SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan salah satu pilar utama dalam sebuah keluarga dan masyarakat. Mereka adalah
generasi penerus yang akan melanjutkan keberadaan manusia. Seorang anak tidak akan menjadi
manusia yang baik dan diharapkan di masa mendatang, tanpa ditopang oleh nilai-nilai pendidikan
yang mulia. Krisis moral (akhlak) pada anak yang menimpa negeri ini telah menyadarkan kita
untuk berlomba-lomba dalam memperbaikinya, dan itu harus dimulai dari perbaikan pada konsep
pendidikan yang akan diterapkan kepada anak. Seorang anak kecil (anak usia dini-pen.) yang
belum memahami apa-apa tentu harus selalu dibimbing mengelola emosi hingga mampu
memahami mana yang seharusnya dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan.
Keberhasilan belajar anak sangat dipengaruhi oleh kreativitas pendidik membuat variasi dan
keragaman dalam metode belajar. Metode belajar yang monoton akan membuat anak bosan.
Metode belajar yang tidak tepat dengan materi juga akan membuat penerimaan informasi dan
pengetahuan kepada peserta didik menjadi terhambat. Oleh karena itu, pendidik harus
menyesuaikan pemilihan metode belajar dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan
psikologi anak (karakter anak), fasilitas dan waktu.
Mendongeng bisa menjadi metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak usia dini. Sebab
dunia dongeng merupakan dunia yang menakjubkan bagi anak. Lewat dongeng sebuah
komunikasi dan kedekatan emosional dapat tercapai. Transfer ilmu, nilai dan keteladanan yang
terkandung dalam sebuah dongeng dapat lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Dengan kata
lain, mendongeng bisa menjadi sarana yang baik untuk menyampaikan materi kependidikan
kepada anak-anak terutama anak usia dini. Dengan dongeng anak bisa mengasah daya pikir dan
imajinasinya, dengan dongeng juga dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca
anak. Kegiatan belajar mengajar di sekolah pun terasa menyenangkan.
Namun sayang, tak sedikit dari pendidik anak usia dini yang tidak bisa mengaplikasikan dongeng
sebagai pembelajaran yang efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar para pendidik biasanya
banyak yang terpaku pada buku-buku panduan. Padahal, tak jarang kita jumpai bahwa isi dari
buku tersebut kurang sesuai dengan sisi nalar pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini,
yang mana pada masa ini merupakan masa keemasan (golden age). Jika ini terus terjadi, maka
anak akan merasa terbebani dan akhirnya mengalami kebosanan dalam belajar.
Dalam mentransfer ilmu kepada anak didik melalui mendongeng, seorang pendidik seharusnya
dapat melaksanakan tugasnya secara professional, menggunakan wawasan yang mantap dan utuh
tentang mendongeng, memiliki gambaran yang meyeluruh mengenai bagaimana proses
mendongeng itu akan berhasil, serta langkah-langkah apa yang diperlukan guna memperoleh hasil
sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Jika para pendidik hanya terpaku pada buku-buku panduan pembelajaran yang kurang bermutu,
jelas akan berdampak pada kurangnya daya kreativitas pendidik dalam kegiatan belajar mengajar.
Para pendidik tidak dapat menemukan inovasi-inovasi dalam menyampaikan pembelajaran yang
diberikan pada anak didik mereka. Dengan kata lain, SDM pendidik cenderung stagnan dan tak
bisa berkembang menjadi lebih berkualitas dan memiliki daya kreativitas.
B. Masalah dan Tujuan
Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya upaya peningkatan
kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng. Hal itu bertujuan agar seorang
pendidik mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih kreatif dalam mentransfer
ilmu dan pesan moral melalui kegiatan menyenangkan yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini
C. Strategi Pemecahan Masalah
1. Alasan strategi pemecahan masalah
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa
gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya
baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang relatif berbeda dengan yang telah
ada.
Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini saat ini memang merupakan sebuah kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh para pelaku pendidikan. Salah satu upaya peningkatan kreativitas
pendidik anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jalan yang bisa ditempuh adalah
dengan cara belajar secara otodidak, adanya supervisi pendidikan, peningkatan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, pelatihan dan seminar, serta mengikuti program-program yang diselenggarakan
oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia
Dini (HIMPAUDI).
Selain itu, peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini juga bisa dilakukan melalui sebuah
strategi belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Salah satu pembelajaran yang efektik
dan menyenangkan untuk anak usia dini adalah mendongeng. Agar mendongeng bisa lebih efektif
tersampaikan oleh anak usia dini maka perlu adanya strategi mendongeng yang baik bagi
pendidik. Strategi mendongeng bagi pendidik merupakan kebutuhan yang tidak bisa di tawar lagi
pada zaman sekarang ini.
Dengan adanya strategi mendongeng diharapkan mampu menjembatani peningkatan kreativitas
pendidik anak usia dini dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan strategi mendongeng seorang
pendidik dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menyampaikan pesan moral dan ilmu kepada anak
didiknya. Selain itu, strategi mendongeng merupakan upaya untuk menampilkan sesuatu yang
lebih bermakna dari sekedar transfer knowledge. Di sisi lain, strategi mendongeng juga dapat
mempengaruhi masa keemasan anak usia dini lewat cerita-cerita yang membangun agar lebih
berkarakter dan menyukai budaya lokal.
Apalagi zaman terus berkembang, ilmu pengetahuan terus meningkat. Banyak anak usia dini yang
sudah larut dalam kecanggihan alat-alat moderen. Jarang dari mereka yang mengetahui dongeng
sebagai budaya lokal. Strategi mendongeng merupakan ikhtiar bagi pendidik untuk menggalakan
dan menumbuhkan semangat dalam mendongeng. Dengan harapan dongeng anak usia dini bisa
kembali di gemari pendidik dan anak usia dini sebagai strategi belajar mengajar yang memiliki
nilai karakter, budaya dan moral yang baik di dalamnya.
2. Strategi pemecahan masalah
Dalam peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melaui mendongeng membutuhkan strategi
yang tepat. Strategi mendongeng bertujuan untuk memberikan langkah efektif dan menyenangkan
dalam menyampaikan ilmu dan pesan moral kepada anak didik. Strategi mendongeng meliputi; 1)
memilih jenis cerita sesuai dengan umur anak, 2) penentuan variasi dan cara (metode) dalam
mendongeng, 3) penenentuan timing, yaitu berapa lama, kapan dan di mana sebaiknya
mendongeng dilakukan? 4) Bagaimana cara mendongeng agar efektif memberikan pesan moral
dan disukai anak? 5) Dari mana mendapatkan dongeng? 6) evaluasi, dan lain sebagainya.
Dalam pelaksanaan strategi mendongeng tidak menutup kemungkinan mengalami permasalahan-
permasalahan dari segi teoretis maupun praktis. Oleh karena itu, diperlukan adanya rancangan
penerapan strategi pemecahan masalah. Dalam karya nyata ini, penulis menggunakan beberapa
model penyelesaian masalah. Model ini terdiri dari empat langkah:
a. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini digunakan
pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam bentuk
penampilan. Bila seorang pendidik merasa gagal dalam menyampaikan dongeng kepada anak,
maka perlu adanya kajian ulang mengapa hal tersebut bisa terjadi. Bukankah pengalaman adalah
guru yang paling berharga?
b. Penyelesaian masalah dengan cara trial dan eror. Dilakukan dengan cara coba-coba, sehingga
ditemukan penyelesaian yang tepat. Keberhasilan seorang pendidik dalam mendongeng tidak bisa
dilakukan secara serta merta, apalagi bagi pendongeng pemula. Maka hal yang harus dilakukan
adalah dengan cara terus mencoba tanpa takut gagal.
c. Penyelesaian masalah secara metafisik. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi para pendidik,
bahwa dalam melakukan pembelajaran kepada anak didik tidaklah sekedar menyampaikan ilmu.
Di luar itu semua, seorang pendidik wajib berdoa untuk keberhasilannya dalam mendidik anak
usia dini. Sebab doa merupakan sebuah kekuatan yang paling ampuh dalam mengatasi segala
masalah.
d. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses
deduksi dan induksi. Penyelesaian masalah yang dibicarakan dalam strategi belajar mengajar di
sini adalah penyelesaian masalah secara ilmiah. Seyogyanya seorang pendidik harus terus
melakukan kajian-kajian tentang mendongeng. Melalui belajar dari berbagai media, buku, internet,
dan mengikuti pelatihan dan seminar tentang mendongeng merupakan langkah yang rasional guna
menyelesaikan masalah berupa kegagalan dalam mendongeng.
Selain cara dan model penyelesaian masalah tersebut di atas, pendidik juga mempunyai peranan
penting dalam strategi penyelesaian masalah. Karena itu pendidik harus mempunyai kemampuan
dasar. Kemampuan itu antara lain meliputi :
a. Kemampuan menguasai bahan, yang terdiri dari menguasai bahan bidang studi dan
kurikulum sekolah, menguasai bahan pendalaman/ aplikasi bidang studi.
b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar, yang terdiri dari merumuskan tujuan
intruksional, mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, menyusun dan memilih
prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan
(entery behavior) anak didik, merencanakan dan melaksanakan pengajaran remidial.
c. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengatur tata
ruang kelas untuk pengajaran, menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
d. Kemampuan menggunakan media/sumber dengan pengalaman belajar, yang meliputi
mengenal, memilih dan menggunakan media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana,
menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar, mengembangkan
laboratorium, menggunakan laboratorium dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, dalam proses mendongeng, sebagai pendidik harus mengetahui proses yang akan
membantu dalam penyelesaian masalah yang timbul dalam mengkondisikan kelas, yaitu:
a. Hangat dan antusias. Hangat dan antusias diperlukan dalam proses mendongeng. Pendidik
yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya dan akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b. Tantangan. Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, alat bantu, gaya mengajar pendidik, pola interaksi
pendidik dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak
didik untuk belajar, apalagi apabila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
d. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku pendidik untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti
keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas.
e. Penanaman disiplin diri. Pendidik sebaiknya mendorong anak didik untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri dan hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan melaksanakan
tanggung jawabnya. Jadi, pendidik harus disiplin dalam segala hal apabila ingin anak didiknya
juga ikut berdisiplin dalam segala hal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode dan Prosedur Kerja
Strategi mendongeng merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan metode,
cerita, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses kegiatan belajar
mengajar/mendongeng untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketika hendak
menyampaikan dongeng kepada anak usia dini, seorang pendidik seharusnya melaksanakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memilih jenis cerita sesuai dengan umur anak-anak
