi politik dunia, sentral, semi pinggiran dan pinggiran.[21]
Sementara, pada teori sistem dunia pada skala nasional perspektif dunia
selalu diawali dengan kajian yang menguji karakteristik perubahan yang
terus-menerus dari sistem ekonomi kapitalis dunia untuk periode yang
sedang dikaji. Sebagai contoh, pembahasan tentang hongkong dimulai
[19] ibid. hal. 219
[20] ibid. hal. 221
[21] ibid. hal. 219
10. dengan mengupas berbagai ciri tata ekonomi dunia untuk menjelaskan
transformasi dan lahirnya proses industrialisasi di Hongkong.[22]
b. Dalam setiap hasil penelitian teori sistem dunia telah dan akan selalu
menggunakan pendekatan analisa sejarah jangka panjang. Teori tidak
mengamati gejala sosial untuk jangka waktu satu atau dua dekade, tetapi
lebih memberikan keseluruhan perhatiannya untuk mengamati dan
menganalisa kecenderungan putaran dan irama siklus jangka panjang bola
dunia yang biasanya berlangsung lebih dari satu abad. Sebagai contoh,
hasil karya Wallerstein yang menguji putasan masa surut sistem dunia dari
tahun 1450 sampai dengan 1750.[23] Sementara berbeda dengan teori
sistem dunia pada skala nasional yang memiliki perspektif bahwa pola
irama siklus tata ekonomi kapitalis dunia dapat dilihat dari periode yang
sedang dipelajari. Pendekatan irama siklus dunia ini membantu para
peneliti untuk melihat pembangunan ekonomi Hongkong dalam konteks
irama transformasinya dari satu fase ke fase yang lainnya.[24]
c. Perangkat data yang biasanya tersedia saat ini dikumpulkan dan disusun
pada level nasional, tidak cukup memadai dan bermanfaat untuk
menjawab agenda penelitian yang telah dan akan dirumuskan oleh para
peneliti yang mengikuti teori sistem dunia. Oleh karena itu, tidak heran
jika sekarang ini terdengar dna terjadi permintaan, kalau bukan tuntutan,
untuk penyediaan data baru yang berskala global, berlevel dunia. Hasil
karya Henige telah cukup banyak membantu memberikan informasi yang
diperlukan oleh Bergesen dan Schoenberg untuk menguji gelombang
panjang kolonialisme, karena data yang dikumpulkan Henige mencakup
daftar dan jumlah negara jajahan yang didirikan dan berakhir setiap
tahunnya dari tahun 1415 sampai dengan 1969.[25] Sedangkan pada teori
sistem dunia pada skala nasional penelitian berskala nasional ini hendak
secara sungguh-sungguh menguji hubungan yang kompleks dan timbal
balik antara kekuatan dinamika global dan kekuatan nasional, seperti
perjuangan kelas, ketegangan etnis, dan kebijaksanaan negara.[26]
[22] ibid. hal. 254
[23] ibid. hal. 220
[24] ibid. hal. 254
[25] ibid. hal. 220
[26] ibid. hal. 255
11. 5.
Pembangunan merupakan bagian dari perubahan sosial. Pernyataan
tersebut sepenuhnya benar dan sesuai dengan realitas sosial yang terjadi di
masyarakat. Pembangunan yang diartikan sebagai suatu upaya untuk mengubah
keadaan kenjadi lebih baik merupakan salah satu bentuk perubahan, baik itu pada
kategori perubahan yang terencana maupun perubahan cepat atau lambat.
Macio (1987:638) mendefinisikan perubahan sosial sebagai bentuk
transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola berfikir dan dalam prilaku
pada waktu tertentu.[27] Persell (1987:586) juga mendefinisikan perubahan sosial
sebagai modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat.[28]
Sementara Farley (1990:626) mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan
pola prilaku, hubungan sosial lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu.[29]
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya perubahan sosial merupakan
pergeseran atau pergerakan struktur suatu masyarakat menuju kearah yang lebih
baik atau lebih buruk sebagai hasil interaksi sosial yang terjadi di masyarakat
tersebut.
Talcott Parsons berpendapat bahwa perubahan sosial atau dinamika sosial
yang terjadi dalam suatu masyarakat terjadi karena adanya beberapa unsur yang
berinteraksi satu sama lain. Unsur tersebut ialah;[30]
a. Orientasi manusia terhadap situasi yang melibatkan orang lain.
b. Pelaku yang mengadakan kegiatan dalam masyarakat.
c. Kegiatan sebagai hasil orientasi dan pengolahan / pemikiran pelaku
tentang bagaimana mencapai cita-cita.
d. Lambang dan sistem perlambangan yang mewujudkan komunikasi tentang
bagaimana manusia ingin mencapai tujuannya.
Salah satu bentuk dari perubahan sosial ialah perubahan sosial yang
direncanakan. Pembangunan sebagai bentuk perubahan sosial masuk kedalam
kategori tersebut. Pembangunan merupakan proses yang terencana dengan
keinginan untuk memperbaiki keadaan di suatu wilayah atau negara. Perubahan
yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang
[27] Piotr Sztompka. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Hal. 5.
[28] ibid. hal. 5
[29] ibid. hal. 5
[30] Astrid S. Susanto. ibid. hal. 38
12. telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan di dalam masyarakat.[31] Pihak-pihak yang menghendaki suatu
perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang
yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih
lembaga-lembaga kemasyarakatan.[32]
Kaitan antara sosiologi pembangunan dengan perubahan sosial terletak
pada bagaimana sudut pandang kedua disiplin ilmu ini dalam menjelaskan
fenomena yang terjadi dalam masyarakat. Sosiologi pembangunan menelaah
tentang hal-hal yang terkait implikasi dari adanya pembangunan dalam ranah
sosial, sementara perubahan sosial sensiri merupakan salah satu studi dalam
sosiologi. Singkronisasi kedua hal ini akan menghasilkan telaah yang kompleks
mengenai implikasi dari pembangunan dari sisi sosiologi.
Sebagai contoh ialah fenomena industrialisasi yang terjadi di Indonesia.
industrialisasi ditujukan untuk membangun negara Indonesia agar dapat
mempertahankan eksistensinya di mata global. Pembangunan sarana dan
prasarana yang menunjang adanya industrialisasi membuat masyarakat juga
begerak yang artinya adanya proses perubahan sosial masyarakat dalam
menyesuaikan dengan tuntutan dari industrialisasi tersebut. Dari kaca mata
sosiologi pembangunan industrialisasi memiliki dampak postif dalam upaya
mengembangkan sumber daya atau potensi yang ada di Indonesia. Meski
industrialisasi ditujukan untuk meningkatkan daya saing bangsa, namun tetap ada
dampak negative dalam masyarakat, seperti adanya polusi, urbanisasi maupun
tingkat kerusakan yang ditimbulkan. Dalam hal ini, perubahan sosial terus terjadi
saat industrialisasi terus berkembang di Indonesia. Untuk menjelaskan perubahan
sosial sebagai dampak Industrialisasi inilah sosiologi pembangunan memainkan
perannya sebagai salah satu cabang dari disiplin ilmu sosiologi.
[31] Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi
Aksara. hal. 10.
[32] ibid. hal.12