SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  71
Télécharger pour lire hors ligne
PROPOSAL
STUDI KARAKTERISTIK PENDERITA KEHAMILAN EKTOPIK
(UMUR, PARITAS, PENDIDIKAN, PEKERJAAN)
DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN
2005 - 2008

Oleh :
YAYIK IKE LUSGIANTI
Nim : 06. 04. 205

PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN
AKADEMI KEBIDANAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
JL. DIPONEGORO 17 TUBAN
TAHUN 2009
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan yang
disebut kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang
mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Sebagian besar kehamilan ektopik
terganggu berlokasi dituba (90%). Terutama diampula tuba dan isthmus sangat
jarang terjadi diovarium, rongga abdomen, maupun uterus keadaan

yang

me-

mungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah peyakit radang panggul,
pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device) riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas kontrasepsi yang memakai progestin
dan tindakan abortus. (Prawirahardjo , 2005)
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi
ditempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
pasif, intertilitas dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbilitas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan
cepat. (Arifin 2003)
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua
wanita terutama pada usia lebih dari 30 tahun. adanya kecenderungan pada
kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya.Di rumah
sakit Dr, Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik

1
2

diantara 4.007 persalinan atau 1 diantara 26 persalinan.dalam kepustakaan
kehamilan ektopik dilaporkan antara 1 : 28 sampai 1 : 329 tiap kehamilan.
Dari penilitian RSUP manado 2001 dari 67 penyakit kehamilan ektopik
terbanyak usia 25-29 tahun 23 kasus (34,33 %) paritas 2-31 kasus (46,27%),
Tingkat pendidikan SMA 21 kasus (83,58 %). (Arifin 2003 )
Dari hasil penelitian diperoleh 7498 Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
2003-2005 jumlah kebidanan termasuk 133 diantaranya adalah kehamilan
ektopik terganggu (1,77%),

Penderita kehamilan ektopik terganggu yang

terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita
1 sebanyak (35,34%). Lokasi kehamilan ektopik terganggu terbanyak a dalah
pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal
(1,5%). (Arifin 2003 )
Berdasarkan survei awal diRSUD Dr koesma tuban pada akhir tahun 2005
sebanyak 11 (15,2 % ) penyakit kehamilan ektopik frekuensi pada tahun 2006
naik menjadi 17 (23,6 % ) penyakit kehamilan ektopik frekwensi pada tahun
2007 naik menjadi 18 (25 % ) penyakit kehamilan ektopik dan frekwensi pada
tahun 2008 naik menjadi 25 (34,7 % ) penyakit kehamilan ektopik.untuk
mencapai prognosa yang baik bagi penderita, tindakan laparotomi untuk
kehamilan ektopik dini yang berlokasi diovarium bila dimungkinkan dirawat, bila
tidak ada perbaikan maka dilakukan tindakan sistektomi/oovorektomi sedangkan
kehamilan ektopik terganggu diservik uteri yang sering mengakibatkan
perdarahan dilakukan histeroktomi.
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki,

tetapi

sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. tiap kehamilan dimulai dengan
3

pembuahan telur dibagian ampulla tuba dan dalam perjalanan ke uterus telur
mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih dituba atau nidasinya tuba
dipermudah.(prawiroharjo 2005)
Penangganan terhadap kehamilan ektopik terganggu harus segera dioperasi
untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan
tersebut. operasi yang dilakukan ialah Salpingektomi yakni penanganan tuba yang
mengandung kehamilan. pada abortus tuba walaupun tidak selalu ada bahaya
terhadap jiwa penderita sebaiknya juga tidak dilakukan operasi.
Kekukarangan dari terapi konservatif (non operatif)yaitu walaupun darah
berkumpul dirongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian
dapat dikeluarkan dengan kolpotomi(pengeluaran melalui vagina dari darah
dikavum douglas). (Prawirahardjo 2005)
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
tentang karateristik (usia, paritas, pendidikan pekerjaan ibu dengan kehamilan
ektopik ) di RSUD Dr. R koesma tuban.

1.2

Identifikasi masalah
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan
yang disebut kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Dari survey yang didapat
dari rumah sakit Dr.R kusma tuban Kehamilan ektopik meningkat dari
tahun ketahun dan sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan
ektopik berumur antara 20 - 40 tahun dengan umur rata ± rata 30 tahun di
indonesia kehamilan ektopik sering dijumpai pada usia muda karna
4

pernikahan diusia mada dinegara berkembang kehamilan ektopik sering
ditemukan pada multigravida tapi di indonesia sering dijumpai pada
multipara.
1. 3 Rumusan Masalah
Bagaimana Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan) pada
penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban ?

1. 4

Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan)
pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Mengidentifikasi kejadian kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma
Tuban.
1.4.2.2 Mengidentifikasi faktor Usia, pada penderita kehamilan ektopik di RSUD
Dr. R Koesma Tuban.
1.4.2.3 Mengidentifikasi paritas pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R
Koesma Tuban.
1.4.2.4 Mengidentifikasi pendidikan pada penderita kehamilan ektopik di RSUD
Dr. R Koesma Tuban.
1.4.2.5 Mengidentifikasi pekerjaan pada penderita kehamilan ektopik di RSUD
Dr. R Koesma Tuban.

1. 5 Manfaat Penelitian
5

1. 5. 1 Bagi Peneliti
Menerapkan teori dan konsep yang diperoleh di bangku perkuliahan
terutama pelajaran metode penelitian dan statistik, serta di harapkan dapat
memberikan tambahan informasi bagi peneliti tentang studi karastristik
(usia,

paritas,

pendidikan dan pekerjaan) dengan penderita kehamilan

ektopik.Dapat dijadikan gambaran untuk penelitian lebih lanjut dalam ruang
lingkup yang lebih luas.
1. 5. 2 Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang kejadiaan kehamilan
ektopik
1. 5. 3 Bagi Institusi
Sebagai referensi sehingga dapat digunakan dalam rangka pengembangan,
dan peningkatan taraf pendidikan dan pengetahuan guna

mencapai

keberhasilan pendidikan.
1. 5. 5 Bagi Profesi
Sebagai

tambahan

pengetahuan

pelayanan kepada masyarakat.

bagi

profesi

untuk meningkatkan
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Karakteristik
2.1. 1 Definisi Karakteristik
Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Sedangkan karaktristik adalah sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.
(Depdikbud, 1990 : 389)
2.1. 1. 1 Faktor Usia
Umur adalah umur individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan
sampai saat berulang tahun (nursalam 2003) dan Usia reproduksi pada wanita
dimulai sekitar usia 11 ± 15 tahun yang ditandai dengan datangnya menstruasi
atau haid. Hal ini menandakan mulai berfungsinya organ ± organ reproduksi
wanita (Hurlock, 1990 : 185). Seiring dengan dimulainya usia reproduksi maka
mulai adanya berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan alat
reproduksi salah satunya yaitu Kehamilan ektopik (Manuaba, 1999 : 5)
Menurut penelitian Di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru frekuensi terbanyak
pada usia 30-34 tahun (40, 60%) & umur 25- 29 tahun (34, 33 %).
(Arifin 2003 )

6
7

2.1. 1.2 Faktor Paritas
Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang
dimiliki oleh ibu mulai dari anak pertama sampai terakhir (Ahmad, 1996 : 256)
Paritas dibagi menjadi :
1. Nulipara

: wanita yang belum pernah melahirkan anak.

2. Primipara

: wanita yang telah melahirkan seorang anak.

3. Multipara

: wanita yang telah melahirkan lebih dari 1 anak.

4. Grande multi : wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih
Dari penelitian Di RSUD Arifin Achmad pekanbaru 2003-2005
kehamilan ektopik menurut paritas sebanyak (35, 34 %). (http / karateristik KET).
2.1. 1. 3 Faktor Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992,
dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya,

pendidikan yang kurang akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
diperkenalkan (Kuncoroningrat,
2001).

1997,

dikutip oleh Nursalam dan Pariani,

Faktor pendidikan mempengaruhi usaha untuk meningkatkan derajat

kesehatan reproduksi karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan
semakin sempit informasi yang diperoleh wanita tentang kesehatan reproduksinya
salah satunya tentang kehamilan ektopik. Bila pendidikan rendah maka lapangan
pekerjaan bagi wanita yang rendah yang menyebabkan status sosial ekonomi
rendah (Manuaba, 1999 : 9).
8

2.1. 1. 4 Faktor Sosial Ekonomi (Pekejaan)
Bila pendidikan rendah maka lapangan pekerjaan bagi wanita rendah yang
menyebabkan status sosial ekonomi keluarga rendah. Keadaan sosial ekonomi
keluarga yang buruk merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai
penyakit.

Hal ini karena rendahnya pemenuhan gizi yang baik. (Manuaba,

1999 : 9)
Diakui sejak krisis ekonomi (1997) jumlah penduduk miskin Indonesia
meningkat. Dampak kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai penyakit
pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui,
bayi,

balita dan wanita lanjut usia.

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia

menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan
buruk mengakibatkan penduduk mudah terserang berbagai macam penyakit salah
satunya kehamilan ektopik. (Edwin, 2002)

2.2 Kehamilan Ektopik Terganggu
2.2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang di buahi
berimplantasi dan melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni
di luar rongga rahim.Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik
terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada
dinding tuba. (Prawirohardjo 2005 )
2.2.2 Etiologi.
Etiologi kehamilan ektopik baik yang terganggu maupun yang belum
terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
9

diketahui. tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba
dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat
nidasi masih dituba ayau nidasinya tuba dipermudah. faktor
-faktor yang
berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu. (prawiroharjo 2005)
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang
dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen.
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksia.
f. Penggunaan IUD
10

2. Faktor fungsional
a. perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan faktor hormonal dan
defek fase luteal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban,
sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri.
b. meningkatnya usia akan diiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik
tuba. Teknik-teknik reproduktif seperti gamete intrafallopian transfer dan
fertilisasi in vitro juga sering menyebabkan implantasi ekstrauterin. Ligasi
tuba yang tidak sempurna memungkinkan sperma untuk melewati bagian
tuba yang sempit, namun ovum yang telah dibuahi sering kali tidak dapat
melewati bagian tersebut
c. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini dianggap sebagai penyebab
kehamilan ektopik.

Namun ternyata hanya AKDR yang mengandung

progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik.

AKDR

tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi
bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR,

besar

kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.
2.2.3 Klasifikasi
Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain :
1. Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
11

e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornu
d) Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.
2.2.4 Epidemiologi
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik
terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal
didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi.
Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu,
yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%). (Arifin 2003 )
Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami
infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tub
KETa terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari
ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba. (Arifin 2003 )
12

Penelitian Cunningham Di Amerika Serikat melaporkan bahwa kehamilan
etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari pada kulit
putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita kulit
hitam.Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adala 1-14, 6%.
(Arifin 2003 )
Di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia,
Pringadi Medan

(1979-1981)

frekuensi

1:139,

dan

pada RSUP

di RSUPN

Cipto

Magunkusumo Jakarta (1971-1975) frekuensi 1:24, sedangkan di RSUP. DR.
M. Djamil Padang (1997-1999) dilaporkan frekuensi 1:110. (Arifin 2003 )
Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik
terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa
faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan
kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik
terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah
secara efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian
kehamilan ektopik. (Arifin 2003 )
Dari hasil penelitian diperoleh 7498 Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
2003-2005 jumlah kebidanan termasuk 133 diantaranya adalah kehamilan
ektopik terganggu (1, 77%), Penderita kehamilan ektopik terganggu yang
terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita 1
sebanyak (35, 34%). Lokasi kehamilan ektopik terganggu terbanyak adalah
pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal
(1, 5%), khususnya di ampula tuba (78%) dan isthmus (2%). Pada daerah
13

fimbrae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%), ovarium (1%), servikal (0,
5%). (Arifin 2003 )
2.2.5 Patogenesis
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba
(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium,
rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi
tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang
pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada
implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah
bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua,
yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping
dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di
tempat tersebut dan hasil konsepsi tersebut berkembang. (prawiroharjo 2005 )
perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat
implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi
trofoblas. Seperti kehamilan normal,

uterus pada kehamilan ektopik pun

mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron,
sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun
ditemukan.

Endometrium pun berubah menjadi desidua,

meskipun tanpa

trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya
menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol.

Perubahan selular demikian

disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat implantasi pada kehamilan
ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan,

suatu saat kehamilan
14

ektopik tersebut akan terkompromi.

Kemungkinan-kemungkinan yang dapat

terjadi pada kehamilan ektopik adalah:
1) Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.
2) Abortus ke dalam lumen tuba.
3) Ruptur dinding tuba. (Prawiroharjo 2005 )
Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica.
Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas,
maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi
sedikit,

terbentuklah mola kruenta.

Tuba akan membesar dan kebiruan

(hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga
abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk hematokel
retrouterina. Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih
awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan
di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi
tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali
kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal
karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu
kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas
tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga
histerektomi pun diindikasikan. Ruptur baik pada kehamilan fimbriae, ampulla,
isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat
trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin
15

terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan
plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen.
Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya

kejaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen.

(prawiroharjo 2005)
2.2.6 Gambaran Klinik
Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada
lokasinya . Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau
tidaknya kehamilan tersebut . Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium
antara lain : (prawiroharjo 2005)
a. Keluhan gastrointestinal
Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik
terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan
gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan te
rsebut
mempunyai keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan dan
taraf perdarahannya di samping keterlambatan diagnosis.
b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis
Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya
dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus
kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-kadang
tidak terlihat sebelum ruptur terjadinya.
c. Amenore
Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih.Salah
satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang
16

lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan
demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru.
d. Spotting atau perdarahan vaginal
Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya
tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah
tidak memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan
tersebut biasanya sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan dapat terputusputus atau terus-menerus.
e. Perubahan Uterus
Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa
ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum
terisi darah, uterus dapat mengalami pergeseran hebat.Uterine cast akan
dieksresikan oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10% pasien.
Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan
peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.
f. Tekanan darah dan denyut nadi
Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada
denyut nadi dan tekanan darah, atau reaksinya kadang
-kadang sama seperti
yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu
kenaikan ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta
hipotensi.
g. Hipovolemi
Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk
merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya penurunan volume
17

darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru terjadi
setelah timbul hipovolemi yang serius.
h. Suhu tubuh
Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan
menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya
infeksi. Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk
membedakan antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan
salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38oC.
i. Masa pelvis
Masa pelvis dapat teraba pada

20% pasien. Masa tersebut mempunyai

ukuran, konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran
5-15 cm, sering teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya
infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras.
Hampir selalu masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus.
Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis
dalam tindakan palpasi.
j. Hematokel pelvik
Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan
diukuti oleh perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba,
kavum peritonium atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan
bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes
akan berkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus dengan adanya
perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.
18

2.2.7 Diagnosis
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. KET harus dipikirkanbila seorang
pasien dalam usia reproduktif mengeluhkan nyeri perut bawah yang hebat dengan
tiba-tiba, disertai keluhan perdarahan per vaginam setelah keterlambatan haid,
dan pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut:
abdomen, kavum Douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping
uterus. Adanya riwayat penggunaan AKDR, infeksi alat kandungan, penggunaan
pil kontrasepsi progesteron dan riwayat operasi tuba serta riwayat faktor-faktor
risiko lainnya memperkuat dugaan KET. ( Arifin 2003 )
Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam,

sehingga

pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada
kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum mengalami ruptur pada dinding tuba
sulit untuk dibuat diagnosis . (prawiroharjo 2005)
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis
kehamilan ektopik:
1.

HCG-ȕ
Pengukuran subunit beta dari HCG-ȕ (Human Chorionic Gonadotropin-Beta)
merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat
membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik. Kadar
HCG membantu penegakan diagnosis, meskipun tidak ada konsensus
mengenai kadar HCG yang sugestif untuk kehamilan ektopik. Kehamilan
ektopik dapat dibedakan dari kehamilan normal dengan pe
meriksaan kadar
HCG secara serial.

