SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  9
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
MENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100ec) PADA
TIKUS

KELOMPOK 4
FARMASI B
1. Angga Aditya R

(201210410311180)

2. Siska Hermawati

(201210410311184)

3. Rahmawati

(201210410311185)

4. Yuliana Putri A

(201210410311186)

5. Tri Rahmi

(201210410311187)

6. Dzati Illiyah I

(201210410311188)

7. Ratna Endah L

(201210410311192)

8. Venny Aryandini

(201210410311189)

9. Sherly Diama

(201210410311190)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
2013
MENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100ec) PADA
TIKUS
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengamatiperubahanaktivitasperilakusetelahpemberiansupermetrinsecara per sonde
2. Menentukan LD50 supermetrinpadatikus
II. Dasar teori
Pestisida merupakan suatu zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah, dan menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, jasad
renik yang dianggap hama serta semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan tanaman dan pengeringan tanaman.
Pestisida bersifat toksik. Pada mamalia efek utama yang ditimbulkan adalah
menghambat asetilkolin esterase yang menyebabkan aktivitas kolinergik yang berlebihan
perangsangan reseptor kolinergik secara terus menerus akibat penumpukan asetilkolin yang
tidak dihidrolisis. Penghambatan asetilkolinesterase juga menimbulkan polineuropati
(neurotoksisitas) mulai terbakar sampai kesemutan, terutama di kaki akibat kesukaran
sensorik dan motorik dapat meluas ke tungkai dan kaki (terjadi ataksia).
Penilaian keamanan obat/zat kimia perlu dilakukan untuk menentukan seberapa toksik
zat tersebut ke manusia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan berikut :
1. Menentukan LD50
2. Melakukam percobaan toksisitas sub akut dan kronis untuk menentukan no effect
level
3. Melakukan percobaan karsinogenitas, teratogenitas, dan mutagenesis yang merupakan
bagian dari penyaringan rutin keamanan.
Salah satu tujuan tujuan melakukan uji toksisitas akut adalah untuk menentukan LD50.
LD50 (Lethal Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan kematian pada 50% individu.
Perhitungan LD50 didasarkan atas perhitungan statistic. Nilai LD50 dapat berbeda 0,002
sampai 16 kali bila dilakukan berbagai macam laboratorium. Karena itu harus dijelaskan
lebih lanjut tentang prosedur yang dipakai, misal berat badan dan umur tikus, zat pelarut,
jantan atau betina, lingkungan, dan sebagainya.
LD50 ini biasanya dinyatakan sebagai massa zat yang diberikan per unit massa subjek
tes , biasanya sebagai miligram zat per kilogram massa tubuh , tetapi dinyatakan sebagai
nanogram ( cocok untuk botulinum ) , mikrogram , miligram , atau gram ( cocok untuk
parasetamol ) per kilogram sebagai penurunan toksisitas . Menyatakan dengan cara ini
memungkinkan toksisitas relatif zat yang berbeda untuk dibandingkan, dan menormalkan
untuk variasi dalam ukuran hewan yang terpajan (meskipun toksisitas tidak selalu skala
hanya dengan massa tubuh ) .
Pemilihan 50 % mematikan sebagai patokan menghindari potensi ambiguitas melakukan
pengukuran dalam ekstrem dan mengurangi jumlah pengujian yang diperlukan . Namun,
ini juga berarti bahwa LD50 bukan dosis mematikan untuk semua subjects, beberapa
mungkin dibunuh dengan jauh lebih sedikit , sementara yang lain bertahan dosis jauh lebih
tinggi daripada LD50 . Tindakan seperti " LD1 " dan " LD99 " (dosis yang dibutuhkan
untuk membunuh 1 % atau 99 % , masing-masing, dari populasi uji) kadang-kadang
digunakan untuk tujuan tertentu .
Dosis mematikan sering bervariasi tergantung pada metode administrasi , misalnya ,
banyak zat yang kurang beracun bila diberikan secara oral daripada ketika intravena .
Untuk alasan ini , angka LD50 sering lolos dengan cara pemberian , misalnya , " LD50 iv
Uji toksisitas akut tidak hanya bertujuan untuk menentukan nilai LD50 tetapi juga
untuk melihat berbagai perubahan tingkah laku, adakah stimulasi atau depresi SSP,
perubahan aktivitas motorik dan pernafasan tikus, serta untuk mendapatkan gambaran
tentang sebab kematian. Oleh sebab itu uji toksisitas ini harus dilengkapi dengan
pemeriksaan laboratorium klinik dan pembuatan sediaan histologik dari organ yang
dianggap dapat memperlihatkan kelainan. Kematian yang timbul oleh kerusakan pada
hati, ginjal, atau system hematoposis tidak akan terjadi pada hari pertama tapi timbul
paling cepat hari ketiga.

