SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  12
Télécharger pour lire hors ligne
JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131



      Keragaman Genetik dan Distribusi Haplogrup Ayam Kampung dengan
        Menggunakan Hipervariabel-I Daerah Kontrol DNA Mitokondria
                                          M. SYAMSUL ARIFIN ZEIN dan S. SULANDARI

                                                    Pusat Penelitian Biologi LIPI
                                          Jl. Raya Jakarta Bogor KM. 46, Cibinong 16911

                                           (Diterima 13 April 2012; disetujui 19 Juni 2012)

                                                           ABSTRACT

M. SYAMSUL ZEIN, A. and SULANDARI. 2012. Genetic diversity and haplogroups distributions of Kampung chickens using
hypervariable-I mitochondrial DNA control region. JITV 17(2): 120-131.
     Until now no studies evaluating the position of Kampung chickens in chicken clade of Asia. Thus studies based on
molecular DNA sequence hipervariable-I on Kampung chicken is needed. Molecular studies based on DNA sequences hyper
variable-I of Kampong chicken was done to confirm the results of previous evaluations conducted on 15 families of local
chickens of Indonesia. An analysis of 210 individuals Kampung chicken (Aceh, North Sumatra, Lampung, Banten, Central Java,
Lombok, Sulawesi, Ternate, Morotai and Halmahera) resulted in 51 haplotypes derived from 62 polymorphic sites. Polymorphic
sites among the highest seen at 112-397 (93.22%). The highest haplotype frequencies contained in the haplotype H-4 (36.19%),
followed by H-1 (18.57%) and H-5 (10, 95%). Kampung chicken phylogeny analysis formed four haplogroups/clade from 7
references of Asian chicken clade. Four haplogroups are clade II = 84.31% (43 haplotypes), clade IIIC = 1.96% (1 haplotype),
clade IIID = 3.92% (2 haplotypes), clade IV = 7.84% (4 haplotypes). The results prove of that Indonesian local and indigenous
chickens were equally dominated clade II. Analysis of genetic diversity showed haplotype diversity of 0.825 ± 0.021, nucleotide
diversity of 0.00600 on average, the genetic distance between populations ranged from 0.003 to 0.011, and the genetic distance
within populations ranged from 0.00395 to 0.01031. Genetic distance between individuals in all populations of Kampung
chickens was significantly different (P < 0.01). Fu's Fs values was negative, indicating high genetic diversity and population
expansion on native chicken in Indonesia. Other important result was shown with the major haplotype spread from western to
eastern Indonesia, and had strengthened the position of Indonesia as one of the centers of domestication of the chicken.
Key Words: Kampung Chicken, Hypervariable-I, Control Region, Mitochondrial DNA, Haplotype, Clade


                                                           ABSTRAK

M. SYAMSUL ZEIN A. dan SULANDARI. 2012. Keragaman genetik dan distribusi haplogrup ayam kampung dengan menggunakan
hipervariabel-1 daerah kontrol DNA mitokondria. JITV 17(2): 120-131.
    Sampai kini belum ada penelitian yang mengevaluasi posisi ayam Kampung di clade ayam Asia. Maka kajian molekuler
DNA ayam Kampung berdasarkan sekuen hipervaribel-I adalah penting untuk dilakukan, Kajian molekuler DNA ayam
Kampung berdasarkan sekuen hipervaribel-I dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil evaluasi sebelumnya yang dilakukan
terhadap 15 rumpun ayam lokal Indonesia. Hasil analisa terhadap 210 individu ayam Kampung (Aceh, Sumatera Utara,
Lampung, Banten, Jawa Tengah, Lombok, Sulawesi Tenggara, Ternate, Morotai dan Halmahera) ditemukan 51 haplotipe yang
berasal dari 62 situs polimorfik. Polimorfik tertinggi terlihat pada situs antara 112-397 (93,22%). Frekuensi haplotipe tertinggi
terdapat pada haplotipe H-4 (36,19%), disusul H-1 (18,57%) dan H-5 (10, 95%). Analisa filogeni ayam Kampung membentuk
empat haplogrup/clade dari 7 referensi clade ayam Asia. Empat haplogrup tersebut adalah clade II= 84,31% (43 haplotipe),
clade IIIc= 1,96% (1 haplotipe), clade IIId= 3,92% (2 haplotipe), clade IV= 7,84% (4 haplotipe). Hasil penelitian membuktikan
bahwa ayam Indonesia baik ayam lokal maupun ayam asli ternyata sama-sama mendominasi dalam clade II. Analisis diversitas
genetik menunjukkan diversitas haplotipe 0,825±0,021, diversitas nukleotida rata-rata 0,00600, jarak genetik antar populasi
berkisar antara 0,003-0,011, dan jarak genetik dalam populasi berkisar 0,00395-0,01031. Jarak genetik diantara individu di
semua populasi ayam Kampung adalah berbeda sangat nyata P<0,01. Nilai Fu’s Fs yang negatif mengindikasikan tingginya
diversitas genetik dan ekspansi populasi pada ayam kampung di Indonesia. Hasil penting lainnya ditunjukkan dengan haplotipe
utama yang menyebar dari wilayah barat hingga timur Indonesia, dan telah memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat
domestikasi ayam.
Kata Kunci: Ayam Kampung, Hipervariabel-I, Daerah Kontrol, DNA Mitokondria, Haplotipe, Clade


                    PENDAHULUAN                                     liar menjadi ayam peliharaan. Ayam telah diternak
                                                                    dengan kegunaan utama sebagai penghasil telur, daging,
   Domestikasi ayam yang meletakkan dasar                           kegiatan agama, hiburan atau tujuan hiasan. Namun asal
peradaban manusia adalah proses perubahan dari ayam                 ayam domestikasi telah menjadi perdebatan lama antara


120
ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol


ahli arkeologi dan komunitas ahli genetika. Hasil                 disampaikan oleh beberapa peneliti dengan pendekatan
penemuan arkeologi menunjukkan bahwa di dunia pada                DNA molekuler.
mulanya terjadi domestikasi ayam di sekitar sungai                     Atas inisiasi dari ILRI (International Livestock
Kuning, Henan (China) sekitar 8000 tahun yang lalu.               Research Institute) yang melakukan kolaborasi dengan
Selain itu bukti arkeologi juga ditemukan di lembah               beberapa institusi dari Eropa, Afrika dan Asia untuk
Indus, India (WEST dan ZHOU, 1988). Penemuan                      melakukan penelitian tentang asal dan distribusi
arkeologi di kedua wilayah ini telah memberikan                   keragaman genetika ayam domestikasi pada level DNA
gambaran bahwa peradaban manusia di kedua daerah                  mitokondria, khususnya dengan menggunakan sekuen
tersebut sebagai yang paling awal melakukan                       hipervariabel-I      (HV-I)      daerah   kontrol  DNA
domestikasi ayam sehingga diyakini sebagai pusat dari             mitokondria sepanjang 397 pasang basa sebagai bahan
domestikasi ayam di dunia yang kemudian menyebar ke               kajian. Hasil penelitian yang didapatkan telah
berbagai tempat lain di dunia. Namun demikian,                    mendorong untuk menyelenggarakan Chicken diversity
penemuan arkeologi ini belum berhasil mengungkap                  consortium pada saat diselenggarakan The 4th all Africa
nenek moyang (ancestor) dari ayam domestikasi.                    conference on animal agriculture and the 31st annual
    Studi molekuler genetik pertama yang dilakukan                meeting of the Tanzania Society for Animal Production
FUMIHITO et al. (1994) menginformasikan bahwa                     di Afrika yang dikordinasi oleh ILRI pada tanggal 20-
semua populasi ayam domestikasi berasal dari satu                 24 September tahun 2005. Analisa yang dihasilkan
nenek moyang (monophyletic) yaitu ayam hutan merah                yaitu telah terbentuk tujuh haplogroup/clade, yaitu
(Gallus gallus), yang berasal dari Asia Tenggara. Lebih           clade I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IIId dan IV (BJORNSTAD et
lanjut FUMIHITO et al. (1996) mengemukakan hasil                  al., 2005 unpublished in MOBEGI, 2005; MOBEGI, 2006;
kajian terhadap D-loop DNA mitokondria pada marga                 ILRI, 2006; YI-PING et al., 2006).
Gallus dari famili Phasianidae yaitu duplikasi tandem                  Salah satu topik penting yang dibahas dalam acara
sepanjang 60 pasang basa ditemukan di dalam daerah                “Chicken diversity consortium” bahwa adanya indikasi
D-loop dan temuan ini merupakan sifat spesifik pada               bahwa clade II didominasi oleh ayam dari Indonesia.
marga Gallus. Hasil kajian yang paling menarik adalah             Hasil penting tersebut telah dikonfirmasi oleh
kesamaan jumlah copy duplikasi tandem yang dimiliki               SULANDARI et al. (2008) dengan melakukan analisis
antara ayam domestikasi dan Gallus gallus. Temuan ini             terhadap 434 individu dari 15 rumpun ayam Indonesia
memberi petunjuk bahwa ayam domestikasi adalah                    (ayam Cemani, Kedu, Kedu Putih, Merawang, Kapas,
keturunan dari Gallus gallus. Kajian yang dilakukan               Kate, Arab Goden, Arab Silver, Sentul, Pelung,
SAWAI et al. (2010) dengan menganalisa 30 intron pada             Wareng, Gaok, Nunukan, Tolaki dan Kalosi). Pohon
gen di 24 kromosom dan satu Z-klinked loci pada                   filogeni yang terbentuk menunjukkan hubungan yang
genom inti menyatakan bahwa ayam domestikasi terkait              dekat antara ayam domestikasi dengan 2 anak jenis dari
erat dengan Gallus gallus. Evaluasi terhadap sekuen               Gallus gallus (G. g. gallus dan G. g. spadiceus). Hasil
DNA mitokondria pada ayam domestikasi asli China                  penelitian SULANDARI et al. (2008) dapat mengungkap
dilakukan oleh NIU et al. (2002). Hasil evaluasi telah            bahwa ayam Indonesia memiliki karakterisasi
memberi konfirmasi bahwa ayam domestikasi di China                molekuler yang berbeda dengan ayam lain di dunia
berasal dari Thailand dan anak jenis ayam hutan merah             (80,2% masuk dalam clade II). Komposisi clade ayam
India (G. gallus murghi) mempunyai kontribusi                     di Asia diketahui ada tiga wilayah besar yang
langsung terhadap ayam domestikasi.                               mempunyai komposisi clade yang sangat khusus atau
    Hasil analisa terhadap sekuen hypervariable-I                 dominan, yaitu daerah lembah Hindus (India) yang
daerah kontrol DNA mitokondria oleh NIU et al. (2006)             didominasi oleh populasi clade IV, sungai Kuning,
menerangkan bahwa domestikasi ayam terjadi di                     Henan (China) yang didominasi oleh populasi clade
berbagai tempat (multiple maternal origins) di Asia               IIId, dan wilayah Indonesia yang didominasi oleh clade
Selatan dan Asia Tenggara. Pendapat ini juga didukung             II maka ILRI (2006) menyimpulkan bahwa pusat
hasil penelitian yang dilakukan oleh OKA et al. (2007)            domestikasi utama terjadi di Asia, yaitu China Selatan,
dengan menggunakan ayam lokal Jepang dan                          India dan Indonesia.
menginformasikan bahwa ayam Jepang berasal dari                        Dalam rangka memberi kontribusi lebih luas
Asia Tenggara dan China/Korea. Selain itu, haplotipe              terhadap sumber daya hayati ayam Indonesia, maka
dari Okinawa juga disebut sebagai group ayam                      kajian lanjutan mengenai karakterisasi genetika
Indonesia. Seperti diketahui, SIBLEY dan MOORE (1990)             molekuler khusus ayam Kampung Indonesia perlu
menyatakan bahwa distribusi ayam hutan merah (Gallus              dilakukan. Seperti diketahui bahwa ayam Kampung
gallus) meliputi daerah dataran rendah hingga dataran             merupakan salah satu rumpun ayam asli Indonesia
tinggi (2000 m dpl) dari Himalayah, Pakistan, India,              (Permentan        No.       36/Permentan/OT.140/8/2006).
Banglades, Asia Tenggara, Sumatera, Jawa dan Bali,                Penyebaran populasi ayam kampung merata di seluruh
serta introduksi di Sulawesi. Hal ini sesuai dengan               pelosok kepulauan Nusantara dengan jumlah populasi
wilayah terjadinya domestikasi ayam seperti yang                  sekitar 290.803.000 ekor (DITJENNAK, 2008). Selain itu



