Linguistik umum mempelajari bahasa secara keseluruhan, sedangkan linguistik khusus mempelajari satu bahasa tertentu. Linguistik sinkronis mempelajari bahasa pada satu periode waktu, sedangkan linguistik diakronis mempelajari perkembangan bahasa dari masa ke masa.
3. Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik
berasal dari kata Latin lingua yang berarti
bahasa. Bagi de Saussure(Linguis Moderen),
Langue adalah salah satu bahasa(misalnya
bahsa Perancis, bahasa Inggris, atau bahasa
Indonesia)sabagai suatu”sistem”. Sebaliknya
Language berarti bahasa sebagai sifat khas
makhluk manusia.
4. Orang yang ahli dalam ilmu linguistik disebut
linguis.
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik
umum (general linguistiK) karena tidak hanya
mengkaji atau menyelidiki sebuah bahasa
saja,tetapi linguistik itu menyangkut bahasa
pada umumnya.
5. Linguistik khusus artinya Ilmu yang
mempelajari studi bahasa secara spesifik,
tidak secara keseluruhan, melainkan satu
bahasa saja.
6. Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn
yang berarti dengan, dan khronos yang berarti
waktu, masa. Dengan demikian, linguistik
sinkronis mempelajari bahasa sezaman. Fakta
dan data bahasa adalah rekaman yang diujarkan
oleh pembicara, atau bersifat horisontal.
Linguistik sinkronis adalah mempelajari bahasa
pada suatu kurun waktu tertentu, misalnya
mempelajari bahasa Indonesia di masa
reformasi saja.
7. Sinkronis dapat dipahami seperti dalam
bahasa Perancis, tekanan selalu terletak di
suku kata terakhir, kecuali kalau suku kata
terakhir mengandung e pepet (seperti “ə”).
Ini adalah fakta sinkronis, yakni suatu
hubungan antara himpunan kata bahasa
Perancis dan tekanan, tetapi fakta ini juga
berasal dari keadaan masa lalu (diakronis).
8. Saussure mengemukakan bahwa kajian bahasa secara
sinkronis amat perlu, meskipun beliau banyak
berkecimpung dalam kajian diakronis. Bahkan
baginya, kajian sinkronis bahasa mengandung
kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis
tidak. Bahkan bagi penggunanya, sejarah bahasa
tidak memberikan apa-apa kepada pengguna bahasa
mengenai cara penggunaan bahasa. Ada yang perlu
bagi pengguna bahasa, yaitu état de langue atau
suatu keadaan bahasa. Suatu keadaan bahasa
terbebas dari dimensi waktu dalam bahasa yang
justru memiliki watak kesistematisan.
9. Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit.
Sistem keadaan bahasa ‘sinkronik’ seperti
sistem permainan catur. Setiap buah catur
(setara dengan suatu unit bahasa) memiliki
tempat tersendiri dan memiliki keterkaitan
tertentu dengan buah lain, dan kekuatan serta
pola gerak/jalan tersendiri. État de langue
adalah jaringan keterkaitan yang menentukan
nilai suatu elemen benar-benar tergantung,
langsung atau tak langsung pada nilai elemen-
elemen yang lain.
10.
11. Kata diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia
yang berarti melalui, dan khronas yang berarti
waktu, masa. Dengan demikian, yang dimaksud
dengan linguistik diakronis adalah subdisiplin
linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu
bahasa dari masa ke masa. Studi diakronis
bersifat vertikal, misalnya menyelidiki
perkembangan bahasa Indonesia yang dimulai
sejak adanya prasasti di Kedukan Bukit sampai
kini.
12. Linguistik diakronis adalah semua yang memiliki ciri
evolusi.
Ada berbagai contoh untuk melukiskan dualisme
intern (sinkronis dan diakronis), misalnya, kata Latin
“cripus” (berombak, bergelombang, keriting),
menimbulkan kata dasar Perancis crép-, yang
membentuk kata kerja crépir ‘melepa’, dan décrépir,
‘mengupas lepa’.
Pada suatu waktu, bahasa Perancis meminjam kata
Latin décrepitus, ‘usang karena usia’, untuk
membentuk décrépit; tetapi ternyata orang
melupakan asal kata ini.
13. Contoh yang lain terdapat dalam bahasa Jerman. Dalam
bahasa Jerman tinggi kuno, kata jamak gast, ‘tuan rumah’,
semula adalah gasti, dan jamak hant ‘tangan’ semula adalah
hanti, dll. Akan tetapi, di kemudian hari, i- tersebut menjadi
umlaut yang mengakibatkan a menjadi e dalam suku kata
terdahulu: gasti menjadi gesti, hanti menjadi henti, tetapi
kemudian (lagi) i- kehilangan bunyinya dan menghasilkan
gesti menjadi geste, dst.
Akibatnya, sekarang terdapat kata Gäst: Gaste, Händ:
Hande, dan sejumlah besar kelompok kata yang
menampilkan bentuk jamak dan tunggal. Hal ini adalah
dimensi linguistik diakronis. Diakronis tidak mengubah
sistem karena kata yang berubah pun adalah sistem dalam
bentuk yang lain dengan sistem sebelumnya. Perubahan
kata terjadi di luar kemampuan siapa pun.
14. Ada kasus khusus dalam linguistik sinkronis dan diakronis, contoh:
pouter dalam bahasa Yunani berarti kuda betina, sekarang pengertiannya
berubah menjadi “tiang penunjang” (jadi maknanya berubah). Kata
tersebut tetap, tetapi pengertian masyarakat akan kata itu yang
berubah. Jadi fakta historis atau diakronis mengikuti fakta sinkronis.
Oleh karena itulah, sinkronis menganggap gast beroposisi dengan gäste,
gebe beroposisi dengan gib, dst, sedangkan diakronis menganggap gast
berubah menjadi gaste. Diakronis hanya hadir dalam parole karena
segala perubahan pertama kali dilontarkan individu sebelum masuk
dalam kelaziman. Misalnya, bahasa Jerman memiliki: ich war, wir waren,
sedangkan bahasa Jerman kuno sampai abad XVI menafsirkannya: ich
was, wir waren dan dalam bahasa Inggris: I was, we were. Nah,
bagaimana terjadinya substitusi dari war ke was? Saussure mengatakan,
pasti ada beberapa orang yang terpengaruh oleh waren, kemudian
menciptakan war dengan jalan analogi. Ini adalah fakta dalam parole.
Karena kata tersebut sering diulang dan diterima oleh masyarakat, maka
kata tersebut menjadi fakta dalam langue.
15. Jika seseorang hanya melihat sisi diakronis bahasa, maka
yang ia lihat bukan lagi langue, melainkan sederet
“peristiwa” yang notabene merupakan parole.
Linguistik diakronis akan menelaah hubungan-hubungan
di antara unsur-unsur yang berturutan dan tidak dilihat
oleh kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu
menggantikan yang lain tanpa membentuk sistem di
antara mereka.
Sebaliknya, linguistik sinkronis akan mengurusi
hubungan-hubungan logis dan psikologis yang
menghubungkan unsur-unsur yang hadir bersama dan
membentuk sistem, seperti dilihat dalam kesadaran
kolektif yang sama.