1. PLASENTA PREVIA
1. Plasenta Previa
a. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abdonrmal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (Mansjoer, 2001).
Plasenta Previa adalah Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir (http://yuwie.ueninet.wordpress.com).
Placenta previa artinya "plasenta di depan" (previa=depan). Artinya,
plasenta
berada
lebih
"depan"
daripada
janin
yang
hendak
keluar.
(http://tonangardyanto.blogspot.com).
b. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
1) Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
2) Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
3) Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4) Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir (http://yuwie.ueninet.wordpress.com).
c. Etiologi
Mengapa Plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu dapat
diterangkan, bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada
dosidua akibat persalinan yang lampau dan dapat menyebabkan plasenta previa
7
2. tidak selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta previa didapati
untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas fungsi, memang dapat
dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan
lebih banyak seperti pada kehamilan kembar. Plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan meluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi
sama sekali pembukaan jalan lahir (http://yuwie.ueninet.wordpress.com).
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada :
1) Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2) Mioma uteri.
3) Koretasi yang berulang.
4) Umur lanjut.
5) Bekas seksio sesarea.
6) Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai
kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih
dari 20 batang perhari).
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh
meluas akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Endometrium yang
kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih
baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas,
seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multipel
(http://one.indoskrip.com, 2009).
7
3. d. Patofisiologi
Implantasi plasenta diprakarsai (initiated) oleh embrio (embryonic plate)
menempel di uterus (cauda) bagian bawah. Dengan pertumbuhan dan
penambahan plasenta, perkembangan plasenta dapat menutupi mulut plasenta
(cervical os). Bagaimanapun juga, diperkirakan bahwa suatu vaskularisasi
decidua (jaringan epitel endometrium) defective terjadi di atas (over) serviks,
mungkin ini sekunder terhadap inflamasi atau perubahan atrofik. Per se, bagian
plasenta yang sedang mengalami perubahan atrofik dapat berlanjut sebagai vasa
previa.
Sebagai penyebab penting perdarahan pada trimester ketiga, placenta
previa memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa disertai rasa nyeri
(painless bleeding). Perdarahan ini dipercaya memiliki hubungan dengan
perkembangan segmen bawah rahim (the lower uterine segmen) pada trimester
ketiga. Tambahan (attachment) plasenta terganggu (disrupted) karena daerah ini
(segmen bawah rahim) menipis secara bertahap dalam rangka persiapan untuk
permulaan kelahiran (the onset of labor). Saat ini berlangsung, maka perdarahan
terjadi pada daerah implantasi/nidasi karena uterus tidak dapat berkontraksi
dengan cukup kuat dan menghentikan aliran darah dari pembuluh darah yang
terbuka. Thrombin yang dilepaskan dari area perdarahan memacu (promotes)
kontraksi uterus dan timbulnya lingkaran setan (vicious cycle): perdarahankontraksi-pemisahan plasenta-perdarahan (Mansjoer, 2001).
e. Manifestasi klinis
Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada
sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak
kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
7
4. pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding
uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan, tidak sebagai serabut otot uterus untuk menghentikan perdarahan kala
III dengan plasenta yang letaknya normal makin rendah letak plasenta makin dini
perdarahan terjadi, oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan mulai (http://pregnancy.about.com).
1) Perdarahan tanpa disertai rasa sakit yang terjadi pada trimester ketiga
2) Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim
3) Bagian terendah masih tinggi di atas pintu atas panggul (kelainan letak)
4) Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala (Mansjoer, 2001)
f. Diagnosis
1) Anamnesis.Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan
tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan
hematokrit.
2) Pemeriksaan Luar. Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas
panggul mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas
panggul.
3) Pemeriksaan In Spekulo. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
4) Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung. Penentuan letak plasenta secara
tidak langsung dapat dilakukan radiografi, radioisotope, dan ultrasonagrafi.
7
5. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak
menimbulkan rasa nyeri. (http://pregnancy.about.com).