III. Prosedur Kerja
Alat dan Bahan
1. Kapas, kain, spuit, kasa, klem
2. Kandang, tikus 3 ekor
3. Alkohol
4. Sutrin 100 ec (dosis 25mg/kgBB, 100mg/kgBB, 400mg/kgBB
Cara Kerja
1. Siapkansonde yang berisisutrin 100 ec untuk masing-masing tikus dengan dosis
25mg/kgBB, 100mg/kgBB, 400mg/kgBB
2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle
3. Berikansutrin 100 ec per sonde pada masing-masing tikus
4. Amati perubahan perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada lembar
pengamatan) dengan seksama
IV. HasilPengamatankelompok 4
Tikus 1 : 97 g

25 mg / kg BB

Tikus 2 : 81 g

100 mg / kg BB

Tikus 3 : 87 g

400 mg /kg BB

Dosis sediaan : 20,04
g/L

 Tikus 1 =
20,04 g ≈ 1000 ml
2,2425 mg ≈ x
X=

 Tikus 2 =

= 0,121 ml

= 8,1 mg

20,04 g ≈ 1000 ml
8,1 mg ≈ x
X=

 Tikus 3 =

= 0,4042 ml

= 34,8 mg

20,02 g ≈ 1000 ml
34,8 mg ≈ x
X=

= 1,7365 ml

ALAT DAN BAHAN


Kapas, kain, spuit, kasa, klem



Kandang, tikus 3 ekor



Alkohol



Sutrin 100 ec (dosis 25 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 400 mg/kg BB)
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan sonde yang berisi sutrin 100 ec untuk masing-masing tikus dengan
dosis 25 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 400 mg/kg BB.
2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle
3. Berikan sutrin 100 ec per sonde pada masing-masing tikus
4. Amati perubahan perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada
lembar pengamatan ) dengan seksama.

Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 4
Menit Nomoreksperimen Posturtubuh Aktivitas Ataxia Righting Test
motor
5

