1. KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin......
Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridonya akhirnya
saya dapat menyelesaikan tugas untuk mata kuliah KMB, yang membahas mengenai penyakit
influenza yang merupakan penyakit tertua dan yang biasa dialami manusia.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam
menjalankan syariatnya.
Saya ucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah membantu
mensukseskan tugas akhir KMB ini hingga selesai, baik secara langsung maupun tidak.
Bila dalam penyampaian tugas ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca,
dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf yang setulusnya.
Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat saya harapkan untuk perbaikan
tugas ini kedepan. Semoga taufik, hidayat dan rahmat senantiasa menyertai kita semua menuju
terciptanya keridhoan Allah SWT.
Amin ya Robbal Alamin......
Raha,
Desember 2013
Penulis
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering
didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan.
Penyakit influenza pertama kali diperkenalkan oleh Hipocrates pada 412 sebelum Masehi.
Pandemi pertama yang terdokumentasi dengan baik muncul pada 1580, dimana muncul
dari Asia dan meyebar ke Eropa melalui Africa. Sampai saat ini telah terdokumentasi
sebanyak 31 kemungkinan terjadinya pandemi influenza dan empat di antaranya terjadi
pada abad ini yakni pada 1918 (Spanish flu) yang menyebabkan 50-100 juta kematian oleh
virus influenza A subtipe H1N1, 1957 (Asia flu) yang meyebabkan 1-1,5 juta kematian
oleh virus influeza A subtipe H2N2, dan 1968 (Hongkong flu) yang menyebabkan 1 juta
kematian oleh virus ifluenza A subtipe H3N2.
Penyakit tersebut hingga saat ini masih mempengaruhi sebagian besar populasi
manusia setiap tahun. Virus influenza mudah bermutasi dengan cepat, bahkan seringkali
memproduksi strain baru di mana manusia tidak mempunyai imunitas terhadapnya. Ketika
keadaan ini terjadi, mortalitas influenza berkembang sangat cepat. Di Amerika Serikat
epidemi influenza yang biasanya muncul setiap tahun pada musim dingin atau salju
menyebabkan rata-rata hampir 20.000 kematian. Sedangkan di Indonesia atau di negaranegara tropis pada umumnya kejadian wabah influenza dapat terjadi sepanjang tahun dan
puncaknya akan terjadi pada bulan Juli.
Karena sifat-sifat materi genetiknya, virus influenza dapat mengalami evolusi dan
adaptasi yang cepat, dapat melewati barier spesies dan menyebabkan pandemic pada
manusia. Burung air liar dan itik menjadi sumber virus yang potensial sebagai pemicu
pandemi di Indonesia. Sedangkan ternak babi berperan sebagai tempat reassortment virus
avian influenza (VAI) dengan virus human influenza. Burung puyuh dapat juga menjadi
tempat reassortment dari VAI asal berbagai burung yang dijual di pasar burung.
Sementara peternakan unggas menyediakan hewan peka dalam jumlah yang banyak yang
memungkinkan VAI mengalami evolusi yang cepat. Suatu Rencana Gawat Influenza
diusulkan untuk segera dikembangkan.
3. WHO menyatakan bahwa awal tahun 2006 ini merupakan saat terdekat terjadinya
pandemi flu sejak pandemi terakhir tahun 1968. Data yang ada menunjukkan bahwa wabah
avian influenza hanya kurang satu syarat lagi untuk menjadi ”calon” pandemi, yaitu belum
ditemukan bukti penularan antarmanusia di masyarakat. Pengalaman masa lalu, pandemi
tahun 1918, misalnya, menunjukkan bahwa korban manusia dapat sampai puluhan juta
orang.
Diseluruh dunia hingga April 2007 terdapat 172 kasus flu burung yang
terkonfirmasi. Seperti dapat terlihat dari laporan WHO kasus terbanyak di Vietnam (93
kasus) dan Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan 81 kasus namun jumlah kematian
di Indonesia yang tertinggi, yaitu 63 dari 81 kasus.
1.2. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui
definisi, epidemiologi, etiologi, serta dapat memahami
bagaimana cara pencegahan tarhadap virus influenza dangan tepat dan konsep askep
daripada penyakit influenza itu sendiri.
