SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  14
BAB VI
ANTI INFLAMASI
I. TUJUAN
1. Mengenal cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek anti inflamasi
suatu obat.
2. Memahami mekanisme kerja obat anti inflamasi.
II. PRINSIP
Suntikkan subkuta karagen pada telapak kaki belakang tikus yang
menyebabkan udem, yang dapat diinhibisi oleh obat-obat anti inflamasi yang
diberikan sebelumnya. Volume udem dapat diukur dengan alat pletysmometer dan
dibandingkan terhadap udem yang tidak diberi obat anti inflamasi dinilai dari
persentase proteksi yang diberikan terhadap pembentukan udem.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat
perbaikan jaringan ( Mycek, 2001 ).
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena
infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang
memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen
menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang
cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut
radang (Rukmono, 2000).
Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian
diikuti oleh radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.),
suhu (panas atau dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet),
listrik, zat-zat kimia, dan lain-lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai
agen ini menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu
terjadi cedera jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau nekrosis (kematian)
jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler, terkumpulnya
cairan dan sel (cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan) pada tempat radang yang
disertai oleh proliferasi sel jaringan makrofag dan fibroblas, terjadinya proses
fagositosis, dan terjadinya perubahan-perubahan imunologik (Rukmono, 2000).
Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh
darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan,
kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah
besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang
disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam
jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam
jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang
menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin,
beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem
pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang
dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi (Guyton, 1997).
Proses inflamasi ini juga dipengaruhi dengan adanya mediator-mediator
yang berperan, di antaranya adalah sebagai berikut (Abrams, 2005) :
1. Amina vasoaktif : histamin dan 5-hidroksi tritophan (5-HT/serotonin).
Keduanya terjadi melalui inaktivasi epinefrin dan norepinefrin secara
bersama-sama.
2. Plasma protease : kinin, sistem komplemen dan sistem koagulasi fibrinolitik,
plasmin, lisosomalesterase, kinin, dan fraksi komplemen.
3. Metabolik asam arakidonat : prostaglandin, leukotrien ( LTB4 LTC4, LTD4,
LTE4, 5-HETE (asam 5-hidroksi-eikosatetraenoat)).
4. Produk leukosit – enzim lisosomal dan limfokin.
5. Activating factor dan radikal bebas.
Banyak obat – obat antiinflamasi yang bekerja dengan jalan menghambat
sintesis salah satu mediator kimiawi yaitu prostaglandin. Sintesis prostaglandin
yaitu (Mycek, 2001 ) :
Asam arakidonat , suatu asam lemak 20 karbon adalah prekursor utama
prostaglandin dan senyawa yang berkaitan. Asam arakidonat terdapat dalam
komponen fosfolipid membran sel, terutama fosfotidil inositol dan kompleks lipid
lainnya. Asam arakidonat bebas dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja
fosfolipase A2 dan asil hidrolase lainnya. Melalui suatu proses yang dikontrol oleh
hormon dan rangsangan lainnya. Ada 2 jalan utama sintesis eukosanoid dari asam
arakidonat yaitu :
1. Jalan siklo-oksigenase
Semua eikosanoid berstruktur cincin sehingga prostaglandin,
tromboksan, dan prostasiklin disintesis melalui jalan siklo – oksigenase.
Telah diketahui dua siklo-oksigenase : COX-1 dan COX-2 Yang pertama
bersifat ada dimana – mana dan pembentuk, sedangkan yang kedua diinduksi
dalam respon terhadap rangsangan inflamasi.
2. Jalan lipoksigenase
Jalan lain, beberapa lipoksigenase dapat bekerja pada asam arakidonat
untuk membentuk HPETE, 12-HPETE dan 15-HPETE yang merupakan
turunan peroksidasi tidak stabil yang dikorvensi menjadi turunan hidroksilasi
yang sesuai (HETES) atau menjadi leukotrien atau lipoksin, tergantung pada
jaringan.
Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang
lampau. Tanda-tanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup
pada abad pertama sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang
utama. Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda
radang mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit), dan
tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad
terakhir yaitu functio laesa(perubahan fungsi) ( Mitchell, 2003).
Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di
daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi
pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih
banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat
terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti,
menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 2005).
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang
memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih
banyak dari pada ke daerah normal (Rukmono, 2000).
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat
merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif
lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang
meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang (Rukmono,2000).
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-
jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat meradang (Rukmono, 2000).
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang
(Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal.
Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi
jaringan yang meradang (Abrams, 2005).
