SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA TIKUS

KELOMPOK 4
FARMASI B
1. Angga Aditya R

(201210410311180)

2. Siska Hermawati

(201210410311184)

3. Rahmawati

(201210410311185)

4. Yuliana Putri A

(201210410311186)

5. Tri Rahmi

(201210410311187)

6. Dzati Illiyah I

(201210410311188)

7. Ratna Endah L

(201210410311192)

8. Venny Aryandini

(201210410311189)

9. Sherly Diama

(201210410311190)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
2013

2|Page
MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA TIKUS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamati perubahan aktivitas prilaku setelah pemberian diazepam secara
intraperitoneal
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efektif) tidur diazepam
II. DASAR TEORI
ED50 (effective Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan efik terapi pada
50% individu. Pemberian Diazepam secara intraperitoneal digunakan untuk
menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individua tau
separuh dari jumlah individu yang diamati. Benzodiazepin meningkatkan kerja
GABA di Sistem syaraf pusat. Diazepam bekerja disemua sinaps GABAa, tetapi
kerjanya dalam mengurangi spastisitas sebagai dimediasi di medula spinalis. Karena
itu Diazepam dapat juga digunakan pada spasme otot yang asalnya dari mana saja,
termasuk trauma otot lokal. Tetapi, obat ini menyebabkan sedasi pada dosis yang
diperlukan untuk mengurangi tonus otot.
Dosis dimulai dengan 4mg/hari yang dapat ditingkatkan bertahap inga
maksimum 60mg/hari. Benzodiazepin lain yang sering juga dipakai sebagai pelemas
otot adalah midazolam (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia,
Thn 2007,hal 112)
Benzodiazepin yang tidak larut dalam air adalah Diazepam dan Lorazepam,
oleh karenanya obat-obat ini tidak diberikan secara intra vena pada pasien, karena
dapat menyebabkan iritasi vena, sehingga diberikan secara intra muscular dalam
pelarut propilenglikol. ( Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia,
Thn 2007, hal 126)
Benzodiazepin yang digunakan sebagai anestesi umum adalah Diazepam,
Lorazepam, dan Midazolam. Dengan dosis untuk induksi anestesi kelompok obat ini

3|Page
dapat menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd,
tetapi tidak berefek anelgesik. Diazepam yang diberikan secara Intra vena segera
didistribusi ke otak, tetapi efeknya baru tampak setelah beberapa menit. Kadarnya
segera turun karena adanya redistribusi tetapi sedasi sering muncul lagi setelah 6-8
jam akibat adanya penyerapan ulang Diazepam yang dibuang melalui empedu. Masa
paruh Diazepam memanjang dengan meningkatnya usia, kira-kira 20 jam pada usia
20 tahun, dan kira-kira 90 jam pada usia 80 tahun. Klirens plasma hampir konstan
(20-30 mL/menit), karena itu pemberian Diazepam dalam waktu lama tidak
memerlukan koreksi dosis. (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas
Indonesia, Thn 2007, hal 134-135)
III . Prosedur Kerja
Alat dan Bahan :
1. Kain
2. Spuit
3. Kasa
4. Klem
5. Kandang tikus
6. Kapas
7. Tikus putih 3 ekor
8. Diazepam (dosis 1mg/kgBB, 2,5mg/kgBB, 7,5mg/kgBB)
9. Alkohol
Cara Kerja :
1. Permukaan Abdomen tikus dibersihkan dengan kapas alcohol
2. Pada masing-masing tikus disuntikan Diazepam dengan dosis 1mg/kgBB,
2,5mg/kgBB, dan 7.5mg/kgBB secara intraperitonial
3. Perubahan perilaku tikus diamati (seperti yang tertera pada lembar
pengamatan) dengan seksama.
4|Page
Tikus I = 142 g
IV.

Hasil pengamatan kelompok 4

Tikus II= 120 g
Tikus III= 137 g

Praktikum III

Sediaan 10 mg/ 2ml

Menentukan ED50 (effective dose) Diazepam pada tikus

Dosis :
•

10 mg → 2 ml

Tikus I : 1mg / kg BB
1 mg →1000 g

•

Tikus III : 7,5 mg/kg BB

10 mg→ 2ml

•

7,5 mg → 1000 mg

Tikus II : 2,5 mg/ kg BB

10 mg → 2 ml

2,5 mg →1000g

5|Page
Keterangan :
1. Postur Tubuh
+

= Jaga

= Kepala dan punggung tegak

++

= Ngantuk

= Kepala tegak, punggung mulai datar

+++

= Tidur

= Kepala dan punggung datar

2. Aktivitas Motorik
+

= Gerak spontan

++

= Gerak spontan bila dipegang

+++

= Gerak menurun saat dipegang

3. Antaxia
+

= Inkoordinasi terlihat jarang-jarang

++

= Inkoordinasi jelas terlihat

+++

= Tidak dapat berjalan lurus

4. Righting Refleks
+

= Diam pada satu posisi miring

++

= Diam pada dua posisi miring

+++

= Diam pada waktu terlentang

5. Test Kasa
+

= Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang

++

= Jatuh apabila kasa dibalik

+++

= Jatuh apabila kasa 90o

++++ = Jatuh apabila kasa 45o
6. Analgesia
+

= Respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit
6|Page
++

= Tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit

7. Ptosis
+

= Ptosis kurang dari .

++

= Ptosis adalah .

