1. Tugas Makalah KBM II
KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
PADA SISTEM PERNAPASAN “ASMA BRONKIAL”
DI SUSUN OLEH
Kelompok :
1.WD.JULIANTI
2.FITRA APRILIANI
3. FITRA YANI
4.FILTA KARIM
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH
KABUPATEN MUNA
2013
1
2. Daftar Isi
Halaman Sampul.......................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................
Bab I Pendahuluan..................................................................................
a. Latar Belakang
b. Tujuan
Bab II Pembahasan....................................................................................
Bab III Konsep Askep..............................................................................
Bab IV Kesimpulan....................................................................................
Daftar Pustaka
2
3. KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah penulis panjatkan kehadirat-Nya selain kata puji
syukur alhamdulillah atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penugasan ini dalam rangka pemenuhan SKS dalam keperawatan
Medikal Bedah (KMB) pada semester genap ini, dengan judul asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem pernafasan Asma Bronkial.
Penugasan ini merupakan proses pendekatan asuhan keperawatan yang komprehensip
dengan harapan dapat berguna bagi para mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak secara moril maupun materil maka dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi membantu penulis dalam menyelesaikan penugasan ini.
Disamping itu penulis juga menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan
yang terdapat dalam penugasan ini baik dari segi penyusunan maupun dari segi
penulisan oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima saran dan kritikan
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penugasan ini.
Akhir kata semoga penugasan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
menjadi yang terbaik dari sekian banyak yang paling baik, Wassalam.
Raha, Februari 2013
Penulis
3
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar).
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada
saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan
karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri
melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil
buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan (Pearce, 2008).
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang
merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu
maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat
menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia
khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dari asma bronkial.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari asma bronkial.
3. Mahasiswa mampuh memgetahui gejala dan patifisiologi dari asma asma
bronkial.
4. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa yang dapat muncul pada klien yang
mengalami asma bronkial
4
6. BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermitten, reversibledimana trakeobronkial berespon
secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.Asma bronchial
adalah
suatu
penyakit
dengan
ciri
meningkatnya
respontrakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan.
2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik
6
7. Dimana diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya cara penurunannya dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronchial jika terpapar dengan factor pendetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan
b. Faktor presipitasi
Allergen
Dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu inhalan, yang
masuk melalui saluran pernapasan, ingestan, yang masuk melalui
mulut, kontaktan, yang masuk melalui kontrak dengan kulit
Perubahan cuaca
Cuaca
lembab
dan
hawa
pegunungan
yang
dingin
sering
mempengaruhi asama.Atmaosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja
7
8. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obatobatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
8
9. dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
4.Dampak Terhadap Berbagai Sistem Tubuh
Pengaruh asma bronkial terhadap berbagai sistem tubuh :
1. Asma bronkial dapat menyebabkan terjadinya kekurangan kadar O2 dalam
jaringan sehingga dapat menyebabkan terjadinya kematian jaringanjaringan tepi terutama pada otot-oto tubuh, kukurangan oksigen dalam
jaringan juga dapat berdapak terhadap kerusakan jaringan sistem
neurologi terutama pada sistem syaraf pusat yang dalam aktifitasnya
sangat membutuhkan oksigen sebagai bahan utama dalam melaksanakan
aktivitasnya. Otak tidak memiliki cadangan oksigen sehingga bila terjadi
gangguan dalam penyaluran oksigen seperti terjadi asma bronkhial dan
terjadi henti napas selama > 8-10 menit maka akan terjadi kerusakan otak.
2. Dampak tercepat sebagai akibat dari kekurangan oksigen dalam tubuh
juga dapat menyebabkan terjadinya kelemahan fisik, penurunan kontraksi
otot jantung bahkan gagal jantung karena dalam kenyataanx kadar oksigen
dalam darah sekitar 40% digunakan oleh otot jantung itu sendiri.
