Bab 1 membahas kewajiban mengerjakan umrah dan keutamaannya menurut pendapat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas. Bab 2 membahas mengerjakan umrah sebelum haji. Bab 3 membahas berapa kali Nabi melakukan umrah menurut pendapat beberapa sahabat.
1. Kitab Umrah
Bab 1: Kewajiban Mengerjakan Umrah dan Keutamaannya
Ibnu Umar berkata, "Tiada seorang pun melainkan atas dirinya ada kewajiban
mengerjakan haji dan umrah."[1]
Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya ibadah haji itu kawan seiring dengan Umrah,
sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Allah yang artinya, 'Sempurnakanlah
ibadah haji dan umrah itu karena Allah'."[2]
861. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Umrah ke umrah
yang lain adalah menghapuskan dosa di antara keduanya. Haji yang mabrur itu tidak
ada balasannya melainkan surga."
Bab 2: Mengerjakan Umrah Sebelum Mengerjakan Haji
862. Ikrimah bin Khalid mengatakan bahwa dia bertanya kepada Ibnu Urnar tentang
umrah sebelum haji, lalu Ibnu Umar menjawab, "Tidak mengapa." Ikrimah berkata,
"Ibnu Umar berkata, 'Nabi berumrah sebelum haji'."
Bab 3: Berapa Kali Nabi Mengerjakan Umrah?
863. Mujahid berkata, "Saya dan Urwah Ibnuz Zubair pernah masuk ke masjid, tiba-
tiba di sana ada Abdullah bin Umar sedang duduk bersandar kamar Aisyah, dan
orang-orang melakukan shalat dhuha di masjid. Lalu, kami bertanya kepada Ibnu
Umar tentang shalat mereka itu. Dia menjawab, 'Bid'ah.'[3] Kemudian aku bertanya
kepadanya, 'Berapa kalikah Nabi berumrah?' Ia menjawab, 'Empat kali, salah
satunya dalam bulan Rajab.' Maka, kami tidak mau mengulangi lagi, dan kami
2. mendengar bunyi gosok gigi Aisyah Ummul Mukminin di dalam kamar. Kemudian
Urwah berkata, 'Wahai ibunda, tidakkah engkau mendengar apa yang dikatakan
ayah Abdur Rahman?' Aisyah balik bertanya, 'Apa yang dikatakannya?' Urwah
berkata, 'Ia berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah berumrah empat kali, salah satunya
dalam bulan Rajab.' Aisyah berkata, 'Semoga Allah memberikan rahmat kepada Abu
Abdurrahman (Ibnu Umar). Setiap beliau berumrah, ia selalu menyaksikannya.
Beliau tidak pernah umrah dalam bulan Rajab."
864. Qatadah berkata, "Saya bertanya kepada Anas, 'Berapa kali Nabi mengerjakan
umrah?' Ia menjawab, ' (Beliau mengerjakan umrah) empat kali, (semuanya pada
bulan Dzulqai'dah, kecuali yang bersama hajinya), yaitu umrah dari Hudaibiyah pada
bulan Dzulqai'dah ketika beliau dihalang-halangi kaum musyrik. Umrah pada tahun
berikutnya dalam bulan Dzulqai'dah, sesuai dengan perjanjian damai dengan
mereka, dan umrah Jira'nah, yaitu ketika membagi rampasan Hunain, (dan umrah
bersama hajinya).' Saya (Qatadah) bertanya, 'Berapa kali beliau mengerjakan haji?'
Ia menjawab, 'Satu kali.'"
865. Abu Ishaq berkata, "Aku bertanya kepada Masruq, Atha', dan Mujahid, lalu
mereka berkata, 'Rasulullah melakukan umrah pada bulan Dzulqai'dah sebelum
beliau mengerjakan haji.' Ia berkata, "Saya mendengar Bara' bin Azib berkata,
'Rasulullah berumrah dua kali pada bulan Dzulqai'dah sebelum beliau berhaji.'"