Obat – obat yang digunakan untuk sebagai anti inflamasi non steroid
antara lain ( Mycek, 2001 ):
1. Aspirin dan salisilat lain
Mekanisme kerjanya : efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat
terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandindi pusat pengatur panas
dan hipotalamus dan perifer di daerah target. Lebih lanjut, dengan
menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitisasi
reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanis dan kimiawi.
2. Derivat asam propionat
Obat – obat ini menghambat reversible siklo-oksigenase dan karena
itu, seperti aspirin menghambat sintesis prostaglandin tetapi tidak
menghambat leukotrien.
3. Asam Indolasetat
Yang termasuk dalam grup obat - obat ini adalah indometasin,
sulindak dan etolondak. Semua mempunyai aktivitas antiinflamasi , analgetik
dan antipiretik. Bekerja dengan cara menghambat siklo-oksigenase secara
reversible. Umumnya tidak digunakan untuk menurunkan demam.
4. Derivat oksikam
Pada waktu ini, hanya piroksikam yang tersedia di amerika serikat.
Anggota lain dalam grup ini sedang diselidiki dan mungkin akan disediakan
juga. Mekanisme kerjanya belum jelas, tetapi piroksikam digunakan untuk
pengobatan artritis rematoid, spondilitis ankilosa, dan osteoartritis.
5. Fenamat
Asam mefenamat dan meklofenamat tidak mempunyai anti inflamasi
dibandingkan obat AINS yang lain. Efek samping seperti diare dapat berat
dan berhubungan dengan peradangan abdomen.
6. Fenilbutazon
Fenilbutazon mempunyai efek anti inflamasi kuat tetapi tetapi
aktivitas analgetik dan antipiretiknya lemah. Obat ini bukan merupakan obat
first line.
7. Obat – obat lain
a. Diklofenak
Penghambat siklo – oksigenase. Diklofenak digunakan untuk
pengobatan jangka lama arthritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis
ankilosa.
b. Ketorolak
Obat ini bekerja sama seperti obat AINS yang lain
c. Tolmetin dan nabumeton
Tolmetin dan nabumeton sama kuatnya dengan aspirin dalam
mengobati artritis rematoid atau osteoartritis dewasa.
IV. ALAT DAN BAHAN
HEWAN PERCOBAAAN
Mencit
ALAT
Tempat tikus
Suntikan 1ml
Stopwatch
Timbangan mencit
Spidol
BAHAN
Natrium diklofenak 0,26mg/20gBB
Konsentrasi Natrium diklofenak 0,65mg/ml
NaCMC 1% BB
Karagen 0,05ml
V. CARA KERJA
1. Sebelum mulai percobaan masing-masing mencit dikelompokkan dan
ditimbang bobot badannya, krmudian diberi tanda pengenal untuk setiap tikus.
2. Dengan spidol berikan tanda batas pada sendi kaki belakang kiri untuk setiap
mencit, agar pemasukan kaki mencit kedalam air raksa setiap kali selalu sama.
3. Ukur volume kaki mencit dan dinyatakan sebagai volume dasar untuk setiap
mencit. Pada setiap kali pengukuran volume supaya diperiksa tinggi cairan
pada alat dan dicatat sebelum dan sesudah pengukuran. Usahakan jangan
sampai ada air raksa yang tumpah.
4. Penyuntikan dimulai untuk obat secara intraperitoneal. Mencit control hanya
diberi larutan gom. Pada menit ke 25 disuntikkan larutan karagen pada telapak
kaki kirit mencit dan untuk semuanya diberikan volume 0,05ml.
5. 30 menit kemudian volume kaki yang disuntikkan karagen diukur pada alat
dan dicatat. Lakukan pengukuran yang sama setiap 30 menit, 60 menit, dan 90
menit. Catat perbedaan volume kaki setiap 30 menit pengukuran.
6. Hasil-hasil pengamatan dimuat didalam tabel untuk setiap kelompok, tabel
harus memuat persentase kenaikkan volume kaki setiap 30 menit (untuk
masing-masing mencit). Perhitunmgan persentase kenaikkan volume kaki
dilakukan dengan membandingkannya terhadap volume dasar sebelum
penyuntikkan karagen.
7. Selanjutnya untuk setiap kelompok dihitung persentase rata-rata dan
dibandingkan persentase yang yang diperoleh kelompok yang diberi obat
terhadap kelompok control. Perhitungan dilakukan untuk setiap pengukuran.
% rata − rata kelompok kontrol − % rata − rata kelompok obat
% rata − rata kelompok kontrol
× 100%
8. Gambarkan grafik variasi persentase inhibisa udem yang tergantung pada
waktu (pada kelompok yang diberi dosis).
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Berat mencit : 32g
Berat mencit control : 20g
Natrium diklofenak : 0,26mg/20gBB
Konsentrasi Natrium diklofenak : 0,65mg/ml
VAO :
VAO =
BBmencit × Dosis obat
konsentrasi obat
VAO =
32g × 0,26mg/20gBB
0,65mg/ml
= 0,64ml
NaCMC :
NaCMC =
1
100
× 20g
= 0,2ml
Perhitungan volume udem
Volume udem = volume pengukuran – volume awal
Volume udem 30 menit = 0,23 – 0,24
= -0,01
Volume udem 60 menit = 0,20 – 0,24
= -0,04
Volume udem 90 menit = 0,15 – 0,24
= -0,09
Perhitungan % Inhibisi
% Inhibisi =
EC − Et
EC
× 100%
% Inhibisi 30 menit =
0,11 –(−0,01)
0,11
× 100%
= 109,09%
% Inhibisi 60 menit =
0,10 –(−0,04)
0,10
× 100%
= 140%
% Inhibisi 90 menit =
0,14 –(−0,09)
0,14
× 100%
= 164,28%
PEMBAHASAN
Inflamasi diartikan sebagai suatu respon protektif normal terhadap luka
jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat
mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat
perbaikan jaringan.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek obat – obat antiinflamasi
terhadap hewan coba Mencit (Mus musculus ). Alasan pemilihan mencit sebagai
hewan coba adalah agar pengamatan terhadap pembengkakan kaki mencit mudah
diamati dan diukur.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diamati bahwa mencit yang
diperlakukan sebagai kontrol mengalami pembengkakan (radang) pada kakinya
yang disuntikkan dengan karagenan. Radang yang ditandai dengan bertambahnya
volume kaki mencit setelah pemberian karagenan (udem). Karagenan merupakan
suatu zat asing (antigen) yang bila masuk kedalam tubuh akan merangsang
pelepasan mediator radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat
antibodi tubuh bereaksi terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya.
Dalam percobaan ini digunakan obat antiinflamasi yaitu Na. diklofenak.
Diklofenak merupakan obat antiinflamasi golongan asam karboksilat derivat asam
fenilasetat.
Pemberian Na-Diklofenak sebagai anti inflamasi dapat menurunkan
aktifitas peradangan yang disebabkan karagenan tersebut. Mekanisme kerja obat
ini adalah menghambat jalan enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan
prostaglandin terhambat.
Dari hasil pengamatan di peroleh hasil pengukuran yang kurang akurat
dimana pada saat pengukuran pertama diperoleh hasil pengukuran kaki mencit
yang besar yaitu 0,24 pengukuran yang kurang akurat ini bias disebabkan pada
saat pengukuran kaki mencitnya bergoyang, maka didapat hasil pengukuran yang
kurang akurat. Hal ini juga bias terjadi karena ukuran kaki mencit yang
mempuhyai berat badan 32g mempunyai ukuran kaki yang besar.
Akan tetapi setelah pemberian karagensia seharusnya ukuran kaki mencit
bertambah besar, tapi dari hasil yang didapat ukuran kaki mencit mengalami
pengurangan ukuran. Hasil yang didapat pada menit ke 30 memberikan ukuran
0,23 pada menit ke 60 ukuran kaki mencit baertambah mengalami pengurangan
ukuran 0,20 pada menit ke 90 ukuran kaki mencit terus mengalami pengurangan
ukuran menjadi 0,15.
Hasil pengukuran yang kurang akurat bias terjadi karena beberapa factor
yang diantaranya yaitu :
1. Pada saat penyuntikan karagensia, tidak tersuntikkan secara
keseluruhan. Sehingga mengakibatkan kaki mencait yang tidak terlalu
bengkak.
2. Kasalahan-kasalahan yang mungkin terjadi pada saat pengukuran .
3. Kesalahan dalam pemberian dosis obat.
VII. KESIMPULAN
1. Efek yang ditimbulkan akibat pemberian karagenan pada hewan percobaan
adalah terjadinya udem, yang terlihat dari bertambahnya volume kaki tikus
setelah diukur dengan plestimometer.
2. Na diklofenak memberikan efek antiinflamasi, mengurangi udem pada kaki
tikus akibat pemberian karagenan.
3. Inflamasi terjadi karena reaksi antara antigen dengan antibodi yang dapat
merangsang pelepasan mediator radang sehingga terjadi vasodilatasi
pembuluh kapiler dan migrasi fagosit ke daerah radang, yang mengakibatkan
hyperemia dan udem pada daerah terjadinya inflamasi.
4. Gejala-gejala inflamasi adalah: rubor (merah), kalor (panas), tumor
(bengkak), dolor (sakit), dan fungtio laesa, yaitu berkurangnya fungsi
fisiologis tubuh.
VIII. JAWABAN PERTANYAAN-PERTANYAAN
1. Bahas hasil-hasil yang diperoleh dari segi aktivitas obat antiinflamasi yang
diberikan !
Jawab :
Persen inhibisi tiap kelompok yang didapat : Kelompok 1 didapatkan
% inhibisi t30 = -27,27%, t60 = -40%, t90 = 42,85%, Pada kelompok 2
didapatkan % inhibisi t30 = 45,45%, t60= 70%, t90 =92,85%. Pada kelompok
3 didapatkan % inhibisi t30= 109,09%, t60= 140%, t90= 164,28%. Pada
kelompok 4 % inhibisi t30= 0%, t60=40%, t90=57,14%. Pada kelompok 5 %
inhibisi t30= -54,54%, t60= 10%, t90=28,57%. Pada kelompok 6 % inhibisi
t30= 81,81%, t60= 90%, t90=92,85%.
Obat anti inflamasi yang bagus seharusnya obat yang memiliki dosis
yang lebih tinggi, sehingga memberikan efek terapi yang lebih baik dan
inhibisinya lebih bagus . Namun kenyataannya dari data di atas dapat dilihat
bahwa obat antiinflamasi/ inhibisi lebih baik untuk Na diklofenak yaitu yang
dengan dosis 0,26 mg/20gBB pada kelompok 2, sedang kan pada kelompok 3
yang menggunakan obat dan dosis yang sama itu malah memberikan hasil
minus pada volume udemnya. Dan untuk obat asetosal itu dari percobaan yang
memiliki dosis yang paling tinggi lah ( 5mg/20gBB ) yang dapat menurun kan
volume udem yang besar. Kesalahan pada obat Na diklofenak mungkin di
karenakan kesalahan pada saat percobaan.
Kesalahan hasil ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor kesalahan
seperti :
a. Kaki mencit yang diinduksi tidak terlalu bengkak
b. Kesalahan dalam pengukuran
c. Kesalahan dalam pemberian dosis obat pada mencit.
2. Apakah sama mekanisme kerja antiinflamasi asetosal dan endometazin ?
jelaskan !
Jawab ;
1. Cara Kerja Aspirin
Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-
Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa
prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1
& COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik
(antinyeri) dan antipiretik
2. Cara kerja Indometasin
Indometasin merupakan derivat indolilasetat.Khasiatnya kuat dan
dapat disamakan dengan diklofenak. Tetapi lebih sering menimbulkan efek
samping khususnya efek ulcerogen dan pendarahan occult (Tan Hoan
Tjay, 2002).
Indometasin memiliki efek antiinflamasi dan analgesik-antipiretik
yang kira-kira sebanding dengan aspirin.Telah terbukti bahwa indometasin
memiliki efek analgetik perifer maupun sentral. Secara in vitro,
indometasin menghambat enzim siklooksigenase.Seperti kolkisin,
indometasin menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear.
Indometasin merupakan penghambat prostagladin yang terkuat, ia
di absorpsi dengan baik setelah pemberian per oral dan sebgian besar
terikat oleh protein plasma. Metabolisme yang terjadi di hati, dalam bentuk
yang tak berubah dan metabolit tak aktif. Obat ini di eksresikan ke dalam
empedu dan urin.
Indometasin menghambat prostagladin dengan cara membentuk
ikatan dengan enzim siklooksigenase sehingga asam arachidonat tidak
dapat berikatan dengan enzim dan prostagladin tidak dapat
terbentuk.Kompleks enzim-indometasin ini sifatnya reversible, artinya,
indometasin dapat lepas dari enzim. Bersifat time dependent karenaketika
kompleks enzim-indometzsin bertaha dalam selang waktu tertentu, dapat
terjadi konformasi pada enzim yang akan menghasilkan ikatan yang lebih
kuat dengan indometasin.
Dapat dilihat bahwa mekanisme kerja aspirin sama dengan
indometasin, menghambat kerja prostaglandindengan cara membentuk
ikatan dengan enzim siklooksigenase.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Hamor, G.H.,(1996), ZAT ANTIRADANG NONSTEROID, dalam, Foye,
W.O., (Editor),
Mitchell, R.N. & Cotran, R.S.2003. Inflamasi akut dan kronik.
Philadelphia: Elsevier Saunders
Tjay, T.H., dan Rahardja,K., (2002), OBAT-OBAT PENTING,
KHASIAT, PENGGUNAAN, DAN EFEK-EFEK SAMPINGNYA, Cetakan
Kedua, Edisi Kelima, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,
LAPORAN PRATIKUM
FARMAKOLOGI I
ANTIINFLAMASI
Oleh :
Kelompok : 2B Ganjil
Sri Merlia Jasril 1101101
Tanggal : 12 Desember 2012
Dosen :
Asisten : 1. Anggrek Wiranti
2. Deri Islami
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU
2012

