SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  45
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SISTEM PENGINDRAAN
Pancaindra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis
rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang
membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan.
Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan,
penciuman dan suara. Ada kesan yang timbul dari dalam antara lain, lapar, haus dan
rasa sakit.
Dalam segala hal, serabut saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir
khusus mengumpulkan rangsangan yanh khas tempat setiap organ berhubungan.
System indra memerlukan bantuan system saraf yang menghubungkan badan indra
dengan system saraf pusat. Organ indara adalah sel-sel tertentu yang dapat menerima
stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai
impils saraf melalui serabut saraf kepusat susunan saraf. Setiap organ menerima
stimulus tertentu, kesan yang sesuai sebagai system organ indra haanyaa maampu
meneerimaa stimulus, menghasilkan dan mengirimstimulus dari impuls saraf. Organ
indra dapat diklasifikasimenjadi dua yaitu : organ indra umum seperti reseptor raba
tersebar disekitar seluruh tubuh dan organ indra khusus seperti putting pengecap yang
penyebarannya terbatas pada lidah.
Kelenjar air mata terdiri dari kelenjar majemuk yang terlihat pada sudut dalam
kantong konjungtifa dari saluran kelenjar lakrimalis. Bila bola mata dikedipkan, air
mata akan menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar cairan ini
menguap, sebagiab lagi masuk kehidung melalui saluran nasolakrimalis.
1 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
INDRA PENLIHATAN
( MATA )
A.

ANATOMI FISIOLOGI MATA
ANATOMI MATA
Berikut adalah anatomi dari pada mata :

Mata adalah organ penglihatan, yang berfungai untuk melihat semua gambargambar/ bayangan-bayangan yang nyata didepan kita. Tanpa adanya mata kita sulit
untuk melakukan aktifitas sehari-hari
- Organ Luar Mata
1.

Bulu mata
Bulu mata berfungsi menyaring/pelindung mata dari sinar matahari yang
sangat terik dan sebagai alat kecantikan.

2 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
2.

Alis mata
Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh bulu mata.Alis mata
berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.

3.

Kelopak mata
Terdiri dari dua bagian kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,fungsinya
adalah pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata
(menutup dan membuka mata)

- Organ Dalam Mata
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:
1.

Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber
cahaya.

2.

Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1
milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.

3.

PupilDanIris
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas
cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan
melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi
ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris
berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna
pada mata.

4.

LensaMata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina.
Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat
3 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari
jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat
(cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
5.

RetinaatauSelaputJala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya
bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke
saraf optik.

6.

SarafOptik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak

FISIOLOGI MATA
Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan
saraf untuk tranduksi sinar.Aparatus optik mata membentuk dan mempertahankan
ketajaman fokus objek dalam retina.Prinsip optik:sinar dialihkan berjalan dari satu
medium lain dari kepadatan yang berbeda ,fokus utama pada garis yang berjalan
melalui pusat kelengkungan lensa sumbu utama.
Indra penglihatan menerima rasangan berkas-berkas cahaya pada retina
dengan perantara serabut nervus optikus,menghantarkan rangsangan ini kepusat
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan
bayangan yang letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan
diubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous Lensa membiaskan cahaya dan
memfokuskan bayangan pada retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan
yang di fokuskan

4 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
B. PENYAKIT PADA MATA
1. BLASTOMA
a. Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraocular yang di temukan
pada anak-anak , pada usia dibawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Massa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus ( endovitik).

b. Patofisiologi

Ratino blasto
↓
Masa tumor di dalam struktur mata
↓
Tumor semakin membesar
↓
penekanan pembulu darah
Peradangan vitreus daerah mata
Proses penyakit
↓
Lesimenonjol berbentuk bulat suplai oksigen berkurang
Berwarna merah jambu
↓
Metabolisme anaerob
Perubahan struktur anatomi mata
↓
Perubahan fungsi
↓

5 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
Asam laknat meningkat
sensorik motorik mata Perubahan citra diri
↓
nyeri
Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat
↓•
ganguan komunikasi visual Merangsang mediator
nyeri (histamine,bradikinin,serotin,dll)
penurunan aktivitas Metaphase ke otak
↓
Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat ↓Gangguan rasa nyaman
dan aman

c. Etiologi
Retinablastoma terjadi ketika terjadi mutasi genetik pada sel syaraf
retina yang menyebabkannya terus tumbuh dan melipatgandakan diri ketika sel
normal seharusnya mati. Akumulasi sel ini kemudian membentuk tumor.
Retinoblastoma dapat menyerang ke dalam mata dan jaringan di sekitarnya.
Retinoblastoma juga dapat menyebar ke area lain di dalam tubuh, seperti otak
dan tulang belakang.
Pada umumnya tidak jelas apa yang menyebabkan terjadinya
retinoblastoma. Tetapi adalah hal yang mungkin jika ini merupakan kondisi
bawaan. Mutasi gen yang meningkatkan risiko r etinoblastoma dan kanker lain
dapat menurun dari orang tua ke anak.

6 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
d. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

2. ABLASIO RETINA

a. Pengertian
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen
retina,ablasio retina merupakan masalah mata yang serius dan memerlukan
perawatan yang serius pula.
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan
epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina
yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen
pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas
fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan
7 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
b. Patofisiologi
Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai
dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat
longgar, pada mata yang matur dapat berpisah :
- Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami
likuifikasi dapat

memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio

progresif (ablasio regmatogenosa).
- Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina,
misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio
retina traksional).
- Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina
akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan
(ablasio retina eksudatif)
Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya
robekan retina atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut,
dan pada mata afakia. Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah
degenerasi retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan
sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera,
dan sebagainya.
c. Etiologi
a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
8 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
d. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.
- Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh
karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.
- Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan
untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk
mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor

e.

Cara Pengobatan
Manajemen Terapi Ablatio Retina
Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral bucking
yaitu pengikatan kembali retina yang lepas.
a. Pengelolaan penderita sebelum operasi
Mengatasi kecemasan
Membatasi aktivitas
Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi
pergerakan bola mata
Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah
akomodasi dan kontriksi.
b. Pengelolaan penderita setelah operasi
Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
Evaluasi penutup mata

9 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
Bantu semua kebutuhan ADL
Perawatan dan pengobatan sesuai program
3. Presbiopi

a. Pengertian
suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan
akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur.Makin bertambahnya
umur maka setiap lensa akan menglami kemunduran kemampuan untuk
mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembung ini akan memberikan
kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal.
b. Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur kaka lensa
menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi
cembung,dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat :
-

Kelemahanototakomodasi

-

Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisnya akibat sklerosis lensa.

10 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
c. Etiologi
-

Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan degenerasi.

-

Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet ( cahaya matahari ) dan
angin
(udarapanas) yang mengenai kongtungtiva bulbi

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosis pterigium tidak harus
dilakukan, karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik kadang sudah dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis pterigium. Pemeriksaan histopatologi
dilakukan pada jaringan pterigium yang telah diekstirpasi. Gambaran pterigium
yang didapat adalah berupa epitel yang irreguler dan tampak adanya degenerasi
hialin pada stromanya.
Pengobatan pterigium tergantung dari keadaan pteriumnya sendiri, dimana
pada keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses
inflamasi dapat diberikan steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan
pada keadaan lanjut misalnya terjadi gangguan penglihatan (refraktif), pterigium
telah menutupi media penglihatan (menutupi sekitar 4mm permukaan kornea)
maupun untuk alasan kosmetik maka diperlukan tindakan pembedahan berupa
ekstirpasi pterigium.

e. Pengobatan
Obat-obatan yang sering digunakan pada kasus pterigium adalah :
-

Pemakaian air mata artifisial (obat tetes topikal untuk membasahi mata)
1. Untuk membasahi permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada
lapisan air. Obat ini merupakan obat tetes mata topikal atau air mata
artifisial (air mata penyegar, Gen Teal (OTC)

11 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
2. Air mata artifisial akan memberikan pelumasan pada permukaan

mata

pada pasien dengan permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan
permukaan air mata yang tak teratur. Keadaan ini banyak terjadi pada
keadaan pterygium.
-

Salep untuk pelumas topikal – suatu pelumas yang lebih kental pada
permukaan okular. alep untuk pelumas mata topikal (hypotears,P.M
penyegar (OTC). Suatu pelumas yang lebih kental untuk permukaan mata.
Sediaan yang lebih kental ini akan cenderung menyebabkan kaburnya
penglihatan sementara; oleh karena itu bahan ini sering dipergunakan pada
malam hari terkecuali bila pasien merasakan sakit dalam pemakaiannya.

-

Obat tetes mata anti – inflamasi – untuk mengurangi inflamasi pada
permukaan mata dan jaringan okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan
sangat membantu dalam penatalaksanaan pterygia yang inflamasi dengan
mengurangi pembengkakan jaringan yang inflamasi pada permukaan okular
di dekat jejasnya. Prednisolon asetat (Pred Forte 1%) – suatu suspensi
kortikosteroid topikal yang dipergunakan untuk mengu-rangi inflamasi mata.
Pemakaian obat ini harus dibatasi untuk mata dengan inflamasi yang sudah
berat yang tak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal lain.

Tindakan pembedahan untuk ekstirpasi pterygia biasanya bisa dilakukan pada
pasien rawat jalan dengan menggunakan anastesi topikal ataupun lokal, bila
diperlukan dengan memakai sedasi. Perawatan pasca operasi, mata pasien
biasanya merekat pada malam hari, dan dirawat memakai obat tetes mata atau
salep mata antibiotika atau antiinflamasi.
Pembedahan pterigium dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain :
Teknik Bare sclera
a. Anastesi : proparacain atau pantokain atau dapat juga menggunakan
kokain 4% yang diteteskan maupun dioles dengan kapas pledget,
kemudian diberikan suntikan subkonjungtiva dengan lidokain 1-2 % .
12 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
b. Persiapkan duk steril untuk menutupi derah operasi.
c. Siapkan lid spekulum
d. Lakukan pengujian untuk menunjukkan otot yang terkait dengan
pterigium.
e. Lakukan fiksasi dengan benang ganda 6.0 pada episklera searah jam 6 dan
jam 12.
f. Posisi mata pada jahitan korset.
g. Buatlah garis demarkasi pterigium dengan cautery.
h. Gunakanlah ujung spons atau kapas untuk membersihkan darah ketika
sedang dilakukan pengikisan pterigium dari apek dengan menggunakan
forcep jaringan.
i.

Laksanakan pembedahan dari kepala pterigium yang ada di dekat kornea
mata dengan menggunakan scarifier. Traksi dengan forcep ukuran 0.12
mm akan memudahkan pengangkatan pterigium.

j.

Bebaskan sklera dari pterigium.
-

Menggunakan westcott gunting untuk memotong sepanjang tanda
cautery.

-

Kikislah pterigium dengan gunting.

-

Pindahkan

semua

jaringan

pterigium

dari

limbus

dengan

menggunakan sharp sehingga tampak jaringan sklera yang telanjang.
-

Jika perlu, mengisolasi rektus otot horizontal dengan suatu sangkutan
otot untuk menghindari kerusakan jaringan yang akan membentuk
sikatrik.

k. Pindahkan pterigium dilimbus dengan menggunakan gunting.
l.

Gunakan cautery untuk menjaga keseimbangan.

m. Menghaluskan sekeliling tepi limbus.
-

Dengan menggunakan burr intan

-

Dengan tepi punggung mata pisau scarifier.

13 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
n. Berikan antibiotik dan steroid topikal.]
o. Kemudian tutup mata dengan kasa steril dan fiksasi

4.

HIPERMETROPIA
a.

Pengertian
Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan
gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar
sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di
belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan
di belakang retina.

b. Patofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata
yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan
posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di
belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.

c.

Etiologi
Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:
1.

Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi
Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis,
ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik
fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).

2.

Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat
terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa,

14 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia
refraksi ini adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga
kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus
humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus,
hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal, yang
juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut)
3.

Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat
Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana
kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan
difokuskan di belakang retina.

4.