Pada usia gestasi 6-7 minggu,kadar HCG serum
19

meningkat dua kali lipat setiap 48 jam pada kehamilan intrauterin normal.
Peningkatan yang subnormal (< 66%) dijumpai pada 85% kehamilan yang
nonviable, dan peningkatan sebanyak 20% sangat prediktif untuk kehamilan
nonviable. Fenomena ini, bila disertai dengan terdeteksinya kavum uteri yang
kosong mengindikasikan adanya kehamilan ektopik. Secara klinis, penegakan
diagnosis KET dengan pemantauan kadar HCG serial tidak prakti , karena
s
dapat mengakibatkan keterlambatan diagnosis. Selain itu peningkatan kadar
HCG serum dua kali lipat setiap 48 jam tidak lagi terjadi setelah minggu ke-7
kehamilan.Oleh sebab itu, umumnya yang diperiksakan adalah HCG kualitatif
untuk diagnosis cepat kehamilan.
2. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas.Adanya darah yang diisap
berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di
kavum Douglasi kuldosentesis sudah tidak terlalu sering dilakukan. Meskipun
demikian, tindakantersebut masih dilakukan bila tidak ada fasilitas USG atau
bila pada pemeriksaan USG kantong gestasi tidak berhasil terdeteksi.

3.

Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang
cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.

4.

Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila
hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik
terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai
untuk terapi.
20

5. Ultrasonografi
Bila pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kantong gestasi dengan
denyut jantung janin dengan kavum uteri yang kosong, maka diagnosis pasti
dapat ditegakkan.USG transvaginal dapat mendeteksi tubal ring (massa
berdiameter 1-3 cm dengan pinggir ekhogenik yang mengelilingi pusat yang
hipoekhoik) gambaran tersebut cukup spesifik untuk kehamilan ektopik. USG
transvaginal juga memungkinkan evaluasi kavum pelvis dengan lebih baik,
termasuk visualisasi cairan di kavum Douglas dan massa pelvis. Keunggulan
cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya tidak
perlu memasukkan rongga dalam rongga perut.Dapat dinilai kavum uteri,
kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan
apakah kavum Douglas berisi cairan.
6. Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya
kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong
janin dapat diraba suatu tumor.
7. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa.
Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
8. Histerosalpingografi
Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan
janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan
ektopik tergangu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI
(Magnetic Resonance Imagine).
21

Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina
abnormal, dan amenore.

2.2.8 Diagnosis Diferensial
Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial adalah:
1. Infeksi pelvis
Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan
jarang setelah mengenai amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan
yang dapat diraba pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada
infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0, 5 0C, selain itu
leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes
kehamilan menunjukkan hasil negatif.
2. Abortus iminens/ Abortus inkomplit
Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih
merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median
dan adanya perasaan subjektif penderita yang merasakan rasa tidak enak di
perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens atau permulaan abortus
incipiens.

Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di

belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan rasa nyeri.
3. Tumor/ Kista ovarium
Gejala dan tanda kehamilan muda,

amenore,

dan perdarahan

pervaginam biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan
lebih bulat dibanding kehamilan ektopik terganggu.
22

4. Appendisitis
Pada apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan servik
uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu. Nyeri perut
bagian bawah pada apendisitis terletak pada titik McBurney .

2.2.9 Terapi
Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal antara lain
,
lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaankehamilan
tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu perlu
dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari
kehamilan ektopik terganggu. Ada 3 cara penatalaksanaan kehamilan pada tuba:

Penatalaksanaan Ekspektasi
Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% pasien
HCG. Pada F dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar
HCG yang F penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan
kadar stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu tidak
semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan
seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada keadaan-keadaan berikut:
1) kehamilan HCG yang menurun, 2) kehamilan tuba, 3) tidak ada F ektopik
dengan kadar perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan 4) diameter massa
ektopik tidak HCG awal harus kurangF melebihi 3.5 cm. Sumber lain
menyebutkan bahwa kadar dari 1000 mIU/mL, dan diameter massa ektopik
23

tidak melebihi 3,0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini efektif
pada 47-82% kehamilan tuba.

Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas
jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis
harus memiliki syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil,
bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan
bebas dalam rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani
terapi, harus menggunakan kontrasepsi yang efektif selama 3-4 bulan
pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang tidak
menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis, memiliki fungsi
ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi
terhadap pemberian methotrexate. Berikut ini akan dibahas beberapa metode
terminasi kehamilan ektopik secara medis.

Methotrexate
Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi
keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik,
methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien
dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel
trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya
dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya,
kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus stabil secara hemodinamis
dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal. Harus diketahui
24

pula bahwa terapi methotrexate maupun medis secara umum mempunyai
angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat pada usia
gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari
4 cm. Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis,
pengulangan terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk
kemungkinan menjalani pembedahan. Selain itu, tanda-tanda kehamilan
ektopik terganggu harus selalu diwaspadai. Bila hal tersebut terjadi, pasien
harus sesegera mungkin menjalani pembedahan.

Senggama dan konsumsi

asam folat juga dilarang. Tentunya methotrexate menyebabkan beberapa efek
samping yang harus diantisipasi, antara lain gangguan fungsi hepar,
stomatitis,

gastroenteritis dan depresi sumsum tulang.Beberapa prediktor

keberhasilan terapi dengan methotrexate yang HCG, progesteron, aktivitas F
disebutkan dalam literatur antara lain kadar jantung janin, ukuran massa hasil
konsepsi dan ada/tidaknya cairan bebas dalam rongga peritoneum. Namun
disebutkan dalam sumber lain bahwa hanya kadar HCG-lah yang bermakna
secara statistik.Untuk memantau keberhasilan terapi,F HCG serial dibutuhkan.
Pada

hari-hari pertama setelah dimulainya Fpemeriksaan pemberian

methotrexate, 65-75% pasien akan mengalami nyeri abdomen yang
diakibatkan pemisahan hasil konsepsi dari tempat implantasinya (separation
pain), dan hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi
HCG umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21 F dengan analgetik
nonsteroidal. hari setelah pemberian methotrexate. Pada hari-hari pertama pula
massa hasil konsepsi kan tampak membesar pada pencitraan ultrasonografi
akibat edema dan hematoma, sehingga jangan dianggap sebagai kegagalan
25

terapi. setelah terapi HCG masih perlu diawasi setiap minggunya hingga
kadarnya diFberhasil, kadar bawah 5 mIU/mL. Methotrexate dapat diberikan
dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan
adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan
adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari
ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam
regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular) dan diberikan
pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya
memberikan efek negatif pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi
methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat pula diberikan melalui
injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil konsepsi.Terapi
methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk
kehamilan ektopik yang belum terganggu.

Actinomycin
Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama
5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada p
asien-pasien dengan
kegagalan terapi methotrexate sebelumnya.

Larutan Glukosa Hiperosmolar
Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan
alternatif terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu.Yeko dan
kawan-kawan melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar
dalam menterminasi kehamilan tuba. Namun pada umumnya injeksi
methotrexate tetap lebih unggul. Selain itu,angka kegagalan dengan terapi
26

injeksi larutan glukosa tersebut cukup tinggi,sehingga alternatif ini jarang
digunakan.

Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien
-pasien dengan kehamilan
tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu.Tentu saja pada
kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.
Pada dasarnya ada 2 macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba,
yaitu pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan
pembedahan

radikal

di

mana

salpingektomi

dilakukan.Pembedahan

konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan
salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di atas dapat
dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien jatuh
ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per
laparoskopi.

Salpingostomi
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang
berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii.
Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di
atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil onsepsi
segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati.

Perdarahan

yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter.
Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per
sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun
27

laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk
kehamilan tuba yang belum terganggu. Sebuah penelitian di Israel
membandingkan salpingostomi per laparoskopi dengan injeksi methotrexate
per laparoskopi.Durasi pembedahan pada grup salpingostomi lebih lama
daripada

durasi

pembedahan

pada

grup

methotrexate,namun

grup

salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan insidens
aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih rendah. Meskipun demikian
angka keberhasilan terminasi kehamilan tuba dan angka kehamilan
intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak berbeda secara
bermakna.

Salpingotomi
Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada
salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan
tuba pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi.
Salpingektomi
Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun
yang sudah terganggu,dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun
laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:
1) kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu). 2) pasien tidak
menginginkan fertilitas pascaoperatif. 3) terjadi kegagalan sterilisasi. 4) telah
dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya. 5) pasien meminta
dilakukan sterilisasi. 6) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi. 7) kehamilan
tuba berulang. 8) kehamilan heterotopik. 9) massa gestasi berdiameter lebih
28

dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang
dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini
lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan
jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah
sempit. Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula
histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi. Pada
salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem,
digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi.Arteria
tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan.Tuba yang
direseksi dipisahkan dari mesosalping.

Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari
fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi.Dengan menyemburkan cairan di
bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat
terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa
hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi
dengan cairan bertekanan.

2.2.10 Prognosis
Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu
turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang
cukup.

Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya

bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan)
29

setelah mengalami keadaan tersebut diatas,

namun dapat juga mengalami

kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain.
Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai
resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang
sudah mengalami kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat
kemungkinan 50% mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang.
Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas
wanita. Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60%
kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih
10% mengalami kehamilan ektopik berulang.
30

BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL

3. 1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep ± konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian±penelitian
yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005 : 69).
Kerangka Konseptual
Faktor yang mempengaruhi
Kehamilan ektopik:
1. faktor Karakteristik
a. Umur
b. paritas
c. pendidikan
d. pekerjaan

Kehamilan
ektopik

2. Faktor Mekanis
3. Faktor fungsional

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 3. 1

Kerangka konseptual faktor-faktor karasteristik (usia, paritas,
pendidikan, perkerjaan) dengan terjadinya kehamilan ektopik.

Faktor ± faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik antara
lain faktor karakteristik dan faktor mekanis faktor fungsional. Faktor karakteristik
terdiri dari : usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan. Pada penelitian ini yang
diteliti adalah faktor karakteristik yang berhubungan dengan kehamilan ektopik.
18
31

BAB 4
METODE PENELITIAN

Metode

penelitian

adalah

cara

menyelesaikan

masalah

dengan

menggunakan metode keilmuan (Nursalam dan Pariani, 2001). Pada bab ini akan
disajikan tentang desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel, besar
sampel dan sampling,

identifikasi variabel,

definisi operasional,

instrumen

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian dan pengumpulan
data, analisa data, dan etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang
memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
akurasi suatu hasil. (Nursalam, 2003)
Dalam penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu jenis
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat suatu
gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. (Notoatmodjo. S. 2002).
Disini peneliti hanya ingin mengetahui karakteristik (Usia, paritas, pendidikan,
pekerjaan) kehamilan ektopik.

31
32

4. 2 Kerangka Kerja
Populasi
20
Seluruh Penyakit kehamilan ektopik Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban
sejumlah 72 pada tahun 2005-2008

Sampling
Sampling jenuh

Sampel
Penyakit kehamilan ektopik Di RSUDDr. R. Koesma Tuban sejumlah 72
pada tahun 2005-2008

Pengumpulan dan pengambilan data
- Data Sekunder
- Register Pasien di Rekam Medik RSUD Dr. R. Koesma Tuban

Analisis Data
- Deskriptif

- Penyajian

Kesimpulan

Gambar 4. 2 Kerangka Kerja Penelitian Studi Karakteristik wanita
dengan kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma
Tuban.

4. 3 Populasi, Sampel dan Sampling
4. 3. 1 Populasi
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006 : 55)
33

Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Penyakit kehamilan ektopik
di RSUD Dr R Koesma Tuban pada tahun 2005-2008 sebesar 72 orang.

4. 3. 2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005 : 79).
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua Penyakit kehamilan
ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban pada tahun 2005-2008.
4 3. 3 Sampling
Sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
subjek penelitian. (Nursalam, 2003 : 97)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah to
sampling jenuh. sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel.

4. 4

Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

4.4.1 Identifikasi Variabel
Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dan variasi
nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan
tingkatannya. (Arikunto, 2003). Variabel pada penelitian ini adalah karakteristik
(usia, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan) penderita kehamilan ektopik
34

4. 4. 2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 : 106)
Tabel 4. 1 Definisi Operasional
Variabel
Karakteristik
wanita
penderita
kistoma
ovarii :
Usia wanita

Definisi Operasional

Parameter

Alat
ukur

Skala

Kode

Umur wanita dalam
tahun
berdasarkan
catatan di kartu
rekam medik.

Umur wanita :
- 15 - 25 tahun
- 26 - 35 tahun
- 36 - 45 tahun
- 46 - 55 tahun
- > 55 tahun

Data
rekam
medik

Ordinal

Umur wanita :
- 15 - 25 tahun =1
- 26 - 35 tahun =2
- 36 - 45 tahun =3
- 46 - 55 tahun =4
- > 55 tahun =5

Paritas

Jumlah anak yang
hidup dilahirkan ibu
berdasarkan catatan
di
kartu
rekam
medik.

Jumlah anak :
- 0 anak
- 1 ± 4 anak
- > 4 anak

Data
rekam
medik

Ordinal

-0 = 1
-1 ± 4 = 2
-> 4 = 3

Pendidikan

Pendidikan / sekolah
yang ditempuh oleh
ibu
selama
ini
berdasarkan catatan
di
kartu
rekam
medik.

-Pendidikan
Dasar(SD,
SMP)sederajat.
-Menengah
(SMA)sederajat
-Tinggi (PT,
Akademik)
sederajat

Data
rekam
medik

Ordinal

- Dasar = 1
- Menegah = 2
- Tinggi = 3

Pekerjaan

Aktifitas
yang
dijalani ibu seharihari baik dalam
rumah ataupun di
luar
rumah
berdasarkan catatan
rekam medik

- Tidak bekerja Data
(IRT)
rekam
- Bekerja (PNS, medik
Swasta,
Wiraswasta,
buruh)

Nominal

-Bekerja = 1
-Tidak bekerja = 2

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar
pengumpulan data meliputi data karakteristik dan kehamilan ektopik yang didapat
melalui catatan rekam medik di RSUD Dr. R Koesma Tuban.
35

4.5 Lokasi dan waktu Penelitian
4. 6. 1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan adalah RSUD Dr. Koesma Tuban.
4. 6. 2 Lokasi waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari ± April 2009.
4.6 Prosedur Penelitian
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang dikumpulkan dalam suatu penelitian
(nursalam, 2003)
Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengumpulkan
data direkam medik berdasarkan jumlah kasus menderita kehamilan ektopik yang
melakukan kunjungan ke RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
4.7 Cara Analisa data
Analisa merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan,
dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti
dalam mengungkapkan fenomena. (Nursalam, 2003)
Data yang terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula
seperti apa yang diinginkan.
2. Coding, adalah memberi kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi
angka.
36

3. Sorting adalah mensortir dengan memilah atau mengelompokkan data sesuai
jenis yang dikehendaki.
4. Entry data adalah memasukkan data dengan cara manual atau melalui
pengolahan.
5. Cleaning adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah dimasukkan
benar-benar bersih dari kesalahan.
6. Mengeluarkan informasi yang diinginkan
7. Pengolahan data
Setelah data terkumpul,

kemudian data tersebut dikelompokkan atau

diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian angka-angka hasil
perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlahkan dan
dikalikan 100% kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk prosentase. Dalam
penelitian ini pengolahan data menggunakan metode diskriptif dengan rumus
proporsi sebagai berikut :

P!

§ x x100%
§ max

Keterangan :
P

= Proporsi

™x

= Banyaknya subyek dalam kelompok

™max = Banyaknya subyek seluruhnya
37

4.8 Etika Penelitian
1. Tanpa nama (Anominity)
Nama dari subjek tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data,
untuk mengetahui keikutsertaan peneliti cukup dengan menuliskan nomor kode
pada masing-masing lembar pengumpulan data.
2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikempulkan dari subjek dijamin
kerahasiaan oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan
atau dilaporkan pada hasil riset.
38

BAB 5
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dimana pengumpulan
data dilaksanakan pada bulan juli 2008 di RSUD Dr. R Koesma Tuban sebanyak
75 responden. Hasil Penelitian ini meliputi data umum dan hasil penelitian.
5. 1 Data Umum
5.1.1

Kejadian Kistoma ovarii
Tabel 5. 1 Distribusi kejadian kistoma ovarii di RSUD Dr.
Tahun 2007

No
1
2

Kejadian Kistoma ovarii
Kistoma ovarii
Tidak kistoma ovarii
Total

frekuensi
75
104
179

Koesma Tuban

%
41, 89
58, 11
100

Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 1 dijelaskan bahwa dari 179 sebanyak 75 orang (41,
89%) sebagai kelompok terpapar kistoma ovarii.
5.1.2 Data Usia
Tabel 5. 2 Distribusi usia Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban
Tahun 2007.

