SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  37
Télécharger pour lire hors ligne
1
DOSEN : SAAD ABDUH, S.Kep, M.Kes
TUGAS : KMB II
OLEH :
KELOMPOK XII
SAMNIAH
NURMAYANTI
ROSNA DANI
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah
yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGANSALURAN PERNAFASAN BAWAH
(ABSES PARU)”
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha, februari 2013
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................
DAFTARISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang....................................................................................
B. Tujuan................................................................................................
C. Metode...............................................................................................
BABII KONSEP PENYAKIT ABSES PARU
A.Konsep penyakit ..................................................................................
B.konsep Askep ......................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Organ penting merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia.
Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat
pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida
yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh,
sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting
bagi manusia, tidak menhirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan
kematian. Itulah peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang
rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya
udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini
semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi dari abses paru
2. Mengetahui Eteologi dari abses paru
3. Mengetahui klasifikasi dari abses paru
4. Mengetahui dampak terhadap berbagai sistem tubuh dari abses paru
5. Mengetahui patofisiologis dan penyimpangan KDM dari abses paru
6. Mengetahui tanda dan gejala dari abses paru
5
7. Mengetahui Prosedur diagnostik dari abses paru
8. Mengetahui menejemen medik dari abses paru
9. Mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi dengan masalah
pada sistem pernafasan bawah
C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan
makalah ini, penyusun mengambil dari internet yang relevan dan berbagai kajian
pustaka dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan
memperkuat teori yang digunakan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
a. Pengertian
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda namun
mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnosea sama pula.
Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan mekanisme pertahanan
tubuh atau virulensi kuman yang tinggi.
Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi
tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada
negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons
imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska
obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob
dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.
7
b. Etiologi
Pendapat dari Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) tentang penyebab abses paru
sesuai dengan urutan frekuensi yang ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
adalah:
1. Infeksi yang timbul dari saluran nafas (aspirasi)
2. Sebagai penyulit dari beberapa tipe pneumonia tertentu
3. Perluasan abses subdiafragmatika
4. Berasal dari luka traumatik paru
5. Infark paru yang terinfeksi
Pravelensi tertinggi berasal dari infeksi saluran pernafasan,
mikroorganisme penyebab umumnya berupa campuran dari bermacam-macam
kuman yang berasal dari flora mulut, hidung, tenggorokan, termasuk kuman
aerob dan anaerob seperti Streptokok, Basil fusiform, Spirokaeta, Proteus, dan
lain-lain.
Finegold SM dan Fishman JA (1998) mendapatkan bahwa organisme
penyebab abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob. Asher MI dan
Beadry PH (1990) mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab abses
paru terbanyak adalah stapillococous aureus.
8
Kuman penyebab Abses Paru menurut Asher MI dan Beadry PH (1990)
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Staphillococcus aereus: Haemophilus influenzae types B, C, F, and
nontypable; Streptococcus viridans pneumoniae; Alpha-hemolytic
streptococci; Neisseria sp; Mycoplasma pneumoniae
2. Kuman Aerob: Haemophilus aphropilus parainfluenzae; Streptococcus
group B intermedius; Klebsiella penumonia; Escherichia coli, freundii;
Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa, denitrificans; Aerobacter aeruginosa
Candida; Rhizopus sp; Aspergillus fumigatus; Nocardia sp; Eikenella
corrodens; Serratia marcescens
3. Sedangkan kuman Anaerob: Peptostreptococcus constellatus intermedius,
saccharolyticu;s Veillonella sp alkalenscenens;
Bacteroidesmelaninogenicus oralis, fragilis, corrodens, distasonis,
vulgatus ruminicola, asaccharolyticus Fusobacterium necrophorum,
nucleatum Bifidobacterium sp.
c. Klasifikasi
Berdasarkan jenis kelamin, abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki
karena sering mengkonsumsi alkohol dan merokok. Abses paru mungkin terjadi
lebih sering pada pasien usia lanjut karena terjadinya penurunan fungsi paru.
9
Namun, serangkaian kasus dari pusat perkotaan dengan prevalensi tinggi
alkoholisme melaporkan rata-rata penderita abses baru berusia 41 tahun.
Angka kejadian Abses Paru berdasarkan penelitian Asher et al tahun 1982
adalah 0,7 dari 100.000 penderita yang masuk rumah sakit hampir sama dengan