Perubahan posisi lensa.
Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih
posterior.tidak ada lagi (afakia).

d. Pemeriksaan penunjang
Kita bisa memeriksa mata klien dengan menggunakan Snellen Chart –
Eye Chart karena alat in fungsinya untuk memeriksa ketajaman mata
seseorang. Macam/ jenis charts tersedia untuk anak-anak yang sangat muda
atau orang dewasa yang buta huruf yang tidak memerlukan bentuk tulisan
tersebut. Dan ada satu versi banyak menggunakan gambar sederhana atau pola
bentuk tertentu. Seperti bentuk objek yang dicetak dengan huruf blok “E”
terbalik dalam orientasi yang berbeda, yang disebut Jumpalitan E. Ketika
pemeriksaan dilakukan manusianya hanya menunjukkan arah mana masingmasing “E” yang dilihat. Seperti halnya bagan Landolt C yaitu mirip: baris
memiliki lingkaran dengan bagian dari segmen yang berbeda dihilangkan, dan
pengujian menjelaskan di mana setiap bagian yang tidak terpenuhi atau patah

15 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
berada. Dua yang terakhir jenis grafik juga mengurangi kemungkinan saat
pemeriksaan menebak gambar.
Adapun Alternatif bentuk chart yang akan digunakan sebagai uji
ketajaman penglihatan semi-otomatis berbasis komputer ke bagan mata dan
telah dikembangkan, akan tetapi tidaklah umum. Alat yang dimaksud
memiliki beberapa potensi keunggulan, seperti pengukuran yang lebih tepat
dan kurang pemeriksa-induced bias. Beberapa dari alat tersebut juga sangat
cocok

untuk

anak-anak

karena

menyerupai

video

game.

Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya
dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak
penglihatan tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain dari pada itu, ada juga
digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan dekat atau tugas kerja
(seperti membaca atau menggunakan komputer). Untuk situasi ini tabel titik
dekat dibuat.
e. Pengobatan
Yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara
lain dengan:
Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata
Pemberian tetes mata atropin.
Menurunkan tekanan dalam bola mata.
Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun
dekat pada anak.
Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.

16 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
5.

Hordeolum

a. Pengertian
Hordeolum ( stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi
kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh
bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus).
Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar
kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
1.

Hordeolum interna terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum
interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata
bagian dalam).

2.

Hordeolum eksterna (bintitan/timbilen), terjadi pada kelenjar Zeis dan
kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata
bagian luar (palpebra).

b. Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus
aureus. Yang akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak
17 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
mata. Dapat terjadi di kelenjara minyak Meibom, kelenjar Zeis atau Moll.
Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan
inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva.

c. Etiologi
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak
mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkana

d. Pengobatan
Adapun cara pengobatan pada penyakit ini adalah
1.

Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.

2.

Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin,
Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid,
dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran
dokter, terutama pada fase peradangan.

3.

Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin,
Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum
tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini
diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis
antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat

badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya
hordeolum.
1.

Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk
meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat,
ibuprofen, dan sejenisnya.

2.

Penatalaksanaan Bedah
Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila:

18 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
a. Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat
antibiotika topikal dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu.
b. Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses.
Setelah insisi dianjurkan kontrol dalam seminggu atau lebih untuk
penyembuhan luka insisi agar benar-benar sembuh sempurna.
3.

Manajemen Preventif
a. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat
untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
c. Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi
oleh kuman.
d. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
e. Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum.
f.

Jangan memencet hordeolum.
Biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan
dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum.

g.

Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum.

h.

Untuk sementara hentikan pemakaian make-up pada mata.

i.

Lepaskan lensa kontak (contact lenses) selama masa pengobatan.
Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang

timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul
secara berulang.

19 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
INDRA PENDENGARAN
( TELINGA )

A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA

ANATOMI TELINGA
Berikut adalah gambar dan bagian-bagian telinga :

Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
– pendengaran dan keseimbangan. Indera pendengaran berperan penting pada
partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari- hari. Sangat penting untuk
perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain melalui bicara, tergantung pada kemampuan mendengar. Kita
memiliki sepasang telinga yang terdiri dari 3 bagian yaitu :

20 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
1.

Telinga luar

2.

Telinga tengah

3.

Telinga dalam

Bagian- bagian telinga
- Telinga luar
merupakan bagian telinga yang berguna sebagai penangkap getaran suara, yang
termaksud telinga luat yaitu daun telinga, lubang telinga dan saluran telinga
laur.
Telinga luar terdiri aurikulla ( pinna) dan kanalis auditorius esternus,
dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakaram yang dinamakan
membrane timpani ( gendang telinga ). Telinga terletak pada kedua sisi kepala
kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat disis kepala oleh kulit dan
tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada
lobus telinga. Orikulus membantu pengumpulan gelombang suara dalam
perjalananya sepanjang kanalis auditorius esternus. Tepat didepan meatus
auditorius esternus adalah sendi temporomandibular. Kaput mandibula dapat
dirasakan dengan meletakkan ujung jari dimeatus auditorius esternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius esternus panjangfnya sekitar
2,5 cm. sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan vibrosa padat
dimana kulit terlekat. 2/3 medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit.
Kanalis auditorius esternus berakhir pada membrane timpani. Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa,

yang mengsekresi

substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme dari pembersihan diri
telinga, mendororng sel kulit tua dan serumen dibagian telinga. Serumen
nampaknya mempunyai sifat anti bakteri dan memberikan perlindungan bagi
kulit.

21 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
- Telinga tengah
Bagian telinga ini terdiri dari selaput pendengaran, tulang-tulang pendengaran
dan saluran eustachius. Telinga tengah tersusun atas membrane timpani (
gendang telinga) disebelah lateral dan kapsul otik disebelah medial, celah
telinga terletak diantara keduanya. Membrane timpani terletak pada akhiran
kanalis audotorius esternusdan menandai batas lateral telinga tengah.
Membrane ini, yang diameternya sekitar 1 cm dan sangat tipis, normalnya
berwarna kelabu mutiara dan translusen. Telingah tengah merupakan rongga
berisi udara yang merupakan rumah bagi osikuli ( tulang telingah ) dan
dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring. Juga berhubungan dengan
beberapa sel berisi udara dibagian mastoid tulang temporald. Telinga tengah
mengandung tiga tulang terkecil ( osikuli) di tubuh yaitu maleus, inkus, dan
stapes. Osikulin dipertahankan pada tempanya

oleh persendian, otot, dan

,ligament, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval
dan bulat) di dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah
dan telinga dalam. Bagian datarn kaki stapes menjejak pada jendela oval,
dimana suara dihantarkan ditelinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan
getaran suaran. Jendela bulat ditutpi oleh membrane yang sangat tipis, dan
dataran kaki stapes ditahan oleh anolus yang agak tipis, atau struktur berbentuk
cincin. Baik anolus jendela bulat maupun jendela oval sangat mudah
mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari telinga dalam akan mengalmi
kebocoran ketelingta tengah, kondisi ini dinamakan vistula perilinfe. Tuba
eustachii yang lebar sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm,
menghubungkan telinga tengah ke nasovaring. Normalnya, tuba estachii selalu
tertutup, namun dapat terbuka kibat kontraksi otot palatum ketika mengalami
maneuver valsavah / dengan menguap atau menelan. Tuba bertindak sebagai
saluran drainase untuk sekresi normal dan abnormal teling tengah dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga dng teknan atmosfer.
22 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
-

Telinga dalam
Telinga ini terdiri dari tingkap jorong, dan rumah siput. Di dalam rumah siput
terdapat cairan yang bergetar jika ada bunyi. Telinga dalam tertanam jauh
didalam bagian petrous temporal. Organ untuk pendengaran ( koklea) dan
keseimbangan ( kanalis semisirkularis) , begitu juga saraf cranial VII ( nervus
fasialis) dan VIII ( nervus kokleovestibuler) , semuanya merupakan dari
bagian komplek anatomi ini. Koklea dan kanalis semisirkukaris bersama-sama
menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisirkularis- posterior, superior
dan lateral- terletak membentuk sudut 90⁰ satu sama lain dan mengandung
organ reseoptor yang berhubungan dengan keseimbangan. Ada 5 bagian
utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut :
1.

Tiga saluran setengah lingkaran

2.

Ampula

3.

Utrikulus

4.

Sakulus

5.

Koklea atau rumah siput

FISIOLOGI TELINGA

Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval.
Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di
dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran
Reissmer

dan

menggetarkan

cairan

limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran
tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan
cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membrane

23 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaputselaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah.
Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan
(impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori
pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat
pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran.

B. PENYAKIT PADA TELINGA
1. Gangguan telinga luar
- Otalgia : rasa nyeri pada telinga.
Penyebabnya

: akibat adanya iritasi local karena banyak kondisi dan

dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Nyeri
disebabkab oleh nyeri yang terjadi didekat sendi temporomandibularis.
- Inpaksi serumen : secara normal serumen dapat tertimbun dalam kanalis
eksternus dan dalam jumlh dan warna yang bervariasi. Meskipun
biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang-kadang daapat mengalami
impaksi, menyebabkan otalgia rasa penuh dalam telinga, atau kehilangan
pendengaran. Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang
korek api, jepit rambut atau alat lainnya bisa berbahaya karena trauma
terhadap kulit dapat mengakibatkan infeksi atau kerusakan gendang
telinga.
- Benda asing

: kadang-kadang benda bisa masuk tanpa disengaja

kedalam telinga yang mencoba membersihkan kanalis esternus atau
mengurangi gatal. Efeknya dapat berkisar dari tanpa tanpa gejala sampai
gejala nyeri berat dan penurunan pendengaran. Serangga yang memasuki
telinga biasanya dapat dikeluarkan dengan meneteskan tetes telingan yang
akan melunakkan serangga dan memungkinkannya terbilas.

24 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
-

Otitis eksterna

: infeksi utmanya bakteri, jamur, merupakan masalah

yang paling sering pada telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna
(infeksi telinga luar) termksud air dalam kanalis audotorius eksternus(
telinga perenang)
-

Otitis eksterna maligna

: bentuk yang jarang namun lebih serius infeksi

infeksi telinga luar adalah otitis eksterna maligna ( osteomielitis tulang
temporal ). Merupakan infeksi progesif, melemahkan bahkan terkadang
fatal pada kanalis auditorius eksternus, jaringan sekitarnya, dan dasar
tengkorak. Biasanya disebabkan oleh Pseudomonaas Aeruginosa pada
klien

dengan

ketahanan

rendah

terhadap

infeksi,

seperti

diabetes.penanganan yang berhasil meliputi pengontrolan diabetes,
pemberian antibiotika ( biasanya intravena ), dan perawatan luka local
agresif. Penanganan antibiotika parenteral standar meliputi kombinasi
bahan anti pseudomonas dan aminoglikosida, keduanya mempunyai
potensial efek samping serius. Karena aminoglikosida serum klien dan
fungsi ginjal dan auditori klien harus dipantau selama terapi. Perawatan
local meliputi debridement terbatas jaringan yang terinfeksi, termasuk
tulang dan kartilago, tergantung peluasan infeksi.
-

Massa ditelinga luar

: Tampak penonjolan tulang kecil, keras dibagian

tulang posterior bawah kanalis telinga yang dinamakan eksostosis.
Biasanya terjadi bilateral. Kulit yang menutupinya normal. Banyak orang
menganggap eksostosis disebabkan karena pemajanan terhadap air dingin,
seperti pada penyelam atau atlet selancar. Tumor maligna juga dapat
ditemukan ditelinga luar. Tumor yang paling banyak adalah karsinoma sel
basal pada pina dan karsinoma sel skuamosa dalam kanalistelinga. Bila
tidak ditangani, karsinoma sel skuamosa akan menyebar melalui tulang
temporal, menyebabkan paralisis nervus fasialis dan kehilangan
pendengaran. Karsinoma harus ditangani secara bedah.

