Dokumen tersebut membahas tentang hematotoraks, yaitu pengumpulan darah di rongga dada. Secara ringkas, dibahas tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan hematotoraks yang dapat dilakukan secara konservatif maupun operatif. Komplikasi yang dapat timbul antara lain surgical emfisema subkutis.
1. BAB II
( TINJAUAN TEORITIS HEMATOTORAKS )
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi
faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Hudak, 1999).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994).
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum
thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga paru
terdesak dan terjadinya perdarahan.
Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan
dan jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma
pada dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan
kerusakan
(
http://wwwdagul88.blogspot.com/2011/02/askep-trauma
dada.html ).
Hematotoraks adalah pengumpulan darah dalam ruang potensial antara
pleura viseral dan parietal. Gejala dan tindakan pada waktu penderita
masuk sangat tergantung pada jumlah perdarahan yang ada dirongga
toraks ( Arif Mansjoer,dkk,
).
2. Etiologi
Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan
Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka
rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi
CVP, ventilasi dengan tekanan positif) (FKUI, 1995) (
http://wwwdagul88.blogspot.com/2011/02/askep-trauma dada.html ).
3. Klasifikasi
Trauma thorak (hematotoraks) klasifikasikan menjadi :
a. Trauma tembus (tajam)
1. Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat
penyebab trauma
2. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
3. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi2.
Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang
dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal.
Pisau atau projectile, misalnya, akanmenyebabkan kerusakan jaringan
dengan stretching dan crushing dan cedera biasanya menyebabkan
batas luka yang sama dengan bahan yang tembus pada jaringan.
Berat ringannya cidera internal yang berlaku tergantung pada
organ yangtelah terkena dan seberapa vital organ tersebut. Derajat
cidera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan temasuk,
diantarafaktor lain, adalah efisiensi dari energy yang dipindahkan dari
obyek ke jaringan tubuhyang terpenetrasi.
Faktor faktor lain yang berpengaruh adalah karakteristik dari
senjata, seperti kecepatan, size dari permukaan impak, serta densitas
dari jaringantubuh yang terpenetrasi.
Pisau biasanya menyebabkan cidera yang lebih kecil karena
iatermasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk yang
disebabkan oleh pisausebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi.
Luka disebabkan tusukan pisau biasanyadapat ditoleransi, walaupun
tusukan tersebut pada daerah jantung, biasanya dapatdiselamatkan
dengan penanganan medis yang maksimal.
Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan
biasanya bisamencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik.
Proyektil dengan kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat
menyebabkan berat cidera yang samadenganseperti penetrasi pisau,
namun tidak seperti pisau, cidera yang disebabkan olehpenetrasi
3. peluru dapat merusakkan struktur yang berdekatan dengan laluan
peluru.
Ini karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan dan
dengan menghasilkangelombang syok jaringan yang bisa bertambah
luas. Tempat keluar peluru mempunyadiameter 20-30 kali dari
diameter peluru.
b. Trauma tumpul
1. Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
2. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush
atau blastinjuries.
3. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio
paru
4. Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi
5. Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma
tembus,kira-kiralebih dari 90% trauma thoraks.
Dua mekanisme yang terjadi pada trauma tumpul:
transfer energi secara direk pada dinding dada dan organ thoraks
deselerasideferensial, yang dialami oleh organ thoraks ketika
terjadinya impak.
Benturan yangsecara direk yang mengenai dinding torak dapat
menyebabkan luka robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang
seperti tulang iga. Cedera thoraks dengantekanan yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan
ruptur dari organ organ
yang berisi cairan atau gas
(http://areamahasiswarantau.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatanhematotoraks.html).
4. Dampak Terhadap Berbagi Sistem Tubuh
a. Sistem muskuloskeletal
Dampak hematotoraks pada sisitem ini yaitu susah melakukan aktivitas
karena dispnea.
b. Sistem kardiovaskuler
Takikardi dan frekuensi tak teratur (distritmia), tanda homman ( bunyi
rendah sehubungan dengan denyut jantung, menunjukan udara dan
cairan dalam medistinum ).hipertensi/ hipotensi.
c. Sistem integumen
Pada umumnya kuli pucat, sianosis, berkeringat, ( udara pada jaringan
dengan palpasi).
d. Sistem pencernaan
Pada klien dengan Hematotoraks biasanya ditemukan kehilangan nafsu
makan, mual muntah, hiperaktif bunyi usus.
e. Sistem perkemihan
4. Umumnya tidak ada gangguaan pada sistem perkemihan.
f. Sitem imunitas
Pada klien Hematotoraks biasanya ditemukan penurunan sisitem imun
akibat kurangnya asupan nutrisi yang disebabkan hilangnya nafsu
makan sehingga menyebabkan munculnya berbagai penyakit atau biasa
disebut dengan komplikasi.
g. Sitem persarafan
Biasanya pada pasin Hematotoraks jarang ditemukan gangguan sistem
persarafan (Meldawati Muslimin, 2012).