                                                                                                                             121
JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131


SIDADOLOG (2007) juga menyatakan bahwa kehidupan             ccatacacgcaaaccgtctc-3’). Reaksi PCR sebanyak 30 µl
ayam Kampung telah menyatu dengan kehidupan                  terdiri dari 2.5 mM dNTPs, 14 pmol masing-masing
masyarakat pedesaan. Hal ini terlihat dari keberadaan        primer, 1.5 mM MgCl2, 1×bufer PCR(10 mM Tris-HCl
ayam Kampung di setiap pelosok wilayah pedesaan di           (pH 8.3) dan 50 mM KCl, 1.25 U Taq DNA
Indonesia dan setiap anggota masyarakat di pedesaan          polymerase, 40ng DNA template dan dH2O.
memelihara ayam kampung. Pemeliharaan masih                      Proses PCR menggunakan tabung reaksi 0,2 ml
bersifat tradisional (dilepas di sekitar rumah) dan          dengan Thermocycler machine Gene Amp PCR system
perkawinan antar individu berlangsung secara alamiah.        2700 (Applied Biosystem, USA). Kondisi PCR meliputi
Keragaman morfologi ayam Kampung masih sangat                Predenaturasi pada temperatur 94oC selama 5 menit dan
tinggi serta bervariasi dalam warna bulu, bobot badan,       kemudian dilanjutkan 35 siklus pada temperatur of
pertumbuhan dan produksi telur.                              94oC selama 45 detik, 60oC selama 45 detik dan 72oC
    Informasi genetik tentang ayam Kampung yang              selama 90 detik. Setelah itu dilakukan final elongasi
sudah dievaluasi sampai saat ini masih terbatas dan          pada temperatur 72oC selama 10 menit. Visualisasi
bersifat parsial, belum ada data yang mengupas ayam          produk PCR dilakukan elektroforesis menggunakan 2%
Kampung dari wilayah Indonesia bagian Barat sampai           gel agarose dengan ethidium bromide dalam 1X bufer
Timur secara komprehensif. Penelitian ini dilakukan          TAE pada 100 volts selama 30 minutes.
dengan menggunakan materi ayam Kampung yang                      Purifikasi produk PCR dilakukan dengan
dikoleksi dari berbagai tempat di Aceh, Sumatera Utara,      menggunakan QIAquick kit purification PCR (Qiagen,
Lampung, Banten, Jawa Tengah, Lombok, Sulawesi               GmbH, Germany). Produk PCR yang telah dipurifikasi
Tenggara, Ternate, Morotai dan Halmahera. Hasil              dilakukan       sekuen   langsung     pada    segmen
penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran             Hipervariabel-1 (HV-I) di daerah kontrol DNA
lebih luas terhadap distribusi keragaman genetik ayam        mitokondria dengan menggunakan satu set primer
Indonesia, khususnya posisi ayam Kampung dalam               internal    sekuensing,    yaitu   CR-forward     (5’-
clade ayam Asia. Sebagai salah satu pusat domestikasi        tctatattccacatttctc-3’)   and     CR-reverse      (5’-
ayam, tentu plasma nutfah ayam merupakan bagian              gcgagcataaccaaatgg-3’).        Sekuen       dilakukan
penting dari kekayaan sumber daya hayati Indonesia.          menggunakan BigDye* Terminator version 3.1 Circle
Diharapkan informasi dasar tentang distribusi clade dan
                                                             Sequensing kit (Applied Biosystem, USA) dan
keragaman genetika molekuler ayam Kampung dapat
                                                             kemudian di elektroforesis pada ABI 3730 XL
digunakan sebagai pijakan dalam melakukan
                                                             automated capilary DNA sequencer (Applied
konservasi, pengembangan, dan pemanfaatan plasma
                                                             Biosystems, USA).
nutfah ayam Indonesia secara berkelanjutan.
                                                             Data analisis
             MATERI DAN METODE
                                                                 Penselarasan hasil sekuen forward dan reverse,
Koleksi material DNA                                         jarak genetik, serta analisa filogenetik dari sekuen
                                                             hipervariabel-I daerah kontrol DNA mitokondria
    Material DNA ayam Kampung berupa darah                   sepanjang 397 basa            menggunakan Molecular
sebanyak 210 sampel dikoleksi dari beberapa daerah           Evolutionary Genetic Analysis (MEGA) versi 5.05
di Indonesia, yaitu Aceh (29 sampel), Sumatera Utara         (TAMURA et al., 2011). Ilustrasi diversitas haplotipe
(30 sampel), Lampung (25 sampel), Banten (18                 menggunakan analisis Network dengan program
sampel), Jawa Tengah (16 sampel), Lombok (45                 NETWORK versi 4.1.0.8 (BANDELT et al., 1999).
sampel), Sulawesi Tenggara (17 sampel), Ternate (10          Polimorfisme DNA meliputi diversitas haplotipe,
sampel), Morotai (10 sampel) dan Halmahera (10               distribusi haplotipe, diversitas nukleotida serta uji FU
sampel), serta ayam hutan merah (G. gallus gallus) dari      dan LI (1993), uji TAJIMA (1989) dilakukan
Sulawesi (5 sampel). Material DNA dikoleksi di dalam         menggunakan DnaSP versi 5.0 (ROZAS et al., 2003).
tabung 2 ml dan diawetkan dengan menggunakan 100%                Analisa filogeni dari 210 sekuen hipervariabel-I
alkohol.                                                     daerah kontrol DNA mitokondria dari ayam Kampung
                                                             dan 5 spesimen Gallus gallus gallus yang dikoleksi dari
Amplifikasi D-loop DNA mitokondria dan sekuen                hutan Sulawesi menggunakan referensi sekuen dari
DNA                                                          GenBank dengan kode akses AB098668 (KOMIYAMA et
                                                             al., 2003). Sekuen daerah kontrol lain dari GenBank
   Ekstraksi material DNA berupa darah menggunakan           yang digunakan adalah Gallus gallus spadiceus (kode
metoda fenol/kloroform mengikuti prosedur SAMBROOK           akses AB007721) dan tujuh haplotipe referensi
et al. (1989). Amplifikasi daerah D-loop DNA                 haplogrup/clade I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IIId dan IV
mitokondria menggunakan primer forward L16750 (5’-           (Tabel 1) berdasarkan rekomendasi Chicken Diversity
aggactacggcttgaaaagc-3’) dan primer reverse CR1b (5’-        Consortium yang dikoordinasi oleh International


122
ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol


Livestock Research Institute. Outgroup digunakan                  dengan distribusi haplotipe meliputi Aceh, Sumatera
Gallus varius (code akses D82912), Gallus lafayetti               Utara, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Lombok,
(code akses D66893) dan Gallus sonneratii (D66892).               Sulawesi Tenggara, Ternate, Morotai dan Halmahera;
                                                                  kemudian diikuti H-1 (18,57%) dengan distribusi
                                                                  haplotipe meliputi Aceh, Lampung, Jawa Tengah,
Table 1. Referensi haplogrup/clade dari ayam domestikasi
                                                                  Lombok, Sulawesi Tenggara, Ternate, Morotai dan
                                         Tempat sampling          Halmahera; sedangkan H-5 (10, 95%) dengan distribusi
 Nama clade       Kode haplotipe                                  haplotipe meliputi Aceh, Sumatera Utara, Lombok,
                                            spesimen
                                                                  Ternate, Morotai, Moti dan Sulawesi Tenggara.
 Clade I            AF128344*                  China              Haplotipe lain dengan frekuensi lebih rendah berkisar
 Clade II           AB009436*           Lombok, Indonesia         antara 0,47% hingga 2,38% distribusinya terbatas di
                                                                  lokasi tertentu. Hasil tersebut menunjukkan tiga
 Clade IIIa            FL17                  Thailand
                                                                  haplotipe yaitu H-4, H-1, dan H-5 paling dominan dan
 Clade IIIb            DW07                    China              distribusinya menyebar luas ke berbagai daerah mulai
 Clade IIIc            DW02                    China              dari Barat ke Timur wilayah Nusantara. Distribusi
                                                                  haplotipe ayam Kampung secara lengkap dapat dilihat
 Clade IIId            DC15                    China              pada Tabel 2.
 Clade IV             PKD15                  Pakistan
                                                                  Analisis filogeni
Sumber: BJORNSTAD et al. (2005) unpublished in MOBEGI (2005);
        MOBEGI (2006); ILRI (2006); YI-PING et al. (2006).
                                                                      Hasil analisa filogeni dengan referensi sekuen clade
                                                                  I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IIId dan IV digunakan untuk
              HASIL DAN PEMBAHASAN                                menunjukkan posisi dari ayam Kampung dan Gallus
                                                                  gallus yang dikoleksi dari Sulawesi. Frekuensi clade
Polimorfisme Sekuen hipervariabel-I                               dari ayam Kampung terdiri dari clade II= 84,31% (43
                                                                  haplotipe), clade IIIc= 1,96% (1 haplotipe), clade IIId=
    Hasil analisis sekuen HV-I sepanjang 397 pasang               3,92% (2 haplotipe), clade IV= 7,84% (4 haplotipe),
basa dari populasi ayam Kampung terdapat 62 situs                 dan satu haplotipe berada di luar referensi pembagian
polimorfik dan diidentifikasi terdapat 51 haplotipe               clade (1,96%). Lima sekuen dari G. gallus gallus yang
(Gambar 1). Frekuensi haplotipe tertinggi terdapat pada           dikoleksi dari Sulawesi semua masuk dalam clade II
H-4 (36,19%) kemudian diikuti H-1 (18,57%), H-5                   dimana satu sekuen tergabung dalam H-23 dan dua
(10,95%) dan haplotipe lainnya dengan frekuensi                   sekuen lainya tergabung dalam H-4, serta dua sampel
berkisar antara 0,48 hingga 2,3%. Distribusi situs                berdiri sebagai haplotipe G. g. gallus 1 dan G. g. gallus
polimorfik sekuen hipervariabel-I dari daerah kontrol             3 (Gambar 3). Hal ini berarti garis keturunan langsung
DNA mitokondria, yaitu pada urutan basa antara 0-49               ayam Kampung dari clade II berasal dari Gallus gallus
terdapat 4 situs polimorfik (6,45%), 50-99 tidak                  gallus. Sekuen dari ayam domestikasi yang diambil dari
terdapat situs polimorfik (0%), 100-149 terdapat 3 situs          GenBank dengan kode akses AB098668 masuk dalam
polimorfik (4,84%), 150-199 terdapat 7 situs polimorfik           clade IIId (China) dan sekuen dari Gallus gallus
(11,29%), 200-249 terdapat 14 situs polimorfik                    spadiceus dengan kode akses AB007721 masuk dalam
(22,58%), 250-299 terdapat 17 situs polimorfik                    clade IV (India).
(27,42%), 300-349 terdapat 14 situs polimorfik                        Hasil analisis ini memberi petunjuk bahwa pada
(22,58%) dan 350-397 terdapat 3 situs polimorfik                  ayam Kampung terdapat empat clade (II, IIIc, IIId dan
(4,84%) (Gambar 2). Hasil tersebut menunjukkan                    IV), berarti terdapat empat garis keturunan, sedangkan
bahwa situs polimorfik tertinggi berada antara situs              pada 15 rumpun ayam Indonesia (SULANDARI et al.,
112-397 pasang basa dari sekuen HV-I, yaitu terdapat              2008) melaporkan terdapat lima clade (I, IIIc, IIId dan
58 situs polimorfik (93,55%). SULANDARI et al. (2008)             IV). Hal ini menunjukkan pada rumpun ayam Indonesia
pada 15 rumpun ayam Indonesia melaporkan polimorfik               secara keseluruhan tidak terdapat garis keturunan dari
tertinggi antara situs 167-397 pasang basa (94,5%).               clade IIIa dan IIIb, tetapi dalam jumlah kecil terdapat
                                                                  haplotipe yang tidak masuk dalam referensi pembagian
Distribusi haplotipe hipervaribel-I                               clade, yaitu pada ayam Kampung (1,96%) dan pada 15
                                                                  rumpun ayam lokal Indonesia lainnya (2,9%) dari
  Frekuensi haplotipe tertinggi dari populasi ayam                jumlah haplotipe yang berhasil diidentifikasi.
Kampung berturut-turut terdapat pada H-4 (36,19%)




                                                                                                                             123
JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131




          22331111111112222222222222222222222222222233333333333333333
          34471466677991112222333344455667788888899900000111123344569
          2627847390271589467856746190901235624624689035720727591 N

Ref.     CCTAATATCTACTCATCCCCCTAGCTATTCCTTTACAGAACTCTTCTCCTATCTAATCC 1
    H_1     ..............G..........C..CT....G......C..C.CT.C......... 39
    H_2     ..............G..........C..CT...........C.....T.C......... 2
    H_3     ..AGGCC.......G..........C..AT..GGCAGAG..C..C.CT.C......... 1
    H_4     ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 76
    H_5     ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C....G.... 23
    H_6     ..............G........A.C..CT....G......C..C..T.C....G.... 2
    H_7     ..........G...G....T.....C..CT....G......C..C.CT.C......... 1
    H_8     ..............G..........C..CT....G......C..CT.T.C....G.... 2
    H_9     ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......C.. 1
    H_10    .......C......G..T.......C...............C.......C......... 2
    H_11    ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C........T 1
    H_12    ..............G..........C..C.....G......C..C..T.C......... 2
    H_13    ..............G.T......A.C..CT....G......C..C..T.C....G.... 1
    H_14    ............C.G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 2
    H_15    ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C....G.C.. 1
    H_16    ..............G..........C..C.....G......C..C.CT.C......... 1
    H_17    ..............G.T........C..CT....G.....AC..C..T.C......... 1
    H_18    ..............G..........C..CT....G.........C..T.C......... 2
    H_19    ..................T...G...........G......C.....T.C......... 4
    H_20    ..............G..........C..CT.C..G......C..C.CT.C......... 1
    H_21    .......................................G.C................. 1
    H_22    ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 2
    H_23    ..............G..........C..CT....G......CT.C.CT.C......... 5
    H_24    ..............G..........C..CT...........C..C..T.C......... 1
    H_25    ..............G........A.C..CT....G......C..C..T.C......... 1
    H_26    ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C....G...T 1
    H_27    ...........A..G..........C..CT...........C.....T.C......... 1
    H_28    ..............G..........C..CT....G.........C..T.C........T 1
    H_29    ..............G..........C..CT....G......C.CC..T.C......... 2
    H_30    ..............GC.........C..CT...........C.....T.C..T...... 1
    H_31    ..............G..........CG.CT....G......C..C..T.C.C....... 1
    H_32    .........C....G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1
    H_33    ..............G..........C..CT....G......C..CTCT.C......... 1
    H_34    ..............G....T.....C..CT....G......C..C..T.C......... 4
    H_35    .........................................C................. 1
    H_36    ..............G..........C..CT....G......C..C..TTC......... 1
    H_37    ..............G..........T..CT....G......C..C..T.C....G.... 1
    H_38    ...GG.........G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1
    H_39    ........T.T...G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1
    H_40    ........T.T...G..........C..CT...........C..C..T.C......... 4
    H_41    ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1
    H_42    ..............G..........C..CT....G......C..C....C......... 1
    H_43    ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C.....G... 1
    H_44    G.............G.............CT....G......C..C..T.C....G.... 1
    H_45    ..............G.............CT....G......C..C..T.C.....G... 1
    H_46    ..............G........A.C..CTT...G......C..C..T.C....G.... 3
    H_47    .G............G........A.C..CTT...G......C..C..T.C....G.... 1
    H_48    ..............G.....TC...C.CCT...........C.....T..C........ 1
    H_49    .............TG..........C...T....G......C..C..T.C......... 1
    H_50    ....C.........G........AGC...T....G......C..C..T.C...G..... 1
    H_51    ..............G..........C..CT....G...G..C..C.CT.C....G.... 1

