SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA TEKSTIL BAB II
PEMUTIHAN OPTIK
A. MAKSUD DAN TUJUAN
Pada praktikum bab II ini mahasiswa diberikan pemahaman tentang tujuan dan
mekanisme pemutihan optik pada bahan selulosa. Proses ini merupakan lanjutan dari
proses pemasakan. Bahan yang telah diproses pemutihan optikan akan memiliki derajat
putih yang lebih baik, tujuannya adalah agar praktikan mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh dalam proses pemutihan optik sehingga dapat menganalisa dan
mengevaluasi hasil proses pemutihan optik.
B. TEORI DASAR
Pemutih optik adalah zat yang dapat menambah kecerahan bahan karena
pembesaran pemantulan sinar, sehingga kain putih yang diberi zat pemutih optik
nampak lebih putih dan lebih cerah. Pembesaran pemantulan sinar ini disebabkan
karena zat pemutih optik tersebut bersifat fluoressensi. Sinar ultra violet diserap dan
selanjutnya dirubah menjadi sinar-sinar yang panjang gelombangnya berubah-ubah.
Fluoressensi violet sampai hijau kebiru-biruan banyak dipergunakan untuk zat
pemutih optik karena mengandung warna kuning yang memisah, sehingga dapat dilihat
dengan mata dan nampak berkilau bila menyerap sinar ultra violet. Pemutih optik yang
efektif, paling sedikit mengandung 4 ikatan rangkap yang terletak berselang-seling
dengan ikatan tunggal, seperti :
−C=C−C=C−C=C−C=C−
atau
−N=C−C=C−C=N−C=C−
Pada prinsipnya dikenal dua golongan zat pemutih optik, yaitu :
1. Golongan hetero-siklik
Bagian lingkaran heteronya cukup banyak mengandung ikatan rangkap,
misalnya derivat pirazolina, imidazol dan benzotiazol. Golongan ini dapat dipakai
untuk memberi kilau pada serat-serat sintetik.
2. Golongan asam flavonat
Golongan ini terdiri dari derivat 4,4 diamina stilben 2,2 asam disulfonat. Dan
banyak dipergunakan dalam pabrik-pabrik tekstil. Dari golongan ini dikenal
beberapa zat pemutih optik antara lain :
 Ultrasan, Blankophor BB4, BA dibuat dari asam flavonat dan khlorida sianurat.
 Blankophor R, dibuat dari asam flavonat dan fenilisosianat.
 Blankophor G, dibuat dari asam flavonat yang mengandung gugus triazol.
Setelah pengelantangan bahan tekstil, biasanya diikuti dengan proses pemutih optik.
Bahan dikerjakan dalam larutan pemutih optik 0,05 − 0,5 % pada suhu 40 − 60 0C
selama 15 − 30 menit. Kadang-kadang ditambah dengan NaCl 5 gr/l untuk menambah
daya serap. Kemudian diperas dan dikeringkan.
Di dalam rumah tangga sehari-hari, setelah pakaian dicuci, sering diberi zat pembiru
(bluing agent, blauw) yang daya fluoressensi-nya kecil. Di pabrik tekstil blauw ini tidak
dipakai, karena hasilnya kurang baik. Untuk kain-kain campuran sintetik-kapas dan
sintetik-rayon diperlukan dua macam pemutih optik, satu bagian untuk serat sintetik dan
satu bagian lainnya untuk serat selulosanya. Pada umumnya cara pengerjaannya
terpisah. Mula-mula dikerjakan untuk serat sintetik kemudian baru serat selulosanya.
Hal ini untuk mencegah pewarnaan tumpang yang akan memberikan hasil yang kurang
cerah.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
 Beaker gelas / keramik 500 ml

1 buah

 Pengaduk kaca

1 buah

 Kasa + kaki tiga + bunsen

1 set

 Timbangan digital

1 buah

 Termometer

1 buah

 Gelas piala

1 buah

Bahan yang digunakan :
 Kain kapas (setelah mengalami proses simultan dengan menggunakan H2O2 5 ml/l
dan 10 ml/l)
 Pemutih optik (zat hostalux EP-H liq) 1 %
 NaCl 10 %
 Suhu