reflex

Analgesia Ptosis Mati

kasa

-

+

+

-

-

+

+

+

-

+

-

+

-

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

1

+

+

-

-

++

+

-

-

++

++

+

++

+++

+

+

-

3

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

1

++

+

-

-

+

++

-

-

2

+

+

+

++

++++ +

++

-

3

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

1

+

+

-

-

+

+

-

-

2

+

++

+

+

++

-

++

-

3

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

1

+

+

-

-

+

+

-

-

2

+

+++

+

+

++

+

+

-

3

60

-

2

30

+

3

15

+

2

10

1

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

mati

Tabel pengamatan hasil respon tidur / mati pada tikus
Dosis

Respontidur (+/-) padatikus no

%

indikasi

Kel.1

Kel. 2

Kel. 3

Kel. 4

Kel.5

Kel.6

berespon

25 mg/kg BB

-

-

-

-

-

-

0%

100 mg/kg BB

-

-

-

+

-

+

33,33 %

400 mg/kg BB

+

+

+

+

+

+

100 %

yang
A = -1,67 x 10-3
B = 0,2540
R = 0,9897
Dari data praktikum semua kelompok didapatkan bahwa hewan coba yang
mempunyai jenis kelamin yang sama dan dari jenis spesies yang sama pula, setelah diberikan
pestisida pada hewan coba secara personde dengan tiga dosis yang berbeda yakni 25 mg, 100
mg, 400 mg didapatkan hasil yang berbeda.
Pada dosis 25 mg dan 100 mg pada hewan coba semua kelompok tidak didapatkan
hewan coba yang mati (% indikasi yang berespon = 0 %). Dan pada dosis 400 mg dari ke-5
kelompok terdapat hanya satu hewan coba yang masih hidup (% indikasi yang berespon = 60
%). Adanya hewan coba yang hidup itu diakibatkan karena faktor variasi individu,
metabolisme, mekanisme absorbsi, perbedaan genetika dan berat badan yang berbeda. Pada
praktikum setelah pemberian Supermetrin dosis 400 mg secara personde hewan coba tidak
langsung mati dalam seketika akan tetapi dari pengamatan postur tubuh, aktivitas motor,
ataksia, righting reflex, test kasa, analgesia, pstosis langsung terlihat berbeda secara
signifikan dari keadaan normal.
Dari hasil data keseluruhan kelompok didapatkan persamaan regresi
Y = a + bx
50 = -1,67 x 10-3 + 0,9897 x
X = 50,5220
Jadi LD50 = 50,5220
dan dari hasil perhitungan serta grafik linieritas di dapat dosis LD50 (dosis mati) = 50,5220

Keterangan :
1. Postur tubuh
+

= jaga

= kepala dan punggung tegak

++

= ngantuk

= kepala tegak, punggung mulai datar

+++

= tidur

= kepala dan punggung datar

2. Aktivitas motor
+

= gerak spontan

++

= gerak spontan bila dipegang

+++

= gerak menurun bila dipegang

++++

= tidak ada gerak spontan pada saat dipegang
3. Ataksia

= gerak berjalan inkoordinasi

+

= inkoordinasi terlihat kadang-kadang

++

= inkoordinasi terlihat jelas

+++

= tidak dapat berjalan lurus

4. Righting reflex
+

= diam pada satu posisi miring

++

= diam pada dua posisi miring

+++

= diam pada waktu terlentang

5. Tes kasa
+

= tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang

++

= jatuh apabila kasa dibalik

+++

= jatuh apabila posisi kasa 90⁰

++++

= jatuh apabila posisi kasa 45⁰

6. Analgesia
+

= respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit

++

= tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit

7. Ptosis
+

= ptosis kurang dari ½

++

= 1/2

+++

= seluruh palpebra tertutup

HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan pada binatang uji tikus putih yang berada didalam ruangan
(laboratorim) dengan suhu kamar (270C). Dengan menyiapkan sonde yang berisi Sutrin100ec
untuk

masing-masing

tikus

dengan

dosis

25

mg/kgBB,

100

mg/kgBB,

400

mg/kgBBkemudian tikus diberikan Sutrin 100 ec personde. Setelah itu, mengamati perubahan
perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada tabel).
Menentukan onset of action dari perubahan perilaku
Hewan coba I: Mula kerja dapat dilihat dari pengamatan test kasa pada menit ke-10 mulai
mengalami perubahan. Sedangkan, pada pengamatan yang lain tidak mengalami perubahan
perilaku.
Hewan coba II: Mula kerja dapat dilihat dari pengamatan postur tubuh, aktivitas motor,
righting reflex, test kasa pada menit ke-10. Sedangkan, pada pengamatan yang lain tidak
mengalami perubahan perilaku.
Hewan coba III: Mula kerja tidak dapat dilihat dan diamati karena terjadi kesalahan dalam
praktikum yaitu masuknya obat ke dalam saluran pernapasan hewan coba yang menyebabkan
hewan coba mati
Dari data kelompok kami bisa disimpulkan bahwa :
1. Postur tubuh
Pada tikus 1 mengalami perubahan pada menit ke-15 sedangkan tikus 2 mengalami
perubahan pada menit ke-10. Tikus 3 tidak dapat diamati.
2. Aktifitas motorik
Pada tikus 1 tidak mengalami perubahan dari menit pertama sedangkan pada tikus 2
mengalami perubahan pada menit ke-10. Tikus 3 tidak dapat diamati.
3. Ataksia
Pada semua tikus tidak mengalami perubahan gerakan berjalan inkoordinasi dari
menit pertama hingga menit ke-60.
4. Righting reflex
Pada tikus 1 tidak mengalami perubahan hingga menit ke-60. Pada tikus 2 mengalami
perubahan pada menit ke-10. Tikus 3 tidak dapat diamati.
5. Tes kasa
Pada tikus 1dan 2 mengalami perubahan pada menit ke-10. Pada tikus 3 tidak dapat
diamati.
6. Analgesia
Pada tikus 1 mengalami perubahan pada menit ke-15, sedangkan tikus 2 mengalami
perubahan pada menit ke-10. Pada tikus 3 tidak dapat di amati.
7. Ptosis
Pada tikus 1 tidak menunjukkan hasil positif dari menit pertama hingga menit ke-60.
Pada tikus 2 mengalami perubahan pada menit ke-15. Pada tikus 3 tidak dapat diamati.