No
1
2
3
4
5

Usia
15 ± 25 tahun
26 ± 35 tahun
36 ± 45 tahun
46 ± 55 tahun
>55 tahun

Frekuensi
12
8
19
34
2

Prosentase (%)
16, 00%
10, 67%
25, 33%
45, 33%
2, 66%
39

JUMLAH
Sumber :

75

100, 00

Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 2 dapat diketahui bahwa mayoritas karakteristik usia
penderita kistoma ovarii adalah 46 ± 55 tahun sebanyak 34 orang (45, 33
%).

5. 1. 3 Data Paritas
Tabel 5. 3 Distribusi Paritas Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma
Tuban Tahun 2007

No
1 0
2 1-4
3 >4

Paritas

JUMLAH

Frekuensi
40
34
1
75

Prosentase (%)
53, 33 %
45, 33 %
1, 33 %
100, 00

Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 3 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas
Paritas Penderita Kistoma Ovarii adalah 0 (tidak mempunyai anak)
sebanyak 40 orang (53, 33%).
5. 1. 4 Data Pendidikan
Tabel 5. 4 Distribusi Pendidikan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. Koesma Tuban Tahun 2007

No
Pendidikan
1 Pendidikan Dasar
(SD, SMP)
2 Pendidkan Menengah
(SMA)
3 Pendidikan Tinggi
(Akademik, Sarjana)
JUMLAH

Frekuensi
59

Prosentase (%)
78, 66%

15

20, 00%

1

1, 33%

75

100, 00

Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 4 dapat memberikan gambaran bahwa

tingkat

pendidikan mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah
pendidikan dasar sebanyak 59 orang (78, 66%).
40

5. 1. 5 Data Pekerjaan
Tabel 5. 5 Distribusi Pekerjaan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. Koesma Tuban Tahun 2007

No
Pekerjaan
1 Bekerja
(PNS,
swasta,
Wiraswasta,
2 Tani)
Tidak bekerja (IRT)
JUMLAH

Frekwensi
38

Prosentase (%)
50, 66%

37

49, 33%

75

100, 00

Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5. 5 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas
penderita kistoma ovarii adalah bekerja dengan jumlah 38 orang (50,
66%).
41

BAB 6
PEMBAHASAN

berdasarkan hasil penelitian, maka sesuai dengan tujuan penelitian yang
telah ditetapkan pada bab ini akan dibahas :

6.1 Identifikasi Kejadian Kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban.
Berdasarkan tabel 5. 1 dijelaskan bahwa dari 179 responden sebanyak 75
orang responden (41, 89%) sebagai kelompok terpapar kistoma ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban.
Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam
tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik.
Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak
pernah menyebar di luar ovarium.

Tipe lainnya adalah maligna atau ganas

(cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Akibat pertumbuhan kistoma ovarii ini biasanya terdapat tumor di dalam
perut bagian bawah yang bisa menyebabkan bejolan perut yang dapat menekan
terhadap alat-alat disekitarnya dan disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut.
42

Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal
disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal
yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih. Makanya, sangat jarang ditemukan pada anak-anak usia pubertas,
bahkan nyaris tidak pernah.

Anak usia ini,

kan,

belum ada rangsangan

estrogennya. ( Sugi, 2002).
"Sekarang, semua penyakit memang diarahkan ke faktor genetik sebagai
30
penyebab. Kanker payudara misalnya, sudah diketahui gen-nya. Kalau si ibu
kena kanker payudara, anaknya harus siap -siap. Tapi mioma,

kista, dan

endometriosis ini belum, " terang Sugi dalam salah satu artikelnya. (Sugi, 2002).
Di RSUD dr R. KOESMA kabupaten Tuban pada akhir tahun 2006 terdapat
59 kasus Kistoma ovarii. Frekuensi pada tahun 2007 naik sebesar 11, 9% menjadi
75 kasus kistoma ovarii. Dari data ± data di atas dapat diketahui bahwa kejadian
kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban Tahun 2007 yaitu 75 kasus
sedangkan yang tidak terpapar kistoma ovarii 104 kasus.
Dalam hal keluhan kistoma ovari ini jika sudah sangat mengganggu dan
nyeri,

biasanya ilmu kedokteran akan memberikan obat hormon untuk

menghentikan haid, dan pada tahap selanjutnya pengangkatan indung telur, atau
rahim akan menjadi saran yg diberikan pada penderita kistoma ovari.
Bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu serta cara
menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat menangani.
43

6. 2

Identifikasi Usia Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr.

R.

Koesma
Tuban
Berdasarkan tabel 5. 1 dapat diketahui bahwa mayoritas karakteristik usia
responden adalah 46 ± 55 tahun sebanyak 34 orang responden (45, 33 %).
Usia adalah waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan).

Usia sangat

mempengaruhi dalam menentukan tingkat kedewasaan seseorang dan
kebijakan dalam mengambil keputusan (Depdikbud, 1999 : 989). Semakin
cukup usia kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir
dan bekerja.
Kista Neoplasia merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang
kistadenoma ovari musinosum 40% dari seluruh kelompok neoplasma
ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27% ;
sedangkan Gunawan (1977) menemukan 29, 9% ; Sapardan (1970) 37, 2% ;
dan Djaswadi 15, 1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia
antara 20 ± 50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas. Kira-kira 60
% terdapat pada usia peri-menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10
% pada usia yang jauh lebih muda. (Prawirohardjo, 1999 : 400).
Klimakterium dimulai dari akhir fase rproduksi sampai awal fase senium.
Periode ini berlangsung beberapa tahun antara usia 40 sampai 65 tahun.
Masa

klimakterium

meliputi

masa

pramenopause,

menopause,

pascamenopause, dan ooforepause. Pada umumnya menopause terjadi antara
45 ± 50 tahun.
Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan
pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.
44

Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya < 18 hari.
Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH,
dan estrogen sangat bervariasi.

Pada umumnya wanita telah mengalami

berbagai jenis keluhan klimakterik. Bila pada usia perimenopause ditemukan
kadar FSH dan estradiol yang bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah
memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi
(>40 mlU/ml).
Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular
dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
dapat distimulasi oleh gonadotropin,

Kista tersebut

termasuk FSH dan HCG.

Kista

fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau
sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.

Makanya, sangat jarang

ditemukan pada anak-anak usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak
usia ini, kan, belum ada rangsangan estrogennya. ( Sugi, 2002).
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium
yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen
disertai keluhan±keluhan: Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan
dalam rongga abdomen (ascites),

Gangguan sistem gastrointestinal;

konstipasi, mual, rasa penuh, Menstruasi tidak teratur, Keluarnya cairan
abnormal pervaginam (vaginal discharge), Nyeri saat berhubungan seksual.
Dari pernyataan di atas ada kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian
yang dilakukan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban tentang usia, dimana
penderita kistoma ovarii mayoritas berusia 46 ± 55 termasuk dalam masa
45

klimakterium atau perimenopause dan diharapkan melakukan pemeriksaan
penunjang untuk menegakan diagnosis.

Semakin dini tumor ovarium

ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik.
Faktor biologis yang menyebabkan kistoma ovarii tetap belum diketahui.
Beberapa faktor (hormonal, kesehatan lingkungan, dan variabel genetik)
diduga juga mempengaruhinya,

walaupun sebenarnya setiap wanita

mempunyai resiko untuk terkena penyakit ini.
Diharapkan bagi wanita berusia 20 ± 50 tahun hendaknya rutin
memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat
diberikan penanganan cepat dan tepat.

6. 3 Identifikasi Paritas Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R.
Koesma Tuban
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5. 2 dapat memberikan gambaran
bahwa mayoritas Paritas Penderita Kistoma Ovarii adalah 0 (tidak
mempunyai anak) sebanyak 40 responden (53, 33%).
Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang
dimiliki (Ahmad, 1996 : 256). Paritas adalah riwayat kehamilan dan buah
kehamilan yang dilahirkan hidup (Manuaba, 1999 : 9). Kistoma ovarii lebih
sering ditemukan pada wanita nulipara. Terbanyak pada penderita nullipara
sebanyak 16 kasus (43, 24%). pada penderita dengan paritas 1 (primipara)
sebanyak 6 kasus (16, 22%) dan pada penderita dengan paritas 2-5
(multipara) sebanyak 5 kasus (13, 52%) (Silvia Wilson, 2008).
46

Menurut Winkjosastro (1999) kista lebih sering didapati pada wanita
nulipara atau yang kurang subur : pendapat senada juga di ungkapkan oleh
Ridwan Amiruddin (2006) yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita
kista adalah wanita nulipara dan atau wanita yang kesuburannya rendah.
Menurut penelitian beberapa ahli bahwa salah satu dugaan penyebab kista
adalah faktor hormonal yaitu rangsangan estrogen yang salah satu fungsinya
adalah untuk mengatur haid pada wanita (Sastrawinata, 1983). Jika estrogen
terganggu fungsinya maka siklus haid pada wanita juga terganggu dan
terdapat

kemungkinan

kesuburan

juga

terganggu

sehingga

dapat

memepengaruhi jumlah paritas yang dimiliki oleh seorang wanita yang
menderita kista.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti di RSUD
Dr. Koesma Tuban. Didapati pula bahwa sebagian besar penderita kista
adalah wanita dengan paritas ƾ 1 maka dari sini di dapat Sejarah Menstruasi
/sejarah kehamilan/kesuburan banyak ahli percaya bahwa ada hubungan
antara usia siklus menstruasi wanita dengan kanker ovarium. Bahwa resiko
kanker ovarium meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum
usia 12 tahun dan atau wanita yang mengalami menopause setelah usia 50
tahun.

Nullipariti (tidak dapat melahirkan anak yang dapat hidup) juga

merupakan resiko berkembangnya kanker ovarium, juga pada mereka yang
baru memiliki anak pada usia setelah 30 tahun. Dengan kata lain wanita yang
tidak pernah melahirkan memiliki resiko kanker ovarium lebih tinggi
dibanding yang pernah. Kehamilan yang berulang dapat memicu adanya efek
protektif.

Sama halnya dengan wanita yang mengkonsumsi atau pernah
47

mengkonsumsi pil KB akan mengurangi resiko kanker ovarium sekitar 40%50%.

Sehingga timbul pemikiran bahwa efek protektif pada kehamilan,

penggunaan pil KB, dan pemberian asi dapat menekan ovulasi, dan dengan
makin sedikitnya siklus ovulasi maka yang dialami wanita,

maka akan

memperkecil pula resiko terhadap kanker ovarium.
Pada penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan penelitian pada faktor
Lain misalnya faktor hormonal terhadap kejadian kistoma ovarii.

6. 4 Identifikasi Pendidikan Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R.
Koesma Tuban
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5. 3 dapat memberikan gambaran
bahwa tingkat pendidikan mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii
adalah pendidikan dasar sebanyak 59 orang responden (78, 66%).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu
(Suwarno, 1992, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya,

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat,
dikutip oleh Nursalam dan Pariani,

2001).

1997,

Faktor pendidikan

mempengaruhi usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi
karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan semakin sempit
48

informasi yang diperoleh wanita tentang kesehatan reproduksinya salah
satunya tentang kistoma ovarii.
Menurut Lourense Green (1980 ) menyatakan bahwa perilaku
seseorang atau tentang kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat (Notoatmodjo, 1996).
Sedangkan teori yang kemukakan oleh Notoatmodjo,

(2002) bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula
pengetahuan yang di miliki.

Teori ini didukung

oleh pendapat

Kuncoroningrat (1997) yang di kuitip Nursalam Pariani (2001 : 133) yaitu
semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin tinggi pul;a
tingkat pengetahuan yang di miliki.
Dari pernyataan diatas ada kesesuaian antara teori dengan hasil
penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.
pendidikan,

R Koesma Tuban tentang

dimana penderita kistoma ovarii yang berpendidikan SD,

SMP sangat sulit untuk menerima informasi kesehatan dalam hal iini
kistoma ovarii bila dibandingkan berpendidikan SMA ataupun perguruan
tinggi.
Maka diharapkan pada wanita ± wanita berpendidikan rendah
dianjurkan untuk banyak membaca buku yang berkaitan dengan kistoma
ovarii.

Karena mayoritas penderita kistoma ovarii dari kalangan

pendidikan rendah menyebabkan wanita segan untuk memeriksakan diri
maka sebaiknya petugas kesehatan sebaiknya memberikan penyuluhan
tentang kistoma ovarii.
49

6. 5 Identifikasi Pekerjaan Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R.
Koesma Tuban
Berdasarkan tabel 5. 4 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas
responden adalah responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50, 66%).
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan, tugas, kewajiban, hasil bekerja
sebagai mata pencaharian atau suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk
menunjang kehidupan keluarga, tetapi lebih banyak diartikan sebagai cara
mencari nafkah. (Depdikbud, 1990).
Karakteristis pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, ststus
sosial ekonomi, resiko cidera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok
populasi. Penyakit, kondisi, atau gangguan tertentu dapat terjadi dalam
suatu pekerjaan. (Timmreck, 2004:306).
Bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu
dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan dan dianggap penting dan
cenderung mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat atau pengalaman
antar teman dalam tempat kerja. (Notoatmojdo, 1993).
Dari pernyataan diatas hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. R
Koesma Tuban tentang responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50,
66%) yang mayoritas wanitanya bekerja sebagai tani atau buruh tani,
pekerjaan menghabiskan banyak waktu dan tenaga.
Dimana seseorang yang bekerja sebagai tani atau buruh tani kebanyakan
berpendidikan rendah atau kurang sehingga penderita kistoma ovarii yang
berpendidikan SD, SMP sangat sulit untuk menerima informasi kesehatan
50

dalam hal iini kistoma ovarii bila dibandingkan berpendidikan SMA ataupun
perguruan tinggi.
Diakui sejak krisis ekonomi (1997) jumlah penduduk miskin Indonesia
meningkat.

Dampak kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai

penyakit pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil,
ibu menyusui, bayi, balita dan wanita lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi
di Indonesia menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan
kurang,

lingkungan buruk mengakibatkan penduduk mudah terserang

berbagai macam penyakit salah satunya kistoma ovarii (Edwin, 2002).

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan di bahas mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian
yang berjudul ³Studi Karakteristik Wanita Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr.
Koesma Tuban´.
51

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
7.1.1 Jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007
sebanyak 75 orang (41, 89 %).
7.1.2 Mayoritas penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun.
7.1.3 Mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ” 1.
7.1.4 Mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar
(SD, SMP / sederajat).
7.1.5 Mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja.

7.2 Saran
7. 2.1 Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii
itu serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau
terlambat menangani.
Dalam hal keluhan kistoma ovari ini jika sudah sangat mengganggu dan
nyeri, biasanya ilmu kedokteran akan memberikan obat hormon untuk
menghentikan haid,

dan pada tahap selanjutnya pengangkatan indung

telur, atau rahim akan menjadi saran yg diberikan pada penderita kistoma
39
ovarii.
7. 2.2 Diharapkan bagi wanita berusia 20 ± 50 tahun hendaknya rutin
memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar
dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.
52

7. 2.3 Pada penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan penelitian pada faktor
lain misalnya faktor hormonal terhadap kejadian kistoma ovarii.
7. 2.4 Diharapkan pada wanita ± wanita berpendidikan rendah dianjurkan untuk
banyak membaca buku yang berkaitan dengan kistoma ovarii. Karena
mayoritas penderita kistoma ovarii dari kalangan pendidikan rendah
menyebabkan wanita segan untuk memeriksakan diri maka sebaiknya
petugas kesehatan sebaiknya memberikan penyuluhan tentang kistoma
ovarii.
53

DAFTAR PUSTAKA
Ari . (2008) Karsinoma Ovarium http://www. medicastore. com(berHONcode),
Jumat 09 Mei 2008.
Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta.
Cunningham, Gary. (2006). Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta

(1990).