Contenu connexe

Tendances

Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiSiska Hermawati
 
Ppt antibiotik
Ppt antibiotikPpt antibiotik
Ppt antibiotikrula25
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolKezia Hani Novita
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraCitra pharmacist
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
 
Macam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanMacam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanYulinda Kartika
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...anandajpz
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Dedi Kun
 
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan SterilTeknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan SterilAbulkhair Abdullah
 
FARMAKOLOGI ANTIASMA
FARMAKOLOGI ANTIASMAFARMAKOLOGI ANTIASMA
FARMAKOLOGI ANTIASMASapan Nada
 
HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)Jonathan London
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatDokter Tekno
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosawulannsftri
 

Tendances (20)

Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasi
 
Ppt antibiotik
Ppt antibiotikPpt antibiotik
Ppt antibiotik
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Antiinflamasi
AntiinflamasiAntiinflamasi
Antiinflamasi
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
 
Laporan Teknologi Farmasi
Laporan Teknologi FarmasiLaporan Teknologi Farmasi
Laporan Teknologi Farmasi
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
 
Macam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanMacam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan Larutan
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan alkaloida (ekstrak ...
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan
 
Obat saluran pencernaan
Obat saluran pencernaanObat saluran pencernaan
Obat saluran pencernaan
 
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan SterilTeknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
 
FARMAKOLOGI ANTIASMA
FARMAKOLOGI ANTIASMAFARMAKOLOGI ANTIASMA
FARMAKOLOGI ANTIASMA
 
Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
 
HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
HORMON DAN OBAT KORTIKOSTEROID (FARMAKOLOGI)
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 