Efek toksik dari pestisida tersebut terlihat dari perubahan tingkah laku berupa
penurunan kesadaran yaitu postur tubuh (mengantuk), penurunan aktifitas motor, ataksia, tes
kasa, dan kematian. Efek toksik pestisida yang lain adalah hipersalivasi, kontraksi ginjal,
miosis, depresi pernafasan. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kerja pestisida yang
menghambat pengeluaran asetilkolin esterase pada aktifitas kolinergik sehingga reseptor
kolinergik merangsang pengeluaran asetilkolin terus menerus tanpa dihidrolisis yang
menyebabkan terjadinya akumulasi asetilkolin. Toksisitas pestisida sangat tergantung pada
cara masuknya pestisida kedalam tubuh.
Semakin tinggi LD50 suatu zat menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu
berbahaya bagi manusia.
Faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam praktikum
1. Pada percobaan tikus ketiga obat masuk ke saluran pernapasan sehingga tikus ketiga
langsung mati seketika dan tidak dapat diamati.

Contenu connexe

Tendances

Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
Trie Marcory
 
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Siska Hermawati
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Kezia Hani Novita
 

Tendances (20)

Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsung
 
Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi Metode pembuatan emulsi
Metode pembuatan emulsi
 
Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50Laporan praktikum farmakologi ed 50
Laporan praktikum farmakologi ed 50
 
Ppt emulsi
Ppt emulsiPpt emulsi
Ppt emulsi
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesLaporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
laprak 2.pdf
laprak 2.pdflaprak 2.pdf
laprak 2.pdf
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
Ppt emulsi lotion
Ppt emulsi lotionPpt emulsi lotion
Ppt emulsi lotion
 
Gel
GelGel
Gel
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
 
Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)Laporan farmakologi (1)
Laporan farmakologi (1)
 

En vedette

Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrinMenentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Novi Fachrunnisa
 
Dosis efek
Dosis efekDosis efek
Dosis efek
mozhy
 

En vedette (10)

laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Farmakologi(1)
Farmakologi(1)Farmakologi(1)
Farmakologi(1)
 
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrinMenentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
Menentukan ld50 (lethal dose) sipermetrin
 
Laporan 2 pesti analisis probit
Laporan 2 pesti analisis probitLaporan 2 pesti analisis probit
Laporan 2 pesti analisis probit
 
Kelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
Kelompok Insektisida Praktis Tidak BeracunKelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
Kelompok Insektisida Praktis Tidak Beracun
 
Dosis efek
Dosis efekDosis efek
Dosis efek
 
Percobaan efek DIURETIK pada TIKUS PUTIH JANTAN (mencit),
Percobaan efek DIURETIK pada TIKUS PUTIH JANTAN (mencit), Percobaan efek DIURETIK pada TIKUS PUTIH JANTAN (mencit),
Percobaan efek DIURETIK pada TIKUS PUTIH JANTAN (mencit),
 
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing ReflexLaporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
Laporan praktikum farmakologi VI Writhing Reflex
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic ToxicToxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
Toxicity Analysis, LD50, LC50, Chronic Toxic
 

Similaire à Laporan praktikum farmakologi ld 50

makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
Faradina Kusumasdiyanti
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docxLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
IdasariDewi1
 
29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx
29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx
29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx
Donny Prasetyo
 