Dalam memilih cerita seyogyanya mencari cerita yang ringan yang bisa ditangkap dan dicerna
oleh anak usia dini. Dengan kata lain, cerita tidak boleh mengambang dan tak memiliki alur yang
jelas. Untuk anak usia dini (0-6 tahun), usahakan mendongeng hal-hal lucu dengan penokohan
hewan atau cerita-cerita fabel (hewan, tumbuhan, benda yang berbicara) atau cerita lain yang
membangun yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga mampu mengasah daya
imajinasi anak usia dini.
2. Penentuan variasi mendongeng
Variasi sangatlah diperlukan setiap kali pendidik menyampaikan dongeng kepada anak didik.
Variasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Variasi
mendongeng juga bermanfaat untuk mengatasi kejenuhan dalam mendongeng agar tak dongeng
yang disampaikan terkesan monoton. Dalam penulisan karya nyata ini penulis mengemukakan
beberapa variasi yang digunakan ketika melakukan kegiatan mendongeng bersama anak usia dini.
Beberapa variasi dan cara yang dapat digunakan dan dipraktikkan dalam mendongeng adalah:
a. Mendongeng dengan gerak tubuh dan lagu.
Gambar 1. Mendongeng dengan gerak tubuh dan lagu
Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana sebab seorang pendidik tidak perlu
menyediakan alat peraga dan media lain yang dibutuhkan untuk mendongeng. Meski demikian,
agar cerita di dalam dongeng yang akan disampaikan terlihat menarik, pendidik harus menguasai
beberapa hal yaitu gerakan tubuh yang luwes, mimik, teknik vokal dan intonasi yang baik. Teknik
vokal dan intonasi yang baik diperlukan dalam membangun sebuah cerita yang sedang dibacakan.
Pastikan memilih teknik vokal dan intonasi yang tepat dan sesuai dengan isi cerita saat
mendongeng. Yang terpenting jangan memaksakan membuat suara-suara aneh hanya untuk
menekankan tokoh tertentu jika kita memang tidak bisa. Hal tersebut hanya akan mempersulit diri
dalam mendongeng jika tidak menguasainya.
Cara yang lebih mudah adalah pendidik dapat memperkecil atau memperbesar suara dengan
disertai gerak tubuh sesuai dengan tokoh dalam cerita dongeng yang dibawakan. Selain
itu,Lakukanlah kontak mata dengan anak. Pastikan selalu melakukan kontak mata dengan anak
saat bercerita. Jika pendidik membawa buku maka jangan hanya fokus pada buku bacaan. Iringi
juga dengan sentuhkan perhatian dan cinta kasih pada anak selama mendongeng agar anak
semakin merasa nyaman dengan momen mendongeng tersebut.
Selain itu, seorang pendidik juga harus bisa menyelipkan lagu dan nyanyian ketika mendongeng.
Nyanyian adalah salah satu bentuk pernyataan atau pesan yang memiliki daya menggerakkan hati,
berwawasan cita rasa keindahan, cita rasa estetika yang dikomunikasikan. Nyanyian juga bisa
menjadi bahasa emosi karena nyanyian dapat menggugah rasa senang, lucu, kagum, atau haru.
b. Mendongeng dengan alat peraga penokohan/ boneka
Gambar 2. Mendongeng dengan alat peraga penokohan
Dibanding dengan sekedar mendongeng biasa yang hanya mengandalkan gerak tubuh dan teknik
vokal, metode ini akan memberikan kesan yang lebih maksimal kepada anak. Anak-anak bisa
berimajinasi dengan alat peraga boneka yang dibuat/bawa oleh pendidik. Namun demikian,
seorang pendidik harus bisa memberikan alat peraga yang pas dan sesuai dengan isi cerita. Hal ini
bertujuan agar antara isi cerita dan peraga yang disampaikan memiliki kaitan yang saling
berkesinambungan.
c. Mendongeng dengan menggambar.
Gambar 3. Mendongeng dengan menggambar
Dalam menggunakan metode ini, seorang pendidik dituntut untuk bisa menggambarkan cerita
melalui kegiatan menggambar yang berkesinambungan. Pendidik harus bisa menggambar setiap
tokoh dan latar belakang beserta karakter melalui papan gambar yang sudah disiapkan
sebelumnya.
d. Mendongeng dengan alat peraga gambar
Gambar 4. Mendongeng dengan alat peraga gambar
Berbeda dengan mendongeng dengan menggambar, mendongeng dengan alat peraga gambar akan
lebih memudahkan pendidik dalam menyampaikan dongeng. Alat peraga gambar bisa berupa
gambar cetak maupun gambar buatan yang sudah disediakan sebelumnya. Dengan ketentuan:
1) Menggambarkan aktivitas tokoh yang paling mewakili atau mendekati isi cerita
2) Aktivitas tokoh terlihat jelas, menonjol, dan dapat dengan mudah ditangkap pengertiannya
oleh anak
3) Gambar jelas, berwarna dan sopan.
Mendongeng dengan alat peraga gambar bisa menggunakan buku cerita bergambar bahkan
seorang pendidik menyiapkan sendiri gambar tersebut sebelum melaksanakan kegiatan
mendongeng. Seorang pendidik bisa menempatkan gambar pada dinding atau papan khusus yang
digunakan untuk menempatkan gambar sesuai dengan isi cerita yang ada dalam dongeng. Bisa
juga memanfaatkan media elektronik melalui gambar slide show lewat proyektor. Dengan
ketentuan gambar yang dibuat pun harus jelas dan bisa membangun imajinasi anak.
e. Mendongeng dengan audio.
Gambar 5. Mendongeng dengan audio
Metode ini merupakan alternatif bagi pendidik yang menginginkan sesuatu yang baru dalam
mendongeng. Mendongeng dengan audio adalah mendongeng dengan cara memperdengarkan
cerita melalui cerita yang sudah dibungkus dengan CD atau rekorder. Dalam penggunaannya
pendidik harus mempersiapkan tipe/ pemutar audio dan juga alat peraga. Karena metode ini
membutuhkan ketenangan maka pendidik harus bisa mengkondisikan anak-anak agar bisa
mendengarkan isi cerita dengan tertib. Pendidik juga bisa mengajak pendidik lain untuk bisa
mengkondisikan anak-anak sedangkan dirinya memperagakan melalui alat peraga yang
dibutuhkan. Yang perlu diketahui adalah mendongeng dengan audio berbeda dengan
mendengarkan radio. Sebab, mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak, baik secara positif
dan negatif. Sedangkan dengan audio akan lebih memberikan kesan positif di dalamnya. Tugas
seorang guru dalam mendongeng dengan audio adalah memberikan interupsi dan interaksi kepada
anak usia dini.
Setelah mengetahui tentang beberapa variasi dalam mendongeng, maka langkah kongkrit yang
harus diperhatikan pendidik ketilka akan mendongeng secara garis besar adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan media/ alat peraga baik gambar maupun boneka/ tipe rekorder
b. Tempatkan alat peraga pada tempat yang mudah terlihat oleh anak
c. Siapkan alat penunjuk, dan manfaatkan untuk memandu cerita
d. Ciptakan suasana hening dan berdoalah ketika hendak memulai cerita
e. Ketika cerita sedang berlangsung, jangan sampai salah menyebutkan nama-nama tokoh
f. Sesekali adakan dialog dengan anak-anak
g. Libatkan anak dalam penghayatan karakter tokoh dengan cara menirukan karakter bersama-
sama mereka
h. Tambahkan lagu-lagu jika perlu agar tercipta suasana riang gembira
i. Pastikan anak tetap memperhatikan pendidik saat bercerita
j. Apabila ada waktu dan dipandang perlu, mintalah kepada anak untuk menceritakan
kembali apa yang sudah diceritakan dengan bahasa mereka sendiri-sendiri
k. Sisipkan pesan sebelum mengakhiri cerita
l. Terakhir adalah menutup dongeng dengan bacaan hamdalah.
3. Penentuan timing, yaitu berapa lama, kapan dan di mana sebaiknya mendongeng
dilakukan?
Jika pendidik sudah terbiasa mendongeng, pasti bisa memperkirakan berapa lama waktu untuk
mendongeng, karena waktu tersebut tergantung bagaimana anak bisa menerima cerita itu.
Sehingga pada bagian mana harus berhenti untuk jeda dan bahkan menghentikan dongeng yang
sedang berlangsung tersebut akan mengetahuinya. Hal ini dikarenakan lama waktu mendongeng
terkadang hanya bisa ditentukan dengan melihat atau memahami respon dari anak yang
mendengarkan dongeng tersebut.
Waktu yang baik digunakan untuk mendongeng adalah minimal satu kali dan maksimal dua kali
dalam seminggu dan dilaksanakan pada hari yang sama. Dengan demikian, pendidik diharapkan
bisa melakukan persiapan yang lebih maksimal terhadap cerita yang akan disampaikan kepada
anak usia dini. Sedangkan bagi anak, ia akan selalu menanti hari yang akan di isi dengan kegiatan
mendongeng.
Lalu di mana sebaiknya dongeng dilaksanakan? Bila seorang pendidik sudah menguasai teknik
mendongeng dengan baik maka di manapun tempatnya tidak akan menjadi halangan. Hanya saja,
seorang pendidik memang harus mencari suasana yang menyenangkan untuk membawa dongeng
tersebut agar lebih diperhatikan oleh anak-anak.
Seorang guru bisa melaksanakan kegiatan mendongeng di dalam ruangan (in door) meliputi ruang
kelas dan aula sekolah, luar ruangan (out door) meliputi halaman sekolah, atau tempat
representatif lainnya seperti tempat ibadah dan gazebo.
4. Bagaimana cara mendongeng agar efektif memberikan pesan moral dan disukai anak?
a. Pertama, menguasai materi dongeng secara utuh. Dalam hal ini keseluruhan cerita dalam
dongeng yang akan diceritakan harus sudah dipahami oleh pendongeng, baik dalam penokohan,
situasai, karakter hingga pesan moral yang ada dalam dongeng tersebut. Sehingga pendidik akan
mendapat gambaran pada bagian mana anak akan tersenyum, tertawa atau mengangguk tanda
mengiyakan ungkapan atau pesan yang ada dalam dongeng tersebut. Dalam hal ini tentu beberapa
jeda harus ada pada saat saat tertentu seperti ketika anak meresapi pesan moral, atau saat anak
menyenangi cerita pada momen-momen tertentu, dan lain sebagainya.
b. Kedua, memilih tema yang sesuai. Agar cerita atau dongeng yang disampaikan dapat
dicerna dan diserap anak, sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan
erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang (1)
kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat; (2) binatang, seperti binatang ternak,
binatang hidup di air, dan lain-lain, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dan lain-
lain. Di sini dongeng yang menarik/menghibur tersebut harus benar-benar dongeng yang memiliki
pesan-pesan moral yang baik. Ini adalah sebagai antisipasi dari kemungkinan ada dongeng yang
memiliki ketidaktepatan tema untuk perkembangan psikologis anak. Seperti contoh dongeng
legenda yang memiliki romantika percintaan orang dewasa yang terlalu kompleks (contoh
percintaan ibu dan anak dalam cerita sangkuriang).
c. Ketiga, membuat alat peraga dan media mendongeng. Pada dasarnya setiap metode
mengajar perlu menggunakan alat-alat pengajaran yang berfungsi membantu proses pengajaran
agar tujuan dapat dicapai sebaik-baiknya. Alat peraga atau media berfungsi untuk meperagakan
suatu isi cerita dalam dongeng agar terkesan lebih hidup. Selain itu, pilihan peraga, gambar/
media yang ada diusahakan bisa membuat anak semakin terpicu untuk berimajinasi. Bila dongeng
yang diterangkan melalui gambar, maka gambar itu harus gambar yang indah, menarik dan penuh
warna-warni. Bahkan seorang pendidik bisa memanfaatkan benda-benda yang ada disekeliling
rumah atau lingkungan sekolah sebagai peraga seperti barang-barang bekas dan lain sebagainya.
d. Keempat, memperisapkan konsentrasi sebelum memulai dongeng. Disini pendidik harus
bisa melihat kesiapan anak untuk mendengarkan dongeng. Jadi, kondisi anak harus terlebih dahulu
dipersiapkan senyaman mungkin sehingga dalam menyimak dongeng yang diberikan sudah dalam
keadaan yang benar (konsentrasi dan fokus). Dengan demikian, semua isi dongeng baik itu
hiburan dan pesan moral yang ada di dalamnya akan tersampaikan dengan baik.
e. Kelima, memulai dengan awalan yang benar dan indah serta melakukan improvisasi secara
kreatif dengan segenap penghayatan. Dalam hal ini awalan yang baik adalah awalan dengan kata
yang membuat anak terhipnotis dan bersemangat untuk memasang imajinasi mereka, contoh kata
yang bisa diberikan adalah : di pagi yang cerah, ketika sang surya mulai tenggelam, di saat malam
gelap gulita, dsb. (semuanya dilakukan dengan retorika yang bisa mengantarkan anak untuk
sesegera mungkin merimajinasi tentang sesuatu yang ada dalam dongeng tersebut). Pada saat