600C

 waktu 30 menit

D. LANGKAH KERJA
1. kain kapas yang telah mengalami proses simultan dipotong ¼ ukuran
2. kain ditimbang dengan neraca analitik
3. zat Hostalux EP-H Liq 1 % dilarutkan dalam air bersamaan dengan NaCl 10 %
4. kain direndam ke dalam larutan dan dipanaskan hingga mencapai suhu 60oC
5. kain dalam larutan diaduk-aduk dan dipertahankan suhunya selama 30 menit
6. kain diangkat dari proses pemanasan kemudian di cuci dengan air panas lalu dibilas
dengan air dingin
7. kain dikeringkan kemudian mulai melakukan evaluasi derajat putih

Skema proses
suhu (0C)

Mekanisme proses
Timbang kain

60

kain

eva panas
eva dingin

NaCl

Pemutih optik

Perendaman

27

Pencucian panas

10

20

50

waktu (menit)
Pencucian dingin
Evaluasi

E. DATA PERHITUNGAN RESEP
1. Berat kain awal

= 12,59 gram

2. Vlot

= 1 : 20

3. Jumlah larutan

= 20 X 12,59 gram
= 251,80 ml

4. Zat Hostalux EP-H Liq 1 % = 1/100 X 12,59 gram
= 0, 1259 g
= 0,2 g
5. NaCl 10 %

= 10/100 X 12,59 gram
= 1,259 g
6. Suhu

= 60oC

7. Waktu

= 30 menit

jumlah air yang ditambahkan

= jumlah larutan – (zat pemutih optik + NaCl)
= 251,80 ml – 1,5 ml
= 250,3 ml

F. DATA HASIL PERCOBAAN
Kain kapas yang telah mengalami proses pemutih optik supaya kain tersebut tampak
lebih putih dan lebih cerah, maka setelah melewati langkah kerja sebagaimana
disebutkan diatas, proses selanjutnya adalah dilakukan evaluasi hasil praktek pada kain.
Yaitu dengan cara : Tes derajat putih pada kain
Pada tes ini praktikan mulai membandingkan semua sampel kain dengan cara visual,
yaitu kain awal (sebelum mengalami proses pemutih optik) dengan kain akhir (yang
sudah mengalami pemutih optik) dibandingkan derajat putihnya.
Ada 3 kain yang dilakukan pemutih optik, masing-masing telah melewati proses
pengelantangan cara simultan. Saat melalui proses simultan, 1 kain menggunakan H 2O2
5 ml/l dan 2 kain menggunakan H2O2 10 ml/l.
Hasil evaluasi perbandingannya dicantumkan dibawah ini :
Sampel kain kapas sebelum dan sesudah dilakukan pemutih optik
•

(Kain kapas dengan menggunakan H2O2 10 ml/l saat pengelantangan)
Sebelum proses
Pemutih optik

•

Setelah proses
Pemutih optik

(Kain kapas dengan menggunakan H2O2 5 ml/l saat pengelantangan)
Sebelum proses
Pemutih optik