25 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
2. Gangguan Telinga Tengah
-

Perforasi membrana timpani

: gangguan ini biasanya disebabkan oleh

trauma atau infeksi. Sumber trauma meliputi fraktur tulang tengkorak,
cedera ledakan, atau hantaman keras pada telinga. Perforasi yang lebih
jarang, disebabkan oleh benda asing ( mis. Lidi kapas, peniti, kunci ) yang
didorong terlalu dalam kedalam kanalis auditorius eksernus. Selain
perforasi membrane timpani, cedera terhadap osikulus dan bahkan telinga
dalam dapat terjadi akibat tindakan ini, jadi, usaha klien untuk
membersihkan kanalis auditorius ekssternus sebaiknya dilarang. Selama
infeksi, membrane timpani dapat mengalami rupture bila tekanan dalam
telinga tengah lebih besar dari tekanan atmosfer dalam kanalis auditorius
eksternus.
-

Otitis Media Akuta

: yaitu infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama

pada gangguan ini adalah masuknya bakteri patogenik kedalam telinga
tengah yang normalnya steril. Paling sering terjadi disfungsi tuba eustachii
seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran penapasan atas,
inflamasi jaringan disekitarnya ( mis. Sinusitis, hipertrofi, aadenoid ), atau
reaksi alergi (mis. Rhinitis alergika ). Bakteri yang umum ditemukan
sebagai organisma adalah Streptococcus pneumoniaae, Hemophylus
influenza, dan Moraxella catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan
klien kemungkinan melalui tubaeustachii akibat kontaminasisekresi dalam
nasofaring. Bakteri juga dapat masuk melalui telinga tengah bila ada
perforasi membrane timpani. Eksudat purulen biasanya da dalam telinga
tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.
-

Otitis Media Serosa ( efusi telinga tengah )

:

gangguan ini

mengeluarkan cairan, tanpa bukti adanya infeksi aktif, dalam telinga
tengah. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam

26 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
telinga tengah yang disebabkan obstruksi tuba eustachii. Kondisi ini
ditemukan terutama pada anak-anak ; perlu dicatat bahwa, bila terjadi
pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi
tuba eustachii perlu dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada klien
setelah menjalani radioterapi dan barotraumas ( mis. Penyelam ) dan pada
klien disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas
yang terjadi. Barotrauma terjadi bila terjadi perubahan tekanan mendadak
dalam telinga tengah akibat perubahan tekanan barometric, seperti pada
penyelam atau saat pesawat udara turun, dan cairan terperangakp didalam
telinga tengah. Karsinoma yang menyumbat tuba eustachii harus
disingkirkan pada orang dewasa yang menderita otitis media serosa uni
lateral menetap.
-

Otitis Media Kronik

:

yaitu yang berhubungan dengan patologi

jaringan ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang
otitis media akut. Sering berhubungan dengan perforasi menetap
membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya menyebabkan
kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus
dan hamper selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotika,
infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang,
penggunaan antibiotika yang bijaksana pada otitis media akut telah
menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan
kasus maastoiditis akut sekarang ditemukan pada klien yang tidak
mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi
telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa
ahli infeksi kronik ini dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma,
yang merupakan pertumbuhan kulit kedalam ( epitel skuamosa ) dari
lapisan luar membrane timpani ketelinga tengah. Kulit dari membrana
timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah
rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat kestruktur telinga
27 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus
dan menyebabkan paralisis nervus fasialais, kehilangan pendengaran
sensorineural dan atau gangguan keseimbangan ( akibat erosi telinga
dalam ), dan abses otak.
-

Otosklerosis

:

ini mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan

pembentukan baru tulang spongius yang abnormal, khususnya sekitar
jendela ovalis, yang mengakibatkan fiksasi stapes. Lebih sering pada
wanita, biasanya bersifat herediter dan memberat karena kehamilan.
Efisiensi transmisi suara dapat terhambat karena stapes tidak dapat
bergerak dan mengahntarkan suara dari maleus dan inkus ketelinga dalam.
Kondisis ini dapat mengenai satu atau kedua telinga dan muncul sebagai
kehilangan pendengaran konduksi atau campuran progresif. Klien
mungkin mengeluh menderita tinnitus tapi bisa juga tidak. Pemeriksaan
otoskopik biasanya menemukan membrane timpani yang normal.
Konduksi tulang lebih baik dari konduksi udara pada uji rinne. Audiogram
akan mengutkan adanya kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran, khususnya pada frekuensi rendah.
3. Gangguan Telinga Dalam
-

Mabuk perjalanan

:

adalah gangguan keseimbangan yang disebabkan

oleh gerakan konstan, seperti terjadi pada penumpang kapal laut atau
perahuatau ketika mengendarai komidi putar, berayun, dan atau ketika
menaiki mobil. Sindrom ini bermanifestasi sendiri dengan berkeringat,
pucat, mual, dan muntah yang disebabkan karena stimulasi berrlebihan
vestibuler. Manifestaasi tersebut daapat menetap selama beberapa jam
setelah stimmulasi berhenti. Antihistamin yang dijual bebas sering
digunakan untuk menangani vertigo, seperti Dramamneatau bonine, dapat
membantu mengurangi sedikit gejala. Obat kolenergik, seperti koyo
skopolamin, dapat berguna dan dapat diganti setiap bebeerapa hari. Efek

28 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
sampingnya berupa mulut kering dan pusing dapat timbul pada pemakaian
obat ini dan ternyata lebih mengganggu dari penyakitnya sendiri. Klien
harus diperingatkan untuk menghindari potensial aktivitas berbahaya
sepertimengendarai mobil atau menjalankan mesin berat bila merasa
pusing.
-

Penyakit meniere : penyakit ini dinamakan sesuai nama seorang dokter
perancis, Prospeer Meniere, yang pada tahun 1861 pertama kali
menerangkan mengenai trias gejala ( vertigo tak tertahankan episodic,
tinnitus, dan kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi ) sebagai
penyakit telinga dan bukan erupakan penyakit sentral atau otak. Etologi
penyakit meniere tidak diketahui namun terdapat berrbagai teori, termasuk
pengaruh neuro kimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang
menuju kelabirin, reaksi alergi, damn gangguan autoimun. Beberapa ahli
menyalahkan gangguan mikrovaskular ditelinga dalam sehingga terrjadi
peningkatan diatas normal kadar metabolid ( glukosa, insulin, trigliserida,
dan kolesterol ) dalam darah.

-

Labirinitis : adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh
bakteri maupun virus. Infeksi berkembang ketelinga dalam melalui kanalis
auditorius internus atau aquaduct koklear. Infeksi bakteri yang
diseebabkan otitis media, atau kolesteatoma, dapat memasuki telinga
tengah dengan menembus membrane jendela bulat atau oval. Labirintis
viral merupakan diagnosis medis yang sering namun hanyya sedikit yang
diketahui mengenaai kelainan ini, yang mempengaruhi keseimbangan
maupun pendengaran. Virus penyebab yang paling sering teridentifikasi
adalah gondonggan rubela, rubeola, dan influenza. Neuritis vesbuler dapat
menyebabkan gejala yang sama seperti labirintis kecuali bahwaa
pendengarannya tak akan terpengaruh. Labirintis ditandai oleh awitan
mendadak vertigo yang melumpuhkan, biasanya disertai muual dan

29 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus.
Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya
terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan.
Pengobatan labirintis bakterial meliputi terapi antibiotika intravena,,
penggantian cairan, dan pemberian supresanvestibbuler maaupun obat
aanti

muntah.

Pengobatan

ini

dinamakan

sistomatik

dengan

mengguanakan obat anti muntah daan antiverttigo.
-

Ototksisitas : beberapa obat diketehui mempunyai efek buruk terhadap
koklea, aparatus vestibularis, atau saraf cranial VIII. Obat intra vena,
khususnya aminoglikosida, adalah yang paling sering mmenyebabkan
ototksisitas dan secara jalas menghancurkan sel rambut pada organ Corti.
Untuk mencegah kkehilangan pendengaran atau keseimbangan, klien yang
menndapatkan obat ototoksik harus dikonsulkan mengenai tanda dan
gejala efek sampinng obat tersbut. Klien yang mendapat antibiotika
intravena, harus dipantau dengan audiogram dua kali seminggu selama
masih mendapayt obat tersebut.

-

Neuroma Akuustik

:

adalah tumor jinak tumbuh lambat saraf cranial

VIII, biasanya tumbuh dari sel Schwan pada bagian vestibuler saraf ini.
Kebanyakan tumor ini tumbuh didaalam kanalis auditorius internus dan
melebar sampai kesudut serebelopontin sampai menekan batang otak.
Kebanyakan neuroma akustik terjadi uni lateral kecuaali pada penykit von
Rechklinghausen ( neurofibromatosis atau NF-2 ) dimaana terjadi tumor
bilateral. Gejala ini sering timbul pada klien dengan neuroma akustik
adalah tinnitus unilateral dan kehilangan pendengaran atau tanpa vertigo /
gangguan keseimbangan.

30 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
INDRA PENECAP
( LIDAH )

A. ANATOMI FISIOLOGI LIDAH
ANATOMI LIDAH
Berikut adalah gambar dan bagian-bagian dari lidah

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan
kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi
dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor
pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel
sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.
Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran
yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada
paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur,
dan di permukaan papila berbentuk benang. Pada mamalia dan vertebrata yang
lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap
stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Reseptor tersebut
31 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang
kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah.
Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut, faring dan laring,
walaupun sedikit sekali.
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkeompok
dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papila.
Terdapat empat macam papila lidah:
1. Papila foliate, pada pangkal lidah bagian lateral,
2. Papila fungiformis, pada bagian anterior.
3. Papila sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah.
Ketiga papila di atas mengandung kuncup pengecap, dan
4. Papila Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat
kuncup-kuncup pengecap.
Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel
penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang
ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai
kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores).Kuncup-kuncup
pengecap pada semua vertebrata mendapat persarafan dari cabang-cabang saraf
kranial
Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam,
asin dan pahit. Pada lidah reseptor-reseptor yang sensitif terhadap rasa manis
terdapat pada ujung lidah, sedangkan untuk rasa masam terdapat pada bagian

32 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
kanan dan kiri lidah. Pangkal lidah sensitif untuk rasa pahit dan bagian samping
depan sensitif terhadap rasa asin.
Bagian- bagian lidah
Lidah terletak didalam mulut yang merupakan indra
pengecap. Permukaan lidah kasar karena terdapat bintil yang disebut
papilla.Pada papilla tersebut terdapat saraf pengecap.Lidah merupakan
otot yang tebal. Pada pangkal lidah terdapat kelenjar limfa dan permukaan
lidah berlapiskan selapt yang ber lender.

Fisiologi Lidah
Fungsi indra pengecap adalah untuk merasakan arti makanan yang enak atau
tidak enaka atau sebagai alat reflex. Dengan adanya rasa asam, asin, pahit, menis
dan sebagainya, maka getah cerna akan keluar.
Makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut memberi
rangsangan ke ujung ujung saraf pengecap.Rangsangan dari
makanan tersebut kemudian diteruskan ke otak.Dengan demikian
kita dapat merasakan makanan atau minuman itu

B. Penyakit Pada Lidah
Salah satu penyakit lidah adalah kangker lidah. Penyakit ini banyak di
derita oleh para perokok. Cara menghindarinya dengan berhenti merokok
terutama pada perokok yang merokok cigarette, cerutu dan merokok
menggunakan pipa.
Selain kanker lidah masih ada juga penyakit lidah yang lain, diantaranya
sebagai berikut :
1. Oral candidosis

33 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
Gejala penyakit ini adalah kondisis lidanya tampak tertutup lapisan berwarna
putih. Lapisan ini biasa dilepas saat dikerok. Penyebabnya adalah jamur yang
disebut candida albicans.
2. Atropic Glossitis
Gejala penyakit ini adalah kondisis lidahnya yang terlihat licin dan mengkilat.
Penyakit ini biasanya muncul karena kekurangan zat besi. Tidak heran jika
penyakit ini di derita oleh penyakit anemia.
3. Geodrafic Tongue
Kondisi lidah seperti dalam peta, ada bentuk-bentuk seperti pulau, biasanya
bewarna merah, akan lebih licin dn biasanya semakin parah jika diikuti
dengan bintik-bintik bewarna putih tebal.
4. Fissured Tongue
Lidah pecah-pecah kadang-kadang garisnya hanya satu ditengah dan kadangkadang juga bercabang-cabang.
5. Glossopyrosis
Lidahnya terasa panaas seperti terbakar. Tidak temukan gejal apapun dalam
pemeriksaan, hal ini kebanyakan terjadi akibat psikomatis serta kelainan pada
saraf.

34 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
INDRA PENCIUMAN
( HIDUNG )
A. ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
Alat penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nerfus
olfaktorius. Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selapuit lender hidung
dikenal dengan olfaktori. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat
khusus yang mengeluarka fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan
serabut-serabut daribulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf
olfaktorius terletak diatas lempeng tulang etmoidalis.
Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lender. Pada bagian puncaknya
terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernafas hidung dan kita mencium bau
suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung
melalui konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung :
-

Konka nasalis superior

-

Konka nasalis media

-

Konka nasalis inferior

Disekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus paranasalis
yang terdiri dari :
-

Sinus maksalaris ( rongga tulng hidung )

-

Sinus sfenoidalis ( rongga tulng baji )

-

Sinus frontalis ( rongga nasalis inferior )

Sinus ini diliputi selaput lender. Jika terdapat peradangan pada rongga hidung,
lendir-lendir dari sinus paranasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir keluar
akan menjadi sinusitis.
FISIOLOGI PENCIUMAN

35 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
Bau yang masuk kedalam rongga hidung akan merangsang saraf ( nervus
olfaktorius ) dari bulbus olfaktorius. Indra bau bergerak melalui traktus
olfaktorius dengan perantara stasiun penghubung hingga mencapai daerah
penerima akhir dalam pusat olfaktorius pasa lobus temporalis diotak besar
tempat perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang
diisap dan kepekaan akan rasa tersebut mudah hilang bila dihadapkan pada
suatu bau uang sama untuk waktu yang cukup lama.

