1. Unsafe Abortion
UNSAFE ABORTION
By Eny Retna Ambarwati
Sudah menjadi rahasia umum, tindakan unsafe abortion yang sering
dilakukan wanita seperti melakukan kekerasan fisik seperti berlari, naik
sepeda atau naik kuda. Jika tindakan pertama tidak berhasil, maka wanita
tersebut melakukan tindakan kedua dengan cara mengonsumsi obat-
obatan yang dapat menggugurkan kandungan. Misalnya, wanita tersebut
sengaja mengonsumsi obat-obatan yang dilarang untuk wanita hamil. Bisa
juga dengan cara mengonsumsi obat tradisional seperti nenas muda.
Tindakan unsafe abortion seperti ini diperkirakan banyak dilakukan
keluarga miskin yang tidak ingin menambah anak. Tanpa mereka sadari,
unsafe abortion dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan reproduksi
bahkan mengakibatkan kematian bagi kaum ibu.
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta
kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) (WHO, 1998). Sekitar
13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh
komplikasi aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindak aborsi
tidak aman) di antaranya terjadi di negara-negara berkembang (Safe
Motherhood 200; 28(1)).
Tabel
Aborsi yang Tidak Aman: Perkiraan per Wilayah, per tahun
Wilayah Jumlah
aborsi yang
tidak aman
Jumlah kematian
akibat aborsi yang
tidak aman
% kematian ibu
akibat aborsi yang
tidak aman
Dunia 20.000.000 78.000 13
Negara
Berkembang
19.000.000 77.500 13
Asia* 9.900.000 38.500 12
2. Asia
Tenggara
2.800.000 8.100 15
Negara maju 900.000 500 13
Sumber : WHO, 1998
A.DEFINISI
1. Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda
dimana pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup
keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
2.Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga
kurang terampil (tenaga medis/non medis), alat tidak memadai,
lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO, 1998).
3. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi
dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan,
hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain.
Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga
atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan
pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan
resikonya.
B.ALASAN WANITA TIDAK MENGINGINKAN KEHAMILANNYA
1.Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2.Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
3.Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban
ekonomi.
3. 5.Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
6.Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
7.Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
C. CIRI – CIRI UNSAFE ABORTION
1.Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
2.Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3.Kurangnya fasilitas dan sarana
4.Status ilegal
D. DAMPAK
1.Dampak sosial.
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
2.Dampak kesehatan.
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
3.Dampak psikologis.
Trauma
E.PERAN BIDAN DALAM MENCEGAH UNSAFE ABORTION
1.Sex education
2.Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
3.Peningkatan sumber daya manusia
4.Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
4. F. ABORSI DILAKUKAN AMAN APABILA
1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan
berpengalaman melakukan aborsi
2.Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak
3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina
atau rahim harus steril atau tidak trcemar kuman dan bakteri.
4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir
kali mendapat haid.
Referensi :
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.
Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of
Pediatrics). EGC. Jakarta.
Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan
Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.
Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.
Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina
Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat
Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
5. unsafe abortion
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindakan unsafe abortion yang sering dilakukan wanita seperti melakukan kekerasan
fisik seperti berlari, naik sepeda atau naik kuda. Jika tindakan pertama tidak berhasil, maka
wanita tersebut melakukan tindakan kedua dengan cara mengonsumsi obat-obatan yang dapat
menggugurkan kandungan. Misalnya, wanita tersebut sengaja mengonsumsi obat-obatan
yang dilarang untuk wanita hamil. Bisa juga dengan cara mengonsumsi obat tradisional
seperti nenas muda.
Tindakan unsafe abortion seperti ini diperkirakan banyak dilakukan keluarga miskin
yang tidak ingin menambah anak. Tanpa mereka sadari, unsafe abortion dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan reproduksi bahkan mengakibatkan kematian bagi kaum ibu.
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian aborsi yang tidak
aman (unsafe abortion) (WHO, 1998). Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh
dunia diakibatkan oleh komplikasi aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindak
aborsi tidak aman) di antaranya terjadi di negara-negara berkembang
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui tentang apa yang dimaksud Unsafe Aborsi
∂ Agar pembaca dapat memahami tentang materi Unsafe Abortus dan,dapat melanjutkan
apabila akan dibahas lebih lanjut.
∂ Untuk memenuhi tugas mata kuliah ASKEB V Komunitas.
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai,
sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. (Bidan Menyongsong
Masa Depan, PP IBI)
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan
tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga
dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.( Behrman Kliegman Arvin)
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil
(tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
(WHO). 1998)
Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan
darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari
tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis
tertentu.
Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa setiap orang dilarang
melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan indikasi kedaruratan media yang dideteksi
sejak usia dini kehamilan dan aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah
wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab
sera bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk
menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat
rancu dan membingungkan masyarakat dan kalangan medis.