Kamus Besar Bahasa

Edwin. (2002). Kemiskinan di Indonesia Munculkan Penyakit. http : //www.
gatra. com , Jumat 09 November 2007
Iwan. (2002). Mengenal Kesehatan Reproduksi Wanita. http://www. infosehat.
com Jumat 09 November 2007
Machfoed,
Ircham.
(2005) Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,
Keperawatan, dan Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta.
Manuaba, Ida bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Arcan : Jakarta.
Medlinux. (2007) Kista ovarii Artikel Kedokteran. http : //www. Google. com
Rabu 12 September 2007
Nursalam Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.
Sagungseto: Jakarta
Nursalam.
(2003) Konsep dan Penerapan Metodologi
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Penelitian Ilmu

Notoatmodjo, Soekidjo (2005) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Rineka
Cipta : Jakarta.
Sugi. (2002) Mengenal kista, Mioma dan Endometriosis. http : //www. nova.
com
54

Sugiyono. (2006). Statitiska Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung.
Sutri. (2006). Faktor Lingkungan Manusia. http : //www. infosehat. com
Thomas C, Timmreck. (2004). Epidemologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta:
EGC
Wiknjosastro, Hanifa. (1999). Ilmu Kandungan.
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Lampiran 2
41

Yayasan Bina Pustaka
55

LEMBAR PENGUMPULAN DATA

Nama
No

No RM

Lampiran

(Inisial)

Usia

Paritas

Pendidikan

Pekerjaan
56

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

NAMA

: EMI DWI YULISTYA RATNA WATI

NIM

: 05. 03. 113

JUDUL

: STUDY KARAKTERISTIK WANITA PENDERITA
KISTOMA OVARII DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN.

PEMBIMBING : DWI RUKMA SANTI, SST.

No

Tanggal

Keterangan

TTD Pembimbing

1

17 ± 05 - 2008

Perbaikan BAB 1, 2, 3, 4

1.

2

17 ± 05 - 2008

Perbaikan BAB 1, 2, 3, 4

2.

3

25 ± 08 ± 2008

Konsul BAB 5

3.

4

28 ± 08 ± 2008

Konsul BAB 5, 6

4.

5

29 ± 08 ±2008

Perbaikan BAB 5, 6 Konsul BAB 7

5
57

STUDI KARAKTERISTIK WANITA PENDERITA KISTOMA OVARII
DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN

Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Menyelesaikan Program Diploma III Kebidanan

Oleh :
EMI DWI YULISTYA RATNA WATI
Nim : 05. 03. 113

PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN
AKADEMI KEBIDANAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
JL. DIPONEGORO 17 TUBAN
TAHUN 2008
58

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat,

taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis yang berjudul ³Studi Karakteristik wanita penderita
Kistoma Ovarii di RDUD Dr. R. Koesma Tuban´.
Dalam pembuatan karya tulis ini tidak lepas dari kesulitan serta hambatan,
namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya
karya tulis ini selesai pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. H. Miftahul Munir, SKM, M. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Nahdlatul Ulama Tuban.
2. Dwi Rukma Santi, SST selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran
dan ketekunan dalam meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan,
perhatian, bimbingan, pengarahan serta saran yang terbaik dalam pembuatan
karya tulis ini.
3. Dr. H. Bambang Suhariyanto selaku Direktur RSUD Dr. R Koesma yang
telah member ijin penelitian
4.

Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban

5.

Bapak, Ibu, Kakak, Kakak Ipar, Adik, Keponakan dan Kerabatku atas
segala do¶a dan dukungan yang sangat berarti dalam menempuh
pendidikan AKBID NU Tuban

6. Semua teman-temanku yang telah membantu dalam terselesaikannya
Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi perbaikan isinya.
Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini berguna bagi pembaca
umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

Tuban,

Agustus 2008
59

Penulis,
viii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Emi Dwi Yulistya Ratna wati

NIM

: 05. 03. 113

Tempat, Tgl Lahir : Tuban, 20 juli 1987
Institusi

: AKADEMI KEBIDANAN NAHDATUL ULAMA TUBAN

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul :
³Studi Karakteristik Wanita Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R. Koesma
Tuban´ adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sangsi akademis.

Tuban,

Agustus 2008

Yang Menyatakan

EMI DWI YULISTYA RATNAWATI
NIM. 05. 03. 113

Mengetahui
Pembimbing

DWI RUKMA SANTI, SST
NIK. 45115013
60

RINGKASAN
v
Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi
semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam
tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik.
Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak
pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas
(cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Karakteristik
berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Faktor karakteristik yang
mempengaruhi kejadian kistoma ovarii antara lain faktor usia, faktor paritas,
faktor pendidikan, faktor pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan) wanita penderita
Kistoma Ovarii di RSUD dr. R Koesma Tuban.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif.
Populasinya adalah semua kasus kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban
tahun 2007 yang diperoleh dari mengumpulkan data melalui rekam medic.
Tehnik sampling yang digunakan adalah Total sampling.
Hasil penelitian didapatkan jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD
Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 sebanyak 75 orang (41, 89 %). Mayoritas
penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun Mayoritas penderita
kistoma ovarii memiliki paritas ” 1. Mayoritas pendidikan penderita kistoma
ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat). Mayoritas pekerjaan
penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor
karakteristik wanita penderitta kistoma ovarii mayoritas usia 46-55 tahun,
mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ” 1, mayoritas pendidikan
penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat),
mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja
Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu
serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat
menangani serta diharapkan bagi wanita berusia 20 ± 50 tahun hendaknya rutin
memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat
diberikan penanganan cepat dan tepat.
61

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis : EMI DWI YULISTYA RATNAWATI
judul

: ³Studi Karakteristik wanita penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R. Koesma Tuban´

Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada
tanggal :

Agustus 2008.

Oleh :
Pembimbing

DWI RUKMA SANTI, SST
NIM. 45115013

Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Nahdhatul Ulama Tuban

H. MIFTAHUL MUNIR, SKM, M. Kes
NIK. 140 334 122
62

MOTTO
´A bird in the hand is worth in the bushµ
Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan
mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhan-Mu pada
waktu petang dan pagi (Q. S. Al-Mu¶min : 55).

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri´ (Q. S. AlIsra¶:7).
Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dan (kenikmatan)
duniawi´. (Q. S. Al-Qososh : 77)

Allah adalah cahaya langit dan bumi, Perumpamaan cahaya-Nya adalah
ibarat misykat, dalam misykat itu ada pelita, Pelita itu dalam kaca, Kaca itu
laksana bintang berkilau, dinyalakan dengan pohon yang diberkati, pohon zaitun
yang bukan di timur atau barat, yang minyaknya hampir menyala dengan
sendirinya, walau tiada api menyentuhnya, Cahaya di atas cahaya, Allah
menuntun kepada cahaya-Nya, siapa saja yang Ia kehendaki´.
(Q. S An Nur 25 - 35).
63

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis ini kupersembahkan :
 Ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang telah meridhoi atas semuanya
 Yang terhormat abah dan ibu ku tercinta terima kasih atas do·a dan
dukungannya,kalian adalah semangatku.

 Kakak-Kakak ku tercinta, adik ku,kakak ipar, Keponakan ku,
 Ibu Tien Hariatien,SST.M.Pd. dan Bpk.Ahmad Maftukhin,SST.MPd yang
tidak lelah membimbing dan mengarahkan hingga saya bisa menyelesikan
tugas akhir ini.

 Almamater

ku

AKES

RAJEKWESI

BOJONEGORO

yang

menghantarkanku menjadi ahli madya kebidanan.

 Teman-teman Angkatan 3 yang senyumnya mampu menghidupkan
semangatku.
64

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata
Nama

: EMI DWI YULISTYA RATNAWATI

Tempat, tanggal lahir : Tuban, 20 juli 1987
Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat Rumah

: Jl. Pahlawan Gg. Guo Rejo II no. 785 Tuban

Pendidikan
1. SDN SIDOREJO 1 Tuban lulus tahun 2000
2. SLTP Negeri 6 Tuban lulus tahun 2003
3. SMA PGRI 1 Tuban lulus tahun 2005
4. Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban
65

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................ ................................ ...... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................ ................................ .... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................ ................................ ........ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................ ................................ ............ iv
SURAT PERNYATAAN ................................ ................................ ............... v
HALAMAN MOTTO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... vi
PERSEMBAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... vii
KATA PENGANTAR ................................ ................................ ................... viii
RINGKASAN ................................ ................................ ................................ ix
DAFTAR ISI ................................ ................................ ................................ .. x
DAFTAR TABEL ................................ ................................ ......................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................ ................................ ..................... xiv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ..................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................ ................................ ................. 1
1.2 Rumusan Masalah ................................ ................................ ............ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................ ................................ ............. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................ ................................ ........... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................ ................................ ...
2.1 Konsep Dasar Karakteristik ................................ ................
2.1. 1 Definisi Karakteristik ................................ ..............
2.1. 1. 1 Faktor umur ................................ ..........................
2.1. 1.2 Faktor Paritas ................................ .........................

6
6
6
6
7
66

2.2

2.1. 1. 3 Faktor Pendidikan ................................ ................. 7
2.1. 1. 4 Faktor Sosial Ekonomi (Pekerjaan) ....................... 8
2.1.2 Faktor Hormonal................................ ........................ 8
Konsep Dasar Kistoma Ovarii................................ ............. 9
2.2.1 Definisi Kistoma ovarii ................................ .......... 9
2.2.2 Klasifikasi ................................ ............................... 9
2.2.3 Patofisiologi ................................ ............................ 11
2.2.4 Gejala dan Tanda ................................ ....................... 12
2.2.5 Diagnosa ................................ ................................ .... 13
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang................................ .............. 14
2.2.7 Penanganan ................................ ................................ 15
x
2.2.8 Komplikasi................................ ................................ . 16
2.2.9 Prognosis ................................ ................................ ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL................................ ......................... 18
3.1 Kerangka Konseptual................................ .......................... 18
3.2 Hipotesis ................................ ................................ ............ 19
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ................................ .......................
4.1 Desain Penelitian ................................ ...............................
4.2 Kerangka Kerja................................ ................................ ...
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ................................ .........
4. 3. 1 Populasi ................................ ................................ ..
4.3.2 Sampel ................................ ................................ ....
4.3.3 Sampling ................................ ................................ .
4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi operasional ....................
4.5 Instrumen penelitian ................................ ...........................
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................ ..............
4.7 Prosedur dan Pengumpulan Data ................................ ........
4.8 Analisis Data ................................ ................................ ......
4.9 Etika Penelitan ................................ ................................ ....
4.10 Keterbatasan ................................ ................................ .......

20
20
21
22
22
22
22
24
25
25
25
26
26
26

BAB 5 HASIL PENELITIAN
5. 1 Hasil Penelitian ................................ ................................ ............ 27
BAB 6 PEMBAHASAN
6. 1 Identifikasi kejadiaan Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma
Tuban................................ ................................ .............................. 30
6. 2 Identifikasi Usia Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban ................................ ................................ ..... 31
6. 3 Identifikasi Paritas Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban................................ ................................ ...... 34
6. 4 Identifikasi Pendidikan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban................................ ................................ ...... 35
6. 5 Identifikasi Pekerjaan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD
Dr. R Koesma Tuban................................ ................................ ...... 37
67

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7. 1 Kesimpulan ................................ ................................ ................... 39
7. 2 Saran ................................ ................................ .............................. 39
DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................ .................... 41
LAMPIRAN

xi

Daftar arti lambang, Singkatan dan istilah

Daftar arti lambang
%

= Persen

/

= Per

-

= Sampai



= Kurang



= Lebih

=

= Sama Dengan

(

= Buka Kurung

)

= Tutup Kurung

§

= Jumlah

Daftar Singkatan
FSH

= Follicle Stimulating Hormone

HCG = Human Chorionic Gonadotropin
LH

= Luteinizing Hormone
68

RM

= Rekam Medik

RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah

xvi
69

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui Tim Penguji pada Ujian Sidang di Program Dploma III
Kebidanan Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban

Tanggal :

15 September 2008

TIM PENGUJI
Penguji

Ketua

Tanda Tangan

:

Eva Silviana R, SST
NIK. 45115005

Anggota : 1. Miftahul Munir SKM, MKes
NIK. 140 334 122

2. Supartini, SKM
NIK. 45115001

Mengetahui
Program Diploma III Kebidanan
Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban
Direktur

MIFTAHUL MUNIR, SKM, M Kes
NIP. 140 334 122
70

Contenu connexe

Tendances

Kohort pada ibu bersalin
Kohort pada ibu bersalinKohort pada ibu bersalin
Kohort pada ibu bersalinIrma Delima
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifaspjj_kemenkes
 
Contoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normalContoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normalWarnet Raha
 
Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scheri damanik
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1AjEn9
 
Analisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAP
Analisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAPAnalisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAP
Analisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAPpjj_kemenkes
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksipjj_kemenkes
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
Retensio plasenta
Retensio plasentaRetensio plasenta
Retensio plasentaannisalh
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAndra Dewi Hapsari
 
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S”  G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S”  G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...MJM Networks
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)Fahruddin Nerazzurri
 

Tendances (20)

ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSIASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
 
Kohort pada ibu bersalin
Kohort pada ibu bersalinKohort pada ibu bersalin
Kohort pada ibu bersalin
 
Kegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa NifasKegawatdaruratan Masa Nifas
Kegawatdaruratan Masa Nifas
 
Makalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidananMakalah manajemen kebidanan
Makalah manajemen kebidanan
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
Contoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normalContoh askeb persalinan normal
Contoh askeb persalinan normal
 
Askeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan scAskeb nifas dengan sc
Askeb nifas dengan sc
 
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBINASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
 
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1Soap imunisasi BCG dan Polio 1
Soap imunisasi BCG dan Polio 1
 
Analisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAP
Analisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAPAnalisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAP
Analisa Data, Planning (Implementasi, Evaluasi) dan Dokumentasi SOAP
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
Leaflet Kespro.pdf
Leaflet Kespro.pdfLeaflet Kespro.pdf
Leaflet Kespro.pdf
 
Retensio plasenta
Retensio plasentaRetensio plasenta
Retensio plasenta
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 
Kelompok seminar askeb inc fisiologi
Kelompok seminar askeb inc fisiologiKelompok seminar askeb inc fisiologi
Kelompok seminar askeb inc fisiologi
 
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S”  G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S”  G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY “S” G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 33 ...
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal (anik)
 
Sap perawatan bbl
Sap perawatan bblSap perawatan bbl
Sap perawatan bbl
 

En vedette

Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2
Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2
Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2maia_ahmad
 
Hubungan audit operasional dan pengelolaan
Hubungan audit operasional dan pengelolaanHubungan audit operasional dan pengelolaan
Hubungan audit operasional dan pengelolaanyogieardhensa
 
materi baru
materi barumateri baru
materi baruRe Mo
 
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-hDentimaressa
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...Warnet Raha
 
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...Bli De Bean
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknWarnet Raha
 
184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...
184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...
184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...Operator Warnet Vast Raha
 
SIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda Anggoro
SIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda AnggoroSIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda Anggoro
SIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda AnggoroUlan Anggoro
 
Variabel dalam penelitian
Variabel dalam penelitianVariabel dalam penelitian
Variabel dalam penelitianMTR
 
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...Fort Manhaj (Edwansyah Gumayenda)
 

En vedette (20)

Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2
Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2
Variable penelitian-dan-definisi-operasional-variable2
 
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
116428671 karya-tulis-ilmiah-andeska
 
35820427 karya-tulis-ilmiah
35820427 karya-tulis-ilmiah35820427 karya-tulis-ilmiah
35820427 karya-tulis-ilmiah
 
154685121 karya-tulis-ilmiah
154685121 karya-tulis-ilmiah154685121 karya-tulis-ilmiah
154685121 karya-tulis-ilmiah
 
Hubungan audit operasional dan pengelolaan
Hubungan audit operasional dan pengelolaanHubungan audit operasional dan pengelolaan
Hubungan audit operasional dan pengelolaan
 
Karya tulis arvina
Karya tulis arvinaKarya tulis arvina
Karya tulis arvina
 
120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti120040696 kti-murni-novianti
120040696 kti-murni-novianti
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
materi baru
materi barumateri baru
materi baru
 
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASANGAN USIA SUBURYANG TIDAK MENGIKUTI PROGRAM KE...
 
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trime...
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...
184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...
184472913 “faktor-faktor-yang-mempengaruhi-penyembuhan-luka-pada-pasien-post-...
 
SIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda Anggoro
SIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda AnggoroSIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda Anggoro
SIstem Informasi Pemesanan Barang - Wulanda Anggoro
 
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadianHubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
Hubungan umur dan paritas ibu dengan kejadian
 
Variabel dalam penelitian
Variabel dalam penelitianVariabel dalam penelitian
Variabel dalam penelitian
 
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Bank Su...
 