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
andreei
 
theresia sorta b1 j008065 ache
theresia sorta  b1 j008065  achetheresia sorta  b1 j008065  ache
theresia sorta b1 j008065 ache
theresia sorta
 

Similaire à Laporan praktikum farmakologi ld 50 (20)

Uji praklinik obat baru
Uji praklinik  obat  baruUji praklinik  obat  baru
Uji praklinik obat baru
 
Toksik
ToksikToksik
Toksik
 
Praktikum Toksikologi_Perhitungan LD50 EDIT.pptx
Praktikum Toksikologi_Perhitungan LD50 EDIT.pptxPraktikum Toksikologi_Perhitungan LD50 EDIT.pptx
Praktikum Toksikologi_Perhitungan LD50 EDIT.pptx
 
uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamkauji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
 
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...
Skripsi Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih pada hamster hipe...
 
Ppt 2
Ppt 2Ppt 2
Ppt 2
 
metode-farmakologi-toksikologi.pptx
metode-farmakologi-toksikologi.pptxmetode-farmakologi-toksikologi.pptx
metode-farmakologi-toksikologi.pptx
 
PPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
PPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamkaPPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
PPT Uji aktivitas antihiperkolesterol jamur tiram putih fajar santoso uhamka
 
Presentation jaonori2010
Presentation jaonori2010Presentation jaonori2010
Presentation jaonori2010
 
JAO-NORI seaweed capsules
JAO-NORI seaweed capsulesJAO-NORI seaweed capsules
JAO-NORI seaweed capsules
 
Tiroid hormon dan estrogen mengatur latihan
Tiroid hormon dan estrogen mengatur latihanTiroid hormon dan estrogen mengatur latihan
Tiroid hormon dan estrogen mengatur latihan
 
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docxLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI KLINIK UJI TOKSIKOLOGI.docx
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx
29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx
29301-84669-1-RV_APRIL 2020_2.docx
 
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
Tutor mikrobiologi [compatibility mode]
 
poliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptxpoliploidisasi ikan mas.pptx
poliploidisasi ikan mas.pptx
 
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docxPenanganan_Hewan_Percobaan.docx
Penanganan_Hewan_Percobaan.docx
 
theresia sorta b1 j008065 ache
theresia sorta  b1 j008065  achetheresia sorta  b1 j008065  ache
theresia sorta b1 j008065 ache
 

Dernier

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Dernier (20)

MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 

Laporan praktikum farmakologi ld 50

  • 1. PRAKTIKUM FARMAKOLOGI MENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100ec) PADA TIKUS KELOMPOK 4 FARMASI B 1. Angga Aditya R (201210410311180) 2. Siska Hermawati (201210410311184) 3. Rahmawati (201210410311185) 4. Yuliana Putri A (201210410311186) 5. Tri Rahmi (201210410311187) 6. Dzati Illiyah I (201210410311188) 7. Ratna Endah L (201210410311192) 8. Venny Aryandini (201210410311189) 9. Sherly Diama (201210410311190) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI 2013
  • 2. MENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100ec) PADA TIKUS I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengamatiperubahanaktivitasperilakusetelahpemberiansupermetrinsecara per sonde 2. Menentukan LD50 supermetrinpadatikus II. Dasar teori Pestisida merupakan suatu zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, dan menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, jasad renik yang dianggap hama serta semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman dan pengeringan tanaman. Pestisida bersifat toksik. Pada mamalia efek utama yang ditimbulkan adalah menghambat asetilkolin esterase yang menyebabkan aktivitas kolinergik yang berlebihan perangsangan reseptor kolinergik secara terus menerus akibat penumpukan asetilkolin yang tidak dihidrolisis. Penghambatan asetilkolinesterase juga menimbulkan polineuropati (neurotoksisitas) mulai terbakar sampai kesemutan, terutama di kaki akibat kesukaran sensorik dan motorik dapat meluas ke tungkai dan kaki (terjadi ataksia). Penilaian keamanan obat/zat kimia perlu dilakukan untuk menentukan seberapa toksik zat tersebut ke manusia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan berikut : 1. Menentukan LD50 2. Melakukam percobaan toksisitas sub akut dan kronis untuk menentukan no effect level 3. Melakukan percobaan karsinogenitas, teratogenitas, dan mutagenesis yang merupakan bagian dari penyaringan rutin keamanan. Salah satu tujuan tujuan melakukan uji toksisitas akut adalah untuk menentukan LD50. LD50 (Lethal Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan kematian pada 50% individu. Perhitungan LD50 didasarkan atas perhitungan statistic. Nilai LD50 dapat berbeda 0,002 sampai 16 kali bila dilakukan berbagai macam laboratorium. Karena itu harus dijelaskan lebih lanjut tentang prosedur yang dipakai, misal berat badan dan umur tikus, zat pelarut, jantan atau betina, lingkungan, dan sebagainya. LD50 ini biasanya dinyatakan sebagai massa zat yang diberikan per unit massa subjek tes , biasanya sebagai miligram zat per kilogram massa tubuh , tetapi dinyatakan sebagai nanogram ( cocok untuk botulinum ) , mikrogram , miligram , atau gram ( cocok untuk parasetamol ) per kilogram sebagai penurunan toksisitas . Menyatakan dengan cara ini memungkinkan toksisitas relatif zat yang berbeda untuk dibandingkan, dan menormalkan
  • 3. untuk variasi dalam ukuran hewan yang terpajan (meskipun toksisitas tidak selalu skala hanya dengan massa tubuh ) . Pemilihan 50 % mematikan sebagai patokan menghindari potensi ambiguitas melakukan pengukuran dalam ekstrem dan mengurangi jumlah pengujian yang diperlukan . Namun, ini juga berarti bahwa LD50 bukan dosis mematikan untuk semua subjects, beberapa mungkin dibunuh dengan jauh lebih sedikit , sementara yang lain bertahan dosis jauh lebih tinggi daripada LD50 . Tindakan seperti " LD1 " dan " LD99 " (dosis yang dibutuhkan untuk membunuh 1 % atau 99 % , masing-masing, dari populasi uji) kadang-kadang digunakan untuk tujuan tertentu . Dosis mematikan sering bervariasi tergantung pada metode administrasi , misalnya , banyak zat yang kurang beracun bila diberikan secara oral daripada ketika intravena . Untuk alasan ini , angka LD50 sering lolos dengan cara pemberian , misalnya , " LD50 iv Uji toksisitas akut tidak hanya bertujuan untuk menentukan nilai LD50 tetapi juga untuk melihat berbagai perubahan tingkah laku, adakah stimulasi atau depresi SSP, perubahan aktivitas motorik