mendongeng retorika kita pada setiap tokoh diusahakan sebisa mungkin mengikuti karakter tokoh
tersebut. Sehingga anak akan semakin cepat untuk membentuk setiap karakter tokoh tersebut
dalam imajinasinya.
f. Keenam, mengakhiri dongeng dengan menyisipkan/mengulangi pesan pesan moral. Pada
bagian ini menjadi poin penting dimana pada saat dongeng selesai diberikan, anak akan cepat
menangkap dan mengingat pesan yang akan disampaikan. Sehingga, ketika pendidik memberikan
pesan yang baik sebagai penutup, anak akan menyadari bahwa dongeng telah selesai. Pada saat
inilah anak akan menyimpulkan (tanpa disadarinya) tentang seluruh isi cerita yang telah di
dengarnya. Maka dari itu, jika pendidik membantunya dengan memberikan ulasan/mengulang
poin poin penting tentang pesan moralnya maka anak akan lebih cepat pula merekamnya.
5. Cara mendapatkan dongeng?
Dongeng bisa didapatkan dengan berbagai cara, di antarnya:
a. Cara yang pertama adalah cara klasik, yaitu dengan mencari sumber dongeng dari toko
toko buku atau mencari inspirasi dongeng dari sumber cerita yang beragam, contoh dari cerita
orang lain dan kisah-kisah rakyat yang ada di sekitar kita. Selain itu bisa juga dari kehidupan
sehari hari yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah dongeng yang bisa dipahami
dan disukai oleh anak.
b. Cara yang kedua adalah cara modern. Disini kita bisa menggunakan media internet
untuk hunting (berburu) dongeng dengan cara men-download e-book dongeng, mencari dongeng
dari berbagai fasilitas web, blog, note dll yang salah satunya tersedia juga bisa didapat di
kompasiana. Cara mudah untuk mendapatkan dongeng di Internet adalah dengan menulis
beberapa kata atau kalimat yang berhubungan dengan dongeng di tab kosong (browsing). Contoh
kita bisa menuliskan “kumpulan dongeng anak nusantara”, “dongeng anak”, “cerita rakyat”,
“kumpulan fable” dan lain lain.
c. Cara yang berikutnya adalah dengan mengarang sendiri cerita dongeng tersebut. Selain
menjadi sebuah tantangan, di sini pendidik dituntut untuk lebih kreatif, inovatif dan mampu
berimajinasi dalam menyusun sebuah cerita. Tentunya cerita yang disusun adalah cerita yang
sesuai untuk anak usia dini yang bisa membangun karakter dan budi pekerti serta kecerdasan
intelektual maupun spiritual.
6. Evaluasi
Dalam melaksanakan strategi mendongeng evaluasi sangatlah diperlukan. Hal ini untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh strategi mendongeng dalam menumbuhkembangkan daya
kreativitas pendidik. Setidaknya ada lima macam fungsi evaluasi bagi pendidik, yaitu:
Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta
didiknya.
a. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing
peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
b. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menciptakan status peserta
didik.
c. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang
memang memerlukannya
d. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah
ditentukan telah dapat dicapai.
Demikian strategi mendongeng yang perlu diperhatikan pendidik tiap kali mau menyampaikan
cerita kepada anak didik. Selain hal tersebut di atas, seorang pendidik juga dituntut untuk terus
belajar dan belajar guna menjadi pendongeng yang baik. Di antaranya adalah mencari sumber
referensi, belajar pada ahlinya dan aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang mampu
mengarahkan pendidik sebagai pendongeng kreatif dan sejati yang sesuai dengan tuntutan zaman.
B. Hasil atau Dampak yang Dicapai
Upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng diharapkan
menghasilkan dampak positif bagi pendidik, peserta didik dan masyarakat pada umumnya.
Adapun hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran para pendidik terhadap kegiatan mendongeng sebagai pkegiatan belajar mengajar
yangefektifdalamtransferknowledgedanpesanmoralyangditujukankepadaanakusiadini.
2. Menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap dunia dongeng yang sebenarnya memiliki
mutu dan kualitas yang berkarakter terhadap perkembangan anak usia dini.
3. Menumbuhkan semangat bagi para pendidik untuk menemukan hal-hal yang baru dalam
kegiatan belajar mengajar.
4. Mengasah dan mempengaruhi daya pikir serta imajinasi para pendidik anak usia dini. Hal
yang belum tentu dapat terpenuhi bila pendidik hanya terpaku pada buku panduan dalam setiap
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
5. Memudahkan pendidik dalam transfer ilmu dan pesan moral kepada anak usia dini. Sebab
cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika
kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati,
kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya
makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai
nilai dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam
dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
6. Menumbuhkan minat baca pendidik anak usia dini. Setelah tertarik pada berbagai dongeng
yang diceritakan, pendidik diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku-buku
bacaan yang relevan. Diawali dengan buku-buku dongeng yang akan menjadi bahan untuk
mendongeng, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan
sebagainya yang bisa menunjang kreativitas lainnya. Bukankah banyak manfaat dari membaca.
Selain memperoleh hiburan, dengan membaca sesorang terbuka pandangan dan pemikirannya.
Selain itu, membaca dapat mengubah bukan hanya sudut pandang atau mindset seseorang
(pendidik-pen.), tapi juga bisa mengubah didup secara total.
7. Meningkatnya kinerja pendidik anak usia dini baik pengelola, pendidik, dan semua
komponen yang terlibat terhadap pendidikan anak usia dini. Dengan meningkatnya kinerja pendidik
anakusiadinidiharapkanmampumencetakanakusiadiniyangsehat,cerdas,ceriadanberakhlakulkarimah.
8. Meningkatnya daya kreativitas pendidik anak usia dini baik dalam mendongeng maupun
dalam kegiatan belajar mengajar yang lain. Karena daya kreativitas pendidik dalam mendongeng
secara otomatis dapat mempengaruhi pola pikir seorang pendidik dalam mengajar agar lebih
efektif dan efisien. Selain bisa bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai pendidik, juga
mampu memberi pengaruh dan manfaat terhadap anak usia dini, pendidik lainnya, lembaga, serta
pemerintah dan bangsa pada umumnya.
C. Kendala-Kendala yang Dihadapi
Meski telah berupaya semaksimal mungkin agar pelaksanaan strategi program bisa terealisasi
dengan baik. Namun sudah menjadi hal yang umum bila dalam pelaksanaannya terdapat kendala-
kendala yang terjadi dan di alami antara lain:
1. Kesulitan mencari referensi yang sesuai. Sehingga membuat penulis harus memilah dan memilih sumber
referensiyangtepat.
2. Kesulitandalammenentukanklimakssebuahceritaagarlebihhidup.
3. Keterbatasan alat peraga yangdigunakan untukmendongeng. Dalam mendongengdibutuhkanalat peraga
yang mampu mendukung jalan cerita. Namun karena banyak cerita yang berbeda membuat peraga yang
dibutuhkanpunsemakinbanyakdanvariasi.
4. Persiapan yang kurang matang. Dalam managemen mendongeng dibutuhkan persiapan
yang matang sebab membutuhkan berbagai macam media dan alat peraga yang mendukung guna
menjadikan dongeng lebih hidup dan menarik.
5. Merangkap tugas. Sebagai pendidik anak usia dini, penulis menjabat sebagai wali kelas
dan guru sentra. Sehingga kadang persiapan yang dilakukan untuk berbenturan dengan persiapan
untuk mengisi pembelajaran sentra.
6. Tempat yang kurang representatif dan banyaknya jumlah siswa. Sebagai lembaga yang
baru berjalan kurang lebih lima tahun. Tempat yang digunakan masih kurang representatif untuk
dijadikan untuk mendongeng. Sebab banyak anak yang tertarik untuk mengikuti kegiatan
mendongeng ketika sedang melakukan pembelajaran dengan pendidik yang lain.
D. Faktor-Faktor Pendukung
Dalam melaksanakan strategi mendongeng guna meningkatkan kreativitas pendidik anak usia dini, terdapat
beberapafaktoryangmendukungterealisasinyapeningkatankreativitastersebutantaralain:
1. Pengalaman Mengajar. Sebagai pendidik, penulis telah memiliki pengalaman dalam menangani anak usia
dini.Sehinggamemudahkanpenulisuntukmenyusunstrategimendongengyangbaikuntukanakusiadini.
2. Dukungan dan motivasi dari sesama rekan pendidik yang membuat penulis semakin
terbangun untuk mengembangkan strategi dongeng yang efektif untuk anak usia dini guna
meningkatkan kreativitas penulis sebagai pendidik.
3. Sebagaimana kepercayaan dalam memberikan pendidikan kepada anak usia dini, rasa percaya diri yang
penulis miliki menjadikan penulis percaya bahwa suatu proses yang sudah penulis laksanakan dalam strategi
mendongengpastitidaklahsia-siabahkanakanmembuahkanhasilyangbermanfaat.
4. Fasilitas yang mendukung. Segala sesuatu yang berkaitan dengan strategi mendongeng
membutuhkan fasilitas yang mendukung.
E. Tindak Lanjut/Rencana Desiminasi
Upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng anak usia dini akan
memberikanhasilyangoptimalapabiladapatditindaklanjutidenganbeberapahalsebagaiberikut:
1. Adanya upaya perbaikan dalam menjalankan strategi, meliputimengorganisasikan metode, cerita,
peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses mendongeng untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
2. Adanya pemahaman dan kesadaran bahwa melalui kegiatan mendongeng ternyata bisa menjadikan
pendidiklebihkreatifdalam melaksanakankegiatanbelajarmengajar.
3. Konsep, prosedur, dan prinsip karya nyata ini akan bermanfaat bagi pendidik apabila dipahami dan
dilaksanakandalampraktikpembelajarandilingkunganPendidikanAnakUsiaDini(PAUD).
BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Setiap orang memiliki kreativitas yang kadarnya berbeda dan dapat dikembangkan atau dilatih
oleh dirinya sendiri atau dengan bantuan orang lain, tetapi yang penting orang yang bersangkutan
mau berusaha dan tidak menyerah pada keadaan. Sebagai seorang pendidik seharusnya bisa
mengawali diri untuk memiliki sifat dan sikap kreatif, sebab kreativitas jarang (tidak akan) muncul
pada anak usia dini jika pendidiknya tidak memiliki daya kreativitas yang bisa dibanggakan.
Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui dongeng anak usia dini dapat terwujud
mana kala diatur dalam sebuah strategi.Melalui strategi mendongeng diharapkan mampu
menjadikan pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar lebih kreatif. Dengan strategi
mendongeng diharpakan mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan
yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional
(sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini
Selain itu, melalui strategi yang ditempuh oleh pendidik dalam mendongeng juga dapat
mempengaruhi pola pikir pendidik anak usia dini untuk lebih kreatif dalam melaksanakan segala
aspek yang berkaitan dengan anak usia dini. Sehingga pendidik anak usia dini mampu bekerja
secara maksimal dalam mentransfer ilmu kepada anak didiknya.
B. Rekomendasi
Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng dapat dilakukan oleh
semua pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini di manapun berada mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi.
Apabila dalam melaksanakan program mengalami kesulitan dan kendala, maka perlu adanya
evaluasi dan dukungan dari berbagi pihak, sehingga kendala-kendala tersebut bisa segera teratasi.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala UPTD, Himpunan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Kecamatan Wonosobo yang telah memberi
kepercayaan kepada penulis untuk membuat karya nyata ini. Rasa terimakasih juga penulis
sampaikan kepada rekan kerja dan semua pihak yang telah memberi doa, dukungan dan motivasi
guna terselesaikannya karya nyata ini. Semoga karya nyata ini bermanfaat bagi pendidikan anak
usia dini dan dunia pendidikan pada umumnya.