5.Patofisiologi dan penyimpangan KDM
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
9
10. alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus.Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekalikali melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea.Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
10
11. serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.Hal
ini bisa menyebabkan barrel chest.
Penyimpangan KDM
Pencetus :
Allergen
Olahraga
Cuaca
Emosi
Penghambat
kortikosteroid
Kelemahan
fisik
Imun
respon
menjadi
aktif
Pelepasan mediator
humoral
Histamine
SRS-A
Serotonin
Kinin
Bronkospasme
Edema mukosa
Sekresi
meningkat
inflamasi
bersihan jalan napas
inefektif
Sesak napas
Nyeri pada
saluran
napapas.
BMR
menurun
6.Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
11
12. pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah
sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang
merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi
dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali
terjadi pada malam hari.
7.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ASMA BRONKIAL
1. Laboratorium
a. Lekositosis dengan neutrofil yang meningkat menunjukkan adanya
infeksi
b. Eosinofil darah meningkat > 250/mm3 , jumlah eosinofil ini menurun
dengan pemberian kortikosteroid.
2. Analisa gas darah
3.
4.
5.
6.
Hanya dilakukan pada penderita dengan serangan asma berat atau status
asmatikus.Pada keadaan ini dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan
asidosis respiratorik.Pada asma ringan sampai sedang PaO2 normal
sampai sedikit menurun, PaCO2 menurun dan terjadi alkalosis
respiratorik.Pada asma yang berat PaO2 jelas menurun, PaCO2 normal
atau meningkat dan terjadi asidosis respiratorik.
Radiologi
Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru biasanya tidak
menunjukkan adanya kelainan. Beberapa tanda yang menunjukkan yang
khas untuk asma adanya hiperinflasi, penebalan dinding bronkus,
vaskulasrisasi paru.]
Faal paru:
Menurunnya FEV1
Uji kulit:
Untuk menunjukkan adanya alergi
Uji provokasi bronkus
Dengan inhalasi histamin, asetilkolin, alergen.Penurunan FEV 1 sebesar
20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan petanda adanya
hiperreaktivitas bronkus.
12
13. 8.Manajemen medik
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan segera
b. Mengenal dan menghindari factor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit
asma,
baik
pengobatannya
maupun
tentang
perjalanan
penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan.
Pengobatan pada asma bronchial terbagi atas 2 yaitu :
a. Pengobatan non farmakologik
Memberikan penyuluhan
Menghindari factor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu
b. Pengobatan farmakologik
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran napas, seperti
simpatomimetik / anrenergi (orsiprenalin, fenoterol, terbutalin), sentin
(teofilin) seperti aminofilin, aminofilin, teofilin)
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegahan
serangan asma, terutama untuk asma alergik.
13
14. Ketolifen yang mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin.
9. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Status asmatikus
b. Atelektasis
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisema
f. Deformitas thoraks
g. Gagal napas.
14
15. BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Aktivitas / Istrahat
Tanda
: kelemahan, adanya penurunan kemampuan/peningkatan
kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. Tidur
dalam posisi duduk tinggi
Gejala
: Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seharihari karena sulit bernapas.
Pernapsan
Tanda
: Dispenea, bunyi napas mengi, adanya batuk berulang,
napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang,
susah dalam bernapas
Gejala
: Klien mengatakan kesusahan dalam bernapas.
Sirkulasi
Tanda
: Peningkatan
tekanan
15
darah,
peningkatan
frekuensi
16. jantung, kemerahan atau berkeringat
Integritas ego
Tanda
: Ansietas, ketakutan, peka rangsangan, gelisah
Gejala
: Klien mengatakan kekhawatiran terhadap kondisinya,
klien mengatakan tidak dapat beristrahat dengan cukup
Makanan dan cairan
Tanda
: Penurunan berat badan, porsi makan tidak dihabiskan
Gejala
: Klien mengatakan ketidakmampuan untuk makan karena
susah untuk bernapas, klien mengatakan nafsu makannya
menurun.