1.3. Perumusan masalah
1. Apa pengertian penyakit influenza ?
2. Bagaimana cara penularannya ?
3. Apa saja komplikasi dari virus influenza ?
4. Ada berapa macam tipe virus influenza ?
4. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.1. Pengertian
Influenza merupakan penyakit Virus akut yang terjadi dalam proporsi epidemik
setiap 2 -3 tahun dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Virus dengan mudah menular
Dari satu penjamu (hospes) ke penjamu lainya. Infeksi influenza sebelumnya tidak
menjamin perlindungan dan pemajananyang akan datang. Epidemik dan mempunyai angka
serangan yang tinggi. Aktivitas puncak untuk wabah influenza adalah 6 – 8 minggu selama
musim dingin. Penularan paling mungkin terjadi dalam tiga hari pakit pertama saat sakit.
1.2. Etiologi
Penyebab dari influenza adalah virus influenza. Ada tiga tipe yakni tipe A, B dan C.
Ketiga tipe ini dapat dibedakan dengan complement fixation test. Tipe A merupakan virus
penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit
yang lebih ringan daripada tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan
epidemik. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenesisnya untuk manusia, mungkin
hanya menyebabkan gangguan ringan saja. Virus penyebab influenza merupakan suatu
orthomyxovirus golongan RNA. Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3
bagian utama yaitu : Antigen S (soluble Antigen), hemaglutinin dan Neuramidase. Antigen
S merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonuldeoprotein. Antigen ini
spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin dan neuramidase berbentuk seperti duri
dan tampak menonjol pada permukaan virus. Hemaglutinin diperlukan untuk lekatnya
virus pada membran sel penjamu sedangkan neuromidase diperlukan untuk pelepasan virus
dari sel yang terinfeksi.
1.3. Klasifikasi
Dalam klasifikasi virus, virus influenza termasuk virus RNA yang merupakan tiga
dari lima genera dalam famili Oethomyxoviridae:
o Virus influenza A
o Virus influenza B
o Virus influenza C
5. Virus-virus tersebut memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus parainfluenza
manusia, yang merupakan virus RNA yang merupakan bagian dari famili paramyxovirus
yang merupakan penyebab umum dari infeksi pernapasan pada anak, seperti croup
(laryngotracheobronchitis), namun dapat juga menimbulkan penyakit yang serupa dengan
influenza pada orang dewasa.
a. Virus influenza A
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza A. Unggas akuatik liar
merupakan inang alamiah untuk sejumlah besar varietas influenza A. Kadangkala,
virus dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang
berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu pandemi
influenza manusia.
Virus tipe A merupakan patogen manusia paling virulen di antara ketiga tipe
influenza dan menimbulkan penyakit yang paling berat. Virus influenza A dapat dibagi
lagi menjadi subdivisi berupa serotipe-serotipe yang berbeda berdasarkan tanggapan
antibodi terhadap virus ini.
[22]
Serotipe yang telah dikonfirmasi pada manusia,
diurutkan berdasarkan jumlah kematian pandemi pada manusia, adalah:
H1N1, yang menimbulkan Flu Spanyol pada tahun 1918, dan Flu Babi pada tahun
2009
H2N2, yang menimbulkan Flu Asia pada tahun 1957
H3N2, yang menimbulkan Flu Hongkong pada tahun 1968
H5N1, yang menimbulkan Flu Burung pada tahun 2004
H7N7, yang memiliki potensi zoonotik yang tidak biasa[23]
H1N2, endemik pada manusia, babi, dan unggas
H9N2
H7N2
H7N3
H10N7
b. Virus influenza B
Genus ini memiliki satu spesies, yaitu virus influenza B. influenza B hampir secara
eksklusif hanya menyerang manusia, dan lebih jarang dibandingkan dengan influenza
A. Hewan lain yang diketahui dapat terinfeksi oleh infeksi influenza B adalah anjing
6. laut dan musang. Jenis influenza ini mengalami mutasi 2-3 kali lebih lambat
dibandingkan tipe A dan oleh karenanya keragaman genetiknya lebih sedikit, hanya
terdapat satu serotipe influenza B. Karena tidak terdapat keragaman antigenik,
beberapa tingkat kekebalan terhadap influenza B biasanya diperoleh pada usia muda.