Gambar 1. Polimorfisme nukleotida pada segmen hipervariabel I daerah kontrol DNA mitokondria dan diselaraskan dengan
          referensi GenBank (kode akses AB098668) pada populasi ayam Kampung




124
ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol




                              18
                              16
                              14
    Jumlah Situs Polimorfik




                              12
                              10
                              8
                              6
                              4
                              2
                              0
                                   0-49       50-99      100-149     150-199       200-249     250-299      300-349      350-397
                                                               Panjang Sekuen

                                   Gambar 2. Distribusi situs polimorfik sekuen fragmen HV-I daerah kontrol DNA mitokondria


    Pada ayam Kampung didominasi dalam clade II                                 ayam Indonesia terkait erat dengan kehidupan liar ayam
meliputi 84,31% dari semua populasi yang dianalisis.                            hutan merah (G. gallus gallus) yang masih hidup lestari
Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil                           sampai saat ini di hutan Sumatera, Jawa, Bali dan
analisis pada 15 ayam lokal Indonesia yang meliputi                             Sulawesi.
ayam Pelung, Cemani, Gaok, Kedu, Wareng, Arab
Silver, Arab Golden, Merawang, Kapas, Nunukan,                                  Analisa network
Tolaki dan Kalosi didominasi clade II sekitar 80,2%
dari semua populasi yang dianalisis (SULANDARI et al.,                              Analisa Median-joining Network dari 210 individu
2008). Hasil ini memberi petunjuk bahwa dominasi                                (51 haplotipe) ayam Kampung dilakukan dengan
clade II pada ayam Kampung lebih tinggi dari 15                                 menggunakan program komputer NETWORK 4.1.0.8.
rumpun ayam Indonesia. Hal yang dapat disimpulkan                               (BANDELT et al., 1999) dapat dilihat pada Gambar 4.
bahwa secara umum semua populasi ayam Indonesia                                 Median joining network membuat diskripsi variasi
berada di dalam clade II dan merupakan frekuensi                                genetik ayam Kampung yang dikoleksi dari berbagai
populasi tertinggi dari populasi ayam di Asia. Frekuensi                        tempat di Indonesia menunjukkan variasi terdiri dari
clade II tertinggi lainnya ditemukan pada populasi                              empat clade (clade II, IIIc, IIId IV) dan satu di luar
ayam di Madagaskar, yaitu mencapai 75% (MOBEGI,                                 referensi clade yang diperlihatkan lima warna yang
2005). Tentu temuan ini menjadi semakin menarik                                 berbeda dan didominasi oleh warna biru (clade II) yang
kenapa populasi ayam di Madagaskar juga dominan di                              terdiri dari 41 haplotipe yang diperlihatkan oleh
clade II sehingga perlu dilihat dari sejarah hubungan                           lingkaran berwarna biru dan terdapat warna merah yang
antara masyarakat di kepulauan Nusantara dan                                    merupakan G. gallus gallus yang tergabung dalam H-4,
Madagaskar dimasa lalu. Pendapat ini diperkuat dari                             H-23, dan dua sekuen ayam hutan merah lainnya berdiri
hasil penelitian COX et al. (2012) melaporkan hasil                             sebagai haplotipe sendiri. Namun demikian semua G.
kajian dengan teknik molekuler terhadap suku bangsa di                          gallus gallus yang berasal dari Sulawesi masuk dalam
Indonesia dan Madagaskar. Hasil penelitian dilaporkan
                                                                                clade II. Diikuti warna kuning/clade IV (India) terdapat
bahwa pendukduk Madagaskar berasal dari kepulauan
                                                                                empat haplotipe, warna hijau tua/clade IIId (China)
Nusantara. Selain itu menurut RAZAFINDRAIBE et al.
                                                                                terdapat dua haplotipe dan satu haplotipe sekuen
(2008) menyatakan bahwa ayam Madagaskar berasal
                                                                                referensi GenBank AB098668, warna hijau muda/clade
dari Indonesia dengan adanya dokumentasi mengenai
                                                                                IIIc (China) terdapat 1 haplotipe, dan satu haplotipe dari
migrasi manusia secara langsung dari Indonesia sekitar
                                                                                ayam Kampung berasal dari Jawa Tengah (empat
1500 tahun yang lalu. MTILENI et al. (2011) melaporkan
bahwa asal usul Ayam Afrika bagian selatan berasal                              sampel) tidak termasuk dalam pembagian referensi
dari tiga garis keturunan, yaitu China, India dan Asia                          clade (warna abu-abu). Titik berwarna hitam
Tenggara berdasarkan analisis DNA mitokondria.                                  merupakan median vector (mv) yang merupakan mutasi
Kenyataan ini telah memperkuat posisi kepulauan                                 nukleotida dibandingkan dengan referensi sekuen kode
nusantara sebagai pusat domestikasi utama dan rumpun                            akses GenBank AB098668 (KOMIYAMA et al., 2003).



                                                                                                                                      125
JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131


Tabel 2. Distribusi haplotipe ayam Kampung berdasarkan sekuen hipervariabel-I daerah kontrol dari DNA mitokondria


 Haplotipe                                  Lokasi populasi ayam kampung                                   Total    Frekuensi
                                                                                                                       (%)
             Aceh Sumut Lampung       Banten Jateng Lombok          Sulteng    Morotai Ternate Halmahera

 H_1          1      -       10         9        8         3          2             2    3        1         39      18,57
 H_2          1      1        -         -        -          -         -             -    -        -         2       0,95
 H_3          1      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_4          9     11       6          5        3         27         3             4    3        5         76      36,19
 H_5          5      7        -         -        -         3          2             3    2        1         23      10,95
 H_6          2      -        -         -        -          -         -             -    -        -         2       0,95
 H_7          1      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_8          2      -        -         -        -          -         -             -    -        -         2       0,95
 H_9          1      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_10         1      -        -         -        1          -         -             -    -        -         2       0,95
 H_11         1      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_12         1      -        -         -        -          -         -             -    -        1         2       0,95
 H_13         1      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_14         1      -        -         -        -         1          -             -    -        -         2       0,95
 H_15         1      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_16         -      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_17         -      -        -         1        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_18         -      -        -         2        -          -         -             -    -        -         2       0,09
 H_19         -      -       1          -        4          -         -             -    -        -         4       1,95
 H_20         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_21         -      -        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_22         -      -       2          -        -          -         -             -    -        -         2       0,95
 H_23         -      -       5          -        -          -         -             -    -        -         5       2,38
 H_24         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_25         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_26         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_27         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_28         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_29         -      -       2          -        -          -         -             -    -        -         2       0,95
 H_30         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_31         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_32         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_33         -      -       1          -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_34         -      -        -         -        -          -         3             -    1        -         4       1,90
 H_35         -      -        -         -        -          -         -             -    1        -         1       0,47
 H_36         -      -        -         -        -          -         -             1    -        -         1       0,47
 H_37         -      -        -         -        -          -         -             -    -        1         1       0,47
 H_38         -      -        -         -        -          -         -             -    -        1         1       0,47
 H_39         -      -        -         -        -          -         1             -    -        -         1       0,47
 H_40         -      -        -         -        -          -         4             -    -        -         4       1,90
 H_41         -      -        -         -        -          -         1             -    -        -         1       0,47
 H_42         -      -        -         -        -          -         1             -    -        -         1       0,47
 H_43         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_44         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_45         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_46         -      3        -         -        -          -         -             -    -        -         3       1,43
 H_47         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_48         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_49         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_50         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47
 H_51         -      1        -         -        -          -         -             -    -        -         1       0,47




126
ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol


Diversitas genetik                                                diversitas haplotipe ayam lokal Afrika selatan terendah
                                                                  0,54 ± 0,08 dan tertinggi 0,88 ± 0,05. Secara umum
    Keragaman genetik dari populasi ayam Kampung                  diversitas genetik ayam Afrika lebih rendah
berupa diversitas haplotipe dan nukleotida sebagai                dibandingkan ayam Indonesia. Populasi ayam lokal
berikut di Aceh (0,890 ± 0,044) dan (0,00907),                    Asia yaitu di Vietnam menurut SALAZAR et al. (2010)
Sumatera Utara (0,830 ± 0,052) dan (0,00768),                     menunjukkan diversitas haplotipe (0,75-1,00) dan
Lampung (0,78 2± 0,053) dan (0,00639), Banten                     diversitas nukleotida (0,007-0,019), sedangkan keragam
(0,725 ± 0,083) dan (0,00494), Jawa Tengah (0,728 ±               genetik populasi ayam Jepang diversitas nukleotida
0,083) dan (0,01206), Lombok (0,654 ± 0,080) dan                  berkisar antara 0,001020-0,001623 (OKA et al., 2007).
(0,00395), Sulawesi Tenggara (0,908±0,039) dan
(0,00781), Ternate (0,873 ± 0,071) dan (0,01031),                 Jarak genetik dan uji polimorfisme
Morotai (0,018 ± 0,083) dan (0,00654), Halmahera
(0,818 ± 0119) dan (0,00709). Populasi ayam Kampung                   Hasil analisa jarak genetik dalam populasi ayam
secara keseluruhan mempunyai diversitas haplotipe                 Kampung dilakukan dengan menggunakan perangkat
0,825 ± 0,021 (0,018 ± 0,083-0,908 ± 0,039) dan                   lunak MEGA versi 5.05 (TAMURA et al., 2011) dengan
diversitas nukleotida 0,00600 (0,00395-0,01206). Dapat            hasil sebagai berikut, di Aceh (0,008), Sumatera Utara
dilihat secara lengkap pada Tabel 3.                              (0,007), Lampung (0,005), Banten (0,003), Jawa
    Jika dilihat berdasarkan kelompok haplotipe                   Tengah (0,11), Lombok (0,003), Sulawesi Tenggara
populasi ayam Kampung, maka pada haplogrup II yang                (0,006), Ternate (0,007), Morotai (0,003) dan
merupakan populasi mayoritas dari ayam Kampung                    Halmahera (0,003). Perhitungan jarak genetik antar
maka diversitas haplotipe (1,00 ± 0,005) dan diversitas           populasi berkisar antara 0,003-0,011, sedangkan hasil
nukleotida (0,01057), haplogrup IIId diversitas genetik           selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
(1,00 ± 0,272) dan diversitas nukleotida (0,00338),                   Uji TAJIMA (1989b) dan uji FU dan LI (1993)
haplogroup IV diversitas haplotipe (1,00 ± 0,177) dan             dilakukan untuk menguji hipotesis mutasi netral pada
diversitas nukleotida (0,01266), sedangkan haplogrup              polimorfisme DNA. Perangkat lunak yang digunakan
IIIc hanya ada satu haplotipe dengan diversitas                   DnaSP versi 5.0 (ROZAS et al., 2003). Hasil uji TAJIMA
nukleotida (0,01511), dapat dilihat secara lengkap pada           menunjukkan nilai negatif (-2,35088) dan uji FU dan LI
Tabel 4. Diversitas haplotipe pada 15 rumpun ayam                 menunjukkan nilai negatif (-4,83418) dan berbeda
lokal Indonesia lainnya berdasarkan laporan                       sangat nyata P < 0,01 pada jarak genetik diantara
SULANDARI et al. (2008) berkisar antara 0,45538-                  individu populasi ayam Kampung. Menurut SIMONSEN
0,89832, sedangkan secara keseluruhan dari rumpun                 et al. (1995), dikatakan Uji Fu dan Li sedikit lebih
ayam lokal Indonesia 0,880445, sedangkan diversitas               sensitif dibandingkan dengan uji TAJIMA. Nilai Fu’s Fs
nukleotida 0,00264-0,00828 dan secara keseluruhan                 negatif
0,00994.                                                          (-57,608) merupakan indikator tingginya diversitas
    Hasil perbandingan dengan hasil penelitian di                 genetik dan ekspansi populasi pada ayam kampung. Hal
Afrika seperti yang dilakukan ADEBAMBO et al. (2010)              ini berarti terjadi aliran gen antar populasi sangat tinggi
melaporkan ayam Kampung Nigeria memiliki diversitas               seperti diperlihatkan dengan haplotipe utama yang
haplotipe (0,4217 ± 0,0419) dan diversitas nukleotida             menyebar dari wilayah barat hingga wilayah timur
(0,00157 8± 0,01376) dan MTILENI et al. (2011),                   Indonesia.
Tabel 3. Diversitas ayam Kampung pada masing-masing populasi

 Lokasi                  Jumlah sampel     Situs polimorfik      Haplotipe      Diversitas Haplotipe     Diversitas nukleotida