Bab 4: Berumrah pada Bulan Ramadhan
Bab 5: Mengerjakan Umrah Pada Waktu Bermalam di Hashbah dan Waktu
Malam Selain Itu
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
sebagian dari hadits Aisyah yang tertera pada nomor 178.")
3. Bab 6: Mengerjakan Umrah dari Tan'im
866. Abdurrahman bin Abu Bakar ra. mengatakan bahwa Nabi saw menyuruhnya
memboncengkan Aisyah di belakangnya dan mengerjakan umrah dari Tan'im.
Bab 7: Berihram Umrah Sesudah Mengerjakan Haji Tanpa Memberikan
Hadyu
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah yang tertera pada nomor 178.")
Bab 8: Pahala Umrah Itu Menurut Kadar Kelelahan Badan
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah yang diisyaratkan di atas.")
Bab 9: Orang yang Berumrah Apabila Sudah Berthawaf Umrah Kemudian
Keluar, Apakah Itu Sudah Mencukupinya dari Mengerjakan Thawaf Wada'?
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits
Aisyah yang diisyaratkan di atas.")
Bab 10: Amalan-Amalan yang Dilakukan dalam Umrah Adalah
Sebagaimana yang Dilakukan Dalam Haji
867. Ya'la bin Umayyah mengatakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi
ketika beliau berada di Ji'ranah (waktu itu beliau mengenakan kain untuk
4. berlindung, dan beliau disertai oleh beberapa orang sahabat 5/103) (Dalam satu
riwayat: Tiba-tiba datanglah seorang Arab dusun) dengan mengenakan jubah dan di
jubahnya ada bekas minyak, atau ia berkata: kekuning-kuningan [dalam satu
riwayat: berlumuran dengan wewangian]), kemudian orang itu berkata,
"Bagaimanakah yang engkau perintahkan kepadaku mengenai apa yang harus
kukerjakan di waktu aku mengerjakan umrah?" (Nabi diam sejenak),[4] tiba-tiba
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi (dan dalam satu riwayat: lalu datanglah
wahyu kepada beliau), lalu ditutuplah wajah Nabi dengan sehelai pakaian. Ya'la
berkata, "Aku sendiri sebenarnya ingin sekali melihat wajah Nabi di saat beliau
mendapatkan wahyu itu. Maka, Umar bertanya, 'Apakah engkau ingin melihat Nabi
pada saat Allah menurunkan wahyu kepada beliau?' Aku menjawab, 'Ya.' (Lalu Ya'la
datang sedang Rasulullah mengenakan pakaian yang digunakan untuk berlindung,
lalu beliau memasukkan kepala beliau). Lalu, beliau menyingkap ujung pakaian itu
dan aku melihat beliau. Tiba tiba wajah Nabi menjadi merah, mengeluarkan suara
(saya kira ia berkata, "Bagaikan dengkur orang tidur"). Hal itu terjadi sesaat.
Sesudah beliau sadar, beliau bertanya, 'Manakah orang yang bertanya tentang
umrah tadi?' Lalu dicarilah orang itu, kemudian dibawa kepada beliau. Lalu, beliau
bersabda, "Jika engkau hendak berumrah, maka lepaskanlah jubahmu dan
bersihkanlah bekas wangiwangian dari dirimu dan pakaianmu. Bersihkanlah bekas
kekuning-kuningannya. (Dalam satu riwayat: Adapun wewangian yang ada padamu,
maka cucilah tiga kali, dan lepaskanlah jubahmu). Kemudian kerjakanlah dalam
umrahmu itu sebagaimana apa yang engkau kerjakan dalam hajimu." (Saya
bertanya kepada Atha', "Apakah yang beliau maksudkan dengan mencuci tiga kali itu
membersihkannya?" Dia menjawab, "Ya.")