Namun, mutasi yang terjadi pada virus influenza B cukup untuk membuat kekebalan
permanen menjadi tidak mungkin. Perubahan antigen yang lambat, dikombinasikan
dengan jumlah inang yang terbatas (tidak memungkinkan perpindahan antigen
antarspesies), membuat pandemi influenza B tidak terjadi.
c. Virus influenza C
Genus ini memiliki satu spesies, virus influenza C, yang menginfeksi manusia,
anjing, dan babi, kadangkala menimbulkan penyakit yang berat dan epidemi lokal.
Namun, influenza C lebih jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lain dan biasanya
hanya menimbulkan penyakit ringan pada anak-anak.
1.4. Dampak terhadap berbagai sistem tubuh
a) Sistem Pernapasan
Batuk dengan sputum kental,napas pendek,serak,ada riwayat merokok,peningkatan
frenitus taktil,krekels/mengi menetap,nyeri dada,dispnoe,hemoptitis,perkusi dada
pekek,seanosis,bunyi nafas ronchi,sesak napas.
b) Sistem Kardiovaskuler
Bunyi jantung menunjukan efusi,takikardi,jarih tabuh,obstruksi vena kava
c) Sistem Pencernaan
Diareh
hilang
timbul,penurunan
berat
badan,nafsuh
makan
buruk,kesulitan
menelan,lesuh,kurus,dan pucat
d) Sistem persyarafan
Adanya penurunan fungsi sensorik,peningkatan suhu,nyeri dada,nyeri ekstremitas,dan
persendian,nyeri abdomen
e) Sitem Endokrin
Biasanya akan ditemukan pembesaran kelenjar tyroid,edema pada ekstremitas bawah
f) Sistem Perkemihan
Peningkatan frekuensi urin,rasa haus,peningkatan masukan cairan
7. g) Sistem Musculoskeletal
Adanya kelemahan,kekakuan otot ekstremitas yanag mengakibatkan kesulitan
beraktifitas,refleks bisep,reflex trisep,refleks patella,dan refleks babinski
h) Sistem Integument
Adanya penurunan turgor kulit,muka pucat dan kemerahan
i) Sistem Pengindraan
Adanya kerusakan fungsi masing-masing indra akibat komplikasi dan keparahan
penyakit
1.5. Patofisiologi dan penyimpangan KDM
a. Patofisiologi
Virus influenza A, B dan C masing-masing dengan banyak sifat mutagenik yang
mana virus tersebut dihirup lewat droplet mukus yang terarolisis dari orang-orang yang
terinfeksi. Virus ini menumpuk dan menembus permukaan mukosa sel pada saluran
napas bagian atas, menghasilkan sel lisis dan kerusakan epithelium silia. Neuramidase
mengurangi sifat kental mukosa sehingga memudahkan penyebaran eksudat yang
mengandung virus pada saluran napas bagian bawah. Di suatu peradangan dan nekrosis
bronchiolar dan epithelium alveolar mengisi alveoli dan exudat yang berisi leukosit,
erithrosit dan membran hyaline. Hal ini sulit untuk mengontrol influenza sebab
permukaan sel antigen virus memiliki kemampuan untuk berubah. Imunitas terhadap
virus influenza A dimediasi oleh tipe spesifik immunoglobin A (lg A) dalam sekresi
nasal. Sirkulasi lg G juga secara efektif untuk menetralkan virus. Stimulus lg G adalah
dasar imunisasi dengan vaksin influenza A yang tidak aktif.
Setelah nekrosis dan desquamasi terjadi regenerasi epithelium secara perlahan
mulai setelah sakit hari kelima. Regenerasi mencapai suatu maximum kedalam 9
sampai 15 hari, pada saat produksi mukus dan celia mulai tamapk. Sebelum regenerasi
lengkap epithelium cenderung terhadap invasi bakterial sekunder yang berakibat pada
pneumonia bakterial yang disebabkan oleh staphiloccocus Aureus.
Penyakit pada umumnya sembuh sendiri. Gejala akut biasanya 2 sampai 7 hari
diikuti oleh periode penyembuhan kira-kira seminggu. Penyakit ini penting karena
sifatnya epidemik dan pandemik dan karena angka kematian tinggi bersama sekunder.