134255002 kti-kebidanan
134255002 kti-kebidanan134255002 kti-kebidanan
134255002 kti-kebidanan
 

Similaire à 65772511 proposal-farid (20)

Belibis a17 gambaran_ket
Belibis a17 gambaran_ketBelibis a17 gambaran_ket
Belibis a17 gambaran_ket
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Teknologi Reproduksi Berbantu
Teknologi Reproduksi BerbantuTeknologi Reproduksi Berbantu
Teknologi Reproduksi Berbantu
 
PPT KET
PPT KETPPT KET
PPT KET
 
Kesehatan
KesehatanKesehatan
Kesehatan
 
PLASENTA PREVIA 2.docx
PLASENTA PREVIA 2.docxPLASENTA PREVIA 2.docx
PLASENTA PREVIA 2.docx
 
35 kti
35 kti35 kti
35 kti
 
Analisis tentang paritas
Analisis tentang paritasAnalisis tentang paritas
Analisis tentang paritas
 
Word lapsus ket
Word lapsus ketWord lapsus ket
Word lapsus ket
 
Komplikasi persalinan
Komplikasi persalinanKomplikasi persalinan
Komplikasi persalinan
 
74 136-1-sm
74 136-1-sm74 136-1-sm
74 136-1-sm
 
Meningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset Laktasi
Meningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset LaktasiMeningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset Laktasi
Meningkatkan Frekuensi Menyusui Mempercepat Onset Laktasi
 
KTI
KTIKTI
KTI
 
Kehamilan by eka_P
Kehamilan by eka_PKehamilan by eka_P
Kehamilan by eka_P
 
Kehamilan by Eka_P
Kehamilan by Eka_PKehamilan by Eka_P
Kehamilan by Eka_P
 
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN DISTOSIA BAHU WS CME 2015.pdf
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN DISTOSIA BAHU WS CME 2015.pdfASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN DISTOSIA BAHU WS CME 2015.pdf
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DAN DISTOSIA BAHU WS CME 2015.pdf
 
139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur
 
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post maturAsuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir post matur
 
173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama173719164 refrat-kala-ii-lama
173719164 refrat-kala-ii-lama
 
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahirHubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
Hubungan asfiksia dengan bayi baru lahir
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