Contenu connexe

Tendances

Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptxMateri 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptxAkbarTerlanjurJayuz
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasunesa
 
Format analisis buku siswa
Format analisis buku siswaFormat analisis buku siswa
Format analisis buku siswaPristiadi Utomo
 
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Naita Novia Sari
 
Analisis kebutuhan pembelajaran
Analisis kebutuhan pembelajaranAnalisis kebutuhan pembelajaran
Analisis kebutuhan pembelajaranifand27
 
Makalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaran
Makalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaranMakalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaran
Makalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaranhfzarfah
 
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)NunUi4
 
Model pembelajaran integratif
Model pembelajaran integratifModel pembelajaran integratif
Model pembelajaran integratifHidayah Setiyanti
 
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedrizka_pratiwi
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Soal Universitas Terbuka
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran yuni dwinovika
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasaraudiasls
 
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiLaporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)Pristiadi Utomo
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikLSP3I
 
MEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptx
MEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptxMEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptx
MEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptxssuser86fe3f
 
Asesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sdAsesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sdKhairil Amri
 

Tendances (20)

Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptxMateri 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
Materi 2 - Capaian Pembelajaran Dalam Kurikulum Merdeka.pptx
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelas
 
Standar Proses
Standar ProsesStandar Proses
Standar Proses
 
Format analisis buku siswa
Format analisis buku siswaFormat analisis buku siswa
Format analisis buku siswa
 
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
Modul 5. Kualitas Alat Ukur (Instrumen)
 
Analisis kebutuhan pembelajaran
Analisis kebutuhan pembelajaranAnalisis kebutuhan pembelajaran
Analisis kebutuhan pembelajaran
 
Makalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaran
Makalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaranMakalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaran
Makalahpengembangan instrumen penilaian pembelajaran
 
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
 
Teknik Assesmen
Teknik AssesmenTeknik Assesmen
Teknik Assesmen
 
Model pembelajaran integratif
Model pembelajaran integratifModel pembelajaran integratif
Model pembelajaran integratif
 
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integretedppt Pembelajaran terpadu model integreted
ppt Pembelajaran terpadu model integreted
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran
 
Laporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah DasarLaporan Observasi Sekolah Dasar
Laporan Observasi Sekolah Dasar
 
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiLaporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
 
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan Holistik
 
Rpp mind mapping
Rpp mind mappingRpp mind mapping
Rpp mind mapping
 
MEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptx
MEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptxMEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptx
MEMAHAMI CAPAIAN PEMBELAJARAN KURIKULUM MERDEKA.pptx
 
Asesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sdAsesmen pembelajaran-sd
Asesmen pembelajaran-sd
 

En vedette

Dongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami PrastowoDongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami PrastowoServer Bobo
 
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...tepungbumbu
 
UNSUR UNSUR DONGENG
UNSUR UNSUR DONGENGUNSUR UNSUR DONGENG
UNSUR UNSUR DONGENGM RIYADH
 
Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar
Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita BergambarJurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar
Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita BergambarAdy Setiawan
 
KARYA NYATA GERAK DAN LAGU
KARYA NYATA GERAK DAN LAGU KARYA NYATA GERAK DAN LAGU
KARYA NYATA GERAK DAN LAGU dunia-AUD
 
Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa Ria Mey
 

En vedette (9)

Dongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami PrastowoDongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
Dongeng sebelum tidur oleh Tami Prastowo
 
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
Laporan pengujian media pembelajaran menggunakan metode assure kelompok 4 kel...
 