 Aceh                          29                 33                 16            0,890 ± 0,044               0,00907
 Sumatera Utara                30                 27                 13            0,830 ± 0,052               0,00768
 Lampung                       25                 15                 7             0,782 ± 0,053               0,00639
 Banten                        18                 12                 6             0,725 ± 0,083               0,00494
 Jawa Tengah                   16                 15                 5             0,728 ± 0,083               0,01206
 Lombok                        45                 22                 15            0,654 ± 0,080               0,00395
 Sulawesi Tenggara             17                 15                 9             0,908 ± 0,039               0,00781
 Ternate                       10                 13                 6             0,873 ± 0,071               0,01031
 Morotai                       10                 12                 5             0,018 ± 0,083               0,00654
 Halmahera                     10                 13                 7             0,818 ± 0,119               0,00709
 Total                                                                             0,825 ± 0,021               0,00600



                                                                                                                             127
JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131


                                                                       Haplotipe.22
                                                                         Haplotipe.29
                                                                         Haplotipe.49
                                                                         Haplotipe.32
                                                                       G.gallus.gallus.5
                                                                       Haplotipe.04
                                                                             Haplotipe.31
                                                                         Haplotipe.36
                                                               0         Haplotipe.14
                                                                       G.gallus.gallus.2
                                                                         Haplotipe.43
                                                               52            Haplotipe.45
                                                                         Haplotipe.41

                                                               31        Haplotipe.11

                                                              26            Haplotipe.26
                                                                         Haplotipe.18
                                                               52            Haplotipe.28

                                                               53
                                                               0         Haplotipe.09

                                                               7             Haplotipe.15
                                                                             Haplotipe.17
                                                                0
                                                               42 Haplotipe.25
                                                              19      Haplotipe.50

                                                               36             Haplotipe.13
                                                                             Haplotipe.06
                                                                   37                                                   Clade II
                                                                    40        Haplotipe.46
                                                                        71        Haplotipe.47

                                                               46             Haplotipe.07
                                                                         Haplotipe.34

                                                               46        Haplotipe.12

                                                               0
                                                                            Haplotipe.16

                                                                    55                            Haplotipe.03
                                                               6             Haplotipe.38
                                                                0
                                                                 64 Haplotipe.23
                                                                             G.gallus.gallus.4
                                                                             Haplotipe.20
                                                                0
                                                               16
                                                                        Clade.II
                                                                        Haplotipe.01
                                                                             Haplotipe.33
                                                                0
                                                              7 31            Haplotipe.51
                                                                              G.gallus.gallus.3

                                                                   2         Haplotipe.08
                                                                         Haplotipe.05
                                                                    6
                                                                    4        Haplotipe.37
                                                          11
                                                                    65        Haplotipe.44
                                                                             G.gallus.gallus.1
                                                                         Haplotipe.39
                                                          31 78              Haplotipe.40
                                                                    Haplotipe.24

                                                                             98     Haplotipe.48
                                                                                       G.g.spadiceus.AB007721
                                                     26             Clade.IV
                                                           46                                                              Clade IV
                                                                    Haplotipe.02
                                                              40        Haplotipe.27
                                                                        Haplotipe.30
                                                    99
                                                                            Haplotipe.19
                                                                                                  Group Unassigned
                                                              83               Unassigned

                                                              85 Haplotipe.10
                                                                                             Clade IIIc
                                                                         Clade.IIIc

                                                         53                   G.gallus.AB098668
                                                                              Clade.IIId
                                                                   96                                     Clade IIId
                                                                              Haplotipe.21
                                                                       69
                                                                             Haplotipe.35
                                                                                      Gallus.varius.D82912             Outgroup

                                                                             G.lafayetti.D66893
                                                                                                                                   Outgroup
                                         100                                                      G.sonneratii.D66892


                                  0.02



      Gambar 3. Pohon filogeni ayam Kampung berdasar sekuen Hipervariabel-I daerah kontrol DNA mitokondria




128
ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol




                                                                                                            G.g.
                                                                                                        gallus

                                                                                                               Clade
                                                                                                        II

                                                                                                               Clade
                                                                                                        IIIc

                                                                                                               Clade
                                                                                                        IIId

                                                                                                               Clade
                                                                                                        IV

                                                                                                               out




Gambar 4. Analisis Median-joining network ayam Kampung berdasar sekuen Hipervariabel-I daerah kontrol DNA mitokondria
          masing-masing lingkaran merupakan proporsi frekuensi haplotipe

Tabel 4. Jarak genetik antar populasi ayam Kampung

                    1          2         3          4          5          6          7          8              9        10
 Aceh               -
 Banten           0,006
 Jateng          0,0011      0,008
 Lombok           0,006      0,003     0,008     0,005
 Ternate          0,008      0,005     0,009     0,006       0,005
 Morotai          0,005      0,003     0,008     0,004       0,003      0,005
 Halmahera        0,006      0,004     0,008     0,005       0,003      0,005      0,003
 Sulteng          0,007      0,005     0,010     0,006       0,005      0,007      0,005      0,005
 Sumut            0,007      0,006     0,011     0,007       0,005      0,007      0,005      0,005       0,007          -



                     KESIMPULAN                                                  UCAPAN TERIMA KASIH

   Hasil penting penelitian ini memberi petunjuk                       Terima kasih kepada Prof. Dr. Jian Lin Han (ILRI)
bahwa dominasi clade II pada ayam Kampung telah                    atas bantuan dana yang diberikan untuk sekuen sampel
memperkuat hasil penelitian SULANDARI et al (2008),                ayam Kampung; teknisi Laboratorium Genetika, Bidang
yang menyatakan Indonesia sebagai pusat domestikasi                Zoologi-Puslit Biologi-LIPI serta pada semua pihak
utama dan ayam lokal Indonesia terkait erat dengan                 yang membantu dalam koleksi material DNA dari Aceh
ayam hutan merah (G. gallus gallus). Sebagai pusat                 hingga di Propinsi Maluku Utara.
domestikasi, populasi ayam Kampung menunjukkan
diversitas genetik, ekspansi populasi, serta distribusi
haplotipe yang tinggi. Hal ini juga diperlihatkan dengan
haplotipe utama yang menyebar dari wilayah barat
hingga wilayah timur di kepulauan Indonesia.




                                                                                                                             129
JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131


                   DAFTAR PUSTAKA                                MTILENI, B.J., F.C. MUCHADEYI, A. MAIWASHE, M.
                                                                      CHIMONYO, E. GROENEVELD, S. WEIGEND and K.
ADEBAMBO, A.O., V.A. MOBEGI, J.M. MWACHARO, B.M.                      DZAMA. 2011. Diversity and origin of South African
    OLADEJO, R.A. ADEWALE, L.O. ILORI, B.O.                           chickens. Poult. Sci. 90: 2189-2194.
    MAKANJUOLA, O. AFOLAYAN, G. BJORNSTAD, H. JIANLIN            NIU, D., Y. FU, J. LUO, H. RUAN, X.P. YU, G. CHEN and Y.P.
    and O. HANOTTE. 2010. Lack of phylogeographic                     ZHANG. 2002. The origin and genetic diversity of
    structure in Negerian village chickens revealed by                Chinese native chicken breeds. Biochem. Gen. 40: 163-
    mitochondrial DNA D-loop sequence analysis. Int. J.               174.
    Poult. Sci. 9: 503-507.
                                                                 OKA, T., Y. INO, K. NOMURA, S. KAWASHIMA, T. KUWAYAMA,
BANDELT, H.J., P. FORSTER and A. ROHL. 1999. Median-                  H. HANADA, T. AMANO, M. TAKADA, N. TAKAHAKA, Y.
    joining networks for inferring intraspecific phylogenies.         HAYASHI and F. AKISHINONOMIYA. 2007. Analysis of
    Mol. Biol. Evol. 16: 37-38.                                       mtDNA sequences shows Japanese native chickens have
COX, M.P., M.G. NELSON, M.K TUMONGGOR, F.X. RICAUT and                multiple origins. Int. Societ. Anim. Gen. 38: 287-293
     H. SUDOYO. 2012. A small cohort of Island Southeast         RAZAFINDRAIBE, H., V.A. MOBEGI, S.C. OMMEH,
     Asian women founded Madagascar. Proc. R. Soc. B                 RAKOTONDRAVAO, G. BJORNSTAD, O. HANOTTE and H.
DITJENNAK, 2008. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal           JIANLIN. 2008. Mitochondrial DNA origin of indigenous
     Peternakan, Departemen Pertanian RI. hlm. 300.                  Malagasy chicken, implication for a fungctional
                                                                     polymorphism at the Mx gene. Anima Biodiversity and
FUMIHITO, A., T. MIYAKE, S. SUMI, M. TAKADA, S. OHNO and             emerging diseases. Ann. N.Y. Acad. Sci. 1149: 77-79.
     N. KONDO. 1994. One subspecies of the Red Jungle
     Fowl (Gallus gallus gallus) suffices as the matriarchic     ROZAS, J., J. C SÁNCHEZ-DELBARRIO, X. MESSEGYER and R.
     ancestor of all domestic breeds. Proc. Natl. Acad. Sci.         ROZAS. 2003. DnaSP, DNA polymorphism analyses by
     USA. 91: 12505-12509.                                           coalescent and other methods. Bioinformatics 19: 2496-
                                                                     2497.
FUMIHITO, A., T. MIYAKE, M. TAKADA, R. SHINGU, T. ENDO, T.
     GOJOBORI, N. KONDO and S. OHNO. 1996. Monophyletic          SALAZAR, C.B., X. ROGNON, T.N. VAN, M. GELY, C.V. CHI,
     origin and unique dispersal patterns of indiGEnous               M.T. BOICHARD, B.B. HOM, N. BRUNEAU, E. VERRIER,
     fowls. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 93: 6792-6795.                J.C. MAILLARD and J.R. MICHAUX. 2010. Vietnamese
                                                                      chickens: A gate towards Asian genetic diversity. BMC.
FU, Y.X. AND LI, W.H. 1993. Statistical test of neutrality of         Genetics 11: 1-11.
     mutations. Genetics 133: 693-709.
                                                                 SAMBROOK, J., E.F. FRITSCH and T. MANIAS. 1989. Molecular
ILRI. 2006. Safe guarding livestock diversity. The time is           Cloning. A Laboratory Manual. Vol. 1-3. Second
     now ILRI Annual report 2006. pp. 108.                           Edition. Cold Spring Harbour Laboratory Press.
KOMIYAMA, T., K. IKEO and T. GOJOBORI. 2003. Where is the        SAWAI, H., H.L. KIM, K. KUNO, S. SUZUKI, H. GOTOH, M.
    origin of the Japanese gamecocks? Gene 317: 195-202.             TAKADA, N. TAKAHATA, Y. SATTA and F.
TAMURA, K., D. PETERSON, N. PETERSON, G. STECHER, M. NEI             AKISHINONOMIYA. 2010. The origin and genetic
    and S. KUMAR 2011. MEGA 5.05: Molecular                          variation of domestic chickens with special reference to
    evolutionary genetics analysis using maximum                     junglefowls G. gallus gallus and G. varius. May 2010.
    likelihood, evolution distance, and maximum parsimony            www.plosone.org
    methode. Mol. Biol. Evol. 10: 2731-2739.                     SIBLEY, C.G. and B.L. MONROE. 1990. Distribution and
LIU, Y.P., G.S. WU, Y.G. YAO, Y.W. MIAO and G. LUIKART.               Taxonomy of Birds of the World. Yale University Press.
      2006. Multiple maternal origin of chickens: out of the          New Haven and London. P1111.
      Asian jungles. Mol. Phy. Enet. Evol. 38: 12-19.            SIDADOLOG, J.H.P. 2007. Pemanfaatan dan kegunaan ayam
MOBEGI, V.A. 2005. Genetic characterization of African                lokal Indonesia. Dalam: Keanekaragaman Sumber Daya
    chicken using mitochondrial DNA D-loop sequences                  Hayati Ayam Lokal Indonesia Manfaat dan Potensinya.
    Thesis. Department of Biochemistry, Faculty of                    DIWYANTO K. dan S.N. PRIJONO (Eds.). Pusat Penelitian
    Medicine, University of Nairobi, Nairobi.                         Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor,
                                                                      Indonesia. pp. 27-42.
MOBEGI, A.V. and CHICKEN DIVERSITY CONSORTIUM. 2006.
    Mitochondrial DNA D-loop Sequences Reveal the                SULANDARI, S., M.S.A. ZEIN and T. SARTIKA. 2008. Molecular
    Genetic Diversity of African Chicken. Tanzania Society           characterization of Indonesian indigenous chicken based
    for Animal Production, Dar es Salaam; All Africa                 on mitochondrial DNA displacement (D)-loop
    Society for Animal Production, Nairobi (Kenya). The              sequences. Hayati J. Biossci. 15: 145-154.
    role of biotechnology in animal agriculture to address       TAJIMA, F. 1989. Statistical method for testing the neutral
    poverty in Africa: Opportunities and challenges. Proc.            mutation hyphothesis by DNA polymorphism. Genetics
    of the 4th all Africa conference on animal agriculture            123: 585-595.
    and the 31st annual meeting of the Tanzania Society for
    Animal Production. Dar es Salaam Tanzania: TSAP. pp.
    293-298.




130
ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol


WEST B. and B.X. ZHOU. 1988. Did chickens go north? New           YI-PING, L., W. GUI-SHENG, Y. YONG-GANG, M. YONG-
    evidence for domestication. J. Archaeol. Sci. 15: 515-             WANG, G. LUIKART, M. BAIG, A. BEJA-PEREIRA, D.
    533.                                                               ZHAO-LI, M.G. PALANICHAMY and Z. YA-PING. 2006.
                                                                       Multiple maternal origins of chickens: out of the Asian
                                                                       jungle. Mol. Phylogen. Evol. 38: 12-19.