angka yang dimiliki oleh The Children’s Hospital of eastern ontario Kanada
sebesar 0,67 tiap 100.000 penderita anak-anak yang MRS. Dengan rasio jenis
kelamin laki-laki banding wanita adalah 1,6 : 1.
Angka kematian yang disebabkan oleh Abses paru terjadi penurunan dari 30 –
40 % pada era preantibiotika sampai 15 – 20 % pada era sekarang.
d. Patofisiologi Dan Penyimpangan KDM
a. Patofisiologi
Abses paru terjadi karena bakteri atau kuman yang masuk pada saluran
pernapasan sehingga terjadinya obstruksi dan daya tahan pada saluran
pernapasan terganggu.Bakteri dan kuman mengadakan miltiplikasi sehingga
terjadi peradangan pada bronkus dan menyebar ke parenkim paru
menyebabkan edema trakeal atau faringeal dan terjadi peningkatan produksi
secret (batuk produktif), sesak napas, dan penurunan kemampuan batuk
efektif sehingga timbul masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Selain itu juga peradangan pada bronkus yang menyebar ke parenkim
paru dapat membentuk jaringan granulasi di paru.sehingga pembentukan pus
dan drainase tidak memadai menyebabkan jaringan efektif paru atau
10
kerusakan membran alveolar kapiler dan gangguan sesak napas, pengguanaan
otot bantu napas, pola napas tidak efektif sehingga timbul gangguan
pertukaran gas di paru.
Pembentukan pus dan drainase tidak memadai dapat menimbulkan
reaksi sistemis karena bakteri menyebabkan penurunan berat badan sedangkan
laju metabolisme meningkat, anoreksia dan intake nutrisi tidak adekuat
sehingga makin kurus sehingga timbul gangguan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
b. Penyimpangan KDM
Adanya mikrorganisme penyebab infeksi
↓
Masuk ke perenkim paru
↓
inflamasi
↓
Lesi
↓
Lesi membentuk ruang
↓
Abses paru
11
e. Tanda Dan Gejala
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia
pada umumnya yaitu:
1. Panas badan
Dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan
temperatur > 400
C.
2. Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga
abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk
yang khas (Foetor ex oroe)
3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40
– 75% penderita abses paru.
4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada
5. Batuk darah
6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat
badan.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup pada
perkusi, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta
takikardi.
12
f. Prosedur Diagnostik
1. Laboratorium
a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih
dari 12.000/mm3
bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai dengan
32.700/mm3
. Laju endap darah ditemukan meningkat > 58 mm / 1 jam.
b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH
merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik
secara tepat.
c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara
terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta tujuan
therapi.
d. Pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan angka tekanan O2 dalam
darah arteri
2. Radiologi
Pada foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda
konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan
ukuran f 2 – 20 cm. Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari
paru kiri.
Bila terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air
fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda
konsolidasi. Sedangkan gambaran khas CT-Scan abses paru ialah berupa Lesi
13
dens bundar dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di
daerah jaringan paru yang rusak.
Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada
dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh darah
paru dan bronkhus yang berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan,
juga sisa-sisa jaringan paru dapat ditemukan di dalam rongga abses.
Lokalisasi abses paru umumnya 75% berada di lobus bawah paru kanan
bawah.
3. Bronkoskopi
Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase
bila kavitas tidak berhubungan dengan bronkus.
g. Menejemen Medik
Penatalaksanaan Abses paru harus berdasarkkan pemeriksaan mikrobiologi
dan data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat
ringannya infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses
paru :
1. MedikaMentosa
Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33%, pada era
antibiotika maka tingkat kematian dan prognosa abses paru menjadi lebih
14
baik. Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin, pada saat ini
dijumpai peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih
dari 35% kuman gram negatif anaerob).
Maka bisa dipikirkan untuk memilih kombinasi antibiotika antara golongan
penicillin G dengan clindamycin atau dengan Metronidazole, atau kombinasi
clindamycin dan Cefoxitin. Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem
dengan ß Lactamase inhibitase pada penderita dengan pneumonia nosokomial
yang berkembang menjadi Abses paru.
Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan respon
radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas
gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3
minggu.
2. Drainage
Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit
diperlukan untuk mempercepat proses resolusi Abses paru. Pada penderita
Abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu
dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.
3. Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
1. Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika.
