Bahasa Muna adalah salah satu bahasa daerah di Sulawesi Tenggara yang digunakan oleh penduduk Pulau Muna dan Pulau Buton Utara. Dokumen ini membahas tentang awalan-awalan dalam bahasa Muna seperti ne-, me-, fo-, fe- dan gabungan-gabungannya seperti ne-fo, no-fo, serta contoh penggunaannya dalam kalimat. Juga diberikan penjelasan tentang subjek yang berbeda menentukan awalan yang digunak
1. Kamus Bahasa Muna
A. Frase Benda/ Frase Nomina
Contoh:
mie pasole
= orang cantik
lemo kakolo
= lemon (yang) kecut
putolo morokono
= pensil yang runcing
piso morokono
= pisau tajam
oe karindima
= air (yang) dingin
kaghau mombakano = makanan (yang) enak
lambu mobhalano
= rumah (yang) besar
lambu karubhu
= rumah (yang) kecil
mie kamokulahi
= orang (yang) tua
b. Frase Verba
Contoh:
wanu fekarimba
= bangun cepat
buri fekakesa
= tulis
yang bagus
nando nolodo
= sedang tidur
hadae norendemo
= barangkali telah menyala
fumaa fekabhasri-bhari = makan dengan banyak
c.
Frase Adjektif
Contoh:
norubu sipaliha
= kecil sekali
nopute sipaliha
= putih sekali
2. bhala nopanda
= besar pendek
nopanda sipaliha
= pendek sekali
newanta sipaliha
= panjang sekali
nongkubu sipaliha
= pendek sekali
nokesa sipaliha
= bagus sekali
d. Frase Bilangan
Contoh:
seghonu baguli
sepolompu towu
= satu rumpun tebu
sepughu kulidawa
= satu pohon jati
sekilo dhambu sera
e.
= sebuah kelereng
= satu kilo jambu mete
Frase Preposisi
Contoh:
we lambu
= di rumah
nokala we sikola
= ia pergi ke sekolah
nekabua we tehi
= ia memancing di laut
te watu ini
= di sana
nofopikae te badhu
= dilekatkan pada baju
dohoro te lani
= mereka terbang ke langit
dosuli te kampo
= mereka pulang di kampung
B. TIPE KONSTRUKSI FRASE
a. Frase Subtipe Konstruksi Endosentrik Atribut
Frase Benda
3. 1. Kata benda yang pertama sebagai pusat yang kedua sebagai atribut.
Contoh:
gulupu roti
= tepung beras
kontuno pae
= batu beras
lambu dhopi
= rumah kayu
manu kampo
= ayam kampung
manu lesi
= ayam jantan
bheka robine
= kucing betina
kalei bogisi
= pisang bugis
2. Kata benda sebagai unsur pusat dan verba sebagai atribut.
Contoh:
boku kaada
= buku yang dipinjam
bheta kabhensi
= sarung yang robek
kenta katunu
= ikan yang dibakar
kenta kakabua
= ikan yang dipancing
3. Kata benda sebagai unsur pusat dan kata sifat sebagai atribut.
Contoh:
sala kangkubu
= celana pendek
badhu ngkadea
= buku merah
badhu monifino
= baju tipis
rabuta kawanta
= tali panjang
lambu mokesa
= rumah bagus
kapaea ngkalamata= pepaya mengkal
foo motahano
= mangga masak
paeasa bhalano
= cermin besar
4. 4. Kata benda sebagai unsur pusatnya dan kata ganti sebagai atributnya.
Contoh:
lambu aiku
= rumah adikku
bokuno pisaku
= bukunya sepupuku
putolo isaku
= pensil kakakku
o manu amaku
= ayam ayahku
kaghauno inaku
= masakan ibuku
5. Kata benda sebagai unsur pusatnya dan kata keterangan sebagai atributnya.
Contoh:
kabisara ainiini
= pembicaraan tadi
gholeo naefitu
= hari ke tujuh
katisa sewulamo = tanaman bulan lalu
badhu bughou
= baju baru
kagau indewi
= masakan kemarin
6. Kata benda sebagai unsur pusatnya dan kata bilangan sebagai atributnya.
Contoh:
tolu polompu bhasari
raawua foo
sepughu banggai
= tiga rumpun basari
= tiga buah mangga
= satu pohon kelor
ompulu rupia
= sepuluh rupiah
tolu losi piri
= tiga lusin piring
Frase Verba
a.
Verba sebagai pusat dan keterangan waktu sebagai atributnya.
5. Contoh:
metofa naewine
= mencuci besok
pogurumo aitu
= belajar sekarang
nokala setaghumo
= pergi setahun yang lalu
metambu aitu
= menimba sekarang
b. Verba sebagai pusat dan kata keterangan aspek atributnya.
