Sindrom Chusing adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap yang dapat disebabkan oleh hipersekresi ACTH hipofisis, hiperplasia atau tumor adrenal, atau pemberian kortikosteroid berlebih. Gejala klinisnya antara lain berat badan bertambah, moon face, hirsutisme, dan gangguan emosi. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan lab dan imaging. Penatalaksanaan meliputi operasi, radiasi, atau obat pen
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah sindrom Chusing sering kali digunakan untuk menggambarkan semua bentuk
kelebihan glukokortikoid. Mengikuti yang biasa dilakukan, kami mencadangkan istilah
penyakit Chusing untuk hiperkortisolisme yang disebabkan oleh produksi ACTH hipofisis
yang berlebihan. Istilah sindrom Chusing kadang-kadang digunakan secara khusus untuk
merujuk pada hipersekresi kortisol dari tumor adrenal, tetapi hal ini bersifat ambigu dan harus
dihindari.
Meskipun biasanya dijelaskan secara sangat rinci dan digambarkan dengan foto yang
sangat jelas dalam teks endokrin, penyakit Chusing sangat jarang terjadi pada orang dewasa.
Lebih jauh lagi, banyak orang mempercayai bahwa sindrom Chusing merupakan suatu hal
yang jarang sekali pada anak. Meskipun insidensi sejati sindrom Chusing tidak diketahui, saat
ini kelainan ini semakin jelas bertambah sering dijumpai dibandingkan sebelumnya, terutama
pada anak. Banyak pasien yang pada saat pertama kali dijumpai sudah berada pada usia
dewasa benar-benar mengalami awitan gejala pada masa kanak-kanak atau remaja. Pasien
asli Harvey Chusing waktu itu adalah seorang perempuan muda yang baru berusia 23 tahun
yang riwayat dan tampilan klinisnya mengindikasikan pnyakit yang telah berlangsung lama.
Jadi, banyak pasien dengan sindrom Chusing dapat dideteksi dalam kelompok usia pediatri.
Pada orang dewasa dan anak diatas usia 7 tahun, penyebab sindrom Chusing yang palin
sering adalah penyakit Chusing sejati (hyperplasia adrenal akibat hiperdekresi ACTH
hipofisis). Pada bayi dan anak usia dibawah 7 tahun, tumor adrenal mendominasi. Diantara
60 bayi berusia dibawah 1 tahun dengan sindrom Chusing, 48 memiliki tumor adrenal.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah KMB I, juga agar pembaca seperti layaknya penyusun askep ini mendapatkan
informasi atau wawasaan mengenai “Askep pada Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin
(Sindrom Cushing)”.
2. C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan askep ini,
penyusun menggunakan metode studi kepustakaan yakni dilakukan dengan mengambil
referensi dari buku-buku dan internet yang relevan dengan topik penulisan askep ini sebagai
dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
D. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penyusun miliki, sesuai dengan
rujukan materi yang harus dibahas dalam askep ini, maka ruang lingkup makalah ini terbatas
pada pembahasan mengenai tinjauan teoritis sindrom Chusing (pengertian sindrom Chusing,
anatomi
fisiologi,
etiologi,
manifestasi
klinis,
patofisi,
komplikasi,
pemeriksaan
penunjang,dan penatalaksanaan medis) serta konsep askep sindrom Chusing (pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi).
3. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Sindrom Chusing
Sindrom cushing adalah causa primer tidak terletak di hipofisis akan tetapi di supraren
sebagai suatu adenoma / karsinoma ( Harvey Cushing, 1932 )
Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolik gabungan
dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini
dapat terjadi secara spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawasenyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price,).
Sindrom Cushing adalah keadaan klinik yang terjadi akibat dari paparan terhadap
glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu yang lama.
(Green
Span,
1998)
Berdasarkan defenisi ahli diatas dapat kami tarik kesimpulan bahwa sindrom Cushing
adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap.
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
Sindrom Chusing disebabkan oleh:
Glukokortikoid yang berlebih
Aktifitas korteks adrenal yang berlebih
Hiperplasia korteks adrenal
Pemberian kortikosteroid yang berlebih
Sekresi steroid adrenokortikal yang berlebih terutama kortisol
Tumor-tumor non hipofisis
Adenoma hipofisis
Tumor adrenal
4. D. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis sindrom Chusing adalah sebagai berikut.
Rambut kepala menjadi tipis
Berjerawat dan pipi kemerahan
Moon face
Buffalo hump
Hirsutisme
Striae kemerahan pada abdomen dan pendolus abdomen
Kulit cepat memar dan penyembuhan luka sulit
BB bertambah
Gangguan emosional
E. Patofisiologi
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, yang mencakup
tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk
menigkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut telah diproduksi dengan jumlah
yang adekuat. Penyakit ini terjadi akibat patologi kelenjar hipofisis dimana lup umpan balik
negatif mengalami kegagalan dan hipofisis terus mensekresi ACTH dalam mengahadapi
kortisol plasma yang tinggi ; efek pada metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak pada
keduanya adalah karena pemajanan lama pada tingkat hormon glukokortikoid yang tinggi.