Similaire à Antiinflamasi

Slide Antiinflamasi.pptx
Slide Antiinflamasi.pptxSlide Antiinflamasi.pptx
Slide Antiinflamasi.pptxJesikaAja2
 
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun InflamasiMekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun InflamasiVefiOktaviani1
 
Antiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada OftalmologiAntiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada OftalmologiAditiaFitri
 
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxNEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxFadlyMuchtar2
 
Patologi radang
Patologi  radangPatologi  radang
Patologi radangBang Jay
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1lilin rosyanti
 
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptxmekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptxaditya romadhon
 
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdfmekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdfrabiatulkhafifah2
 
QBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasQBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasCatatan Medis
 
ppt peradangan klmpk 7_patologi.pptx
ppt peradangan klmpk 7_patologi.pptxppt peradangan klmpk 7_patologi.pptx
ppt peradangan klmpk 7_patologi.pptxVitiKilis
 
17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pblRyryy Part II
 
Respon radang.pptx
Respon radang.pptxRespon radang.pptx
Respon radang.pptxMethaKemala
 

Similaire à Antiinflamasi (20)

Slide Antiinflamasi.pptx
Slide Antiinflamasi.pptxSlide Antiinflamasi.pptx
Slide Antiinflamasi.pptx
 
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun InflamasiMekanisme Respon Imun Inflamasi
Mekanisme Respon Imun Inflamasi
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
 
Hiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iiiHiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iii
 
Antiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada OftalmologiAntiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada Oftalmologi
 
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptxNEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
NEUTROFIL-LIMFOSIT RATIO (NLR) Edit.pptx
 
Patologi radang
Patologi  radangPatologi  radang
Patologi radang
 
Hiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iiiHiperseneitivitas tpe iii
Hiperseneitivitas tpe iii
 
Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1Hipersensitifitas t ipe 1
Hipersensitifitas t ipe 1
 
Respon radang
Respon radangRespon radang
Respon radang
 
3. pneumonia.pdf
3. pneumonia.pdf3. pneumonia.pdf
3. pneumonia.pdf
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptxmekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
 
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdfmekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
mekanismevaskulerpadainflamasi-221018035356-786621f2.pdf
 
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNADian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
Dian anafilaksis AKPER PEMKAB MUNA
 
QBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 HipersensitivitasQBD 3 Hipersensitivitas
QBD 3 Hipersensitivitas
 
Inflamasi farin
Inflamasi farinInflamasi farin
Inflamasi farin
 
ppt peradangan klmpk 7_patologi.pptx
ppt peradangan klmpk 7_patologi.pptxppt peradangan klmpk 7_patologi.pptx
ppt peradangan klmpk 7_patologi.pptx
 
17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl
 
Respon radang.pptx
Respon radang.pptxRespon radang.pptx
Respon radang.pptx
 

Dernier

PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptssuser551745
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdfnoviarani6
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...IdjaMarasabessy
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 

Dernier (20)

PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
FARMASETIKA dasar menjelaskan teori farmasetika, sejarah farmasi, bahasa kati...
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