+++

= seluruh palpebra tertutup

Tabel Pengamatan
Menit
5

10

15

30

60

No

PosturTubuh

Eksperimen
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

+
++
++
+
+++
+++
+
++
+++
+
++
+++
+
+
+++

Dosis
1 mg
2,5 mg
7,5 mg

Aktivitas Ataxia Righting
Motor
+
++++
++
+
++++
++++
+
++++
++++
+
++++
++
+
++
++

Respontidur (+/-) padatikus
1 2 3 4 5
6
+
+
+ +
+ + + + +
+

+++
+++
+++
++
+++
++
+++
+
++
+

Reflex
++
++
+++
++
++
++
-

Test
Kasa
+
++++
+++
+++
++++
++++
+
+++
++++
+
+++
++++
+
+++
++++

Analgesi Ptosis
-

Mati

+
+
++
+
++
+
++
+
+

% Indikasi yang berespon
16,67 %
50 %
100 %

7|Page

-
Dari persamaan regresi didapat

Persamaan ;

A = 11.1536

y = Bx + A

B = 12.1099

50=12.1099x+(11.1536)

r = 0.9827

X= 3.2078
Jadi ED50 = 3.2078

Pembahasan
Dosis, Cara Pemberian, dan Lama Pemberian Diazepam
Oral :
Ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika perlu dapat dinaikkan menjadi 15-30 mg
sehari dalam dosis terbagi; Lansia (atau yang sudah tidak mampu melakukan
aktivitas) setengah dosis dewasa, Insomsia yang disertai ansietas, 5-15 mg sebelum
tidur. Anak-anak, night teror dan somnambulisme, 1-5 mg sebelum tidur. Injeksi i.m
atau injeksi i.v lambat ; (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5
mg/menit) untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, penghentian
alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam. Catatan : Rute i.m hanya
digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.
Farmakologi
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan
neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat
dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di
hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja
sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai
benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi
benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini
kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida
akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam
sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan

8|Page
dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang. (John, Peter,
Brian.Edisi ke-4 1992)
Stabilitas Penyimpanan
Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. (FI.IV) Lindungi sediaan
parenteral dari cahaya; khasiat obat bertahan sampai 3 bulan bila disimpan dalam
suhu kamar; stabil pada pH 4-8, terjadi hidrolisis pada pH <3; jangan campur sediaan
i.v dengan obat lain. (Lexy-Comp. p.462)
Kontraindikasi
Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi
pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama
kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi
atau ansietas yang disertai dengan depresi. (IONI)
Efek Samping
Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas,
vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada
saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau
kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada
mulut. (AHFS p.2389-2392)
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada
SSP dengan efek utama : sedasi, hipnitis, pengurangan rangsangan emosi, relaksi otot
dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada
jaringan perifer : vasodilatasi kotoner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepine
tertentu secara IV, dan blockade neuromuscular yang hanya terjadi pada pemberian
dosis tinggi. Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepine yang diamati secara
invivo maupun invitro yang telah digolongkan sebagai :efek agonis penuh yaitu
senyawa yang sepenuhnya serupa efek benzodiazepine misalnya diazepam; efek
agonies parsial, yaitu efek senyawa yang menghasilkan efek maksimum yang kurang
kuat dibandingkan diazepam; efek inferse agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan
efek kebalikan dari efek diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip
9|Page
benzodiazepine, dan efek invers – agonis paesial. Sebagian besar efek agonis invers
agonis dapat dilawan atau dicegah oleh antagonis benzodiazepine flumazenin,
melalui persaingan ikatannya dengan reseptor benzodiazepine. Zat ini mewakili
berbagai golongan senyawa yang bekerja memblok secara spesifik efek agonis dan
invers agonis benzodiazepine.
SSP
profil farmakologi benzodiazepine sangat berbeda pada spesies yang berbeda ;
pada spesies tertentu hewan coba dapat meningkatkan kewaspadaannya sebelum
timbul depresi SSP. Pada tikus pemberian 7-nitro-benzodiazepin menginduksi reaksi
heperaktifitas, tapi tidak pada spesies lain. Efek telaksasi otot pada dan antikonvulsi
pada tikus sesuai dengan efek sedasi, hypnosis, dan antisietas pada manusia.
Beberapa benzodiazepine menginduksi hipotonia otot tanpa gangguan gerak otot
normal, obat ini mengurangi kekakuan pada pasien serebral paesy. Efek relaksasi otot
diazepam 10 x lebih selektif dibanding meprobamat, namun tingkat selektifitas ini
tidak terlihat jelas pada manusia. Klonazepam dosis nonsedatif pada manusia sudah
merelaksasi otot, tapi benzodiazepine dan diazepam tidak. Toleransi terjadi pada efek
relaksasi otot dan ataksia obat ini. Pada hewan coba,benzodiazepine menghambat
aktifitas bangkitan yang diinduksi oleh pentilentetrazol dan pikrotoksin, tapi
bangkitan yang diinduksi oleh striknin dan elektrosyok maksimal hanya disukresi
pada dosis yang mengganggu aktifitas gerakan otot. Flurazepam, triazolan,
klonazepam, bromazepam, dan nitrazepam merupakan anti konvulsi yang lebih
selektif dibanding derivat lain.adanya toleransi terhadap efek konvulsi membatasi
penggunaan benzodiazepine untuk mengobati kelainan kebangkitan pada manusia.
Walaupun terlihat adanya efek analgetik benzodiazepine pada hewan coba, pada
manusia hanya terjadi analgesi selintas setelah pemberian diazepam.
Efek pada elektroensefalogram (EEG) dan tingkatan tidur
Efek benzodiazepine pada EEG menyerupai hipnotik sedative lain. Aktifitas α
menurun, namun terjadi peningkatan dalam aktifitas cepat tegangan-rendah. Toleransi
terjadi terhadap efek tersebut. Sebagian besar benzodiazepine mengurangi waktu
jatuh tidur terutama pada penggunaan awal, dan mengurangi jumlah terbangun dan
10 | P a g e
waktu yang dibutuhkan pada tingkatan nol (tingkatan terjaga). Lamanya waktu pada
tingkatan satu biasanya berkurang, dan terjadi penurunan yang nyata dalam lamanya
waktu pada tin gkat tidur gelombang lambat. Sebagian besar benzodiazepine
menaikkan lamanya waktu dari jatuh tidur sampai mulainya tidur. REM dan
umumnya waktu tidur REM menjadi singkat namun siklus tidur REM biasanya
bertambah. Secara keseluruhan efek pemberian benzodiazepine menaikkan tidur total
terutama karena penambahan waktu pada tingkatan dua yang merupakan bagian
terbesar pada tidur non REM.
Pernafasan
Benzodiazepine dosis hipnotik tidak berefek pada pernafasan orang normal.
Penggunaaannya perlu diperhatikan pada individu yang menderita kelainan fungsi
hati. Benzodiazepine dapat memperburuk keadaan tidur yang berhubungan dengan
kelainan pernafasan dengan mengganggu control terhadap otot pernafasan bagian atas
atau menurunkan respon fentilasi CO2.
System kardiovaskuler
Efek benzodiazepine pada system kardiovaskular umumnya ringan, kecuali
pada intoksitasi berat. Pada dosis anesthesia semua benzodiazepine dapat
menurunkan tekanan darah dan menaikkan denyut jantung.
Saluran cerna
Benzodiazepine diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna
yang berhubungan dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata menurunkan
sekresi cairan lambung waktu malam.
Farmakokinetik
Sifat farmakokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi
penggunaannya

