SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  28
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI KRISIS DAN TERMINAL
Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam
kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme
coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah.Ganggaun internal
yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh
individu sebagai ancaman. Selama krisis, individu kesulitan dalam melakukan
sesuatu, koping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan terjadi
peningkatan kecemasan.
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat
kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya
tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis
Konsep krisis :
1. Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis
2. Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik
3. Krisis bersifat personal
4. Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu )
5. Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan
membaik
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan
lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang
kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
Keadaan Terminal Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal
sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit
itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan.
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat
dekat dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
B. FAKTOR YANG BERPERNGARUH PADA KLIEN KRISIS
1. Pengalaman problem solving sebelumnya
2. Persepsi individu terhadap suatu masalah
3. Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain
4. Jumlah dan tipe krisis sebelumnya
5. Waktu terakhir mengalami krisis
6. Kelompok beresiko
7. Sense of mastery
8. Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi
terhadap keberhasilan koping dengan stress lain. Faktor perlindungan
antara lain kompetensi social, ketrampilan memecahkan masalah,
otonomi, berorientasi pada tujuan, ide belajar, dukungan keluarga,
dukungan social. Resilient ( individu yang tabah/ulet ) mempunyai harga
diri tinggi, berdaya guna, mempunyai keterampilan memecahkan
masalah, mempunyai kepuasan dalam hubungan interpersonal.
FAKTOR RESIKO
Wanita
Etnik minoritas
Kondisi social ekonomi rendah
Problematik predisaster functioning and personality
MACAM – MACAM KRISIS
1. Krisis maturasi/krisis perkembangan
Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan
Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap tahap perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya,
setiap tahap perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak
difasilitasi untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan. Misal :
Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi
orang tua, pensiun dll
2. Krisis situasional
Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba dan
tidak dapat dihindari yang mempunyai pengaruh besar terhadap
peran dan identitas seseorang
Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan
pekerjaan, putus sekolah, putus cinta, penyakit terminal,
kehamilan/kelahiran yang tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul
terhadap kehilangan adalah depresi
Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini
berhubungan dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang
menyelesaikan krisis perkembangan
3. Krisis social
Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang
diakibatkan kehilangan multiple dan perubahan lingkungan yang luas.
Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang.
Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006):
 Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor
eksternal
 Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan
yang normal yang diantisipasi secara berlebihan oleh individu saat
merasa kehilangan kendali
 Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh
stressor eksternal yang tidak diharapkan sehingga individu merasa
menyerah karena kurangnya atau bahkan tidak mempunyai control
diri.
 Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap
situasi yang mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik
kehidupan yang tidak dapat dipecahkan
 Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis,
schizophrenia, borderline personality
 Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami
kerusakan yang parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute
suicide, overdosis, psikosis akut, marah yang tidak terkontrol,
intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan halusinogenik
Tahap perkembangan krisis :
1. Fase 1
Individu dihadapkan pada stressor pemicu
Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving
yang biasa digunakan
2. Fase 2
Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik
problem solving sebelumnya
Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung
3. Fase 3
Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk
memecahkan masalah, baik internal maupun eksternal
Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif
terjadi resolusi
4. Fase 4
Kegagalan resolusi
Kecemasan berubah menjadi kondisi panic, menurunnya fungsi
kognitif, emosi labil, perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik
Jenis krisis
1. Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu
tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak
dari manja ke dewasa).
2. Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-
tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut
biasanya berkaitan dengan pengalaman kehilangan (misalnya., kematian
orang yang dicintai).
3. Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau
bencana alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan
negara.
Gejala Umum Individu yang Mengalami Krisis
 Gejala Fisik:
Keluhan somatik (mis., sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit)
Gangguan nafsu makan (mis., peningkatan atau penurunan berat badan
yang signifikan),Gangguan tidur (mis., insomnia, mimpi buruk) Gelisah;
sering menangis; iritabilitas
 Gejala Kognitif :
Konfusi sulit berkonsentrasi Pikiran yang kejar mengejar
Ketidakmampuan mengambil keputusan.
 Gejala Perilaku
Disorganisasi Impulsif ledakan kemarahan Sulit menjalankan
tanggung jawab peran yang biasa. Menarik diri dari interaksi sosial.
 Gejala Emosional
Ansietas; marah, merasa bersalah Sedih; depresi Paranoid; curiga
Putus asa; tidak berdaya.
C. TAHAP – TAHAP BERDUKA
Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka
yang dapat terjadi pada pasien menjelang ajal :
1. Denial ( pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia
tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan
mungkin mengingkarinya
2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan
bahwa ia akan meninggal
3. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba
menawar waktu untuk hidup
4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia
akan segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak
akan lama lagi bersama keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance ( penerimaan)
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima
kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.
D. TAHAP – TAHAP MENJELANG AJAL
Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap
menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:
1. Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang
sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak.
2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya
dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan
cita-citanya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan
dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi
dengan dirinya.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk
dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa
sedihnya sebelum meninggal.
5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi
yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat
menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik
bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan
keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:
Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik. Kematian yang pasti dengan waktu
tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.
Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien
dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.
Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian
Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek
menelan.
Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea,
muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg.
Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
Gerakan tubuh yang terbatas.
Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
Kemunduran dalam sensasi.
Cyanosis pada daerah ekstermitas.
Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga
dan hidung.
Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
Nadi lambat dan lemah.
Tekanan darah turun.
Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
Gangguan Sensoria.
Penglihatan kabur.
Gangguan penciuman dan perabaan.
Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal
Pupil mata melebar.
Tidak mampu untuk bergerak.
Kehilangan reflek.
Nadi cepat dan kecil.
Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
Tekanan darah sangat rendah.
Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
Tanda-tanda Meninggal secara klinis
Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui
perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968,
World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi
kematian, yaitu:
Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.
Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
Tidak ada reflek.
Gambaran mendatar pada EKG.
Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya
Terhadap Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
Closed Awareness/Tidak Mengerti Pada situasi seperti ini, dokter
biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa dan
prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini
sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering
kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan
dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan
pulang, dsbg.
Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun
merupakan beban yang berat baginya.
Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan
adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya,
walaupun dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan
kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat
akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.
Bantuan yang dapat Diberikan Bantuan Emosional
1. Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau
prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-
perasaannya.
2. Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar
mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam
merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai
orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan
menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan
sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
3. Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya
dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan
mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
4. Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih
baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan
tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal
dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5. Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa
pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal
mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong
dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
1. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan
diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit,
rambut, mulut, badan, dsbg.
2. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada
klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg.
Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi
nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan
Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan,
karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.
3. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih
baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida
sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang
drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
4. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur
untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika
diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien,
karena tonus otot sudah menurun.
5. Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi
nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian
makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena
terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia,
perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum
diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau
Intra Vena/Invus.
6. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat
terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant
perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan
inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur
atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan
kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
7. Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang.
Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu
merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas
dan tidak berbisik-bisik.
Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial Klien dengan dying akan
ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak
sosialnya, perawat dapat melakukan:
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk
bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya,
misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan
perlu diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan
kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan
klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien
apabila klien mampu membacanya.
Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual :
Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan
rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
PASIEN KRISIS
1) Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis
2) Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi
kebutuhan utama yang terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan
gejala-gejala yang dialami klien.
3) Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah
klien memiliki persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi,
dukungan situasional (mis, keluarga, teman, sumber daya finansial,
sumber daya spiritual, dukungan masyarakat), dan penggunaan
mekanisme koping.
4) Identifikasi kelebihan klien
5) Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi individu terhadap hal yang
terjadi (realistik atau terdistorsi)
6) Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala kognitif atau emosional
atas apa yang terjadi.
7) Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda
yang biasanya? = Gejala fisik, prilaku
8) Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan
kejadian ini dalam hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan
koping pada saat itu ? = Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan
koping yang digunakan
9) Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? =
Pengakuan individu atas kelebihannya
10)Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung
Anda? = Sistem pendukung dalam hidup Anda
11) Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis
tersebut ? = Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini.
B. DIAGNOSA
1. Gangguan citra tubuh
2. Ketegangan peran pemberi asuhan
3. Koping komunitas tidak efektif
4. Koping individu tidak efektif
5. Penyangkalan tidak efektif
6. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan
7. Disfungsi berduka
8. Respon pasca trauma
9. Ketidakberdayaan
10. Sindrom trauma perkosaan
11. Perubahan kinerja peran
12. Distres spiritual
13. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain
C. INTERVENSI
1. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam
menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti
sebelum krisis.
2. Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat,
atau gabungan dari itu. Individu yang mengalami krisis akan :
a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
b. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.
c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan
d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis.
f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk
PASIEN TERMINAL
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien yang sakit terminal, meliputi :
1. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Closed Awareness, suatu keadaan dimana klien dan keluarga tidak sadar
akan kemungkinan kematian, tidak dapat mengerti mengapa klien sakit
dan mereka yakin akan sembuh.
Mutual Pretense, suatu kondisi dimana klien, keluarga dan tenaga
kesehatan telah mengetahui prognosis penyakit dalam keadaan terminal,
namun mereka berusaha untuk tidak membicarakan atau menyinggung
tentang penyakitnya.
Open Awareness, suatu keadaan dimana klien dan orang sekitarnya
mengetahui akan adanya kematian dan merasa tenang untuk
mendiskusikannya walaupun itu dirasakan sulit, pada keadaan ini klien
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menentukan saat
terakhirnya.
Pengkajian yang harus dilakukan dari tingkat kesadaran ini, adalah :
Kaji apakah klien dan keluarga sadar bahwa klien dalam keadaan
terminal?
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien dan keluarga dalam
tingkatan closed awareness, mutual pretense, open awareness?
Kaji dalam tahap manakah pada proses kematian tersebut?
Kaji support sistem klien, misalnya keluarga atau orang terdekat?
Apakah klien masih mengekspresikan sesuatu yang belum
diselesaikan, finansial, emosional, legal?
Apakah koping yang positif pada klien?
2. Pengkajian Tanda – Tanda Klinis Menjelang Kematian
Tanda klinis menjelang kematian, adalah :
Kehilangan tonus otot, sehingga terjadi :
Relaksasi otot muka, sehingga dagu menjadi turun.
Kesulitan dalam berbicara, proses menelan, hilangnya reflek menelan.
Gerakan tubuh yang terbatas (tidak mampu bergerak).
Penurunan kegiatan GI Tract seperti nausea, vomiting, perut
kembung, konstipasi.