Contoh:
nopoguru dua
= belajar juga
nobisara kansuru
= bicara terus
Frase Keterangan
Contoh:
namaghuleo aitu
= malam ini
gholeo naewine
= hari besok
gholeo indewi
= hari kemarin
Frase Adjektif
Contoh:
noradhi sipaliha
= rajin sekali
nentalea kansuru
= terang terus
b. Frase Subtipe Konstruksi Endosentrik Atribut
1. Frase Benda
Koordinasi nomina tanpa perangkai
Contoh:
robine moghane
= laki-laki perempuan
6. rangkaea misikini
= kaya miskin
Koordinasi nomina tanpa perangkai
Contoh:
o sala bhe badhu
= celana dan baju
o oe bhe ifi
siakito bhe gola
= air dan api
= semut dan gula
Koordinasi nomina tanpa perangkai
Contoh:
inodi bhe andoa
= saya dan mereka
anoa bhe intaidi
= dia dengan kami
anoa bhe andoa
= dia dan mereka
2. Frase Verba
Contoh:
fumaa foroghu
= makan minum
3. Frase Adjektif
Koordinasi adjektif tanpa perangkai
Contoh:
karindi kapana
= panas dingin
kakesa nonggela = bagus bersih
Koordinasi adjektif tanpa perangkai
Contoh:
kalea bhe nopii
= sakit dan pedis
nolalesa bhe nonggela
= luas dan besar
7. Bahasa Muna adalah salah satu Bahasa Daerah di Sulawesi Tenggara yang
digunakan oleh seluruh Penduduk Pulau Muna dan Pulau Buton Utara. Bahasa
Daerah memiliki beberapa rumpun bahasa. Seperti halnya bahasa lain, Bahasa
Muna juga memiliki tata bahasa. Pada kesempatan ini, penulis akan coba
membahas beberapa awalan (prefix) dalam Bahasa Muna, yakni sebagai
berikut:
1. Awalan neAwalan ne- dalam bahasa muna berarti sama dengan awalan me- dalam bahasa
Indonesia. Penggunaan awalan ne- ini dalam bahasa Muna tidak mengubah kata
dasarnya. Contoh dan Penggunaan:
Neala, artinya mengambil (kata dasar: ala), contoh: La Ali neala oe we
laa rangkowine (La Ali mengambil air di kuala tadi pagi)
Nehela, artinya menarik (kata dasar: hela), contoh: Embuno tehi nehela
kapala bhalano (Gurita laut menarik kapal besar)
Nenghoro artinya membuang (kata dasar: ghoro), contoh: Wa Bunti
neghoro rewu we kundono lambu (Wa Bunti membuang sampah di
belakang rumah)
Negholi artinya membeli (kata dasar: gholi), contoh:Inaku negholi kenta
katowo we daoa (Ibuku membeli ikan panggang di pasar)
2. Awalan mePenggunaan awalan me- dalam bahasa Muna hampir sama dengan penggunaan
awalan ne-. Perhatikan contoh penggunaan awalan me- berikut:
8. Ali, o meala dua sau aini (Ali, apakah engkau akan mengambil juga kayu
ini)
Budi, o megholi moreha aniini we daoa rangkowine (Budi, apakah
engkau membeli beras di pasar tadi pagi)
Jadi penggunaan awalan me- dalam bahasa muna selalu diikuti dengan partikel
o- dan penggunaannya berbentuk kalimat Tanya.
3. Awalan foAwalan fo- sama dengan akhiran -kan dalam bahasa Indonesia. Penggunaan:
Fofoni : naikkan. Contoh: Fononi kaawu kulino te wawono lambu
(naikkan saja kulitnya di atas rumah)
Fondawu: jatuhkan. Contoh: Fondawu kulino bubuno aitu we wawa
(Jatuhkan kulit langsat itu di kolong rumah)
4. Awalan feAwalan fe- dalam bahasa Muna sama dengan akhiran -kan atau akhiran –i
dalam bahasa Indonesia.
Fetingke (tingke : dengar), contoh: Andi, ane atumolaku fetingke kanau
(Andi, kalau saya memanggilmu mohon dengarkan saya)
Fenami (nami : rasa). Contoh: Fenami kadada aitu bhahi pedahaemo
namino (Cicipi sayur itu bagaimana rasanya)
Fekadea (kadea: merah), contoh: Fekadea wuluno lambu bughoumu itu
(Merahkan warna rumah barumu itu)
5. Awalan Gabungan ne-fo
9. Awalan gabungan ne-fo dalam bahasa Muna sama dengan imbungan gabungan
me-kan dalam Bahasa Indonesia.
Nefondawu (ndawu: jatuh), contoh: La Ali nefondawu tongkuno kalei tolu
tongku (La Ali menjatuhkan pelepah pisang sebanyak 3 pelepah).
Nefoampe (ampe: naik/bawa ke atas), contoh: Wa Abe nefoampe kahitela
te wawono ghahu (Wa Abe menaikkan jagung ke atas loteng/plafon).
6. Awalan gabungan no-fo
Pada dasarnya awalan gabungan no-fo artinya sama dengan awalan gabungan
ne-fo hanya saja apa yang dilakukan oleh subjek pada penggunaan no-fo ini
mengenai atau tertuju pada apa yang dimiliki oleh subjek.