2.2 PENYEBAB UNSAFE ABORTION
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan
kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti :
1. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
7. 2. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
7. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
2.3 METODE UNSAFE ABORTION
Metode aborsi yang tidak aman yang umumnya digunakan di berbagai negara bervariasi,
dari metode teknik medis lanjut yang digunakan oleh dokter sampai teknik tradisional
berbahaya yang digunakan oleh dukun, teman, atau tetangga yang menolong atau oleh wanita
hamil itu sendiri.
Untuk para pelaku abortus yang tidak profesional, upaya yang dilakukan antara lain
adalah memasukkan cairan ke dalam uterus. Cairan yang digunakan bervariasi, mulai dari air
sabun sampai disinfektan rumah tangga yang dimasukkan melalui semprotan ataupun alat
suntik. Di beberapa negara juga menggunakan pasta yang bersifat abortif yang mengandung
zat iritatif.
Sediaan jamu dan obat-obatan per oral juga sering digunakan. Berbagai jamu dan obat
yang diduga bersifat abortif dapat ditemukan di pasaran bebas di negara-negara
berkembang. Di Bangladesh, obat-obat tersebut kemungkinan mengandung air raksa.
Metode lain yang relatif lebih berbahaya adalah memasukkan alat atau benda asing
ke dalam rongga rahim. Di India digunakan pucuk wortel yang telah dikeringkan; di Philipin
alat tesebut adalah pisang atau daun tumbuh-tumbuhan lokal kalachulchi. Di Ghana,
digunakan ranting pohon comelina yang jika dimasukkan ke dalam rahim akan menyerap air
dan mengembang membuka leher rahim serta menyebabkan abortus. Jenis lain adalah
tanaman Jatropha yang mengandung bahan kimia korosif yang dapat menyebabkan abortus.
Di Amerika latin, upaya abortus dilakukan dengan memasukkan ujung kateter yang lentur ke
dalam rongga rahim. Ujung yang lain diikatkan di pangkal paha. Wanita tersebut kemudian
disuruh berjalan sehingga ujung kateter yang berada di dalam rongga rahim bergoyang-
goyang menggangu isi rahim dan merangsang abortus. Ada pula yang menggnakan cairan
kina yang toksik pada bayi dan si ibu. Ada juga para wanita yang melakukan sendiri dengan
8. memasukkan plastik berongga ke dalam rongga rahim, kemudian memasukkan alat atau
kawat melalui plastik tersebut untuk mengorek rongga rahim.
2.4 CIRI – CIRI UNSAFE ABORTION
1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3. Kurangnya fasilitas dan sarana
4. Status illegal
2.5 DAMPAK UNSAFE ABORTION
1. Dampak sosial.
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
2. Dampak kesehatan.
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
3. Dampak psikologis.
Trauma
2.6 KOMPLIKASI UNSAFE ABORTION
Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak aman
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan misalnya dengan melakukan abortus provokatus
oleh dukun, dengan meminum jamu-jamuan, ramuan.
Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO yaitu pengakhiran
kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara yang mempunyai resiko tinggi terhadap
keselamatan jiwa perempuan tersebut sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai
pengetahuan dan ketrampilan yang sangat diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak
memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan medis tersebut.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko infeksi,
perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan perforasi yang pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan pertolongan yang segera.
9. Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat kesejahteraan
penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan kegagalan pemerintah dan masyarakat
untuk mengurangi risiko kematian ibu. Peningkatan kualitas perempuan merupakan salah
satu syarat pembangunan sumber daya manusia.
Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah
dengan menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat
dimungkinkan bila pemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana yang
berkualitas dilengkapi dengan konseling.
Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui
komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang
penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan
klien, tanpa menghakimi. Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan
pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu
disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan menggunakan
kontrasepsi.
Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada
‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.
2.7 HUKUM TENTANG UNSAFE ABORTION
Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang menggugurkan
kandungan seorang wanita, juga wanita yang digugurkan kandungannya. Sedangkan dalam
praktek yang tidak dihukum adalah dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis,
yaitu dengan tujuan untuk menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang
bersangkutan.
Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita yang merupakan
peninggalan masa kolonialisasi Belanda melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan
apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan pasal 299
intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada siapa saja yang
memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.
2.8 PENANGANAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN
Konseling remaja tersebut dan keluarga agar diusahakan untuk dinikahkan, untuk
mengurangi beban psikologis
10. Meneruskan kehamilan yang tidak diinginkan sampai dengan aterm dan sampai
terjadi persalinan. Setelah bayi tersebut lahir maka anak tersebut dapat diasuh sendiri (single
parent) apabila hanya mempunyai orang tua tunggal, misalnya tidak diketahui ayah dari anak
yang tidak diinginkan tersebut. Atau apabila tidak bisa maupun tidak sanggup untuk
mengasuh dan merawat, maka anak dapat diasuh oleh keluarga lain, dapat dititipkan di panti
asuhan, diadopsi oleh keluarga lain.