Penurunan kontrol spinkter urinari dan rectal.
Kelambatan dalam sirkulasi, berupa :
Kemunduran dalam sensasi.
Sianosis pada daerah ekstrimitas.
Kulit dingin, mula-mula daerah kaki, tangan, telinga dan kemudian
hidung.
Perubahan – perubahan tanda – tanda vital berupa :
Nadi lambat dan lemah (saat ajal nadi cepat dan kecil).
Penurunan tekanan darah (saat ajal tekanan darah sangat rendah).
Pernafasan cepat, dangkal, tidak teratur atau pernafasan dengan
mulut.
Gangguan sensori berupa :
Penglihatan kabur (saat ajal pupil melebar).
Gangguan dalam penciuman dan perabaan.
3. Pengkajian Tanda – Tanda Klinis Saat Ajal
Pupil melebar, tidak mampu bergerak, kehilangan refleks – refleks, nadi
cepat dan kecil, pernafasan cheyne stokes dan ngorok, tekanan darah
sangat rendah, mata dapat tertutup dan agak terbuka.
4. Pengkajian Tanda – Tanda Mati Secara Klinis
Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total, tidak adanya
gerakan dari otot khususnya pernafasan, tidak ada refleks, gambaran
mendatar pada EKG.
5. Pengkajian Individu atau Anggota Keluarga Pada Saat Klien Dengan Dying
• Reaksi kehilangan, ditandai dengan dada merasa tertekan, bernafas
pendek dan rasa tercekik.
• Faktor yang mempengaruhi terhadap reaksi kehilangan :
- Arti dari kehilangan yang tergantung kepada persepsi individu tentang
pengalaman kehilangan.
- Umur berpengaruh terhadap tingkat pengertian dan reaksi terhadap
kehilangan serta kematian.
- Kultur pada setiap suku/bangsa terhadap kehilangan berbeda-beda.
- Keyakinan spiritual, anggota keluarga dengan sakaratul maut melakukan
praktek spiritual dengan tata cara yang dilakukan sesuaI dengan agama
dan keyakinannya.
- Peranan seks, untuk laki-laki diharapkan kuat dan tidak memperlihatkan
kesedihan dan perempauan dianggap wajar atau dibolehkan untuk
mengekspresikan perasaannya atau kesedihannya (menangis) sepanjang
tidak mengganggu lingkungan sekitar (menangis dengan meraung – raung
atau merusak).
- Status sosial ekonomi, berpengaruh terhadap sistem penunjang, sehingga
akan berpengaruh pula terhadap rekasi kehilanga akibat adanya kematian.
6. Pengkajian Terhadap Reaksi Kematian dan Kehilangan ; Berduka Cita
• Karakteristik dari duka cita :
- Individu mengalami kesedihan dan merupakan reaksi dari shock dan
keyakinannya terhadap kehilangannya.
- Merasa hampa dan sedih.
- Ada rasa ketidak nyamanan, misalnya rasa tercekik dan tertekan pada
daerah dada.
- Membayangkan yang telah meninggal, merasa berdosa.
- Ada kecenderungan mudah marah.
• Tingkatan dari duka cita :
- Shock dan ketidak yakinan, karena salah satu anggota keluarga akan
meninggal, bahkan menolak seolah-olah masih hidup.
- Berkembangnya kesadaran akan kehilangan dengan perilaku sedih, marah
pada diri sendiri atau pada orang lain.
- Pemulihan, dimana individu sudah dapat menerima dan mau mengikuti
upacara keagamaan berhubungan dengan kematian.
- Mengatasi kehilangan yaitu dengan cara mengisi kegiatan sehari – hari
atau berdiskusi dengan orang lain mengenai permasalahannya.
- Idealisasi, dimana individu menyesal karena kurang memperhatikan
almarhum selama masih hidup dan berusaha menekan segala kejelekan dari
almarhum.
- Keberhasilan, tergantung dari seberapa jauh menilai dari obyek yang
hilang, tingkat ketergantungan kepada orang lain, tingkat hubungan sosial
dengan orang lain dan banyaknya pengalaman kesedihan yang pernah
dialami.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI (RENCANA
TINDAKAN KEPERAWATAN)
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan terakumulasinya sekret di
tenggorokan, ditandai dengan frekuensi nafas yang cepat, kadang – kadang
terdapat sianosis
Tujuan :
Pola nafas efektif
Intervensi :
- Kaji pola nafas klien.
- Observasi tanda – tanda vital setiap 1 jam (TD, nadi, respirasi).
- Lakukan suction bilamana perlu.
- Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan obat ekspectoran.
2. Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial
berhubungan dengan kondisi sakit terminal
Tujuan :
Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit
terminal
Intervensi :
- Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon
jika dIbutuhkan klien dan gali perasaan klien.
- Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup.
- Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan
menjelang.
- Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di
dekatnya.
- Perhatikan kenyamanan fisik klien.
3. Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan dan kehilangan
fungsi
Tujuan :
Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga diri dan
martabat klien
Intervensi :
- Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan.
- Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang lain.
- Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain hygiene, eliminasi.
- Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling berkunjung dan
melakukan hal – hal yang disenangi klien.
- Beri klien support dan biarkan klien memutuskan sesuatu untuk dirinya,
misalnya dalam hal perawatan.
4. Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan
terminal
Tujuan :
Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian
Intervensi :
- Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan lain – lain.
- Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut merasakan apa
yang dirasakan klien.
- Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari teman
dekat, keluarga ataupun keyakinan klien.
- Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti
penderitaan, kematian dan sekarat.
- Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih, takut
ataupun depresi, yakinkan bahwa perawat selalu siap membantu.
- Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi tentag
pengalaman – pengalaman klien yang menyenangkan.
5. Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti,
ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah
perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang cemas
Tujuan :
Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat
hidup
Intervensi :
- Kaji tingkat kecemasan klien.
- Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya.
- Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan
harapan hidup dengan tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk perawatan
dan pengobatan.
- Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
- Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama
dengan klien.
- Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan
mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi, misal
dengan menarik nafas dalam.
- Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya.
- Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan
kematian, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan
dirinya, menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya, menghindari
kontak sosial dengan keluarga/teman, marah terhadap orang lain maupun
perawat
Tujuan :
Koping individu positif
Intervensi :
- Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien.
- Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami
suatu kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan.
- Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan.
- Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan
mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian.
- Hindari barang – barang yang mungkin dapat membahayakan klien.
- Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup.
- Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum
menjelang ajal.
- Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya.
7. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
dalam melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai
dengan klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah
sholat
Tujuan :
Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan sholat dalam
keadaan sakit
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat.
- Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring.
- Ajarkan tata cara tayamum.
- Ajarkan kepada klien untuk berzikir.
- Datangkan seorang ahli agama.
8. Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan
Tujuan :
Membantu individu menangani kesedihan secara efektif
Intervensi :
- Motivasi keluarga untuk menverbalisasikan perasaan – perasaan antara
lain : sedih, marah dan lain – lain.
- Beri pengertian dan klarifikasi terhadap perasaan – perasaan anggota
keluarga.
- Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari – hari yang
dapat dilakukan.
- Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang realistis.
- Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan cara duduk
disamping keluarga, mendengarkan keluhan dengan tetap menghormati
klien serta keluarga.
- Berikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan upacara keagamaan
menjelang saat – saat kematian.
TUGAS : KEPERAWATAN JIWA II
DOSEN : ASMINARSIH, S. Kp, M.Kep
OLEH
KELOMPOK 4
CI KEPERAWATAN
RIAN RIZKI AMALIAH ARIFIN
RITMAYANG SARI ABBAS
SITI HASTARI
SRI HESTI
SRI WAHYUNI MT
SRI WAHYU NINGSIH
SUARNI
SUCI ADMA SARI ANDINI
STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2012
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/84602347/Askep-Krisis-LTM-FG-Kd4
http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-terminal_08.html
http://texbuk.bsplogot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-klien-
penyakit.html