Antiinflamasi

  • 1. BAB VI ANTI INFLAMASI I. TUJUAN 1. Mengenal cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek anti inflamasi suatu obat. 2. Memahami mekanisme kerja obat anti inflamasi. II. PRINSIP Suntikkan subkuta karagen pada telapak kaki belakang tikus yang menyebabkan udem, yang dapat diinhibisi oleh obat-obat anti inflamasi yang diberikan sebelumnya. Volume udem dapat diukur dengan alat pletysmometer dan dibandingkan terhadap udem yang tidak diberi obat anti inflamasi dinilai dari persentase proteksi yang diberikan terhadap pembentukan udem. III. TINJAUAN PUSTAKA Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan ( Mycek, 2001 ). Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang (Rukmono, 2000). Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti oleh radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.),
  • 2. suhu (panas atau dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat kimia, dan lain-lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan sel (cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan) pada tempat radang yang disertai oleh proliferasi sel jaringan makrofag dan fibroblas, terjadinya proses fagositosis, dan terjadinya perubahan-perubahan imunologik (Rukmono, 2000). Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang tersensitisasi (Guyton, 1997). Proses inflamasi ini juga dipengaruhi dengan adanya mediator-mediator yang berperan, di antaranya adalah sebagai berikut (Abrams, 2005) : 1. Amina vasoaktif : histamin dan 5-hidroksi tritophan (5-HT/serotonin). Keduanya terjadi melalui inaktivasi epinefrin dan norepinefrin secara bersama-sama. 2. Plasma protease : kinin, sistem komplemen dan sistem koagulasi fibrinolitik, plasmin, lisosomalesterase, kinin, dan fraksi komplemen. 3. Metabolik asam arakidonat : prostaglandin, leukotrien ( LTB4 LTC4, LTD4, LTE4, 5-HETE (asam 5-hidroksi-eikosatetraenoat)). 4. Produk leukosit – enzim lisosomal dan limfokin. 5. Activating factor dan radikal bebas. Banyak obat – obat antiinflamasi yang bekerja dengan jalan menghambat sintesis salah satu mediator kimiawi yaitu prostaglandin. Sintesis prostaglandin yaitu (Mycek, 2001 ) :
  • 3. Asam arakidonat , suatu asam lemak 20 karbon adalah prekursor utama prostaglandin dan senyawa yang berkaitan. Asam arakidonat terdapat dalam komponen fosfolipid membran sel, terutama fosfotidil inositol dan kompleks lipid lainnya. Asam arakidonat bebas dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja fosfolipase A2 dan asil hidrolase lainnya. Melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormon dan rangsangan lainnya. Ada 2 jalan utama sintesis eukosanoid dari asam arakidonat yaitu : 1. Jalan siklo-oksigenase Semua eikosanoid berstruktur cincin sehingga prostaglandin, tromboksan, dan prostasiklin disintesis melalui jalan siklo – oksigenase. Telah diketahui dua siklo-oksigenase : COX-1 dan COX-2 Yang pertama bersifat ada dimana – mana dan pembentuk, sedangkan yang kedua diinduksi dalam respon terhadap rangsangan inflamasi. 2. Jalan lipoksigenase Jalan lain, beberapa lipoksigenase dapat bekerja pada asam arakidonat untuk membentuk HPETE, 12-HPETE dan 15-HPETE yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang dikorvensi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES) atau menjadi leukotrien atau lipoksin, tergantung pada jaringan. Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau. Tanda-tanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit), dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa(perubahan fungsi) ( Mitchell, 2003). Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 2005).
  • 4. Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak dari pada ke daerah normal (Rukmono, 2000). Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang (Rukmono,2000). Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan- jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang (Rukmono, 2000). Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang (Abrams, 2005). Obat – obat yang digunakan untuk sebagai anti inflamasi non steroid antara lain ( Mycek, 2001 ): 1. Aspirin dan salisilat lain Mekanisme kerjanya : efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandindi pusat pengatur panas dan hipotalamus dan perifer di daerah target. Lebih lanjut, dengan menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanis dan kimiawi. 2. Derivat asam propionat Obat – obat ini menghambat reversible siklo-oksigenase dan karena itu, seperti aspirin menghambat sintesis prostaglandin tetapi tidak menghambat leukotrien.