B. Penyakit Pada hidung
a.

Adapun penyakit-penyakit yang biasa menyerang hidung yaitu :
1. Epistaxis
2. Sumbatan jalan napas bagian atas
3. Polip hidung
4. Salesma(cold) dan influenza(flu)
5. Hidung yang tersumbat dan pilek
6. Gangguan sinus(sinusitis)
7. Peradangan hidung karena alergi (rhinitis alergica)

b.

Factor pencetus
1. Pada Epistaxis
-

Trauma (korek korek lubang hidung dengan jari atau benda
lain)fraktuk tulang hidung karna kecelakaan lalulintasatau kena
tinju

-

Ada gangguan pembengkuan darah (demam berdarah, leukimia)

-

Tekanan darah tinggi( angiofibroma , karsinoma )

-

Tumor di dalam lubang hidung, apapun penyebabnya

2. Pada sumbatan jalan napas bagian atas
-

Trauma larynx

-

Laryngitis acuta

36 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
-

Laryngitis dipterica

-

Tumor larynx

-

Corpus alineum

3. Pada polip hidung
-

Polip hidung biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir
membengkak akibat penimbunan cairan, seperti di daerah sekitar
lubang sinus pada lubang hidung. Beberapa faktor lain yang
meningkatkan terkena polip hidung antara lain sinusitis (radang
sitis) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh karna
kelainan anatomi dan adanya pembesaran konka

4. Pada selesma(COLD) dan influenza(FLU)
-

Penyakit ini disebabkan oleh virus yang pada umumnya dapat
menyebabkan dapat menyebabkn batuk, pilek, sakit leher dan
kadang kadang panas atau sakit pada persendian

5. Pada hidung yang tersumbat dan pilek
-

Terjadi karena salesma atau alergi

6. Pada gangguan sinus
-

Infeksi / peradangan baik di daerah rongga hidung maupun
tenggorokan

-

Adanya sumbatan di daerah rongga hidung seperti polip,
pembesaran tulang kunka hidung, tulang hidung bengkok

-

Adanya alergi pada hidung sehingga mengakibatkan sumbatan

-

Pengaruh lingkungan pada hidung sehingga mengakibatkan
hidung tersumbat

7. Peradangan hidung karna alergi (RHINITIS ALERGICA)
-

Karna adanya reaksi alergi pada hidung yang di timbulkan oleh
masuknya substansi asing kedalam saluran tenggorokan

c. Pengobatan

37 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
1. Pada Epistaxis
tenangkan pasien dan posisikan kepala lebih tinggi dari pada jantung.
Kepala dan badan condong ke depan agar darah tak tertelan, keluarkan
gumpalan darah dari hidung dengan meniup pelan, tekan bagian hidung
yang lunak dengan ibu jari dan telunjuk selama 5 menit. Jika setelah 5
menit epistaxis masih terjadi, tekan ulang selama 10 menit. Setelah
perdarahan terhenti jaga agar posisi kepala lebih tinggi daripada posisi
jantung, jangan mengorek atau meniup melalui hidung, mengangkat beban
berat atau membungkuk untuk menghindari epistaxis ulang.
2. Pada sumbatan jalan napas bagian atas
3. Pada polip hidung
Obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid (dexametasone,
kartison,

hidrikortison,

prednison,

metilprednison,

fluticasone,

mometasone, budesonide) kadang bisa memperkecil ukuran polip atau
kadang menghilangkan
4. Pada selesma(COLD) dan influenza(FLU)
5. Pada hidung yang tersumbat dan pilek
Dengan mengonsumsi obat flu
6. Pada gangguan sinus
-

Hirup sedikit air garam kedalam hidung

-

Letakan kompres hangat di bagian wajah

-

Gunakan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine

-

Anti biotika seperti tetracyclin, ampicilin, atau penicillin, bisa
digunakan untuk meredakan sinus

7. Peradangan hidung karna alergi (RHINITIS ALERGICA)
Gunakan antihistamin seperto chlorpheniramine, dimenhydrinate, yang
biasa di jual untuk mengobati mabuk jalanan

38 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
INDRA PERABA
(KULIT )
A.

ANATOMI FISIOLOGI KULIT
ANATOMI KULIT
Berikut adalah gambar kulit :

1. pengertian
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat bagian luar yang menutupindan
melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar
keringat dan kelenjar mukosa.
Lapisan Kulit ynag terdiri dari :
1. Epidermis
2. Dermis
3. Subkutis

Pembuluh darah dan saraf
-

Pembuluh darah
Pembuluh darah kulit yang terdiri dari dua anyaman pembuluh darah dan
nadi yaitu :

39 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
a. Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar, ayaman ini bterdapat
antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari ayaman ini berjalan
arteriole padatiap –tiap papilakori
b. anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini
terdapat antara korium dan subtikutis.
-

Persarafan kulit
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan
permukaan yang terdiri dari saraf motorik dan saraf sensorik. Sedangkan
saraf sensorik berguna menerima rangsangan atau kulit.

2. Bagian-bagian kulit
1.

Rambut
Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut didalam
epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya
terdapat papil tempat rambut tumbuh akar berada didalam folikel pada
ujung paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada
folikel rambut terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut :
a.

Rambut panjang dikepala, pubis, dan jenggot

b.

Rambut pendek dilubang hidung, liang telinga dan alis

c.

Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh

d.

Rambut seksual dipubis dan aksila ( ketiak)

2. Kuku
Adalah bagian-bagian sel epidermis kulit yang telah berubah, tertanam
dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit. Npalung kuku
mendapat persarafan pembuluh darah yang paling banyak.
3.

Kelenjar kulit
Kelenjar kulit mempunyai lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran
keluar merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan (
kelenjar keringat)

40 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi),
sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit melindungi
darikehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultrviolet, dan sebagai
barier dari infasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan
salah satu fungsi kulit dan merespon rngsangn raba karena banyanyan akhiran
saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi fungsi tersedut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi,
absorbsi askresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) dan
pembentukan vitamin D.

B. Penyakit Pada Kulit
1.

Kusta
a.

Pengertian
Kusta (lepra ataumorbus haspen) adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. Leprae)
b. Etiologi
m. leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obliga
intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti
mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sum-sum tulang dan
susunan saraf pusat. Masa membela diri M. Leprae 12-12 hari dan
masa tunasnya antara 40 hari sampai 40 tahun.
c. Patofisiologi
Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurutsebagian
besar ahli melalui saluran pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak
langsung lama dan erat). Kuman mencapai permukaan kulit melalui

41 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
folikel rambut, kelenjar keringat, dan diduga juga melalui air susu
ibu. Tempa implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama.

Timbulnya penykit kusta pada seseorang tidak mudah sehinga tidak
perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain
sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi,
dan iklim.

Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal
dari pasien kusta tipe MB (multi basiler) yang belum diobati atau
tidak teratur berobat

Bila seseorang terinfeksi M. Leprae,sebagian besar (95%) akan
sembuh sendiri dan 5% akan menjadi

inderminate. Dari

5%inderteminate, 30% bermanifestasi klinis menjadi determinate
dan 70% sembuh.
d. Pengobtan
Obat yang digunakan :
a. Pemberian obat antireaksi
-

Aspirasi 600-1200 mg yang diberikan tiap 4 jam 4-6x sehari

-

Klorokuin 3x150 mg/ hari

-

Pretnison 30-80 mg/hari , dosis tunggal pada pagi hari
sesudah makan atau dapat juga diberikan secra dosis terbagi
misalnya 4x2 tablet/ hari, berangsur-angsur diturunkann 510 mg/ 2 minggu setelah terjadi respon maksimal

b. Oemberian analgetik dan sedative
-

Aspirasi 600-1200 mg yg diberikan tipa 4 jam, 4-6x /hari

42 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
-

Parasetamol 300-1000 mg yang diberikan 4-6x/ hari (
dewasa)

-

Antimon 2-3 ml secara selang-seling deberikan, maksimal
30 ml

2. Herpez zoster
a. Pengertian
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi firus farisela
zoster, yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan
reaktifitas firus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang-kadang
infeksi primer berlangsung sublikns. Frekuensi penyakit pada pria
dan wanita sama, lebih sering mngenai usia dewasa.
b. Etiologi
Penyebab penyakit herpez zoster adalah reaktifasi firus farizela
zestor
c. Patofosiolgi
Virus ini berdiam diganglion susunan saraf tepid angglion kranalis
kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah
persyarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini juga menyerang
ganglion anteriol, bagian motorik karanialis sehungga memberikan
gejla-gejala motorik.
d. Pengobatan
Obat yang digunakan :
-

Asikolofir 5x 800 mg/hari selama7 hari, sejak lesi muncul
dalam 3 haro pertama karena lewat dari masa ini pengobatan
tidak efektif

-

Lisoprinosin 50 mg / hari BB/ hari, dosis maksimal 3000 mg
sehari. Onat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi
muncul

43 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
3. Dermatitis
a. Pengertian
Dermatitik atopik ( DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamisi yang
didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik
residif dengan gejala eritema , papula, fesikel, kusta, skuama dan
krulitus yang hebat bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi
faktor psikologi, atau bahan kimia atau iritan.
b. Etiologis
Terdapat stigma atopi (herediter) pada pasien berupa :
-

Alergi terhadap berbagai alergen pritein (polifalen)

-

Pada kulit dermatitis atopik terdapat perubahan suhu ( hawa
udara panas dingin)

c. Patofisiologi
Belum diketahui sdengan pasti. Pada pasien dermatitis atopik
kapasit dapat untuk menghasilkan IGE secara berlebihan diturunkan
secara genetik. Demikian pula defesiensi sel T penekan (superior)
d. Pengobatan
-

Thymopentin

untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan

eritem digunakan timopentin subkutan 10 mg / dosis 1x/ hari
selama 6 minggu, atau 3 x/ minggun selam 12 minggu
-

Interferon gamma dosii yang digunakan antara 50 mg – 100
mg/ m2/ hari subkutan diberikan selama 12 minggu

DAFTAR PUSTAKA

44 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)
Ahmad A. K. Muda. Kamus Lengkap Kedokteran. Penerbit Citas Media Pers
Surabaya.
Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri. Kapita Selekta Kedokteran ,
Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Anderson Silvia Price (1996). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Andi Santoso Agustinus, Dr. (1994). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia.
Akademi Perawatan St. carolus, Jakarta.
Averdi Roezim Dr, (1993). Buku Pelajaran THT. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Brunner dan Sudddarth. Buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Vol.
3. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
John Gibson, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Syaifuddin, Drs. H. (1997). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Oerawat. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

45 Kelompok V/ Tingkat IIB

( AKPER PEMKAB MUNA)

Contenu connexe

Tendances (20)

Anatomi Muskuloskeletal
Anatomi MuskuloskeletalAnatomi Muskuloskeletal
Anatomi Muskuloskeletal
 
Makalah tentang Otot Manusia
Makalah tentang Otot ManusiaMakalah tentang Otot Manusia
Makalah tentang Otot Manusia
 
Tetes hidung
Tetes hidungTetes hidung
Tetes hidung
 
Jaringan saraf hewan (2)
Jaringan saraf hewan (2)Jaringan saraf hewan (2)
Jaringan saraf hewan (2)
 
Diferensiasi sel
Diferensiasi selDiferensiasi sel
Diferensiasi sel
 
Makalah sistem saraf
Makalah sistem sarafMakalah sistem saraf
Makalah sistem saraf
 
Cedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selCedera dan kematian sel
Cedera dan kematian sel
 
Membran plasma
Membran plasmaMembran plasma
Membran plasma
 
PPT Pemberian Obat Secara Parental.pptx
PPT Pemberian Obat Secara Parental.pptxPPT Pemberian Obat Secara Parental.pptx
PPT Pemberian Obat Secara Parental.pptx
 