dan pernafasan tikus, serta untuk mendapatkan gambaran tentang sebab kematian. Oleh sebab itu uji toksisitas ini harus dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium klinik dan pembuatan sediaan histologik dari organ yang dianggap dapat memperlihatkan kelainan. Kematian yang timbul oleh kerusakan pada hati, ginjal, atau system hematoposis tidak akan terjadi pada hari pertama tapi timbul paling cepat hari ketiga. III. Prosedur Kerja Alat dan Bahan 1. Kapas, kain, spuit, kasa, klem 2. Kandang, tikus 3 ekor 3. Alkohol 4. Sutrin 100 ec (dosis 25mg/kgBB, 100mg/kgBB, 400mg/kgBB Cara Kerja 1. Siapkansonde yang berisisutrin 100 ec untuk masing-masing tikus dengan dosis 25mg/kgBB, 100mg/kgBB, 400mg/kgBB 2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle 3. Berikansutrin 100 ec per sonde pada masing-masing tikus 4. Amati perubahan perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada lembar pengamatan) dengan seksama
  • 4. IV. HasilPengamatankelompok 4 Tikus 1 : 97 g 25 mg / kg BB Tikus 2 : 81 g 100 mg / kg BB Tikus 3 : 87 g 400 mg /kg BB Dosis sediaan : 20,04 g/L  Tikus 1 = 20,04 g ≈ 1000 ml 2,2425 mg ≈ x X=  Tikus 2 = = 0,121 ml = 8,1 mg 20,04 g ≈ 1000 ml 8,1 mg ≈ x X=  Tikus 3 = = 0,4042 ml = 34,8 mg 20,02 g ≈ 1000 ml 34,8 mg ≈ x X= = 1,7365 ml ALAT DAN BAHAN  Kapas, kain, spuit, kasa, klem  Kandang, tikus 3 ekor  Alkohol  Sutrin 100 ec (dosis 25 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 400 mg/kg BB)
  • 5. PROSEDUR KERJA 1. Siapkan sonde yang berisi sutrin 100 ec untuk masing-masing tikus dengan dosis 25 mg/kg BB, 100 mg/kg BB, 400 mg/kg BB. 2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle 3. Berikan sutrin 100 ec per sonde pada masing-masing tikus 4. Amati perubahan perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada lembar pengamatan ) dengan seksama. Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 4 Menit Nomoreksperimen Posturtubuh Aktivitas Ataxia Righting Test motor 5 reflex Analgesia Ptosis Mati kasa - + + - - + + + - + - + - mati mati mati mati mati mati mati mati 1 + + - - ++ + - - ++ ++ + ++ +++ + + - 3 mati mati mati mati mati mati mati mati 1 ++ + - - + ++ - - 2 + + + ++ ++++ + ++ - 3 mati mati mati mati mati mati mati mati 1 + + - - + + - - 2 + ++ + + ++ - ++ - 3 mati mati mati mati mati mati mati mati 1 + + - - + + - - 2 + +++ + + ++ + + - 3 60 - 2 30 + 3 15 + 2 10 1 mati mati mati mati mati mati mati mati Tabel pengamatan hasil respon tidur / mati pada tikus Dosis Respontidur (+/-) padatikus no % indikasi Kel.1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel.5 Kel.6 berespon 25 mg/kg BB - - - - - - 0% 100 mg/kg BB - - - + - + 33,33 % 400 mg/kg BB + + + + + + 100 % yang
  • 6. A = -1,67 x 10-3 B = 0,2540 R = 0,9897 Dari data praktikum semua kelompok didapatkan bahwa hewan coba yang mempunyai jenis kelamin yang sama dan dari jenis spesies yang sama pula, setelah diberikan pestisida pada hewan coba secara personde dengan tiga dosis yang berbeda yakni 25 mg, 100 mg, 400 mg didapatkan hasil yang berbeda. Pada dosis 25 mg dan 100 mg pada hewan coba semua kelompok tidak didapatkan hewan coba yang mati (% indikasi yang berespon = 0 %). Dan pada dosis 400 mg dari ke-5 kelompok terdapat hanya satu hewan coba yang masih hidup (% indikasi yang berespon = 60 %). Adanya hewan coba yang hidup itu diakibatkan karena faktor variasi individu, metabolisme, mekanisme absorbsi, perbedaan genetika dan berat badan yang berbeda. Pada praktikum setelah pemberian Supermetrin dosis 400 mg secara personde hewan coba tidak langsung mati dalam seketika akan tetapi dari pengamatan postur tubuh, aktivitas motor, ataksia, righting reflex, test kasa, analgesia, pstosis langsung terlihat berbeda secara signifikan dari keadaan normal. Dari hasil data keseluruhan kelompok didapatkan persamaan regresi Y = a + bx 50 = -1,67 x 10-3 + 0,9897 x X = 50,5220 Jadi LD50 = 50,5220 dan dari hasil perhitungan serta grafik linieritas di dapat dosis LD50 (dosis mati) = 50,5220 Keterangan : 1. Postur tubuh + = jaga = kepala dan punggung tegak ++ = ngantuk = kepala tegak, punggung mulai datar +++ = tidur = kepala dan punggung datar 2. Aktivitas motor + = gerak spontan ++ = gerak spontan bila dipegang +++ = gerak menurun bila dipegang ++++ = tidak ada gerak spontan pada saat dipegang