  • 5. 3. Asam Indolasetat Yang termasuk dalam grup obat - obat ini adalah indometasin, sulindak dan etolondak. Semua mempunyai aktivitas antiinflamasi , analgetik dan antipiretik. Bekerja dengan cara menghambat siklo-oksigenase secara reversible. Umumnya tidak digunakan untuk menurunkan demam. 4. Derivat oksikam Pada waktu ini, hanya piroksikam yang tersedia di amerika serikat. Anggota lain dalam grup ini sedang diselidiki dan mungkin akan disediakan juga. Mekanisme kerjanya belum jelas, tetapi piroksikam digunakan untuk pengobatan artritis rematoid, spondilitis ankilosa, dan osteoartritis. 5. Fenamat Asam mefenamat dan meklofenamat tidak mempunyai anti inflamasi dibandingkan obat AINS yang lain. Efek samping seperti diare dapat berat dan berhubungan dengan peradangan abdomen. 6. Fenilbutazon Fenilbutazon mempunyai efek anti inflamasi kuat tetapi tetapi aktivitas analgetik dan antipiretiknya lemah. Obat ini bukan merupakan obat first line. 7. Obat – obat lain a. Diklofenak Penghambat siklo – oksigenase. Diklofenak digunakan untuk pengobatan jangka lama arthritis rematoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa. b. Ketorolak Obat ini bekerja sama seperti obat AINS yang lain c. Tolmetin dan nabumeton Tolmetin dan nabumeton sama kuatnya dengan aspirin dalam mengobati artritis rematoid atau osteoartritis dewasa.
  • 6. IV. ALAT DAN BAHAN HEWAN PERCOBAAAN Mencit ALAT Tempat tikus Suntikan 1ml Stopwatch Timbangan mencit Spidol BAHAN Natrium diklofenak 0,26mg/20gBB Konsentrasi Natrium diklofenak 0,65mg/ml NaCMC 1% BB Karagen 0,05ml V. CARA KERJA 1. Sebelum mulai percobaan masing-masing mencit dikelompokkan dan ditimbang bobot badannya, krmudian diberi tanda pengenal untuk setiap tikus. 2. Dengan spidol berikan tanda batas pada sendi kaki belakang kiri untuk setiap mencit, agar pemasukan kaki mencit kedalam air raksa setiap kali selalu sama. 3. Ukur volume kaki mencit dan dinyatakan sebagai volume dasar untuk setiap mencit. Pada setiap kali pengukuran volume supaya diperiksa tinggi cairan pada alat dan dicatat sebelum dan sesudah pengukuran. Usahakan jangan sampai ada air raksa yang tumpah. 4. Penyuntikan dimulai untuk obat secara intraperitoneal. Mencit control hanya diberi larutan gom. Pada menit ke 25 disuntikkan larutan karagen pada telapak kaki kirit mencit dan untuk semuanya diberikan volume 0,05ml. 5. 30 menit kemudian volume kaki yang disuntikkan karagen diukur pada alat dan dicatat. Lakukan pengukuran yang sama setiap 30 menit, 60 menit, dan 90 menit. Catat perbedaan volume kaki setiap 30 menit pengukuran.
  • 7. 6. Hasil-hasil pengamatan dimuat didalam tabel untuk setiap kelompok, tabel harus memuat persentase kenaikkan volume kaki setiap 30 menit (untuk masing-masing mencit). Perhitunmgan persentase kenaikkan volume kaki dilakukan dengan membandingkannya terhadap volume dasar sebelum penyuntikkan karagen. 7. Selanjutnya untuk setiap kelompok dihitung persentase rata-rata dan dibandingkan persentase yang yang diperoleh kelompok yang diberi obat terhadap kelompok control. Perhitungan dilakukan untuk setiap pengukuran. % rata − rata kelompok kontrol − % rata − rata kelompok obat % rata − rata kelompok kontrol × 100% 8. Gambarkan grafik variasi persentase inhibisa udem yang tergantung pada waktu (pada kelompok yang diberi dosis). VI. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Berat mencit : 32g Berat mencit control : 20g Natrium diklofenak : 0,26mg/20gBB Konsentrasi Natrium diklofenak : 0,65mg/ml VAO : VAO = BBmencit × Dosis obat konsentrasi obat VAO = 32g × 0,26mg/20gBB 0,65mg/ml = 0,64ml NaCMC : NaCMC = 1 100 × 20g = 0,2ml
  • 8. Perhitungan volume udem Volume udem = volume pengukuran – volume awal Volume udem 30 menit = 0,23 – 0,24 = -0,01 Volume udem 60 menit = 0,20 – 0,24 = -0,04 Volume udem 90 menit = 0,15 – 0,24 = -0,09 Perhitungan % Inhibisi % Inhibisi = EC − Et EC × 100% % Inhibisi 30 menit = 0,11 –(−0,01) 0,11 × 100% = 109,09% % Inhibisi 60 menit = 0,10 –(−0,04) 0,10 × 100% = 140% % Inhibisi 90 menit = 0,14 –(−0,09) 0,14 × 100% = 164,28%
  • 9. PEMBAHASAN Inflamasi diartikan sebagai suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat- zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek obat – obat antiinflamasi terhadap hewan coba Mencit (Mus musculus ). Alasan pemilihan mencit sebagai hewan coba adalah agar pengamatan terhadap pembengkakan kaki mencit mudah diamati dan diukur. Berdasarkan hasil percobaan dapat diamati bahwa mencit yang diperlakukan sebagai kontrol mengalami pembengkakan (radang) pada kakinya yang disuntikkan dengan karagenan. Radang yang ditandai dengan bertambahnya volume kaki mencit setelah pemberian karagenan (udem). Karagenan merupakan suatu zat asing (antigen) yang bila masuk kedalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya. Dalam percobaan ini digunakan obat antiinflamasi yaitu Na. diklofenak. Diklofenak merupakan obat antiinflamasi golongan asam karboksilat derivat asam fenilasetat. Pemberian Na-Diklofenak sebagai anti inflamasi dapat menurunkan aktifitas peradangan yang disebabkan karagenan tersebut. Mekanisme kerja obat ini adalah menghambat jalan enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat. Dari hasil pengamatan di peroleh hasil pengukuran yang kurang akurat dimana pada saat pengukuran pertama diperoleh hasil pengukuran kaki mencit yang besar yaitu 0,24 pengukuran yang kurang akurat ini bias disebabkan pada saat pengukuran kaki mencitnya bergoyang, maka didapat hasil pengukuran yang kurang akurat. Hal ini juga bias terjadi karena ukuran kaki mencit yang mempuhyai berat badan 32g mempunyai ukuran kaki yang besar. Akan tetapi setelah pemberian karagensia seharusnya ukuran kaki mencit bertambah besar, tapi dari hasil yang didapat ukuran kaki mencit mengalami pengurangan ukuran. Hasil yang didapat pada menit ke 30 memberikan ukuran 0,23 pada menit ke 60 ukuran kaki mencit baertambah mengalami pengurangan