15
2. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi
3. Infeksi paru yang berulang
4. Adanya gangguan drainase karena obstruksi
16
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
 Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa,
diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan
alamat.
 Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan
hubungan dengan klien.
 Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
RSMRS
- Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit.
Keluhan utama : Nyeri
Riwayat keluhan utama
P : adanya punumpukan cairan nanah dalam dada
Q : hilang timbul
R : pada bagian dada
S : 3 (0-5)
T : saat beraktifitas
Riwayat kesehatan dahulu
17
- Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.
- Kaji apakah klien pernah mengalami riwayat alergi obat-obatan ataupun
makanan
1. aktifitas atau istirahat
Gejala:klien tidak mampu melakukan aktifitas karena badany terasa lemah
Tanda:klien Nampak lemah
2. sirkulasi
Tanda:takikardi.
3. Pernapasan
Gejala:klien mengatakan sulit bernafas dan batuk .
Tanda:
 klien Nampak sesak napas
 batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan berbau
amis.
4. integritas ego
Gejala :
 klien mengatakan stress pada penyakitnya.
Tanda:
 gelisah
5. nyeri atau kenyamanan
18
Gejala:
 klien mengatakan nyeri pada dadanya.
Tanda:
 klien memegang daerah yang nyeri
 klien memegang daerah yang nyeri
6. makanan atau cairan
Gejala:
 klien mengatakan nafsucmakanya menurun dan mual.
Tanda:
 penurunan berat badan.
 porsi makan tidak dihabiskan.
7. Neurosensori
Tanda:
 perubahan mental.
8. Keamanan
Gejala:
 klien mengatakan demam
Tanda:
 peningkatan suhu tubuh
19
9. seksualitas
Gejala:
 penurunan minat melakukan hubungan seks
10. hygiene
Gejala:
 klien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri
Tanda:
 klien Nampak kusam
11. penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:
 klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan
penangananya
Tanda:
 klien kurang mengetahui tentang penyakitnya.
 klien Nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya
b. klasifikasi data
 Data subjektif
i. klien mengatakan sulit bernafas dan batuk
ii. Klien Nampak memegang dadanya saat nyeri
20
iii. klien mengatakan nyeri pada dadanya
iv. Klien mengatakan nafsu makanya menurun dan mual
v. klien mengatakan stress pada penyakitnya
vi. klienmengatakan kurang mampu melakukan perawatan diri karena badanya
lemah
 Data objekti
- Nampak sesak nafas
- batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan bau amis
- suhu tubuh meningkat
- nampak meringis
- penurunan berat badan
- klien Nampak lemah
- klien Nampak kusam
- porsi makan tidak dihabiskan
21
b. .Analisa data
Syimptom Etiologi problem
DS:klien mengatakan sulit
bernafas dan batuk
DO:-Nampak sesak nafas
-batuk produktif dengan
sputum kuningn
kehijauan dan bau amis
Adanya faktor penyebab
(abses paru)
↓
Inflamasi paru
↓
Adaya edema trakea
(faringel)
↓
Peningkatan produksi
sekret
↓
Ketidak efektifan jalan
nafas
Ketidak efektifan
Bersihan jalan
nafas
DS:- klien mengatakan nyeri
pada dada
DO:- Klien Nampak
memegang dadanya saat
nyeri
-nampak meringis
Adanya faktor penyebab
(abses paru)
↓
Inflamasi parenkim paru
↓
Adanya abses paru dekat
Gangguan rasa
nyaman nyeri
22
- skala : 3 (0-5) pleura
↓
terjadi pergesekan antara
pleura parietaldan visceral
saat respirasi
↓
impuls diteruskan di
korteks cerebri
↓
nyeri dipersepsikan
DS:- klien mengatakan
demam
Do:- suhu tubuh meningkat
Adanya faktor penyebab
(abses paru)
↓
Adanya infeksi perenkim
paru
↓
Inflamasi perenkim paru
↓
terjadi reaksi tubuh
terhadap infeksi
↓
Hipertermi
23
Peningkatan suhu tubuh
↓
Gangguan keseimbangan
suhu tubuh (hipertermi)
DS: - Klien mengatakan
nafsu makanya
menurun dan mual
DO:- penurunan berat badan
-porsi makan tidak
dihabiskan
Faktor penyebab
↓
Adanya sputum yang
berbau amis dan rasa
sputum saat batuk
produktif
↓
Anoreksia dan mual
↓
Intake tidak adekuat
↓
Nutrisi kurang dari
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
24
kebutuhan tubuh
DS:-klien mengatakan stress
pada penyakitnya
DO:- gelisah
-perubahan
mental(bingung)
Adanya faktor penyebeb
↓
Perubahan status
kesehatan
↓
Klien kurang terpapar
informasi tentang
penyakitnya
↓
Kurang pengetahuan
↓
Ansietas
ansietas
c. Prioritas Masalah
25
1.bersihan jalan nafas tidak efektif
2.gangguan rasa nyaman nyeri
3.hipertermi
4.gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. ansietas
B. Diagnosa keperawatan
1.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum
2.gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya abses paru
3.hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4.nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
5. ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
26
C. intervensi
Dx Tujuan intervensi Rasional
1. Tupan:setelah
diberikan tikep
selama 7 hari
bersihan jalan
nafas efektif
Tupan: setelah
diberikan tikep
selama 2 hari
bersihan jalan
nafas berangsur-
angsur membaik
dengan criteria:
-klien dapat
bernafas dengan
a.berikan petunjuk
kepada klien untuk
batuk efektif
b.berikan minum hangat
c.beri o2 dengan nasal
kanul sesuai resep
d.kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat
antibiotic,ekspetoran
a.dengan batuk efektifdapat
melancarkan bersihan jalan
nafas alami
b. cairan dapat
memobilisasi dan
mengeluarkan secret
c.memberikan bantuan
pernafasan bagi pasien agar
bernafas dengan baik
d.antibiotik dapat
membunuh
mikroorganisme penyakit
dan ekspetoran
mengencerkan dahak
27