Resiko tinggi pada orang tua dan orang yang berpenyakit kronik.
8. b. Penyimpangan KDM
Kejadian
Agent Etiologi
Menyebar dalam pandemik, epidemik, penyakit menular
setempat dan kasus-kasus sporadik ; tinggi pada musim
dingin pada zona temperatur.
Reservoir
Transmisi
Tiga tipe virus (A, B dan C) masing-masing dengan sifat
turunan.
Periode inkubasi
Manusia ; beberapa mamalia dicurigai sebagai sumber
sifat-sifat turunan virus.
Periode kommunicabilitas
Transmisi langsung oleh inhalasi virus dalam nukus
kotor yang berterbangan.
Kelemahan dan resisten
24-27 jam. 3 hari dari symptom onset/serangan.
Universal : infeksi menghasilkan imunitas terhadap suatu
Lapor pada dinas kesehatan sifat turunan spesifik virus, tetapi durasi imunitas
setempat
tergantung pada simpanan antigenic pada sifat turunan.
Laporan kasus-kasus mandatory/yang diperintahkan.
1.6. Tanda dan Gejala
1. Menggigil, demam, sakit kepala, nyeri otot, anoreksi, batuk dan gejala pernapasan
bagian atas
2. Pemulihan mulai sekitar hari keempat yaitu batuk dan debilisasi dapat masih menetap
1.7. Prosedur diagnostik
Test Diagnostik
Penemuan
Positif untuk virus infuenza
Tes Laboratorium
Kultur jaringan nasal atau sekret
pharyngeal.
Kultur sputum.
Positif untuk bakteri pada infeksi sekunder
Fluorescent antibody yang mengotori
Positif untuk virus infuen
sekret.
Hemagglutination inhibition or complement Meningkat 4 x pada antibody antara tahap akut
fixation test
dan pemulihan.
Urinalysis
Albuminuria
Kecepatan sedimentasi meninggi
Erythrosit
9. Jumlah WBC
Hemoglobin
Hematocrit
Leukopenia (< 5000 mm3) atau leukositosis
(11.000-15.000 mm3).
Meningkat
Meningkat
1.8. Manajemen Medik
Tujuan manajemen medik adalah untuk menghilangkan gejala, mengobati komplikasi
dan mencegah transmisi kepada orang lain. Ada pun manajemen medik pada influenza ini
adalah :
1. Batuk ditangani dengan kombinasi ekspektorat dan antitusif
2. berikandorongan istrahat di rumah untuk kenbyamanan yang lebih baik da mengurangi
penularan
3. Asitamino untuk sakit kepala dan mialgia
4. Hindari memberikan aspirin pada anak – anak karena aspirin berkaitan dengan sindrom
reye
5. Amntadin hidroklorida dan rimantadin hidroklorida telah menunjukan efektif terhadap
influenza A.
1.9. Komplikasi
pnemonia virus atau pneumonia yang diperberat oleh bakterial. Mereka yang
beresiko terhadap keparahan penyakit adalah lansia, mereka dengan imunosupresi,
diabetes, gagal ginjal kronis atau penyakit pulmonal, Viral pneumonia primer ditandai
dengan dyspnea, cyanosis, hemoptysisdan bacterial pneumonia sekunder ditandai dengan :
dyspnea, cyanosis, hemoptysis dan sputum berdarah.
10. ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
a. Pengumpula Data
1. Data Biografi
Nama
: Tn L
Umur
: 23 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki – Laki
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: -
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal Masuk
:
Tanggal Pengkajian
:
Nomor Reg.
:
Diagnosa Medik
: Influenza
Alamat
:
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama
: Tn. A
Umur
: 25 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Jenis Kelamin
: laki – Laki
Pekerjaan
: Wiraswasta
Hubungan denga Klien
: kakak Klien
Alamat
:
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan susah bernapas
11. b. Riwayat Keluhan Utama
P ; jalan napas bagian atas tidak lancar
Q :tidak adanya nyeri tekan
R : pernpasan bagian atas
S:
T : pada saat klien tidur
2. Riwayat Kesehatan Dulu
Kien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
: Baik
b. Kesadaran
: Compos metis
c. Tanda – Tanda Vital
: TD : 100/70
N
: 76x/menit
R
: 22x/menit
S
: 38,50C
d. Sistem Integumen
Warna rambut hitam, bentuk bulat, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan
warna kulit hitam tidak ada sianosis.