dalam

klinik

karena

menentukan

lama

kerjanya.

Semua

benzodiazepine dalam bentuk nonionic memiliki koevisien distribusi lemak; air yang
tinggi; namun sifat lipofiliknya dapat berfariasi leh dari 50x, bergantung pada
polaritas

dan

elektronegatifitas

berbagai

senyawa

benzodiazepam.

Semua

benzodiazepine diapsorbsi secara sempurna, kecuali klorazepat, klorazepat baru
diabsorbsi sempurna setelah di dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N11 | P a g e
desmetil diazepam. Golongan benzodiazepine menurut lama kerjanya dibagi menjadi
4 golongan dan diazepam termasuk senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih lama dari
24 jam. Benzodiazepine dan metabolit aktifnya terikat pada protei plasma. Kekuatan
ikatannya berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya, berkisar dari 70% (alprazolam)
sampai 99% (diazepam) kadarnya pada cairan serebrospinal kira-kira sama dengan
kadar obat bebas didalam plasma. Metabolit aktif benzodiazepine umumnya di
biotranformasi lebih lambat dari senyawa asalnya, sehingga lama kerja benjodiazepin
tidak sesuai dengan paruh waktu flurazepam 2-3 jam, tetapi waktu paruh metabolit
aktifnya 50 jam atau lebih. Sebaliknya pada benzodiazepine yang diinaktifkan pada
reaksi pertama kecepatan metabolism menjadi penentu lama kerjanya misalnya
oksazepam, lorazepam, temazepam, triazolam dan midazolam. Metabolisme
benzodiazepim terjadi dalam tiga tahap yaitu: 1 desalkilasi,2 hidrokolasi dan 3
konjugasi .
Hipnotik ideal harus memiliki mula kerja cepat ,mampu mempertahankan
tidursepanjang malam dan tidak meninggalkan efek residu pada keesokan harinya.
Diantara benzodiazepin yang digunakan sebagai hipnotik ,secara teoritis triazolam
paling mendekati kriteria tersebut. Namun dalam prakteknya ,bagi beberapa pasien
penggunaan hipnotik yang cepat tereliminasi dalam darah merugikan karna masa
kerjanya pendek, sehingga lama tidurnya kurang dan menimbulkan rebound
insomnia pada saat penghentian obat. Fluramzepam kurang sesuai sebagai hipnotik,
sebab kecepatan eliminasi metabolitnya aktifnya yang sangat lambat. Namun dengan
pemilihan dosis yang hati –hati, fluramzepam dan benzodiazepine lain yang memiliki
kecepatan eliminasi lebih lambat dari triazolam masih dapat digunakan secara efektif.
Efek samping
Benzodiazepin dengan dosis hipnotik pada saat mencapai kadar plasma
puncak nya dapat menimbulkan efek samping adalah Light headness, lassitude,
lambat bereaksi, inkoordinasi motorik. Ataksia gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan coordinator berfikir, bingung disatria, mulut kering dan rasa
pahit. Efek samping lain yang relative terjadi adalah lemah badan, sakit kepala,
pandangan kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, sakit dada dan gastric.
12 | P a g e
Benzodiazepine dengan efek antikolvusi kadang-kadang malahan meningkatkan
frekuensi bangkitan pada penderita epilepsy. Ketergantungan sudah dapat terjadi pada
pengguna benzodiazepine dosis terapi secara teratur untuk waktu lama. Gejala puttus
obat dapat menyebabkan makin hebatnya kelainan yang semula ingin diobati
misalnya insomnia dan ansietas, berkeringat, lemah badan dan pusing kepala.
Penghentian sebaiknya dilakukan secara bertahap. Penggunaan benzodiazepine dosis
tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan gejala ketergantungan yang lebih parah
setelah pemutusan obat yaitu : depresi, panik, paranoid, mialgia, kejang otot dan
bahkan konvulsi.
Secara umum benzodiazepine merupakan obat yang relative aman. Bahkan
dosis tinggi jarang menimbulkan kematian kecualin bila digunakan sama-sama
dengan depresan SSP yang lain misalnya alcohol. Walaupun takar lajak
benzodiazepine jarang menyebabkan depresi kardiovaskular serta pernapasan yang
berat, dosis terrapin dapat mempengaruhi pernafasan pada penderita obstruksi paru
paru kronik.
Indikasi
Benzodiazepine digunakan untuk mengobati insomnia, ansiestas, kaku otot
medikasi prenestesi dan anestesi. Posologi
Berdasarkan data kelas yang diperoleh maka dapat disimpulkan dalam praktikum kali
ini telah mencapai ED50 dimana berdasarkan persamaan regresinya diperoleh dosis
3.2078 mg. Jadi dengan dosis 3.2078 mg sudah mendapatkan efektif tidur diazepam
50%.