baik
-.sputum berkurang
2 Tupan:setelah
diberikan tikep
selama 5 nyeri
dapat hilang
Tupen: setelah
diberikan tikep
selama 2 hari
nyeri berkurang
dengan kriteria
-klien tidak
mengeluh nyeri
a.ajarkan tehnik
distraksi Pada klien
b.anjurkan tehnik
relaksasi dan nafas
dalam
c.atur posisi yang
nyaman pada klien
d.kolaborasi dengan
medis dalam pemberian
a.tehnik distraksi dapat
menghilangkan perhatian
pasien pada nyeri
b tehnik relaksasi dan nafas
dalam mengurangi nyeri
c.posisi nyaman dapat
memberikan rasa
kenyamanan pada klien
d.analgesik dapat menekan
28
-wajah klien
tenang
obat analgesik pusat nyeri
3. Tupan:setelah
diberikan tikep
selama 2 hari suhu
tubuh kembali
normal
Tupen: setelah
diberikan tikep
selama 1 hari
peningkatan suhu
tubuh berangsur-
angsur menurun
a. berikan kompres
mandi hangat
b.kolaborasi dengan
medis dalam pemberian
obat anti piretik
a.kompres mndi hangat
dapat membantu
mengurangi demam
b.antipiretik dapat
mengurangi demam
29
dengan kriteria
-klien tidak
mengeluh demam
-suhu tubuh 36-
37C
4. Tupan:setelah
diberikan tikep
selama 3 hari
kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi
Tupen: setelah
diberikan tikep
selama 2 hari
nutrisi dapat
terpenuhi dengan
criteria
-nafsu makan baik
-porsi makan
dihabiskan
a.pantau kebiasaan diit
pasien
b.berikan makanan
berfariasi dan sesuai
dengan kesukan klien
c.berikan makanan porsi
kecil hangat dan
menarik
30
Tupan:setelah
diberikan tikep
selama 2 hari
aansietas dapat
teratasi
Tupen: setelah
diberikan tikep
selama 1 hari
ansietas berkurang
dengan kriteria
-klien tidak gelisah
-klien tidak
bingung dan tidak
stres
a.bina hubungan saling
percaya antara pasien
dan perawat
b.bantu pasien untuk
mengungkap
kecemasanya secara
sportif
c.berikan penjelasan
tentang penyakitnya
dengan kesembuhanya
a.hubungan saling percaya
menurunkan kecemasan
klien
b.mengungkapkan perasaan
dapat mengurangi
kecemasan
c.penjelasan tentang
penyakit dan kesembuhan
dapat mengurangi
kecemasan
d.berikan pujian dapat
memberikan motifasi dan
mengurangi atau
menghilangkan kecemasan
1. Implementasi dan Evaluasi
31
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
berhubungan
dengan
peningkatan
sputum
a.memberikan petunjuk kepada
klien untuk batuk efektif
hasil :
- Klien kooperatif
b.memberikan minum hangat
hasil :
- Klien merasa lega
saat bernafas
c.memberikan o2 dengan nasal
kanul sesuai resep
hasil :
- Klien dapat bernafas
secara efektif
d.berkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat
antibiotic,ekspetoran
hasil :
- Gliseril guayakolat
S : klien mengatakan pola
nafas berangsur-
angsur membaik
O : tampak produksi
sputum berkurang
A : masalah sebagian
teratasi
P : persepsi di lanjutkan
32
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan
dengan adanya
abses paru
a.mengajarkan tehnik distraksi
Pada klien
hasil :
- Klien kooperatif
b.meng anjurkan tehnik
relaksasi dan nafas dalam
hasil :
- Klien kooperatif
c.mengatur posisi yang
nyaman pada klien
hasil :
- Klien merasa
nyaman
d.berkolaborasi dengan medis
dalam pemberian obat
analgesic
hasil :
- Ketorolac
S : klien mengatakan nyeri
berkurang saat batuk
O : klien nampak tenang
saat batuk, skala 2 (0-5)
A : masalah sebagain
teratasi
P : intervensi dilanjutkan
33
Hipertermi
berhubungan
dengan proses
inflamasi
a. memberikan kompres mandi
hangat
hasil :
- Klien merasa
nyaman
b.berkolaborasi dengan medis
dalam pemberian obat anti
piretik
hasil :
-
S : klien mengatakan
panasnya sudah menurun
O : suhu tubuh 37 derajad
A : masalah teratasi
P : intevensi di
pertahankan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
a.memantau kebiasaan diit
pasien
hasil :
- klien makan secara
teratur
b.memberikan makanan
berfariasi dan sesuai dengan
kesukan klien
hasil :
- klien nampak makan
S :klien mengatakan nafsu
makanya membaik
O : porsi makan di
habiskan
A : masalah teratasi
P : intervensi di
pertahankan
34
Ansietas
berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan
a.membina hubungan saling
percaya antara pasien dan
perawat
hasil :
- klien nampak
percaya diri
b.membantu pasien untuk
mengungkap kecemasanya
secara sportif
hasil :
- klien nampak
terbuka dengan
penyakitnya
c.memberikan penjelasan
tentang penyakitnya dengan
kesembuhanya
hasil :
S : klien mengatakan sudah
tidak cemas lagidengan
penyakinya
O : klien nampak tenang
A : masalah teratasi
P : intervensi di
pertahankan
35
- klienkooperativ
BAB III
PENUTUP
B. kesimpulan
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
36
Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi
tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada
negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons
imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska
obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob
dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru
C. saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya
referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun
khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E; 1999; Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien; Edisi ke-3 Penerbit
buku kedokteran EGC, Jakarta
2. Finegold SM, Fishman JA; 1998; Empyema and lung Abcess; in Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders 3rd
ed; Philadelphia
37
3. http://blognyanaghperawat.blogspot.com/2012/01/asuhan-keperawatan-abses-
paru.html
4. http://wwwdagul88.blogspot.com/2011/02/askep-abses-paru.html
5. http://areamahasiswarantau.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-
abses-paru.html