Contenu connexe

Tendances

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJALASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJALpjj_kemenkes
 
Menjelang ajal Sakaratul Maut
Menjelang ajal Sakaratul MautMenjelang ajal Sakaratul Maut
Menjelang ajal Sakaratul MautSriH42
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminalValny Majid
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajalpjj_kemenkes
 
Dying & death
Dying & deathDying & death
Dying & deathiphee
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAmalia Senja
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianDidik Nurkantoro
 
Konsep dasar krisis
Konsep dasar krisisKonsep dasar krisis
Konsep dasar krisispurnamabela
 
asuhan kehilangan dan kematian
asuhan kehilangan dan kematianasuhan kehilangan dan kematian
asuhan kehilangan dan kematianMega Dwira
 
Manusia dan Penderitaan
Manusia dan PenderitaanManusia dan Penderitaan
Manusia dan Penderitaandidanputra1
 
Askep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berdukaAskep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berdukaadella01
 

Tendances (18)

KEMATIAN
KEMATIANKEMATIAN
KEMATIAN
 
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJALASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DAN MENJELANG AJAL
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 
Menjelang ajal Sakaratul Maut
Menjelang ajal Sakaratul MautMenjelang ajal Sakaratul Maut
Menjelang ajal Sakaratul Maut
 
Konsep pasien terminal
Konsep pasien terminalKonsep pasien terminal
Konsep pasien terminal
 
Kel. 4 askep pd pasien kritis & terminal
Kel. 4 askep pd pasien kritis & terminalKel. 4 askep pd pasien kritis & terminal
Kel. 4 askep pd pasien kritis & terminal
 
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang AjalAsuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Penyakit Terminal dan Menjelang Ajal
 
Dying & death
Dying & deathDying & death
Dying & death
 
Depresi makalah
Depresi makalahDepresi makalah
Depresi makalah
 
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berdukaAsuhan keperawatan kehilangan dan berduka
Asuhan keperawatan kehilangan dan berduka
 
Konsep kehilangan
Konsep kehilanganKonsep kehilangan
Konsep kehilangan
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
 
Konsep dasar krisis
Konsep dasar krisisKonsep dasar krisis
Konsep dasar krisis
 
asuhan kehilangan dan kematian
asuhan kehilangan dan kematianasuhan kehilangan dan kematian
asuhan kehilangan dan kematian
 
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNAAskep depresi AKPER PEMDA MUNA
Askep depresi AKPER PEMDA MUNA
 
Manusia dan Penderitaan
Manusia dan PenderitaanManusia dan Penderitaan
Manusia dan Penderitaan
 
Mania ji
Mania jiMania ji
Mania ji
 
Askep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berdukaAskep pada klien dengan kehilangan dan berduka
Askep pada klien dengan kehilangan dan berduka
 

En vedette (20)

Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Cerpen Tiara
Cerpen TiaraCerpen Tiara
Cerpen Tiara
 
Taubat
TaubatTaubat
Taubat
 
Belajar php 2015
Belajar php 2015Belajar php 2015
Belajar php 2015
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Circulation
CirculationCirculation
Circulation
 
SARCOSTEMMA ACIDUM
SARCOSTEMMA ACIDUMSARCOSTEMMA ACIDUM
SARCOSTEMMA ACIDUM
 
Alifatik aromatik
Alifatik aromatikAlifatik aromatik
Alifatik aromatik
 
Mitra Sunda - Mangle 2440
Mitra Sunda - Mangle 2440Mitra Sunda - Mangle 2440
Mitra Sunda - Mangle 2440
 
Simpulan bahasa untuk murid tahun dua
Simpulan bahasa untuk murid tahun duaSimpulan bahasa untuk murid tahun dua
Simpulan bahasa untuk murid tahun dua
 
Ambilkan bulan bu
Ambilkan bulan buAmbilkan bulan bu
Ambilkan bulan bu
 
alhilal bank
alhilal bankalhilal bank
alhilal bank
 
Keanekaragaman hayati lara
Keanekaragaman hayati laraKeanekaragaman hayati lara
Keanekaragaman hayati lara
 
Anamorfosis
AnamorfosisAnamorfosis
Anamorfosis
 
Calvinism
CalvinismCalvinism
Calvinism
 
Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...
Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...
Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...
 
GP Pengubatan Islam
GP Pengubatan IslamGP Pengubatan Islam
GP Pengubatan Islam
 
Boletin 2
Boletin 2Boletin 2
Boletin 2
 
Indofood Akuisisi Indolakto
Indofood Akuisisi IndolaktoIndofood Akuisisi Indolakto
Indofood Akuisisi Indolakto
 
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9iBab 2 sistem reproduksi kls 9i
Bab 2 sistem reproduksi kls 9i
 

Similaire à Tugaskyu jiwa,,, AKPER PEMKAB MUNA

Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdfsamsulmuarif39
 
manajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptx
manajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptxmanajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptx
manajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptxNandaMaisyuri1
 
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis  AKPER PEMKAB MUNA Kel. 2 askep pd pasien krisis  AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienNelthy Almarbertin
 
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan KematianKlien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematianpjj_kemenkes
 
Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA
Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA
Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docx
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docxLAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docx
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docxSiskasamlan
 
Seminar ansietas
Seminar ansietasSeminar ansietas
Seminar ansietassawir ana
 
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2ramlinurhali
 
Ansietas ppt
Ansietas pptAnsietas ppt
Ansietas pptnovri23
 
masa stress dan gender
masa stress dan gendermasa stress dan gender
masa stress dan genderwidyawira3
 

Similaire à Tugaskyu jiwa,,, AKPER PEMKAB MUNA (20)

Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan jiwa pasien dengan krisis AKPER PEMKAB MUNA
 