                                                                                                                             131

Contenu connexe

Similaire à 143 751-1-pb

Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006Tata Naipospos
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaode Syawal Fapet
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullEmi Suhaemi
 
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptxBab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptxrisabiologi
 
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptxBab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptxDELLABLATAMA1
 
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015Jojo Subagja
 
Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006
Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006
Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006Tata Naipospos
 
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictIlmianisa Azizah
 
Rangkuman Materi Biologi SMA Evolusi
Rangkuman Materi Biologi SMA EvolusiRangkuman Materi Biologi SMA Evolusi
Rangkuman Materi Biologi SMA EvolusiAlya Titania Annisaa
 
9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropodaxie_yeuw_jack
 
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfKeragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfAgathaHaselvin
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuhPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuhWarta Wirausaha
 
245-Article Text-409-4-10-20191116.pdf
245-Article Text-409-4-10-20191116.pdf245-Article Text-409-4-10-20191116.pdf
245-Article Text-409-4-10-20191116.pdfISMALIZABINTIISHAKMo
 
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanKajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanpratiwidm
 
Potensi pelestarian unggas lokal
Potensi pelestarian unggas lokalPotensi pelestarian unggas lokal
Potensi pelestarian unggas lokalEmi Suhaemi
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU Riskymessyana99
 

Similaire à 143 751-1-pb (19)

Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
Epidemiologi Avian Influenza - KIVNAS PDHI, Jakarta, 12 Juli 2006
 
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampungLaporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
Laporan kualitatif dan kuantitatif telur ayam kampung
 
Potensi pelestarian full
Potensi pelestarian fullPotensi pelestarian full
Potensi pelestarian full
 
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptxBab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
Bab 4 TEORI EVOLUSI_ www.kampusimpian.com.pptx
 
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptxBab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
Bab-4-TEORI-EVOLUSI.pptx
 
Aicis mataram2013
Aicis mataram2013Aicis mataram2013
Aicis mataram2013
 
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
Baung 3 populasi jojo-jra- 2015
 
Monyet sebagai hewan coba
Monyet sebagai hewan cobaMonyet sebagai hewan coba
Monyet sebagai hewan coba
 
Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006
Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006
Peran Itik Dalam Penularan Avian Influenza - CIVAS, Bogor, 2 Februari 2006
 
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpictLAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
LAPORAN ILMU KESEHATAN TERNpict
 
Rangkuman Materi Biologi SMA Evolusi
Rangkuman Materi Biologi SMA EvolusiRangkuman Materi Biologi SMA Evolusi
Rangkuman Materi Biologi SMA Evolusi
 
KELOMPOK AVES.pptx
KELOMPOK AVES.pptxKELOMPOK AVES.pptx
KELOMPOK AVES.pptx
 
9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda
 
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdfKeragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
Keragaman_kelelawar_insektivora_Sub_Ordo.pdf
 
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuhPedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
Pedoman Teknis Sukses Wirausaha Budidaya Burung puyuh
 
245-Article Text-409-4-10-20191116.pdf
245-Article Text-409-4-10-20191116.pdf245-Article Text-409-4-10-20191116.pdf
245-Article Text-409-4-10-20191116.pdf
 
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulanKajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
Kajian kepustakaan, pembahasan, kesimpulan
 
Potensi pelestarian unggas lokal
Potensi pelestarian unggas lokalPotensi pelestarian unggas lokal
Potensi pelestarian unggas lokal
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 

Dernier

Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxEndah261450
 
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikSkintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikHaseebBashir5
 
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88KangGunawan2
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiHaseebBashir5
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelHaseebBashir5
 
381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptx
381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptx381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptx
381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptxSahlimaHutagalung
 
Analisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptx
Analisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptxAnalisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptx
Analisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptxEvita50
 
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekaLaporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekajohan effendi
 
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online""Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"HaseebBashir5
 
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwdfurinews
 

Dernier (10)

Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
 
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang MenarikSkintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
Skintoto: Mengeksplorasi Dunia Judi Online yang Menarik
 
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
Pelajari Marketing Plan dari Bisnis JKS88
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
 
381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptx
381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptx381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptx
381311118-Contoh-biodata-diri-PowerPoint.pptx
 
Analisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptx
Analisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptxAnalisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptx
Analisa_data_berkala_dengan_metode_semi.pptx
 
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdekaLaporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
Laporan Aksi Nyata.docx kurikulum merdeka
 
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online""Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
"Skintoto: Destinasi Utama bagi Pecinta Judi Online"
 
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
1000 hari alm KUSWADI aslkdjalksjdlkajdqwd
 