e. Sistem pencernaan
Bibir tampak kering, fungsi menelan baik, tidak memakai gigi palsu tidak
memakai stomatitis.
f. System kardiovaskuler
Turbo nadi rendah 76X/menit
g. Sistem muskuloskletal
1. Ekstremitas atas
2. Terpasang infuse NaCl 28tetes/menit pada lengan kiri terdapat keterbatasan gerak
pada lengan kiri
3. Ekstremitas bawah penurunan aktivitas tubuh
h. Sistem perkemihan
Tidak terpasang kateter urin
i. System indra
12. a. Mata
Simestris kiri dan kanan tidak ada udem, konjungtiva tidak anemis
b. Hidung
Simestris kiri dan kanan, tidak ada radang, adanya secret
c. Telinga
Simetris kiri dan kana tidak menggunakan alat bantu pendengaran
d. Lidah
Tampak bersih
e. Perabaan
Dapat merasakan sentuhan
j. System pernapasan
Bentuk hidung simetris pergerakan dada tidak simetris, bunyi napas wheezing
frekuensi nadi 22X/menit
k. Data psikologis
Klien menyatakan cemas terhadap penyakitnya
4. Klasi fikasi data
a. Data subjektif
Klien menyatakan sessak napas
Klien menyatakan susah bernapas
Klien menyatakan batuk
b. Data objektif
Klien Nampak sesak napas
Bunyi napas wheezing
Ada aliran udara
Analisa data
Symptom
Etiologi
Problem
Ds:
Adanya factor penyebab
Pola napas tidak efekti
Klien
mengatakan Adanya
lender
pada
kesulitan saat bernapas
jalan napas
Do:
Peningkatan kerja napas
Ronchi , tachipnea, batuk Bunyi napas turun atau
13. produktif
dan
non tidak ada
produktif
Ketidak efektifan pola
Demam
napas
Ds:
Adanya factor penyebab
Keluhan rasa panas
Penyempitan pembuluh Hipertermi
Do:
darah
Meningkatnya
Gangguan suhu tubuh
suhu Mnyebabkan
tubuh dari 80 – 103 C
hipotalamus meningkat
Kulit kering
Terjadi
Panas
suhu tubuh
Ds:
Adanya factor penyebab
Klien
mengeluh
peningkatan
Hipotermi
rasa Anoreksia
haus
Do:
Hipertermi (38 – 103 F )
Wajah memerah
Panas, kulit kering
Menurunya output urine
Ds:
Adanya factor penyebab
Gangguan
Kelelahan
Penyempitan pembuluh cairan
Photophobia
darah perifer
Do:
Hipotalmus meningkat
Kurangnya aktivitas pada Respon tubuh panas
klien
Penguapan cairan dalam
tubuh melalui kulit
Penurunan
cairan
(
dehidrasi )’
II.
Diagnosa
1. Inefektif perubahan jalan napas berhubungan dengan obstruksi brhonchial
kebutuhan
14. Data Subyektif :
Data Obyektif : Rhonchi, crackles (rales), tachypnea, batuk (mulanya non-produktif,
kemudian produktif), demam.
2. Kurang volume cairan berhubugan dengan hyperthermia dan intake yang inadekuat.
Data Subyektif : Keluhan-keluhan haus dan anorexia
Data Obyektif : Hyperthemia (380-390C; 1020-1030F), wajah memerah; panas, kulit
kering; mukosa membran dan lidah kering; menurunnya output urine
b.d kehilangan berat badan
3. Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan.
Data Subyektif : Keluhan myalgia, kelelahan, sakit kepala dan photophobia
Data Obyektif : Menurunnya tingkat aktivitas
4. Hyperthermia berhubungan dengan proses inflammatory
Data Subyektif : Keluhan rasa panas.
Data Obyektif : Meningkatnya suhu tubuh (380-390C; 1020-1030F) kulit kering dan
panas.
III.
Perencanaan
Tujuan-tujuan pasien
a. Jalan udara pasien akan menjadi tetap dengan bunyi napas jelas.
b. Volume cairan pasien akan menjadi adekuat.
c. Pasien akan mampu untuk melakukan aktivitas harian tanpa kelemahan.
d. Suhu tubuh pasien akan berada dalam batas normal.