Contenu connexe

Tendances (15)

Efusi pleura makalah
Efusi pleura makalahEfusi pleura makalah
Efusi pleura makalah
 
Saad efusi pleura AKPER MUNA
Saad efusi pleura AKPER MUNA Saad efusi pleura AKPER MUNA
Saad efusi pleura AKPER MUNA
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Systema digestivus
Systema  digestivusSystema  digestivus
Systema digestivus
 
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
ispa
ispaispa
ispa
 
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi PleuraAsuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberkulosis Paru dan Efusi Pleura
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Askep tuberkulosis milier
Askep tuberkulosis milierAskep tuberkulosis milier
Askep tuberkulosis milier
 
Lp pneumonia
Lp pneumoniaLp pneumonia
Lp pneumonia
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
 
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNAAskep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
Askep emfisema. AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Laporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppokLaporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppok
 
Askep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleuraAskep pernapasan efusi pleura
Askep pernapasan efusi pleura
 

Similaire à Abses paru AKPER PEMKAB MUNA

Similaire à Abses paru AKPER PEMKAB MUNA (20)

Saad abses paru
Saad abses paruSaad abses paru
Saad abses paru
 
Abses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab munaAbses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab muna
 
Askep abses paru
Askep abses paruAskep abses paru
Askep abses paru
 
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
 
Saad efusi pleura
Saad efusi pleuraSaad efusi pleura
Saad efusi pleura
 
Efusi pleura Akper pemkab muna
Efusi pleura Akper pemkab munaEfusi pleura Akper pemkab muna
Efusi pleura Akper pemkab muna
 
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
Efusi pleura AKPER PEMDA MUNA
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
Saad efusi pleura AKPER PEMKAB MUNA
 
Materi abses paru
Materi abses paruMateri abses paru
Materi abses paru
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Askep pada pasien ppok Akper pemkab muna
Askep pada pasien ppok   Akper pemkab munaAskep pada pasien ppok   Akper pemkab muna
Askep pada pasien ppok Akper pemkab muna
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Ards
ArdsArds
Ards
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Asuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbcAsuhan keperawatan tbc
Asuhan keperawatan tbc
 