UNSUR UNSUR DONGENG
UNSUR UNSUR DONGENGUNSUR UNSUR DONGENG
UNSUR UNSUR DONGENG
 
Proposal metode bercerita
Proposal metode berceritaProposal metode bercerita
Proposal metode bercerita
 
MEDIA TIGA DIMENSI
MEDIA TIGA DIMENSIMEDIA TIGA DIMENSI
MEDIA TIGA DIMENSI
 
Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar
Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita BergambarJurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar
Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar
 
Teknik bercerita
Teknik berceritaTeknik bercerita
Teknik bercerita
 
KARYA NYATA GERAK DAN LAGU
KARYA NYATA GERAK DAN LAGU KARYA NYATA GERAK DAN LAGU
KARYA NYATA GERAK DAN LAGU
 
Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa Presentasi pendidikan karakter bangsa
Presentasi pendidikan karakter bangsa
 

Similaire à Metode bercerita dongeng

LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM
LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM
LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM SHAKILAJAKISS1
 
Artikel kualitas pendidikan
Artikel kualitas pendidikanArtikel kualitas pendidikan
Artikel kualitas pendidikanWakhid Pramono
 
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniPerencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniSuraya Atika
 
MAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
MAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKANMAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
MAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKANBlog Malaikat Iblis di Bulan Maret
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanAndriani Widi Astuti
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianratih azza
 
Pembelajaran efektif kurikulum
Pembelajaran efektif   kurikulumPembelajaran efektif   kurikulum
Pembelajaran efektif kurikulumKusnandar Pai
 
LMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptx
LMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptxLMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptx
LMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptxAjleeyaAzman
 
14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptxMuhammadYasin839178
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenJoko Prasetiyo
 
Falsafah pendidikan islam - guru impian
Falsafah pendidikan islam - guru impianFalsafah pendidikan islam - guru impian
Falsafah pendidikan islam - guru impianSofea Balqis
 
Teaching (instruction)
Teaching (instruction)Teaching (instruction)
Teaching (instruction)Alfonsus Sam
 
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxKOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxTRIYULIASIH4
 
Kk edu3083 sem7
Kk edu3083 sem7Kk edu3083 sem7
Kk edu3083 sem7cikli7
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitaTjoetnyak Izzatie
 

Similaire à Metode bercerita dongeng (20)

LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM
LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM
LMCP1112 FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM
 
Artikel kualitas pendidikan
Artikel kualitas pendidikanArtikel kualitas pendidikan
Artikel kualitas pendidikan
 
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia diniPerencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
Perencanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini
 
Edu 3101
Edu 3101Edu 3101
Edu 3101
 
MAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
MAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKANMAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
MAKALAH MENJELASKAN PENDEKATAN PAIKEM DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Lkt paudni materi
Lkt paudni materiLkt paudni materi
Lkt paudni materi
 
14. bab i
14. bab i14. bab i
14. bab i
 
Nkr as
Nkr asNkr as
Nkr as
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Pembelajaran efektif kurikulum
Pembelajaran efektif   kurikulumPembelajaran efektif   kurikulum
Pembelajaran efektif kurikulum
 
LMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptx
LMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptxLMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptx
LMCP1112 Falsafah Pendidikan Islam Projek Akhir.pptx
 
14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
14. Hakikat Pembelajaran Berdiferensiasi.pptx
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Falsafah pendidikan islam - guru impian
Falsafah pendidikan islam - guru impianFalsafah pendidikan islam - guru impian
Falsafah pendidikan islam - guru impian
 
Teaching (instruction)
Teaching (instruction)Teaching (instruction)
Teaching (instruction)
 
Bab i
Bab  iBab  i
Bab i
 
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docxKOBIBUL_ARTIKEL.docx
KOBIBUL_ARTIKEL.docx
 
Kk edu3083 sem7
Kk edu3083 sem7Kk edu3083 sem7
Kk edu3083 sem7
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Metode bercerita dongeng