13 | P a g e
Dari data kelompok kami bisa disimpulkan bahwa :
1. Postur tubuh
Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 ditandai
dengan kepala tegak dan punggung mulai datar (++) sedangkan pada tikus 1 dari
menit pertama hingga menit ke-60 masih terjaga (+).
2. Aktifitas motorik
Pada tikus 1 dari menit pertama hingga menit ke-60 aktivitas motoriknya (+)
yaitu gerak spontan sedangkan pada tikus 2 mengalami onset of action pada menit ke5 ditandai dengan tidak ada gerak spontan saat di pegang (++++) dan tikus 3
mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan tidak ada gerak spontan
saat di pegang (++++).
3. Ataksia
Pada tikus 1 tidak mengalami gerakan berjalan inkoordinasi dari menit
pertama hingga menit ke-60. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada
menit ke-5 ditandai dengan inkoordinasi terlihat jelas (+++).
4. Righting reflex
Pada tikus 1 tidak menunjukkan hasil postif dari test Righting Reflex dari
menit pertama hingga menit ke-60. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action
pada menit ke-5 ditandai dengan diam pada dua posisi miring (++).
5. Tes kasa
Pada tikus 1 mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan
jatuh apabila posisi kasa 90°. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada
menit ke-5 ditandai dengan tikus 2 jatuh apabila posisi kasa 45° dan tikus 3 jatuh
apabila posisi kasa 90°.
6. Analgesia
Pada tes analgesia tidak ada tikus yang menunjukkan hasil positif dari menit
pertama hingga menit ke-60.
7. Ptosis

14 | P a g e
Pada tikus 1 tidak menunjukkan hasil positif dari menit pertama hingga menit
ke-60. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 ditandai dengan
palpebra tertutup kurang dari setengah.
VI KESIMPULAN
1. Diazepam dapat mempengaruhi sistem saraf yaitu memberikan efek
sedatifhipnotikum.
2. Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas,
vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan
pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia,
penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial
atau rasa pahit pada mulut. (AHFS p.2389-2392)
3. ED digunakan sebagai ukuran dosis efektif karena dapat ditentukan secara
lebih tepat dan paling sedikit fariasinya dibanding ukuran lainnya seperti ED
99.
4. Dari praktikum dosis yang paling efektif untuk membuat tikus tertidur adalah
3.2078 mg

15 | P a g e

Contenu connexe

Tendances

makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitFaradina Kusumasdiyanti
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenKezia Hani Novita
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2marwahhh
 
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetriRani Ye
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakKezia Hani Novita
 
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatFormulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliKezia Hani Novita
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti MikrobaRukmana Suharta
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairMina Audina
 

Tendances (20)

makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Laporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofenLaporan resmi suspensi ibuprofen
Laporan resmi suspensi ibuprofen
 
Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2Farmasetika: Salep2
Farmasetika: Salep2
 
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetri
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
 
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatFormulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOLBIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN  MELALUI PARU :  AEROSOL
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Senyawa Anti Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Senyawa Anti Mikroba
 
Laporan anestesi lokal
Laporan anestesi lokalLaporan anestesi lokal
Laporan anestesi lokal
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik
 
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cairLaporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
Laporan farmasi fisika kerapatan bobot jenis zat cair
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 

En vedette

En vedette (7)

Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
 
Dosis efek
Dosis efekDosis efek
Dosis efek
 
Farmakologi(forward chaining)
Farmakologi(forward chaining)Farmakologi(forward chaining)
Farmakologi(forward chaining)
 
Hipnotik sedativ
Hipnotik sedativHipnotik sedativ
Hipnotik sedativ
 
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrinMenentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
 
Mencit (mus musculus) sebagai hewan coba
Mencit (mus musculus) sebagai hewan cobaMencit (mus musculus) sebagai hewan coba
Mencit (mus musculus) sebagai hewan coba
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 

Similaire à ED50 Diazepam Tikus

Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiNunung Ayu Novi
 
kelompok 1 obat kolinergik.pptx
kelompok 1 obat kolinergik.pptxkelompok 1 obat kolinergik.pptx
kelompok 1 obat kolinergik.pptxBellaYunia1
 