Setelah proses
Pemutih optik

Sebelum proses
Pemutih optik

Setelah proses
Pemutih optik

G. DISKUSI
Setelah melakukan praktikum pemutih optik, sampel kain yang belum dilakukan
pemutihan optik dibandingkan dengan kain yang sudah dilakukan pemutihan optik,
terbukti bahwa kain setelah dilakukan pemutih optik nampak lebih putih dan lebih
cerah. Hal ini dikarenakan bahwa saat proses pemutihan optik zat Hostalux EP-H liq
menyerap sinar ultraviolet dan memantulkannya menjadi sinar tampak pada daerah
ungu-biru, sehingga jumlah sinar yang dipantulkan bahan bertambah dan mengurangi
pantulan sinar pada daerah kuning atau merah pada bahan. Akibatnya kain menjadi
lebih putih dari sebelumnya.
Kain sampel saat pengelantangan menggunakan H2O2 5 ml/l dengan 10 ml/l ketika
di pemutih optik hasilnya tampak lebih cerah yang 10 ml/l. Karena saat pengelantangan
zat pemutihnya lebih banyak sehingga dengan ditambahkannya zat pemutih optik maka
bahan lebih kuat menyerap sinar ultraviolet dan mampu memantulkan sinar lebih
banyak.
Pemanasan dilakukan pada suhu 60 0C untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
tapi jika dilakukan pada suhu yang diatasnya, maka dapat memungkinkan terjadinya
kerusakan pada serat kain. Demikian pula untuk waktu, setelah 30 menit kain telah
mendapat hasil yangt maksimal jadi jika dilakukan lebih dari itu maka hanya akan boros
energi dan waktu. Dan pada proses pemutihan optik juga ditambahkan garam dapur 10
% tujuan adalah untuk menambah kekuatan daya serap kain pada saat perendaman.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan :
1. proses pemutihan optik adalah untuk menambah kecerahan bahan karena bahan
mampu memantulkan sinar lebih banyak sehingga kain nampak lebih putih dan
lebih cerah.
2. Perbandingan derajat putih kain sampel yang telah dilakukan pengelantangan
dengan yang telah dilakukan pemutih optik masih tampak lebih putih dan lebih
cerah yang dilakukan pemutih optik
3. kain sampel yang menggunakan H2O2 5 ml/l dengan 10 ml/l saat
pengelantangan. Ketika dilakukan pemutihan optik kain tampak lebih cerah
yang menggunakan H2O2 10 ml/l
4. Berat kain awal = 12,59 gram dan berat kain akhir = 12,10 , sehingga selisih
berat yang didapat setelah kain dilakukan pemutih optik dengan sebelum =
12,59 – 12,10 = 0,48

DAFTAR PUSTAKA
Ichwan, Muhammad, dkk. 2005. Pedoman Praktikum Teknologi Penyempurnaan.
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Djufri, Ir Rasyid, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan Dan Pencapan.

Contenu connexe

Tendances

Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang KanjiBu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang Kanjiaji indras
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG aji indras
 
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2aji indras
 
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kainaji indras
 
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAPROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAaji indras
 

Tendances (20)

Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang KanjiBu Ainur - Proses Hilang Kanji
Bu Ainur - Proses Hilang Kanji
 
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkurLaporan simultan pada kain kapas by benkur
Laporan simultan pada kain kapas by benkur
 
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyehProses merserisasi dan kostisasi nyeh
Proses merserisasi dan kostisasi nyeh
 
Bleaching
BleachingBleaching
Bleaching
 
Celup akrilat basa
Celup akrilat   basaCelup akrilat   basa
Celup akrilat basa
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Poliester weight reduce
Poliester weight reducePoliester weight reduce
Poliester weight reduce
 
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
LAPORAN PRAKTEK PENGANJIAN (SIZING) PADA BENANG
 
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
 
Celup poliester disperse pengaruh p h
Celup poliester   disperse pengaruh p hCelup poliester   disperse pengaruh p h
Celup poliester disperse pengaruh p h
 
Weighting sutera
Weighting suteraWeighting sutera
Weighting sutera
 
Celup poliester disperse carrier
Celup poliester   disperse carrierCelup poliester   disperse carrier
Celup poliester disperse carrier
 
Tc 1
Tc 1Tc 1
Tc 1
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Uji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosaUji zat warna pada selulosa
Uji zat warna pada selulosa
 
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi KainLaporan 1.  Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
Laporan 1. Praktek Evaluasi Tekstil I Dekomposisi Kain
 
Celup cdp zw kationik
Celup cdp   zw kationikCelup cdp   zw kationik
Celup cdp zw kationik
 