Bagi pasangan suami istri yang karena gagal KB maka dilakukan konseling untuk
tetap meneruskan kehamilan dengan memperhatikan segi sosial ekonomi yang
melatarbelakanginya.
Untuk kehamilan yang tidak diinginkan yang tidak menghendaki untuk melanjutkan
kehamilannya dapat melakukan induksi haid secara aman (istilah halus dari Safe Abortion).
2.9 PERAN DIDAN DALAM MENANGANI UNSAFE ABORTION
1. Sex education
2. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
3. Peningkatan sumber daya manusia
4. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
2.10 ABORSI DILAKUKAN AMAN APABILA
1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yang benar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan
aborsi
2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak.
3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril atau
tidak trcemar kuman dan bakteri.
4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.
BAB III
PENUTUP
3 Kesimpulan
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai,
11. sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Aborsi tidak aman tidak selalu
sama dengan aborsi ilegal. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai.
Masalahnya tiap perempuan mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan
hukumpun terlihat tidak akomodatif terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah
kehamilan paksa akibat perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB.
Larangan aborsi berakibat pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion),
Saran
seorang wanita
Jika anda sedang memikirkan untuk melakukan aborsi, tenangkan pikiran anda. Aborsi
bukanlah suatu solusi sama sekali. Aborsi akan membuahkan masalah-masalah baru yang
bahkan lebih besar lagi bagi anda – di dunia dan di akhirat.
Ada beberapa pihak yang dapat diminta bantuannya dalam hal menangani masalah
aborsi ini, yaitu:
1. Keluarga dekat atau anggota keluarga lain.
2. Saudara-saudara seiman.
DAFTAR PUSTAKA
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.
Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC.
Jakarta.
Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga.
Depkes. Jakarta.
Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi
Kesehatan.
12. Unsafe Abortion
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jumlah aborsi yang tidak aman sangat tinggi. Aborsi yang tidak aman ini
meningkatkan AKI di Indonesia. Bukan remaja saja yang mengalaminya karena kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, ibu-ibu pun banyak yang mengalami aborsi yang
tidak aman dikarenakan kehamilan yang tidak diinginkan yang disebabkan kurangnya
pemahaman terhadap bahaya aborsi.
Oleh karena itu, kita sebagai calon bidan dan sebagai bidan harus mampu mengurangi
tindakan aborsi yang tidak aman dengan memberikan pendekatan, konseling, dan penyuluhan
kepada remaja dan ibu-ibu serta meningkatkan kemampuan dalam melakukan praktik
kebidanan yang aman. Agar kasus unsafe abortion yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang kurang kompeten, dan oleh non tenaga kesehatan tidak terjadi lagi.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui ciri-ciri aborsi yang tidak aman.
b. Untuk mengetahui penyebab dan akibat dari aborsi yang tidak aman.
c. Untuk mengetahui pencegahan, penanganan dari aborsi yang tidak aman.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun hasil yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mengetahui ciri-ciri aborsi yang tidak aman.
b. Mahasiswa mengetahui penyebab dan akibat dari aborsi yang tidak aman.
c. Mahasiswa mengetahui pencegahan dan penanganan dari aborsi yang tidak am
13. BAB II
ISI
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Aborsi
Aborsi merupakan upaya penghentian kehamilan ketika janin belum dapat hidup di luar
kandungan.
Aborsi menurut KUHP : Pengeluaran hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya sebelum masa kehamilan yang lengkap tercapai (37-42 minggu).
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (berat kurang dari
500 gram atau kurang dari 20 minggu).
Menurut perspektif medis aborsi adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya
ovum yang telah dibuahi dalam uterus sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Menurut Berkow dan Tallbott (1977) aborsi adalah keluarnya janin ketika
beratnya masih kurangdari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Berikut ini terdapat beberapa jenis aborsi :
1. Abortus Spontanea : Abortus yang berlangsung tanpa tindakan, kecelakaan atau sebab –sebab
alami, yaitu :
a. Abortus Imminens : Peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus Insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus Inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
d. Abortus Kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus Provokatus/Induced abortion atau procured abortion :
a. Abortus yang sengaja dibuat atau disengaja.
b. Abortus provokatus dibagi menjadi beberapa bagian :
Therapeutic Abortion : Pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam
kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.
Eugenic Abortion : Pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
Tindakan aborsi terdiri dari :
14. 1. Aborsi buatan / sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu
sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana
aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun)
2. Aborsi medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi
medis. Misalnya, calon ibu yang sedang hamil mempunyai penyakit jantung parah yang dapat
membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Kejadian aborsi pada perempuan berkisar antara 750.000 sampai 2 juta
pertahunnya (Hull,1993).
2.1.2 Pengertian Unsafe Abortion / Aborsi yang Tidak Aman
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan
oleh orang yang tidak terlatih / kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai,
sehingga menimbulkan banyak komplikasi
bahkan menyebabkan kematian.
