SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Tugas : KMB I
Dosen : SAAD ABDUH S.Kep, M.Kes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN COPD

Disusun Oleh :
Kelompok V

1. Astiyana

5. Wa ode hasminiyanti

2. Juliati

6. musrifa

3. Sutriyani

7. Putri astuti

4. Sumardin

8. LD. suhadar

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah KMB I
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN COPD”.
Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
saw yang telah mengeluarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti
yang telah kita rasakan saat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penulisan maupun isinya,oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
masukan,baik kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis,dan pembaca pada umumnya,kiranya Allah SWT meridhoi segala aktifitas kita untuk
keselamatan di dunia maupun di akhirat.

RAHA, OKTOBER 2013

penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………….………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….....
A. Latar Belakang………………………………………….…………………….....
B. Tujuan ………………………………………………….…………………….....
C. Rumusan Masalah…………………………………………..…………………...
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..…………………..
1. Konsep penyakit……………………………………………………………………..
A. Pengertian……………………………………………………………………….
B. Etiologi………………………………………………………………………….
C. Klasifikasi……………………………………………………………………….
D. Tanda dan gejala………………………………………………………………..
E. Dampak terhadap sistem tubuh…………………………………………………
F. Patofisiologi dan penyimpangan KDM…………………………………………
G. Manajemen medik ……………….…………………………..…………………
H. Komplikasi……………………………………………………………………..
I. Pemeriksaan diagnostik…………………………………………………………
2. Konsep askep……………………………………………………………………….
A. Pengkajian………………………………………………………………………
B. Klasifikasi data…………………………………………………………………
C. Analisa data…………………………………………………………………….
D. Prioritas masalah……………………………………………………………….
E. Diagnosa………………………………………………………………………..
F. Perencanaan…………………………………………………………………….
G. Implementasi……………………………………………………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..
B. Saran…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sistem yang ada dalam tubuh seseorang adalah sistem pernapasan. Dengan
bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigen dan pada saat yang sama
melepaskan produk oksidasinya. Pernapasan adalah proses ganda yakni terjadinya
pertukaran gas didalam jaringan atau pernapasan dalam dan terjadi diluar paru-paru
adalah pernapasan luar (Sylvia, 2006).
Penyakit gangguan sistem pernapasan yang diderita oleh masyarakat antara lain penyakit
paru obstruksi kronik yang merupakan gangguan jalan napas karena bronchitis kronik,
dan emfisema. Obstuksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktifitas
brokhitis dan sebagiannya bersifat reversible (Mansjoer, 2001).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan angka kematian PPOK tahun tahun
2010 di perkirakan menduduki peringkat ke-4 bahkan dekade mendatang menjadi
peringkat ke-3. Kondisi tersebut tanpa disadari oleh masyarakat, angka kematian yang
disebabkan oleh PPOK etrus mengalami peningkatan. Material paparan yang menjadi
faktor resiko kejadian PPOK adalah asap rokok,polusi udara dan infeksi saluran napas
tetapi dinyatakan faktor utama dan paling dominan ialah asap rokok disbanding yang lain.
(Tjandra Yoga Aditama, 2004).
Diperkirakan 12 juta orang Amerika menderita bronchitis kronik dan atau emfisema
PPOK merupakan penyebab terbanyak kelima pada orang berusia 45 sampai 64 tahun,
dan merupakan sebab tersering keempat dari kematian pada usia dibawah 64 tahun
(Sylvia, 2006). Di indonesia ditemukan 1,5 juta penderita PPOK dan jumlah kematian
oleh karena PPOK sebanyak 45.000 termasuk penyebab kematian urutan ke lima.
(Tockman, 2002) Sedangkan berdasarkan medical record di Ruang Melati Ruangan
Perawatan Penyakit Dalam RSHS Bandung dalam 6 bulan terakhir yaitu Januari sampai
dengan Juni 2010 terdapat 259 orang penderita yang dirawat karena gangguan sistem
pernapasan dikelompokkan dalam 5 penyakit besar sistem pernapasan dapat dilihat pada
tabel 1.1
Tabel 1. 1
Lima Penyakit terbesar diruangan Melati Ruangan Perawatan Penyakit dalam
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung 2010
No

Jenis Penyakit

Jumlah

Presentase (%)

1.

Pneumonia

109

42,1

2.

PPOK

47

18,2

3.

Efusi Pleura

38

14,7

4.

Asma

34

13,2

5.

Udem Pada Paru

31

11,9

Jumlah

259

100

Sumber : Rekam Medis Bulan Januari – Juni 2010, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah KMB I
Untuk mengetahui konsep penyakit COPD
Untuk mengetahui konsep askep COPD

C. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tentang konsep penyakit COPD !
2. Jelaskan tentang konsep askep pada klien COPD !
BAB II
1. KONSEP PENYAKIT
A. Pengertian
COPD adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai dengan
kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk
produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff, 2002).
Sedangkan menurut Price & Wilson (2005), Chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paruparu yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya

B. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999)
adalah :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4. Riwayat infeksi saluran nafas.
5. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.

C. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
a. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling
sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
b. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik
paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal
bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus.
c. Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang
trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai
penyempitan

saluran-saluran

napas

secara

periodic

dan

reversible

akibat

bronkospasme.
d. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan
oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda
asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan
terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.
D. Tanda & Gejala
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Dispnea.
d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
e. Anoreksia.
f. Penurunan berat badan dan kelemahan.
g. Takikardia, berkeringat.
h. Hipoksia, sesak dalam dada.
E. Dampak terhadap sistem tubuh
Tanda-tanda vital
Terjadi peningkatan denyut nadi, pernapasan cepat, peningkatan TD
Sistem pernapasan
Mengganggu sistem pernapasan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga dapat
mengakibatkan sesak napas.
Sistem kardiovaskuler
Pada sistem kardiovaskuler terjadi peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat,
disritmia, edema dependend
Sistem pencernaan
Mengganggu sistem pencernaan, ketidakmampuan untuk makan karena distress
pernapasan.
Sistem muskuloskeletal
Terjadi penurunan kemampuan, ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas seharihari.
Sistem saraf pusat
Pada PPOK berat dapat terjadi penurunan kesadaran
F. Patofisiologi dan penyimpanan KDM

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan
elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut,
kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen
yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.Konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.Berkurangnya fungsi paru-paru juga
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus
dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari
kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah
penumpukan udara (air trapping).
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala
akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi
gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

Penyimpangan KDM
Pencetus serangan
(alergen, emosi / stress, obat-obatan, infeksi)

Reaksi antigen antibody

Release rasoactive substance
( histamin bradikinin, anafilataxin )

kontriksi otot polos

permeabilitas kapiler

bronchospasme

- kontriksi otot polos

Sekresi mukus

Produksi mukus

- Edema mukosa
- hipersekresi

bersihkan jalan napas
tak efektif

obstruksi saluran napas

ketidakseimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh (resiko / akhal)
hipoventilasi
distribusi ventilasi tak merata dengan
sirkulasi darah paru
gangguan difusi gas di alveoli

kerusakan pertukaran
gas

hipoxemia
hiperkapnia

G. Manajemen medik
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka
digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari Augmentin
(amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya
adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam
antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksaserbasi.Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka
dianjurkan antibiotik yang kuat.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya
golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5
mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau
aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan.
3. Terapi jangka panjang di lakukan :
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25-0,5/hari dapat
menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien
maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal
paru.
c. Fisioterapi
d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e. Mukolitik dan ekspektoran
f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan
PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
Penatalaksanaan pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
1. Meniadakan

faktor

etiologi/presipitasi,

misalnya

segera

menghentikan

merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai
dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau
pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat

bronkodilator. Penggunaan

kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan
aliran lambat 1 - 2 liter/menit.
Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :
a. Fisioterapi
b. Rehabilitasi psikis
c. Rehabilitasi pekerjaan (Mansjoer 2001 : 481-482)]
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.

H. Komplikasi
1. Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan
nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood,
penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2.

Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara
lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.

3.

Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan
rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.Terbatasnya aliran udara akan
meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.

4.

Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi
terutama pada klien dengan dyspnea berat.Komplikasi ini sering kali berhubungan
dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.

5.

Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory.

6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini
sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap
therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
seringkali terlihat.

I. Pemeriksaan diagnostik
a. Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab.
b. Pemeriksaan fisik:
-

Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).

-

Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.

-

Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.

-

4) Suara nafas berkurang.

c. Pemeriksaan radiologi
-

Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan
garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.

-

2) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan
gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah
pulmonal, dan penambahan corakan kedistal.

d. Tes fungsi paru :
Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab dispnea,
untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk
memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya
bronkodilator.
e. Pemeriksaan gas darah.
f. Pemeriksaan EKG
g. Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.
2. KONSEP ASKEP

A. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Adapun data yang dikumpulkan adalah:
1) Biodata
a) Indentitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
bangsa, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor medrek, diagnosa
medis dan alamat.
b). Identitas penanggung jawab
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
bangsa, status perkawinan, hubungan dengan klien dan alamat.
2)

Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama
Keluhan yang biasa muncul pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik
adalah klien mengatakan kesulitan bernapas.
2. Riwayat keluhan utama
Mengggambarkan keadaan kesehatan klien sejak keluhan pertama kali dirasakan
hingga saat dilakukan pengkajian dan menggunakan analisa simptom metode
PQRST.
Paliative : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik yang memperberat
keluhan yaitu pada saat melakukan aktifitas dan berbaring seperti bangun dari
tidur dan yang meringankan keluhan yaitu baring dengan posisi semi Fowler.
Qualitatif / Quantitove : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik biasanya
keluhan dirasakan hilang timbul. Kualitas sesak yang dirasakan pada umumnya
sedang atau tergantung berat penyakit serta seberapa parah infeksi yang terjadi.
Region : Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya. Pada penderita penyakit
paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada daerah dada.
Skala : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik sangat menggangu aktifitas
kesehariannya dimana pernapasannya lebih dari 24 kali per menit.
Timing : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada
saat melakukan aktifitas.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk mendapatkan informas mengenai masalah pasiennya, adanya riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, atau penyakit jantung akibat kebiasaan merokok,
minum alkohol, riwayat penggunaan obat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit herediter, yaitu adanya
keluarga yang mempunyai riwayat asma, hipertensi, penyakit jantung, dan
biasanya di gambarkan dengan genogram 3 generasi.
b. Klasifikasi Data
Data Subyektif :
-

KLien mengatakan sesak napas

-

Klien mengatakan batuknya berdahak

-

Klien mengatakan berat badannya menurun

-

Klien mengatakan kurang nafsu makan

-

Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas

-

Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas
-

Klien mengatakan cemas

-

Klien selalu bertanya tentang penyakitnya
Data Obyektif :

-

Suara paru ronkhi disebelah dada kanan

-

Klien nampak batuk berdahak

-

Frekuensi napas cepat

-

Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapsan

-

Klien nampak batuk

-

Porsi makan tidak dihabiskan

-

Badan tampak kurus

-

Berat badan menurun

-

Nampak aktivitas klien dibantu

-

Klien nampak sesak saat beraktivitas

-

Klien nampak gelisah

-

Klien selalu bertanya

c. Analisa Data
No
1

Symptom
DS :
 Klien mengatakan

Etiology
Terpapar polusi udara yang
terus menerus

sesak napas
 Klien mengatakan
batuknta berdahak
 Klien mengataka

Hypertrofi dan hyperplasia
kelenjar mucus serta
metaplasisel goblek

sering batuk
DO :
 Suara paru

Sekret terakumilasi pada
jalan napas

wheezing disebelah
kanan
 Batuknya berdahak
 Terdapat retraksi

Penurunan kemampuan
untuk mengeluarkan secret

Problem
Bersihan jalan
napas tidak efektif
dinding dada
 Nampak sesak naps

Bersihan jalan napas tidak
efektif

 Frekwensi napas
cepat
2

DS :
 Klien mengatakan

Infasi mikroorganisme dalam Gangguan
tubuh

kurang nafsu makan

pemenuhan
kebutuhan nutrisi

 Klien mengatakan

Meningkatkan aktivitas

berat badannya

seluler

menurun
DO :
 Badan nampak

Gangguan kebutuhan
pemenuhan nutrisi

kurus
 Porsi makan tidak
dihabiskan

3.

DS :
 Klien mengatakan

Bersihan jalan napas tidak
efektif

tidak bisa
beraktivitas
 Klien mengatakan

Akumulasi sekret pada jalan
napas

sesaknya bertambah
saat beraktivitas

Gangguan pertukaran gas

DO :
 Nampak aktivitas

Peningkatan penggunaan

klien dibantu

energy untuk bernapas

 Klien nampak sesak
saat beraktivitas

Penurunan energy cadangan

Kelemahan

Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas

d. Prioritas masalah
2. Bersihan jalan napas tidak efektif
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. Intoleransi aktivitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekresi pada jalan napas
ditandai dengan :
DS :
-

Klien mengatakan sesak napas

-

Klien mengatakan batuk berdahak

-

Klien mengatakan sering batuk

DO :
-

Suara paru ronkhi sebelah kanan

-

Batuknya berdahak

-

Respirasi 32x/ menit

-

Terdapat retraksi dinding dada

-

Nampak sesak napas

b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme
berlebihan ditandai dengan :
DS :
-

Klien mengatakan kurang nafsu makan

-

Klien mengatakan berat badannya menurun

DO :
-

Klien nampak kurus

-

BB menurun

-

Porsi makan tidak dihabiskan
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
DS :
-

Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

-

Klien mengatak sesaknya bertambah saat beraktivitas

DO :
-

Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat

-

Klien nampak sesak saat beraktivitas
-

C. PERENCANAAN

No
1

Tujuan
Tupan :
Setelah diberikan tindakan

Intervensi
1. Observasi tanda –
tanda vital .

keperawatan selama 7 hari
pola napas kembali efektif.
Tupen :

pola napas berangsur –

pernapasan.