Farmakologi cara pemberian obat
Farmakologi cara pemberian obatFarmakologi cara pemberian obat
Farmakologi cara pemberian obat
 
Sistem Integumen
Sistem IntegumenSistem Integumen
Sistem Integumen
 
Komunikasi sel
Komunikasi selKomunikasi sel
Komunikasi sel
 
Fisio anatomi (indera pengecap)
Fisio anatomi (indera pengecap)Fisio anatomi (indera pengecap)
Fisio anatomi (indera pengecap)
 
Pendidikan kefarmasian indonesia
Pendidikan kefarmasian indonesiaPendidikan kefarmasian indonesia
Pendidikan kefarmasian indonesia
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Kulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanyaKulit dan cara kerjanya
Kulit dan cara kerjanya
 
Sejarah kefarmasian
Sejarah kefarmasianSejarah kefarmasian
Sejarah kefarmasian
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeriMekanisme nyeri
Mekanisme nyeri
 
268935256 optalmik
268935256 optalmik268935256 optalmik
268935256 optalmik
 

Similaire à Makalah alat indra (20)

Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mataMakalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mata
 
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
Anatomi fisiologi retina AKPER MUNA
 
Tugas 2 tuti
Tugas 2 tutiTugas 2 tuti
Tugas 2 tuti
 
Makalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mataMakalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mata
 
Anatomi fisiologi retina
Anatomi fisiologi retinaAnatomi fisiologi retina
Anatomi fisiologi retina
 
Makalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mataMakalah pengobatan mata
Makalah pengobatan mata
 
asuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retinaasuhan keperawatan ablasio retina
asuhan keperawatan ablasio retina
 
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptxKEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
KEL 3 BIOPSIKOLOGI (Sistem Visual).pptx
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Alat indra
Alat indraAlat indra
Alat indra
 
ANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptxANFIS_Mata_pptx.pptx
ANFIS_Mata_pptx.pptx
 
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnyaPengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
Pengenalan sistem tubuh dan penyakitnya
 
Makalah retina blastoma
Makalah retina blastomaMakalah retina blastoma
Makalah retina blastoma
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Tugas epidemologi ablasio retina
Tugas epidemologi   ablasio retinaTugas epidemologi   ablasio retina
Tugas epidemologi ablasio retina
 
Mata
MataMata
Mata
 
Mata
MataMata
Mata
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Makalah alat indra