Hiperplasia primer kelenjar adrenal dalam keadaan tanpa adanya tumor hipofisis jarang
terjadi. Pemberian kostikosteroid atau ACTH dapat pula menimbulkan sindrom cushing.
Penyebab lain sindrom cushing yang jarang dijumpai adalah produksi ektopik ACTH oleh
malignitas, karsinoma bronkogenik merupakan tipe malignitas yang paling sering ditemukan.
Tanpa tergantung dari penyebabnya, mekanisme umpan balik normal untuk mengendalikan
fungsi korteks adrenal menjadi tidak efektif dan pola sekresi diurnal kortisol yang normal
akan menghilang. Tanda dan gejala cushing sindrom terutam terjadi sebagai akibat dari
sekresi glukokortikoid dan androgen yang berlebihan, meskipun sekresi mineralokortikoid
juga
dapat
terpengaruh.
5. F. Komplikasi
Krisis Addisonia
Efek yang merugikan pada aktivitas koreksi adrenal
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sampel darah, untuk menentukan adanya variasi di urnal yang normal pada kadar
kartisol plasma. Variasi ini biasanya tidak terdapat pada gangguan fungsi adrenal.
2. Test supresi deksametason, untuk menegakkan diagnosis penyebab sindrom cushing
apakah dari hipofisis / adrenal. Deksametason diberikan pada pukul 11 malam dan
kadar kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi berikutnya.
3. Pengukuran kadar kortisol. Bebas dalam urine 24 jam, untuk memeriksa kadar 17hidroksikortikosteroid serta 17-ketosteroid yang merupakan metabolit kortisol &
androgen dalam urine. Pada sindrom cushing kadar metabolit & kadar kortisol plasma
akan meningkat.
4. Stimulasi CRF ( Corticotropin – Releasing Faktor), untuk membedakan tumor hipofisis
dengan tempat-tempat ektopik produksi ACTH.
5. Pemindai CT, USG atau MRI, untuk menentukan lokasi jaringan adrenal & mendeteksi
tumor pada kelenjar adrenal.
H. Penatalaksanaan Medis
1) Operasi pengangkatan tumor melalui hipokisektomi transfenoidalis, biasanya
penyebabnya adalah tumor hipofisis.
2) Radiasi kelenjar hipofisis, untuk mengendalikan gejala
3) Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone,
ketokonazol) untuk mengurangi hiperadrenalisme jika penyebabnya adalah tumor yang
tidak dapat dihilangkan secara tuntas.
4) Terapi penggantian temporer dengan hidrokortison selama beberapa bulan sampai
kelenjar adrenal mulai memperlihatkan respon yang normal
6. BAB III
PEMBAHASAN
ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
(SINDROM CHUSING)
A. Pengkajian
1. Biodata
Penyakit ini dapat terjadi pada wanita, pria, maupun anak-anak.
2. Data Demografi
Penyakit ini dapat terjadi didaerah mana saja yaitu pada daerah dataran tinggi maupun
dataran rendah.
3. Riwayat Kesehatan
4. Pemeriksaan fisik
5. Klasifikasi data
DS :
- Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, susah
beraktivitas.
- Klien mengatakan kurang percaya diri terhadap penampilan fisiknya dan susah
melakukan perawatan diri sendiri.
- Klien mengatakan mudah emosi dan depresi.
- Klien mengeluh cemas.
DO :
- Kekuatan otot menurun.
- Kebersihan buruk.
- Adanya bau badan.
- Tekanan darah meningkat.
- Wajah selalu tampak tegang.
- Gelisah, emosi labil, dan mudah marah.
7. 6. Analisa data
No.
1.
Problem
Intoleransi aktivitas
Etiologi
Kelemahan pada otot
Symptom
DS :
↓
- Klien mengatakan
Susah beraktivitas
tubuh terasa lemah,
↓
susah tidur, dan
Intoleransi aktivitas
susah beraktivitas.
DO :
- Kekuatan otot
menurun.
2.
Gangguan
Kelemahan pada otot
pemenuhan
↓
kebutuhan personal
hygene
DS :
- Klien mengatakan
Susah beraktivitas
susah melakukan
↓
perawatan diri
Kurang perawatan diri
sendiri sehingga
↓
kurang percaya diri
Gangguan pemenuhan
terhadap penampilan
kebutuhan personal
hygene
fisiknya
DO :
- Kebersihan buruk.
- Adanya bau badan.
3.
Gangguan proses
berpikir
Kurang perawatan diri
DS :
↓
- Klien mengatakan
Tidak percaya diri
mudah emosi dan
↓
Stress/depresi
stress.
DO :
↓
- Tekanan darah
Gangguan proses
meningkat.
berpikir
- Wajah selalu tampak
tegang.
4.
Ansietas
Perubahan status
kesehatan
↓
DS :
- Klien mengeluh
cemas
8. Kurang informasi
↓
Stres psikologi
↓
DO :
- Gelisah
- Emosi labil
- Klien mudah marah
Ansietas
7. Prioritas masalah
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene
3. Gangguan proses berpikir
4. Ansietas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan tubuh terasa lemah, mudah lelah, susah tidur, dan susah
beraktivitas.
DO: Kekuatan otot menurun.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygene, ditandai dengan:
DS: Klien mengatakan susah melakukan perawatan diri sendiri sehingga kurang
percaya diri terhadap penampilan fisiknya.
DO: Kebersihan buruk dan adanya bau badan.
3. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan fluktuasi emosi dan depresi, ditandai
dengan:
DS: Klien mengatakan mudah emosi dan stress.
DO: Tekanan darah meningkat dan wajah selalu tampak tegang.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi mengenai
penyakitnya, ditandai dengan:
DS: Klien mengeluh cemas.
DO: Gelisah, emosi labil, dan klien mudah marah.
9. C. RENCANA KEPERAWATAN
Dx
Rencana Tindakan
Tujuan
1.
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
Intervensi
Rasional
- Anjurkan klien untuk - Untuk mencegah
beraktivitas ringan.
komplikasi akibat
klien dapat beraktivitas
imobilisasi dan
tanpa bantuan, dengan
meningkatkan rasa
kriteria:
percaya diri .
Secara berangsurangsur klien dapat
- Atur interval wktu
istirahat dan aktivitas.
- Agar klien dapat
beristirahat yang adekuat
memenuhi
dan dapat menghilangkan
kebutuhannya secara
lelah yang dikeluhkan
mandiri.
pasien akibat insomnia.
- Ciptakan lingkungan
yang tenang.
2.
Setelah diberikan
- Diskusikan arti
- Agar klien dapat mencapai
istirahat yang adekuat.
- Beberapa pasien
tindakan keperawatan
perubahan pada
memandang situasi
maka gangguan
pasien.
sebagai tantangan ,
pemenuhan kebutuhan
beberapa sulit menerima
personal hygene dapat
perubahan
teratasi, dengan kriteria:
hidup/penampilan peran
Klien mulai percaya
dan kehilangan
diri terhadap
kemempuan kontrol tubuh
penampilan fisiknya.
sendiri.
- Beri kesempatan pada - Dapat melatih klien untuk
klien untuk
melakukan perawatan diri.
melakukan perawatan
diri secara mandiri.
- Beri penjelasan
- Agar klien dapat
tentang personal
hygene.
3.
Setelah diberikan
tindakan keperawatan
mengetahui pentingnya
personal hygene.
- Evaluasi tingkat stress - Tingkat stress mungkin
individu dan hadapi
meningkat dengan pesat
10. maka gangguan proses
dengan tepat.
karena perubahan yang
berpikir teratasi serta
baru sedang atau telah
dapat memperlihatkan
terjadi.
perbaikan fungsi mental,
dangan kriteria:
Klien mampu
mempertahankan
tingkat orientasi ralita
sehari-hari, mengenali
peubahan pada
pemikiran dan tingkah
laku.
4.
TUPAN:
- Beri penjelasan pada
Setelah diberikan
klien tentang
tindakan keperawatan
- Klien dapat memahami
penyakitnya.
penyakitnya.
selama ± 7 hari, klien
dapat tenang dan rileks.
TUPEN:
- Berikan buku-buku
- Buku merupakan salah
Setelah diberikan
yang berhubungan
satu sumber informasi
tindakan keperawatan
dengan penyakit yang
untuk menambah
selama ± 3 hari, klien
diderita klien.
pengetahuan.
mulai paham tentang
penyakitnya, dengan
kriteria:
11. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom Chusing adalah peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap yang ditandai dengan:
Rambut kepala menjadi tipis
Berjerawat dan pipi kemerahan
Moon face
Buffalo hump
Hirsutisme
Striae kemerahan pada abdomen dan pendolus abdomen
Kulit cepat memar dan penyembuhan luka sulit
BB bertambah
Gangguan emosional
B. Saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya
referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun khususnya
dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan askep ini kedepannya.
12. DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary, SPC, MN, dkk. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Endokrin.
Jakarta:EGC.
Rumahorbo, Hotma, SKp. 2003. Asuhan Keperawatan Klien denga Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta:EGC.
Tambayong, Jan, dr. 2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.
http://www.google.com