5) Pemeriksaan Ultrasonografi. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5
cm disebut plasenta letak rendah.
6) Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.. Dilakukan dengan PDMO yaitu
melakukan perabaan secara langsung melalui pembukaan serviks pada
perdarahan yang sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan
melakukan
PDMO
sebagai
upaya
menetukan
diagnosis
(http://yuwie.ueninet.wordpress.com).
g. Pemeriksaan penunjang
1) USG untuk diagnosis pasti,yaitu menentukan letak plasenta
2) Pemeriksaan darah : hemoglobin dan hematokrit (Mansjoer, 2001)
h. Komplikasi
Pada ibu dapat perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena
perdarahan plasentitis, dan endometritis pascapersalinan. Pada janin biasanya
terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat (Mansjoer,
2001).
i. Penatalaksanaan medik
Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi. Sebelum dirujuk,
anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri tidak
melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (missal
batuk mengedan karena sulit buang besar). Pasang cairan NaCL fisiologis. Bila
tidak memungkinkan, beri cairan peroral. Pantau tekanan darah dan frekuensi
nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi atau
7
6. syok
akibat
perdarahan.
Pantau
pula
BJJ
dan
pergerakan
janin
(http://pregnancy.about.com).
Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfuse darah.
Bila tidak teratasi, upayakan penyelamtan optimal. Bila teratasi, perhatikan usia
kehamilan (Mansjoer, 2001).
1) Terapi Ekspektif
Tujuan supaya janin tidak terlahir premature, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis Syarat-syarat
terapi ekspektif :
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda in partu. Keadaan umum ibu cukup baik. Janin
masih hidup.
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta.
Berikan tokolitik bila ada kontraksi
•
MgS04 9 IV dosis awal tunggal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam.
•
Nifedipin 3 x 20 mg perhari.
•
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok dari hasil amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri interim.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dipulang untuk rawat jalan.
2) Terapi Aktif ( tindakan segera ).
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervagina yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang
moturitus janin. Lakukan PDMO jika :
Infus 1 transfusi telah terpasang.
7
7. Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 gram ) dan inpartu.
Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor, seperti
anesefali.
Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).
3) Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa seksio sesarea .
Prinsip utama adalah menyelamatkan ibu, walaupun janin meninggal atau
tidak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan seksio sesarea : persalinan dengan segera sehingga uterus segera
berkontraksi
dan
menghentikan
pendarahan,
menghindarkan
kemungkinan terjadi robekan pada serviks, jika janin dilahirkan
pervagina.
Siapkan darah pengganti untuk stabiliasi dan pemulihan kondisi ibu.
(Saifuddin, 2001 : 536 )
4) Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
Analgesia.
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin
(intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa
sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg morfin.
-
Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan
adalah 50 mg.
-
Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg
Meperidin.
-
Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan
bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik.
Tanda-tanda Vital.
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah,
nadi jumlah urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus
harus diperiksa.
7
8. Terapi cairan dan Diet.
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah
cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya,
meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam, pasien
harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.
Vesika Urinarius dan Usus.
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari
pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus masih lemah,
dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
Ambulasi.
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan
dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari
kedua pasien dapat berjalan dengan pertolongan.
Perawatan Luka.
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif
ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan
kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling
lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan
luka insisi.
Laboratorium.
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit
tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat kehilangan darah yang
tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan hipovolemia.
Perawatan Payudara.
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
7
9. payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa
nyeri.
Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit.
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima
post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya untuk
perawatan
bayinya
dengan
(http://yuwie.ueninet.wordpress.com).
7
bantuan
orang
lain
10. DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius; Jakarta.
http://yuwie.ueninet.wordpress.com/2008/4/22/plasenta-previa.html.
http://tonangardyanto.blogspot.com/2006/04/plasenta-previa-plasenta-bisa-pindah.html.
http://one.indoskrip.com/2008/asuhan-keperawatan-plasenta-previa.html.
http://pregnancy.about.com/od/placenta/a/amazingplacenta.html.
7