Makalah ASMA
Makalah ASMAMakalah ASMA
Makalah ASMA
 
Askep abses paru
Askep abses paruAskep abses paru
Askep abses paru
 
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNA
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNAPneumonia AKPER PEMKAB MUNA
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNA
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Abses paru AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. 1 DOSEN : SAAD ABDUH, S.Kep, M.Kes TUGAS : KMB II OLEH : KELOMPOK XII SAMNIAH NURMAYANTI ROSNA DANI
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN DENGANSALURAN PERNAFASAN BAWAH (ABSES PARU)” Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini ini. Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih. Raha, februari 2013 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATAPENGANTAR................................................................................... DAFTARISI.................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang.................................................................................... B. Tujuan................................................................................................ C. Metode............................................................................................... BABII KONSEP PENYAKIT ABSES PARU A.Konsep penyakit .................................................................................. B.konsep Askep ...................................................................................... BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................ B. Saran.................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Organ penting merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia. Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menhirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru B. Tujuan 1. Mengetahui tentang definisi dari abses paru 2. Mengetahui Eteologi dari abses paru 3. Mengetahui klasifikasi dari abses paru 4. Mengetahui dampak terhadap berbagai sistem tubuh dari abses paru 5. Mengetahui patofisiologis dan penyimpangan KDM dari abses paru 6. Mengetahui tanda dan gejala dari abses paru
  • 5. 5 7. Mengetahui Prosedur diagnostik dari abses paru 8. Mengetahui menejemen medik dari abses paru 9. Mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi dengan masalah pada sistem pernafasan bawah C. Metode Penulisan Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan makalah ini, penyusun mengambil dari internet yang relevan dan berbagai kajian pustaka dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP PENYAKIT a. Pengertian Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”. Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda namun mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnosea sama pula. Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan mekanisme pertahanan tubuh atau virulensi kuman yang tinggi. Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.
  • 7. 7 b. Etiologi Pendapat dari Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) tentang penyebab abses paru sesuai dengan urutan frekuensi yang ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah: 1. Infeksi yang timbul dari saluran nafas (aspirasi) 2. Sebagai penyulit dari beberapa tipe pneumonia tertentu 3. Perluasan abses subdiafragmatika 4. Berasal dari luka traumatik paru 5. Infark paru yang terinfeksi Pravelensi tertinggi berasal dari infeksi saluran pernafasan, mikroorganisme penyebab umumnya berupa campuran dari bermacam-macam kuman yang berasal dari flora mulut, hidung, tenggorokan, termasuk kuman aerob dan anaerob seperti Streptokok, Basil fusiform, Spirokaeta, Proteus, dan lain-lain. Finegold SM dan Fishman JA (1998) mendapatkan bahwa organisme penyebab abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob. Asher MI dan Beadry PH (1990) mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab abses paru terbanyak adalah stapillococous aureus.
  • 8. 8 Kuman penyebab Abses Paru menurut Asher MI dan Beadry PH (1990) antara lain adalah sebagai berikut: 1. Staphillococcus aereus: Haemophilus influenzae types B, C, F, and nontypable; Streptococcus viridans pneumoniae; Alpha-hemolytic streptococci; Neisseria sp; Mycoplasma pneumoniae 2. Kuman Aerob: Haemophilus aphropilus parainfluenzae; Streptococcus group B intermedius; Klebsiella penumonia; Escherichia coli, freundii; Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa, denitrificans; Aerobacter aeruginosa Candida; Rhizopus sp; Aspergillus fumigatus; Nocardia sp; Eikenella corrodens; Serratia marcescens 3. Sedangkan kuman Anaerob: Peptostreptococcus constellatus intermedius, saccharolyticu;s Veillonella sp alkalenscenens; Bacteroidesmelaninogenicus oralis, fragilis, corrodens, distasonis, vulgatus ruminicola, asaccharolyticus Fusobacterium necrophorum, nucleatum Bifidobacterium sp. c. Klasifikasi Berdasarkan jenis kelamin, abses paru lebih sering terjadi pada laki-laki karena sering mengkonsumsi alkohol dan merokok. Abses paru mungkin terjadi lebih sering pada pasien usia lanjut karena terjadinya penurunan fungsi paru.
  • 9. 9 Namun, serangkaian kasus dari pusat perkotaan dengan prevalensi tinggi alkoholisme melaporkan rata-rata penderita abses baru berusia 41 tahun. Angka kejadian Abses Paru berdasarkan penelitian Asher et al tahun 1982 adalah 0,7 dari 100.000 penderita yang masuk rumah sakit hampir sama dengan angka yang dimiliki oleh The Children’s Hospital of eastern ontario Kanada sebesar 0,67 tiap 100.000 penderita anak-anak yang MRS. Dengan rasio jenis kelamin laki-laki banding wanita adalah 1,6 : 1. Angka kematian yang disebabkan oleh Abses paru terjadi penurunan dari 30 – 40 % pada era preantibiotika sampai 15 – 20 % pada era sekarang. d. Patofisiologi Dan Penyimpangan KDM a. Patofisiologi Abses paru terjadi karena bakteri atau kuman yang masuk pada saluran pernapasan sehingga terjadinya obstruksi dan daya tahan pada saluran pernapasan terganggu.Bakteri dan kuman mengadakan miltiplikasi sehingga terjadi peradangan pada bronkus dan menyebar ke parenkim paru menyebabkan edema trakeal atau faringeal dan terjadi peningkatan produksi secret (batuk produktif), sesak napas, dan penurunan kemampuan batuk efektif sehingga timbul masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas. Selain itu juga peradangan pada bronkus yang menyebar ke parenkim paru dapat membentuk jaringan granulasi di paru.sehingga pembentukan pus dan drainase tidak memadai menyebabkan jaringan efektif paru atau
  • 10. 10 kerusakan membran alveolar kapiler dan gangguan sesak napas, pengguanaan otot bantu napas, pola napas tidak efektif sehingga timbul gangguan pertukaran gas di paru. Pembentukan pus dan drainase tidak memadai dapat menimbulkan reaksi sistemis karena bakteri menyebabkan penurunan berat badan sedangkan laju metabolisme meningkat, anoreksia dan intake nutrisi tidak adekuat sehingga makin kurus sehingga timbul gangguan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. b. Penyimpangan KDM Adanya mikrorganisme penyebab infeksi ↓ Masuk ke perenkim paru ↓ inflamasi ↓ Lesi ↓ Lesi membentuk ruang ↓ Abses paru