143 751-1-pb

  • 1. JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131 Keragaman Genetik dan Distribusi Haplogrup Ayam Kampung dengan Menggunakan Hipervariabel-I Daerah Kontrol DNA Mitokondria M. SYAMSUL ARIFIN ZEIN dan S. SULANDARI Pusat Penelitian Biologi LIPI Jl. Raya Jakarta Bogor KM. 46, Cibinong 16911 (Diterima 13 April 2012; disetujui 19 Juni 2012) ABSTRACT M. SYAMSUL ZEIN, A. and SULANDARI. 2012. Genetic diversity and haplogroups distributions of Kampung chickens using hypervariable-I mitochondrial DNA control region. JITV 17(2): 120-131. Until now no studies evaluating the position of Kampung chickens in chicken clade of Asia. Thus studies based on molecular DNA sequence hipervariable-I on Kampung chicken is needed. Molecular studies based on DNA sequences hyper variable-I of Kampong chicken was done to confirm the results of previous evaluations conducted on 15 families of local chickens of Indonesia. An analysis of 210 individuals Kampung chicken (Aceh, North Sumatra, Lampung, Banten, Central Java, Lombok, Sulawesi, Ternate, Morotai and Halmahera) resulted in 51 haplotypes derived from 62 polymorphic sites. Polymorphic sites among the highest seen at 112-397 (93.22%). The highest haplotype frequencies contained in the haplotype H-4 (36.19%), followed by H-1 (18.57%) and H-5 (10, 95%). Kampung chicken phylogeny analysis formed four haplogroups/clade from 7 references of Asian chicken clade. Four haplogroups are clade II = 84.31% (43 haplotypes), clade IIIC = 1.96% (1 haplotype), clade IIID = 3.92% (2 haplotypes), clade IV = 7.84% (4 haplotypes). The results prove of that Indonesian local and indigenous chickens were equally dominated clade II. Analysis of genetic diversity showed haplotype diversity of 0.825 ± 0.021, nucleotide diversity of 0.00600 on average, the genetic distance between populations ranged from 0.003 to 0.011, and the genetic distance within populations ranged from 0.00395 to 0.01031. Genetic distance between individuals in all populations of Kampung chickens was significantly different (P < 0.01). Fu's Fs values was negative, indicating high genetic diversity and population expansion on native chicken in Indonesia. Other important result was shown with the major haplotype spread from western to eastern Indonesia, and had strengthened the position of Indonesia as one of the centers of domestication of the chicken. Key Words: Kampung Chicken, Hypervariable-I, Control Region, Mitochondrial DNA, Haplotype, Clade ABSTRAK M. SYAMSUL ZEIN A. dan SULANDARI. 2012. Keragaman genetik dan distribusi haplogrup ayam kampung dengan menggunakan hipervariabel-1 daerah kontrol DNA mitokondria. JITV 17(2): 120-131. Sampai kini belum ada penelitian yang mengevaluasi posisi ayam Kampung di clade ayam Asia. Maka kajian molekuler DNA ayam Kampung berdasarkan sekuen hipervaribel-I adalah penting untuk dilakukan, Kajian molekuler DNA ayam Kampung berdasarkan sekuen hipervaribel-I dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil evaluasi sebelumnya yang dilakukan terhadap 15 rumpun ayam lokal Indonesia. Hasil analisa terhadap 210 individu ayam Kampung (Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Lombok, Sulawesi Tenggara, Ternate, Morotai dan Halmahera) ditemukan 51 haplotipe yang berasal dari 62 situs polimorfik. Polimorfik tertinggi terlihat pada situs antara 112-397 (93,22%). Frekuensi haplotipe tertinggi terdapat pada haplotipe H-4 (36,19%), disusul H-1 (18,57%) dan H-5 (10, 95%). Analisa filogeni ayam Kampung membentuk empat haplogrup/clade dari 7 referensi clade ayam Asia. Empat haplogrup tersebut adalah clade II= 84,31% (43 haplotipe), clade IIIc= 1,96% (1 haplotipe), clade IIId= 3,92% (2 haplotipe), clade IV= 7,84% (4 haplotipe). Hasil penelitian membuktikan bahwa ayam Indonesia baik ayam lokal maupun ayam asli ternyata sama-sama mendominasi dalam clade II. Analisis diversitas genetik menunjukkan diversitas haplotipe 0,825±0,021, diversitas nukleotida rata-rata 0,00600, jarak genetik antar populasi berkisar antara 0,003-0,011, dan jarak genetik dalam populasi berkisar 0,00395-0,01031. Jarak genetik diantara individu di semua populasi ayam Kampung adalah berbeda sangat nyata P<0,01. Nilai Fu’s Fs yang negatif mengindikasikan tingginya diversitas genetik dan ekspansi populasi pada ayam kampung di Indonesia. Hasil penting lainnya ditunjukkan dengan haplotipe utama yang menyebar dari wilayah barat hingga timur Indonesia, dan telah memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat domestikasi ayam. Kata Kunci: Ayam Kampung, Hipervariabel-I, Daerah Kontrol, DNA Mitokondria, Haplotipe, Clade PENDAHULUAN liar menjadi ayam peliharaan. Ayam telah diternak dengan kegunaan utama sebagai penghasil telur, daging, Domestikasi ayam yang meletakkan dasar kegiatan agama, hiburan atau tujuan hiasan. Namun asal peradaban manusia adalah proses perubahan dari ayam ayam domestikasi telah menjadi perdebatan lama antara 120
  • 2. ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol ahli arkeologi dan komunitas ahli genetika. Hasil disampaikan oleh beberapa peneliti dengan pendekatan penemuan arkeologi menunjukkan bahwa di dunia pada DNA molekuler. mulanya terjadi domestikasi ayam di sekitar sungai Atas inisiasi dari ILRI (International Livestock Kuning, Henan (China) sekitar 8000 tahun yang lalu. Research Institute) yang melakukan kolaborasi dengan Selain itu bukti arkeologi juga ditemukan di lembah beberapa institusi dari Eropa, Afrika dan Asia untuk Indus, India (WEST dan ZHOU, 1988). Penemuan melakukan penelitian tentang asal dan distribusi arkeologi di kedua wilayah ini telah memberikan keragaman genetika ayam domestikasi pada level DNA gambaran bahwa peradaban manusia di kedua daerah mitokondria, khususnya dengan menggunakan sekuen tersebut sebagai yang paling awal melakukan hipervariabel-I (HV-I) daerah kontrol DNA domestikasi ayam sehingga diyakini sebagai pusat dari mitokondria sepanjang 397 pasang basa sebagai bahan domestikasi ayam di dunia yang kemudian menyebar ke kajian. Hasil penelitian yang didapatkan telah berbagai tempat lain di dunia. Namun demikian, mendorong untuk menyelenggarakan Chicken diversity penemuan arkeologi ini belum berhasil mengungkap consortium pada saat diselenggarakan The 4th all Africa nenek moyang (ancestor) dari ayam domestikasi. conference on animal agriculture and the 31st annual Studi molekuler genetik pertama yang dilakukan meeting of the Tanzania Society for Animal Production FUMIHITO et al. (1994) menginformasikan bahwa di Afrika yang dikordinasi oleh ILRI pada tanggal 20- semua populasi ayam domestikasi berasal dari satu 24 September tahun 2005. Analisa yang dihasilkan nenek moyang (monophyletic) yaitu ayam hutan merah yaitu telah terbentuk tujuh haplogroup/clade, yaitu (Gallus gallus), yang berasal dari Asia Tenggara. Lebih clade I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IIId dan IV (BJORNSTAD et lanjut FUMIHITO et al. (1996) mengemukakan hasil al., 2005 unpublished in MOBEGI, 2005; MOBEGI, 2006; kajian terhadap D-loop DNA mitokondria pada marga ILRI, 2006; YI-PING et al., 2006). Gallus dari famili Phasianidae yaitu duplikasi tandem Salah satu topik penting yang dibahas dalam acara sepanjang 60 pasang basa ditemukan di dalam daerah “Chicken diversity consortium” bahwa adanya indikasi D-loop dan temuan ini merupakan sifat spesifik pada bahwa clade II didominasi oleh ayam dari Indonesia. marga Gallus. Hasil kajian yang paling menarik adalah Hasil penting tersebut telah dikonfirmasi oleh kesamaan jumlah copy duplikasi tandem yang dimiliki SULANDARI et al. (2008) dengan melakukan analisis antara ayam domestikasi dan Gallus gallus. Temuan ini terhadap 434 individu dari 15 rumpun ayam Indonesia memberi petunjuk bahwa ayam domestikasi adalah (ayam Cemani, Kedu, Kedu Putih, Merawang, Kapas, keturunan dari Gallus gallus. Kajian yang dilakukan Kate, Arab Goden, Arab Silver, Sentul, Pelung, SAWAI et al. (2010) dengan menganalisa 30 intron pada Wareng, Gaok, Nunukan, Tolaki dan Kalosi). Pohon gen di 24 kromosom dan satu Z-klinked loci pada filogeni yang terbentuk menunjukkan hubungan yang genom inti menyatakan bahwa ayam domestikasi terkait dekat antara ayam domestikasi dengan 2 anak jenis dari erat dengan Gallus gallus. Evaluasi terhadap sekuen Gallus gallus (G. g. gallus dan G. g. spadiceus). Hasil DNA mitokondria pada ayam domestikasi asli China penelitian SULANDARI et al. (2008) dapat mengungkap dilakukan oleh NIU et al. (2002). Hasil evaluasi telah bahwa ayam Indonesia memiliki karakterisasi memberi konfirmasi bahwa ayam domestikasi di China molekuler yang berbeda dengan ayam lain di dunia berasal dari Thailand dan anak jenis ayam hutan merah (80,2% masuk dalam clade II). Komposisi clade ayam India (G. gallus murghi) mempunyai kontribusi di Asia diketahui ada tiga wilayah besar yang langsung terhadap ayam domestikasi. mempunyai komposisi clade yang sangat khusus atau Hasil analisa terhadap sekuen hypervariable-I dominan, yaitu daerah lembah Hindus (India) yang daerah kontrol DNA mitokondria oleh NIU et al. (2006) didominasi oleh populasi clade IV, sungai Kuning, menerangkan bahwa domestikasi ayam terjadi di Henan (China) yang didominasi oleh populasi clade berbagai tempat (multiple maternal origins) di Asia IIId, dan wilayah Indonesia yang didominasi oleh clade Selatan dan Asia Tenggara. Pendapat ini juga didukung II maka ILRI (2006) menyimpulkan bahwa pusat hasil penelitian yang dilakukan oleh OKA et al. (2007) domestikasi utama terjadi di Asia, yaitu China Selatan, dengan menggunakan ayam lokal Jepang dan India dan Indonesia. menginformasikan bahwa ayam Jepang berasal dari Dalam rangka memberi kontribusi lebih luas Asia Tenggara dan China/Korea. Selain itu, haplotipe terhadap sumber daya hayati ayam Indonesia, maka dari Okinawa juga disebut sebagai group ayam kajian lanjutan mengenai karakterisasi genetika Indonesia. Seperti diketahui, SIBLEY dan MOORE (1990) molekuler khusus ayam Kampung Indonesia perlu menyatakan bahwa distribusi ayam hutan merah (Gallus dilakukan. Seperti diketahui bahwa ayam Kampung gallus) meliputi daerah dataran rendah hingga dataran merupakan salah satu rumpun ayam asli Indonesia tinggi (2000 m dpl) dari Himalayah, Pakistan, India, (Permentan No. 36/Permentan/OT.140/8/2006). Banglades, Asia Tenggara, Sumatera, Jawa dan Bali, Penyebaran populasi ayam kampung merata di seluruh serta introduksi di Sulawesi. Hal ini sesuai dengan pelosok kepulauan Nusantara dengan jumlah populasi wilayah terjadinya domestikasi ayam seperti yang sekitar 290.803.000 ekor (DITJENNAK, 2008). Selain itu 121
  • 3. JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131 SIDADOLOG (2007) juga menyatakan bahwa kehidupan ccatacacgcaaaccgtctc-3’). Reaksi PCR sebanyak 30 µl ayam Kampung telah menyatu dengan kehidupan terdiri dari 2.5 mM dNTPs, 14 pmol masing-masing masyarakat pedesaan. Hal ini terlihat dari keberadaan primer, 1.5 mM MgCl2, 1×bufer PCR(10 mM Tris-HCl ayam Kampung di setiap pelosok wilayah pedesaan di (pH 8.3) dan 50 mM KCl, 1.25 U Taq DNA Indonesia dan setiap anggota masyarakat di pedesaan polymerase, 40ng DNA template dan dH2O. memelihara ayam kampung. Pemeliharaan masih Proses PCR menggunakan tabung reaksi 0,2 ml bersifat tradisional (dilepas di sekitar rumah) dan dengan Thermocycler machine Gene Amp PCR system perkawinan antar individu berlangsung secara alamiah. 2700 (Applied Biosystem, USA). Kondisi PCR meliputi Keragaman morfologi ayam Kampung masih sangat Predenaturasi pada temperatur 94oC selama 5 menit dan tinggi serta bervariasi dalam warna bulu, bobot badan, kemudian dilanjutkan 35 siklus pada temperatur of pertumbuhan dan produksi telur. 94oC selama 45 detik, 60oC selama 45 detik dan 72oC Informasi genetik tentang ayam Kampung yang selama 90 detik. Setelah itu dilakukan final elongasi sudah dievaluasi sampai saat ini masih terbatas dan pada temperatur 72oC selama 10 menit. Visualisasi bersifat parsial, belum ada data yang mengupas ayam produk PCR dilakukan elektroforesis menggunakan 2% Kampung dari wilayah Indonesia bagian Barat sampai gel agarose dengan ethidium bromide dalam 1X bufer Timur secara komprehensif. Penelitian ini dilakukan TAE pada 100 volts selama 30 minutes. dengan menggunakan materi ayam Kampung yang Purifikasi produk PCR dilakukan dengan dikoleksi dari berbagai tempat di Aceh, Sumatera Utara, menggunakan QIAquick kit purification PCR (Qiagen, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Lombok, Sulawesi GmbH, Germany). Produk PCR yang telah dipurifikasi Tenggara, Ternate, Morotai dan Halmahera. Hasil dilakukan sekuen langsung pada segmen penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran Hipervariabel-1 (HV-I) di daerah kontrol DNA lebih luas terhadap distribusi keragaman genetik ayam mitokondria dengan menggunakan satu set primer Indonesia, khususnya posisi ayam Kampung dalam internal sekuensing, yaitu CR-forward (5’- clade ayam Asia. Sebagai salah satu pusat domestikasi tctatattccacatttctc-3’) and CR-reverse (5’- ayam, tentu plasma nutfah ayam merupakan bagian gcgagcataaccaaatgg-3’). Sekuen dilakukan penting dari kekayaan sumber daya hayati Indonesia. menggunakan BigDye* Terminator version 3.1 Circle Diharapkan informasi dasar tentang distribusi clade dan Sequensing kit (Applied Biosystem, USA) dan keragaman genetika molekuler ayam Kampung dapat kemudian di elektroforesis pada ABI 3730 XL digunakan sebagai pijakan dalam melakukan automated capilary DNA sequencer (Applied konservasi, pengembangan, dan pemanfaatan plasma Biosystems, USA). nutfah ayam Indonesia secara berkelanjutan. Data analisis MATERI DAN METODE Penselarasan hasil sekuen forward dan reverse, Koleksi material DNA jarak genetik, serta analisa filogenetik dari sekuen hipervariabel-I daerah kontrol DNA mitokondria Material DNA ayam Kampung berupa darah sepanjang 397 basa menggunakan Molecular sebanyak 210 sampel dikoleksi dari beberapa daerah Evolutionary Genetic Analysis (MEGA) versi 5.05 di Indonesia, yaitu Aceh (29 sampel), Sumatera Utara (TAMURA et al., 2011). Ilustrasi diversitas haplotipe (30 sampel), Lampung (25 sampel), Banten (18 menggunakan analisis Network dengan program sampel), Jawa Tengah (16 sampel), Lombok (45 NETWORK versi 4.1.0.8 (BANDELT et al., 1999). sampel), Sulawesi Tenggara (17 sampel), Ternate (10 Polimorfisme DNA meliputi diversitas haplotipe, sampel), Morotai (10 sampel) dan Halmahera (10 distribusi haplotipe, diversitas nukleotida serta uji FU sampel), serta ayam hutan merah (G. gallus gallus) dari dan LI (1993), uji TAJIMA (1989) dilakukan Sulawesi (5 sampel). Material DNA dikoleksi di dalam menggunakan DnaSP versi 5.0 (ROZAS et al., 2003). tabung 2 ml dan diawetkan dengan menggunakan 100% Analisa filogeni dari 210 sekuen hipervariabel-I alkohol. daerah kontrol DNA mitokondria dari ayam Kampung dan 5 spesimen Gallus gallus gallus yang dikoleksi dari Amplifikasi D-loop DNA mitokondria dan sekuen hutan Sulawesi menggunakan referensi sekuen dari DNA GenBank dengan kode akses AB098668 (KOMIYAMA et al., 2003). Sekuen daerah kontrol lain dari GenBank Ekstraksi material DNA berupa darah menggunakan yang digunakan adalah Gallus gallus spadiceus (kode metoda fenol/kloroform mengikuti prosedur SAMBROOK akses AB007721) dan tujuh haplotipe referensi et al. (1989). Amplifikasi daerah D-loop DNA haplogrup/clade I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IIId dan IV mitokondria menggunakan primer forward L16750 (5’- (Tabel 1) berdasarkan rekomendasi Chicken Diversity aggactacggcttgaaaagc-3’) dan primer reverse CR1b (5’- Consortium yang dikoordinasi oleh International 122