3. Pertahankan posisi
semi fowler.

masih adanya
masalah.
3. Posisi semi fowler

4. Anjurkan kepada
klien untuk minum air

 Tidak menggunakan

hangat.

pernapasan

2. Bunyi napas tidak
normal menandakan

 Sesak berkurang
otot – otot

intervensi

2. Auskultasi bunyi

angsur membaik, dengan
kriteria hasil :

1. Untuk menentukan

selanjutnya.

Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 hari

Rasional

5. Bimbing dan latih
teknik napas dalam

dapat mengurangi
sesak.
4. Mengencerkan
dahak agar mudah
keluar.

dan batuk efektif
yang teratur.
6. Pemberian nebulizer
sesuai indikasi.

5. Batuk tidak
terkontrol adalah
melelahkan dan
tidak efektif

7. Lanjutkan pemberian

menyebabkan
O2 sesuai intruksi
dokter.

frustasi.
6. Pemberian nebulizer
dapat membantu
pengenceran dahak.
7. O2 dapat mengurangi
sesak dan membantu
memenuhi
kebutuhan oksigen.

2

Tupan :

1. Observasi tingkat

1. Sebagai data dasar

Setelah diberikan tindakan

pemasukkan nutrisi

untuk menentukan

keperawatan selama 5 hari

klien.

intervensi

gangguan pemenuhan

2. Hindarkan klien

selanjutnya.

kebutuhan nutrisi terpenuhi.

untuk mengkonsumsi

Tupen :

makanan yang dapat

merangsang batuk

Setelah diberikan tindakan

merangsang batuk.

dapat meningkatkan

keperawatan selama 1 hari
nutrisi berangsur – adngsur

frekwensi batuk
3. Berikan makanan

terpenuhi, dengan kriteria

pasien dalam porsi

hasil :

kecil tapi sering.

 Nafsu makan baik
 BB naik

2. Makanan yang

lebih tinggi.
3. Mencegah klien
cepat bosan terhadap
makanan yang

4. Beri HE kepada klien
dan keluarga tentang
nutrisi.
5. Anjutkan pemberian
diet TKTP.

diberikan.
4. Agar dapat mengerti
pentingnya nutrisi
bagi tubuh.
5. Memenuhi
kebutuhan nutrisi.

3

Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 5 hari

1. Observasi tingkat
aktivitas klien.
2. Bantu klien

intoleransi aktivitas teratasi.

melakukan aktivitas

Tupen :

yang tidak dapat

1. Mengetahui batasan
yang dapat
dilakukan klien.
2. Dengan bantuan
orang lain kebutuhan
Stelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 hari

dilakukan.
3. Libatkan keluarga

ADL klien
terpenuhi.

intoleransi aktivitas

dalam pemenuhan

berangsur – angsur teratasi,

ADL klien.

ketergantungan

4. Anjurkan klien

keluarga kepeda

dengan kriteria hasil :
 Aktivitas klien tidak
dibantu lagi
 Saat beraktivitas
klien tidak sesak lagi.

melakaukan aktivitas
sesuai dengan
kemempuannya.
5. Selingi periode
aktivitas dengan
istirahat.

3. Mengurangi

petugas.
4. Aktivitas tang sesuai
dapat mencegah
kekakuan otot.
5. Mengurangi kerja
otot meminimalkan
penggunaan energy
yang berlebihan.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan
menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan suatu istilah yang sering digunakan
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama yang ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utama. Faktor yang
menyebabkan timbulnya PPOK yaitu kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,
asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja, dan riwayat infeksi saluran napas.

B. Saran
Semoga makalah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya penyakit paru obstruksi kronik.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.Google.co.id
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses – proses Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Asih, Y., Effendi C., 2003. Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta.
Brunner dan Suddarth., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. EGC
Jakarta.
Carpenito, L. J., 2000. Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta
Doenges, E. M., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta

More Related Content

What's hot (20)

Patofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anakPatofisiologi diare pada anak
Patofisiologi diare pada anak
 
Pathwaysefusipleura
PathwaysefusipleuraPathwaysefusipleura
Pathwaysefusipleura
 
Woc stroke
Woc strokeWoc stroke
Woc stroke
 
Sp 7 diagnosa
Sp 7 diagnosaSp 7 diagnosa
Sp 7 diagnosa
 
Analisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantungAnalisa data gagal jantung
Analisa data gagal jantung
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema paru
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
Woc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragikWoc stroke hemoragik
Woc stroke hemoragik
 
askep diabetes melitus
askep diabetes melitusaskep diabetes melitus
askep diabetes melitus
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 
Askep ards
Askep ardsAskep ards
Askep ards
 
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
Askep diabetes mellitus AKPER PEMDA MUNA
 
Adult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress SyndromeAdult Respiratory Distress Syndrome
Adult Respiratory Distress Syndrome
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distresAsuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
Asuhan keperawatan kegawat daruratan respirasi distres
 