Poliester bleaching
Poliester bleachingPoliester bleaching
Poliester bleaching
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSAPROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
PROSES PERSIAPAN PENYEMPURNAAN PADA KAIN RAYON VISKOSA
 

Similaire à OPTIMALKAN PUTIH

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA RiaAnggun
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Nesha Mutiara
 
Materi praktikum kimia dasar
Materi praktikum kimia dasarMateri praktikum kimia dasar
Materi praktikum kimia dasarAhmad Fauzi
 
Seminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik Kimia
Seminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik KimiaSeminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik Kimia
Seminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik KimiaMonica Allen Gunawan
 

Similaire à OPTIMALKAN PUTIH (20)

9. bleaching sutera
9. bleaching sutera9. bleaching sutera
9. bleaching sutera
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Celup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara htCelup poliester dispersi cara ht
Celup poliester dispersi cara ht
 
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapasLap 3.cap pigmen repeat kapas
Lap 3.cap pigmen repeat kapas
 
Ratihsutera
RatihsuteraRatihsutera
Ratihsutera
 
Rayon
RayonRayon
Rayon
 
Sutera
SuteraSutera
Sutera
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN NATA
 
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tcLap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
 
Masak
MasakMasak
Masak
 
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Uas basaqq
Uas basaqqUas basaqq
Uas basaqq
 
Materi praktikum kimia dasar
Materi praktikum kimia dasarMateri praktikum kimia dasar
Materi praktikum kimia dasar
 
Lap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basaLap 8. poliakrilat basa
Lap 8. poliakrilat basa
 
Tc 3
Tc 3Tc 3
Tc 3
 
Laporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzimLaporan 1 desizing cara enzim
Laporan 1 desizing cara enzim
 
Seminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik Kimia
Seminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik KimiaSeminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik Kimia
Seminar of Practical Working Monica Allen Gunawan 111203031 Teknik Kimia
 
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tcLap 2.cap pigmen nonrepeat tc
Lap 2.cap pigmen nonrepeat tc
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