Terapi somatik
Terapi somatikTerapi somatik
Terapi somatikrian92
 
Makalah psikotropika
Makalah psikotropikaMakalah psikotropika
Makalah psikotropikaYadhi Muqsith
 
11. Materi Benzodiazepin.pptx
11. Materi Benzodiazepin.pptx11. Materi Benzodiazepin.pptx
11. Materi Benzodiazepin.pptxAsepWahyudi13
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem sarafnataliaayp
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Novi Fachrunnisa
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxAdnalKhemalPasha
 
Terapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. AnangTerapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. AnangPerdudikes
 
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfHenipuspitasari17
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...pjj_kemenkes
 

Similaire à ED50 Diazepam Tikus (20)

Praktikum sedasi
Praktikum sedasi Praktikum sedasi
Praktikum sedasi
 
Analgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesiAnalgesik antipiretik-anasthesi
Analgesik antipiretik-anasthesi
 
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNAKep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
Kep jiwa antipsikotik AKPER PEMKAB MUNA
 
kelompok 1 obat kolinergik.pptx
kelompok 1 obat kolinergik.pptxkelompok 1 obat kolinergik.pptx
kelompok 1 obat kolinergik.pptx
 
Terapi somatik
Terapi somatikTerapi somatik
Terapi somatik
 
Makalah psikotropika
Makalah psikotropikaMakalah psikotropika
Makalah psikotropika
 
P 3 fix
P 3 fixP 3 fix
P 3 fix
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
11. Materi Benzodiazepin.pptx
11. Materi Benzodiazepin.pptx11. Materi Benzodiazepin.pptx
11. Materi Benzodiazepin.pptx
 
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
126990 penggolongan obat sistem pencernaan &amp; sistem saraf
 
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
Percobaan
Percobaan Percobaan
Percobaan
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptxREFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
REFLEKSI KASUS Anestesi.pptx
 
Terapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. AnangTerapi Inhalasi dr. Anang
Terapi Inhalasi dr. Anang
 
Acara 3
Acara 3Acara 3
Acara 3
 
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdfPENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
PENATALAKSANAAN Gangguan Penyalahgunaan Z-Kemkes.pdf
 
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
Penggolongan Obat : Susunan Syaraf Pusat dan Otonom serta Antibiotika serta A...
 