5. Patofisiologis dan Penyimpangan KDM
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga
yang berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga
yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi
dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan,
maka akan terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi
sistem pernafasan.
Akibat trauma dada disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara
(tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat,
menyebabkan pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral
demikian juga penurunan aliran baik venosa mengakibatkan kolapnya
paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru
seperti patahan tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif
penyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural meningkat
mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps.
Kontusio paru mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paruparu tidak dapat mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi
terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup
kemungkinan akan terjadi syok. (http://www.iwansain.wordpress.com)
Patofisiologi hematotoraks dikaitkan dengan kebutuhan dasar manusia
yaitu :
Kecelakaan Lalulintas
Menyebabkan ruda paksa tumpul pada toraks dan abdoment.
Diikuti dengan patah tulang tertutup.
Trauma abdoment
Trauma torak
(Hematotorak)
Patah
tulang
5. Pendarahan jaringan
interstitium, Pendarahan Intra
alviolar, kolaps arteri dan
kapiler, kapiler kecil, hingga
tahanan periver pembuluh
darah paru naik , aliran darah
menurun.
4.
5.
HB turun, sesak napas nyeri
dada, pergerakan napas
pendek
1.
2.
Gangguan pertukaran gas.
Pola pernapasan tidak efektif
6.
7.
Kompensasi untuk
mengurangi nyeri pasien
berbaring dan takut bergerak,
takut ngantuk.
Pecahnya usus sehingga terjadi
pendarahan
Vs : T
, t , DN
Hipertermi
Resiko defisit volume cairan
Nyeri tekanan +, defance
muskular +, suara bising usus -,
kembung.
Gangguan rasa nyaman (nyeri).
Gangguan pola pernapasan.
Reflek batuk menurun.
3.
Terputusn
ya /
hilangnya
kontinuitas
dari
struktur
tulang.
Nyeri
gerak,
deformitas,
krepitase.
Gerakan
abnormal
di lokasi
patah
tulang
8.
Gangguan
mobilitas
Pembersihan jalan nafas tidak
efektif.
(http://areamahasiswarantau.blogspot.com/2012/06/asuhankeperawatan-hematotoraks.html).
6. Tanda dan Gejala
Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
Dyspnea, takipnea
Takikardi
Tekanan darah menurun.
Gelisah dan agitasi
Kemungkinan cyanosis.
Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
Pada penderita hematotoraks keluhanya nyeri dan sesak napas. Bila
ada keluhan yang progresif, curigai adanya tension pneumothorakx.
Pada inspeksi biasanya tidak tampak kelainan, mungkin gerakan
napas tertinggal atau pucat karena pendarahan.fremitus sisi yang
terkena lebih keras dari sisi yang lain. Pada perkusi di dapatkan pekak
6. dengan batas seperti garis miring atau mungkin tidak jelas, tergantung
pada jumlah darah yang ada di rongga toraks. Bunyi napas mungkin
tidak didengar bahkan hilang ( Arif Mansjoer,dkk,
).
7. Prosedur Diagnostik
Radiologi : foto thorax (AP).
Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
Hemoglobin : mungkin menurun.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Toraksentesis:
menyatakan
darah/cairan
(http://areamahasiswarantau.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatanhematotoraks.html).
8. Manajemen Medik
a. Konservatif
Pemberian analgetik
Pemasangan plak/plester
Jika perlu antibiotika
Fisiotherapy
b. Operatif/invasif
Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
Pemasangan alat bantu nafas.
Pemasangan drain.
Aspirasi (thoracosintesis).
c. Operasi (bedah thoraxis)
d. Tindakan untuk menstabilkan dada:
Miring pasien pada daerah yang terkena.
Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir
positif,didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1. Gejala contusio paru
2. Syok atau cedera kepala berat.
3. Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4. Umur diatas 65 tahun.
5. Riwayat penyakit paru-paru kronis.
e. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension
Pneumothorak mengancam.
f. Oksigen
tambahan
(http://areamahasiswarantau.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatanhematotoraks.html).
7. 9. Komplikasi
a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong
tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya
membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi
keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri
dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga
pleura maka terjadi tanda – tanda :
Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian
tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)
f. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum
(http://areamahasiswarantau.blogspot.com/2012/06/asuhankeperawatan-hematotoraks.html).
pleura
8. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh.Pengkajian pasien dengan trauma thoraks ( Doenges,
1999) meliputi :
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan mengumpilkan informasi
tentang klien yangdilakukan secara sistematis untuk menentukan
masalah masalah serta kebutuhab – kebutuhan klien.
1. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajiannomor registrasi, diagnosa medis dan alamat.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan klien
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat keluhan utama merupakan gambaran keluhan saat
dilakukan pengkajian sampai terjadinya penyakit saat ini dengan
menggunakan metode PQRST.
P: profokatif/ paliatif
Apa yang menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya keluhan.
Bertambahnya keluhan pada klien hematotoraks biasanya pada saat
beraktifitas atau bermain dan berkurang apabila klien beristrahat
atau berbaring.
Q: quantity/ quality
Bagaimana bentuk atau gambaran keluhan dan sejauhmana tingkat
keluhannya.klien dengan Hematotoraks biasanya sesak dirasakan
terus menerus hingga klien gelisah dan merintih kesakitan.
R: Region/ Radasi
Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya. Pada klien dengan
Hematotoraks sesak dan nyeri dirasakan pada daerah dada dan
pergerakan dada lebih cepat.
S: skale
9. Intensitas keluhan apakah sampai mengganggu atau tidak. Pada
klien dengan Hematotoraks, klien sampai tidak mampu melakukan
aktivitas karena sesak dan nyeri dada.
T: Timing
Kapan waktu mulai terjadi keluhan terjadi keluhan dan berapa lama
kejadian ini berlangsung. Pada klien dengan hematotoraks, sesak
biasanya dirasakan saat setelah beraktivitas dan sesak berlangsung
hingga berkurang apabila klien dibaringkan.
2. Riwayat kesehatan terdahulu
Pada riwayat kesehatan terdahulu, pernakah klien menderita
penyakit yang sama atau perlu dikaji , apakah klien pernah
mengalami penyakit yang berat atau suatu penyakit tertentu yang
mungkin akan berpengaruh dengan kesehatanyasekarang. Pada
klien dengan hematotoraks biasanya untuk riwayat kesehatan
dahulu ada penyakit yang mempengaruhi kesehatan klien saat ini .
dimana dahulu klien pernah mengalami kecelakan dimana benturan
benda tumpul dan benda tajam pada bagian dada.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dengan menggunakan genogram tiga generasi, apakah dalam
keluarga klien ada yang pernah menderita penyakit yang
sama.riwayat kesehatan keluarga tidak ada yang mengalami
penyakit Hematotoraks.
4. Kesadaran umum : Kompos Mentis
Klasifikasi Data
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat
a. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah,tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ
b. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah
c. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau
regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh
napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan
10. abdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku
distraksi, mengkerutkan wajah
e. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma,
penyakit parukronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial
menyebar, keganasan ;pneumothoraks spontan sebelumnya,
PPOM.Tanda : Takipnea peningkatan kerja napas ; bunyi napas
turun atau tak ada ;fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ;
gerakkkan dada tidak sama ;kulit pucat, sian osis, berkeringat,
krepitasi subkutan ; mental ansietas,bingung, gelisah, pingsan ;
penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif
f. Keamanan
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan
g. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya
bedahintratorakal/biopsy paru
Analisa Data
Symptom
Ds:
Klien
mengatakan
kesulitan saat bernapas
Do:
Tampak bunyi napas
turun bahkan sampai
tidak ada
Tampak kulit pucat
Berkeringat
Tampak bingung dan
gelisah
Pingsan
Etiologi
Adanya faktor penyebab
Riwayat
bedah
dada/trauma
Hematotoraks
menyebabkan tedapatnya
darah
dalam
rongga
pleura, sehingga paru
terdesak dan terjadinya
perdarahan
peningkatan kerja napas
bunyi napas turun atau tak
ada
Ketidak efektifan pola
napas
Ds:
Terdapat
penumpukan
Klien
mengatakan sekret pada saluran napas
batuk berdahak dan
sesak napas
Klien
mengatakan
nyeri pada daerah
tenggorokan
Ds:
Adanya faktor penyebab
Klien mengatakan nyri ( hematotoraks )
pada dada
Akibat benturan benda
Do:
tumpul/ tajam
Klien
nampak Terputusnya kontinuitas
memegang dada saat jaringan
Problem
Pola napas tidak
efektif
Inefektif bersihan
jalan napas
Nyeri
11. nyeri
Klien
nnampak
mengkerutan wajah
Nampak meringis
Skala : 3 (0-5)
Pendarahan
jaringan
interstitium,
Pendarahan Intra alviolar
Kolaps arteri dan kapiler,
Kapiler kecil, hingga
tahanan periver pembuluh
darah paru naik , aliran
darah menurun.