Askep hepatitis
Askep hepatitisAskep hepatitis
Askep hepatitis
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Bblr
BblrBblr
Bblr
 
Woc gbs
Woc gbsWoc gbs
Woc gbs
 

Similar to COPD-ASUHAN (20)

Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Copd
Copd Copd
Copd
 
Copd
Copd Copd
Copd
 
Copd Akper pemkab muna
Copd  Akper pemkab munaCopd  Akper pemkab muna
Copd Akper pemkab muna
 
Laporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOKLaporan Pendahuluan PPOK
Laporan Pendahuluan PPOK
 
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Gagal napas e.c ppok dan pneumonia
Gagal napas e.c ppok dan pneumoniaGagal napas e.c ppok dan pneumonia
Gagal napas e.c ppok dan pneumonia
 
Makalah anvis "enfisema"
Makalah anvis "enfisema"Makalah anvis "enfisema"
Makalah anvis "enfisema"
 
Copd
CopdCopd
Copd
 
Satpel ppok
Satpel ppokSatpel ppok
Satpel ppok
 
Makalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasanMakalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasan
 
Dok surya
Dok suryaDok surya
Dok surya
 
Makalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasanMakalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasan
 
Ppom
PpomPpom
Ppom
 
Ppom AKPER PEMKAB MUNA
Ppom AKPER PEMKAB MUNA Ppom AKPER PEMKAB MUNA
Ppom AKPER PEMKAB MUNA
 
1620 3030-1-sm
1620 3030-1-sm1620 3030-1-sm
1620 3030-1-sm
 
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
Laporan pendahuluan oksigenasi (2)
 
Saad abses paru
Saad abses paruSaad abses paru
Saad abses paru
 
Abses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab munaAbses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab muna
 
Abses paru AKPER PEMDA MUNA
Abses paru AKPER PEMDA MUNA Abses paru AKPER PEMDA MUNA
Abses paru AKPER PEMDA MUNA
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