  • 4. ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol Livestock Research Institute. Outgroup digunakan dengan distribusi haplotipe meliputi Aceh, Sumatera Gallus varius (code akses D82912), Gallus lafayetti Utara, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Lombok, (code akses D66893) dan Gallus sonneratii (D66892). Sulawesi Tenggara, Ternate, Morotai dan Halmahera; kemudian diikuti H-1 (18,57%) dengan distribusi haplotipe meliputi Aceh, Lampung, Jawa Tengah, Table 1. Referensi haplogrup/clade dari ayam domestikasi Lombok, Sulawesi Tenggara, Ternate, Morotai dan Tempat sampling Halmahera; sedangkan H-5 (10, 95%) dengan distribusi Nama clade Kode haplotipe haplotipe meliputi Aceh, Sumatera Utara, Lombok, spesimen Ternate, Morotai, Moti dan Sulawesi Tenggara. Clade I AF128344* China Haplotipe lain dengan frekuensi lebih rendah berkisar Clade II AB009436* Lombok, Indonesia antara 0,47% hingga 2,38% distribusinya terbatas di lokasi tertentu. Hasil tersebut menunjukkan tiga Clade IIIa FL17 Thailand haplotipe yaitu H-4, H-1, dan H-5 paling dominan dan Clade IIIb DW07 China distribusinya menyebar luas ke berbagai daerah mulai Clade IIIc DW02 China dari Barat ke Timur wilayah Nusantara. Distribusi haplotipe ayam Kampung secara lengkap dapat dilihat Clade IIId DC15 China pada Tabel 2. Clade IV PKD15 Pakistan Analisis filogeni Sumber: BJORNSTAD et al. (2005) unpublished in MOBEGI (2005); MOBEGI (2006); ILRI (2006); YI-PING et al. (2006). Hasil analisa filogeni dengan referensi sekuen clade I, II, IIIa, IIIb, IIIc, IIId dan IV digunakan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN menunjukkan posisi dari ayam Kampung dan Gallus gallus yang dikoleksi dari Sulawesi. Frekuensi clade Polimorfisme Sekuen hipervariabel-I dari ayam Kampung terdiri dari clade II= 84,31% (43 haplotipe), clade IIIc= 1,96% (1 haplotipe), clade IIId= Hasil analisis sekuen HV-I sepanjang 397 pasang 3,92% (2 haplotipe), clade IV= 7,84% (4 haplotipe), basa dari populasi ayam Kampung terdapat 62 situs dan satu haplotipe berada di luar referensi pembagian polimorfik dan diidentifikasi terdapat 51 haplotipe clade (1,96%). Lima sekuen dari G. gallus gallus yang (Gambar 1). Frekuensi haplotipe tertinggi terdapat pada dikoleksi dari Sulawesi semua masuk dalam clade II H-4 (36,19%) kemudian diikuti H-1 (18,57%), H-5 dimana satu sekuen tergabung dalam H-23 dan dua (10,95%) dan haplotipe lainnya dengan frekuensi sekuen lainya tergabung dalam H-4, serta dua sampel berkisar antara 0,48 hingga 2,3%. Distribusi situs berdiri sebagai haplotipe G. g. gallus 1 dan G. g. gallus polimorfik sekuen hipervariabel-I dari daerah kontrol 3 (Gambar 3). Hal ini berarti garis keturunan langsung DNA mitokondria, yaitu pada urutan basa antara 0-49 ayam Kampung dari clade II berasal dari Gallus gallus terdapat 4 situs polimorfik (6,45%), 50-99 tidak gallus. Sekuen dari ayam domestikasi yang diambil dari terdapat situs polimorfik (0%), 100-149 terdapat 3 situs GenBank dengan kode akses AB098668 masuk dalam polimorfik (4,84%), 150-199 terdapat 7 situs polimorfik clade IIId (China) dan sekuen dari Gallus gallus (11,29%), 200-249 terdapat 14 situs polimorfik spadiceus dengan kode akses AB007721 masuk dalam (22,58%), 250-299 terdapat 17 situs polimorfik clade IV (India). (27,42%), 300-349 terdapat 14 situs polimorfik Hasil analisis ini memberi petunjuk bahwa pada (22,58%) dan 350-397 terdapat 3 situs polimorfik ayam Kampung terdapat empat clade (II, IIIc, IIId dan (4,84%) (Gambar 2). Hasil tersebut menunjukkan IV), berarti terdapat empat garis keturunan, sedangkan bahwa situs polimorfik tertinggi berada antara situs pada 15 rumpun ayam Indonesia (SULANDARI et al., 112-397 pasang basa dari sekuen HV-I, yaitu terdapat 2008) melaporkan terdapat lima clade (I, IIIc, IIId dan 58 situs polimorfik (93,55%). SULANDARI et al. (2008) IV). Hal ini menunjukkan pada rumpun ayam Indonesia pada 15 rumpun ayam Indonesia melaporkan polimorfik secara keseluruhan tidak terdapat garis keturunan dari tertinggi antara situs 167-397 pasang basa (94,5%). clade IIIa dan IIIb, tetapi dalam jumlah kecil terdapat haplotipe yang tidak masuk dalam referensi pembagian Distribusi haplotipe hipervaribel-I clade, yaitu pada ayam Kampung (1,96%) dan pada 15 rumpun ayam lokal Indonesia lainnya (2,9%) dari Frekuensi haplotipe tertinggi dari populasi ayam jumlah haplotipe yang berhasil diidentifikasi. Kampung berturut-turut terdapat pada H-4 (36,19%) 123
  • 5. JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131 22331111111112222222222222222222222222222233333333333333333 34471466677991112222333344455667788888899900000111123344569 2627847390271589467856746190901235624624689035720727591 N Ref. CCTAATATCTACTCATCCCCCTAGCTATTCCTTTACAGAACTCTTCTCCTATCTAATCC 1 H_1 ..............G..........C..CT....G......C..C.CT.C......... 39 H_2 ..............G..........C..CT...........C.....T.C......... 2 H_3 ..AGGCC.......G..........C..AT..GGCAGAG..C..C.CT.C......... 1 H_4 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 76 H_5 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C....G.... 23 H_6 ..............G........A.C..CT....G......C..C..T.C....G.... 2 H_7 ..........G...G....T.....C..CT....G......C..C.CT.C......... 1 H_8 ..............G..........C..CT....G......C..CT.T.C....G.... 2 H_9 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......C.. 1 H_10 .......C......G..T.......C...............C.......C......... 2 H_11 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C........T 1 H_12 ..............G..........C..C.....G......C..C..T.C......... 2 H_13 ..............G.T......A.C..CT....G......C..C..T.C....G.... 1 H_14 ............C.G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 2 H_15 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C....G.C.. 1 H_16 ..............G..........C..C.....G......C..C.CT.C......... 1 H_17 ..............G.T........C..CT....G.....AC..C..T.C......... 1 H_18 ..............G..........C..CT....G.........C..T.C......... 2 H_19 ..................T...G...........G......C.....T.C......... 4 H_20 ..............G..........C..CT.C..G......C..C.CT.C......... 1 H_21 .......................................G.C................. 1 H_22 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 2 H_23 ..............G..........C..CT....G......CT.C.CT.C......... 5 H_24 ..............G..........C..CT...........C..C..T.C......... 1 H_25 ..............G........A.C..CT....G......C..C..T.C......... 1 H_26 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C....G...T 1 H_27 ...........A..G..........C..CT...........C.....T.C......... 1 H_28 ..............G..........C..CT....G.........C..T.C........T 1 H_29 ..............G..........C..CT....G......C.CC..T.C......... 2 H_30 ..............GC.........C..CT...........C.....T.C..T...... 1 H_31 ..............G..........CG.CT....G......C..C..T.C.C....... 1 H_32 .........C....G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1 H_33 ..............G..........C..CT....G......C..CTCT.C......... 1 H_34 ..............G....T.....C..CT....G......C..C..T.C......... 4 H_35 .........................................C................. 1 H_36 ..............G..........C..CT....G......C..C..TTC......... 1 H_37 ..............G..........T..CT....G......C..C..T.C....G.... 1 H_38 ...GG.........G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1 H_39 ........T.T...G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1 H_40 ........T.T...G..........C..CT...........C..C..T.C......... 4 H_41 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C......... 1 H_42 ..............G..........C..CT....G......C..C....C......... 1 H_43 ..............G..........C..CT....G......C..C..T.C.....G... 1 H_44 G.............G.............CT....G......C..C..T.C....G.... 1 H_45 ..............G.............CT....G......C..C..T.C.....G... 1 H_46 ..............G........A.C..CTT...G......C..C..T.C....G.... 3 H_47 .G............G........A.C..CTT...G......C..C..T.C....G.... 1 H_48 ..............G.....TC...C.CCT...........C.....T..C........ 1 H_49 .............TG..........C...T....G......C..C..T.C......... 1 H_50 ....C.........G........AGC...T....G......C..C..T.C...G..... 1 H_51 ..............G..........C..CT....G...G..C..C.CT.C....G.... 1 Gambar 1. Polimorfisme nukleotida pada segmen hipervariabel I daerah kontrol DNA mitokondria dan diselaraskan dengan referensi GenBank (kode akses AB098668) pada populasi ayam Kampung 124
  • 6. ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol 18 16 14 Jumlah Situs Polimorfik 12 10 8 6 4 2 0 0-49 50-99 100-149 150-199 200-249 250-299 300-349 350-397 Panjang Sekuen Gambar 2. Distribusi situs polimorfik sekuen fragmen HV-I daerah kontrol DNA mitokondria Pada ayam Kampung didominasi dalam clade II ayam Indonesia terkait erat dengan kehidupan liar ayam meliputi 84,31% dari semua populasi yang dianalisis. hutan merah (G. gallus gallus) yang masih hidup lestari Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil sampai saat ini di hutan Sumatera, Jawa, Bali dan analisis pada 15 ayam lokal Indonesia yang meliputi Sulawesi. ayam Pelung, Cemani, Gaok, Kedu, Wareng, Arab Silver, Arab Golden, Merawang, Kapas, Nunukan, Analisa network Tolaki dan Kalosi didominasi clade II sekitar 80,2% dari semua populasi yang dianalisis (SULANDARI et al., Analisa Median-joining Network dari 210 individu 2008). Hasil ini memberi petunjuk bahwa dominasi (51 haplotipe) ayam Kampung dilakukan dengan clade II pada ayam Kampung lebih tinggi dari 15 menggunakan program komputer NETWORK 4.1.0.8. rumpun ayam Indonesia. Hal yang dapat disimpulkan (BANDELT et al., 1999) dapat dilihat pada Gambar 4. bahwa secara umum semua populasi ayam Indonesia Median joining network membuat diskripsi variasi berada di dalam clade II dan merupakan frekuensi genetik ayam Kampung yang dikoleksi dari berbagai populasi tertinggi dari populasi ayam di Asia. Frekuensi tempat di Indonesia menunjukkan variasi terdiri dari clade II tertinggi lainnya ditemukan pada populasi empat clade (clade II, IIIc, IIId IV) dan satu di luar ayam di Madagaskar, yaitu mencapai 75% (MOBEGI, referensi clade yang diperlihatkan lima warna yang 2005). Tentu temuan ini menjadi semakin menarik berbeda dan didominasi oleh warna biru (clade II) yang kenapa populasi ayam di Madagaskar juga dominan di terdiri dari 41 haplotipe yang diperlihatkan oleh clade II sehingga perlu dilihat dari sejarah hubungan lingkaran berwarna biru dan terdapat warna merah yang antara masyarakat di kepulauan Nusantara dan merupakan G. gallus gallus yang tergabung dalam H-4, Madagaskar dimasa lalu. Pendapat ini diperkuat dari H-23, dan dua sekuen ayam hutan merah lainnya berdiri hasil penelitian COX et al. (2012) melaporkan hasil sebagai haplotipe sendiri. Namun demikian semua G. kajian dengan teknik molekuler terhadap suku bangsa di gallus gallus yang berasal dari Sulawesi masuk dalam Indonesia dan Madagaskar. Hasil penelitian dilaporkan clade II. Diikuti warna kuning/clade IV (India) terdapat bahwa pendukduk Madagaskar berasal dari kepulauan empat haplotipe, warna hijau tua/clade IIId (China) Nusantara. Selain itu menurut RAZAFINDRAIBE et al. terdapat dua haplotipe dan satu haplotipe sekuen (2008) menyatakan bahwa ayam Madagaskar berasal referensi GenBank AB098668, warna hijau muda/clade dari Indonesia dengan adanya dokumentasi mengenai IIIc (China) terdapat 1 haplotipe, dan satu haplotipe dari migrasi manusia secara langsung dari Indonesia sekitar ayam Kampung berasal dari Jawa Tengah (empat 1500 tahun yang lalu. MTILENI et al. (2011) melaporkan bahwa asal usul Ayam Afrika bagian selatan berasal sampel) tidak termasuk dalam pembagian referensi dari tiga garis keturunan, yaitu China, India dan Asia clade (warna abu-abu). Titik berwarna hitam Tenggara berdasarkan analisis DNA mitokondria. merupakan median vector (mv) yang merupakan mutasi Kenyataan ini telah memperkuat posisi kepulauan nukleotida dibandingkan dengan referensi sekuen kode nusantara sebagai pusat domestikasi utama dan rumpun akses GenBank AB098668 (KOMIYAMA et al., 2003). 125