OPTIMALKAN PUTIH

  • 1. PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA TEKSTIL BAB II PEMUTIHAN OPTIK A. MAKSUD DAN TUJUAN Pada praktikum bab II ini mahasiswa diberikan pemahaman tentang tujuan dan mekanisme pemutihan optik pada bahan selulosa. Proses ini merupakan lanjutan dari proses pemasakan. Bahan yang telah diproses pemutihan optikan akan memiliki derajat putih yang lebih baik, tujuannya adalah agar praktikan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pemutihan optik sehingga dapat menganalisa dan mengevaluasi hasil proses pemutihan optik. B. TEORI DASAR Pemutih optik adalah zat yang dapat menambah kecerahan bahan karena pembesaran pemantulan sinar, sehingga kain putih yang diberi zat pemutih optik nampak lebih putih dan lebih cerah. Pembesaran pemantulan sinar ini disebabkan karena zat pemutih optik tersebut bersifat fluoressensi. Sinar ultra violet diserap dan selanjutnya dirubah menjadi sinar-sinar yang panjang gelombangnya berubah-ubah. Fluoressensi violet sampai hijau kebiru-biruan banyak dipergunakan untuk zat pemutih optik karena mengandung warna kuning yang memisah, sehingga dapat dilihat dengan mata dan nampak berkilau bila menyerap sinar ultra violet. Pemutih optik yang efektif, paling sedikit mengandung 4 ikatan rangkap yang terletak berselang-seling dengan ikatan tunggal, seperti : −C=C−C=C−C=C−C=C− atau −N=C−C=C−C=N−C=C− Pada prinsipnya dikenal dua golongan zat pemutih optik, yaitu : 1. Golongan hetero-siklik Bagian lingkaran heteronya cukup banyak mengandung ikatan rangkap, misalnya derivat pirazolina, imidazol dan benzotiazol. Golongan ini dapat dipakai untuk memberi kilau pada serat-serat sintetik. 2. Golongan asam flavonat
  • 2. Golongan ini terdiri dari derivat 4,4 diamina stilben 2,2 asam disulfonat. Dan banyak dipergunakan dalam pabrik-pabrik tekstil. Dari golongan ini dikenal beberapa zat pemutih optik antara lain :  Ultrasan, Blankophor BB4, BA dibuat dari asam flavonat dan khlorida sianurat.  Blankophor R, dibuat dari asam flavonat dan fenilisosianat.  Blankophor G, dibuat dari asam flavonat yang mengandung gugus triazol. Setelah pengelantangan bahan tekstil, biasanya diikuti dengan proses pemutih optik. Bahan dikerjakan dalam larutan pemutih optik 0,05 − 0,5 % pada suhu 40 − 60 0C selama 15 − 30 menit. Kadang-kadang ditambah dengan NaCl 5 gr/l untuk menambah daya serap. Kemudian diperas dan dikeringkan. Di dalam rumah tangga sehari-hari, setelah pakaian dicuci, sering diberi zat pembiru (bluing agent, blauw) yang daya fluoressensi-nya kecil. Di pabrik tekstil blauw ini tidak dipakai, karena hasilnya kurang baik. Untuk kain-kain campuran sintetik-kapas dan sintetik-rayon diperlukan dua macam pemutih optik, satu bagian untuk serat sintetik dan satu bagian lainnya untuk serat selulosanya. Pada umumnya cara pengerjaannya terpisah. Mula-mula dikerjakan untuk serat sintetik kemudian baru serat selulosanya. Hal ini untuk mencegah pewarnaan tumpang yang akan memberikan hasil yang kurang cerah. C. ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan :  Beaker gelas / keramik 500 ml 1 buah  Pengaduk kaca 1 buah  Kasa + kaki tiga + bunsen 1 set  Timbangan digital 1 buah  Termometer 1 buah  Gelas piala 1 buah Bahan yang digunakan :  Kain kapas (setelah mengalami proses simultan dengan menggunakan H2O2 5 ml/l dan 10 ml/l)  Pemutih optik (zat hostalux EP-H liq) 1 %
  • 3.  NaCl 10 %  Suhu 600C  waktu 30 menit D. LANGKAH KERJA 1. kain kapas yang telah mengalami proses simultan dipotong ¼ ukuran 2. kain ditimbang dengan neraca analitik 3. zat Hostalux EP-H Liq 1 % dilarutkan dalam air bersamaan dengan NaCl 10 % 4. kain direndam ke dalam larutan dan dipanaskan hingga mencapai suhu 60oC 5. kain dalam larutan diaduk-aduk dan dipertahankan suhunya selama 30 menit 6. kain diangkat dari proses pemanasan kemudian di cuci dengan air panas lalu dibilas dengan air dingin 7. kain dikeringkan kemudian mulai melakukan evaluasi derajat putih Skema proses suhu (0C) Mekanisme proses Timbang kain 60 kain eva panas eva dingin NaCl Pemutih optik Perendaman 27 Pencucian panas 10 20 50 waktu (menit) Pencucian dingin Evaluasi E. DATA PERHITUNGAN RESEP 1. Berat kain awal = 12,59 gram 2. Vlot = 1 : 20 3. Jumlah larutan = 20 X 12,59 gram = 251,80 ml 4. Zat Hostalux EP-H Liq 1 % = 1/100 X 12,59 gram = 0, 1259 g = 0,2 g 5. NaCl 10 % = 10/100 X 12,59 gram