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan
tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga
dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.
Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil
(tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan
(WHO, 1998).
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan
kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti
korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan
dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon
ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan
resikonya.
Jumlah klien yang mencari pelayanan aborsi 1.434 orang. Presentasi klien
yang mencari pelayanan aborsisetelah melakukan tindakan aborsi sebelumnya
sebesar 67,2%. Sedangkan klien yang mempunyai pengalamanaborsi sebelumnya
(repeated abortion) sebesar 20,5% (YKKP, 2004)
WHO memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000 – 1,5 juta
dilakukan di Indonesia, 2.500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Wijono, 2000).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 : Aborsi memberi kontribusi 11,1%
15. terhadap Angka kematian Ibu (AKI) , sedangkan menurut Rosenfield dan Fathalla (1990)
sebesar 10% (Wijono, 2000).
Aborsi menyumbang kurang lebih 10 persen angka kematian ibu. Prevalensinya di
Indonesia mencapai 2,3 juta tindakan aborsi pertahun.
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian aborsi
yang tidak aman (unsafe abortion) dari 46 juta kejadian aborsi per tahun (WHO, 1998). 800
wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman. Sekitar 13% dari jumlah
total kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi aborsi yang tidak aman. 95%
(19 dari setiap 20 tindak aborsi tidak aman) di antaranya terjadi di negara-negara berkembang
(Safe Motherhood 200; 28(1)).
Tabel
Aborsi yang Tidak Aman: Perkiraan per Wilayah, per tahun
Wilayah Jumlah aborsi
yang tidak
aman
Jumlah kematian
akibat aborsi yang
tidak aman
% kematian ibu
akibat aborsi yang
tidak aman
Dunia 20.000.000 78.000 13
Negara
Berkembang
19.000.000 77.500 13
Asia* 9.900.000 38.500 12
Asia Tenggara 2.800.000 8.100 15
Negara maju 900.000 500 13
Sumber : WHO, 1998
16. 2.2 Penyebab Unsafe Abortion
a. Faktor yang menyebabkan unsafe abortion, antara lain :
1. Kehamilan yang terjadi akibat pemerkosaan.
2. Masalah ekonomi.
3. Alasan karir atau masih sekolah ( karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang dianggap
dapat menghambat karir atau kegiatan belajar ).
4. Kehamilan karena incest.
5. Alasan kesehatan
6. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
7. Hamil diluar nikah
8. Masalah sosial
9. Tenaga kesehatan yang kurang kompeten.
10. Aborsi dengan non tenaga kesehatan.
b. Metode yang dapat menyebabkan unsafe abortion :
1. Kuretase tidak steril
2. Mengkonsumsi obat-obatan
3. Memasukkan benda asing kedalam vagina
17. 4. Pijat
5. Injeksi
6. Melompat
2.3 Ciri-ciri Unsafe Abortion
Adapun ciri-ciri unsafe abortion adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3. Kurangnya fasilitas dan sarana
4. Status ilegal
2.4 Pencegahan Unsafe Abortion
Unsafe abortion dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu :
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, seni, dan
keagamaan.
3. Menghindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti
meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.
4. Sex education.
5. Peningkatan Sumber Daya Manusia.
6. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.
7. Kerjasama dengan pemuka agam dan tokoh adat.
2.5 Akibat Unsafe Abortion
Di Indonesia sering dilakukan aborsi yang tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh
dukun aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis, sosial terutama bila
dilakukan secara tidak aman. Berikut ini adalah akibat dari aborsi yang tidak aman :
1. Risiko Fisik
Perdarahan dan komplikasi merupakan salah satu resiko aborsi, aborsi yang berulang
mengakibatkan komplikasi dan kemandulan. Selain itu mengakibatkan perlukaan dan infeksi
Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
2. Risiko Psikis
18. Pelaku aborsi sering mengalami perasaan takut, panik, stress, trauma. Kecemasan
karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Pelaku aborsi juga sering
kehilangan kepercayaan diri.
3. Risiko Sosial
Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus dan masa depan terganggu.
4. Risiko Ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.
2.6 Penanganan Kasus Unsafe Abortion
Adapun penanganan kasus unsafe abortion adalah sebagai berikut :
1. Memberikan dukungan moril pada ibu yang melakukan aborsi.
2. Mencegah terjadinya komplikasi.
3. Mengatasi adanya perdarahan, perlukaan dan infeksi.
2.7 Langkah Pemerintah
Ada beberapa langkah yang dilaksanakan pemerintah dalam mengahdapi persoalan
aborsi yaitu :
1. Merujuk pada paradigma sehat, yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati,
meningkatkan upaya pencegahan dengan melakukan pendidikan seks, pendidikan moral dan
agama dan penggunaan alat kontrasepsi secara efektif oleh pasangan suami istri.