65772511 proposal-farid

  • 1. PROPOSAL STUDI KARAKTERISTIK PENDERITA KEHAMILAN EKTOPIK (UMUR, PARITAS, PENDIDIKAN, PEKERJAAN) DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN 2005 - 2008 Oleh : YAYIK IKE LUSGIANTI Nim : 06. 04. 205 PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN AKADEMI KEBIDANAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN JL. DIPONEGORO 17 TUBAN TAHUN 2009
  • 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan yang disebut kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi dituba (90%). Terutama diampula tuba dan isthmus sangat jarang terjadi diovarium, rongga abdomen, maupun uterus keadaan yang me- mungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah peyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device) riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan abortus. (Prawirahardjo , 2005) Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi ditempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan pasif, intertilitas dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. (Arifin 2003) Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada usia lebih dari 30 tahun. adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan keadaan gawat pada reproduksi yang sangat berbahaya.Di rumah sakit Dr, Cipto Mangunkusumo pada tahun 1987 terdapat 153 kehamilan ektopik 1
  • 3. 2 diantara 4.007 persalinan atau 1 diantara 26 persalinan.dalam kepustakaan kehamilan ektopik dilaporkan antara 1 : 28 sampai 1 : 329 tiap kehamilan. Dari penilitian RSUP manado 2001 dari 67 penyakit kehamilan ektopik terbanyak usia 25-29 tahun 23 kasus (34,33 %) paritas 2-31 kasus (46,27%), Tingkat pendidikan SMA 21 kasus (83,58 %). (Arifin 2003 ) Dari hasil penelitian diperoleh 7498 Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2003-2005 jumlah kebidanan termasuk 133 diantaranya adalah kehamilan ektopik terganggu (1,77%), Penderita kehamilan ektopik terganggu yang terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita 1 sebanyak (35,34%). Lokasi kehamilan ektopik terganggu terbanyak a dalah pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal (1,5%). (Arifin 2003 ) Berdasarkan survei awal diRSUD Dr koesma tuban pada akhir tahun 2005 sebanyak 11 (15,2 % ) penyakit kehamilan ektopik frekuensi pada tahun 2006 naik menjadi 17 (23,6 % ) penyakit kehamilan ektopik frekwensi pada tahun 2007 naik menjadi 18 (25 % ) penyakit kehamilan ektopik dan frekwensi pada tahun 2008 naik menjadi 25 (34,7 % ) penyakit kehamilan ektopik.untuk mencapai prognosa yang baik bagi penderita, tindakan laparotomi untuk kehamilan ektopik dini yang berlokasi diovarium bila dimungkinkan dirawat, bila tidak ada perbaikan maka dilakukan tindakan sistektomi/oovorektomi sedangkan kehamilan ektopik terganggu diservik uteri yang sering mengakibatkan perdarahan dilakukan histeroktomi. Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. tiap kehamilan dimulai dengan
  • 4. 3 pembuahan telur dibagian ampulla tuba dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih dituba atau nidasinya tuba dipermudah.(prawiroharjo 2005) Penangganan terhadap kehamilan ektopik terganggu harus segera dioperasi untuk menyelamatkan penderita dari bahaya terjadinya gangguan kehamilan tersebut. operasi yang dilakukan ialah Salpingektomi yakni penanganan tuba yang mengandung kehamilan. pada abortus tuba walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita sebaiknya juga tidak dilakukan operasi. Kekukarangan dari terapi konservatif (non operatif)yaitu walaupun darah berkumpul dirongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi(pengeluaran melalui vagina dari darah dikavum douglas). (Prawirahardjo 2005) Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang karateristik (usia, paritas, pendidikan pekerjaan ibu dengan kehamilan ektopik ) di RSUD Dr. R koesma tuban. 1.2 Identifikasi masalah Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan yang disebut kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. Dari survey yang didapat dari rumah sakit Dr.R kusma tuban Kehamilan ektopik meningkat dari tahun ketahun dan sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 - 40 tahun dengan umur rata ± rata 30 tahun di indonesia kehamilan ektopik sering dijumpai pada usia muda karna
  • 5. 4 pernikahan diusia mada dinegara berkembang kehamilan ektopik sering ditemukan pada multigravida tapi di indonesia sering dijumpai pada multipara. 1. 3 Rumusan Masalah Bagaimana Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan) pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban ? 1. 4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan) pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1 Mengidentifikasi kejadian kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban. 1.4.2.2 Mengidentifikasi faktor Usia, pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban. 1.4.2.3 Mengidentifikasi paritas pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban. 1.4.2.4 Mengidentifikasi pendidikan pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban. 1.4.2.5 Mengidentifikasi pekerjaan pada penderita kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban. 1. 5 Manfaat Penelitian
  • 6. 5 1. 5. 1 Bagi Peneliti Menerapkan teori dan konsep yang diperoleh di bangku perkuliahan terutama pelajaran metode penelitian dan statistik, serta di harapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi peneliti tentang studi karastristik (usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan) dengan penderita kehamilan ektopik.Dapat dijadikan gambaran untuk penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang lebih luas. 1. 5. 2 Bagi Masyarakat Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang kejadiaan kehamilan ektopik 1. 5. 3 Bagi Institusi Sebagai referensi sehingga dapat digunakan dalam rangka pengembangan, dan peningkatan taraf pendidikan dan pengetahuan guna mencapai keberhasilan pendidikan. 1. 5. 5 Bagi Profesi Sebagai tambahan pengetahuan pelayanan kepada masyarakat. bagi profesi untuk meningkatkan
  • 7. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Karakteristik 2.1. 1 Definisi Karakteristik Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sedangkan karaktristik adalah sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. (Depdikbud, 1990 : 389) 2.1. 1. 1 Faktor Usia Umur adalah umur individu yang terhitung mulai dari saat dilahirkan sampai saat berulang tahun (nursalam 2003) dan Usia reproduksi pada wanita dimulai sekitar usia 11 ± 15 tahun yang ditandai dengan datangnya menstruasi atau haid. Hal ini menandakan mulai berfungsinya organ ± organ reproduksi wanita (Hurlock, 1990 : 185). Seiring dengan dimulainya usia reproduksi maka mulai adanya berbagai masalah yang berhubungan dengan kesehatan alat reproduksi salah satunya yaitu Kehamilan ektopik (Manuaba, 1999 : 5) Menurut penelitian Di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru frekuensi terbanyak pada usia 30-34 tahun (40, 60%) & umur 25- 29 tahun (34, 33 %). (Arifin 2003 ) 6
  • 8. 7 2.1. 1.2 Faktor Paritas Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dimiliki oleh ibu mulai dari anak pertama sampai terakhir (Ahmad, 1996 : 256) Paritas dibagi menjadi : 1. Nulipara : wanita yang belum pernah melahirkan anak. 2. Primipara : wanita yang telah melahirkan seorang anak. 3. Multipara : wanita yang telah melahirkan lebih dari 1 anak. 4. Grande multi : wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih Dari penelitian Di RSUD Arifin Achmad pekanbaru 2003-2005 kehamilan ektopik menurut paritas sebanyak (35, 34 %). (http / karateristik KET). 2.1. 1. 3 Faktor Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, 2001). 1997, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, Faktor pendidikan mempengaruhi usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan semakin sempit informasi yang diperoleh wanita tentang kesehatan reproduksinya salah satunya tentang kehamilan ektopik. Bila pendidikan rendah maka lapangan pekerjaan bagi wanita yang rendah yang menyebabkan status sosial ekonomi rendah (Manuaba, 1999 : 9).
  • 9. 8 2.1. 1. 4 Faktor Sosial Ekonomi (Pekejaan) Bila pendidikan rendah maka lapangan pekerjaan bagi wanita rendah yang menyebabkan status sosial ekonomi keluarga rendah. Keadaan sosial ekonomi keluarga yang buruk merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai penyakit. Hal ini karena rendahnya pemenuhan gizi yang baik. (Manuaba, 1999 : 9) Diakui sejak krisis ekonomi (1997) jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat. Dampak kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai penyakit pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita dan wanita lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan buruk mengakibatkan penduduk mudah terserang berbagai macam penyakit salah satunya kehamilan ektopik. (Edwin, 2002) 2.2 Kehamilan Ektopik Terganggu 2.2.1 Definisi Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang di buahi berimplantasi dan melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim.Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding tuba. (Prawirohardjo 2005 ) 2.2.2 Etiologi. Etiologi kehamilan ektopik baik yang terganggu maupun yang belum terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak
  • 10. 9 diketahui. tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih dituba ayau nidasinya tuba dipermudah. faktor -faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu. (prawiroharjo 2005) 1. Faktor mekanis Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain: a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii. b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen. c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi. d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi. e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada adneksia. f. Penggunaan IUD
  • 11. 10 2. Faktor fungsional a. perubahan motilitas tuba yang berhubungan dengan faktor hormonal dan defek fase luteal. Dalam hal ini gerakan peristalsis tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri. b. meningkatnya usia akan diiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik tuba. Teknik-teknik reproduktif seperti gamete intrafallopian transfer dan fertilisasi in vitro juga sering menyebabkan implantasi ekstrauterin. Ligasi tuba yang tidak sempurna memungkinkan sperma untuk melewati bagian tuba yang sempit, namun ovum yang telah dibuahi sering kali tidak dapat melewati bagian tersebut c. Alat kontrasepsi dalam rahim selama ini dianggap sebagai penyebab kehamilan ektopik. Namun ternyata hanya AKDR yang mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik. AKDR tanpa progesteron tidak meningkatkan risiko kehamilan ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR, besar kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik. 2.2.3 Klasifikasi Sarwono Prawirohardjo dan Cuningham masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain : 1. Tuba Fallopii a) Pars-interstisialis b) Isthmus c) Ampula d) Infundibulum
  • 12. 11 e) Fimbrae 2. Uterus a) Kanalis servikalis b) Divertikulum c) Kornu d) Tanduk rudimenter 3. Ovarium 4. Intraligamenter 5. Abdominal a) Primer b) Sekunder 6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus. 2.2.4 Epidemiologi Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. Pemakaian antibiotik pada penyakit radang panggul dapat meningkatkan kejadian kehamilan ektopik terganggu. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik terganggu, yang banyak terjadi ialah pada daerah tuba (90%). (Arifin 2003 ) Antibiotik dapat mempertahankan terbukanya tuba yang mengalami infeksi tetapi perlengketan menyebabkan pergerakan silia dan peristaltik tub KETa terganggu sehingga menghambat perjalanan ovum yang dibuahi dari ampula ke rahim dan berimplantasi ke tuba. (Arifin 2003 )
  • 13. 12 Penelitian Cunningham Di Amerika Serikat melaporkan bahwa kehamilan etopik terganggu lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam dari pada kulit putih karena prevalensi penyakit peradangan pelvis lebih banyak pada wanita kulit hitam.Frekuensi kehamilan ektopik terganggu yang berulang adala 1-14, 6%. (Arifin 2003 ) Di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia, Pringadi Medan (1979-1981) frekuensi 1:139, dan pada RSUP di RSUPN Cipto Magunkusumo Jakarta (1971-1975) frekuensi 1:24, sedangkan di RSUP. DR. M. Djamil Padang (1997-1999) dilaporkan frekuensi 1:110. (Arifin 2003 ) Kontrasepsi IUD juga dapat mempengaruhi frekuensi kehamilan ektopik terhadap persalinan di rumah sakit. Banyak wanita dalam masa reproduksi tanpa faktor predisposisi untuk kehamilan ektopik membatasi kelahiran dengan kontrasepsi, sehingga jumlah persalinan turun, dan frekuensi kehamilan ektopik terhadap kelahiran secara relatif meningkat. Selain itu IUD dapat mencegah secara efektif kehamilan intrauterin, tetapi tidak mempengaruhi kejadian kehamilan ektopik. (Arifin 2003 ) Dari hasil penelitian diperoleh 7498 Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru 2003-2005 jumlah kebidanan termasuk 133 diantaranya adalah kehamilan ektopik terganggu (1, 77%), Penderita kehamilan ektopik terganggu yang terbanyak terdapat pada umur 30-34 tahun (40, 60%) dengan paritas penderita 1 sebanyak (35, 34%). Lokasi kehamilan ektopik terganggu terbanyak adalah pada daerah ampula tuba (82, 70%) dimana jumlah ibu yang meninggal (1, 5%), khususnya di ampula tuba (78%) dan isthmus (2%). Pada daerah
  • 14. 13 fimbrae (5%), intersisial (2-3%), abdominal (1-2%), ovarium (1%), servikal (0, 5%). (Arifin 2003 ) 2.2.5 Patogenesis Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut dan hasil konsepsi tersebut berkembang. (prawiroharjo 2005 ) perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas. Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan
  • 15. 14 ektopik tersebut akan terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah: 1) Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi. 2) Abortus ke dalam lumen tuba. 3) Ruptur dinding tuba. (Prawiroharjo 2005 ) Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum Douglas dan membentuk hematokel retrouterina. Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu) karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai kehamilan intrauterin biasa. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat fatal karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan. Ruptur baik pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin
  • 16. 15 terekspulsi ke luar lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya kejaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen. (prawiroharjo 2005) 2.2.6 Gambaran Klinik Gambaran klinik dari kehamilan ektopik terganggu tergantung pada lokasinya . Tanda dan gejalanya sangat bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut . Adapun gejala dan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain : (prawiroharjo 2005) a. Keluhan gastrointestinal Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik terganggu adalah nyeri pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening. Semua keluhan te rsebut mempunyai keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan dan taraf perdarahannya di samping keterlambatan diagnosis. b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya dengan menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus kehamilan ektopik sudah atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-kadang tidak terlihat sebelum ruptur terjadinya. c. Amenore Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih.Salah satu sebabnya adalah karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang
  • 17. 16 lazim pada kehamilan ektopik sebagai periode haid yang normal, dengan demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru. d. Spotting atau perdarahan vaginal Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak ditemukan, namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak memadai lagi, mukosa uterus akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut biasanya sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan dapat terputusputus atau terus-menerus. e. Perubahan Uterus Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa ektopik tersebut. Pada kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum terisi darah, uterus dapat mengalami pergeseran hebat.Uterine cast akan dieksresikan oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau 10% pasien. Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan peristiwa ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri. f. Tekanan darah dan denyut nadi Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, atau reaksinya kadang -kadang sama seperti yang terlihat pada tindakan flebotomi untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai bradikardi serta hipotensi. g. Hipovolemi Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk merupakan tanda yang paling sering menunjukkan adanya penurunan volume
  • 18. 17 darah yang cukup banyak. Semua perubahan tersebut mungkin baru terjadi setelah timbul hipovolemi yang serius. h. Suhu tubuh Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan menurun. Suhu yang lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya infeksi. Karena itu panas merupakan gambaran yang penting untuk membedakan antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura dengan salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38oC. i. Masa pelvis Masa pelvis dapat teraba pada 20% pasien. Masa tersebut mempunyai ukuran, konsistensi serta posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5-15 cm, sering teraba lunak dan elastis. Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat teraba keras. Hampir selalu masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus. Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis dalam tindakan palpasi. j. Hematokel pelvik Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan diukuti oleh perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba, kavum peritonium atau keduanya. Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun darah yang terus merembes akan berkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus dengan adanya perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.
  • 19. 18 2.2.7 Diagnosis Diagnosis kehamilan ektopik terganggu tentunya ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. KET harus dipikirkanbila seorang pasien dalam usia reproduktif mengeluhkan nyeri perut bawah yang hebat dengan tiba-tiba, disertai keluhan perdarahan per vaginam setelah keterlambatan haid, dan pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda akut: abdomen, kavum Douglas menonjol, nyeri goyang porsio, atau massa di samping uterus. Adanya riwayat penggunaan AKDR, infeksi alat kandungan, penggunaan pil kontrasepsi progesteron dan riwayat operasi tuba serta riwayat faktor-faktor risiko lainnya memperkuat dugaan KET. ( Arifin 2003 ) Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan ektopik yang belum mengalami ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat diagnosis . (prawiroharjo 2005) Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik: 1. HCG-ȕ Pengukuran subunit beta dari HCG-ȕ (Human Chorionic Gonadotropin-Beta) merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik. Kadar HCG membantu penegakan diagnosis, meskipun tidak ada konsensus mengenai kadar HCG yang sugestif untuk kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik dapat dibedakan dari kehamilan normal dengan pe meriksaan kadar HCG secara serial. Pada usia gestasi 6-7 minggu,kadar HCG serum
  • 20. 19 meningkat dua kali lipat setiap 48 jam pada kehamilan intrauterin normal. Peningkatan yang subnormal (< 66%) dijumpai pada 85% kehamilan yang nonviable, dan peningkatan sebanyak 20% sangat prediktif untuk kehamilan nonviable. Fenomena ini, bila disertai dengan terdeteksinya kavum uteri yang kosong mengindikasikan adanya kehamilan ektopik. Secara klinis, penegakan diagnosis KET dengan pemantauan kadar HCG serial tidak prakti , karena s dapat mengakibatkan keterlambatan diagnosis. Selain itu peningkatan kadar HCG serum dua kali lipat setiap 48 jam tidak lagi terjadi setelah minggu ke-7 kehamilan.Oleh sebab itu, umumnya yang diperiksakan adalah HCG kualitatif untuk diagnosis cepat kehamilan. 2. Kuldosintesis Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas.Adanya darah yang diisap berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum Douglasi kuldosentesis sudah tidak terlalu sering dilakukan. Meskipun demikian, tindakantersebut masih dilakukan bila tidak ada fasilitas USG atau bila pada pemeriksaan USG kantong gestasi tidak berhasil terdeteksi. 3. Dilatasi dan Kuretase Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus. 4. Laparaskopi Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
  • 21. 20 5. Ultrasonografi Bila pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kantong gestasi dengan denyut jantung janin dengan kavum uteri yang kosong, maka diagnosis pasti dapat ditegakkan.USG transvaginal dapat mendeteksi tubal ring (massa berdiameter 1-3 cm dengan pinggir ekhogenik yang mengelilingi pusat yang hipoekhoik) gambaran tersebut cukup spesifik untuk kehamilan ektopik. USG transvaginal juga memungkinkan evaluasi kavum pelvis dengan lebih baik, termasuk visualisasi cairan di kavum Douglas dan massa pelvis. Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut.Dapat dinilai kavum uteri, kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah kavum Douglas berisi cairan. 6. Tes Oksitosin Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat diraba suatu tumor. 7. Foto Rontgen Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa. Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu. 8. Histerosalpingografi Memberikan gambaran kavum uteri kosong dan lebih besar dari biasa, dengan janin diluar uterus. Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis kehamilan ektopik tergangu sudah dipastikan dengan USG (Ultra Sono Graphy) dan MRI (Magnetic Resonance Imagine).
  • 22. 21 Trias klasik yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen, perdarahan vagina abnormal, dan amenore. 2.2.8 Diagnosis Diferensial Yang perlu dipikirkan sebagai diagnosis diferensial adalah: 1. Infeksi pelvis Gejala yang menyertai infeksi pelvik biasanya timbul waktu haid dan jarang setelah mengenai amenore. Nyeri perut bagian bawah dan tahanan yang dapat diraba pada pemeriksaaan vaginal pada umumnya bilateral. Pada infeksi pelvik perbedaan suhu rektal dan ketiak melebihi 0, 5 0C, selain itu leukositosis lebih tinggi daripada kehamilan ektopik terganggu dan tes kehamilan menunjukkan hasil negatif. 2. Abortus iminens/ Abortus inkomplit Dibandingkan dengan kehamilan ektopik terganggu perdarahan lebih merah sesudah amenore, rasa nyeri yang sering berlokasi di daerah median dan adanya perasaan subjektif penderita yang merasakan rasa tidak enak di perut lebih menunjukkan ke arah abortus imminens atau permulaan abortus incipiens. Pada abortus tidak dapat diraba tahanan di samping atau di belakang uterus, dan gerakan servik uteri tidak menimbulkan rasa nyeri. 3. Tumor/ Kista ovarium Gejala dan tanda kehamilan muda, amenore, dan perdarahan pervaginam biasanya tidak ada. Tumor pada kista ovarium lebih besar dan lebih bulat dibanding kehamilan ektopik terganggu.