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
 
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
 
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 1 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
 
Kel. 1 askep pd pasien krisis
Kel. 1 askep pd pasien krisisKel. 1 askep pd pasien krisis
Kel. 1 askep pd pasien krisis
 
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
308137088-DAMPAK-SAKIT-DAN-DIRAWAT-DI-RUMAH-SAKIT-pptx.pdf
 
Stres dan adaptasi
Stres dan adaptasiStres dan adaptasi
Stres dan adaptasi
 
manajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptx
manajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptxmanajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptx
manajemen gangguan psikososial pada pasien kritis.pptx
 
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis  AKPER PEMKAB MUNA Kel. 2 askep pd pasien krisis  AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
 
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 2 askep pd pasien krisis AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasienAsuhan keperawatan pada pasien
Asuhan keperawatan pada pasien
 
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan KematianKlien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
Klien yang menghadapi kehilangan dan Kematian
 
Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA
Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA
Ptt. tugas jiwa bu asminarsih AKPER PEMKAB MUNA
 
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docx
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docxLAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docx
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 5B JIWA.docx
 
Seminar ansietas
Seminar ansietasSeminar ansietas
Seminar ansietas
 
Kel. 2 askep pd pasien krisis
Kel. 2 askep pd pasien krisisKel. 2 askep pd pasien krisis
Kel. 2 askep pd pasien krisis
 
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
Komunikasi terapeutik pada pasien dengan penyakit kronis 2
 
Ansietas ppt
Ansietas pptAnsietas ppt
Ansietas ppt
 
Mania ji AKPER PEMKAB MUNA
Mania ji AKPER PEMKAB MUNA Mania ji AKPER PEMKAB MUNA
Mania ji AKPER PEMKAB MUNA
 