Interaksi sosial
Tanda
: Keterbatasan mobilitas fisik, susah bicara atau terbatabata, adanya ketergantungan pada orang lain.
Gejala
: Klien mengatakan susah untuk berbicara.
Seksualitas
Tanda
: Penurunan libido
Gejala
: Klien mengatakan nafsu untuk melakukan seks menurun
b. Klasifikasi Data
Data Subyektif
16
17. Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernapas.
Klien mengatakan kesusahan dalam bernapas.
Klien mengatakan kekhawatiran terhadap kondisinya.
Klien mengatakan ketidakmampuan untuk makan karena susah untuk
bernapas
Klien mengatakan tidak dapat beristrahat dengan cukup karena susah
bernapas
Klien mengatakan nafsu makannya menurun.
Klien mengatakan susah untuk berbicara.
Klien mengatakan nafsu untuk melakukan seks menurun
Data Obyektif
Kelemahan, adanya penurunan kemampuan
Dispenea, susah dalam bernapas
Bunyi napas mengi
Adanya batuk berulang
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang,
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Kemerahan atau berkeringat
Ansietas
17
18. Gelisah
Penurunan berat badan
porsi makan tidak dihabiskan
Keterbatasan mobilitas fisik
Susah bicara atau terbata-bata
Penurunan libido
c. Analisa Data
Data
1
Ds :
Klien mengatakan
Penyebab
2
Faktor penyebab asma
(ekstrinsik dan
intrinsik)
kesusahan dalam
bernapas.
Do :
↓
Respon imun yang
buruk terhadap
lingkungan
Dispenea
Susah dalam
Merangsang produksi
antibody Ig E
↓
bernapas
Merangsang
Bunyi napas mengi
Adanya batuk
berulang
parasimpatis otonom
sistem napas : reflex
axon neuropeptida
↓
Napas memburuk
ketika pasien
Degranulasi sel mast,
epitel, makrofag
18
Masalah
3
Gangguan pertukaran
gas
19. ↓
berbaring
terlentang,
Merangsang pelepasan
mediator kimia terjadi
Peningkatan
frekuensi jantung
pengeluaran histamine,
bradikinin
Konstriksi otot polos
bronkus
↓
Bronkospasme
↓
Udara terperangkap
dalam saccus alveolus
↓
Penurunan ventilasi
alveolus
↓
Difusi gas terganggu
↓
Gangguan pertukaran
gas
Ds :
Faktor penyebab asma
bronchial
Klien mengatakan
↓
ketidakmampuan
Bronkospasme
↓
untuk makan
karena susah untuk
Udara terperangkap
dalam saccus alveolus
bernapas
↓
19
Gangguan pemenuhan
keb. nutrisi
20. Klien mengatakan
Penurunan ventilasi
alveolus
nafsu makannya
↓
menurun.
Difusi gas terganggu
↓
Penurunan suplay
O2dalam darah
↓
Do :
Penurunan berat
Kompensasi tubuh
untuk mendapatkan
badan
porsi makan tidak
dihabiskan
suplay O2 yang cukup
kejaringan yaitu
dengan peningkatan
usaha bernapas
Kelemahan
Adanya penurunan
kemampuan
↓
Kontraksi otot
pernapasan
↓
Susah dalam
bernapas
Energy banyak
digunakan untuk
bernapas
↓
Ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
↓
Nafsu makan menurun
20
21. ↓
Intake nutrisi kurang
↓
Gangguan pemenuhan
nutrisi
Ds :
Stimulasi sesak
↓
Klien mengatakan
Merangsang susunan
tidak dapat
beristrahat dengan
cukup karena susah
saraf pusat ototnom
mengaktivasi
noreefineprin
↓
bernapas
Klien mengatakan
kekhawatiran
Merangsang saraf
simpatis untuk
mengaktivasi RAS
terhadap
↓
kondisinya.