2. Mengusahakan dan meningkatkan pelayanan aborsi yang aman.
3. Mengembangkan pelayanan pasca aborsi dirumah sakit dan di puskesmas.
Selain itu, pemerintah juga telah membuat dasar hukum tentang aborsi seperti :
1. Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992.
Pasal 15
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan:
a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut.
b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan
sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
19. d) Pada sarana kesehatan tertentu.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
2. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XIX tentang
kejahatan terhadap nyawa orang :
Pasal 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
banyak empat pulu ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka
dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam
mana kejahatan dilakukan.
20. Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk
sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan
paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
3. UU Kesehatan RI No. 36 tahun 2009 menegaskan, aborsi tidak boleh dilakukan kecuali pada
kondisi darurat medis dan akibat perkosaan. Proses pendampingan dan konseling juga harus
dilakukan sebelum dan sesudah diambil tindakan.
21. UNSAFE ABORTION
BAB II
PENDAHULUAN
A. Pengertian Aborsi
Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies
and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian
kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus),
sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin.
Melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai
pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara
sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan).
B. Klasifikasi Aborsi
Beberapa jenis aborsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
a) Abortus Imminens, Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks
b) Abortus Insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi
serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus
c) Abortus Inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada
sisa tertinggal dalam uterus
d) Abortus Kompletus
Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
22. 2. Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat / dilakukan, yaitu dengan
cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu.
Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan
belum mencapai 28 minggu atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat
beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik :
a. Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis / Therapeuticus.
Abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu.
b. Abortus Provokatus Kriminalis.
Aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran
dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
3. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut - turut tiga kali atau lebih.
Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum
28 minggu dan umumnya disebabkan karena kelainan anatomic uterus atau kelainan factor
imunologi.
4. Missed Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4
minggu atau lebih.
5. Abortus Septik
Tindakan pengakhiran kehamilan dikarenakan sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi
(misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
C. Penyebab Aborsi
1. Penyebab dari segi Maternal.
a) Penyebab secara umum:
23. 1) Infeksi akut
§ Virus, misalnya Cacar, Rubella, Hepatitis.
§ Bakteri, misalnya Streptokokus.
§ Parasit, misalnya Malaria.
2) Infeksi kronis
§ Sifilis.
§ Tuberkulosis paru aktif.
§ Keracunan, misalnya keracunan Tembaga, Timah, Air Raksa, dll.
§ Penyakit kronis, misalnya Hipertensi, Nephritis, Diabetes, Anemia Berat, Penyakit Jantung,
Toxemia Gravidarum
§ Gangguan fisiologis, misalnya Syok, Ketakutan, dll.
§ Trauma fisik.
b) Penyebab yang bersifat lokal:
1) Fibroid, Inkompetensia Serviks.
2) Radang Pelvis Kronis, Endometrtis.
3) Retroversi kronis.
4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus.
2. Penyebab dari segi Janin
a) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
b) Mola hidatidosa.
c) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
3. Alasan Melakukan Aborsi
Ada beberapa alasan wanita melakukan Aborsi :
a) Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
24. b) Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan / tidak mau untuk punya anak lagi.
c) Kehamilan di luar nikah.
d) Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
e) Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
f) Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
g) Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.
D. Aborsi dan UU Kesehatan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan
alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan pasal
299 intinya mengancam hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang
yang memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.
Pasal 346 : Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Pasal 348 :
1. Barang siapa menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama tutjuh tahun.
Pasal 349 : Jika seorang tabib, bidan, atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan
yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan spertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam
mana kejahatan dilakukan
Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam
keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari
tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis
tertentu.
25. BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Unsafe Abortion
Unsafe Abortion adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih
/ kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak
komplikasi bahkan kematian.
Unsafe Abortion adalah prosedur untuk melakukan terminasi (penghentian) kehamilan yang
tidak diingini (unwanted pregnancy), baik oleh karena buruknya ketrampilan penolong
maupun karena lingkungan yang memiliki standar medis minimal yang buruk atau karena
kedua - duanya. (WHO, 1998)
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
(http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2009/12/unsafe-abortion.html)
Tindakan Unsafe Abortion yang sering dilakukan wanita adalah seperti melakukan kekerasan
fisik seperti berlari, naik sepeda atau naik kuda. Jika tindakan pertama tidak berhasil, maka
wanita tersebut melakukan tindakan kedua dengan cara mengonsumsi obat-obatan yang dapat
menggugurkan kandungan. Misalnya, wanita tersebut sengaja mengonsumsi obat-obatan
yang dilarang untuk wanita hamil. Bisa juga dengan cara mengonsumsi obat tradisional
seperti nenas muda.
WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian Unsafe Abortion.