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan salah satu pilar utama dalam sebuah keluarga dan masyarakat. Mereka adalah generasi penerus yang akan melanjutkan keberadaan manusia. Seorang anak tidak akan menjadi manusia yang baik dan diharapkan di masa mendatang, tanpa ditopang oleh nilai-nilai pendidikan yang mulia. Krisis moral (akhlak) pada anak yang menimpa negeri ini telah menyadarkan kita untuk berlomba-lomba dalam memperbaikinya, dan itu harus dimulai dari perbaikan pada konsep pendidikan yang akan diterapkan kepada anak. Seorang anak kecil (anak usia dini-pen.) yang belum memahami apa-apa tentu harus selalu dibimbing mengelola emosi hingga mampu memahami mana yang seharusnya dilakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan. Keberhasilan belajar anak sangat dipengaruhi oleh kreativitas pendidik membuat variasi dan keragaman dalam metode belajar. Metode belajar yang monoton akan membuat anak bosan. Metode belajar yang tidak tepat dengan materi juga akan membuat penerimaan informasi dan pengetahuan kepada peserta didik menjadi terhambat. Oleh karena itu, pendidik harus menyesuaikan pemilihan metode belajar dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan psikologi anak (karakter anak), fasilitas dan waktu. Mendongeng bisa menjadi metode pembelajaran yang menyenangkan bagi anak usia dini. Sebab dunia dongeng merupakan dunia yang menakjubkan bagi anak. Lewat dongeng sebuah komunikasi dan kedekatan emosional dapat tercapai. Transfer ilmu, nilai dan keteladanan yang terkandung dalam sebuah dongeng dapat lebih mudah dimengerti oleh anak-anak. Dengan kata lain, mendongeng bisa menjadi sarana yang baik untuk menyampaikan materi kependidikan kepada anak-anak terutama anak usia dini. Dengan dongeng anak bisa mengasah daya pikir dan imajinasinya, dengan dongeng juga dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Kegiatan belajar mengajar di sekolah pun terasa menyenangkan. Namun sayang, tak sedikit dari pendidik anak usia dini yang tidak bisa mengaplikasikan dongeng sebagai pembelajaran yang efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar para pendidik biasanya banyak yang terpaku pada buku-buku panduan. Padahal, tak jarang kita jumpai bahwa isi dari buku tersebut kurang sesuai dengan sisi nalar pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, yang mana pada masa ini merupakan masa keemasan (golden age). Jika ini terus terjadi, maka anak akan merasa terbebani dan akhirnya mengalami kebosanan dalam belajar. Dalam mentransfer ilmu kepada anak didik melalui mendongeng, seorang pendidik seharusnya dapat melaksanakan tugasnya secara professional, menggunakan wawasan yang mantap dan utuh tentang mendongeng, memiliki gambaran yang meyeluruh mengenai bagaimana proses mendongeng itu akan berhasil, serta langkah-langkah apa yang diperlukan guna memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jika para pendidik hanya terpaku pada buku-buku panduan pembelajaran yang kurang bermutu, jelas akan berdampak pada kurangnya daya kreativitas pendidik dalam kegiatan belajar mengajar. Para pendidik tidak dapat menemukan inovasi-inovasi dalam menyampaikan pembelajaran yang diberikan pada anak didik mereka. Dengan kata lain, SDM pendidik cenderung stagnan dan tak bisa berkembang menjadi lebih berkualitas dan memiliki daya kreativitas.
  • 2. B. Masalah dan Tujuan Berdasar latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlu adanya upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng. Hal itu bertujuan agar seorang pendidik mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih kreatif dalam mentransfer ilmu dan pesan moral melalui kegiatan menyenangkan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini C. Strategi Pemecahan Masalah 1. Alasan strategi pemecahan masalah Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang relatif berbeda dengan yang telah ada. Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini saat ini memang merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh para pelaku pendidikan. Salah satu upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jalan yang bisa ditempuh adalah dengan cara belajar secara otodidak, adanya supervisi pendidikan, peningkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pelatihan dan seminar, serta mengikuti program-program yang diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI). Selain itu, peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini juga bisa dilakukan melalui sebuah strategi belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Salah satu pembelajaran yang efektik dan menyenangkan untuk anak usia dini adalah mendongeng. Agar mendongeng bisa lebih efektif tersampaikan oleh anak usia dini maka perlu adanya strategi mendongeng yang baik bagi pendidik. Strategi mendongeng bagi pendidik merupakan kebutuhan yang tidak bisa di tawar lagi pada zaman sekarang ini. Dengan adanya strategi mendongeng diharapkan mampu menjembatani peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan strategi mendongeng seorang pendidik dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menyampaikan pesan moral dan ilmu kepada anak didiknya. Selain itu, strategi mendongeng merupakan upaya untuk menampilkan sesuatu yang lebih bermakna dari sekedar transfer knowledge. Di sisi lain, strategi mendongeng juga dapat mempengaruhi masa keemasan anak usia dini lewat cerita-cerita yang membangun agar lebih berkarakter dan menyukai budaya lokal. Apalagi zaman terus berkembang, ilmu pengetahuan terus meningkat. Banyak anak usia dini yang sudah larut dalam kecanggihan alat-alat moderen. Jarang dari mereka yang mengetahui dongeng sebagai budaya lokal. Strategi mendongeng merupakan ikhtiar bagi pendidik untuk menggalakan dan menumbuhkan semangat dalam mendongeng. Dengan harapan dongeng anak usia dini bisa kembali di gemari pendidik dan anak usia dini sebagai strategi belajar mengajar yang memiliki nilai karakter, budaya dan moral yang baik di dalamnya.
  • 3. 2. Strategi pemecahan masalah Dalam peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melaui mendongeng membutuhkan strategi yang tepat. Strategi mendongeng bertujuan untuk memberikan langkah efektif dan menyenangkan dalam menyampaikan ilmu dan pesan moral kepada anak didik. Strategi mendongeng meliputi; 1) memilih jenis cerita sesuai dengan umur anak, 2) penentuan variasi dan cara (metode) dalam mendongeng, 3) penenentuan timing, yaitu berapa lama, kapan dan di mana sebaiknya mendongeng dilakukan? 4) Bagaimana cara mendongeng agar efektif memberikan pesan moral dan disukai anak? 5) Dari mana mendapatkan dongeng? 6) evaluasi, dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaan strategi mendongeng tidak menutup kemungkinan mengalami permasalahan- permasalahan dari segi teoretis maupun praktis. Oleh karena itu, diperlukan adanya rancangan penerapan strategi pemecahan masalah. Dalam karya nyata ini, penulis menggunakan beberapa model penyelesaian masalah. Model ini terdiri dari empat langkah: a. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini digunakan pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam bentuk penampilan. Bila seorang pendidik merasa gagal dalam menyampaikan dongeng kepada anak, maka perlu adanya kajian ulang mengapa hal tersebut bisa terjadi. Bukankah pengalaman adalah guru yang paling berharga? b. Penyelesaian masalah dengan cara trial dan eror. Dilakukan dengan cara coba-coba, sehingga ditemukan penyelesaian yang tepat. Keberhasilan seorang pendidik dalam mendongeng tidak bisa dilakukan secara serta merta, apalagi bagi pendongeng pemula. Maka hal yang harus dilakukan adalah dengan cara terus mencoba tanpa takut gagal. c. Penyelesaian masalah secara metafisik. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi para pendidik, bahwa dalam melakukan pembelajaran kepada anak didik tidaklah sekedar menyampaikan ilmu. Di luar itu semua, seorang pendidik wajib berdoa untuk keberhasilannya dalam mendidik anak usia dini. Sebab doa merupakan sebuah kekuatan yang paling ampuh dalam mengatasi segala masalah. d. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi. Penyelesaian masalah yang dibicarakan dalam strategi belajar mengajar di sini adalah penyelesaian masalah secara ilmiah. Seyogyanya seorang pendidik harus terus melakukan kajian-kajian tentang mendongeng. Melalui belajar dari berbagai media, buku, internet, dan mengikuti pelatihan dan seminar tentang mendongeng merupakan langkah yang rasional guna menyelesaikan masalah berupa kegagalan dalam mendongeng. Selain cara dan model penyelesaian masalah tersebut di atas, pendidik juga mempunyai peranan penting dalam strategi penyelesaian masalah. Karena itu pendidik harus mempunyai kemampuan dasar. Kemampuan itu antara lain meliputi : a. Kemampuan menguasai bahan, yang terdiri dari menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, menguasai bahan pendalaman/ aplikasi bidang studi. b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar, yang terdiri dari merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, menyusun dan memilih prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan (entery behavior) anak didik, merencanakan dan melaksanakan pengajaran remidial.
  • 4. c. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran, menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. d. Kemampuan menggunakan media/sumber dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengenal, memilih dan menggunakan media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar, mengembangkan laboratorium, menggunakan laboratorium dalam proses belajar mengajar. Selain itu, dalam proses mendongeng, sebagai pendidik harus mengetahui proses yang akan membantu dalam penyelesaian masalah yang timbul dalam mengkondisikan kelas, yaitu: a. Hangat dan antusias. Hangat dan antusias diperlukan dalam proses mendongeng. Pendidik yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya dan akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. b. Tantangan. Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. c. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, alat bantu, gaya mengajar pendidik, pola interaksi pendidik dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik untuk belajar, apalagi apabila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. d. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku pendidik untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas. e. Penanaman disiplin diri. Pendidik sebaiknya mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan melaksanakan tanggung jawabnya. Jadi, pendidik harus disiplin dalam segala hal apabila ingin anak didiknya juga ikut berdisiplin dalam segala hal. BAB II PEMBAHASAN A. Metode dan Prosedur Kerja Strategi mendongeng merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan metode, cerita, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar/mendongeng untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketika hendak menyampaikan dongeng kepada anak usia dini, seorang pendidik seharusnya melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memilih jenis cerita sesuai dengan umur anak-anak Dalam memilih cerita seyogyanya mencari cerita yang ringan yang bisa ditangkap dan dicerna oleh anak usia dini. Dengan kata lain, cerita tidak boleh mengambang dan tak memiliki alur yang jelas. Untuk anak usia dini (0-6 tahun), usahakan mendongeng hal-hal lucu dengan penokohan hewan atau cerita-cerita fabel (hewan, tumbuhan, benda yang berbicara) atau cerita lain yang membangun yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga mampu mengasah daya imajinasi anak usia dini.