IV.
Implementasi
a. Inefektif perubahan jalan napas b.d obstruksi brhonchial.
Intervensi :
O : Auskultasi paru-paru untuk rhonchi dan crackles
R : Menentukan kecukupan pertukaran gas dan luasan jalan napas terhalangi oleh
sekret.
O : Kaji karakteristik sekret : kuantitas, warna, konsistensi, bau.
R : Adanya infeksi yang dicurigai ketika sekret tebal, kuning atau berbau busuk.
O : Kaji status hidrasi pasien: turgor kulit, mukosa membran, lidah, intake dan
output selama 24 jam, hematocrit.
15. R : Menentukan kebutuhan cairan. Cairan dibutuhkan jika turgor kulit
jelek. Mukosa membran lidah dan kering,intake< output, hematocrit tinggi.
O : Bantu pasien dengan membatuk bila perlu.
R : Membatuk mengeluarkan sekret.
O : Posisi pasien berada pada body aligment yang benar untuk pola napas optimal
(kepala tempat tidur 450, jika ditoleransi 900).
R : Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah. Meninggikan kepala
tempat tidur menggerakan isi abdominal menjauhi diaphragma untuk
meningkatkan kontraksi diaphragmatis.
O : Menjaga lingkungan bebas allergen (misal debu, bulu unggas, asap) menurut
kebutuhan individu.
R : Sekresi bergerak oleh gravitasi selagi posisi berubah. Meninggikan kepala
tempat tidur menggerakan isi abdominal menjauhi diaphragma untuk
meningkatkan kontraksi diaphragmatis.
O : Tingkatkan kelembaban ruangan dengan dingin ringan.
R : Melembabkan dan menipiskan sekret guna memudahkan pengeluarannya.
O : Berikan decongestans (NeoSynephrine) seperti pesanan.
R : Memudahkan pernapasan melalui hidung dan cegah kekeringan membran
mukosa oral.
O : Mendorong meningkatkan intake cairan dari 1 ½ sampai 2 l/hari kecuali
kontradiksi.
R : Mencairkan sekret sehingga lebih mudah dikeluarkan.
b. Kurang volume cairan b.d hyperthermia dan intake yang inadekuat.
Intervensi :
ô Timbang pasien
R/ Periksa tambahan atau kehilangan cairan.
ô Mengukur intake dan output cairan.
R/ Menetapkan data keseimbangan cairan.
ô Kaji turgor kulit.
R/ Kulit tetap baik berkaitan dengan inadekuat cairan interstitial.
ô Observasi konsistensi sputum.
16. R/ Sputum tebal menunjukkan kebutuhan cairan.
ô Observasi konsentrasi urine.
R/ Urine terkonsentrasi mungkin menunjukkan kekurangan cairan.
ô Monitor hemoglobin dan hematocrit.
R/ Peninggian mungkin menunjukkan hemokonsentrasi tepatnya kekurangan cairan.
ô Observasi lidah dan mukosa membran.
R/ Kekeringan menunjukkan kekurangan cairan.
ô Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk mencegah kekurangan cairan.
R/ Mencegah kambuh dan melibatkan pasien dalam perawatan.
c. Intoleransi terhadap aktivitas b.d adanya kelemahan.
Intervensi :
ô Observasi respon terhadap aktivitas.
R/ Menentukan luasan toleransi.
ô Identifikasi faktor-faktor yang mendukung aktivitas intoleransi, misal demam, efek
samping obat.
R/ Menghilangkan faktor-faktor kontribusi mungkin memecahkan aktivitas intoleran.
ô Kaji pola tidur pasien.
R/ Kurang tidur kontribusi terhadap kelemahan.
ô Periode rencana istirahat antara aktivitas.
R/ Mengurangi kelelahan.
ô Lakukan aktivitas bagi pasien hingga pasien mampu melakukannya.
R/ Penuhi kebutuhan pasien tanpa menyebabkan kelelahan.
d. Hyperthermia b.d proses inflamatory.
Intervensi :
ô Ukur temperatur tubuh.
R/ Menunjukkan adanya demam dan luasannya.