Dernier

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 

Dernier (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 

ED50 Diazepam Tikus

  • 1. PRAKTIKUM FARMAKOLOGI MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA TIKUS KELOMPOK 4 FARMASI B 1. Angga Aditya R (201210410311180) 2. Siska Hermawati (201210410311184) 3. Rahmawati (201210410311185) 4. Yuliana Putri A (201210410311186) 5. Tri Rahmi (201210410311187) 6. Dzati Illiyah I (201210410311188) 7. Ratna Endah L (201210410311192) 8. Venny Aryandini (201210410311189) 9. Sherly Diama (201210410311190)
  • 2. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI 2013 2|Page
  • 3. MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA TIKUS I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengamati perubahan aktivitas prilaku setelah pemberian diazepam secara intraperitoneal 2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efektif) tidur diazepam II. DASAR TEORI ED50 (effective Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan efik terapi pada 50% individu. Pemberian Diazepam secara intraperitoneal digunakan untuk menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individua tau separuh dari jumlah individu yang diamati. Benzodiazepin meningkatkan kerja GABA di Sistem syaraf pusat. Diazepam bekerja disemua sinaps GABAa, tetapi kerjanya dalam mengurangi spastisitas sebagai dimediasi di medula spinalis. Karena itu Diazepam dapat juga digunakan pada spasme otot yang asalnya dari mana saja, termasuk trauma otot lokal. Tetapi, obat ini menyebabkan sedasi pada dosis yang diperlukan untuk mengurangi tonus otot. Dosis dimulai dengan 4mg/hari yang dapat ditingkatkan bertahap inga maksimum 60mg/hari. Benzodiazepin lain yang sering juga dipakai sebagai pelemas otot adalah midazolam (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia, Thn 2007,hal 112) Benzodiazepin yang tidak larut dalam air adalah Diazepam dan Lorazepam, oleh karenanya obat-obat ini tidak diberikan secara intra vena pada pasien, karena dapat menyebabkan iritasi vena, sehingga diberikan secara intra muscular dalam pelarut propilenglikol. ( Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia, Thn 2007, hal 126) Benzodiazepin yang digunakan sebagai anestesi umum adalah Diazepam, Lorazepam, dan Midazolam. Dengan dosis untuk induksi anestesi kelompok obat ini 3|Page
  • 4. dapat menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek anelgesik. Diazepam yang diberikan secara Intra vena segera didistribusi ke otak, tetapi efeknya baru tampak setelah beberapa menit. Kadarnya segera turun karena adanya redistribusi tetapi sedasi sering muncul lagi setelah 6-8 jam akibat adanya penyerapan ulang Diazepam yang dibuang melalui empedu. Masa paruh Diazepam memanjang dengan meningkatnya usia, kira-kira 20 jam pada usia 20 tahun, dan kira-kira 90 jam pada usia 80 tahun. Klirens plasma hampir konstan (20-30 mL/menit), karena itu pemberian Diazepam dalam waktu lama tidak memerlukan koreksi dosis. (Dikutip dari Farmakologi dan Terapi Universitas Indonesia, Thn 2007, hal 134-135) III . Prosedur Kerja Alat dan Bahan : 1. Kain 2. Spuit 3. Kasa 4. Klem 5. Kandang tikus 6. Kapas 7. Tikus putih 3 ekor 8. Diazepam (dosis 1mg/kgBB, 2,5mg/kgBB, 7,5mg/kgBB) 9. Alkohol Cara Kerja : 1. Permukaan Abdomen tikus dibersihkan dengan kapas alcohol 2. Pada masing-masing tikus disuntikan Diazepam dengan dosis 1mg/kgBB, 2,5mg/kgBB, dan 7.5mg/kgBB secara intraperitonial 3. Perubahan perilaku tikus diamati (seperti yang tertera pada lembar pengamatan) dengan seksama. 4|Page
  • 5. Tikus I = 142 g IV. Hasil pengamatan kelompok 4 Tikus II= 120 g Tikus III= 137 g Praktikum III Sediaan 10 mg/ 2ml Menentukan ED50 (effective dose) Diazepam pada tikus Dosis : • 10 mg → 2 ml Tikus I : 1mg / kg BB 1 mg →1000 g • Tikus III : 7,5 mg/kg BB 10 mg→ 2ml • 7,5 mg → 1000 mg Tikus II : 2,5 mg/ kg BB 10 mg → 2 ml 2,5 mg →1000g 5|Page
  • 6. Keterangan : 1. Postur Tubuh + = Jaga = Kepala dan punggung tegak ++ = Ngantuk = Kepala tegak, punggung mulai datar +++ = Tidur = Kepala dan punggung datar 2. Aktivitas Motorik + = Gerak spontan ++ = Gerak spontan bila dipegang +++ = Gerak menurun saat dipegang 3. Antaxia + = Inkoordinasi terlihat jarang-jarang ++ = Inkoordinasi jelas terlihat +++ = Tidak dapat berjalan lurus 4. Righting Refleks + = Diam pada satu posisi miring ++ = Diam pada dua posisi miring +++ = Diam pada waktu terlentang 5. Test Kasa + = Tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang ++ = Jatuh apabila kasa dibalik +++ = Jatuh apabila kasa 90o ++++ = Jatuh apabila kasa 45o 6. Analgesia + = Respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit 6|Page
  • 7. ++ = Tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit 7. Ptosis + = Ptosis kurang dari . ++ = Ptosis adalah . +++ = seluruh palpebra tertutup Tabel Pengamatan Menit 5 10 15 30 60 No PosturTubuh Eksperimen 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 + ++ ++ + +++ +++ + ++ +++ + ++ +++ + + +++ Dosis 1 mg 2,5 mg 7,5 mg Aktivitas Ataxia Righting Motor + ++++ ++ + ++++ ++++ + ++++ ++++ + ++++ ++ + ++ ++ Respontidur (+/-) padatikus 1 2 3 4 5 6 + + + + + + + + + + +++ +++ +++ ++ +++ ++ +++ + ++ + Reflex ++ ++ +++ ++ ++ ++ - Test Kasa + ++++ +++ +++ ++++ ++++ + +++ ++++ + +++ ++++ + +++ ++++ Analgesi Ptosis - Mati + + ++ + ++ + ++ + + % Indikasi yang berespon 16,67 % 50 % 100 % 7|Page -
  • 8. Dari persamaan regresi didapat Persamaan ; A = 11.1536 y = Bx + A B = 12.1099 50=12.1099x+(11.1536) r = 0.9827 X= 3.2078 Jadi ED50 = 3.2078 Pembahasan Dosis, Cara Pemberian, dan Lama Pemberian Diazepam Oral : Ansietas, 2 mg 3 kali sehari jika perlu dapat dinaikkan menjadi 15-30 mg sehari dalam dosis terbagi; Lansia (atau yang sudah tidak mampu melakukan aktivitas) setengah dosis dewasa, Insomsia yang disertai ansietas, 5-15 mg sebelum tidur. Anak-anak, night teror dan somnambulisme, 1-5 mg sebelum tidur. Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat ; (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam. Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan. Farmakologi Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan 8|Page