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA SISTEM PENGINDRAAN Pancaindra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Ada kesan yang timbul dari dalam antara lain, lapar, haus dan rasa sakit. Dalam segala hal, serabut saraf sensorik dilengkapi dengan ujung akhir khusus mengumpulkan rangsangan yanh khas tempat setiap organ berhubungan. System indra memerlukan bantuan system saraf yang menghubungkan badan indra dengan system saraf pusat. Organ indara adalah sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai impils saraf melalui serabut saraf kepusat susunan saraf. Setiap organ menerima stimulus tertentu, kesan yang sesuai sebagai system organ indra haanyaa maampu meneerimaa stimulus, menghasilkan dan mengirimstimulus dari impuls saraf. Organ indra dapat diklasifikasimenjadi dua yaitu : organ indra umum seperti reseptor raba tersebar disekitar seluruh tubuh dan organ indra khusus seperti putting pengecap yang penyebarannya terbatas pada lidah. Kelenjar air mata terdiri dari kelenjar majemuk yang terlihat pada sudut dalam kantong konjungtifa dari saluran kelenjar lakrimalis. Bila bola mata dikedipkan, air mata akan menggenangi seluruh permukaan bola mata. Sebagian besar cairan ini menguap, sebagiab lagi masuk kehidung melalui saluran nasolakrimalis. 1 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 2. INDRA PENLIHATAN ( MATA ) A. ANATOMI FISIOLOGI MATA ANATOMI MATA Berikut adalah anatomi dari pada mata : Mata adalah organ penglihatan, yang berfungai untuk melihat semua gambargambar/ bayangan-bayangan yang nyata didepan kita. Tanpa adanya mata kita sulit untuk melakukan aktifitas sehari-hari - Organ Luar Mata 1. Bulu mata Bulu mata berfungsi menyaring/pelindung mata dari sinar matahari yang sangat terik dan sebagai alat kecantikan. 2 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 3. 2. Alis mata Dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh bulu mata.Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata. 3. Kelopak mata Terdiri dari dua bagian kelopak mata atas dan kelopak mata bawah,fungsinya adalah pelindung mata sewaktu-waktu kalau ada gangguan pada mata (menutup dan membuka mata) - Organ Dalam Mata Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-bagian tersebut adalah: 1. Kornea Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya. 2. Sklera Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter. 3. PupilDanIris Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata. 4. LensaMata Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat 3 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 4. pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal. 5. RetinaatauSelaputJala Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik. 6. SarafOptik Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak FISIOLOGI MATA Organ sensorik kompleks yang mempunyai fungsi optikal untuk melihat dan saraf untuk tranduksi sinar.Aparatus optik mata membentuk dan mempertahankan ketajaman fokus objek dalam retina.Prinsip optik:sinar dialihkan berjalan dari satu medium lain dari kepadatan yang berbeda ,fokus utama pada garis yang berjalan melalui pusat kelengkungan lensa sumbu utama. Indra penglihatan menerima rasangan berkas-berkas cahaya pada retina dengan perantara serabut nervus optikus,menghantarkan rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang letaknya difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea lensa badan ekueus dan vitrous Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang di fokuskan 4 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 5. B. PENYAKIT PADA MATA 1. BLASTOMA a. Pengertian Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraocular yang di temukan pada anak-anak , pada usia dibawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Massa tumor di retina dapat tumbuh ke dalam vitreus ( endovitik). b. Patofisiologi Ratino blasto ↓ Masa tumor di dalam struktur mata ↓ Tumor semakin membesar ↓ penekanan pembulu darah Peradangan vitreus daerah mata Proses penyakit ↓ Lesimenonjol berbentuk bulat suplai oksigen berkurang Berwarna merah jambu ↓ Metabolisme anaerob Perubahan struktur anatomi mata ↓ Perubahan fungsi ↓ 5 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 6. Asam laknat meningkat sensorik motorik mata Perubahan citra diri ↓ nyeri Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat ↓• ganguan komunikasi visual Merangsang mediator nyeri (histamine,bradikinin,serotin,dll) penurunan aktivitas Metaphase ke otak ↓ Into leransi aktivitas Ganguan syaraf pusat ↓Gangguan rasa nyaman dan aman c. Etiologi Retinablastoma terjadi ketika terjadi mutasi genetik pada sel syaraf retina yang menyebabkannya terus tumbuh dan melipatgandakan diri ketika sel normal seharusnya mati. Akumulasi sel ini kemudian membentuk tumor. Retinoblastoma dapat menyerang ke dalam mata dan jaringan di sekitarnya. Retinoblastoma juga dapat menyebar ke area lain di dalam tubuh, seperti otak dan tulang belakang. Pada umumnya tidak jelas apa yang menyebabkan terjadinya retinoblastoma. Tetapi adalah hal yang mungkin jika ini merupakan kondisi bawaan. Mutasi gen yang meningkatkan risiko r etinoblastoma dan kanker lain dapat menurun dari orang tua ke anak. 6 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 7. d. Pemeriksaan Penunjang Ultrasonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata. 2. ABLASIO RETINA a. Pengertian Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina,ablasio retina merupakan masalah mata yang serius dan memerlukan perawatan yang serius pula. Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan 7 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 8. b. Patofisiologi Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar, pada mata yang matur dapat berpisah : - Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio regmatogenosa). - Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina, misalnya seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional). - Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina eksudatif) Ablasio retina idiopatik (regmatogen) terjadinya selalu karena adanya robekan retina atau lubang retina. Sering terjadi pada miopia, pada usia lanjut, dan pada mata afakia. Perubahan yang merupakan faktor prediposisi adalah degenerasi retina perifer (degenerasi kisi-kisi/lattice degeration), pencairan sebagian badan kaca yang tetap melekat pada daerah retina tertentu, cedera, dan sebagainya. c. Etiologi a. Malformasi kongenital b. Kelainan metabolisme c. Penyakit vaskuler d. Inflamasi intraokuler e. Neoplasma f. Trauma g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina 8 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 9. d. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah. - Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat tervisualisasi oleh karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan. - Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak diindikasikan untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat dibutuhkan untuk mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor e. Cara Pengobatan Manajemen Terapi Ablatio Retina Untuk memperbaiki Ablatio Retina dilakukan prosedur operasi scleral bucking yaitu pengikatan kembali retina yang lepas. a. Pengelolaan penderita sebelum operasi Mengatasi kecemasan Membatasi aktivitas Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi pergerakan bola mata Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk mencegah akomodasi dan kontriksi. b. Pengelolaan penderita setelah operasi Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama. Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama. Evaluasi penutup mata 9 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 10. Bantu semua kebutuhan ADL Perawatan dan pengobatan sesuai program 3. Presbiopi a. Pengertian suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin meningkatnya umur.Makin bertambahnya umur maka setiap lensa akan menglami kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan mencembung ini akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk melihat jauh tetap normal. b. Patofisiologi Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur kaka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung,dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang. Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat : - Kelemahanototakomodasi - Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisnya akibat sklerosis lensa. 10 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 11. c. Etiologi - Tidak jelas diduga merupakan sutu neoplasma radang dan degenerasi. - Iritasi korronis oleh suatu debu,sinar ultra violet ( cahaya matahari ) dan angin (udarapanas) yang mengenai kongtungtiva bulbi d. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dalam menentukan diagnosis pterigium tidak harus dilakukan, karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik kadang sudah dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pterigium. Pemeriksaan histopatologi dilakukan pada jaringan pterigium yang telah diekstirpasi. Gambaran pterigium yang didapat adalah berupa epitel yang irreguler dan tampak adanya degenerasi hialin pada stromanya. Pengobatan pterigium tergantung dari keadaan pteriumnya sendiri, dimana pada keadaan dini tidak perlu dilakukan pengobatan, namun bila terjadi proses inflamasi dapat diberikan steroid topikal untuk menekan proses peradangan, dan pada keadaan lanjut misalnya terjadi gangguan penglihatan (refraktif), pterigium telah menutupi media penglihatan (menutupi sekitar 4mm permukaan kornea) maupun untuk alasan kosmetik maka diperlukan tindakan pembedahan berupa ekstirpasi pterigium. e. Pengobatan Obat-obatan yang sering digunakan pada kasus pterigium adalah : - Pemakaian air mata artifisial (obat tetes topikal untuk membasahi mata) 1. Untuk membasahi permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air. Obat ini merupakan obat tetes mata topikal atau air mata artifisial (air mata penyegar, Gen Teal (OTC) 11 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 12. 2. Air mata artifisial akan memberikan pelumasan pada permukaan mata pada pasien dengan permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan permukaan air mata yang tak teratur. Keadaan ini banyak terjadi pada keadaan pterygium. - Salep untuk pelumas topikal – suatu pelumas yang lebih kental pada permukaan okular. alep untuk pelumas mata topikal (hypotears,P.M penyegar (OTC). Suatu pelumas yang lebih kental untuk permukaan mata. Sediaan yang lebih kental ini akan cenderung menyebabkan kaburnya penglihatan sementara; oleh karena itu bahan ini sering dipergunakan pada malam hari terkecuali bila pasien merasakan sakit dalam pemakaiannya. - Obat tetes mata anti – inflamasi – untuk mengurangi inflamasi pada permukaan mata dan jaringan okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pterygia yang inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan yang inflamasi pada permukaan okular di dekat jejasnya. Prednisolon asetat (Pred Forte 1%) – suatu suspensi kortikosteroid topikal yang dipergunakan untuk mengu-rangi inflamasi mata. Pemakaian obat ini harus dibatasi untuk mata dengan inflamasi yang sudah berat yang tak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal lain. Tindakan pembedahan untuk ekstirpasi pterygia biasanya bisa dilakukan pada pasien rawat jalan dengan menggunakan anastesi topikal ataupun lokal, bila diperlukan dengan memakai sedasi. Perawatan pasca operasi, mata pasien biasanya merekat pada malam hari, dan dirawat memakai obat tetes mata atau salep mata antibiotika atau antiinflamasi. Pembedahan pterigium dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : Teknik Bare sclera a. Anastesi : proparacain atau pantokain atau dapat juga menggunakan kokain 4% yang diteteskan maupun dioles dengan kapas pledget, kemudian diberikan suntikan subkonjungtiva dengan lidokain 1-2 % . 12 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 13. b. Persiapkan duk steril untuk menutupi derah operasi. c. Siapkan lid spekulum d. Lakukan pengujian untuk menunjukkan otot yang terkait dengan pterigium. e. Lakukan fiksasi dengan benang ganda 6.0 pada episklera searah jam 6 dan jam 12. f. Posisi mata pada jahitan korset. g. Buatlah garis demarkasi pterigium dengan cautery. h. Gunakanlah ujung spons atau kapas untuk membersihkan darah ketika sedang dilakukan pengikisan pterigium dari apek dengan menggunakan forcep jaringan. i. Laksanakan pembedahan dari kepala pterigium yang ada di dekat kornea mata dengan menggunakan scarifier. Traksi dengan forcep ukuran 0.12 mm akan memudahkan pengangkatan pterigium. j. Bebaskan sklera dari pterigium. - Menggunakan westcott gunting untuk memotong sepanjang tanda cautery. - Kikislah pterigium dengan gunting. - Pindahkan semua jaringan pterigium dari limbus dengan menggunakan sharp sehingga tampak jaringan sklera yang telanjang. - Jika perlu, mengisolasi rektus otot horizontal dengan suatu sangkutan otot untuk menghindari kerusakan jaringan yang akan membentuk sikatrik. k. Pindahkan pterigium dilimbus dengan menggunakan gunting. l. Gunakan cautery untuk menjaga keseimbangan. m. Menghaluskan sekeliling tepi limbus. - Dengan menggunakan burr intan - Dengan tepi punggung mata pisau scarifier. 13 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 14. n. Berikan antibiotik dan steroid topikal.] o. Kemudian tutup mata dengan kasa steril dan fiksasi 4. HIPERMETROPIA a. Pengertian Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina. b. Patofisiologi Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu. c. Etiologi Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu: 1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek. Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan). 2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, 14 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 15. dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis. Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan vitreus humor tersebut) 3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina. 4. Perubahan posisi lensa. Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada lagi (afakia). d. Pemeriksaan penunjang Kita bisa memeriksa mata klien dengan menggunakan Snellen Chart – Eye Chart karena alat in fungsinya untuk memeriksa ketajaman mata seseorang. Macam/ jenis charts tersedia untuk anak-anak yang sangat muda atau orang dewasa yang buta huruf yang tidak memerlukan bentuk tulisan tersebut. Dan ada satu versi banyak menggunakan gambar sederhana atau pola bentuk tertentu. Seperti bentuk objek yang dicetak dengan huruf blok “E” terbalik dalam orientasi yang berbeda, yang disebut Jumpalitan E. Ketika pemeriksaan dilakukan manusianya hanya menunjukkan arah mana masingmasing “E” yang dilihat. Seperti halnya bagan Landolt C yaitu mirip: baris memiliki lingkaran dengan bagian dari segmen yang berbeda dihilangkan, dan pengujian menjelaskan di mana setiap bagian yang tidak terpenuhi atau patah 15 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 16. berada. Dua yang terakhir jenis grafik juga mengurangi kemungkinan saat pemeriksaan menebak gambar. Adapun Alternatif bentuk chart yang akan digunakan sebagai uji ketajaman penglihatan semi-otomatis berbasis komputer ke bagan mata dan telah dikembangkan, akan tetapi tidaklah umum. Alat yang dimaksud memiliki beberapa potensi keunggulan, seperti pengukuran yang lebih tepat dan kurang pemeriksa-induced bias. Beberapa dari alat tersebut juga sangat cocok untuk anak-anak karena menyerupai video game. Sementara grafik objek pemeriksaan ketajaman penglihatan biasanya dirancang untuk penggunaan jarak 6 meter atau 20 kaki yang merupakan jarak penglihatan tanpa akomodasi/akomodasi istirahat selain dari pada itu, ada juga digunakan untuk menguji ketajaman penglihatan dekat atau tugas kerja (seperti membaca atau menggunakan komputer). Untuk situasi ini tabel titik dekat dibuat. e. Pengobatan Yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat progresi miopia, antara lain dengan: Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata Pemberian tetes mata atropin. Menurunkan tekanan dalam bola mata. Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak. Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat. 16 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 17. 5. Hordeolum a. Pengertian Hordeolum ( stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll. Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis : 1. Hordeolum interna terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam). 2. Hordeolum eksterna (bintitan/timbilen), terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll. Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra). b. Patofisiologi Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus aureus. Yang akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak 17 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 18. mata. Dapat terjadi di kelenjara minyak Meibom, kelenjar Zeis atau Moll. Apabila infeksi pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat menyebabkan komplikasi konjungtiva. c. Etiologi Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkana d. Pengobatan Adapun cara pengobatan pada penyakit ini adalah 1. Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari. 2. Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan. 3. Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan. Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. 1. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya. 2. Penatalaksanaan Bedah Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila: 18 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 19. a. Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika topikal dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu. b. Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses. Setelah insisi dianjurkan kontrol dalam seminggu atau lebih untuk penyembuhan luka insisi agar benar-benar sembuh sempurna. 3. Manajemen Preventif a. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang. b. Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak. c. Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman. d. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu. e. Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum. f. Jangan memencet hordeolum. Biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum. g. Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum. h. Untuk sementara hentikan pemakaian make-up pada mata. i. Lepaskan lensa kontak (contact lenses) selama masa pengobatan. Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis. Hordeolum bisa timbul secara berulang. 19 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 20. INDRA PENDENGARAN ( TELINGA ) A. ANATOMI FISIOLOGI TELINGA ANATOMI TELINGA Berikut adalah gambar dan bagian-bagian telinga : Telinga merupakan organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks – pendengaran dan keseimbangan. Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktifitas kehidupan sehari- hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara, tergantung pada kemampuan mendengar. Kita memiliki sepasang telinga yang terdiri dari 3 bagian yaitu : 20 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 21. 1. Telinga luar 2. Telinga tengah 3. Telinga dalam Bagian- bagian telinga - Telinga luar merupakan bagian telinga yang berguna sebagai penangkap getaran suara, yang termaksud telinga luat yaitu daun telinga, lubang telinga dan saluran telinga laur. Telinga luar terdiri aurikulla ( pinna) dan kanalis auditorius esternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakaram yang dinamakan membrane timpani ( gendang telinga ). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat disis kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Orikulus membantu pengumpulan gelombang suara dalam perjalananya sepanjang kanalis auditorius esternus. Tepat didepan meatus auditorius esternus adalah sendi temporomandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari dimeatus auditorius esternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius esternus panjangfnya sekitar 2,5 cm. sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan vibrosa padat dimana kulit terlekat. 2/3 medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit. Kanalis auditorius esternus berakhir pada membrane timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mengsekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme dari pembersihan diri telinga, mendororng sel kulit tua dan serumen dibagian telinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat anti bakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. 21 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 22. - Telinga tengah Bagian telinga ini terdiri dari selaput pendengaran, tulang-tulang pendengaran dan saluran eustachius. Telinga tengah tersusun atas membrane timpani ( gendang telinga) disebelah lateral dan kapsul otik disebelah medial, celah telinga terletak diantara keduanya. Membrane timpani terletak pada akhiran kanalis audotorius esternusdan menandai batas lateral telinga tengah. Membrane ini, yang diameternya sekitar 1 cm dan sangat tipis, normalnya berwarna kelabu mutiara dan translusen. Telingah tengah merupakan rongga berisi udara yang merupakan rumah bagi osikuli ( tulang telingah ) dan dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring. Juga berhubungan dengan beberapa sel berisi udara dibagian mastoid tulang temporald. Telinga tengah mengandung tiga tulang terkecil ( osikuli) di tubuh yaitu maleus, inkus, dan stapes. Osikulin dipertahankan pada tempanya oleh persendian, otot, dan ,ligament, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil ( jendela oval dan bulat) di dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dan telinga dalam. Bagian datarn kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara dihantarkan ditelinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan getaran suaran. Jendela bulat ditutpi oleh membrane yang sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh anolus yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Baik anolus jendela bulat maupun jendela oval sangat mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari telinga dalam akan mengalmi kebocoran ketelingta tengah, kondisi ini dinamakan vistula perilinfe. Tuba eustachii yang lebar sekitar 1 mm dan panjangnya sekitar 35 mm, menghubungkan telinga tengah ke nasovaring. Normalnya, tuba estachii selalu tertutup, namun dapat terbuka kibat kontraksi otot palatum ketika mengalami maneuver valsavah / dengan menguap atau menelan. Tuba bertindak sebagai saluran drainase untuk sekresi normal dan abnormal teling tengah dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga dng teknan atmosfer. 22 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 23. - Telinga dalam Telinga ini terdiri dari tingkap jorong, dan rumah siput. Di dalam rumah siput terdapat cairan yang bergetar jika ada bunyi. Telinga dalam tertanam jauh didalam bagian petrous temporal. Organ untuk pendengaran ( koklea) dan keseimbangan ( kanalis semisirkularis) , begitu juga saraf cranial VII ( nervus fasialis) dan VIII ( nervus kokleovestibuler) , semuanya merupakan dari bagian komplek anatomi ini. Koklea dan kanalis semisirkukaris bersama-sama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisirkularis- posterior, superior dan lateral- terletak membentuk sudut 90⁰ satu sama lain dan mengandung organ reseoptor yang berhubungan dengan keseimbangan. Ada 5 bagian utama dari labirin membran, yaitu sebagai berikut : 1. Tiga saluran setengah lingkaran 2. Ampula 3. Utrikulus 4. Sakulus 5. Koklea atau rumah siput FISIOLOGI TELINGA Gelombang bunyi yang masuk ke dalam telinga luar menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar ke jendela oval. Getaran Struktur koklea pada jendela oval diteruskan ke cairan limfa yang ada di dalam saluran vestibulum. Getaran cairan tadi akan menggerakkan membran Reissmer dan menggetarkan cairan limfa dalam saluran tengah. Perpindahan getaran cairan limfa di dalam saluran tengah menggerakkan membran basher yang dengan sendirinya akan menggetarkan cairan dalam saluran timpani. Perpindahan ini menyebabkan melebarnya membrane 23 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 24. pada jendela bundar. Getaran dengan frekuensi tertentu akan menggetarkan selaputselaput basiler, yang akan menggerakkan sel-sel rambut ke atas dan ke bawah. Ketika rambut-rambut sel menyentuh membran tektorial, terjadilah rangsangan (impuls). Getaran membran tektorial dan membran basiler akan menekan sel sensori pada organ Korti dan kemudian menghasilkan impuls yang akan dikirim ke pusat pendengar di dalam otak melalui saraf pendengaran. B. PENYAKIT PADA TELINGA 1. Gangguan telinga luar - Otalgia : rasa nyeri pada telinga. Penyebabnya : akibat adanya iritasi local karena banyak kondisi dan dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Nyeri disebabkab oleh nyeri yang terjadi didekat sendi temporomandibularis. - Inpaksi serumen : secara normal serumen dapat tertimbun dalam kanalis eksternus dan dalam jumlh dan warna yang bervariasi. Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang-kadang daapat mengalami impaksi, menyebabkan otalgia rasa penuh dalam telinga, atau kehilangan pendengaran. Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut atau alat lainnya bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit dapat mengakibatkan infeksi atau kerusakan gendang telinga. - Benda asing : kadang-kadang benda bisa masuk tanpa disengaja kedalam telinga yang mencoba membersihkan kanalis esternus atau mengurangi gatal. Efeknya dapat berkisar dari tanpa tanpa gejala sampai gejala nyeri berat dan penurunan pendengaran. Serangga yang memasuki telinga biasanya dapat dikeluarkan dengan meneteskan tetes telingan yang akan melunakkan serangga dan memungkinkannya terbilas. 24 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 25. - Otitis eksterna : infeksi utmanya bakteri, jamur, merupakan masalah yang paling sering pada telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termksud air dalam kanalis audotorius eksternus( telinga perenang) - Otitis eksterna maligna : bentuk yang jarang namun lebih serius infeksi infeksi telinga luar adalah otitis eksterna maligna ( osteomielitis tulang temporal ). Merupakan infeksi progesif, melemahkan bahkan terkadang fatal pada kanalis auditorius eksternus, jaringan sekitarnya, dan dasar tengkorak. Biasanya disebabkan oleh Pseudomonaas Aeruginosa pada klien dengan ketahanan rendah terhadap infeksi, seperti diabetes.penanganan yang berhasil meliputi pengontrolan diabetes, pemberian antibiotika ( biasanya intravena ), dan perawatan luka local agresif. Penanganan antibiotika parenteral standar meliputi kombinasi bahan anti pseudomonas dan aminoglikosida, keduanya mempunyai potensial efek samping serius. Karena aminoglikosida serum klien dan fungsi ginjal dan auditori klien harus dipantau selama terapi. Perawatan local meliputi debridement terbatas jaringan yang terinfeksi, termasuk tulang dan kartilago, tergantung peluasan infeksi. - Massa ditelinga luar : Tampak penonjolan tulang kecil, keras dibagian tulang posterior bawah kanalis telinga yang dinamakan eksostosis. Biasanya terjadi bilateral. Kulit yang menutupinya normal. Banyak orang menganggap eksostosis disebabkan karena pemajanan terhadap air dingin, seperti pada penyelam atau atlet selancar. Tumor maligna juga dapat ditemukan ditelinga luar. Tumor yang paling banyak adalah karsinoma sel basal pada pina dan karsinoma sel skuamosa dalam kanalistelinga. Bila tidak ditangani, karsinoma sel skuamosa akan menyebar melalui tulang temporal, menyebabkan paralisis nervus fasialis dan kehilangan pendengaran. Karsinoma harus ditangani secara bedah. 25 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 26. 2. Gangguan Telinga Tengah - Perforasi membrana timpani : gangguan ini biasanya disebabkan oleh trauma atau infeksi. Sumber trauma meliputi fraktur tulang tengkorak, cedera ledakan, atau hantaman keras pada telinga. Perforasi yang lebih jarang, disebabkan oleh benda asing ( mis. Lidi kapas, peniti, kunci ) yang didorong terlalu dalam kedalam kanalis auditorius eksernus. Selain perforasi membrane timpani, cedera terhadap osikulus dan bahkan telinga dalam dapat terjadi akibat tindakan ini, jadi, usaha klien untuk membersihkan kanalis auditorius ekssternus sebaiknya dilarang. Selama infeksi, membrane timpani dapat mengalami rupture bila tekanan dalam telinga tengah lebih besar dari tekanan atmosfer dalam kanalis auditorius eksternus. - Otitis Media Akuta : yaitu infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama pada gangguan ini adalah masuknya bakteri patogenik kedalam telinga tengah yang normalnya steril. Paling sering terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran penapasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya ( mis. Sinusitis, hipertrofi, aadenoid ), atau reaksi alergi (mis. Rhinitis alergika ). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisma adalah Streptococcus pneumoniaae, Hemophylus influenza, dan Moraxella catarrhalis. Cara masuk bakteri pada kebanyakan klien kemungkinan melalui tubaeustachii akibat kontaminasisekresi dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk melalui telinga tengah bila ada perforasi membrane timpani. Eksudat purulen biasanya da dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif. - Otitis Media Serosa ( efusi telinga tengah ) : gangguan ini mengeluarkan cairan, tanpa bukti adanya infeksi aktif, dalam telinga tengah. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam 26 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 27. telinga tengah yang disebabkan obstruksi tuba eustachii. Kondisi ini ditemukan terutama pada anak-anak ; perlu dicatat bahwa, bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii perlu dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada klien setelah menjalani radioterapi dan barotraumas ( mis. Penyelam ) dan pada klien disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi. Barotrauma terjadi bila terjadi perubahan tekanan mendadak dalam telinga tengah akibat perubahan tekanan barometric, seperti pada penyelam atau saat pesawat udara turun, dan cairan terperangakp didalam telinga tengah. Karsinoma yang menyumbat tuba eustachii harus disingkirkan pada orang dewasa yang menderita otitis media serosa uni lateral menetap. - Otitis Media Kronik : yaitu yang berhubungan dengan patologi jaringan ireversibel dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya menyebabkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hamper selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotika, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotika yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus maastoiditis akut sekarang ditemukan pada klien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa ahli infeksi kronik ini dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit kedalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ketelinga tengah. Kulit dari membrana timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat kestruktur telinga 27 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 28. tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialais, kehilangan pendengaran sensorineural dan atau gangguan keseimbangan ( akibat erosi telinga dalam ), dan abses otak. - Otosklerosis : ini mengenai stapes dan diperkirakan disebabkan pembentukan baru tulang spongius yang abnormal, khususnya sekitar jendela ovalis, yang mengakibatkan fiksasi stapes. Lebih sering pada wanita, biasanya bersifat herediter dan memberat karena kehamilan. Efisiensi transmisi suara dapat terhambat karena stapes tidak dapat bergerak dan mengahntarkan suara dari maleus dan inkus ketelinga dalam. Kondisis ini dapat mengenai satu atau kedua telinga dan muncul sebagai kehilangan pendengaran konduksi atau campuran progresif. Klien mungkin mengeluh menderita tinnitus tapi bisa juga tidak. Pemeriksaan otoskopik biasanya menemukan membrane timpani yang normal. Konduksi tulang lebih baik dari konduksi udara pada uji rinne. Audiogram akan mengutkan adanya kehilangan pendengaran konduktif atau campuran, khususnya pada frekuensi rendah. 3. Gangguan Telinga Dalam - Mabuk perjalanan : adalah gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh gerakan konstan, seperti terjadi pada penumpang kapal laut atau perahuatau ketika mengendarai komidi putar, berayun, dan atau ketika menaiki mobil. Sindrom ini bermanifestasi sendiri dengan berkeringat, pucat, mual, dan muntah yang disebabkan karena stimulasi berrlebihan vestibuler. Manifestaasi tersebut daapat menetap selama beberapa jam setelah stimmulasi berhenti. Antihistamin yang dijual bebas sering digunakan untuk menangani vertigo, seperti Dramamneatau bonine, dapat membantu mengurangi sedikit gejala. Obat kolenergik, seperti koyo skopolamin, dapat berguna dan dapat diganti setiap bebeerapa hari. Efek 28 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 29. sampingnya berupa mulut kering dan pusing dapat timbul pada pemakaian obat ini dan ternyata lebih mengganggu dari penyakitnya sendiri. Klien harus diperingatkan untuk menghindari potensial aktivitas berbahaya sepertimengendarai mobil atau menjalankan mesin berat bila merasa pusing. - Penyakit meniere : penyakit ini dinamakan sesuai nama seorang dokter perancis, Prospeer Meniere, yang pada tahun 1861 pertama kali menerangkan mengenai trias gejala ( vertigo tak tertahankan episodic, tinnitus, dan kehilangan pendengaran sensorineural berfluktuasi ) sebagai penyakit telinga dan bukan erupakan penyakit sentral atau otak. Etologi penyakit meniere tidak diketahui namun terdapat berrbagai teori, termasuk pengaruh neuro kimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang menuju kelabirin, reaksi alergi, damn gangguan autoimun. Beberapa ahli menyalahkan gangguan mikrovaskular ditelinga dalam sehingga terrjadi peningkatan diatas normal kadar metabolid ( glukosa, insulin, trigliserida, dan kolesterol ) dalam darah. - Labirinitis : adalah inflamasi telinga dalam dan dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus. Infeksi berkembang ketelinga dalam melalui kanalis auditorius internus atau aquaduct koklear. Infeksi bakteri yang diseebabkan otitis media, atau kolesteatoma, dapat memasuki telinga tengah dengan menembus membrane jendela bulat atau oval. Labirintis viral merupakan diagnosis medis yang sering namun hanyya sedikit yang diketahui mengenaai kelainan ini, yang mempengaruhi keseimbangan maupun pendengaran. Virus penyebab yang paling sering teridentifikasi adalah gondonggan rubela, rubeola, dan influenza. Neuritis vesbuler dapat menyebabkan gejala yang sama seperti labirintis kecuali bahwaa pendengarannya tak akan terpengaruh. Labirintis ditandai oleh awitan mendadak vertigo yang melumpuhkan, biasanya disertai muual dan 29 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 30. muntah, kehilangan pendengaran derajat tertentu, dan mungkin tinnitus. Episode pertama biasanya serangan mendadak paling berat, yang biasanya terjadi selama periode beberapa minggu sampai bulan, yang lebih ringan. Pengobatan labirintis bakterial meliputi terapi antibiotika intravena,, penggantian cairan, dan pemberian supresanvestibbuler maaupun obat aanti muntah. Pengobatan ini dinamakan sistomatik dengan mengguanakan obat anti muntah daan antiverttigo. - Ototksisitas : beberapa obat diketehui mempunyai efek buruk terhadap koklea, aparatus vestibularis, atau saraf cranial VIII. Obat intra vena, khususnya aminoglikosida, adalah yang paling sering mmenyebabkan ototksisitas dan secara jalas menghancurkan sel rambut pada organ Corti. Untuk mencegah kkehilangan pendengaran atau keseimbangan, klien yang menndapatkan obat ototoksik harus dikonsulkan mengenai tanda dan gejala efek sampinng obat tersbut. Klien yang mendapat antibiotika intravena, harus dipantau dengan audiogram dua kali seminggu selama masih mendapayt obat tersebut. - Neuroma Akuustik : adalah tumor jinak tumbuh lambat saraf cranial VIII, biasanya tumbuh dari sel Schwan pada bagian vestibuler saraf ini. Kebanyakan tumor ini tumbuh didaalam kanalis auditorius internus dan melebar sampai kesudut serebelopontin sampai menekan batang otak. Kebanyakan neuroma akustik terjadi uni lateral kecuaali pada penykit von Rechklinghausen ( neurofibromatosis atau NF-2 ) dimaana terjadi tumor bilateral. Gejala ini sering timbul pada klien dengan neuroma akustik adalah tinnitus unilateral dan kehilangan pendengaran atau tanpa vertigo / gangguan keseimbangan. 