ô Kaji temperatur kulit dan warna.
R/ Hangat, kering, kulit memerah menunjukkan suatu demam.
ô Monitor jumlah WBC.
R/ Indikasi leukopenia dibutuhkan untuk melindungi pasien dari infeksi tambahan.
Leukocytosis menujukkan suatu inflamatory atau adanya proses infeksi.
17. ô Ukur intake dan output.
R/ Tentukan keseimbangan cairan dan perlu meningkatkan intake.
ô Berikan antipiyretic seperti dipesan.
R/ Kurangi demam melalui tindakan pada hypothalmus.
ô Tingkatkan sirkulasi udara dalam ruangan dengan fan.
R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konveksi
ô Berikan sebuah permandian dengan spon hangat/suam-suam.
R/ Memudahkan kehilangan panas oleh evaporasi.
ô Kenakan sebuah kantong es yang ditutup dengan sebuah handuk pada axilla atau
selangkang.
R/ Memudahkan kehilangan panas oleh konduksi.
ô Selimuti pasien hanya dengan seperei.
R/ Mencegah kedinginan; mengigil akan meningkatkan lebih lanjut kecepatan
metabolis.
V.
Evaluasi
Hasil Pasien
Jalan napas patent
Data Yang Menunjukkan Bahwa Hasil Dicapai
Jalan napas bersih dan pernapasan berlangsung tanpa hambatan.
Tidak ada batuk. Bunyi napas jelas.
Volume cairan berada
Intake cairanmeningkat. Kulit lembab. Membran mukosa oral
dalam batas-batas normal. lembab. Hemoglobin = 15,5 ± 1,1 g/dl untuk pria. 13,7± 1,0 g/dl
untuk wanita. Hematocrit = 42%-50% untuk pria, 35%-47%
untuk wanita. Output urine normal dengan konsentrasi normal.
Tidak ada albuminuria.
Aktivitas dilakukan tanpa Pasien menunjukkan kemampuan untuk melakukan aktivitas
kelelahan atau
harian tanpa kelelahan atau ketidaknyamanan. Tenaga pulih.
ketidaknyaman.
Suhu badan dalam batas Suhu tubuh normal 380C (98,60F).
normal.
18. VI. Pendidikan Pasien
1. Mendorong pasien untuk mempertahankan bed rest selama 2-3 hari setelah suhu
kembali normal
2. Ajari pentingnya minum paling kurangnya sehari 2/4 cairan guna meneruskan sekret
mudah dikeluarkan.
3.
Instruksikan pasien untuk memberitahukan dokter tentang gejala-gejala infeksi tahap
kedua, termasuk sakit telinga, purulent atau sputum berdarah, sakit dada atau demam.
4. Beri informasi tentang obat yang diresepkan seperti nama, dosis, tindakan, frekuensi
pemakaian dan efek samping.
5.
Mendorong orang-orang beresiko tinggi untuk mendapatkan vaksin influenza sebelum
musim flu mulai.
19. BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang sangat
menular dapat menyerag burung dan mamalia.
2.
Influenza disebabkan oleh virus influenza tipe A, B dan C yang merupakan suatu
orthomixovirus golongan RNA.
3.
Virus influenza tipe A mempunyai banyak subtipe, diantaranya H5N1 yang
menyebabkan flu burung dan termasuk HPAI.
4.
Penularan virus influenza melalui droplet dan lokalisasinya di traktus respiratorius.
5. Gejala klinis influenza adalah demam, sefalgia, mialgia, batuk, pilek dan disfagia.
6.
Komplikasi influenza dapat terjadi pneumonia influenza primer dan pneumonia
bakterial sekunder.
7. Influenza dapat diobati secara simtomatik, dan dengan antiviral dapat memperpendek
angka sakit.
8. Pencegahan dengan vaksin bagi golongan yang memerlukan imunoprofilaksis.
1.2. Saran
Jagalah kesehatan yang telah diberikan allah sebagai anugrah terbesar sehingga kita
terhindar dari virus influenza yang dapat mengganggu aktifitas kita sehari-hari dengan
melakukan pencegahan di secara dini dan jangan lupa menjaga kebersihan baik dari badan,
tempat, maupun pakaian karena dengan kebersihan semoga kita terhindar dari virus
tersebut.