  • 9. dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang. (John, Peter, Brian.Edisi ke-4 1992) Stabilitas Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. (FI.IV) Lindungi sediaan parenteral dari cahaya; khasiat obat bertahan sampai 3 bulan bila disimpan dalam suhu kamar; stabil pada pH 4-8, terjadi hidrolisis pada pH <3; jangan campur sediaan i.v dengan obat lain. (Lexy-Comp. p.462) Kontraindikasi Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi. (IONI) Efek Samping Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut. (AHFS p.2389-2392) Farmakodinamik Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama : sedasi, hipnitis, pengurangan rangsangan emosi, relaksi otot dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi kotoner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepine tertentu secara IV, dan blockade neuromuscular yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi. Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepine yang diamati secara invivo maupun invitro yang telah digolongkan sebagai :efek agonis penuh yaitu senyawa yang sepenuhnya serupa efek benzodiazepine misalnya diazepam; efek agonies parsial, yaitu efek senyawa yang menghasilkan efek maksimum yang kurang kuat dibandingkan diazepam; efek inferse agonis, yaitu senyawa yang menghasilkan efek kebalikan dari efek diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip 9|Page
  • 10. benzodiazepine, dan efek invers – agonis paesial. Sebagian besar efek agonis invers agonis dapat dilawan atau dicegah oleh antagonis benzodiazepine flumazenin, melalui persaingan ikatannya dengan reseptor benzodiazepine. Zat ini mewakili berbagai golongan senyawa yang bekerja memblok secara spesifik efek agonis dan invers agonis benzodiazepine. SSP profil farmakologi benzodiazepine sangat berbeda pada spesies yang berbeda ; pada spesies tertentu hewan coba dapat meningkatkan kewaspadaannya sebelum timbul depresi SSP. Pada tikus pemberian 7-nitro-benzodiazepin menginduksi reaksi heperaktifitas, tapi tidak pada spesies lain. Efek telaksasi otot pada dan antikonvulsi pada tikus sesuai dengan efek sedasi, hypnosis, dan antisietas pada manusia. Beberapa benzodiazepine menginduksi hipotonia otot tanpa gangguan gerak otot normal, obat ini mengurangi kekakuan pada pasien serebral paesy. Efek relaksasi otot diazepam 10 x lebih selektif dibanding meprobamat, namun tingkat selektifitas ini tidak terlihat jelas pada manusia. Klonazepam dosis nonsedatif pada manusia sudah merelaksasi otot, tapi benzodiazepine dan diazepam tidak. Toleransi terjadi pada efek relaksasi otot dan ataksia obat ini. Pada hewan coba,benzodiazepine menghambat aktifitas bangkitan yang diinduksi oleh pentilentetrazol dan pikrotoksin, tapi bangkitan yang diinduksi oleh striknin dan elektrosyok maksimal hanya disukresi pada dosis yang mengganggu aktifitas gerakan otot. Flurazepam, triazolan, klonazepam, bromazepam, dan nitrazepam merupakan anti konvulsi yang lebih selektif dibanding derivat lain.adanya toleransi terhadap efek konvulsi membatasi penggunaan benzodiazepine untuk mengobati kelainan kebangkitan pada manusia. Walaupun terlihat adanya efek analgetik benzodiazepine pada hewan coba, pada manusia hanya terjadi analgesi selintas setelah pemberian diazepam. Efek pada elektroensefalogram (EEG) dan tingkatan tidur Efek benzodiazepine pada EEG menyerupai hipnotik sedative lain. Aktifitas α menurun, namun terjadi peningkatan dalam aktifitas cepat tegangan-rendah. Toleransi terjadi terhadap efek tersebut. Sebagian besar benzodiazepine mengurangi waktu jatuh tidur terutama pada penggunaan awal, dan mengurangi jumlah terbangun dan 10 | P a g e
  • 11. waktu yang dibutuhkan pada tingkatan nol (tingkatan terjaga). Lamanya waktu pada tingkatan satu biasanya berkurang, dan terjadi penurunan yang nyata dalam lamanya waktu pada tin gkat tidur gelombang lambat. Sebagian besar benzodiazepine menaikkan lamanya waktu dari jatuh tidur sampai mulainya tidur. REM dan umumnya waktu tidur REM menjadi singkat namun siklus tidur REM biasanya bertambah. Secara keseluruhan efek pemberian benzodiazepine menaikkan tidur total terutama karena penambahan waktu pada tingkatan dua yang merupakan bagian terbesar pada tidur non REM. Pernafasan Benzodiazepine dosis hipnotik tidak berefek pada pernafasan orang normal. Penggunaaannya perlu diperhatikan pada individu yang menderita kelainan fungsi hati. Benzodiazepine dapat memperburuk keadaan tidur yang berhubungan dengan kelainan pernafasan dengan mengganggu control terhadap otot pernafasan bagian atas atau menurunkan respon fentilasi CO2. System kardiovaskuler Efek benzodiazepine pada system kardiovaskular umumnya ringan, kecuali pada intoksitasi berat. Pada dosis anesthesia semua benzodiazepine dapat menurunkan tekanan darah dan menaikkan denyut jantung. Saluran cerna Benzodiazepine diduga dapat memperbaiki berbagai gangguan saluran cerna yang berhubungan dengan adanya ansietas. Diazepam secara nyata menurunkan sekresi cairan lambung waktu malam. Farmakokinetik Sifat farmakokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi penggunaannya dalam klinik karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine dalam bentuk nonionic memiliki koevisien distribusi lemak; air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya dapat berfariasi leh dari 50x, bergantung pada polaritas dan elektronegatifitas berbagai senyawa benzodiazepam. Semua benzodiazepine diapsorbsi secara sempurna, kecuali klorazepat, klorazepat baru diabsorbsi sempurna setelah di dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N11 | P a g e