Sekitar 13% dari jumlah total kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi
aborsi yang tidak aman. 95% (19 dari setiap 20 tindakan aborsi tidak aman) di antaranya
terjadi di negara-negara berkembang. ( Safe Motherhood 200; 28 (1) )
B. Penyebab Unsafe Abortion
Ada beberapa alasan yang sering menyebabkan calon Ibu memilih untuk menggugurkan
kandungannya seperti :
1. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2. Alasan psikososial, dimana ibu sendiri tidak ingin punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
26. 5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
7. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang
memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan,
hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi, keluarga miskin yang tidak ingin menambah
anak dan lainnya. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau
masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara
diam-diam tanpa memperhatikan resikonya. Tanpa disadari, Unsafe Abortion akhirnya dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan reproduksi bahkan mengakibatkan kematian bagi
calon ibu.
C. Ciri – Ciri Unsafe Abortion
1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3. Kurangnya fasilitas dan sarana
4. Status illegal
D. Metode Unsafe Abortion
Metode aborsi yang tidak aman yang umumnya digunakan di berbagai negara bervariasi, dari
metode teknik medis lanjut yang digunakan oleh dokter sampai teknik tradisional berbahaya
yang digunakan oleh dukun, teman, atau tetangga yang menolong atau oleh wanita hamil itu
sendiri.
Untuk para pelaku abortus yang tidak profesional, upaya yang dilakukan antara lain adalah :
1. Umum
a. Latihan olahraga berlebihan
b. Naik kuda berlebihan
c. Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
d. Tekanan / trauma pada abdomen
27. 2. Lokal
a. Menggunakan alat untuk memasang IUD
b. Menggunakan alat yang dapat dilalui arus listrik
c. Aspirasi jarum suntik. Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara
yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar
dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari
chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan,
jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat
mengakibatkan infeksi.
d. Memasukkan alat-alat seperti pensil, paku, jeruji sepeda, alat merenda, kateter atau alat
penyemprot untuk menusuk atau menyemprotkan cairan kedalam uterus untuk merobek
kantong kehamilan. Tujuannya adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara
otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi
saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka
operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka
menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan
mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka resikonya semakin
kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina.
3. Sediaan jamu dan obat-obatan per oral juga sering digunakan. Berbagai jamu dan obat
yang diduga bersifat abortif dapat ditemukan di pasaran bebas di negara-negara berkembang.
Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain :
1. Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid
Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium
permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida, dll.
2. Purgativa / Emetica : obat-obatan yang menimbulkan kontraksi
Misal : Colocynth, Aloe, Castor oil, Magnesim sulfate, Sodium sulfate.
3. Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung
Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin.
4. Garam dari logam : menimbulkan tonik kontraksi pada uterus.
Misal : Arsenicum, HgCl, Potassium bichromate, Ferro sulfate, ferri chloride.
28. E. Dampak dari Unsafe Abortion
1. Dampak sosial.
a. Biaya lebih banyak
b. Dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
2. Dampak kesehatan.
a. Bahaya bagi ibu :
§ Perdarahan
§ Resiko infeksi.
§ Sepsis, yaitu infeksi yang ekstensif sampai ke seluruh tubuh
§ Perforasi
§ Pelekatan pada kavum uteri
§ Luka pada serviks uteri
§ Perlukaan intra-abdomen (dalam perut)
§ Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah
apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah
dapat menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian
pernapasan, atau hipofibrinogenemia.
§ Kematian atau setidaknya kecacatan rahim
b. Bahaya bagi Janin :
Kegagalan dari proses Unsafe Abortion dapat menyebabkan kecacatan pada janin apabila
janin dapat bertahan hidup dan mungkin dapat berakhir pada kematian janin.
3. Dampak psikologis.
a. Ketakutan
b. Trauma
29. F. Peran Bidan dalam Mencegah Unsafe Abortion
Strategi yang dapat diambil bidan untuk menurunkan risiko kematian Ibu karena Unsafe
Abortion (aborsi tidak aman) adalah dengan menurunkan ‘demand’ perempuan terhadap
Unsafe Abortion (aborsi tidak aman). Yaitu seperti :
1. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
2. Peningkatan sumber daya manusia
3. Konseling Keluarga Berencana (KB)
Dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang
obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang
memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi.
4. Sex Education.
Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin
sejak mereka mulai bertanya mengenai seks.
5. Penyuluhan tentang aborsi dan bahayanya.
6. Bila Aborsi memang menjadi jalan yang terakhir yang dapat diambil seoarang calon Ibu
dikarenakan hubungannya dengan kesehatan, maka seorang Bidan hanya dapat memberikan
informasi yang cukup agar bagaimana aborsi bisa berlangsung aman untuk mencegah
terjadinya kematian Ibu, yaitu:
a. Dilakukan oleh pekerja kesehatan, terutama Dokter yang benar-benar terlatih dan
berpengalaman melakukan aborsi
b. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak
c. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril
atau tidak tercemar kuman dan bakteri
d. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.