Bab 11: Kapankah Seseorang yang Berumrah Itu Bertahalul
Atha' berkata dari Jabir, "Nabi menyuruh para sahabatnya agar haji mereka diubah
menjadi umrah, dan agar mereka melakukan thawaf, lalu memendekkan
(menggunting) rambut, dan bertahalul."[5]
5. 868. Abdullah bin Aufa berkata, "(Kami bersama Nabi ketika 3/69) mengerjakan
umrah, dan kami pun mengerjakan umrah bersama beliau. Ketika beliau memasuki
kota Mekah, maka beliau mengerjakan thawaf dan kami berthawaf pula bersama
beliau (dan beliau mengerjakan dan kami pun shalat bersama beliau). Kemudian
beliau menuju (dalam satu riwayat: mengerjakan sa'i antara) Shafa dan Marwah,
dan kami menuju ke sana bersama beliau. Kami menutupi (melindungi) beliau dari
anak-anak kaum musyrikin dan dari kaum musyrikin itu sendiri kalau-kalau mereka
mengganggu Rasulullah (5/85). Seorang kawanku bertanya kepada Abdullah bin Abi
Aufa, 'Apakah Nabi masuk ke dalam Ka'bah?' Ia menjawab, 'Tidak.' Sahabatku
berkata, 'Ceritakanlah kepada kami apa yang beliau sabdakan mengenai Khadijah.'
Ia berkata, "Beliau bersabda, 'Berilah kabar gembira kepada Khadijah bahwa ia akan
memperoleh sebuah rumah di dalam surga yang terbuat dari bambu yang tidak
beruas. Di dalamnya tidak terdapat keributan dan tidak pula ada kelelahan.'"
869. Abdullah mantan budak Asma' binti Abu Bakar mengatakan bahwa ia
mendengar Asma' setiap kali melewati Hajun, ia mengucapkan, "SHALLALLAAHU
ALAA MUHAMMAD" 'Semoga Allah melimpahkan rahmat atas Muhammad', sungguh
kami telah singgah bersama beliau di sini. Kami pada hari itu lemah, kendaraan kami
sedikit, dan bekal kami juga sedikit. Maka, berumrahlah saya, saudaraku Aisyah,
Zubair, Fulan, dan Fulan. Ketika kami menyentuh Baitullah kami bertahalul,
kemudian kami membaca talbiyah haji pada sore harinya."
Bab 12: Apa yang Diucapkan Oleh Seseorang Apabila Telah Kembali dari
Menunaikan Ibadah Haji, Umrah, atau Peperangan
870. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa apabila Rasulullah pulang dari
perang atau haji atau umrah, beliau bertakbir pada setiap kali (naik 4/16) ke tempat
yang tinggi (dalam satu riwayat: dataran tinggi) di bumi tiga kali takbir, kemudian
beliau mengucapkan:
6. "LAAILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU, LAHUL MULKU
WALAHULHAMDU, WAHUWA ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR, AAYIBUUNA (INSYA-
ALLAH), TAA-IBUUNA, 'ABI DUUNA, SAAJIDUUNA, LIRABBINAA HAAMIDUUNA,
SHADAQALLAAHU WA'DAHU, WANASHARA ABDAHU, WAHAZAMALAHZAABA
WAHDAHU" "Tidak ada Tuhan melainkan Allah sendiri, tidak ada sekutu bagi-Nya,
bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Kami kembali (insya Allah) bertobat, beribadah, sujud, dan memuji kepada Tuhan
kami, Mahabenar Allah dalam janji-Nya. Dia menolong hamba-Nya, dan
menghancurkan musuh-Nya sendirian)'."