Do :
Mengaktifkan kerjsa
organ tubuh
Ansietas
↓
Gelisah
REM menurun
↓
21
Gangguan
pemenuruhan
kebutuhan
istrahat
dan tidur
22. Klien terjaga
↓
Gangguan pemenuhan
kebutuhan istrahat dan
tidur.
d. Prioritas masalah
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay
oksigen
2) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
3) Gangguan pemenuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan
stimulasi sesak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen
ditandai dengan :
Ds
: Klien mengatakan kesusahan dalam bernapas.
Do : Dispenea
Susah dalam bernapas
Bunyi napas mengi
Adanya batuk berulang
22
23. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang,
Peningkatan frekuensi jantung
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksi ditandai
dengan :
Ds
: Klien mengatakan ketidakmampuan untuk makan karena
susah untuk bernapas
Klien mengatakan nafsu makannya menurun.
Do : Penurunan berat badan
porsi makan tidak dihabiskan
Kelemahan
Adanya penurunan kemampuan
Susah dalam bernapas
c. Gangguan pemenuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan stimulasi
sesak ditandai dengan :
Ds
: Klien mengatakan tidak dapat beristrahat dengan cukup
karena susah bernapas
23
24. Klien mengatakan kekhawatiran terhadap kondisinya.
Do : Ansietas
Gelisah
24
25. 3. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
1
Intervensi
Kerusakan pertukaran gas Tupan :
berhubungan
dengan
gangguan suplay oksigen
ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan
Dalam
1. Pertahankan
waktu
5
hari
kerusakan pertukaran gas
teratasi
maksimal, mengurangi
dengan
penekanan pada sisi
miring kearah
yang terkena
yang
normal,
paru
serta
dan
ventilasi pada sisi yang
bernapas.
selama 3 X 24 jam, klien
Do :
akan
Dispenea
perbaikan dalam pertukaran
Susah dalam bernapas
gas dengan kriteria :
Napas memburuk
posisi tidur semi fowler
Tupen :
Setelah dilakukan intervensi
Adanya batuk berulang
1. Meningkatkan inspirasi
ekspansi
kesusahan dalam
Bunyi napas mengi
Rasional
memperlihatkan
tidak sakit.
2. Bimbing dan latih teknik 2. Diharapkan
nafas
dalam
sesak
secara
napas klien berkurang
teratur, monitor dan catat
dan perubahan kondisi
TTV
klien
dapat
terobservasi
- Klien
tidak
mengeluh 3. Monitor
sesak
pernapasan
dangkal,
- Frekuensi nafas normal
fungsi 3. Perubahan
:
cepat,
dyspneu
perkembangan dada
dan
dan
peningkatan frekuensi
pernapasan
terobservasi
dapat
26. ketika pasien berbaring
terlentang,
16 – 20 x/menit
4. Berikan O2 BC sesuai 4. Diharapkan
- Pergerakan
Peningkatan frekuensi
jantung
otot
pernpasan normal
- Pergerakkan
program
yaitu
3
sesak
dada
dan
kebutuhan
liter/menit
berkurang
O2
terpenuhi
simetris
- Tidak terdapat retraksi
interkostalis
2
Gangguan
pemenuhan Tupan :
kebutuhan
berhubungan
nutrisi
dengan
anoreksia ditandai dengan ;
1. Kaji
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selam 5 hari,
kebutuhan
Ds :
klien
teratasi
Klien mengatakan
nutrisi
Tupen :
ketidakmampuan untuk
makan karena susah
untuk bernapas
Klien mengatakan
diet, 1. Pasien
distress
masukan makanan saat
pernapasan akut sering
ini.
anoreksia
Catat
derajat
kerusakan makanan
2. Sering
karena
dispneu
lakukan 2. Rasa tak enak, bau
perawatan oral, buang
keperawatan selama 3 hari,
kebutuhan klien akan nutrisi
terpenuhi
menurunkan
nafsu
sekret, berikan wadah
Setelah diberikan tindakan
beransur-ansur
kebiasaan
makan
dapat
khusus
menyebabkan
pakai
untuk
sekali
dan
mual/muntah
peningkatan
napas
dengan
kesulitan
27. nafsu makannya
dengan kriteria :
menurun.