Contoh:
Nofondawu (ndawu: jatuh): La Ali nofondawu tongkuno kaleino tolu
tongku (La Ali menjatuhkan pelepah pisangnya 3 pelepah)
Nofoampe (ampe: bawa/membawa naik ke atas): Wa Abe nofoampe
kahitelano te wawono ghahu (Wa Abe menaikkan jagungnya di atas
loteng/plafon)
Noforame (rame: ramai): Isaku noforame kampuano anano (Kakakku
meramaikan acara Aqiah anaknya).
7. Awalan gabungan de-fo
Awalan de-fo artinya sama dengan awalan gabungan ne-fo hanya saja kalau nefo yang menjadi subjek adalah tunggal (orang ketiga tunggal) sedangkan pada
awalan gabungan de-fo yang menjadi subjek adalah jamak (ketiga jamak).
Contohnya kalimatnya sama dengan awalan gabungan ne-fo hanya subjek saja
yang berbeda.
8. Awalan gabungan do-fo
10. Sama dengan awalan gabungan no-fo hanya saja pelaku/subjek adalah jamak
(ketiga jamak).
9. Awalan gabungan ae-fo
Awakan gabungan ae-fo dalam Bahasa Indonesia kira-kira sama dengan
imbuhan me-kan. Apabila suatu kata sudah terdapat suku kata fo- maka suku
kata tersebut tidak boleh diulang (hanya 1 suku kata fo- saja). Pelakunya hanya
orang pertama tunggal.
Contoh:
Aefoowa (owa: bawa): Inodi aefoowa bhirita we liwu sewetano (Saya
akan membawakan berita ke daerah seberang)
Aeforato (forato: menginformasikan): Inodi aeforato mieno liwu ane
naewine bhe rompuha (Saya akan menginformasikan kepada penduduk
desa kalau esok hari ada pertemuan).
10. Awalan gabungan dae-fo
Penggunaannya sama dengan awalan gabungan ae-fo hanya saja yang menjadi
subjek adalah orang ketiga jamak.
11. Awalan gabungan tae-fo
Penggunaannya sama dengan awalan gabungan ae-fo dan dae-fo hanya saja
yang menjadi subjek pada awalan gabungan ini adalah orang pertama jamak.
12. Awalan gabungan a-fo
Awalan gabungan ini penggunaannya sangat beragam, seperti kasus berikut:
11. Apabila kalimat tidak memiliki objek, dan jika bertemu suku kata fo
maka cukup 1 suku kata fo saja dalam kalimat. Contoh: Inodi afoni te
galu rangkowine (Saya naik/berangkat ke kebun tadi pagi)
Apabila kalimat memiliki objek, dan jika bertemu suku kata fo maka
harus diulang. Contoh: Inodi afofoni anaku te wawono lambu (Saya
menaikkan anakku ke atas rumah).
Dan masih banyak lagi contoh lainnya dan yang menjadi subjek adalah orang
pertama tunggal.
Masih banyak lagi awalan lainnya.
Catatan:
Subjek berbeda penggunaan awalan dalam Bahasa Muna juga berbeda
walaupun artinya sama.
Penulis menulir artikel ini tanpa membaca buku tata bahasa muna dan
hanya berdasarkan pengetahuan sendiri dan jika terdapat kesalahan
mohon saran dan kritiknya.
Kata – kata lainnya :
ngadi : mengaji
basa : baca
apoguru : saya belajar
opoguru : kamu belajar
tapoguru : kami belajar
nopoguru : dia belajar
dopoguru : mereka belajar
aengkokora : saya lagi duduk duduk
12. taengkongkora : kami lagi duduk duduk
omengkongkora : kamu lagi duduk duduk
omengkongkoraamu : kalian lagi duduk
nengkongkora : dia lagi duduk duduk
dengkongkora : mereka lagi duduk duduk
di : we
jalan : sala
tapi : taaka
didalam : welo
bukan : suano
jangan ribut ya, mau sembahyang dulu : komoriae, asumambahea diki
sudah : padamo
malas : amalasi
masak : aegau
tiba : rato
nanti tiba : aratoho
sarapan : aetamposatu : ise
dua : raise
tiga : tolu
empat : paa
lima : dima
enam : nono
tujuh : fitu
delapan : alu
sembilan : sisiwa
13. sepuluh : ompulu
putih : kapute
merah : kadea
hijau : kaidho
kuning : kakuni
biru : kakanda
hitam : kaghito
saya : inodi
kamu : ihintu
kalian : ihintuumu
kita : intaidi
dia : anoa
mereka : andoa
kami : insaidi
damande : pintar
naando : ada
nando : lagi
terima kasih : katumpuno laloku
apa kabar : dhahamai bhiritamuitua
lagi ngapain : omeafa
makan : ofuma
mau : ae
omembe : kambing
kenta : ikan
ndodnole : baring baring
masigi : masjid
detulatua : ngobrol
nafie : kapanane : kalau