  • 5. 2. Penentuan variasi mendongeng Variasi sangatlah diperlukan setiap kali pendidik menyampaikan dongeng kepada anak didik. Variasi dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Variasi mendongeng juga bermanfaat untuk mengatasi kejenuhan dalam mendongeng agar tak dongeng yang disampaikan terkesan monoton. Dalam penulisan karya nyata ini penulis mengemukakan beberapa variasi yang digunakan ketika melakukan kegiatan mendongeng bersama anak usia dini. Beberapa variasi dan cara yang dapat digunakan dan dipraktikkan dalam mendongeng adalah: a. Mendongeng dengan gerak tubuh dan lagu. Gambar 1. Mendongeng dengan gerak tubuh dan lagu Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana sebab seorang pendidik tidak perlu menyediakan alat peraga dan media lain yang dibutuhkan untuk mendongeng. Meski demikian, agar cerita di dalam dongeng yang akan disampaikan terlihat menarik, pendidik harus menguasai beberapa hal yaitu gerakan tubuh yang luwes, mimik, teknik vokal dan intonasi yang baik. Teknik vokal dan intonasi yang baik diperlukan dalam membangun sebuah cerita yang sedang dibacakan. Pastikan memilih teknik vokal dan intonasi yang tepat dan sesuai dengan isi cerita saat mendongeng. Yang terpenting jangan memaksakan membuat suara-suara aneh hanya untuk menekankan tokoh tertentu jika kita memang tidak bisa. Hal tersebut hanya akan mempersulit diri dalam mendongeng jika tidak menguasainya. Cara yang lebih mudah adalah pendidik dapat memperkecil atau memperbesar suara dengan disertai gerak tubuh sesuai dengan tokoh dalam cerita dongeng yang dibawakan. Selain itu,Lakukanlah kontak mata dengan anak. Pastikan selalu melakukan kontak mata dengan anak saat bercerita. Jika pendidik membawa buku maka jangan hanya fokus pada buku bacaan. Iringi juga dengan sentuhkan perhatian dan cinta kasih pada anak selama mendongeng agar anak semakin merasa nyaman dengan momen mendongeng tersebut. Selain itu, seorang pendidik juga harus bisa menyelipkan lagu dan nyanyian ketika mendongeng. Nyanyian adalah salah satu bentuk pernyataan atau pesan yang memiliki daya menggerakkan hati, berwawasan cita rasa keindahan, cita rasa estetika yang dikomunikasikan. Nyanyian juga bisa menjadi bahasa emosi karena nyanyian dapat menggugah rasa senang, lucu, kagum, atau haru. b. Mendongeng dengan alat peraga penokohan/ boneka Gambar 2. Mendongeng dengan alat peraga penokohan Dibanding dengan sekedar mendongeng biasa yang hanya mengandalkan gerak tubuh dan teknik vokal, metode ini akan memberikan kesan yang lebih maksimal kepada anak. Anak-anak bisa berimajinasi dengan alat peraga boneka yang dibuat/bawa oleh pendidik. Namun demikian, seorang pendidik harus bisa memberikan alat peraga yang pas dan sesuai dengan isi cerita. Hal ini bertujuan agar antara isi cerita dan peraga yang disampaikan memiliki kaitan yang saling berkesinambungan. c. Mendongeng dengan menggambar. Gambar 3. Mendongeng dengan menggambar Dalam menggunakan metode ini, seorang pendidik dituntut untuk bisa menggambarkan cerita melalui kegiatan menggambar yang berkesinambungan. Pendidik harus bisa menggambar setiap
  • 6. tokoh dan latar belakang beserta karakter melalui papan gambar yang sudah disiapkan sebelumnya. d. Mendongeng dengan alat peraga gambar Gambar 4. Mendongeng dengan alat peraga gambar Berbeda dengan mendongeng dengan menggambar, mendongeng dengan alat peraga gambar akan lebih memudahkan pendidik dalam menyampaikan dongeng. Alat peraga gambar bisa berupa gambar cetak maupun gambar buatan yang sudah disediakan sebelumnya. Dengan ketentuan: 1) Menggambarkan aktivitas tokoh yang paling mewakili atau mendekati isi cerita 2) Aktivitas tokoh terlihat jelas, menonjol, dan dapat dengan mudah ditangkap pengertiannya oleh anak 3) Gambar jelas, berwarna dan sopan. Mendongeng dengan alat peraga gambar bisa menggunakan buku cerita bergambar bahkan seorang pendidik menyiapkan sendiri gambar tersebut sebelum melaksanakan kegiatan mendongeng. Seorang pendidik bisa menempatkan gambar pada dinding atau papan khusus yang digunakan untuk menempatkan gambar sesuai dengan isi cerita yang ada dalam dongeng. Bisa juga memanfaatkan media elektronik melalui gambar slide show lewat proyektor. Dengan ketentuan gambar yang dibuat pun harus jelas dan bisa membangun imajinasi anak. e. Mendongeng dengan audio. Gambar 5. Mendongeng dengan audio Metode ini merupakan alternatif bagi pendidik yang menginginkan sesuatu yang baru dalam mendongeng. Mendongeng dengan audio adalah mendongeng dengan cara memperdengarkan cerita melalui cerita yang sudah dibungkus dengan CD atau rekorder. Dalam penggunaannya pendidik harus mempersiapkan tipe/ pemutar audio dan juga alat peraga. Karena metode ini membutuhkan ketenangan maka pendidik harus bisa mengkondisikan anak-anak agar bisa mendengarkan isi cerita dengan tertib. Pendidik juga bisa mengajak pendidik lain untuk bisa mengkondisikan anak-anak sedangkan dirinya memperagakan melalui alat peraga yang dibutuhkan. Yang perlu diketahui adalah mendongeng dengan audio berbeda dengan mendengarkan radio. Sebab, mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak, baik secara positif dan negatif. Sedangkan dengan audio akan lebih memberikan kesan positif di dalamnya. Tugas seorang guru dalam mendongeng dengan audio adalah memberikan interupsi dan interaksi kepada anak usia dini. Setelah mengetahui tentang beberapa variasi dalam mendongeng, maka langkah kongkrit yang harus diperhatikan pendidik ketilka akan mendongeng secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan media/ alat peraga baik gambar maupun boneka/ tipe rekorder b. Tempatkan alat peraga pada tempat yang mudah terlihat oleh anak c. Siapkan alat penunjuk, dan manfaatkan untuk memandu cerita d. Ciptakan suasana hening dan berdoalah ketika hendak memulai cerita e. Ketika cerita sedang berlangsung, jangan sampai salah menyebutkan nama-nama tokoh f. Sesekali adakan dialog dengan anak-anak g. Libatkan anak dalam penghayatan karakter tokoh dengan cara menirukan karakter bersama- sama mereka
  • 7. h. Tambahkan lagu-lagu jika perlu agar tercipta suasana riang gembira i. Pastikan anak tetap memperhatikan pendidik saat bercerita j. Apabila ada waktu dan dipandang perlu, mintalah kepada anak untuk menceritakan kembali apa yang sudah diceritakan dengan bahasa mereka sendiri-sendiri k. Sisipkan pesan sebelum mengakhiri cerita l. Terakhir adalah menutup dongeng dengan bacaan hamdalah. 3. Penentuan timing, yaitu berapa lama, kapan dan di mana sebaiknya mendongeng dilakukan? Jika pendidik sudah terbiasa mendongeng, pasti bisa memperkirakan berapa lama waktu untuk mendongeng, karena waktu tersebut tergantung bagaimana anak bisa menerima cerita itu. Sehingga pada bagian mana harus berhenti untuk jeda dan bahkan menghentikan dongeng yang sedang berlangsung tersebut akan mengetahuinya. Hal ini dikarenakan lama waktu mendongeng terkadang hanya bisa ditentukan dengan melihat atau memahami respon dari anak yang mendengarkan dongeng tersebut. Waktu yang baik digunakan untuk mendongeng adalah minimal satu kali dan maksimal dua kali dalam seminggu dan dilaksanakan pada hari yang sama. Dengan demikian, pendidik diharapkan bisa melakukan persiapan yang lebih maksimal terhadap cerita yang akan disampaikan kepada anak usia dini. Sedangkan bagi anak, ia akan selalu menanti hari yang akan di isi dengan kegiatan mendongeng. Lalu di mana sebaiknya dongeng dilaksanakan? Bila seorang pendidik sudah menguasai teknik mendongeng dengan baik maka di manapun tempatnya tidak akan menjadi halangan. Hanya saja, seorang pendidik memang harus mencari suasana yang menyenangkan untuk membawa dongeng tersebut agar lebih diperhatikan oleh anak-anak. Seorang guru bisa melaksanakan kegiatan mendongeng di dalam ruangan (in door) meliputi ruang kelas dan aula sekolah, luar ruangan (out door) meliputi halaman sekolah, atau tempat representatif lainnya seperti tempat ibadah dan gazebo. 4. Bagaimana cara mendongeng agar efektif memberikan pesan moral dan disukai anak? a. Pertama, menguasai materi dongeng secara utuh. Dalam hal ini keseluruhan cerita dalam dongeng yang akan diceritakan harus sudah dipahami oleh pendongeng, baik dalam penokohan, situasai, karakter hingga pesan moral yang ada dalam dongeng tersebut. Sehingga pendidik akan mendapat gambaran pada bagian mana anak akan tersenyum, tertawa atau mengangguk tanda mengiyakan ungkapan atau pesan yang ada dalam dongeng tersebut. Dalam hal ini tentu beberapa jeda harus ada pada saat saat tertentu seperti ketika anak meresapi pesan moral, atau saat anak menyenangi cerita pada momen-momen tertentu, dan lain sebagainya. b. Kedua, memilih tema yang sesuai. Agar cerita atau dongeng yang disampaikan dapat dicerna dan diserap anak, sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang (1) kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat; (2) binatang, seperti binatang ternak, binatang hidup di air, dan lain-lain, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dan lain- lain. Di sini dongeng yang menarik/menghibur tersebut harus benar-benar dongeng yang memiliki pesan-pesan moral yang baik. Ini adalah sebagai antisipasi dari kemungkinan ada dongeng yang
  • 8. memiliki ketidaktepatan tema untuk perkembangan psikologis anak. Seperti contoh dongeng legenda yang memiliki romantika percintaan orang dewasa yang terlalu kompleks (contoh percintaan ibu dan anak dalam cerita sangkuriang). c. Ketiga, membuat alat peraga dan media mendongeng. Pada dasarnya setiap metode mengajar perlu menggunakan alat-alat pengajaran yang berfungsi membantu proses pengajaran agar tujuan dapat dicapai sebaik-baiknya. Alat peraga atau media berfungsi untuk meperagakan suatu isi cerita dalam dongeng agar terkesan lebih hidup. Selain itu, pilihan peraga, gambar/ media yang ada diusahakan bisa membuat anak semakin terpicu untuk berimajinasi. Bila dongeng yang diterangkan melalui gambar, maka gambar itu harus gambar yang indah, menarik dan penuh warna-warni. Bahkan seorang pendidik bisa memanfaatkan benda-benda yang ada disekeliling rumah atau lingkungan sekolah sebagai peraga seperti barang-barang bekas dan lain sebagainya. d. Keempat, memperisapkan konsentrasi sebelum memulai dongeng. Disini pendidik harus bisa melihat kesiapan anak untuk mendengarkan dongeng. Jadi, kondisi anak harus terlebih dahulu dipersiapkan senyaman mungkin sehingga dalam menyimak dongeng yang diberikan sudah dalam keadaan yang benar (konsentrasi dan fokus). Dengan demikian, semua isi dongeng baik itu hiburan dan pesan moral yang ada di dalamnya akan tersampaikan dengan baik. e. Kelima, memulai dengan awalan yang benar dan indah serta melakukan improvisasi secara kreatif dengan segenap penghayatan. Dalam hal ini awalan yang baik adalah awalan dengan kata yang membuat anak terhipnotis dan bersemangat untuk memasang imajinasi mereka, contoh kata yang bisa diberikan adalah : di pagi yang cerah, ketika sang surya mulai tenggelam, di saat malam gelap gulita, dsb. (semuanya dilakukan dengan retorika yang bisa mengantarkan anak untuk sesegera mungkin merimajinasi tentang sesuatu yang ada dalam dongeng tersebut). Pada saat mendongeng retorika kita pada setiap tokoh diusahakan sebisa mungkin mengikuti karakter tokoh tersebut. Sehingga anak akan semakin cepat untuk membentuk setiap karakter tokoh tersebut dalam imajinasinya. f. Keenam, mengakhiri dongeng dengan menyisipkan/mengulangi pesan pesan moral. Pada bagian ini menjadi poin penting dimana pada saat dongeng selesai diberikan, anak akan cepat menangkap dan mengingat pesan yang akan disampaikan. Sehingga, ketika pendidik memberikan pesan yang baik sebagai penutup, anak akan menyadari bahwa dongeng telah selesai. Pada saat inilah anak akan menyimpulkan (tanpa disadarinya) tentang seluruh isi cerita yang telah di dengarnya. Maka dari itu, jika pendidik membantunya dengan memberikan ulasan/mengulang poin poin penting tentang pesan moralnya maka anak akan lebih cepat pula merekamnya. 5. Cara mendapatkan dongeng? Dongeng bisa didapatkan dengan berbagai cara, di antarnya: a. Cara yang pertama adalah cara klasik, yaitu dengan mencari sumber dongeng dari toko toko buku atau mencari inspirasi dongeng dari sumber cerita yang beragam, contoh dari cerita orang lain dan kisah-kisah rakyat yang ada di sekitar kita. Selain itu bisa juga dari kehidupan sehari hari yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah dongeng yang bisa dipahami dan disukai oleh anak. b. Cara yang kedua adalah cara modern. Disini kita bisa menggunakan media internet untuk hunting (berburu) dongeng dengan cara men-download e-book dongeng, mencari dongeng