- Nafsu
Do :
Penurunan berat badan
makan
3. Berikanan
klien
meningkat
- Porsi makan dihabiskan
makanan 3. Makanan dan dalam
dalam bentuk cair, dan
bentuk cair memudah
dengan porsi sedikit tapi
klien dalam mencerna
sering
makanan
yang
diberikan serta porsi
- Berat badan meningkat.
sedikit
porsi makan tidak
tapi
sering
membantu
dihabiskan
meningkatkan
Kelemahan
Adanya penurunan
kebutuhan nutrisi klien
4. Kolaborasi dengan tim 4. Membantu mengatasai
gizi dalam menentukan
kemampuan
Susah dalam bernapas
kebutuhan klien akan
diit yang akan diberikan
nutrisi
pada
indikasi.
klien
sesuai
28. 3
Gangguan
istirahat
pemenuhan Tupan:
tidur
teraktivasinya
b.d
RAS
ditandai dengan :
Setelah dilakukan perawatan
tidur
terpenuhi
beristrahat
dengan cukup karena
susah untuk bernapas
Do :
Gelisah
Insomnia
klien tidak bisa tidur
menentukan intervensi
selanjutnya
2. Anjurkan klien untuk 2. susu
berelaksasi
Setelah dilakukan intervensi
selama 2 x 24 jam klien
dapat istirahat tidur dengan
kriteria evaluasi :
- Klien
penyeban klien tidak
bisa tidur dan untuk
klien
Klien mengatakan tidak Tupen:
dapat
penyebab 1. Dapat mengidentifikasi
selama 5 hari kebutuhan
Istirahat
Ds :
1. Identifikasi
minum
dengan
segelas
susu
hangat sebelum tidur
mengandung
triptopan
yang
mempunyai
efek
sedative
3. Anjurkan klien untuk 3. dapat
meningkatkan
tidur dengan posisi yang
ekspansi
nyaman
maksimal
paru
yang
mengatakan 4. Anjurkan klien untuk 4. meningkatkan relaksasi
tidurnya nyenyak tanpa
melakukan
sering terbangun
kebiasaannya
- Klien dapat tidur malam
selama 8 jam
- Tidak tampak banyangan
hitam dikelopak mata
dan kesiapan tidur
sebelum
tidur
5. Ciptakan
yang nyaman
lingkungan 5. lingkungan
tenang
membantu klien untuk
dapat beristrahat cukup
29. 4. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana.
Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan pasien
dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan serta peranserta pasien
yang diharapkan. Setelah semua tindakan dilaksanakan beserta respon pasien
kemudian data tindakan tersebut di dokumentasikan.(Keliat, 1999).
5. Evaluasi Tindakan Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada respon pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.Evaluasi dapat dibagi dua,
yaitu evaluasi hasil/sumatif dilakukan dengan membandingkan respon pasien pada
tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
29
30. BAB IV
A.KESIMPULAN
1. Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversibledimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.
2. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (
whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri
di dada.
3. Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
4. Prioritas masalah
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay
oksigen
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
c. Gangguan pemenuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan
stimulasi sesak
B.SARAN
Semoga makalah ini dapat di pergunakan oleh kita semua dalam proses pembelajaran
yang efektif dan bernilai guna .
30
31. DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002.Keperawatan Medikal Bedah, EGC; Jakarta.
Joyce, M. 2008. http:/www. Asma Bronchiale. Jakarta
Purnawan, 2007, Asma Bronchiale.Wordpress. Com
Price & Willson, 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyaki.Edisi 4
EGC; Jakarta
Roger, W. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Gramedia; Jakarta
31