30 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 31. INDRA PENECAP ( LIDAH ) A. ANATOMI FISIOLOGI LIDAH ANATOMI LIDAH Berikut adalah gambar dan bagian-bagian dari lidah Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada paritparit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di permukaan papila berbentuk benang. Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor. Reseptor tersebut 31 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 32. adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit sekali. Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkeompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papila. Terdapat empat macam papila lidah: 1. Papila foliate, pada pangkal lidah bagian lateral, 2. Papila fungiformis, pada bagian anterior. 3. Papila sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah. Ketiga papila di atas mengandung kuncup pengecap, dan 4. Papila Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup pengecap. Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores).Kuncup-kuncup pengecap pada semua vertebrata mendapat persarafan dari cabang-cabang saraf kranial Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Pada lidah reseptor-reseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada ujung lidah, sedangkan untuk rasa masam terdapat pada bagian 32 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 33. kanan dan kiri lidah. Pangkal lidah sensitif untuk rasa pahit dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa asin. Bagian- bagian lidah Lidah terletak didalam mulut yang merupakan indra pengecap. Permukaan lidah kasar karena terdapat bintil yang disebut papilla.Pada papilla tersebut terdapat saraf pengecap.Lidah merupakan otot yang tebal. Pada pangkal lidah terdapat kelenjar limfa dan permukaan lidah berlapiskan selapt yang ber lender. Fisiologi Lidah Fungsi indra pengecap adalah untuk merasakan arti makanan yang enak atau tidak enaka atau sebagai alat reflex. Dengan adanya rasa asam, asin, pahit, menis dan sebagainya, maka getah cerna akan keluar. Makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulut memberi rangsangan ke ujung ujung saraf pengecap.Rangsangan dari makanan tersebut kemudian diteruskan ke otak.Dengan demikian kita dapat merasakan makanan atau minuman itu B. Penyakit Pada Lidah Salah satu penyakit lidah adalah kangker lidah. Penyakit ini banyak di derita oleh para perokok. Cara menghindarinya dengan berhenti merokok terutama pada perokok yang merokok cigarette, cerutu dan merokok menggunakan pipa. Selain kanker lidah masih ada juga penyakit lidah yang lain, diantaranya sebagai berikut : 1. Oral candidosis 33 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 34. Gejala penyakit ini adalah kondisis lidanya tampak tertutup lapisan berwarna putih. Lapisan ini biasa dilepas saat dikerok. Penyebabnya adalah jamur yang disebut candida albicans. 2. Atropic Glossitis Gejala penyakit ini adalah kondisis lidahnya yang terlihat licin dan mengkilat. Penyakit ini biasanya muncul karena kekurangan zat besi. Tidak heran jika penyakit ini di derita oleh penyakit anemia. 3. Geodrafic Tongue Kondisi lidah seperti dalam peta, ada bentuk-bentuk seperti pulau, biasanya bewarna merah, akan lebih licin dn biasanya semakin parah jika diikuti dengan bintik-bintik bewarna putih tebal. 4. Fissured Tongue Lidah pecah-pecah kadang-kadang garisnya hanya satu ditengah dan kadangkadang juga bercabang-cabang. 5. Glossopyrosis Lidahnya terasa panaas seperti terbakar. Tidak temukan gejal apapun dalam pemeriksaan, hal ini kebanyakan terjadi akibat psikomatis serta kelainan pada saraf. 34 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 35. INDRA PENCIUMAN ( HIDUNG ) A. ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG ANATOMI HIDUNG Alat penciuman terdapat dalam rongga hidung dari ujung saraf otak nerfus olfaktorius. Serabut saraf ini timbul pada bagian atas selapuit lender hidung dikenal dengan olfaktori. Nervus olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang mengeluarka fibril-fibril yang sangat halus, terjalin dengan serabut-serabut daribulbus olfaktorius yang merupakan otak terkecil. Saraf olfaktorius terletak diatas lempeng tulang etmoidalis. Konka nasalis terdiri dari lipatan selaput lender. Pada bagian puncaknya terdapat saraf-saraf pembau. Kalau kita bernafas hidung dan kita mencium bau suatu udara, udara yang kita isap melewati bagian atas dari rongga hidung melalui konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat tiga pasang karang hidung : - Konka nasalis superior - Konka nasalis media - Konka nasalis inferior Disekitar rongga hidung terdapat rongga-rongga yang disebut sinus paranasalis yang terdiri dari : - Sinus maksalaris ( rongga tulng hidung ) - Sinus sfenoidalis ( rongga tulng baji ) - Sinus frontalis ( rongga nasalis inferior ) Sinus ini diliputi selaput lender. Jika terdapat peradangan pada rongga hidung, lendir-lendir dari sinus paranasalis akan keluar. Jika tidak dapat mengalir keluar akan menjadi sinusitis. FISIOLOGI PENCIUMAN 35 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 36. Bau yang masuk kedalam rongga hidung akan merangsang saraf ( nervus olfaktorius ) dari bulbus olfaktorius. Indra bau bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantara stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir dalam pusat olfaktorius pasa lobus temporalis diotak besar tempat perasaan itu ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang diisap dan kepekaan akan rasa tersebut mudah hilang bila dihadapkan pada suatu bau uang sama untuk waktu yang cukup lama. B. Penyakit Pada hidung a. Adapun penyakit-penyakit yang biasa menyerang hidung yaitu : 1. Epistaxis 2. Sumbatan jalan napas bagian atas 3. Polip hidung 4. Salesma(cold) dan influenza(flu) 5. Hidung yang tersumbat dan pilek 6. Gangguan sinus(sinusitis) 7. Peradangan hidung karena alergi (rhinitis alergica) b. Factor pencetus 1. Pada Epistaxis - Trauma (korek korek lubang hidung dengan jari atau benda lain)fraktuk tulang hidung karna kecelakaan lalulintasatau kena tinju - Ada gangguan pembengkuan darah (demam berdarah, leukimia) - Tekanan darah tinggi( angiofibroma , karsinoma ) - Tumor di dalam lubang hidung, apapun penyebabnya 2. Pada sumbatan jalan napas bagian atas - Trauma larynx - Laryngitis acuta 36 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 37. - Laryngitis dipterica - Tumor larynx - Corpus alineum 3. Pada polip hidung - Polip hidung biasanya tumbuh di daerah dimana selaput lendir membengkak akibat penimbunan cairan, seperti di daerah sekitar lubang sinus pada lubang hidung. Beberapa faktor lain yang meningkatkan terkena polip hidung antara lain sinusitis (radang sitis) yang menahun, iritasi, sumbatan hidung oleh karna kelainan anatomi dan adanya pembesaran konka 4. Pada selesma(COLD) dan influenza(FLU) - Penyakit ini disebabkan oleh virus yang pada umumnya dapat menyebabkan dapat menyebabkn batuk, pilek, sakit leher dan kadang kadang panas atau sakit pada persendian 5. Pada hidung yang tersumbat dan pilek - Terjadi karena salesma atau alergi 6. Pada gangguan sinus - Infeksi / peradangan baik di daerah rongga hidung maupun tenggorokan - Adanya sumbatan di daerah rongga hidung seperti polip, pembesaran tulang kunka hidung, tulang hidung bengkok - Adanya alergi pada hidung sehingga mengakibatkan sumbatan - Pengaruh lingkungan pada hidung sehingga mengakibatkan hidung tersumbat 7. Peradangan hidung karna alergi (RHINITIS ALERGICA) - Karna adanya reaksi alergi pada hidung yang di timbulkan oleh masuknya substansi asing kedalam saluran tenggorokan c. Pengobatan 37 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 38. 1. Pada Epistaxis tenangkan pasien dan posisikan kepala lebih tinggi dari pada jantung. Kepala dan badan condong ke depan agar darah tak tertelan, keluarkan gumpalan darah dari hidung dengan meniup pelan, tekan bagian hidung yang lunak dengan ibu jari dan telunjuk selama 5 menit. Jika setelah 5 menit epistaxis masih terjadi, tekan ulang selama 10 menit. Setelah perdarahan terhenti jaga agar posisi kepala lebih tinggi daripada posisi jantung, jangan mengorek atau meniup melalui hidung, mengangkat beban berat atau membungkuk untuk menghindari epistaxis ulang. 2. Pada sumbatan jalan napas bagian atas 3. Pada polip hidung Obat semprot hidung yang mengandung corticosteroid (dexametasone, kartison, hidrikortison, prednison, metilprednison, fluticasone, mometasone, budesonide) kadang bisa memperkecil ukuran polip atau kadang menghilangkan 4. Pada selesma(COLD) dan influenza(FLU) 5. Pada hidung yang tersumbat dan pilek Dengan mengonsumsi obat flu 6. Pada gangguan sinus - Hirup sedikit air garam kedalam hidung - Letakan kompres hangat di bagian wajah - Gunakan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine - Anti biotika seperti tetracyclin, ampicilin, atau penicillin, bisa digunakan untuk meredakan sinus 7. Peradangan hidung karna alergi (RHINITIS ALERGICA) Gunakan antihistamin seperto chlorpheniramine, dimenhydrinate, yang biasa di jual untuk mengobati mabuk jalanan 38 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 39. INDRA PERABA (KULIT ) A. ANATOMI FISIOLOGI KULIT ANATOMI KULIT Berikut adalah gambar kulit : 1. pengertian Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat bagian luar yang menutupindan melindungi permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Lapisan Kulit ynag terdiri dari : 1. Epidermis 2. Dermis 3. Subkutis Pembuluh darah dan saraf - Pembuluh darah Pembuluh darah kulit yang terdiri dari dua anyaman pembuluh darah dan nadi yaitu : 39 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 40. a. Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar, ayaman ini bterdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari ayaman ini berjalan arteriole padatiap –tiap papilakori b. anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam, anyaman ini terdapat antara korium dan subtikutis. - Persarafan kulit Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf motorik dan saraf sensorik. Sedangkan saraf sensorik berguna menerima rangsangan atau kulit. 2. Bagian-bagian kulit 1. Rambut Sel epidermis yang berubah, rambut tumbuh dari folikel rambut didalam epidermis. Folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas, dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh akar berada didalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut : a. Rambut panjang dikepala, pubis, dan jenggot b. Rambut pendek dilubang hidung, liang telinga dan alis c. Rambut bulu lanugo di seluruh tubuh d. Rambut seksual dipubis dan aksila ( ketiak) 2. Kuku Adalah bagian-bagian sel epidermis kulit yang telah berubah, tertanam dalam palung kuku menurut garis lekukan pada kulit. Npalung kuku mendapat persarafan pembuluh darah yang paling banyak. 3. Kelenjar kulit Kelenjar kulit mempunyai lobulus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan ( kelenjar keringat) 40 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 41. Fisiologi kulit Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit melindungi darikehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultrviolet, dan sebagai barier dari infasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dan merespon rngsangn raba karena banyanyan akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi fungsi tersedut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorbsi askresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) dan pembentukan vitamin D. B. Penyakit Pada Kulit 1. Kusta a. Pengertian Kusta (lepra ataumorbus haspen) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae (M. Leprae) b. Etiologi m. leprae merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obliga intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sum-sum tulang dan susunan saraf pusat. Masa membela diri M. Leprae 12-12 hari dan masa tunasnya antara 40 hari sampai 40 tahun. c. Patofisiologi Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurutsebagian besar ahli melalui saluran pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung lama dan erat). Kuman mencapai permukaan kulit melalui 41 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 42. folikel rambut, kelenjar keringat, dan diduga juga melalui air susu ibu. Tempa implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama. Timbulnya penykit kusta pada seseorang tidak mudah sehinga tidak perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi, dan iklim. Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari pasien kusta tipe MB (multi basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat Bila seseorang terinfeksi M. Leprae,sebagian besar (95%) akan sembuh sendiri dan 5% akan menjadi inderminate. Dari 5%inderteminate, 30% bermanifestasi klinis menjadi determinate dan 70% sembuh. d. Pengobtan Obat yang digunakan : a. Pemberian obat antireaksi - Aspirasi 600-1200 mg yang diberikan tiap 4 jam 4-6x sehari - Klorokuin 3x150 mg/ hari - Pretnison 30-80 mg/hari , dosis tunggal pada pagi hari sesudah makan atau dapat juga diberikan secra dosis terbagi misalnya 4x2 tablet/ hari, berangsur-angsur diturunkann 510 mg/ 2 minggu setelah terjadi respon maksimal b. Oemberian analgetik dan sedative - Aspirasi 600-1200 mg yg diberikan tipa 4 jam, 4-6x /hari 42 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 43. - Parasetamol 300-1000 mg yang diberikan 4-6x/ hari ( dewasa) - Antimon 2-3 ml secara selang-seling deberikan, maksimal 30 ml 2. Herpez zoster a. Pengertian Merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi firus farisela zoster, yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktifitas firus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang-kadang infeksi primer berlangsung sublikns. Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama, lebih sering mngenai usia dewasa. b. Etiologi Penyebab penyakit herpez zoster adalah reaktifasi firus farizela zestor c. Patofosiolgi Virus ini berdiam diganglion susunan saraf tepid angglion kranalis kulit yang timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini juga menyerang ganglion anteriol, bagian motorik karanialis sehungga memberikan gejla-gejala motorik. d. Pengobatan Obat yang digunakan : - Asikolofir 5x 800 mg/hari selama7 hari, sejak lesi muncul dalam 3 haro pertama karena lewat dari masa ini pengobatan tidak efektif - Lisoprinosin 50 mg / hari BB/ hari, dosis maksimal 3000 mg sehari. Onat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi muncul 43 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 44. 3. Dermatitis a. Pengertian Dermatitik atopik ( DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamisi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema , papula, fesikel, kusta, skuama dan krulitus yang hebat bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi faktor psikologi, atau bahan kimia atau iritan. b. Etiologis Terdapat stigma atopi (herediter) pada pasien berupa : - Alergi terhadap berbagai alergen pritein (polifalen) - Pada kulit dermatitis atopik terdapat perubahan suhu ( hawa udara panas dingin) c. Patofisiologi Belum diketahui sdengan pasti. Pada pasien dermatitis atopik kapasit dapat untuk menghasilkan IGE secara berlebihan diturunkan secara genetik. Demikian pula defesiensi sel T penekan (superior) d. Pengobatan - Thymopentin untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan eritem digunakan timopentin subkutan 10 mg / dosis 1x/ hari selama 6 minggu, atau 3 x/ minggun selam 12 minggu - Interferon gamma dosii yang digunakan antara 50 mg – 100 mg/ m2/ hari subkutan diberikan selama 12 minggu DAFTAR PUSTAKA 44 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)
  • 45. Ahmad A. K. Muda. Kamus Lengkap Kedokteran. Penerbit Citas Media Pers Surabaya. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri. Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3, Jilid 1. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Anderson Silvia Price (1996). Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Andi Santoso Agustinus, Dr. (1994). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia. Akademi Perawatan St. carolus, Jakarta. Averdi Roezim Dr, (1993). Buku Pelajaran THT. Penerbit Gramedia, Jakarta. Brunner dan Sudddarth. Buku ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Vol. 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. John Gibson, MD. (1995). Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Syaifuddin, Drs. H. (1997). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Oerawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 45 Kelompok V/ Tingkat IIB ( AKPER PEMKAB MUNA)