  • 23. 22 4. Appendisitis Pada apendisitis tidak ditemukan tumor dan nyeri pada gerakan servik uteri seperti yang ditemukan pada kehamilan ektopik terganggu. Nyeri perut bagian bawah pada apendisitis terletak pada titik McBurney . 2.2.9 Terapi Penatalaksanaan kehamilan ektopik tergantung pada beberapa hal antara lain , lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaankehamilan tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu perlu dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan ektopik terganggu. Ada 3 cara penatalaksanaan kehamilan pada tuba: Penatalaksanaan Ekspektasi Penatalaksanaan ekspektasi didasarkan pada fakta bahwa sekitar 75% pasien HCG. Pada F dengan kehamilan ektopik akan mengalami penurunan kadar HCG yang F penatalaksanaan ekspektasi, kehamilan ektopik dini dengan kadar stabil atau cenderung turun diobservasi ketat. Oleh sebab itu tidak semua pasien dengan kehamilan ektopik dapat menjalani penatalaksanaan seperti ini. Penatalaksanaan ekspektasi dibatasi pada keadaan-keadaan berikut: 1) kehamilan HCG yang menurun, 2) kehamilan tuba, 3) tidak ada F ektopik dengan kadar perdarahan intraabdominal atau ruptur, dan 4) diameter massa ektopik tidak HCG awal harus kurangF melebihi 3.5 cm. Sumber lain menyebutkan bahwa kadar dari 1000 mIU/mL, dan diameter massa ektopik
  • 24. 23 tidak melebihi 3,0 cm. Dikatakan bahwa penatalaksanaan ekspektasi ini efektif pada 47-82% kehamilan tuba. Penatalaksanaan Medis Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki syarat-syarat berikut ini: keadaan hemodinamik yang stabil, bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam rongga abdomen dan kavum Douglas, harus teratur menjalani terapi, harus menggunakan kontrasepsi yang efektif selama 3-4 bulan pascaterapi, tidak memiliki penyakit-penyakit penyerta, sedang tidak menyusui, tidak ada kehamilan intrauterin yang koeksis, memiliki fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal, serta tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate. Berikut ini akan dibahas beberapa metode terminasi kehamilan ektopik secara medis. Methotrexate Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblastik ganas. Pada penyakit trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan terminasi kehamilan tersebut. Seperti halnya dengan penatalaksanaan medis untuk kehamilan ektopik pada umumnya, kandidat-kandidat untuk terapi methotrexate harus stabil secara hemodinamis dengan fungsi ginjal, hepar dan profil darah yang normal. Harus diketahui
  • 25. 24 pula bahwa terapi methotrexate maupun medis secara umum mempunyai angka kegagalan sebesar 5-10%, dan angka kegagalan meningkat pada usia gestasi di atas 6 minggu atau bila massa hasil konsepsi berdiameter lebih dari 4 cm. Pasien harus diinformasikan bahwa bila terjadi kegagalan terapi medis, pengulangan terapi diperlukan, dan pasien harus dipersiapkan untuk kemungkinan menjalani pembedahan. Selain itu, tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu harus selalu diwaspadai. Bila hal tersebut terjadi, pasien harus sesegera mungkin menjalani pembedahan. Senggama dan konsumsi asam folat juga dilarang. Tentunya methotrexate menyebabkan beberapa efek samping yang harus diantisipasi, antara lain gangguan fungsi hepar, stomatitis, gastroenteritis dan depresi sumsum tulang.Beberapa prediktor keberhasilan terapi dengan methotrexate yang HCG, progesteron, aktivitas F disebutkan dalam literatur antara lain kadar jantung janin, ukuran massa hasil konsepsi dan ada/tidaknya cairan bebas dalam rongga peritoneum. Namun disebutkan dalam sumber lain bahwa hanya kadar HCG-lah yang bermakna secara statistik.Untuk memantau keberhasilan terapi,F HCG serial dibutuhkan. Pada hari-hari pertama setelah dimulainya Fpemeriksaan pemberian methotrexate, 65-75% pasien akan mengalami nyeri abdomen yang diakibatkan pemisahan hasil konsepsi dari tempat implantasinya (separation pain), dan hematoma yang meregangkan dinding tuba. Nyeri ini dapat diatasi HCG umumnya tidak terdeteksi lagi dalam 14-21 F dengan analgetik nonsteroidal. hari setelah pemberian methotrexate. Pada hari-hari pertama pula massa hasil konsepsi kan tampak membesar pada pencitraan ultrasonografi akibat edema dan hematoma, sehingga jangan dianggap sebagai kegagalan
  • 26. 25 terapi. setelah terapi HCG masih perlu diawasi setiap minggunya hingga kadarnya diFberhasil, kadar bawah 5 mIU/mL. Methotrexate dapat diberikan dalam dosis tunggal maupun dosis multipel. Dosis tunggal yang diberikan adalah 50 mg/m2 (intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah sebesar 1 mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke-3, 5, dan hari ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke dalam regimen pengobatan dengan dosis 0.1 mg/kg (intramuskular) dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba dibandingkan dengan terapi methotrexate dosis tunggal 9. Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per laparoskopi tepat ke dalam massa hasil konsepsi.Terapi methotrexate dosis tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan ektopik yang belum terganggu. Actinomycin Neary dan Rose melaporkan bahwa pemberian actinomycin intravena selama 5 hari berhasil menterminasi kehamilan ektopik pada p asien-pasien dengan kegagalan terapi methotrexate sebelumnya. Larutan Glukosa Hiperosmolar Injeksi larutan glukosa hiperosmolar per laparoskopi juga merupakan alternatif terapi medis kehamilan tuba yang belum terganggu.Yeko dan kawan-kawan melaporkan keberhasilan injeksi larutan glukosa hiperosmolar dalam menterminasi kehamilan tuba. Namun pada umumnya injeksi methotrexate tetap lebih unggul. Selain itu,angka kegagalan dengan terapi
  • 27. 26 injeksi larutan glukosa tersebut cukup tinggi,sehingga alternatif ini jarang digunakan. Penatalaksanaan Bedah Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien -pasien dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah terganggu.Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan harus dilakukan secepat mungkin. Pada dasarnya ada 2 macam pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu pembedahan konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan radikal di mana salpingektomi dilakukan.Pembedahan konservatif mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di atas dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi pembedahan per laparoskopi. Salpingostomi Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil onsepsi segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun
  • 28. 27 laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu. Sebuah penelitian di Israel membandingkan salpingostomi per laparoskopi dengan injeksi methotrexate per laparoskopi.Durasi pembedahan pada grup salpingostomi lebih lama daripada durasi pembedahan pada grup methotrexate,namun grup salpingostomi menjalani masa rawat inap yang lebih singkat dan insidens aktivitas trofoblastik persisten pada grup ini lebih rendah. Meskipun demikian angka keberhasilan terminasi kehamilan tuba dan angka kehamilan intrauterine setelah kehamilan tuba pada kedua grup tidak berbeda secara bermakna. Salpingotomi Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi. Salpingektomi Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun yang sudah terganggu,dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini: 1) kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu). 2) pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif. 3) terjadi kegagalan sterilisasi. 4) telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya. 5) pasien meminta dilakukan sterilisasi. 6) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi. 7) kehamilan tuba berulang. 8) kehamilan heterotopik. 9) massa gestasi berdiameter lebih
  • 29. 28 dari 5 cm. Reseksi massa hasil konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah sempit. Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi.Arteria tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika dipertahankan.Tuba yang direseksi dipisahkan dari mesosalping. Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi.Dengan menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan. 2.2.10 Prognosis Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril (tidak dapat mempunyai keturunan)
  • 30. 29 setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain. Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai resiko 10% untuk terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang sudah mengalami kehamilan ektopik terganggu sebanyak dua kali terdapat kemungkinan 50% mengalami kehamilan ektopik terganggu berulang. Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas wanita. Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60% kemungkinan wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih 10% mengalami kehamilan ektopik berulang.
  • 31. 30 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3. 1 Kerangka konseptual Kerangka konseptual pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep ± konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian±penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005 : 69). Kerangka Konseptual Faktor yang mempengaruhi Kehamilan ektopik: 1. faktor Karakteristik a. Umur b. paritas c. pendidikan d. pekerjaan Kehamilan ektopik 2. Faktor Mekanis 3. Faktor fungsional Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 3. 1 Kerangka konseptual faktor-faktor karasteristik (usia, paritas, pendidikan, perkerjaan) dengan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor ± faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik antara lain faktor karakteristik dan faktor mekanis faktor fungsional. Faktor karakteristik terdiri dari : usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan. Pada penelitian ini yang diteliti adalah faktor karakteristik yang berhubungan dengan kehamilan ektopik.
  • 32. 18 31 BAB 4 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode keilmuan (Nursalam dan Pariani, 2001). Pada bab ini akan disajikan tentang desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel, besar sampel dan sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, instrumen penelitian, lokasi dan waktu penelitian, prosedur penelitian dan pengumpulan data, analisa data, dan etika penelitian. 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi suatu hasil. (Nursalam, 2003) Dalam penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu jenis metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat suatu gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. (Notoatmodjo. S. 2002). Disini peneliti hanya ingin mengetahui karakteristik (Usia, paritas, pendidikan, pekerjaan) kehamilan ektopik. 31
  • 33. 32 4. 2 Kerangka Kerja Populasi 20 Seluruh Penyakit kehamilan ektopik Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban sejumlah 72 pada tahun 2005-2008 Sampling Sampling jenuh Sampel Penyakit kehamilan ektopik Di RSUDDr. R. Koesma Tuban sejumlah 72 pada tahun 2005-2008 Pengumpulan dan pengambilan data - Data Sekunder - Register Pasien di Rekam Medik RSUD Dr. R. Koesma Tuban Analisis Data - Deskriptif - Penyajian Kesimpulan Gambar 4. 2 Kerangka Kerja Penelitian Studi Karakteristik wanita dengan kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban. 4. 3 Populasi, Sampel dan Sampling 4. 3. 1 Populasi Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2006 : 55)
  • 34. 33 Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Penyakit kehamilan ektopik di RSUD Dr R Koesma Tuban pada tahun 2005-2008 sebesar 72 orang. 4. 3. 2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005 : 79). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua Penyakit kehamilan ektopik di RSUD Dr. R Koesma Tuban pada tahun 2005-2008. 4 3. 3 Sampling Sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. (Nursalam, 2003 : 97) Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah to sampling jenuh. sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. 4. 4 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional 4.4.1 Identifikasi Variabel Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dan variasi nilai itu tampak jika variabel itu didefinisikan secara operasional atau ditentukan tingkatannya. (Arikunto, 2003). Variabel pada penelitian ini adalah karakteristik (usia, Paritas, Pendidikan, Pekerjaan) penderita kehamilan ektopik
  • 35. 34 4. 4. 2 Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003 : 106) Tabel 4. 1 Definisi Operasional Variabel Karakteristik wanita penderita kistoma ovarii : Usia wanita Definisi Operasional Parameter Alat ukur Skala Kode Umur wanita dalam tahun berdasarkan catatan di kartu rekam medik. Umur wanita : - 15 - 25 tahun - 26 - 35 tahun - 36 - 45 tahun - 46 - 55 tahun - > 55 tahun Data rekam medik Ordinal Umur wanita : - 15 - 25 tahun =1 - 26 - 35 tahun =2 - 36 - 45 tahun =3 - 46 - 55 tahun =4 - > 55 tahun =5 Paritas Jumlah anak yang hidup dilahirkan ibu berdasarkan catatan di kartu rekam medik. Jumlah anak : - 0 anak - 1 ± 4 anak - > 4 anak Data rekam medik Ordinal -0 = 1 -1 ± 4 = 2 -> 4 = 3 Pendidikan Pendidikan / sekolah yang ditempuh oleh ibu selama ini berdasarkan catatan di kartu rekam medik. -Pendidikan Dasar(SD, SMP)sederajat. -Menengah (SMA)sederajat -Tinggi (PT, Akademik) sederajat Data rekam medik Ordinal - Dasar = 1 - Menegah = 2 - Tinggi = 3 Pekerjaan Aktifitas yang dijalani ibu seharihari baik dalam rumah ataupun di luar rumah berdasarkan catatan rekam medik - Tidak bekerja Data (IRT) rekam - Bekerja (PNS, medik Swasta, Wiraswasta, buruh) Nominal -Bekerja = 1 -Tidak bekerja = 2 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar pengumpulan data meliputi data karakteristik dan kehamilan ektopik yang didapat melalui catatan rekam medik di RSUD Dr. R Koesma Tuban.
  • 36. 35 4.5 Lokasi dan waktu Penelitian 4. 6. 1 Lokasi penelitian Lokasi penelitian yang digunakan adalah RSUD Dr. Koesma Tuban. 4. 6. 2 Lokasi waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan februari ± April 2009. 4.6 Prosedur Penelitian Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang dikumpulkan dalam suatu penelitian (nursalam, 2003) Prosedur pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data direkam medik berdasarkan jumlah kasus menderita kehamilan ektopik yang melakukan kunjungan ke RSUD Dr. R. Koesma Tuban. 4.7 Cara Analisa data Analisa merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan, dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti dalam mengungkapkan fenomena. (Nursalam, 2003) Data yang terkumpul dilakukan pengolahan data dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing, yaitu memeriksa dan menyesuaikan data dengan rencana semula seperti apa yang diinginkan. 2. Coding, adalah memberi kode pada data dengan merubah kata-kata menjadi angka.
  • 37. 36 3. Sorting adalah mensortir dengan memilah atau mengelompokkan data sesuai jenis yang dikehendaki. 4. Entry data adalah memasukkan data dengan cara manual atau melalui pengolahan. 5. Cleaning adalah proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah dimasukkan benar-benar bersih dari kesalahan. 6. Mengeluarkan informasi yang diinginkan 7. Pengolahan data Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian. Kemudian angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlahkan dan dikalikan 100% kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk prosentase. Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan metode diskriptif dengan rumus proporsi sebagai berikut : P! § x x100% § max Keterangan : P = Proporsi ™x = Banyaknya subyek dalam kelompok ™max = Banyaknya subyek seluruhnya
  • 38. 37 4.8 Etika Penelitian 1. Tanpa nama (Anominity) Nama dari subjek tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data, untuk mengetahui keikutsertaan peneliti cukup dengan menuliskan nomor kode pada masing-masing lembar pengumpulan data. 2. Kerahasiaan (Confidentiality) Kerahasiaan informasi yang telah dikempulkan dari subjek dijamin kerahasiaan oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil riset.
  • 39. 38 BAB 5 HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dimana pengumpulan data dilaksanakan pada bulan juli 2008 di RSUD Dr. R Koesma Tuban sebanyak 75 responden. Hasil Penelitian ini meliputi data umum dan hasil penelitian. 5. 1 Data Umum 5.1.1 Kejadian Kistoma ovarii Tabel 5. 1 Distribusi kejadian kistoma ovarii di RSUD Dr. Tahun 2007 No 1 2 Kejadian Kistoma ovarii Kistoma ovarii Tidak kistoma ovarii Total frekuensi 75 104 179 Koesma Tuban % 41, 89 58, 11 100 Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007 Berdasarkan tabel 5. 1 dijelaskan bahwa dari 179 sebanyak 75 orang (41, 89%) sebagai kelompok terpapar kistoma ovarii. 5.1.2 Data Usia Tabel 5. 2 Distribusi usia Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007. No 1 2 3 4 5 Usia 15 ± 25 tahun 26 ± 35 tahun 36 ± 45 tahun 46 ± 55 tahun >55 tahun Frekuensi 12 8 19 34 2 Prosentase (%) 16, 00% 10, 67% 25, 33% 45, 33% 2, 66%
  • 40. 39 JUMLAH Sumber : 75 100, 00 Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007 Berdasarkan tabel 5. 2 dapat diketahui bahwa mayoritas karakteristik usia penderita kistoma ovarii adalah 46 ± 55 tahun sebanyak 34 orang (45, 33 %). 5. 1. 3 Data Paritas Tabel 5. 3 Distribusi Paritas Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 No 1 0 2 1-4 3 >4 Paritas JUMLAH Frekuensi 40 34 1 75 Prosentase (%) 53, 33 % 45, 33 % 1, 33 % 100, 00 Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007 Berdasarkan tabel 5. 3 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas Paritas Penderita Kistoma Ovarii adalah 0 (tidak mempunyai anak) sebanyak 40 orang (53, 33%). 5. 1. 4 Data Pendidikan Tabel 5. 4 Distribusi Pendidikan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 No Pendidikan 1 Pendidikan Dasar (SD, SMP) 2 Pendidkan Menengah (SMA) 3 Pendidikan Tinggi (Akademik, Sarjana) JUMLAH Frekuensi 59 Prosentase (%) 78, 66% 15 20, 00% 1 1, 33% 75 100, 00 Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007 Berdasarkan tabel 5. 4 dapat memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar sebanyak 59 orang (78, 66%).
  • 41. 40 5. 1. 5 Data Pekerjaan Tabel 5. 5 Distribusi Pekerjaan Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 No Pekerjaan 1 Bekerja (PNS, swasta, Wiraswasta, 2 Tani) Tidak bekerja (IRT) JUMLAH Frekwensi 38 Prosentase (%) 50, 66% 37 49, 33% 75 100, 00 Sumber : Data sekunder register Pasien di RM Tahun 2007 Berdasarkan tabel 5. 5 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas penderita kistoma ovarii adalah bekerja dengan jumlah 38 orang (50, 66%).
  • 42. 41 BAB 6 PEMBAHASAN berdasarkan hasil penelitian, maka sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan pada bab ini akan dibahas : 6.1 Identifikasi Kejadian Kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban. Berdasarkan tabel 5. 1 dijelaskan bahwa dari 179 responden sebanyak 75 orang responden (41, 89%) sebagai kelompok terpapar kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban. Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Akibat pertumbuhan kistoma ovarii ini biasanya terdapat tumor di dalam perut bagian bawah yang bisa menyebabkan bejolan perut yang dapat menekan terhadap alat-alat disekitarnya dan disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut.
  • 43. 42 Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Makanya, sangat jarang ditemukan pada anak-anak usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak usia ini, kan, belum ada rangsangan estrogennya. ( Sugi, 2002). "Sekarang, semua penyakit memang diarahkan ke faktor genetik sebagai 30 penyebab. Kanker payudara misalnya, sudah diketahui gen-nya. Kalau si ibu kena kanker payudara, anaknya harus siap -siap. Tapi mioma, kista, dan endometriosis ini belum, " terang Sugi dalam salah satu artikelnya. (Sugi, 2002). Di RSUD dr R. KOESMA kabupaten Tuban pada akhir tahun 2006 terdapat 59 kasus Kistoma ovarii. Frekuensi pada tahun 2007 naik sebesar 11, 9% menjadi 75 kasus kistoma ovarii. Dari data ± data di atas dapat diketahui bahwa kejadian kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban Tahun 2007 yaitu 75 kasus sedangkan yang tidak terpapar kistoma ovarii 104 kasus. Dalam hal keluhan kistoma ovari ini jika sudah sangat mengganggu dan nyeri, biasanya ilmu kedokteran akan memberikan obat hormon untuk menghentikan haid, dan pada tahap selanjutnya pengangkatan indung telur, atau rahim akan menjadi saran yg diberikan pada penderita kistoma ovari. Bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat menangani.
  • 44. 43 6. 2 Identifikasi Usia Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Berdasarkan tabel 5. 1 dapat diketahui bahwa mayoritas karakteristik usia responden adalah 46 ± 55 tahun sebanyak 34 orang responden (45, 33 %). Usia adalah waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan). Usia sangat mempengaruhi dalam menentukan tingkat kedewasaan seseorang dan kebijakan dalam mengambil keputusan (Depdikbud, 1999 : 989). Semakin cukup usia kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir dan bekerja. Kista Neoplasia merupakan kira-kira 60% dari seluruh ovarium, sedang kistadenoma ovari musinosum 40% dari seluruh kelompok neoplasma ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan frekuensi sebesar 27% ; sedangkan Gunawan (1977) menemukan 29, 9% ; Sapardan (1970) 37, 2% ; dan Djaswadi 15, 1%. Tumor paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20 ± 50 tahun, dan jarang sekali pada masa prapubertas. Kira-kira 60 % terdapat pada usia peri-menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10 % pada usia yang jauh lebih muda. (Prawirohardjo, 1999 : 400). Klimakterium dimulai dari akhir fase rproduksi sampai awal fase senium. Periode ini berlangsung beberapa tahun antara usia 40 sampai 65 tahun. Masa klimakterium meliputi masa pramenopause, menopause, pascamenopause, dan ooforepause. Pada umumnya menopause terjadi antara 45 ± 50 tahun. Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.
  • 45. 44 Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya < 18 hari. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH, dan estrogen sangat bervariasi. Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai jenis keluhan klimakterik. Bila pada usia perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol yang bervariasi (tinggi atau rendah), maka setelah memasuki usia menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40 mlU/ml). Sebagian ahli berpendapat Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. dapat distimulasi oleh gonadotropin, Kista tersebut termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Makanya, sangat jarang ditemukan pada anak-anak usia pubertas, bahkan nyaris tidak pernah. Anak usia ini, kan, belum ada rangsangan estrogennya. ( Sugi, 2002). Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan±keluhan: Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites), Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, Menstruasi tidak teratur, Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge), Nyeri saat berhubungan seksual. Dari pernyataan di atas ada kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. R. Koesma Tuban tentang usia, dimana penderita kistoma ovarii mayoritas berusia 46 ± 55 termasuk dalam masa
  • 46. 45 klimakterium atau perimenopause dan diharapkan melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis. Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik. Faktor biologis yang menyebabkan kistoma ovarii tetap belum diketahui. Beberapa faktor (hormonal, kesehatan lingkungan, dan variabel genetik) diduga juga mempengaruhinya, walaupun sebenarnya setiap wanita mempunyai resiko untuk terkena penyakit ini. Diharapkan bagi wanita berusia 20 ± 50 tahun hendaknya rutin memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat diberikan penanganan cepat dan tepat. 6. 3 Identifikasi Paritas Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5. 2 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas Paritas Penderita Kistoma Ovarii adalah 0 (tidak mempunyai anak) sebanyak 40 responden (53, 33%). Paritas adalah keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dimiliki (Ahmad, 1996 : 256). Paritas adalah riwayat kehamilan dan buah kehamilan yang dilahirkan hidup (Manuaba, 1999 : 9). Kistoma ovarii lebih sering ditemukan pada wanita nulipara. Terbanyak pada penderita nullipara sebanyak 16 kasus (43, 24%). pada penderita dengan paritas 1 (primipara) sebanyak 6 kasus (16, 22%) dan pada penderita dengan paritas 2-5 (multipara) sebanyak 5 kasus (13, 52%) (Silvia Wilson, 2008).