Bab 13: Menyambut Orang Haji yang Baru Tiba dan Tiga Orang di atas
Kendaraan
871. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Ketika Nabi tiba di Mekah, beliau disambut oleh anak-
anak kecil dari Banil Abdul Muthalib. Lalu, beliau membawa seorang di muka beliau
dan yang lain di belakang beliau." (Dan dari jalan Ayyub, dia berkata, "Disebutkan
7. tiga anak yang nakal di sisi Ikrimah, lalu ia berkata, 'Ibnu Abbas berkata, 'Rasulullah
datang sambil membawa Qutsam di depan beliau dan Fadhl di belakang beliau, atau
Qutsam di belakang beliau dan Fadhl di depan beliau. Maka, manakah di antara
mereka yang nakal? Atau, manakah di antara mereka yang baik?'" 7/67-68).
Bab 14: Datangnya Orang Bepergian di Rumah pada Waktu Pagi
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian
dari hadits Ibnu Umar yang tertera pada nomor 760 di muka.")
Bab 15: Masuk Rumah pada Waktu Sore
872. Anas berkata, "Nabi tidak datang pada istrinya di malam hari (ketika pulang
dari bepergian), beliau tidak masuk melainkan pada pagi atau sore hari."
Bab 16: Janganlah Seseorang Mengetuk Pintu Rumah Keluarganya (Pada
Waktu Malam) Jika Telah Sampai di Madinah (Kotanya)
873. Jabir r.a. berkata, "Nabi melarang seseorang mengetuk pintu keluarganya pada
malam hari." (Dalam satu riwayat: Beliau tidak menyukai seseorang datang dan
mengetuk pintu keluarganya (pada waktu malam) 6/161. Dan dari jalan lain dari
Jabir, ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Apabila seseorang dari kamu lama
bepergian, maka janganlah ia mengetuk pintu keluarganya pada malam hari (ketika
pulang).'"
Bab 17: Orang yang Mempercepat Kendaraannya Ketika Telah Sampai di
Madinah (Kotanya)
8. 874. Anas r.a. berkata, "Rasulullah apabila telah datang dari bepergian, lalu ia
melihat pepohonan yang besar-besar kota Madinah, maka beliau mempercepat
untanya. Dan, jika untanya merayap, maka digerak-gerakkannya (karena rindu
kepada keluarga 2/224)."[6]
Bab 18: Firman Allah, "Masuklah Ke Rumah-Rumah Itu dari Pintu-
Pintunya"
875. Al-Bara' r.a. berkata, "Ayat ini diturunkan mengenai keadaan kami. Kaum
Anshar itu apabila mengerjakan haji (dalam satu riwayat: apabila telah melakukan
ihram pada zaman jahiliah 5/ 157), kemudian setelah datang dari haji, mereka tidak
mau memasuki rumah mereka dari arah pintu rumah mereka, tetapi masuk dari arah
belakang rumah. Kemudian ada seorang Anshar datang dari haji dan memasuki
rumahnya dari pintu depannya. Kelihatannya orang tersebut diolok-olok oleh
kawannya, kemudian turunlah ayat 189 surah al-Baqarah, 'WALAISAL BIRRA BI
ANTA TA'TUL BUYUUTA MIN ZHUHUURIHA, WALAKINNAL BIRRA MANITTAQAA, WA'
TUL BUYUUTA MIN ABWAABIHAA' 'Dan bukanlah kebaktian itu memasuki rumah-
rumah dari belakangnya. Tetapi, kebaikan itu adalah kebaktian orang yang
bertakwa. Masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya'.'"
Bab 19: Bepergian Itu Adalah Sepotong dari Siksa
876. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Bepergian itu adalah
sepotong dari siksaan yang menghalangi seseorang dari kamu dari makannya,
minumnya, dan tidurnya. Apabila ia telah menyelesaikan keperluannya, maka
hendaklah ia segera (pulang) kepada istrinya."
Bab 20: Orang yang Bepergian Apabila Menganggap Penting
Perjalanannya, Supaya Mempercepat Jalannya Agar Dapat Segera Pulang
9. Kembali Kepada Keluarganya
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya
sebagian dari hadits Ibnu Umar yang tertera pada nomor 572.")