  • 10. ukuran 0,20 pada menit ke 90 ukuran kaki mencit terus mengalami pengurangan ukuran menjadi 0,15. Hasil pengukuran yang kurang akurat bias terjadi karena beberapa factor yang diantaranya yaitu : 1. Pada saat penyuntikan karagensia, tidak tersuntikkan secara keseluruhan. Sehingga mengakibatkan kaki mencait yang tidak terlalu bengkak. 2. Kasalahan-kasalahan yang mungkin terjadi pada saat pengukuran . 3. Kesalahan dalam pemberian dosis obat. VII. KESIMPULAN 1. Efek yang ditimbulkan akibat pemberian karagenan pada hewan percobaan adalah terjadinya udem, yang terlihat dari bertambahnya volume kaki tikus setelah diukur dengan plestimometer. 2. Na diklofenak memberikan efek antiinflamasi, mengurangi udem pada kaki tikus akibat pemberian karagenan. 3. Inflamasi terjadi karena reaksi antara antigen dengan antibodi yang dapat merangsang pelepasan mediator radang sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh kapiler dan migrasi fagosit ke daerah radang, yang mengakibatkan hyperemia dan udem pada daerah terjadinya inflamasi. 4. Gejala-gejala inflamasi adalah: rubor (merah), kalor (panas), tumor (bengkak), dolor (sakit), dan fungtio laesa, yaitu berkurangnya fungsi fisiologis tubuh. VIII. JAWABAN PERTANYAAN-PERTANYAAN 1. Bahas hasil-hasil yang diperoleh dari segi aktivitas obat antiinflamasi yang diberikan ! Jawab : Persen inhibisi tiap kelompok yang didapat : Kelompok 1 didapatkan % inhibisi t30 = -27,27%, t60 = -40%, t90 = 42,85%, Pada kelompok 2 didapatkan % inhibisi t30 = 45,45%, t60= 70%, t90 =92,85%. Pada kelompok 3 didapatkan % inhibisi t30= 109,09%, t60= 140%, t90= 164,28%. Pada kelompok 4 % inhibisi t30= 0%, t60=40%, t90=57,14%. Pada kelompok 5 % inhibisi t30= -54,54%, t60= 10%, t90=28,57%. Pada kelompok 6 % inhibisi t30= 81,81%, t60= 90%, t90=92,85%.
  • 11. Obat anti inflamasi yang bagus seharusnya obat yang memiliki dosis yang lebih tinggi, sehingga memberikan efek terapi yang lebih baik dan inhibisinya lebih bagus . Namun kenyataannya dari data di atas dapat dilihat bahwa obat antiinflamasi/ inhibisi lebih baik untuk Na diklofenak yaitu yang dengan dosis 0,26 mg/20gBB pada kelompok 2, sedang kan pada kelompok 3 yang menggunakan obat dan dosis yang sama itu malah memberikan hasil minus pada volume udemnya. Dan untuk obat asetosal itu dari percobaan yang memiliki dosis yang paling tinggi lah ( 5mg/20gBB ) yang dapat menurun kan volume udem yang besar. Kesalahan pada obat Na diklofenak mungkin di karenakan kesalahan pada saat percobaan. Kesalahan hasil ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor kesalahan seperti : a. Kaki mencit yang diinduksi tidak terlalu bengkak b. Kesalahan dalam pengukuran c. Kesalahan dalam pemberian dosis obat pada mencit. 2. Apakah sama mekanisme kerja antiinflamasi asetosal dan endometazin ? jelaskan ! Jawab ; 1. Cara Kerja Aspirin Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti- Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik 2. Cara kerja Indometasin Indometasin merupakan derivat indolilasetat.Khasiatnya kuat dan dapat disamakan dengan diklofenak. Tetapi lebih sering menimbulkan efek samping khususnya efek ulcerogen dan pendarahan occult (Tan Hoan Tjay, 2002). Indometasin memiliki efek antiinflamasi dan analgesik-antipiretik yang kira-kira sebanding dengan aspirin.Telah terbukti bahwa indometasin memiliki efek analgetik perifer maupun sentral. Secara in vitro,
  • 12. indometasin menghambat enzim siklooksigenase.Seperti kolkisin, indometasin menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear. Indometasin merupakan penghambat prostagladin yang terkuat, ia di absorpsi dengan baik setelah pemberian per oral dan sebgian besar terikat oleh protein plasma. Metabolisme yang terjadi di hati, dalam bentuk yang tak berubah dan metabolit tak aktif. Obat ini di eksresikan ke dalam empedu dan urin. Indometasin menghambat prostagladin dengan cara membentuk ikatan dengan enzim siklooksigenase sehingga asam arachidonat tidak dapat berikatan dengan enzim dan prostagladin tidak dapat terbentuk.Kompleks enzim-indometasin ini sifatnya reversible, artinya, indometasin dapat lepas dari enzim. Bersifat time dependent karenaketika kompleks enzim-indometzsin bertaha dalam selang waktu tertentu, dapat terjadi konformasi pada enzim yang akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat dengan indometasin. Dapat dilihat bahwa mekanisme kerja aspirin sama dengan indometasin, menghambat kerja prostaglandindengan cara membentuk ikatan dengan enzim siklooksigenase. IX. DAFTAR PUSTAKA Hamor, G.H.,(1996), ZAT ANTIRADANG NONSTEROID, dalam, Foye, W.O., (Editor), Mitchell, R.N. & Cotran, R.S.2003. Inflamasi akut dan kronik. Philadelphia: Elsevier Saunders Tjay, T.H., dan Rahardja,K., (2002), OBAT-OBAT PENTING, KHASIAT, PENGGUNAAN, DAN EFEK-EFEK SAMPINGNYA, Cetakan Kedua, Edisi Kelima, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,
  • 14. Oleh : Kelompok : 2B Ganjil Sri Merlia Jasril 1101101 Tanggal : 12 Desember 2012 Dosen : Asisten : 1. Anggrek Wiranti 2. Deri Islami PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU 2012