masa stress dan gender
masa stress dan gendermasa stress dan gender
masa stress dan gender
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Plus de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Tugaskyu jiwa,,, AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. BAB I KONSEP MEDIS A. DEFENISI KRISIS DAN TERMINAL Suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme coping individu tersebut tidak dapat mecahkan masalah.Ganggaun internal yang disebabkan oleh kondisi penuh stress atau yang dipersepsikan oleh individu sebagai ancaman. Selama krisis, individu kesulitan dalam melakukan sesuatu, koping yang biasa digunakan tidak efektif lagi dan terjadi peningkatan kecemasan. Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis Konsep krisis : 1. Krisis terjadi pada semua individu, tidak selalu patologis 2. Krisis dipicu oleh peristiwa yang spesifik 3. Krisis bersifat personal 4. Krisis bersifat akut, tidak kronis, waktu singkat ( 4-6 minggu ) 5. Krisis berpotensi terhadap perkembangan psikologis atau bahkan akan membaik Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang . Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.
  • 2. Keadaan Terminal Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit / sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. B. FAKTOR YANG BERPERNGARUH PADA KLIEN KRISIS 1. Pengalaman problem solving sebelumnya 2. Persepsi individu terhadap suatu masalah 3. Adanya bantuan atau bahkan hambatan dari orang lain 4. Jumlah dan tipe krisis sebelumnya 5. Waktu terakhir mengalami krisis 6. Kelompok beresiko 7. Sense of mastery 8. Resilence; factor perlindungan berupa perilaku yang berkontribusi terhadap keberhasilan koping dengan stress lain. Faktor perlindungan antara lain kompetensi social, ketrampilan memecahkan masalah, otonomi, berorientasi pada tujuan, ide belajar, dukungan keluarga, dukungan social. Resilient ( individu yang tabah/ulet ) mempunyai harga diri tinggi, berdaya guna, mempunyai keterampilan memecahkan masalah, mempunyai kepuasan dalam hubungan interpersonal.
  • 3. FAKTOR RESIKO Wanita Etnik minoritas Kondisi social ekonomi rendah Problematik predisaster functioning and personality MACAM – MACAM KRISIS 1. Krisis maturasi/krisis perkembangan Dipicu oleh stressor normal dalam proses perkembangan Terjadi pada masa transisi proses pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tahap perkembangan tergantung pada tahap sebelumnya, setiap tahap perkembangan merupakan tahap krisis bila tidak difasilitasi untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan. Misal : Masuk sekolah, pubertas, menikah, meninggalan rumah, menjadi orang tua, pensiun dll 2. Krisis situasional Merupakan respon terhadap peristiwa traumatic yang tiba-tiba dan tidak dapat dihindari yang mempunyai pengaruh besar terhadap peran dan identitas seseorang Cenderung mengikuti proses kehilangan, seperti kehilangan pekerjaan, putus sekolah, putus cinta, penyakit terminal, kehamilan/kelahiran yang tidak diinginkan. Respon yang biasa mucul terhadap kehilangan adalah depresi Kesulitan dalam beradaptasi dengan krisis situasional ini berhubungan dengan kondisi dimana seseorang sedang berjuang menyelesaikan krisis perkembangan 3. Krisis social
  • 4. Krisis yang terjadi di luar kemampuan individu. Adanya situasi yang diakibatkan kehilangan multiple dan perubahan lingkungan yang luas. Contoh : terorisme, kebakaran, gempa bumi, banjir, perang. Tipe krisis yang lain (Townsend, 2006):  Dispisitional crises, merupakan respon akut terhadap stressor eksternal  Crises of anticipated life transition, suatu transisi siklus kehidupan yang normal yang diantisipasi secara berlebihan oleh individu saat merasa kehilangan kendali  Crises resulting from traumatic stress, krisis yang dipicu oleh stressor eksternal yang tidak diharapkan sehingga individu merasa menyerah karena kurangnya atau bahkan tidak mempunyai control diri.  Developmental crises, krisis yang terjadi sebagai respon terhadap situasi yang mencetuskan emosi yang berhubungan dengan konflik kehidupan yang tidak dapat dipecahkan  Crises reflecting psychopathology, misalnya neurosis, schizophrenia, borderline personality  Psychiatric emergency, krisis yang secara umum telah mengalami kerusakan yang parah terhadap fungsi kehidupan. Misalnya acute suicide, overdosis, psikosis akut, marah yang tidak terkontrol, intoksikasi alcohol, reaksi terhadap obat-obatan halusinogenik
  • 5. Tahap perkembangan krisis : 1. Fase 1 Individu dihadapkan pada stressor pemicu Kecemasan meningkat, individu menggunakan teknik problem solving yang biasa digunakan 2. Fase 2 Kecemasan makin meningkat karena kegagalan penggunan teknik problem solving sebelumnya Individu merasa tidak nyaman, tak ada harapan, bingung 3. Fase 3 Untuk mengatasai krisis individu menggunakan semua sumber untuk memecahkan masalah, baik internal maupun eksternal Mencoba menggunakan teknik problem solving baru, jika efektif terjadi resolusi 4. Fase 4 Kegagalan resolusi Kecemasan berubah menjadi kondisi panic, menurunnya fungsi kognitif, emosi labil, perilaku yang merefleksikan pola pikir psikotik Jenis krisis 1. Krisis perkembangan terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan (misalnya., beranjak dari manja ke dewasa). 2. Krisis situasional terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba- tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya berkaitan dengan pengalaman kehilangan (misalnya., kematian orang yang dicintai).
  • 6. 3. Krisis adventisius terjadi sebagai respons terhadap trauma berat atau bencana alam. Krisis ini dapat memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara. Gejala Umum Individu yang Mengalami Krisis  Gejala Fisik: Keluhan somatik (mis., sakit kepala, gastrointestinal, rasa sakit) Gangguan nafsu makan (mis., peningkatan atau penurunan berat badan yang signifikan),Gangguan tidur (mis., insomnia, mimpi buruk) Gelisah; sering menangis; iritabilitas  Gejala Kognitif : Konfusi sulit berkonsentrasi Pikiran yang kejar mengejar Ketidakmampuan mengambil keputusan.  Gejala Perilaku Disorganisasi Impulsif ledakan kemarahan Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa. Menarik diri dari interaksi sosial.  Gejala Emosional Ansietas; marah, merasa bersalah Sedih; depresi Paranoid; curiga Putus asa; tidak berdaya.
  • 7. C. TAHAP – TAHAP BERDUKA Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang dapat terjadi pada pasien menjelang ajal : 1. Denial ( pengingkaran ) Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya 2. Anger ( Marah ) Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan meninggal 3. Bergaining ( tawar-menawar ) Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu untuk hidup 4. Depetion ( depresi ) Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama keluarga dan teman-teman. 5. Acceptance ( penerimaan) Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.
  • 8. D. TAHAP – TAHAP MENJELANG AJAL Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu: 1. Menolak/Denial Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. 2. Marah/Anger Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. 3. Menawar/bargaining Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya. 4. Kemurungan/Depresi Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal. 5. Menerima/Pasrah/Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.
  • 9. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu: Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian Kehilangan Tonus Otot, ditandai: Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dsbg. Penurunan control spinkter urinari dan rectal. Gerakan tubuh yang terbatas. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai: Kemunduran dalam sensasi. Cyanosis pada daerah ekstermitas. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital Nadi lambat dan lemah. Tekanan darah turun. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur. Gangguan Sensoria.
  • 10. Penglihatan kabur. Gangguan penciuman dan perabaan. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal Pupil mata melebar. Tidak mampu untuk bergerak. Kehilangan reflek. Nadi cepat dan kecil. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok. Tekanan darah sangat rendah. Mata dapat tertutup atau agak terbuka. Tanda-tanda Meninggal secara klinis Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu: Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan. Tidak ada reflek. Gambaran mendatar pada EKG. Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap Kematian. Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type: Closed Awareness/Tidak Mengerti Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering
  • 11. kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi. Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut. Bantuan yang dapat Diberikan Bantuan Emosional 1. Pada Fase Denial Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan- perasaannya. 2. Pada Fase Marah Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
  • 12. 3. Pada Fase Menawar Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal. 4. Pada Fase Depresi Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien. 5. Pada Fase Penerimaan Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis 1. Kebersihan Diri Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan, dsbg. 2. Mengontrol Rasa Sakit Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan
  • 13. Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun. 3. Membebaskan Jalan Nafas Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen. 4. Bergerak Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun. 5. Nutrisi Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus. 6. Eliminasi Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur
  • 14. atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep. 7. Perubahan Sensori Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan: a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain. b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi. c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan merapikan diri. d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu membacanya. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual : Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
  • 15. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya.
  • 16. BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN PASIEN KRISIS 1) Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis 2) Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan utama yang terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang dialami klien. 3) Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan situasional (mis, keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya spiritual, dukungan masyarakat), dan penggunaan mekanisme koping. 4) Identifikasi kelebihan klien 5) Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi individu terhadap hal yang terjadi (realistik atau terdistorsi) 6) Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala kognitif atau emosional atas apa yang terjadi. 7) Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda yang biasanya? = Gejala fisik, prilaku 8) Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan kejadian ini dalam hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping pada saat itu ? = Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan koping yang digunakan 9) Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? = Pengakuan individu atas kelebihannya
  • 17. 10)Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung Anda? = Sistem pendukung dalam hidup Anda 11) Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis tersebut ? = Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini. B. DIAGNOSA 1. Gangguan citra tubuh 2. Ketegangan peran pemberi asuhan 3. Koping komunitas tidak efektif 4. Koping individu tidak efektif 5. Penyangkalan tidak efektif 6. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan 7. Disfungsi berduka 8. Respon pasca trauma 9. Ketidakberdayaan 10. Sindrom trauma perkosaan 11. Perubahan kinerja peran 12. Distres spiritual 13. Resiko kekerasan pada diri sendiria/orang lain C. INTERVENSI 1. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti sebelum krisis. 2. Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat, atau gabungan dari itu. Individu yang mengalami krisis akan : a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis b. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.
  • 18. c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis. f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk PASIEN TERMINAL A. PENGKAJIAN Pengkajian pada klien yang sakit terminal, meliputi : 1. Pengkajian Tingkat Kesadaran Closed Awareness, suatu keadaan dimana klien dan keluarga tidak sadar akan kemungkinan kematian, tidak dapat mengerti mengapa klien sakit dan mereka yakin akan sembuh. Mutual Pretense, suatu kondisi dimana klien, keluarga dan tenaga kesehatan telah mengetahui prognosis penyakit dalam keadaan terminal, namun mereka berusaha untuk tidak membicarakan atau menyinggung tentang penyakitnya. Open Awareness, suatu keadaan dimana klien dan orang sekitarnya mengetahui akan adanya kematian dan merasa tenang untuk mendiskusikannya walaupun itu dirasakan sulit, pada keadaan ini klien diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam menentukan saat terakhirnya. Pengkajian yang harus dilakukan dari tingkat kesadaran ini, adalah : Kaji apakah klien dan keluarga sadar bahwa klien dalam keadaan terminal? Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien dan keluarga dalam tingkatan closed awareness, mutual pretense, open awareness? Kaji dalam tahap manakah pada proses kematian tersebut?
  • 19. Kaji support sistem klien, misalnya keluarga atau orang terdekat? Apakah klien masih mengekspresikan sesuatu yang belum diselesaikan, finansial, emosional, legal? Apakah koping yang positif pada klien? 2. Pengkajian Tanda – Tanda Klinis Menjelang Kematian Tanda klinis menjelang kematian, adalah : Kehilangan tonus otot, sehingga terjadi : Relaksasi otot muka, sehingga dagu menjadi turun. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan, hilangnya reflek menelan. Gerakan tubuh yang terbatas (tidak mampu bergerak). Penurunan kegiatan GI Tract seperti nausea, vomiting, perut kembung, konstipasi. Penurunan kontrol spinkter urinari dan rectal. Kelambatan dalam sirkulasi, berupa : Kemunduran dalam sensasi. Sianosis pada daerah ekstrimitas. Kulit dingin, mula-mula daerah kaki, tangan, telinga dan kemudian hidung. Perubahan – perubahan tanda – tanda vital berupa : Nadi lambat dan lemah (saat ajal nadi cepat dan kecil). Penurunan tekanan darah (saat ajal tekanan darah sangat rendah). Pernafasan cepat, dangkal, tidak teratur atau pernafasan dengan mulut. Gangguan sensori berupa : Penglihatan kabur (saat ajal pupil melebar). Gangguan dalam penciuman dan perabaan.
  • 20. 3. Pengkajian Tanda – Tanda Klinis Saat Ajal Pupil melebar, tidak mampu bergerak, kehilangan refleks – refleks, nadi cepat dan kecil, pernafasan cheyne stokes dan ngorok, tekanan darah sangat rendah, mata dapat tertutup dan agak terbuka. 4. Pengkajian Tanda – Tanda Mati Secara Klinis Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total, tidak adanya gerakan dari otot khususnya pernafasan, tidak ada refleks, gambaran mendatar pada EKG. 5. Pengkajian Individu atau Anggota Keluarga Pada Saat Klien Dengan Dying • Reaksi kehilangan, ditandai dengan dada merasa tertekan, bernafas pendek dan rasa tercekik. • Faktor yang mempengaruhi terhadap reaksi kehilangan : - Arti dari kehilangan yang tergantung kepada persepsi individu tentang pengalaman kehilangan. - Umur berpengaruh terhadap tingkat pengertian dan reaksi terhadap kehilangan serta kematian. - Kultur pada setiap suku/bangsa terhadap kehilangan berbeda-beda. - Keyakinan spiritual, anggota keluarga dengan sakaratul maut melakukan praktek spiritual dengan tata cara yang dilakukan sesuaI dengan agama dan keyakinannya. - Peranan seks, untuk laki-laki diharapkan kuat dan tidak memperlihatkan kesedihan dan perempauan dianggap wajar atau dibolehkan untuk mengekspresikan perasaannya atau kesedihannya (menangis) sepanjang tidak mengganggu lingkungan sekitar (menangis dengan meraung – raung atau merusak). - Status sosial ekonomi, berpengaruh terhadap sistem penunjang, sehingga akan berpengaruh pula terhadap rekasi kehilanga akibat adanya kematian.
  • 21. 6. Pengkajian Terhadap Reaksi Kematian dan Kehilangan ; Berduka Cita • Karakteristik dari duka cita : - Individu mengalami kesedihan dan merupakan reaksi dari shock dan keyakinannya terhadap kehilangannya. - Merasa hampa dan sedih. - Ada rasa ketidak nyamanan, misalnya rasa tercekik dan tertekan pada daerah dada. - Membayangkan yang telah meninggal, merasa berdosa. - Ada kecenderungan mudah marah. • Tingkatan dari duka cita : - Shock dan ketidak yakinan, karena salah satu anggota keluarga akan meninggal, bahkan menolak seolah-olah masih hidup. - Berkembangnya kesadaran akan kehilangan dengan perilaku sedih, marah pada diri sendiri atau pada orang lain. - Pemulihan, dimana individu sudah dapat menerima dan mau mengikuti upacara keagamaan berhubungan dengan kematian. - Mengatasi kehilangan yaitu dengan cara mengisi kegiatan sehari – hari atau berdiskusi dengan orang lain mengenai permasalahannya. - Idealisasi, dimana individu menyesal karena kurang memperhatikan almarhum selama masih hidup dan berusaha menekan segala kejelekan dari almarhum. - Keberhasilan, tergantung dari seberapa jauh menilai dari obyek yang hilang, tingkat ketergantungan kepada orang lain, tingkat hubungan sosial dengan orang lain dan banyaknya pengalaman kesedihan yang pernah dialami.
  • 22. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI (RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN) 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan terakumulasinya sekret di tenggorokan, ditandai dengan frekuensi nafas yang cepat, kadang – kadang terdapat sianosis Tujuan : Pola nafas efektif Intervensi : - Kaji pola nafas klien. - Observasi tanda – tanda vital setiap 1 jam (TD, nadi, respirasi). - Lakukan suction bilamana perlu. - Kolaborasi dalam pemberian oksigen dan obat ekspectoran. 2. Merasa kehilangan harapan hidup dan terisolasi dari lingkungan sosial berhubungan dengan kondisi sakit terminal Tujuan : Klien merasa tenang menghadapi sakaratul maut sehubungan dengan sakit terminal Intervensi : - Dengarkan dengan penuh empati setiap pertanyaan dan berikan respon jika dIbutuhkan klien dan gali perasaan klien. - Berikan klien harapan untuk dapat bertahan hidup. - Bantu klien menerima keadaannya sehubungan dengan ajal yang akan menjelang. - Usahakan klien untuk dapat berkomunikasi dan selalu ada teman di dekatnya. - Perhatikan kenyamanan fisik klien.
  • 23. 3. Kehilangan harga diri berhubungan dengan penurunan dan kehilangan fungsi Tujuan : Mempertahankan rasa aman, tenteram, percaya diri, harga diri dan martabat klien Intervensi : - Gali perasaan klien sehubungan dengan kehilangan. - Perhatikan penampilan klien saat bertemu dengan orang lain. - Bantu dan penuhi kebutuhan dasar klien antara lain hygiene, eliminasi. - Anjurkan keluarga dan teman dekat untuk saling berkunjung dan melakukan hal – hal yang disenangi klien. - Beri klien support dan biarkan klien memutuskan sesuatu untuk dirinya, misalnya dalam hal perawatan. 4. Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal Tujuan : Mengurangi rasa takut, depresi dan kesepian Intervensi : - Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan sedih, marah dan lain – lain. - Perhatikan empati sebagai wujud bahwa perawat turut merasakan apa yang dirasakan klien. - Bantu klien untuk mengidentifikasi sumber koping, misalnya dari teman dekat, keluarga ataupun keyakinan klien. - Berikan klien waktu dan kesempatan untuk mencerminkan arti penderitaan, kematian dan sekarat. - Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan tingkah laku sedih, takut ataupun depresi, yakinkan bahwa perawat selalu siap membantu. - Lakukan hubungan interpersonal yang baik dan berkomunikasi tentag
  • 24. pengalaman – pengalaman klien yang menyenangkan. 5. Cemas berhubungan dengan kemungkinan sembuh yang tidak pasti, ditandai dengan klien selalu bertanya tentang penyakitnya, adakah perubahan atau tidak (fisik), raut muka klien yang cemas Tujuan : Klien tidak cemas lagi dan klien memiliki suatu harapan serta semangat hidup Intervensi : - Kaji tingkat kecemasan klien. - Jelaskan kepada klien tentang penyakitnya. - Tetap mitivasi (beri dukungan) kepada klien agar tidak kehilangan harapan hidup dengan tetap mengikuti dan mematuhi petunjuk perawatan dan pengobatan. - Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan. - Datangkan seorang klien yang lain yang memiliki penyakit yang sama dengan klien. - Ajarkan kepada klien dalam melakukan teknik distraksi, misal dengan mendengarkan musik kesukaan klien atau dengan teknik relaksasi, misal dengan menarik nafas dalam. - Beritahukan kepada klien mengenai perkembangan penyakitnya. - Ikut sertakan klien dalam rencana perawatan dan pengobatan. 6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak menerima akan kematian, ditandai dengan klien yang selalu mengeluh tentang keadaan dirinya, menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya, menghindari kontak sosial dengan keluarga/teman, marah terhadap orang lain maupun perawat
  • 25. Tujuan : Koping individu positif Intervensi : - Gali koping individu yang positif yang pernah dilakukan oleh klien. - Jelaskan kepada klien bahwa setiap manusia itu pasti akan mengalami suatu kematian dan itu telah ditentukan oleh Tuhan. - Anjurkan kepada klien untuk tetap berserah diri kepada Tuhan. - Perawat maupun keluarga haruslah tetap mendampingi klien dan mendengarkan segala keluhan dengan rasa empati dan penuh perhatian. - Hindari barang – barang yang mungkin dapat membahayakan klien. - Tetap memotivasi klien agar tidak kehilangan harapan untuk hidup. - Kaji keinginan klien mengenai harapa untuk hidup/keinginan sebelum menjelang ajal. - Bantu klien dalam mengekspresikan perasaannya. 7. Distress spiritual berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dalam melaksanakan alternatif ibadah sholat dalam keadaan sakit ditandai dengan klien merasa lemah dan tidak berdaya dalam melakukan ibadah sholat Tujuan : Kebutuhan spiritual dapat terpenuhi yaitu dapat melakukan sholat dalam keadaan sakit Intervensi : - Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai ibadah sholat. - Ajarkan pada klien cara sholat dalam keadaan berbaring. - Ajarkan tata cara tayamum. - Ajarkan kepada klien untuk berzikir. - Datangkan seorang ahli agama.
  • 26. 8. Inefektif koping keluarga berhubungan dengan kehilangan Tujuan : Membantu individu menangani kesedihan secara efektif Intervensi : - Motivasi keluarga untuk menverbalisasikan perasaan – perasaan antara lain : sedih, marah dan lain – lain. - Beri pengertian dan klarifikasi terhadap perasaan – perasaan anggota keluarga. - Dukung keluarga untuk tetap melakukan aktivitas sehari – hari yang dapat dilakukan. - Bantu keluarga agar mempunyai pengaharapan yang realistis. - Berikan rasa empati dan rasa aman dan tenteram dengan cara duduk disamping keluarga, mendengarkan keluhan dengan tetap menghormati klien serta keluarga. - Berikan kesempatan pada keluarga untuk melakukan upacara keagamaan menjelang saat – saat kematian.
  • 27. TUGAS : KEPERAWATAN JIWA II DOSEN : ASMINARSIH, S. Kp, M.Kep OLEH KELOMPOK 4 CI KEPERAWATAN RIAN RIZKI AMALIAH ARIFIN RITMAYANG SARI ABBAS SITI HASTARI SRI HESTI SRI WAHYUNI MT SRI WAHYU NINGSIH SUARNI SUCI ADMA SARI ANDINI STIKES MANDALA WALUYA KENDARI 2012