Namun, perlu para Bidan sadari bahwa resiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun
telah dilakukan pencegahan sebelumnya. Apabila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman
tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan terhadap aborsi tidak aman.
Diposkan oleh PARFAIT CEYLON di 16.30
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: MaKaLah
30. MAKALAH BBLR DAN UNSAFE ABORTION
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan
adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka
pemberian pelayanan kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan komunitas
yaitu bidan yang bekerja melayani ibu dan anak di suatu wilayah tertentu.
Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan
juga “communis” yang berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai
kelompok orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009
: 1).
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama
dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan
pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat
sehingga diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk,
2009)
Namun dalam kebidanan Komunitas terdapat juga issue kesehatan yang menjadi
sebuah masalah kebidanan di Komunitas yang dijumpai dalam kebidan komunitas dan
menjadi salah satu peran tugas dan tanggung jawab bidan dalam menangani masalah tersebut,
diantaranya : Kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, Unsafe abortion, Bayi Berat lahir
Rendah(BBLR), dan Penyakit Menular Seksual(PMS)
1.2 TUJUAN MAKALAH
Dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
1. Issue Kesehatan dalam Kebidanan Komunitas
a. Unsafe abortion
b. Bayi Berat lahir Rendah(BBLR)
BAB II
ISI
2.1 ANSAFE ABORTION
31. Sudah menjadi rahasia umum, tindakan unsafe abortion yang sering dilakukan wanita
seperti melakukan kekerasan fisik seperti berlari, naik sepeda atau naik kuda. Jika tindakan
pertama tidak berhasil, maka wanita tersebut melakukan tindakan kedua dengan cara
mengonsumsi obat-obatan yang dapat menggugurkan kandungan. Misalnya, wanita tersebut
sengaja mengonsumsi obat-obatan yang dilarang untuk wanita hamil. Bisa juga dengan cara
mengonsumsi obat tradisional seperti nenas muda.
Tindakan unsafe abortion seperti ini diperkirakan banyak dilakukan keluarga miskin
yang tidak ingin menambah anak. Tanpa mereka sadari, unsafe abortion dapat menimbulkan
gangguan pada kesehatan reproduksi bahkan mengakibatkan kematian bagi kaum ibu.
2.1.1 DEFINISI
1. Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksanaan tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman sehingga dapat
membahayakan keselamatan jiwa pasien.
2. Unsafe abortion adalah prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil (tenaga
medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat kesehatan (WHO,
1998).
3. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang
memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan,
hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan
pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk
melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya.
2.1.2 ALASAN WANITA TIDAK MENGINGINKAN KEHAMILANNYA
1. Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2. Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban ekonomi.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
7. Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
2.1.3 CIRI – CIRI UNSAFE ABORTION
1. Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3. Kurangnya fasilitas dan sarana
32. 4. Status ilegal
2.1.4 DAMPAK
1. Dampak sosial.
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
2. Dampak kesehatan.
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
3. Dampak psikologis.
Trauma
2.1.5 PERAN BIDAN DALAM MENCEGAH UNSAFE ABORTION
1. Sex education
2. Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan keagamaan
3. Peningkatan sumber daya manusia
4. Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya.
2.1.6 ABORSI DILAKUKAN AMAN APABILA
1. Dilakukan oleh pekerja kesehatan yangbenar-benar terlatih dan berpengalaman melakukan
aborsi
2. Pelaksanaannya mempergunakan alat-alat kedokteran yang layak
3. Dilakukan dalam kondisi bersih, apapun yang masuk dalam vagina atau rahim harus steril
atau tidak trcemar kuman dan bakteri.
4. Dilakukan kurang dari 3 bulan (12 minggu) sesudah pasien terakhir kali mendapat haid.
2.1.7 ANGKA KEJADIAN SAFE ABORTION
Tabel Aborsi yang Tidak Aman: Perkiraan per Wilayah, per tahun
Wilayah Jumlah aborsi
yang tidak
aman
Jumlah kematian
akibat aborsi yang
tidak aman
% kematian ibu
akibat aborsi yang
tidak aman
Dunia
Indonesia
Singapura
2.2 BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)
2.2.1 PENGERTIAN
33. 1. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya
pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961
oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram disebut
Low Birth Weight Infants (BBLR) (Yushananta,2001).
2. Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari Lubchenko, maka kebanyakan bayi
prematur akan dilahirkan dengan berat badan yang rendah (BBLR), BBLR dibedakan atas
Berat Lahir Sangat Rendah (BLSR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.500 gram, dan Berat Lahir
Amat Sangat Rendah (BLASR), yaitu bila berat bayi lahir < 1.000 gram (Yushananta, 2001).
Menurut Manuaba (1998), bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu:
1. Prematuritas murni
Adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan
- Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK). Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh
yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan
zat besi.
a)Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah
dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam
inkubator maka suhu bayi dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celsius dan untuk bayi
dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celsius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas
badannya dapat di pertahankan.
b) Makanan bayi prematur
Alat pencemaan bayi prematur masih belum sempuma. lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg
BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah
lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering.
34. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan.
Bila kurang, maka ASI dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari
dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.
c) Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempuma. Oleh
karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
2. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
2.2.2 Karakteristik BBLR
Menurut Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
adalah sebagai berikut:
a. Berat kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit.
i. Kepala tidak mampu tegak
j. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
2.2.3 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR,
yaitu:
1. Faktor lbu
a. Penyakit
35. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum, dan nefritis
akut.
b. Umur ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan multi gravida
yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26 - 35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik (khususnya anemia) dan pelaksanaan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.temyata lebih
tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
d. Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
2. Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.
3. Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
2.2.4 KOMPLIKASI PADA BAYI BBLR
Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR antara adalah:
1. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempuma
2. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belurn sempurna
3. Perdarahan intraventrikuler: perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan anoksia
menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah
sistemik
2.2.5 MASALAH-MASALAH PADA BAYI BBLR
Masalah-masalah yang muncul pada bayi BBLR adalah sebagai berikut:
1. Suhu Tubuh
a. Pusat pengatur panas badan belum sempurna
b. Luas badan bayi relatifbesar sehingga penguapannya bertambah
c. Otot bayi masih lemah
d. Lemak kulit dan lemak coklat kurang sehingga cepat kehilangan panas badan
36. e. Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan BBLR perlu
diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat diperhatikan sekitar
300C sampai 300C
2. Pernafasan
a. Pusat pengatur pernafasan belum sempuma
b. Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
c. Otot pernafasan dan tulang iga lemah
d. Dapat disertai penyakit-penyakit : penyakit hialin membran, mudah infeksi paru-paru, gagal
pernafasan.
3. Alat pencernaan makanan
a. Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan kurang baik
b. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung
berkurang.
c. Mudah terjadinya regurtasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
4. Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi
hiperbilirubinemia (kuning) sampai keroikterus.
5. Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi edema.
6. Perdarahan dalam otak
a. Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah
b. Sering mengalami gangguan pernafasan sehingga memudahkan terjadi perdarahan dalam
otak.
c. Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan kematian.
d. Pemberian oksigen belum mampu diatur sehingga memudahkan terjadi perdarahan dan
nekrosis.
2.2.6 ANGKA BBLR
Tabel kejadian BBLR Perkiraan per Wilayah, per tahun
Wilayah Jumlah aborsi
yang tidak
aman
Jumlah kematian
akibat aborsi yang
tidak aman
% kematian ibu
akibat aborsi yang
tidak aman
37. Dunia
Indonesia
Singapura
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Permasalahan kebidanan di komunitas yang sering dItemui diantaranya adalah :
Unsafe abortion dan BBLR.
Definisi unsafe abortion menurut WHO(1998) adalah presedur melakukam terminasi
(pegertian) kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) oleh tenaga kurang
terampil (medis/non medis) alat tidak memenuhi syarat kesehatan dan lingkungan tidak
memenuhi.
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan
lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pada tahun
1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram
disebut Low Birth Weight Infants (BBLR) (Yushananta,2001).
Ciri-ciri unsafe abortion
1. Dilakukan oleh tenaga medis / non medis
2. Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3. Kurangnya fasilitas dan sarana
4. Status illegal
Dampak unsafe abortion:
1. Dampak sosial : biaya lebih banyak , dilakukan secara sembunyi-sembunyi
38. 2. Dampak kesehatan : aburtus tidak lengkap (incomplete abortio) yang bisa
menyebabkan nyeri pelvis sampai pendarahan terus menerus. Sepsi yaitu infeksi yang
eksistensif sampai seluruh tubuh
3. Dampak psiokogis : trauma
Batasan BBLR:
1. Bayi lahir rendah deengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan
2. Berat lahir adalah berat lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
3. Untuk keperluaan bidan di desa berat lahir ditimbang 24 jam pertama setelah lahir
Faktor-faktor yang berhubungan denga BBLR:
1. Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
2. Jarak kehamilan < 1 minggu
3. Paritas > 4
4. Ibu dengan keadaan:
a. Mempunyai BBLR sebelumnya
b. Melakukan pekerjaan fisik beberapa jam tampa istrirahat
c. Sangat miskin
d. Perkawinan tidak sah
e. Kurang gizi
f. Perokok, pengguna obat terlarang dan alkohol
5. Ibu hamil dengan :
a. Anemia berat
b. Pre-eklampsia atau hipertensi
c. Insfeksi selama kehamilan
d. Kehamilan ganda
e. Pendarahan anterpartum
f. Trauma fisik dan psikologi
g. KPD
3.2. SARAN
Secara professional,bidan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, partnership
dengan perempuan untuk kelancaran untuk memberi support pada masyarakat. Bidan juga
lebih memperhatikan pada issue kesehatan dalam kebidanan komunitas