  • 47. 46 Menurut Winkjosastro (1999) kista lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur : pendapat senada juga di ungkapkan oleh Ridwan Amiruddin (2006) yang menyatakan bahwa sebagian besar penderita kista adalah wanita nulipara dan atau wanita yang kesuburannya rendah. Menurut penelitian beberapa ahli bahwa salah satu dugaan penyebab kista adalah faktor hormonal yaitu rangsangan estrogen yang salah satu fungsinya adalah untuk mengatur haid pada wanita (Sastrawinata, 1983). Jika estrogen terganggu fungsinya maka siklus haid pada wanita juga terganggu dan terdapat kemungkinan kesuburan juga terganggu sehingga dapat memepengaruhi jumlah paritas yang dimiliki oleh seorang wanita yang menderita kista. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti di RSUD Dr. Koesma Tuban. Didapati pula bahwa sebagian besar penderita kista adalah wanita dengan paritas ƾ 1 maka dari sini di dapat Sejarah Menstruasi /sejarah kehamilan/kesuburan banyak ahli percaya bahwa ada hubungan antara usia siklus menstruasi wanita dengan kanker ovarium. Bahwa resiko kanker ovarium meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun dan atau wanita yang mengalami menopause setelah usia 50 tahun. Nullipariti (tidak dapat melahirkan anak yang dapat hidup) juga merupakan resiko berkembangnya kanker ovarium, juga pada mereka yang baru memiliki anak pada usia setelah 30 tahun. Dengan kata lain wanita yang tidak pernah melahirkan memiliki resiko kanker ovarium lebih tinggi dibanding yang pernah. Kehamilan yang berulang dapat memicu adanya efek protektif. Sama halnya dengan wanita yang mengkonsumsi atau pernah
  • 48. 47 mengkonsumsi pil KB akan mengurangi resiko kanker ovarium sekitar 40%50%. Sehingga timbul pemikiran bahwa efek protektif pada kehamilan, penggunaan pil KB, dan pemberian asi dapat menekan ovulasi, dan dengan makin sedikitnya siklus ovulasi maka yang dialami wanita, maka akan memperkecil pula resiko terhadap kanker ovarium. Pada penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan penelitian pada faktor Lain misalnya faktor hormonal terhadap kejadian kistoma ovarii. 6. 4 Identifikasi Pendidikan Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5. 3 dapat memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar sebanyak 59 orang responden (78, 66%). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu (Suwarno, 1992, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Kuncoroningrat, dikutip oleh Nursalam dan Pariani, 2001). 1997, Faktor pendidikan mempengaruhi usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi karena jika tingkat pendidikan wanita rendah maka akan semakin sempit
  • 49. 48 informasi yang diperoleh wanita tentang kesehatan reproduksinya salah satunya tentang kistoma ovarii. Menurut Lourense Green (1980 ) menyatakan bahwa perilaku seseorang atau tentang kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang atau masyarakat (Notoatmodjo, 1996). Sedangkan teori yang kemukakan oleh Notoatmodjo, (2002) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula pengetahuan yang di miliki. Teori ini didukung oleh pendapat Kuncoroningrat (1997) yang di kuitip Nursalam Pariani (2001 : 133) yaitu semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka semakin tinggi pul;a tingkat pengetahuan yang di miliki. Dari pernyataan diatas ada kesesuaian antara teori dengan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. pendidikan, R Koesma Tuban tentang dimana penderita kistoma ovarii yang berpendidikan SD, SMP sangat sulit untuk menerima informasi kesehatan dalam hal iini kistoma ovarii bila dibandingkan berpendidikan SMA ataupun perguruan tinggi. Maka diharapkan pada wanita ± wanita berpendidikan rendah dianjurkan untuk banyak membaca buku yang berkaitan dengan kistoma ovarii. Karena mayoritas penderita kistoma ovarii dari kalangan pendidikan rendah menyebabkan wanita segan untuk memeriksakan diri maka sebaiknya petugas kesehatan sebaiknya memberikan penyuluhan tentang kistoma ovarii.
  • 50. 49 6. 5 Identifikasi Pekerjaan Pada Penderita Kistoma ovarii di RSUD Dr. R. Koesma Tuban Berdasarkan tabel 5. 4 dapat memberikan gambaran bahwa mayoritas responden adalah responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50, 66%). Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan, tugas, kewajiban, hasil bekerja sebagai mata pencaharian atau suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan keluarga, tetapi lebih banyak diartikan sebagai cara mencari nafkah. (Depdikbud, 1990). Karakteristis pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, ststus sosial ekonomi, resiko cidera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Penyakit, kondisi, atau gangguan tertentu dapat terjadi dalam suatu pekerjaan. (Timmreck, 2004:306). Bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan melakukan banyak waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan dan dianggap penting dan cenderung mempunyai banyak waktu untuk tukar pendapat atau pengalaman antar teman dalam tempat kerja. (Notoatmojdo, 1993). Dari pernyataan diatas hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. R Koesma Tuban tentang responden yang bekerja dengan jumlah 38 orang (50, 66%) yang mayoritas wanitanya bekerja sebagai tani atau buruh tani, pekerjaan menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Dimana seseorang yang bekerja sebagai tani atau buruh tani kebanyakan berpendidikan rendah atau kurang sehingga penderita kistoma ovarii yang berpendidikan SD, SMP sangat sulit untuk menerima informasi kesehatan
  • 51. 50 dalam hal iini kistoma ovarii bila dibandingkan berpendidikan SMA ataupun perguruan tinggi. Diakui sejak krisis ekonomi (1997) jumlah penduduk miskin Indonesia meningkat. Dampak kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai penyakit pada kelompok resiko tinggi serta wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita dan wanita lanjut usia. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan buruk mengakibatkan penduduk mudah terserang berbagai macam penyakit salah satunya kistoma ovarii (Edwin, 2002). BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan di bahas mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang berjudul ³Studi Karakteristik Wanita Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban´.
  • 52. 51 7.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 7.1.1 Jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 sebanyak 75 orang (41, 89 %). 7.1.2 Mayoritas penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun. 7.1.3 Mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ” 1. 7.1.4 Mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat). 7.1.5 Mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja. 7.2 Saran 7. 2.1 Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat menangani. Dalam hal keluhan kistoma ovari ini jika sudah sangat mengganggu dan nyeri, biasanya ilmu kedokteran akan memberikan obat hormon untuk menghentikan haid, dan pada tahap selanjutnya pengangkatan indung telur, atau rahim akan menjadi saran yg diberikan pada penderita kistoma 39 ovarii. 7. 2.2 Diharapkan bagi wanita berusia 20 ± 50 tahun hendaknya rutin memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.
  • 53. 52 7. 2.3 Pada penelitian lebih lanjut hendaknya dilakukan penelitian pada faktor lain misalnya faktor hormonal terhadap kejadian kistoma ovarii. 7. 2.4 Diharapkan pada wanita ± wanita berpendidikan rendah dianjurkan untuk banyak membaca buku yang berkaitan dengan kistoma ovarii. Karena mayoritas penderita kistoma ovarii dari kalangan pendidikan rendah menyebabkan wanita segan untuk memeriksakan diri maka sebaiknya petugas kesehatan sebaiknya memberikan penyuluhan tentang kistoma ovarii.
  • 54. 53 DAFTAR PUSTAKA Ari . (2008) Karsinoma Ovarium http://www. medicastore. com(berHONcode), Jumat 09 Mei 2008. Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta. Cunningham, Gary. (2006). Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta (1990). Kamus Besar Bahasa Edwin. (2002). Kemiskinan di Indonesia Munculkan Penyakit. http : //www. gatra. com , Jumat 09 November 2007 Iwan. (2002). Mengenal Kesehatan Reproduksi Wanita. http://www. infosehat. com Jumat 09 November 2007 Machfoed, Ircham. (2005) Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta. Manuaba, Ida bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan : Jakarta. Medlinux. (2007) Kista ovarii Artikel Kedokteran. http : //www. Google. com Rabu 12 September 2007 Nursalam Pariani (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Sagungseto: Jakarta Nursalam. (2003) Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta Penelitian Ilmu Notoatmodjo, Soekidjo (2005) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Rineka Cipta : Jakarta. Sugi. (2002) Mengenal kista, Mioma dan Endometriosis. http : //www. nova. com
  • 55. 54 Sugiyono. (2006). Statitiska Untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung. Sutri. (2006). Faktor Lingkungan Manusia. http : //www. infosehat. com Thomas C, Timmreck. (2004). Epidemologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC Wiknjosastro, Hanifa. (1999). Ilmu Kandungan. Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Lampiran 2 41 Yayasan Bina Pustaka
  • 56. 55 LEMBAR PENGUMPULAN DATA Nama No No RM Lampiran (Inisial) Usia Paritas Pendidikan Pekerjaan
  • 57. 56 LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH (KTI) NAMA : EMI DWI YULISTYA RATNA WATI NIM : 05. 03. 113 JUDUL : STUDY KARAKTERISTIK WANITA PENDERITA KISTOMA OVARII DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN. PEMBIMBING : DWI RUKMA SANTI, SST. No Tanggal Keterangan TTD Pembimbing 1 17 ± 05 - 2008 Perbaikan BAB 1, 2, 3, 4 1. 2 17 ± 05 - 2008 Perbaikan BAB 1, 2, 3, 4 2. 3 25 ± 08 ± 2008 Konsul BAB 5 3. 4 28 ± 08 ± 2008 Konsul BAB 5, 6 4. 5 29 ± 08 ±2008 Perbaikan BAB 5, 6 Konsul BAB 7 5
  • 58. 57 STUDI KARAKTERISTIK WANITA PENDERITA KISTOMA OVARII DI RSUD Dr. R. KOESMA TUBAN Karya Tulis Ilmiah Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Program Diploma III Kebidanan Oleh : EMI DWI YULISTYA RATNA WATI Nim : 05. 03. 113 PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN AKADEMI KEBIDANAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN JL. DIPONEGORO 17 TUBAN TAHUN 2008
  • 59. 58 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul ³Studi Karakteristik wanita penderita Kistoma Ovarii di RDUD Dr. R. Koesma Tuban´. Dalam pembuatan karya tulis ini tidak lepas dari kesulitan serta hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya karya tulis ini selesai pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. H. Miftahul Munir, SKM, M. Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban. 2. Dwi Rukma Santi, SST selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan, perhatian, bimbingan, pengarahan serta saran yang terbaik dalam pembuatan karya tulis ini. 3. Dr. H. Bambang Suhariyanto selaku Direktur RSUD Dr. R Koesma yang telah member ijin penelitian 4. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban 5. Bapak, Ibu, Kakak, Kakak Ipar, Adik, Keponakan dan Kerabatku atas segala do¶a dan dukungan yang sangat berarti dalam menempuh pendidikan AKBID NU Tuban 6. Semua teman-temanku yang telah membantu dalam terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan isinya. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini berguna bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. Tuban, Agustus 2008
  • 60. 59 Penulis, viii SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Emi Dwi Yulistya Ratna wati NIM : 05. 03. 113 Tempat, Tgl Lahir : Tuban, 20 juli 1987 Institusi : AKADEMI KEBIDANAN NAHDATUL ULAMA TUBAN Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (KTI) yang berjudul : ³Studi Karakteristik Wanita Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R. Koesma Tuban´ adalah bukan Karya Tulis Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sangsi akademis. Tuban, Agustus 2008 Yang Menyatakan EMI DWI YULISTYA RATNAWATI NIM. 05. 03. 113 Mengetahui Pembimbing DWI RUKMA SANTI, SST NIK. 45115013
  • 61. 60 RINGKASAN v Kista Ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium. Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium. Ada yang neoplastik dan nonneoplastik. Beberapa di antara tumor neoplastik bersifat jinak (noncancerous) dan tidak pernah menyebar di luar ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas (cancerous) dan dapat menyebar ke bagian-bagian tubuh lainnya. Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Faktor karakteristik yang mempengaruhi kejadian kistoma ovarii antara lain faktor usia, faktor paritas, faktor pendidikan, faktor pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Karakteristik (Usia, Paritas, Pendidikan dan Pekerjaan) wanita penderita Kistoma Ovarii di RSUD dr. R Koesma Tuban. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Populasinya adalah semua kasus kistoma ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban tahun 2007 yang diperoleh dari mengumpulkan data melalui rekam medic. Tehnik sampling yang digunakan adalah Total sampling. Hasil penelitian didapatkan jumlah penderita kistoma ovarii di RSUD Dr. Koesma Tuban Tahun 2007 sebanyak 75 orang (41, 89 %). Mayoritas penderita kistoma ovarii adalah dengan usia 46-55 tahun Mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ” 1. Mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat). Mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor karakteristik wanita penderitta kistoma ovarii mayoritas usia 46-55 tahun, mayoritas penderita kistoma ovarii memiliki paritas ” 1, mayoritas pendidikan penderita kistoma ovarii adalah pendidikan dasar (SD, SMP / sederajat), mayoritas pekerjaan penderita kistoma ovarii adalah Ibu yang bekerja Diharapkan bagi tenaga kesehatan hendaknya lebih sering memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana kistoma ovarii itu serta cara menangani agar tidak berubah ketingkatan lanjut atau terlambat menangani serta diharapkan bagi wanita berusia 20 ± 50 tahun hendaknya rutin memeriksakan diri jika wanita tersebut menderita kistoma ovarii agar dapat diberikan penanganan cepat dan tepat.
  • 62. 61 HALAMAN PERSETUJUAN Karya Tulis : EMI DWI YULISTYA RATNAWATI judul : ³Studi Karakteristik wanita penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R. Koesma Tuban´ Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal : Agustus 2008. Oleh : Pembimbing DWI RUKMA SANTI, SST NIM. 45115013 Mengetahui, Direktur Akademi Kebidanan Nahdhatul Ulama Tuban H. MIFTAHUL MUNIR, SKM, M. Kes NIK. 140 334 122
  • 63. 62 MOTTO ´A bird in the hand is worth in the bushµ Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhan-Mu pada waktu petang dan pagi (Q. S. Al-Mu¶min : 55). Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri´ (Q. S. AlIsra¶:7). Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dan (kenikmatan) duniawi´. (Q. S. Al-Qososh : 77) Allah adalah cahaya langit dan bumi, Perumpamaan cahaya-Nya adalah ibarat misykat, dalam misykat itu ada pelita, Pelita itu dalam kaca, Kaca itu laksana bintang berkilau, dinyalakan dengan pohon yang diberkati, pohon zaitun yang bukan di timur atau barat, yang minyaknya hampir menyala dengan sendirinya, walau tiada api menyentuhnya, Cahaya di atas cahaya, Allah menuntun kepada cahaya-Nya, siapa saja yang Ia kehendaki´. (Q. S An Nur 25 - 35).
  • 64. 63 vi HALAMAN PERSEMBAHAN Karya Tulis ini kupersembahkan : Ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang telah meridhoi atas semuanya Yang terhormat abah dan ibu ku tercinta terima kasih atas do·a dan dukungannya,kalian adalah semangatku. Kakak-Kakak ku tercinta, adik ku,kakak ipar, Keponakan ku, Ibu Tien Hariatien,SST.M.Pd. dan Bpk.Ahmad Maftukhin,SST.MPd yang tidak lelah membimbing dan mengarahkan hingga saya bisa menyelesikan tugas akhir ini. Almamater ku AKES RAJEKWESI BOJONEGORO yang menghantarkanku menjadi ahli madya kebidanan. Teman-teman Angkatan 3 yang senyumnya mampu menghidupkan semangatku.
  • 65. 64 vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP Biodata Nama : EMI DWI YULISTYA RATNAWATI Tempat, tanggal lahir : Tuban, 20 juli 1987 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat Rumah : Jl. Pahlawan Gg. Guo Rejo II no. 785 Tuban Pendidikan 1. SDN SIDOREJO 1 Tuban lulus tahun 2000 2. SLTP Negeri 6 Tuban lulus tahun 2003 3. SMA PGRI 1 Tuban lulus tahun 2005 4. Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban
  • 66. 65 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................ ................................ ...... i HALAMAN SAMPUL DALAM ................................ ................................ .... ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................ ................................ ........ iii LEMBAR PENGESAHAN ................................ ................................ ............ iv SURAT PERNYATAAN ................................ ................................ ............... v HALAMAN MOTTO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... vi PERSEMBAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... vii KATA PENGANTAR ................................ ................................ ................... viii RINGKASAN ................................ ................................ ................................ ix DAFTAR ISI ................................ ................................ ................................ .. x DAFTAR TABEL ................................ ................................ ......................... xii DAFTAR GAMBAR ................................ ................................ ..................... xiv DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ..................... xv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................ ................................ ................. 1 1.2 Rumusan Masalah ................................ ................................ ............ 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................ ................................ ............. 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................ ................................ ........... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................ ................................ ... 2.1 Konsep Dasar Karakteristik ................................ ................ 2.1. 1 Definisi Karakteristik ................................ .............. 2.1. 1. 1 Faktor umur ................................ .......................... 2.1. 1.2 Faktor Paritas ................................ ......................... 6 6 6 6 7
  • 67. 66 2.2 2.1. 1. 3 Faktor Pendidikan ................................ ................. 7 2.1. 1. 4 Faktor Sosial Ekonomi (Pekerjaan) ....................... 8 2.1.2 Faktor Hormonal................................ ........................ 8 Konsep Dasar Kistoma Ovarii................................ ............. 9 2.2.1 Definisi Kistoma ovarii ................................ .......... 9 2.2.2 Klasifikasi ................................ ............................... 9 2.2.3 Patofisiologi ................................ ............................ 11 2.2.4 Gejala dan Tanda ................................ ....................... 12 2.2.5 Diagnosa ................................ ................................ .... 13 2.2.6 Pemeriksaan Penunjang................................ .............. 14 2.2.7 Penanganan ................................ ................................ 15 x 2.2.8 Komplikasi................................ ................................ . 16 2.2.9 Prognosis ................................ ................................ ... 17 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL................................ ......................... 18 3.1 Kerangka Konseptual................................ .......................... 18 3.2 Hipotesis ................................ ................................ ............ 19 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ................................ ....................... 4.1 Desain Penelitian ................................ ............................... 4.2 Kerangka Kerja................................ ................................ ... 4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ................................ ......... 4. 3. 1 Populasi ................................ ................................ .. 4.3.2 Sampel ................................ ................................ .... 4.3.3 Sampling ................................ ................................ . 4.4 Identifikasi Variabel dan Definisi operasional .................... 4.5 Instrumen penelitian ................................ ........................... 4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................ .............. 4.7 Prosedur dan Pengumpulan Data ................................ ........ 4.8 Analisis Data ................................ ................................ ...... 4.9 Etika Penelitan ................................ ................................ .... 4.10 Keterbatasan ................................ ................................ ....... 20 20 21 22 22 22 22 24 25 25 25 26 26 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5. 1 Hasil Penelitian ................................ ................................ ............ 27 BAB 6 PEMBAHASAN 6. 1 Identifikasi kejadiaan Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban................................ ................................ .............................. 30 6. 2 Identifikasi Usia Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban ................................ ................................ ..... 31 6. 3 Identifikasi Paritas Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban................................ ................................ ...... 34 6. 4 Identifikasi Pendidikan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban................................ ................................ ...... 35 6. 5 Identifikasi Pekerjaan Pada Penderita Kistoma Ovarii di RSUD Dr. R Koesma Tuban................................ ................................ ...... 37
  • 68. 67 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7. 1 Kesimpulan ................................ ................................ ................... 39 7. 2 Saran ................................ ................................ .............................. 39 DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................ .................... 41 LAMPIRAN xi Daftar arti lambang, Singkatan dan istilah Daftar arti lambang % = Persen / = Per - = Sampai = Kurang = Lebih = = Sama Dengan ( = Buka Kurung ) = Tutup Kurung § = Jumlah Daftar Singkatan FSH = Follicle Stimulating Hormone HCG = Human Chorionic Gonadotropin LH = Luteinizing Hormone
  • 69. 68 RM = Rekam Medik RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah xvi
  • 70. 69 LEMBAR PENGESAHAN Telah diuji dan disetujui Tim Penguji pada Ujian Sidang di Program Dploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban Tanggal : 15 September 2008 TIM PENGUJI Penguji Ketua Tanda Tangan : Eva Silviana R, SST NIK. 45115005 Anggota : 1. Miftahul Munir SKM, MKes NIK. 140 334 122 2. Supartini, SKM NIK. 45115001 Mengetahui Program Diploma III Kebidanan Akademi Kebidanan Nahdlatul Ulama Tuban Direktur MIFTAHUL MUNIR, SKM, M Kes NIP. 140 334 122
  • 71. 70