COPD-ASUHAN

  • 1. Tugas : KMB I Dosen : SAAD ABDUH S.Kep, M.Kes ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN COPD Disusun Oleh : Kelompok V 1. Astiyana 5. Wa ode hasminiyanti 2. Juliati 6. musrifa 3. Sutriyani 7. Putri astuti 4. Sumardin 8. LD. suhadar AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah KMB I “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN COPD”. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw yang telah mengeluarkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti yang telah kita rasakan saat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya,oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan,baik kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis,dan pembaca pada umumnya,kiranya Allah SWT meridhoi segala aktifitas kita untuk keselamatan di dunia maupun di akhirat. RAHA, OKTOBER 2013 penulis
  • 3. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………….. KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………... DAFTAR ISI……………………………………………………………….……………….. BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..... A. Latar Belakang………………………………………….……………………..... B. Tujuan ………………………………………………….……………………..... C. Rumusan Masalah…………………………………………..…………………... BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..………………….. 1. Konsep penyakit…………………………………………………………………….. A. Pengertian………………………………………………………………………. B. Etiologi…………………………………………………………………………. C. Klasifikasi………………………………………………………………………. D. Tanda dan gejala……………………………………………………………….. E. Dampak terhadap sistem tubuh………………………………………………… F. Patofisiologi dan penyimpangan KDM………………………………………… G. Manajemen medik ……………….…………………………..………………… H. Komplikasi…………………………………………………………………….. I. Pemeriksaan diagnostik………………………………………………………… 2. Konsep askep………………………………………………………………………. A. Pengkajian……………………………………………………………………… B. Klasifikasi data………………………………………………………………… C. Analisa data……………………………………………………………………. D. Prioritas masalah………………………………………………………………. E. Diagnosa……………………………………………………………………….. F. Perencanaan……………………………………………………………………. G. Implementasi…………………………………………………………………… BAB III PENUTUP………………………………………………………………………… A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. B. Saran……………………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sistem yang ada dalam tubuh seseorang adalah sistem pernapasan. Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigen dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Pernapasan adalah proses ganda yakni terjadinya pertukaran gas didalam jaringan atau pernapasan dalam dan terjadi diluar paru-paru adalah pernapasan luar (Sylvia, 2006). Penyakit gangguan sistem pernapasan yang diderita oleh masyarakat antara lain penyakit paru obstruksi kronik yang merupakan gangguan jalan napas karena bronchitis kronik, dan emfisema. Obstuksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa disertai hiperaktifitas brokhitis dan sebagiannya bersifat reversible (Mansjoer, 2001). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan angka kematian PPOK tahun tahun 2010 di perkirakan menduduki peringkat ke-4 bahkan dekade mendatang menjadi peringkat ke-3. Kondisi tersebut tanpa disadari oleh masyarakat, angka kematian yang disebabkan oleh PPOK etrus mengalami peningkatan. Material paparan yang menjadi faktor resiko kejadian PPOK adalah asap rokok,polusi udara dan infeksi saluran napas tetapi dinyatakan faktor utama dan paling dominan ialah asap rokok disbanding yang lain. (Tjandra Yoga Aditama, 2004). Diperkirakan 12 juta orang Amerika menderita bronchitis kronik dan atau emfisema PPOK merupakan penyebab terbanyak kelima pada orang berusia 45 sampai 64 tahun, dan merupakan sebab tersering keempat dari kematian pada usia dibawah 64 tahun
  • 5. (Sylvia, 2006). Di indonesia ditemukan 1,5 juta penderita PPOK dan jumlah kematian oleh karena PPOK sebanyak 45.000 termasuk penyebab kematian urutan ke lima. (Tockman, 2002) Sedangkan berdasarkan medical record di Ruang Melati Ruangan Perawatan Penyakit Dalam RSHS Bandung dalam 6 bulan terakhir yaitu Januari sampai dengan Juni 2010 terdapat 259 orang penderita yang dirawat karena gangguan sistem pernapasan dikelompokkan dalam 5 penyakit besar sistem pernapasan dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1. 1 Lima Penyakit terbesar diruangan Melati Ruangan Perawatan Penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung 2010 No Jenis Penyakit Jumlah Presentase (%) 1. Pneumonia 109 42,1 2. PPOK 47 18,2 3. Efusi Pleura 38 14,7 4. Asma 34 13,2 5. Udem Pada Paru 31 11,9 Jumlah 259 100 Sumber : Rekam Medis Bulan Januari – Juni 2010, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung B. Tujuan Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah KMB I Untuk mengetahui konsep penyakit COPD Untuk mengetahui konsep askep COPD C. Rumusan Masalah 1. Jelaskan tentang konsep penyakit COPD ! 2. Jelaskan tentang konsep askep pada klien COPD !
  • 6. BAB II 1. KONSEP PENYAKIT A. Pengertian COPD adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas , batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff, 2002). Sedangkan menurut Price & Wilson (2005), Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) adalah suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paruparu yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya B. Etiologi Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah : 1. Kebiasaan merokok 2. Polusi udara 3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja. 4. Riwayat infeksi saluran nafas. 5. Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin. C. Klasifikasi Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai berikut: a. Bronkitis kronik Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
  • 7. b. Emfisema paru Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis, yang disertai kerusakan dinding alveolus. c. Asma Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai jenis rangsangan.Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme. d. Bronkiektasis Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus limfe. D. Tanda & Gejala Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut : a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin. b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak. c. Dispnea. d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea). e. Anoreksia. f. Penurunan berat badan dan kelemahan. g. Takikardia, berkeringat. h. Hipoksia, sesak dalam dada.