  • 11. 11 e. Tanda Dan Gejala Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia pada umumnya yaitu: 1. Panas badan Dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan temperatur > 400 C. 2. Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (Foetor ex oroe) 3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 – 75% penderita abses paru. 4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada 5. Batuk darah 6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan. Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup pada perkusi, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta takikardi.
  • 12. 12 f. Prosedur Diagnostik 1. Laboratorium a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih dari 12.000/mm3 bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai dengan 32.700/mm3 . Laju endap darah ditemukan meningkat > 58 mm / 1 jam. b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik secara tepat. c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotika merupakan cara terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis serta tujuan therapi. d. Pemeriksaan AGD menunjukkan penurunan angka tekanan O2 dalam darah arteri 2. Radiologi Pada foto thorak terdapat kavitas dengan dinding tebal dengan tanda-tanda konsolidasi disekelilingnya. Kavitas ini bisa multipel atau tunggal dengan ukuran f 2 – 20 cm. Gambaran ini sering dijumpai pada paru kanan lebih dari paru kiri. Bila terdapat hubungan dengan bronkus maka didalam kavitas terdapat Air fluid level. Tetapi bila tidak ada hubungan maka hanya dijumpai tanda-tanda konsolidasi. Sedangkan gambaran khas CT-Scan abses paru ialah berupa Lesi
  • 13. 13 dens bundar dengan kavitas berdinding tebal tidak teratur dan terletak di daerah jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh darah paru dan bronkhus yang berada dalam abses dapat terlihat dengan CT-Scan, juga sisa-sisa jaringan paru dapat ditemukan di dalam rongga abses. Lokalisasi abses paru umumnya 75% berada di lobus bawah paru kanan bawah. 3. Bronkoskopi Fungsi Bronkoskopi selain diagnostik juga untuk melakukan therapi drainase bila kavitas tidak berhubungan dengan bronkus. g. Menejemen Medik Penatalaksanaan Abses paru harus berdasarkkan pemeriksaan mikrobiologi dan data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat ringannya infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses paru : 1. MedikaMentosa Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33%, pada era antibiotika maka tingkat kematian dan prognosa abses paru menjadi lebih
  • 14. 14 baik. Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin, pada saat ini dijumpai peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih dari 35% kuman gram negatif anaerob). Maka bisa dipikirkan untuk memilih kombinasi antibiotika antara golongan penicillin G dengan clindamycin atau dengan Metronidazole, atau kombinasi clindamycin dan Cefoxitin. Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem dengan ß Lactamase inhibitase pada penderita dengan pneumonia nosokomial yang berkembang menjadi Abses paru. Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan respon radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3 minggu. 2. Drainage Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit diperlukan untuk mempercepat proses resolusi Abses paru. Pada penderita Abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi. 3. Bedah Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila: 1. Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika.
  • 15. 15 2. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi 3. Infeksi paru yang berulang 4. Adanya gangguan drainase karena obstruksi
  • 16. 16 B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Biodata  Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status, suku/bangsa, diagnosa, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no. medical record, dan alamat.  Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien.  Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang RSMRS - Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyakit yang sama ketika klien masuk rumah sakit. Keluhan utama : Nyeri Riwayat keluhan utama P : adanya punumpukan cairan nanah dalam dada Q : hilang timbul R : pada bagian dada S : 3 (0-5) T : saat beraktifitas Riwayat kesehatan dahulu
  • 17. 17 - Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya. - Kaji apakah klien pernah mengalami riwayat alergi obat-obatan ataupun makanan 1. aktifitas atau istirahat Gejala:klien tidak mampu melakukan aktifitas karena badany terasa lemah Tanda:klien Nampak lemah 2. sirkulasi Tanda:takikardi. 3. Pernapasan Gejala:klien mengatakan sulit bernafas dan batuk . Tanda:  klien Nampak sesak napas  batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan berbau amis. 4. integritas ego Gejala :  klien mengatakan stress pada penyakitnya. Tanda:  gelisah 5. nyeri atau kenyamanan
  • 18. 18 Gejala:  klien mengatakan nyeri pada dadanya. Tanda:  klien memegang daerah yang nyeri  klien memegang daerah yang nyeri 6. makanan atau cairan Gejala:  klien mengatakan nafsucmakanya menurun dan mual. Tanda:  penurunan berat badan.  porsi makan tidak dihabiskan. 7. Neurosensori Tanda:  perubahan mental. 8. Keamanan Gejala:  klien mengatakan demam Tanda:  peningkatan suhu tubuh
  • 19. 19 9. seksualitas Gejala:  penurunan minat melakukan hubungan seks 10. hygiene Gejala:  klien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri Tanda:  klien Nampak kusam 11. penyuluhan dan pembelajaran Gejala:  klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan penangananya Tanda:  klien kurang mengetahui tentang penyakitnya.  klien Nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya b. klasifikasi data  Data subjektif i. klien mengatakan sulit bernafas dan batuk ii. Klien Nampak memegang dadanya saat nyeri
  • 20. 20 iii. klien mengatakan nyeri pada dadanya iv. Klien mengatakan nafsu makanya menurun dan mual v. klien mengatakan stress pada penyakitnya vi. klienmengatakan kurang mampu melakukan perawatan diri karena badanya lemah  Data objekti - Nampak sesak nafas - batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan bau amis - suhu tubuh meningkat - nampak meringis - penurunan berat badan - klien Nampak lemah - klien Nampak kusam - porsi makan tidak dihabiskan
  • 21. 21 b. .Analisa data Syimptom Etiologi problem DS:klien mengatakan sulit bernafas dan batuk DO:-Nampak sesak nafas -batuk produktif dengan sputum kuningn kehijauan dan bau amis Adanya faktor penyebab (abses paru) ↓ Inflamasi paru ↓ Adaya edema trakea (faringel) ↓ Peningkatan produksi sekret ↓ Ketidak efektifan jalan nafas Ketidak efektifan Bersihan jalan nafas DS:- klien mengatakan nyeri pada dada DO:- Klien Nampak memegang dadanya saat nyeri -nampak meringis Adanya faktor penyebab (abses paru) ↓ Inflamasi parenkim paru ↓ Adanya abses paru dekat Gangguan rasa nyaman nyeri
  • 22. 22 - skala : 3 (0-5) pleura ↓ terjadi pergesekan antara pleura parietaldan visceral saat respirasi ↓ impuls diteruskan di korteks cerebri ↓ nyeri dipersepsikan DS:- klien mengatakan demam Do:- suhu tubuh meningkat Adanya faktor penyebab (abses paru) ↓ Adanya infeksi perenkim paru ↓ Inflamasi perenkim paru ↓ terjadi reaksi tubuh terhadap infeksi ↓ Hipertermi
  • 23. 23 Peningkatan suhu tubuh ↓ Gangguan keseimbangan suhu tubuh (hipertermi) DS: - Klien mengatakan nafsu makanya menurun dan mual DO:- penurunan berat badan -porsi makan tidak dihabiskan Faktor penyebab ↓ Adanya sputum yang berbau amis dan rasa sputum saat batuk produktif ↓ Anoreksia dan mual ↓ Intake tidak adekuat ↓ Nutrisi kurang dari Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
  • 24. 24 kebutuhan tubuh DS:-klien mengatakan stress pada penyakitnya DO:- gelisah -perubahan mental(bingung) Adanya faktor penyebeb ↓ Perubahan status kesehatan ↓ Klien kurang terpapar informasi tentang penyakitnya ↓ Kurang pengetahuan ↓ Ansietas ansietas c. Prioritas Masalah
  • 25. 25 1.bersihan jalan nafas tidak efektif 2.gangguan rasa nyaman nyeri 3.hipertermi 4.gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 5. ansietas B. Diagnosa keperawatan 1.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum 2.gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya abses paru 3.hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi 4.nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 5. ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
  • 26. 26 C. intervensi Dx Tujuan intervensi Rasional 1. Tupan:setelah diberikan tikep selama 7 hari bersihan jalan nafas efektif Tupan: setelah diberikan tikep selama 2 hari bersihan jalan nafas berangsur- angsur membaik dengan criteria: -klien dapat bernafas dengan a.berikan petunjuk kepada klien untuk batuk efektif b.berikan minum hangat c.beri o2 dengan nasal kanul sesuai resep d.kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotic,ekspetoran a.dengan batuk efektifdapat melancarkan bersihan jalan nafas alami b. cairan dapat memobilisasi dan mengeluarkan secret c.memberikan bantuan pernafasan bagi pasien agar bernafas dengan baik d.antibiotik dapat membunuh mikroorganisme penyakit dan ekspetoran mengencerkan dahak
  • 27. 27 baik -.sputum berkurang 2 Tupan:setelah diberikan tikep selama 5 nyeri dapat hilang Tupen: setelah diberikan tikep selama 2 hari nyeri berkurang dengan kriteria -klien tidak mengeluh nyeri a.ajarkan tehnik distraksi Pada klien b.anjurkan tehnik relaksasi dan nafas dalam c.atur posisi yang nyaman pada klien d.kolaborasi dengan medis dalam pemberian a.tehnik distraksi dapat menghilangkan perhatian pasien pada nyeri b tehnik relaksasi dan nafas dalam mengurangi nyeri c.posisi nyaman dapat memberikan rasa kenyamanan pada klien d.analgesik dapat menekan
  • 28. 28 -wajah klien tenang obat analgesik pusat nyeri 3. Tupan:setelah diberikan tikep selama 2 hari suhu tubuh kembali normal Tupen: setelah diberikan tikep selama 1 hari peningkatan suhu tubuh berangsur- angsur menurun a. berikan kompres mandi hangat b.kolaborasi dengan medis dalam pemberian obat anti piretik a.kompres mndi hangat dapat membantu mengurangi demam b.antipiretik dapat mengurangi demam
  • 29. 29 dengan kriteria -klien tidak mengeluh demam -suhu tubuh 36- 37C 4. Tupan:setelah diberikan tikep selama 3 hari kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Tupen: setelah diberikan tikep selama 2 hari nutrisi dapat terpenuhi dengan criteria -nafsu makan baik -porsi makan dihabiskan a.pantau kebiasaan diit pasien b.berikan makanan berfariasi dan sesuai dengan kesukan klien c.berikan makanan porsi kecil hangat dan menarik
  • 30. 30 Tupan:setelah diberikan tikep selama 2 hari aansietas dapat teratasi Tupen: setelah diberikan tikep selama 1 hari ansietas berkurang dengan kriteria -klien tidak gelisah -klien tidak bingung dan tidak stres a.bina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat b.bantu pasien untuk mengungkap kecemasanya secara sportif c.berikan penjelasan tentang penyakitnya dengan kesembuhanya a.hubungan saling percaya menurunkan kecemasan klien b.mengungkapkan perasaan dapat mengurangi kecemasan c.penjelasan tentang penyakit dan kesembuhan dapat mengurangi kecemasan d.berikan pujian dapat memberikan motifasi dan mengurangi atau menghilangkan kecemasan 1. Implementasi dan Evaluasi
  • 31. 31 Diagnosa Implementasi Evaluasi Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum a.memberikan petunjuk kepada klien untuk batuk efektif hasil : - Klien kooperatif b.memberikan minum hangat hasil : - Klien merasa lega saat bernafas c.memberikan o2 dengan nasal kanul sesuai resep hasil : - Klien dapat bernafas secara efektif d.berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotic,ekspetoran hasil : - Gliseril guayakolat S : klien mengatakan pola nafas berangsur- angsur membaik O : tampak produksi sputum berkurang A : masalah sebagian teratasi P : persepsi di lanjutkan
  • 32. 32 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya abses paru a.mengajarkan tehnik distraksi Pada klien hasil : - Klien kooperatif b.meng anjurkan tehnik relaksasi dan nafas dalam hasil : - Klien kooperatif c.mengatur posisi yang nyaman pada klien hasil : - Klien merasa nyaman d.berkolaborasi dengan medis dalam pemberian obat analgesic hasil : - Ketorolac S : klien mengatakan nyeri berkurang saat batuk O : klien nampak tenang saat batuk, skala 2 (0-5) A : masalah sebagain teratasi P : intervensi dilanjutkan
  • 33. 33 Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi a. memberikan kompres mandi hangat hasil : - Klien merasa nyaman b.berkolaborasi dengan medis dalam pemberian obat anti piretik hasil : - S : klien mengatakan panasnya sudah menurun O : suhu tubuh 37 derajad A : masalah teratasi P : intevensi di pertahankan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh a.memantau kebiasaan diit pasien hasil : - klien makan secara teratur b.memberikan makanan berfariasi dan sesuai dengan kesukan klien hasil : - klien nampak makan S :klien mengatakan nafsu makanya membaik O : porsi makan di habiskan A : masalah teratasi P : intervensi di pertahankan
  • 34. 34 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan a.membina hubungan saling percaya antara pasien dan perawat hasil : - klien nampak percaya diri b.membantu pasien untuk mengungkap kecemasanya secara sportif hasil : - klien nampak terbuka dengan penyakitnya c.memberikan penjelasan tentang penyakitnya dengan kesembuhanya hasil : S : klien mengatakan sudah tidak cemas lagidengan penyakinya O : klien nampak tenang A : masalah teratasi P : intervensi di pertahankan
  • 35. 35 - klienkooperativ BAB III PENUTUP B. kesimpulan Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
  • 36. 36 Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru C. saran Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya. DAFTAR PUSTAKA 1. Doenges, Marilynn E; 1999; Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien; Edisi ke-3 Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta 2. Finegold SM, Fishman JA; 1998; Empyema and lung Abcess; in Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders 3rd ed; Philadelphia