  • 12. desmetil diazepam. Golongan benzodiazepine menurut lama kerjanya dibagi menjadi 4 golongan dan diazepam termasuk senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih lama dari 24 jam. Benzodiazepine dan metabolit aktifnya terikat pada protei plasma. Kekuatan ikatannya berhubungan erat dengan sifat lipofiliknya, berkisar dari 70% (alprazolam) sampai 99% (diazepam) kadarnya pada cairan serebrospinal kira-kira sama dengan kadar obat bebas didalam plasma. Metabolit aktif benzodiazepine umumnya di biotranformasi lebih lambat dari senyawa asalnya, sehingga lama kerja benjodiazepin tidak sesuai dengan paruh waktu flurazepam 2-3 jam, tetapi waktu paruh metabolit aktifnya 50 jam atau lebih. Sebaliknya pada benzodiazepine yang diinaktifkan pada reaksi pertama kecepatan metabolism menjadi penentu lama kerjanya misalnya oksazepam, lorazepam, temazepam, triazolam dan midazolam. Metabolisme benzodiazepim terjadi dalam tiga tahap yaitu: 1 desalkilasi,2 hidrokolasi dan 3 konjugasi . Hipnotik ideal harus memiliki mula kerja cepat ,mampu mempertahankan tidursepanjang malam dan tidak meninggalkan efek residu pada keesokan harinya. Diantara benzodiazepin yang digunakan sebagai hipnotik ,secara teoritis triazolam paling mendekati kriteria tersebut. Namun dalam prakteknya ,bagi beberapa pasien penggunaan hipnotik yang cepat tereliminasi dalam darah merugikan karna masa kerjanya pendek, sehingga lama tidurnya kurang dan menimbulkan rebound insomnia pada saat penghentian obat. Fluramzepam kurang sesuai sebagai hipnotik, sebab kecepatan eliminasi metabolitnya aktifnya yang sangat lambat. Namun dengan pemilihan dosis yang hati –hati, fluramzepam dan benzodiazepine lain yang memiliki kecepatan eliminasi lebih lambat dari triazolam masih dapat digunakan secara efektif. Efek samping Benzodiazepin dengan dosis hipnotik pada saat mencapai kadar plasma puncak nya dapat menimbulkan efek samping adalah Light headness, lassitude, lambat bereaksi, inkoordinasi motorik. Ataksia gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan coordinator berfikir, bingung disatria, mulut kering dan rasa pahit. Efek samping lain yang relative terjadi adalah lemah badan, sakit kepala, pandangan kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, sakit dada dan gastric. 12 | P a g e
  • 13. Benzodiazepine dengan efek antikolvusi kadang-kadang malahan meningkatkan frekuensi bangkitan pada penderita epilepsy. Ketergantungan sudah dapat terjadi pada pengguna benzodiazepine dosis terapi secara teratur untuk waktu lama. Gejala puttus obat dapat menyebabkan makin hebatnya kelainan yang semula ingin diobati misalnya insomnia dan ansietas, berkeringat, lemah badan dan pusing kepala. Penghentian sebaiknya dilakukan secara bertahap. Penggunaan benzodiazepine dosis tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan gejala ketergantungan yang lebih parah setelah pemutusan obat yaitu : depresi, panik, paranoid, mialgia, kejang otot dan bahkan konvulsi. Secara umum benzodiazepine merupakan obat yang relative aman. Bahkan dosis tinggi jarang menimbulkan kematian kecualin bila digunakan sama-sama dengan depresan SSP yang lain misalnya alcohol. Walaupun takar lajak benzodiazepine jarang menyebabkan depresi kardiovaskular serta pernapasan yang berat, dosis terrapin dapat mempengaruhi pernafasan pada penderita obstruksi paru paru kronik. Indikasi Benzodiazepine digunakan untuk mengobati insomnia, ansiestas, kaku otot medikasi prenestesi dan anestesi. Posologi Berdasarkan data kelas yang diperoleh maka dapat disimpulkan dalam praktikum kali ini telah mencapai ED50 dimana berdasarkan persamaan regresinya diperoleh dosis 3.2078 mg. Jadi dengan dosis 3.2078 mg sudah mendapatkan efektif tidur diazepam 50%. 13 | P a g e
  • 14. Dari data kelompok kami bisa disimpulkan bahwa : 1. Postur tubuh Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 ditandai dengan kepala tegak dan punggung mulai datar (++) sedangkan pada tikus 1 dari menit pertama hingga menit ke-60 masih terjaga (+). 2. Aktifitas motorik Pada tikus 1 dari menit pertama hingga menit ke-60 aktivitas motoriknya (+) yaitu gerak spontan sedangkan pada tikus 2 mengalami onset of action pada menit ke5 ditandai dengan tidak ada gerak spontan saat di pegang (++++) dan tikus 3 mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan tidak ada gerak spontan saat di pegang (++++). 3. Ataksia Pada tikus 1 tidak mengalami gerakan berjalan inkoordinasi dari menit pertama hingga menit ke-60. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 ditandai dengan inkoordinasi terlihat jelas (+++). 4. Righting reflex Pada tikus 1 tidak menunjukkan hasil postif dari test Righting Reflex dari menit pertama hingga menit ke-60. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 ditandai dengan diam pada dua posisi miring (++). 5. Tes kasa Pada tikus 1 mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan jatuh apabila posisi kasa 90°. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 ditandai dengan tikus 2 jatuh apabila posisi kasa 45° dan tikus 3 jatuh apabila posisi kasa 90°. 6. Analgesia Pada tes analgesia tidak ada tikus yang menunjukkan hasil positif dari menit pertama hingga menit ke-60. 7. Ptosis 14 | P a g e
  • 15. Pada tikus 1 tidak menunjukkan hasil positif dari menit pertama hingga menit ke-60. Pada tikus 2 dan 3 mengalami onset of action pada menit ke-5 ditandai dengan palpebra tertutup kurang dari setengah. VI KESIMPULAN 1. Diazepam dapat mempengaruhi sistem saraf yaitu memberikan efek sedatifhipnotikum. 2. Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut. (AHFS p.2389-2392) 3. ED digunakan sebagai ukuran dosis efektif karena dapat ditentukan secara lebih tepat dan paling sedikit fariasinya dibanding ukuran lainnya seperti ED 99. 4. Dari praktikum dosis yang paling efektif untuk membuat tikus tertidur adalah 3.2078 mg 15 | P a g e