  • 4. = 1,259 g 6. Suhu = 60oC 7. Waktu = 30 menit jumlah air yang ditambahkan = jumlah larutan – (zat pemutih optik + NaCl) = 251,80 ml – 1,5 ml = 250,3 ml F. DATA HASIL PERCOBAAN Kain kapas yang telah mengalami proses pemutih optik supaya kain tersebut tampak lebih putih dan lebih cerah, maka setelah melewati langkah kerja sebagaimana disebutkan diatas, proses selanjutnya adalah dilakukan evaluasi hasil praktek pada kain. Yaitu dengan cara : Tes derajat putih pada kain Pada tes ini praktikan mulai membandingkan semua sampel kain dengan cara visual, yaitu kain awal (sebelum mengalami proses pemutih optik) dengan kain akhir (yang sudah mengalami pemutih optik) dibandingkan derajat putihnya. Ada 3 kain yang dilakukan pemutih optik, masing-masing telah melewati proses pengelantangan cara simultan. Saat melalui proses simultan, 1 kain menggunakan H 2O2 5 ml/l dan 2 kain menggunakan H2O2 10 ml/l. Hasil evaluasi perbandingannya dicantumkan dibawah ini : Sampel kain kapas sebelum dan sesudah dilakukan pemutih optik • (Kain kapas dengan menggunakan H2O2 10 ml/l saat pengelantangan) Sebelum proses Pemutih optik • Setelah proses Pemutih optik (Kain kapas dengan menggunakan H2O2 5 ml/l saat pengelantangan)
  • 5. Sebelum proses Pemutih optik Setelah proses Pemutih optik Sebelum proses Pemutih optik Setelah proses Pemutih optik G. DISKUSI Setelah melakukan praktikum pemutih optik, sampel kain yang belum dilakukan pemutihan optik dibandingkan dengan kain yang sudah dilakukan pemutihan optik, terbukti bahwa kain setelah dilakukan pemutih optik nampak lebih putih dan lebih cerah. Hal ini dikarenakan bahwa saat proses pemutihan optik zat Hostalux EP-H liq menyerap sinar ultraviolet dan memantulkannya menjadi sinar tampak pada daerah ungu-biru, sehingga jumlah sinar yang dipantulkan bahan bertambah dan mengurangi pantulan sinar pada daerah kuning atau merah pada bahan. Akibatnya kain menjadi lebih putih dari sebelumnya.
  • 6. Kain sampel saat pengelantangan menggunakan H2O2 5 ml/l dengan 10 ml/l ketika di pemutih optik hasilnya tampak lebih cerah yang 10 ml/l. Karena saat pengelantangan zat pemutihnya lebih banyak sehingga dengan ditambahkannya zat pemutih optik maka bahan lebih kuat menyerap sinar ultraviolet dan mampu memantulkan sinar lebih banyak. Pemanasan dilakukan pada suhu 60 0C untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tapi jika dilakukan pada suhu yang diatasnya, maka dapat memungkinkan terjadinya kerusakan pada serat kain. Demikian pula untuk waktu, setelah 30 menit kain telah mendapat hasil yangt maksimal jadi jika dilakukan lebih dari itu maka hanya akan boros energi dan waktu. Dan pada proses pemutihan optik juga ditambahkan garam dapur 10 % tujuan adalah untuk menambah kekuatan daya serap kain pada saat perendaman. H. KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan : 1. proses pemutihan optik adalah untuk menambah kecerahan bahan karena bahan mampu memantulkan sinar lebih banyak sehingga kain nampak lebih putih dan lebih cerah. 2. Perbandingan derajat putih kain sampel yang telah dilakukan pengelantangan dengan yang telah dilakukan pemutih optik masih tampak lebih putih dan lebih cerah yang dilakukan pemutih optik 3. kain sampel yang menggunakan H2O2 5 ml/l dengan 10 ml/l saat pengelantangan. Ketika dilakukan pemutihan optik kain tampak lebih cerah yang menggunakan H2O2 10 ml/l 4. Berat kain awal = 12,59 gram dan berat kain akhir = 12,10 , sehingga selisih berat yang didapat setelah kain dilakukan pemutih optik dengan sebelum = 12,59 – 12,10 = 0,48 DAFTAR PUSTAKA
  • 7. Ichwan, Muhammad, dkk. 2005. Pedoman Praktikum Teknologi Penyempurnaan. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Djufri, Ir Rasyid, dkk. 1976. Teknologi Pengelantangan Pencelupan Dan Pencapan.