Implus dikirim ketalamus
bagian korteks serebri
Nyeri dipresepsikan
Ds:
Klien
mengatakan
adnya rasa sakit diarea
pemasangan drainage
Do:
Tampak
kemerahan
pada kulit pada area
pemasangan Drainage
Trauma mekanik
Kerusakan
Pemasangan
bullow integritas kulit
drainage
Kerusakan
lokal pada
kulit/ integritas kuli
Ds:
klien mengeluh rasa
sakit pada daerah luka.
Do:
Terdapat balutan pada
bekas operasi.
Didalam
balutan
terdapat luka berwarna
merah
Pembedahan/Toraksotomi Resiko infeksi
Adanya luka jahitan pada
dada
Kerusakan integritas kulit
Media yang baik untuk
perkembangan
mikroorganisme patogen
Perawatan luka yang in
adekuat
Resiko terjadinya infeksi
Ds:
Kelemahan
Gangguan personal
Klien
mengatakan Intoleransi aktivitas
higiene
badannya gatal – gatal Ketidak
mampuan
dan tidak nyaman
melakukan ADL
Do:
Gangguan
personal
Tampak lemah
higiene
Kuku tangan kotor dan
panjang
Rambut tampak kotor
dan berminyak
Keadaan kulit nampak
kotor
Ds:
Klien
Kurangnya pengetahuan Ansietas
mengatakan tentang penyakit
12. khawatir
dengan
penyaktnya
Klien selalu berharap
supaya cepat sembuh
dan berkumpul dengan
keluarganya
Do:
Penampilan
klien
tampak cemas dan
gelisah
Ekspresi wajah tegang
Merupakan
stresor
psikologis
Koping tidak efektif
Ansietas
Prioritas Masalah
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Gangguan pernapasan/ pola napas tidak efektif
Inefektif bersihan jalan napas
Kerusakan integritas kulit
Nyeri
Resiko infeksi
Gangguan personal Higiene
Ansietas/ kecemasan
2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
b) Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
c) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
terpasang bullow drainage.
d) Nyeri berhubungan dengan rasa aman dan nyaman /perilaku distraksi
e) Infeksi berhubungan dengan
f) Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kelemahan otot
g) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit
3. Intervensi Setiap Diagnosa
Intervensi keperawatan yang muncul pada pasien dengan trauma thorax (
hematotoraks ) (Wilkinson, 2006) meliputi :
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan
ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.
13. Kriteria hasil :
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Diagnosa II : Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan
peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri
dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
Menunjukkan batuk yang efektif.
Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
Klien nyaman.
Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
mekanik terpasang bullow drainage.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
4. Implementasi
a. Intervensi : Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola pernapasan
berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena
trauma.
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat
tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
14. Rasionalnya : Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi
paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
2. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital.
Rasionalnya : Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat
terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
Rasionalnya : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau
kolaps paru-paru.
Rasionalnya : Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
Rasionalnya : Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang
dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam :
1. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
rasiobalnya : Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang
diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.
2. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang
ditentukan.
rasionalnya : Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang
mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.
3. Observasi gelembung udara botol penempung.
Rasionalnya : gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang
angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya
menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak
adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau
slang buntu.
15. 4. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak
terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat
drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.
rasionalnya b: osisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan
pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.
c. Intervensi : Diagnosa II : Inefektif bersihan jalan napas berhubungan
dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder
akibat nyeri dan keletihan.
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
Rasionalnya : Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
Rasionalnya : Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak
efektif, menyebabkan frustasi.
d. Intervensi : Diagnosa III : Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
rasionalnya : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah
dalam melakukan tindakan yang tepat.
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
rasionalnya : mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah
3. Pantau peningkatan suhu tubuh.
Rasionalnya : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai
adanya proses peradangan.
4. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas.
Rasionalnya : tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka
dan mencegah terjadinya infeksi.
5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
Rasionalnya : agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak
menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
16. 6. Setelah
debridement,
ganti
balutan
sesuai
kebutuhan.
rasionalnya : balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung
kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasionalnya : antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme
pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
5. Evaluasi
Hasil
pasien
Pola pernapasan efektive.
Data yang menunjukan bahwa hasil
dicapai
Memperlihatkan
frekuensi
pernapasan yang efektive.
Mengalami
perbaikan
pertukaran gas-gas pada paru.
Adaptive mengatasi faktorfaktor penyebab
Jalan napas lancar/normal
Menunjukkan batuk yang
efektif.
Tidak ada lagi penumpukan
sekret di sal. pernapasan.
Klien nyaman.
Mencapai penyembuhan
luka pada waktu yang
sesuai
tidak ada tanda-tanda infeksi
seperti pus.
luka bersih tidak lembab dan
tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas
normal atau dapat ditoleransi.