  • 9. dari berbagai fasilitas web, blog, note dll yang salah satunya tersedia juga bisa didapat di kompasiana. Cara mudah untuk mendapatkan dongeng di Internet adalah dengan menulis beberapa kata atau kalimat yang berhubungan dengan dongeng di tab kosong (browsing). Contoh kita bisa menuliskan “kumpulan dongeng anak nusantara”, “dongeng anak”, “cerita rakyat”, “kumpulan fable” dan lain lain. c. Cara yang berikutnya adalah dengan mengarang sendiri cerita dongeng tersebut. Selain menjadi sebuah tantangan, di sini pendidik dituntut untuk lebih kreatif, inovatif dan mampu berimajinasi dalam menyusun sebuah cerita. Tentunya cerita yang disusun adalah cerita yang sesuai untuk anak usia dini yang bisa membangun karakter dan budi pekerti serta kecerdasan intelektual maupun spiritual. 6. Evaluasi Dalam melaksanakan strategi mendongeng evaluasi sangatlah diperlukan. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh strategi mendongeng dalam menumbuhkembangkan daya kreativitas pendidik. Setidaknya ada lima macam fungsi evaluasi bagi pendidik, yaitu: Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya. a. Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya. b. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menciptakan status peserta didik. c. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memang memerlukannya d. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang telah ditentukan telah dapat dicapai. Demikian strategi mendongeng yang perlu diperhatikan pendidik tiap kali mau menyampaikan cerita kepada anak didik. Selain hal tersebut di atas, seorang pendidik juga dituntut untuk terus belajar dan belajar guna menjadi pendongeng yang baik. Di antaranya adalah mencari sumber referensi, belajar pada ahlinya dan aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang mampu mengarahkan pendidik sebagai pendongeng kreatif dan sejati yang sesuai dengan tuntutan zaman. B. Hasil atau Dampak yang Dicapai Upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng diharapkan menghasilkan dampak positif bagi pendidik, peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Adapun hasil atau dampak yang dicapai dalam melaksanakan strategi ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kesadaran para pendidik terhadap kegiatan mendongeng sebagai pkegiatan belajar mengajar yangefektifdalamtransferknowledgedanpesanmoralyangditujukankepadaanakusiadini. 2. Menumbuhkan kecintaan anak didik terhadap dunia dongeng yang sebenarnya memiliki mutu dan kualitas yang berkarakter terhadap perkembangan anak usia dini.
  • 10. 3. Menumbuhkan semangat bagi para pendidik untuk menemukan hal-hal yang baru dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Mengasah dan mempengaruhi daya pikir serta imajinasi para pendidik anak usia dini. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila pendidik hanya terpaku pada buku panduan dalam setiap melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 5. Memudahkan pendidik dalam transfer ilmu dan pesan moral kepada anak usia dini. Sebab cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seperti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak. 6. Menumbuhkan minat baca pendidik anak usia dini. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan, pendidik diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku-buku bacaan yang relevan. Diawali dengan buku-buku dongeng yang akan menjadi bahan untuk mendongeng, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya yang bisa menunjang kreativitas lainnya. Bukankah banyak manfaat dari membaca. Selain memperoleh hiburan, dengan membaca sesorang terbuka pandangan dan pemikirannya. Selain itu, membaca dapat mengubah bukan hanya sudut pandang atau mindset seseorang (pendidik-pen.), tapi juga bisa mengubah didup secara total. 7. Meningkatnya kinerja pendidik anak usia dini baik pengelola, pendidik, dan semua komponen yang terlibat terhadap pendidikan anak usia dini. Dengan meningkatnya kinerja pendidik anakusiadinidiharapkanmampumencetakanakusiadiniyangsehat,cerdas,ceriadanberakhlakulkarimah. 8. Meningkatnya daya kreativitas pendidik anak usia dini baik dalam mendongeng maupun dalam kegiatan belajar mengajar yang lain. Karena daya kreativitas pendidik dalam mendongeng secara otomatis dapat mempengaruhi pola pikir seorang pendidik dalam mengajar agar lebih efektif dan efisien. Selain bisa bermanfaat untuk meningkatkan kualitas sebagai pendidik, juga mampu memberi pengaruh dan manfaat terhadap anak usia dini, pendidik lainnya, lembaga, serta pemerintah dan bangsa pada umumnya. C. Kendala-Kendala yang Dihadapi Meski telah berupaya semaksimal mungkin agar pelaksanaan strategi program bisa terealisasi dengan baik. Namun sudah menjadi hal yang umum bila dalam pelaksanaannya terdapat kendala- kendala yang terjadi dan di alami antara lain: 1. Kesulitan mencari referensi yang sesuai. Sehingga membuat penulis harus memilah dan memilih sumber referensiyangtepat. 2. Kesulitandalammenentukanklimakssebuahceritaagarlebihhidup. 3. Keterbatasan alat peraga yangdigunakan untukmendongeng. Dalam mendongengdibutuhkanalat peraga yang mampu mendukung jalan cerita. Namun karena banyak cerita yang berbeda membuat peraga yang dibutuhkanpunsemakinbanyakdanvariasi.
  • 11. 4. Persiapan yang kurang matang. Dalam managemen mendongeng dibutuhkan persiapan yang matang sebab membutuhkan berbagai macam media dan alat peraga yang mendukung guna menjadikan dongeng lebih hidup dan menarik. 5. Merangkap tugas. Sebagai pendidik anak usia dini, penulis menjabat sebagai wali kelas dan guru sentra. Sehingga kadang persiapan yang dilakukan untuk berbenturan dengan persiapan untuk mengisi pembelajaran sentra. 6. Tempat yang kurang representatif dan banyaknya jumlah siswa. Sebagai lembaga yang baru berjalan kurang lebih lima tahun. Tempat yang digunakan masih kurang representatif untuk dijadikan untuk mendongeng. Sebab banyak anak yang tertarik untuk mengikuti kegiatan mendongeng ketika sedang melakukan pembelajaran dengan pendidik yang lain. D. Faktor-Faktor Pendukung Dalam melaksanakan strategi mendongeng guna meningkatkan kreativitas pendidik anak usia dini, terdapat beberapafaktoryangmendukungterealisasinyapeningkatankreativitastersebutantaralain: 1. Pengalaman Mengajar. Sebagai pendidik, penulis telah memiliki pengalaman dalam menangani anak usia dini.Sehinggamemudahkanpenulisuntukmenyusunstrategimendongengyangbaikuntukanakusiadini. 2. Dukungan dan motivasi dari sesama rekan pendidik yang membuat penulis semakin terbangun untuk mengembangkan strategi dongeng yang efektif untuk anak usia dini guna meningkatkan kreativitas penulis sebagai pendidik. 3. Sebagaimana kepercayaan dalam memberikan pendidikan kepada anak usia dini, rasa percaya diri yang penulis miliki menjadikan penulis percaya bahwa suatu proses yang sudah penulis laksanakan dalam strategi mendongengpastitidaklahsia-siabahkanakanmembuahkanhasilyangbermanfaat. 4. Fasilitas yang mendukung. Segala sesuatu yang berkaitan dengan strategi mendongeng membutuhkan fasilitas yang mendukung. E. Tindak Lanjut/Rencana Desiminasi Upaya peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng anak usia dini akan memberikanhasilyangoptimalapabiladapatditindaklanjutidenganbeberapahalsebagaiberikut: 1. Adanya upaya perbaikan dalam menjalankan strategi, meliputimengorganisasikan metode, cerita, peralatan dan bahan, dan waktu yang digunakan dalam proses mendongeng untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 2. Adanya pemahaman dan kesadaran bahwa melalui kegiatan mendongeng ternyata bisa menjadikan pendidiklebihkreatifdalam melaksanakankegiatanbelajarmengajar. 3. Konsep, prosedur, dan prinsip karya nyata ini akan bermanfaat bagi pendidik apabila dipahami dan dilaksanakandalampraktikpembelajarandilingkunganPendidikanAnakUsiaDini(PAUD).
  • 12. BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Setiap orang memiliki kreativitas yang kadarnya berbeda dan dapat dikembangkan atau dilatih oleh dirinya sendiri atau dengan bantuan orang lain, tetapi yang penting orang yang bersangkutan mau berusaha dan tidak menyerah pada keadaan. Sebagai seorang pendidik seharusnya bisa mengawali diri untuk memiliki sifat dan sikap kreatif, sebab kreativitas jarang (tidak akan) muncul pada anak usia dini jika pendidiknya tidak memiliki daya kreativitas yang bisa dibanggakan. Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui dongeng anak usia dini dapat terwujud mana kala diatur dalam sebuah strategi.Melalui strategi mendongeng diharapkan mampu menjadikan pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar lebih kreatif. Dengan strategi mendongeng diharpakan mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini Selain itu, melalui strategi yang ditempuh oleh pendidik dalam mendongeng juga dapat mempengaruhi pola pikir pendidik anak usia dini untuk lebih kreatif dalam melaksanakan segala aspek yang berkaitan dengan anak usia dini. Sehingga pendidik anak usia dini mampu bekerja secara maksimal dalam mentransfer ilmu kepada anak didiknya. B. Rekomendasi Peningkatan kreativitas pendidik anak usia dini melalui strategi mendongeng dapat dilakukan oleh semua pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini di manapun berada mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi. Apabila dalam melaksanakan program mengalami kesulitan dan kendala, maka perlu adanya evaluasi dan dukungan dari berbagi pihak, sehingga kendala-kendala tersebut bisa segera teratasi. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Kepala UPTD, Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI) Kecamatan Wonosobo yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk membuat karya nyata ini. Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada rekan kerja dan semua pihak yang telah memberi doa, dukungan dan motivasi guna terselesaikannya karya nyata ini. Semoga karya nyata ini bermanfaat bagi pendidikan anak usia dini dan dunia pendidikan pada umumnya.