  • 7. 3. Ataksia = gerak berjalan inkoordinasi + = inkoordinasi terlihat kadang-kadang ++ = inkoordinasi terlihat jelas +++ = tidak dapat berjalan lurus 4. Righting reflex + = diam pada satu posisi miring ++ = diam pada dua posisi miring +++ = diam pada waktu terlentang 5. Tes kasa + = tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang ++ = jatuh apabila kasa dibalik +++ = jatuh apabila posisi kasa 90⁰ ++++ = jatuh apabila posisi kasa 45⁰ 6. Analgesia + = respon berkurang pada saat telapak kaki dijepit ++ = tidak ada respon pada saat telapak kaki dijepit 7. Ptosis + = ptosis kurang dari ½ ++ = 1/2 +++ = seluruh palpebra tertutup HASIL DAN PEMBAHASAN Praktikum ini dilakukan pada binatang uji tikus putih yang berada didalam ruangan (laboratorim) dengan suhu kamar (270C). Dengan menyiapkan sonde yang berisi Sutrin100ec untuk masing-masing tikus dengan dosis 25 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, 400 mg/kgBBkemudian tikus diberikan Sutrin 100 ec personde. Setelah itu, mengamati perubahan perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada tabel). Menentukan onset of action dari perubahan perilaku Hewan coba I: Mula kerja dapat dilihat dari pengamatan test kasa pada menit ke-10 mulai mengalami perubahan. Sedangkan, pada pengamatan yang lain tidak mengalami perubahan perilaku.
  • 8. Hewan coba II: Mula kerja dapat dilihat dari pengamatan postur tubuh, aktivitas motor, righting reflex, test kasa pada menit ke-10. Sedangkan, pada pengamatan yang lain tidak mengalami perubahan perilaku. Hewan coba III: Mula kerja tidak dapat dilihat dan diamati karena terjadi kesalahan dalam praktikum yaitu masuknya obat ke dalam saluran pernapasan hewan coba yang menyebabkan hewan coba mati Dari data kelompok kami bisa disimpulkan bahwa : 1. Postur tubuh Pada tikus 1 mengalami perubahan pada menit ke-15 sedangkan tikus 2 mengalami perubahan pada menit ke-10. Tikus 3 tidak dapat diamati. 2. Aktifitas motorik Pada tikus 1 tidak mengalami perubahan dari menit pertama sedangkan pada tikus 2 mengalami perubahan pada menit ke-10. Tikus 3 tidak dapat diamati. 3. Ataksia Pada semua tikus tidak mengalami perubahan gerakan berjalan inkoordinasi dari menit pertama hingga menit ke-60. 4. Righting reflex Pada tikus 1 tidak mengalami perubahan hingga menit ke-60. Pada tikus 2 mengalami perubahan pada menit ke-10. Tikus 3 tidak dapat diamati. 5. Tes kasa Pada tikus 1dan 2 mengalami perubahan pada menit ke-10. Pada tikus 3 tidak dapat diamati. 6. Analgesia Pada tikus 1 mengalami perubahan pada menit ke-15, sedangkan tikus 2 mengalami perubahan pada menit ke-10. Pada tikus 3 tidak dapat di amati. 7. Ptosis Pada tikus 1 tidak menunjukkan hasil positif dari menit pertama hingga menit ke-60. Pada tikus 2 mengalami perubahan pada menit ke-15. Pada tikus 3 tidak dapat diamati. Efek toksik dari pestisida tersebut terlihat dari perubahan tingkah laku berupa penurunan kesadaran yaitu postur tubuh (mengantuk), penurunan aktifitas motor, ataksia, tes kasa, dan kematian. Efek toksik pestisida yang lain adalah hipersalivasi, kontraksi ginjal, miosis, depresi pernafasan. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kerja pestisida yang menghambat pengeluaran asetilkolin esterase pada aktifitas kolinergik sehingga reseptor
  • 9. kolinergik merangsang pengeluaran asetilkolin terus menerus tanpa dihidrolisis yang menyebabkan terjadinya akumulasi asetilkolin. Toksisitas pestisida sangat tergantung pada cara masuknya pestisida kedalam tubuh. Semakin tinggi LD50 suatu zat menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan tidak begitu berbahaya bagi manusia. Faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam praktikum 1. Pada percobaan tikus ketiga obat masuk ke saluran pernapasan sehingga tikus ketiga langsung mati seketika dan tidak dapat diamati.