  • 7. JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131 Tabel 2. Distribusi haplotipe ayam Kampung berdasarkan sekuen hipervariabel-I daerah kontrol dari DNA mitokondria Haplotipe Lokasi populasi ayam kampung Total Frekuensi (%) Aceh Sumut Lampung Banten Jateng Lombok Sulteng Morotai Ternate Halmahera H_1 1 - 10 9 8 3 2 2 3 1 39 18,57 H_2 1 1 - - - - - - - - 2 0,95 H_3 1 - - - - - - - - - 1 0,47 H_4 9 11 6 5 3 27 3 4 3 5 76 36,19 H_5 5 7 - - - 3 2 3 2 1 23 10,95 H_6 2 - - - - - - - - - 2 0,95 H_7 1 - - - - - - - - - 1 0,47 H_8 2 - - - - - - - - - 2 0,95 H_9 1 - - - - - - - - - 1 0,47 H_10 1 - - - 1 - - - - - 2 0,95 H_11 1 - - - - - - - - - 1 0,47 H_12 1 - - - - - - - - 1 2 0,95 H_13 1 - - - - - - - - - 1 0,47 H_14 1 - - - - 1 - - - - 2 0,95 H_15 1 - - - - - - - - - 1 0,47 H_16 - - - - - - - - - - 1 0,47 H_17 - - - 1 - - - - - - 1 0,47 H_18 - - - 2 - - - - - - 2 0,09 H_19 - - 1 - 4 - - - - - 4 1,95 H_20 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_21 - - - - - - - - - - 1 0,47 H_22 - - 2 - - - - - - - 2 0,95 H_23 - - 5 - - - - - - - 5 2,38 H_24 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_25 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_26 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_27 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_28 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_29 - - 2 - - - - - - - 2 0,95 H_30 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_31 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_32 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_33 - - 1 - - - - - - - 1 0,47 H_34 - - - - - - 3 - 1 - 4 1,90 H_35 - - - - - - - - 1 - 1 0,47 H_36 - - - - - - - 1 - - 1 0,47 H_37 - - - - - - - - - 1 1 0,47 H_38 - - - - - - - - - 1 1 0,47 H_39 - - - - - - 1 - - - 1 0,47 H_40 - - - - - - 4 - - - 4 1,90 H_41 - - - - - - 1 - - - 1 0,47 H_42 - - - - - - 1 - - - 1 0,47 H_43 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 H_44 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 H_45 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 H_46 - 3 - - - - - - - - 3 1,43 H_47 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 H_48 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 H_49 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 H_50 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 H_51 - 1 - - - - - - - - 1 0,47 126
  • 8. ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol Diversitas genetik diversitas haplotipe ayam lokal Afrika selatan terendah 0,54 ± 0,08 dan tertinggi 0,88 ± 0,05. Secara umum Keragaman genetik dari populasi ayam Kampung diversitas genetik ayam Afrika lebih rendah berupa diversitas haplotipe dan nukleotida sebagai dibandingkan ayam Indonesia. Populasi ayam lokal berikut di Aceh (0,890 ± 0,044) dan (0,00907), Asia yaitu di Vietnam menurut SALAZAR et al. (2010) Sumatera Utara (0,830 ± 0,052) dan (0,00768), menunjukkan diversitas haplotipe (0,75-1,00) dan Lampung (0,78 2± 0,053) dan (0,00639), Banten diversitas nukleotida (0,007-0,019), sedangkan keragam (0,725 ± 0,083) dan (0,00494), Jawa Tengah (0,728 ± genetik populasi ayam Jepang diversitas nukleotida 0,083) dan (0,01206), Lombok (0,654 ± 0,080) dan berkisar antara 0,001020-0,001623 (OKA et al., 2007). (0,00395), Sulawesi Tenggara (0,908±0,039) dan (0,00781), Ternate (0,873 ± 0,071) dan (0,01031), Jarak genetik dan uji polimorfisme Morotai (0,018 ± 0,083) dan (0,00654), Halmahera (0,818 ± 0119) dan (0,00709). Populasi ayam Kampung Hasil analisa jarak genetik dalam populasi ayam secara keseluruhan mempunyai diversitas haplotipe Kampung dilakukan dengan menggunakan perangkat 0,825 ± 0,021 (0,018 ± 0,083-0,908 ± 0,039) dan lunak MEGA versi 5.05 (TAMURA et al., 2011) dengan diversitas nukleotida 0,00600 (0,00395-0,01206). Dapat hasil sebagai berikut, di Aceh (0,008), Sumatera Utara dilihat secara lengkap pada Tabel 3. (0,007), Lampung (0,005), Banten (0,003), Jawa Jika dilihat berdasarkan kelompok haplotipe Tengah (0,11), Lombok (0,003), Sulawesi Tenggara populasi ayam Kampung, maka pada haplogrup II yang (0,006), Ternate (0,007), Morotai (0,003) dan merupakan populasi mayoritas dari ayam Kampung Halmahera (0,003). Perhitungan jarak genetik antar maka diversitas haplotipe (1,00 ± 0,005) dan diversitas populasi berkisar antara 0,003-0,011, sedangkan hasil nukleotida (0,01057), haplogrup IIId diversitas genetik selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. (1,00 ± 0,272) dan diversitas nukleotida (0,00338), Uji TAJIMA (1989b) dan uji FU dan LI (1993) haplogroup IV diversitas haplotipe (1,00 ± 0,177) dan dilakukan untuk menguji hipotesis mutasi netral pada diversitas nukleotida (0,01266), sedangkan haplogrup polimorfisme DNA. Perangkat lunak yang digunakan IIIc hanya ada satu haplotipe dengan diversitas DnaSP versi 5.0 (ROZAS et al., 2003). Hasil uji TAJIMA nukleotida (0,01511), dapat dilihat secara lengkap pada menunjukkan nilai negatif (-2,35088) dan uji FU dan LI Tabel 4. Diversitas haplotipe pada 15 rumpun ayam menunjukkan nilai negatif (-4,83418) dan berbeda lokal Indonesia lainnya berdasarkan laporan sangat nyata P < 0,01 pada jarak genetik diantara SULANDARI et al. (2008) berkisar antara 0,45538- individu populasi ayam Kampung. Menurut SIMONSEN 0,89832, sedangkan secara keseluruhan dari rumpun et al. (1995), dikatakan Uji Fu dan Li sedikit lebih ayam lokal Indonesia 0,880445, sedangkan diversitas sensitif dibandingkan dengan uji TAJIMA. Nilai Fu’s Fs nukleotida 0,00264-0,00828 dan secara keseluruhan negatif 0,00994. (-57,608) merupakan indikator tingginya diversitas Hasil perbandingan dengan hasil penelitian di genetik dan ekspansi populasi pada ayam kampung. Hal Afrika seperti yang dilakukan ADEBAMBO et al. (2010) ini berarti terjadi aliran gen antar populasi sangat tinggi melaporkan ayam Kampung Nigeria memiliki diversitas seperti diperlihatkan dengan haplotipe utama yang haplotipe (0,4217 ± 0,0419) dan diversitas nukleotida menyebar dari wilayah barat hingga wilayah timur (0,00157 8± 0,01376) dan MTILENI et al. (2011), Indonesia. Tabel 3. Diversitas ayam Kampung pada masing-masing populasi Lokasi Jumlah sampel Situs polimorfik Haplotipe Diversitas Haplotipe Diversitas nukleotida Aceh 29 33 16 0,890 ± 0,044 0,00907 Sumatera Utara 30 27 13 0,830 ± 0,052 0,00768 Lampung 25 15 7 0,782 ± 0,053 0,00639 Banten 18 12 6 0,725 ± 0,083 0,00494 Jawa Tengah 16 15 5 0,728 ± 0,083 0,01206 Lombok 45 22 15 0,654 ± 0,080 0,00395 Sulawesi Tenggara 17 15 9 0,908 ± 0,039 0,00781 Ternate 10 13 6 0,873 ± 0,071 0,01031 Morotai 10 12 5 0,018 ± 0,083 0,00654 Halmahera 10 13 7 0,818 ± 0,119 0,00709 Total 0,825 ± 0,021 0,00600 127
  • 9. JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131 Haplotipe.22 Haplotipe.29 Haplotipe.49 Haplotipe.32 G.gallus.gallus.5 Haplotipe.04 Haplotipe.31 Haplotipe.36 0 Haplotipe.14 G.gallus.gallus.2 Haplotipe.43 52 Haplotipe.45 Haplotipe.41 31 Haplotipe.11 26 Haplotipe.26 Haplotipe.18 52 Haplotipe.28 53 0 Haplotipe.09 7 Haplotipe.15 Haplotipe.17 0 42 Haplotipe.25 19 Haplotipe.50 36 Haplotipe.13 Haplotipe.06 37 Clade II 40 Haplotipe.46 71 Haplotipe.47 46 Haplotipe.07 Haplotipe.34 46 Haplotipe.12 0 Haplotipe.16 55 Haplotipe.03 6 Haplotipe.38 0 64 Haplotipe.23 G.gallus.gallus.4 Haplotipe.20 0 16 Clade.II Haplotipe.01 Haplotipe.33 0 7 31 Haplotipe.51 G.gallus.gallus.3 2 Haplotipe.08 Haplotipe.05 6 4 Haplotipe.37 11 65 Haplotipe.44 G.gallus.gallus.1 Haplotipe.39 31 78 Haplotipe.40 Haplotipe.24 98 Haplotipe.48 G.g.spadiceus.AB007721 26 Clade.IV 46 Clade IV Haplotipe.02 40 Haplotipe.27 Haplotipe.30 99 Haplotipe.19 Group Unassigned 83 Unassigned 85 Haplotipe.10 Clade IIIc Clade.IIIc 53 G.gallus.AB098668 Clade.IIId 96 Clade IIId Haplotipe.21 69 Haplotipe.35 Gallus.varius.D82912 Outgroup G.lafayetti.D66893 Outgroup 100 G.sonneratii.D66892 0.02 Gambar 3. Pohon filogeni ayam Kampung berdasar sekuen Hipervariabel-I daerah kontrol DNA mitokondria 128
  • 10. ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol G.g. gallus Clade II Clade IIIc Clade IIId Clade IV out Gambar 4. Analisis Median-joining network ayam Kampung berdasar sekuen Hipervariabel-I daerah kontrol DNA mitokondria masing-masing lingkaran merupakan proporsi frekuensi haplotipe Tabel 4. Jarak genetik antar populasi ayam Kampung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Aceh - Banten 0,006 Jateng 0,0011 0,008 Lombok 0,006 0,003 0,008 0,005 Ternate 0,008 0,005 0,009 0,006 0,005 Morotai 0,005 0,003 0,008 0,004 0,003 0,005 Halmahera 0,006 0,004 0,008 0,005 0,003 0,005 0,003 Sulteng 0,007 0,005 0,010 0,006 0,005 0,007 0,005 0,005 Sumut 0,007 0,006 0,011 0,007 0,005 0,007 0,005 0,005 0,007 - KESIMPULAN UCAPAN TERIMA KASIH Hasil penting penelitian ini memberi petunjuk Terima kasih kepada Prof. Dr. Jian Lin Han (ILRI) bahwa dominasi clade II pada ayam Kampung telah atas bantuan dana yang diberikan untuk sekuen sampel memperkuat hasil penelitian SULANDARI et al (2008), ayam Kampung; teknisi Laboratorium Genetika, Bidang yang menyatakan Indonesia sebagai pusat domestikasi Zoologi-Puslit Biologi-LIPI serta pada semua pihak utama dan ayam lokal Indonesia terkait erat dengan yang membantu dalam koleksi material DNA dari Aceh ayam hutan merah (G. gallus gallus). Sebagai pusat hingga di Propinsi Maluku Utara. domestikasi, populasi ayam Kampung menunjukkan diversitas genetik, ekspansi populasi, serta distribusi haplotipe yang tinggi. Hal ini juga diperlihatkan dengan haplotipe utama yang menyebar dari wilayah barat hingga wilayah timur di kepulauan Indonesia. 129
  • 11. JITV Vol. 17 No 2 Th. 2012: 120-131 DAFTAR PUSTAKA MTILENI, B.J., F.C. MUCHADEYI, A. MAIWASHE, M. CHIMONYO, E. GROENEVELD, S. WEIGEND and K. ADEBAMBO, A.O., V.A. MOBEGI, J.M. MWACHARO, B.M. DZAMA. 2011. Diversity and origin of South African OLADEJO, R.A. ADEWALE, L.O. ILORI, B.O. chickens. Poult. Sci. 90: 2189-2194. MAKANJUOLA, O. AFOLAYAN, G. BJORNSTAD, H. JIANLIN NIU, D., Y. FU, J. LUO, H. RUAN, X.P. YU, G. CHEN and Y.P. and O. HANOTTE. 2010. Lack of phylogeographic ZHANG. 2002. The origin and genetic diversity of structure in Negerian village chickens revealed by Chinese native chicken breeds. Biochem. Gen. 40: 163- mitochondrial DNA D-loop sequence analysis. Int. J. 174. Poult. Sci. 9: 503-507. OKA, T., Y. INO, K. NOMURA, S. KAWASHIMA, T. KUWAYAMA, BANDELT, H.J., P. FORSTER and A. ROHL. 1999. Median- H. HANADA, T. AMANO, M. TAKADA, N. TAKAHAKA, Y. joining networks for inferring intraspecific phylogenies. HAYASHI and F. AKISHINONOMIYA. 2007. Analysis of Mol. Biol. Evol. 16: 37-38. mtDNA sequences shows Japanese native chickens have COX, M.P., M.G. NELSON, M.K TUMONGGOR, F.X. RICAUT and multiple origins. Int. Societ. Anim. Gen. 38: 287-293 H. SUDOYO. 2012. A small cohort of Island Southeast RAZAFINDRAIBE, H., V.A. MOBEGI, S.C. OMMEH, Asian women founded Madagascar. Proc. R. Soc. B RAKOTONDRAVAO, G. BJORNSTAD, O. HANOTTE and H. DITJENNAK, 2008. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal JIANLIN. 2008. Mitochondrial DNA origin of indigenous Peternakan, Departemen Pertanian RI. hlm. 300. Malagasy chicken, implication for a fungctional polymorphism at the Mx gene. Anima Biodiversity and FUMIHITO, A., T. MIYAKE, S. SUMI, M. TAKADA, S. OHNO and emerging diseases. Ann. N.Y. Acad. Sci. 1149: 77-79. N. KONDO. 1994. One subspecies of the Red Jungle Fowl (Gallus gallus gallus) suffices as the matriarchic ROZAS, J., J. C SÁNCHEZ-DELBARRIO, X. MESSEGYER and R. ancestor of all domestic breeds. Proc. Natl. Acad. Sci. ROZAS. 2003. DnaSP, DNA polymorphism analyses by USA. 91: 12505-12509. coalescent and other methods. Bioinformatics 19: 2496- 2497. FUMIHITO, A., T. MIYAKE, M. TAKADA, R. SHINGU, T. ENDO, T. GOJOBORI, N. KONDO and S. OHNO. 1996. Monophyletic SALAZAR, C.B., X. ROGNON, T.N. VAN, M. GELY, C.V. CHI, origin and unique dispersal patterns of indiGEnous M.T. BOICHARD, B.B. HOM, N. BRUNEAU, E. VERRIER, fowls. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 93: 6792-6795. J.C. MAILLARD and J.R. MICHAUX. 2010. Vietnamese chickens: A gate towards Asian genetic diversity. BMC. FU, Y.X. AND LI, W.H. 1993. Statistical test of neutrality of Genetics 11: 1-11. mutations. Genetics 133: 693-709. SAMBROOK, J., E.F. FRITSCH and T. MANIAS. 1989. Molecular ILRI. 2006. Safe guarding livestock diversity. The time is Cloning. A Laboratory Manual. Vol. 1-3. Second now ILRI Annual report 2006. pp. 108. Edition. Cold Spring Harbour Laboratory Press. KOMIYAMA, T., K. IKEO and T. GOJOBORI. 2003. Where is the SAWAI, H., H.L. KIM, K. KUNO, S. SUZUKI, H. GOTOH, M. origin of the Japanese gamecocks? Gene 317: 195-202. TAKADA, N. TAKAHATA, Y. SATTA and F. TAMURA, K., D. PETERSON, N. PETERSON, G. STECHER, M. NEI AKISHINONOMIYA. 2010. The origin and genetic and S. KUMAR 2011. MEGA 5.05: Molecular variation of domestic chickens with special reference to evolutionary genetics analysis using maximum junglefowls G. gallus gallus and G. varius. May 2010. likelihood, evolution distance, and maximum parsimony www.plosone.org methode. Mol. Biol. Evol. 10: 2731-2739. SIBLEY, C.G. and B.L. MONROE. 1990. Distribution and LIU, Y.P., G.S. WU, Y.G. YAO, Y.W. MIAO and G. LUIKART. Taxonomy of Birds of the World. Yale University Press. 2006. Multiple maternal origin of chickens: out of the New Haven and London. P1111. Asian jungles. Mol. Phy. Enet. Evol. 38: 12-19. SIDADOLOG, J.H.P. 2007. Pemanfaatan dan kegunaan ayam MOBEGI, V.A. 2005. Genetic characterization of African lokal Indonesia. Dalam: Keanekaragaman Sumber Daya chicken using mitochondrial DNA D-loop sequences Hayati Ayam Lokal Indonesia Manfaat dan Potensinya. Thesis. Department of Biochemistry, Faculty of DIWYANTO K. dan S.N. PRIJONO (Eds.). Pusat Penelitian Medicine, University of Nairobi, Nairobi. Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor, Indonesia. pp. 27-42. MOBEGI, A.V. and CHICKEN DIVERSITY CONSORTIUM. 2006. Mitochondrial DNA D-loop Sequences Reveal the SULANDARI, S., M.S.A. ZEIN and T. SARTIKA. 2008. Molecular Genetic Diversity of African Chicken. Tanzania Society characterization of Indonesian indigenous chicken based for Animal Production, Dar es Salaam; All Africa on mitochondrial DNA displacement (D)-loop Society for Animal Production, Nairobi (Kenya). The sequences. Hayati J. Biossci. 15: 145-154. role of biotechnology in animal agriculture to address TAJIMA, F. 1989. Statistical method for testing the neutral poverty in Africa: Opportunities and challenges. Proc. mutation hyphothesis by DNA polymorphism. Genetics of the 4th all Africa conference on animal agriculture 123: 585-595. and the 31st annual meeting of the Tanzania Society for Animal Production. Dar es Salaam Tanzania: TSAP. pp. 293-298. 130
  • 12. ZEIN dan SULANDARI. Keragaman genetik dan distribusi Haplogrup ayam kampung dengan menggunakan Hipervariabel-I daerah kontrol WEST B. and B.X. ZHOU. 1988. Did chickens go north? New YI-PING, L., W. GUI-SHENG, Y. YONG-GANG, M. YONG- evidence for domestication. J. Archaeol. Sci. 15: 515- WANG, G. LUIKART, M. BAIG, A. BEJA-PEREIRA, D. 533. ZHAO-LI, M.G. PALANICHAMY and Z. YA-PING. 2006. Multiple maternal origins of chickens: out of the Asian jungle. Mol. Phylogen. Evol. 38: 12-19. 131