  • 8. E. Dampak terhadap sistem tubuh Tanda-tanda vital Terjadi peningkatan denyut nadi, pernapasan cepat, peningkatan TD Sistem pernapasan Mengganggu sistem pernapasan terjadi penyempitan saluran nafas sehingga dapat mengakibatkan sesak napas. Sistem kardiovaskuler Pada sistem kardiovaskuler terjadi peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia, edema dependend Sistem pencernaan Mengganggu sistem pencernaan, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan. Sistem muskuloskeletal Terjadi penurunan kemampuan, ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas seharihari. Sistem saraf pusat Pada PPOK berat dapat terjadi penurunan kesadaran F. Patofisiologi dan penyimpanan KDM Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas. Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru.Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
  • 9. saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993). Penyimpangan KDM Pencetus serangan (alergen, emosi / stress, obat-obatan, infeksi) Reaksi antigen antibody Release rasoactive substance ( histamin bradikinin, anafilataxin ) kontriksi otot polos permeabilitas kapiler bronchospasme - kontriksi otot polos Sekresi mukus Produksi mukus - Edema mukosa - hipersekresi bersihkan jalan napas tak efektif obstruksi saluran napas ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (resiko / akhal)
  • 10. hipoventilasi distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru gangguan difusi gas di alveoli kerusakan pertukaran gas hipoxemia hiperkapnia G. Manajemen medik 1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara 2. Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan : a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin 4x0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B. Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi.Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat. b. Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2 c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik. d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV secara perlahan. 3. Terapi jangka panjang di lakukan :
  • 11. a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4x0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut. b. Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru. c. Fisioterapi d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik e. Mukolitik dan ekspektoran f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg) g. Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi. Penatalaksanaan pada usia lanjut adalah sebagai berikut: 1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan merokok, menghindari polusi udara. 2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara. 3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik. 4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih kontroversial. 5. Pengobatan simtomatik. 6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul. 7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1 - 2 liter/menit. Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah :
  • 12. a. Fisioterapi b. Rehabilitasi psikis c. Rehabilitasi pekerjaan (Mansjoer 2001 : 481-482)] Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: 1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase kronik. 2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian. 3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksi lebih awal. H. Komplikasi 1. Hipoxemia Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis. 2. Asidosis Respiratory Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea. 3. Infeksi Respiratory Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema mukosa.Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea. 4. Gagal jantung Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea berat.Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini. 5. Cardiac Disritmia Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis respiratory. 6. Status Asmatikus
  • 13. Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher seringkali terlihat. I. Pemeriksaan diagnostik a. Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab. b. Pemeriksaan fisik: - Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada meningkat). - Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada. - Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung berkurang. - 4) Suara nafas berkurang. c. Pemeriksaan radiologi - Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang bertambah. - 2) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan corakan kedistal. d. Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator. e. Pemeriksaan gas darah. f. Pemeriksaan EKG g. Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.
  • 14. 2. KONSEP ASKEP A. PENGKAJIAN a. Pengumpulan Data Adapun data yang dikumpulkan adalah: 1) Biodata a) Indentitas klien Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status bangsa, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor medrek, diagnosa medis dan alamat. b). Identitas penanggung jawab Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status bangsa, status perkawinan, hubungan dengan klien dan alamat. 2) Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama Keluhan yang biasa muncul pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik adalah klien mengatakan kesulitan bernapas. 2. Riwayat keluhan utama Mengggambarkan keadaan kesehatan klien sejak keluhan pertama kali dirasakan hingga saat dilakukan pengkajian dan menggunakan analisa simptom metode PQRST. Paliative : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik yang memperberat keluhan yaitu pada saat melakukan aktifitas dan berbaring seperti bangun dari tidur dan yang meringankan keluhan yaitu baring dengan posisi semi Fowler.
  • 15. Qualitatif / Quantitove : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik biasanya keluhan dirasakan hilang timbul. Kualitas sesak yang dirasakan pada umumnya sedang atau tergantung berat penyakit serta seberapa parah infeksi yang terjadi. Region : Lokasi keluhan dirasakan dan penyebarannya. Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada daerah dada. Skala : Pada penderita penyakit paru obstruksi kronik sangat menggangu aktifitas kesehariannya dimana pernapasannya lebih dari 24 kali per menit. Timing : pada penderita penyakit paru obstruksi kronik keluhan dirasakan pada saat melakukan aktifitas. 3. Riwayat kesehatan dahulu Untuk mendapatkan informas mengenai masalah pasiennya, adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, atau penyakit jantung akibat kebiasaan merokok, minum alkohol, riwayat penggunaan obat. 4. Riwayat kesehatan keluarga Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit herediter, yaitu adanya keluarga yang mempunyai riwayat asma, hipertensi, penyakit jantung, dan biasanya di gambarkan dengan genogram 3 generasi. b. Klasifikasi Data Data Subyektif : - KLien mengatakan sesak napas - Klien mengatakan batuknya berdahak - Klien mengatakan berat badannya menurun - Klien mengatakan kurang nafsu makan - Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas - Klien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas
  • 16. - Klien mengatakan cemas - Klien selalu bertanya tentang penyakitnya Data Obyektif : - Suara paru ronkhi disebelah dada kanan - Klien nampak batuk berdahak - Frekuensi napas cepat - Klien bernapas menggunakan otot – otot pernapsan - Klien nampak batuk - Porsi makan tidak dihabiskan - Badan tampak kurus - Berat badan menurun - Nampak aktivitas klien dibantu - Klien nampak sesak saat beraktivitas - Klien nampak gelisah - Klien selalu bertanya c. Analisa Data No 1 Symptom DS :  Klien mengatakan Etiology Terpapar polusi udara yang terus menerus sesak napas  Klien mengatakan batuknta berdahak  Klien mengataka Hypertrofi dan hyperplasia kelenjar mucus serta metaplasisel goblek sering batuk DO :  Suara paru Sekret terakumilasi pada jalan napas wheezing disebelah kanan  Batuknya berdahak  Terdapat retraksi Penurunan kemampuan untuk mengeluarkan secret Problem Bersihan jalan napas tidak efektif
  • 17. dinding dada  Nampak sesak naps Bersihan jalan napas tidak efektif  Frekwensi napas cepat 2 DS :  Klien mengatakan Infasi mikroorganisme dalam Gangguan tubuh kurang nafsu makan pemenuhan kebutuhan nutrisi  Klien mengatakan Meningkatkan aktivitas berat badannya seluler menurun DO :  Badan nampak Gangguan kebutuhan pemenuhan nutrisi kurus  Porsi makan tidak dihabiskan 3. DS :  Klien mengatakan Bersihan jalan napas tidak efektif tidak bisa beraktivitas  Klien mengatakan Akumulasi sekret pada jalan napas sesaknya bertambah saat beraktivitas Gangguan pertukaran gas DO :  Nampak aktivitas Peningkatan penggunaan klien dibantu energy untuk bernapas  Klien nampak sesak saat beraktivitas Penurunan energy cadangan Kelemahan Intoleransi aktivitas
  • 18. Intoleransi aktivitas d. Prioritas masalah 2. Bersihan jalan napas tidak efektif 3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 4. Intoleransi aktivitas B. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukkan sekresi pada jalan napas ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan sesak napas - Klien mengatakan batuk berdahak - Klien mengatakan sering batuk DO : - Suara paru ronkhi sebelah kanan - Batuknya berdahak - Respirasi 32x/ menit - Terdapat retraksi dinding dada - Nampak sesak napas b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan meningkatnya metabolisme berlebihan ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan kurang nafsu makan - Klien mengatakan berat badannya menurun DO : - Klien nampak kurus - BB menurun - Porsi makan tidak dihabiskan
  • 19. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan selama sakit aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat - Klien mengatak sesaknya bertambah saat beraktivitas DO : - Nampak aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat - Klien nampak sesak saat beraktivitas - C. PERENCANAAN No 1 Tujuan Tupan : Setelah diberikan tindakan Intervensi 1. Observasi tanda – tanda vital . keperawatan selama 7 hari pola napas kembali efektif. Tupen : pola napas berangsur – pernapasan. 3. Pertahankan posisi semi fowler. masih adanya masalah. 3. Posisi semi fowler 4. Anjurkan kepada klien untuk minum air  Tidak menggunakan hangat. pernapasan 2. Bunyi napas tidak normal menandakan  Sesak berkurang otot – otot intervensi 2. Auskultasi bunyi angsur membaik, dengan kriteria hasil : 1. Untuk menentukan selanjutnya. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari Rasional 5. Bimbing dan latih teknik napas dalam dapat mengurangi sesak. 4. Mengencerkan dahak agar mudah keluar. dan batuk efektif yang teratur. 6. Pemberian nebulizer sesuai indikasi. 5. Batuk tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif 7. Lanjutkan pemberian menyebabkan
  • 20. O2 sesuai intruksi dokter. frustasi. 6. Pemberian nebulizer dapat membantu pengenceran dahak. 7. O2 dapat mengurangi sesak dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen. 2 Tupan : 1. Observasi tingkat 1. Sebagai data dasar Setelah diberikan tindakan pemasukkan nutrisi untuk menentukan keperawatan selama 5 hari klien. intervensi gangguan pemenuhan 2. Hindarkan klien selanjutnya. kebutuhan nutrisi terpenuhi. untuk mengkonsumsi Tupen : makanan yang dapat merangsang batuk Setelah diberikan tindakan merangsang batuk. dapat meningkatkan keperawatan selama 1 hari nutrisi berangsur – adngsur frekwensi batuk 3. Berikan makanan terpenuhi, dengan kriteria pasien dalam porsi hasil : kecil tapi sering.  Nafsu makan baik  BB naik 2. Makanan yang lebih tinggi. 3. Mencegah klien cepat bosan terhadap makanan yang 4. Beri HE kepada klien dan keluarga tentang nutrisi. 5. Anjutkan pemberian diet TKTP. diberikan. 4. Agar dapat mengerti pentingnya nutrisi bagi tubuh. 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi. 3 Tupan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 5 hari 1. Observasi tingkat aktivitas klien. 2. Bantu klien intoleransi aktivitas teratasi. melakukan aktivitas Tupen : yang tidak dapat 1. Mengetahui batasan yang dapat dilakukan klien. 2. Dengan bantuan orang lain kebutuhan
  • 21. Stelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 hari dilakukan. 3. Libatkan keluarga ADL klien terpenuhi. intoleransi aktivitas dalam pemenuhan berangsur – angsur teratasi, ADL klien. ketergantungan 4. Anjurkan klien keluarga kepeda dengan kriteria hasil :  Aktivitas klien tidak dibantu lagi  Saat beraktivitas klien tidak sesak lagi. melakaukan aktivitas sesuai dengan kemempuannya. 5. Selingi periode aktivitas dengan istirahat. 3. Mengurangi petugas. 4. Aktivitas tang sesuai dapat mencegah kekakuan otot. 5. Mengurangi kerja otot meminimalkan penggunaan energy yang berlebihan. D. IMPLEMENTASI Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan dan respon klien.
  • 22. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan suatu istilah yang sering digunakan sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama yang ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utama. Faktor yang menyebabkan timbulnya PPOK yaitu kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja, dan riwayat infeksi saluran napas. B. Saran Semoga makalah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pernapasan, khususnya penyakit paru obstruksi kronik.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA http://www.Google.co.id Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses Penyakit. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Asih, Y., Effendi C., 2003. Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta. Brunner dan Suddarth., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. EGC Jakarta. Carpenito, L. J., 2000. Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta Doenges, E. M., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta