Cimahitoto: Situs Togel Online Terpercaya untuk Penggemar Judi
Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung 7 .pptx
1. UJI KOMPETENSI – LSPASTEKINDOKONSTRUKSIMANDIRI
FR.IA.04. PENJELASANSINGKATPROYEKTERKAIT/
KEGIATANTERSTRUKTURLAINNYA
FOTO ASESI
Skema Sertifikasi
Jenjang
Nama Asesi
NIK Asesi
Tgl. Asesmen
TUK
Nama Asesor
: Ahli Muda Teknik Bangunan Gedung
: 7
: Agustia Rachman Syah
: 3175042708900006
: 09 Mei 2023
: PT. Banten Mandiri Bersama
: 1. OktaNoviyanto
2. Syamsul Mara Hudiya K
2. PETUNJUK/INSTRUKSI
• Buatlah presentasi berdasarkan instruksi yang terdapat di dalam
FR.IA.04.
• Format presentasi ini hanya sebagai contoh, Asesi dapat menambah
jumlah halaman atau mengubah format sesuai dengan kebutuhan
• Substansi yang harus disampaikan terkait:
• Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
• Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung (Pondasi Dangkal)
• Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung:
• Struktur Baja
• Struktur Beton Bertulang
• Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
• Lampiran untuk mendukung presentasi dapat berupa Salinan
dokumen, Gambar/grafik dan Foto Kegiatan
3. PROYEK PEMBUATAN SARANA & PRASARANA + PEMBANGUNAN 2 GUDANG & 1
KANTOR PLANT CILEUNGSI
PT. LASELLEFOOD INDONESIA
TAHUN 2019 s/d 2020
4. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
PT. Lasellefood Indonesia merupakan suatu perusahaan yang bergerak jasa makanan dan minuman di era sekarang ini, dalam pertumbuhan
industri makanan dan minuman di Indonesia semakin pesat. Dalam Perkembangan industri PT. Lasellefood Indonesia dengan pesat dunia
industri butuh pembuatan pembangunan gudang industri sebagai produksi dan stock makanan maupun minuman yang sudah dikemas.
Perusahaan PT. Lasellefood Indonesia sebagai pemilik proyek sudah memberi kesempatan ke perusahaan kami sebagai pelaksana proyek dalam
pembuatan Sarana & Prasarana + Pembangunan 2 Gudang & 1 Kantor - Plant Cileungsi dilokasi Dusun Pasir Angin Rt 02 Rw 06 Desa Pasir
Angin Kec. Cileungsi Kabupaten Bogor.
Dalam Pembangunan pembuatan Sarana & Prasarana + Pembangunan 2 Gudang & 1 Kantor - Plant Cileungsi sebagai cabang gudang industri
strategis dikawasan industri cileungsi.
DESKRIPSI PROYEK
Pelaksanaan proyek pembangunan ini menjelaskan dari konsep awal desain perencana dengan standar peraturan pada umumnya, sebagai
acuan kerja dengan tujuan mengetahui konsep dari segi struktur, arsitek maupun mekanikal elektrikal dalam salah satu pembebanan bagian dari
struktur / sipil dan mutu bahan material. Untuk konsep bangunan yang direncanakan, adalah sebagai berikut :
a) Nama Proyek
b) Lokasi Proyek
c) Jenis Struktur
d) Luas Banagunan
e) Tinggi Bangunan
f) Tumpuan
g) Sambungan
: Pembuatan Sarana & Prasarana + Pembangunan 2 Gudang & 1 Kantor Plant Cileungsi
: Jl. Dusun Pasir Angin Rt 02 Rw 06 Desa Pasir Angin Kec. Cileungsi Kabupaten Bogor
: Struktur Baja Frame
: ± 25000 m2
: ± 12 m
: Sendi
: Las dan Baut Baja
5. LOKASI PROYEK
PENDAHULUAN
Peta / Map Jalur Gempa
Peta / Map LokasiProyek
Jl. Dusun Pasir Angin Rt 02 Rw 06 Desa Pasir
Angin Kec. Cileungsi Kabupaten Bogor.
6. KONSEP RANCANGAN PROYEK
PERATURAN RANCANGAN
Standar Peraturan yang digunakan dalam proses konsep desain struktur, adalah sebagai berikut :
NO. PEDOMAN KETERANGAN
A. Peraturan Umum
1. SNI – 1727 - 2019 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung
2. SNI – 1726 - 2019 Tata Cara Perancanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan
Gedung
3. SNI – 2847 - 2019 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
4. SNI – 1729 - 2015 Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
5. SNI – 2052 - 2017 Peraturan Baja Tulangan Beton Untuk Bangunan Gedung
6. PBI-1997 Peraturan Beton Bertulang di Indonesia
7. PUBI-1982 Peraturan Umum bahan Bangunan di Indonesia
8. Ditjen Cipta Karya, DPU,
1983
Buku Pedoman Perencanaan Untuk Struktur Beton Bertulang
Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung
7. NO. PEDOMAN KETERANGAN
B. PERATURAN DAN KETENTUAN PENDUKUNG LAIN YANG RELEVAN
1. Perda DKI No. 28 Tahun
2002
Peraturan Tentang Bangunan Gedung
2. Perda DKI No. 07 Tahun
2010
Peraturan Tentang Bangunan Gedung
3. Peraturan Kepala Dinas No.
50 Tahun 2007
4. ASTM Vol. 1&2, 1986 Standards American in Building Society of Testing Materials
5. ACI 318 - 02 American Concrete Institute “Building Code Requirements for
Reinforced Concrete”
6. AISC, 2010 American Institute of Steel Construction “Manual of Steel
Construction, 9th Edition”
7. AWS American Welding Society (AWS) Struktur Welding Code, USA
8. NO. PEKERJAAN MUTU MATERIAL
A. Standar Pembesian Baja Tulangan
1. Baja Tulangan Polos menggunakan BJTP-24, untuk dia. < 10 mm Tegangan Leleh (Fy) = 240 MPa
2. Baja Tulangan Ulir menggunakan BJTD-40, untuk dia. < 10 mm Tegangan Leleh (Fy) = 400 MPa
3. Wiremesh (polos / ulir), untuk M6, M8, M10 dst Tegangan Leleh (Fy) = min. 240 MPa
B. Beton Struktur Bawah
1. Pondasi Strauss Pile Beton K-350 = 350 kg/cm2 ( f’c = 30,0 Mpa )
2. Pile Cap, Tie Beam, & Pelat Lantai Beton K-350 = 350 kg/cm2 ( f’c = 30,0 Mpa )
3. Pondasi Genset, Trafo, STP, GWT dan MEP Lainnya Beton K-350 = 350 kg/cm2 ( f’c = 30,0 Mpa )
C. Beton Struktur Atas
1. Pelat Lantai, Kolom & Balok Beton K-350 = 350 kg/cm2 ( f’c = 30,0 Mpa )
2. Ramp, Tangga & Dak Beton Beton K-350 = 350 kg/cm2 ( f’c = 30,0 Mpa )
B. SPESIFIKASI MUTU BAHAN & MATERIAL :
Menentukan mutu dan tegangan ultimate bahan, yang digunakan dalam proses perencanaan desain struktur, sebagai berikut :
Struktur Beton
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, menurut SNI 2847–2013 baja tulangan dengan tegangan leleh ( fy )
dan kekuatan karakteristik beton ( fʹc ), sebagai berikut :
9. NO. PEKERJAAN MUTU MATERIAL
1. Bekisting Pelat Lantai (Steel Deck / Floor Deck) Tegangan Leleh (Fy) = min. 550 MPa = 5500 kg/cm²
2. Struktur Atap (Baja Ringan) Tegangan Leleh (Fy) = min. 550 MPa = 5500 kg/cm²
3. Kanopy Baja (Baja Ringan) Tegangan Leleh (Fy) = min. 550 MPa = 5500 kg/cm²
4. Baut Baja Baut Hitam ASTM A307/ST 37 (Tensile strength = 55ksi = 386 MPa
= 3860 kg/cm2)
5. Las Baja E70XX = 70 ksi = 492 MPa = 4920 kg/cm2
6. Untuk elemen struktur Baut Hitam ASTM A325 (Tensile strength = 120ksi = 843 MPa =
8430 kg/cm2)
Struktur Baja
Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung, menurut SNI 1729-2015 kekuatan baja dengan tegangan leleh ( fy ),
adalah sebagai berikut :
10. NO. MATERIAL BEBAN MATI
1. Baja 7850 kg/m3
2. Beton Bertulang 2400 kg/m3
3. Kayu 800 kg/m3
4. Pasir 1600 kg/m3
5. Adukan atau Screed per cm ( tebal ) 21 kg/m2
6. Dinding Bata 25 cm 450 kg/m2
7. Dinding Bata 15 cm 250 kg/m2
8. Plafon Dengan Rangka 18 kg/m2
9. Finishing Lantai per cm ( tebal ) 24 kg/m2
C. PEMBEBANAN STRUKTUR :
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Rumah dan Gedung menurut SNI 1727-2013, yang digunakan dalam proses perencanaan
desain struktur, sebagai berikut :
1. Beban Mati ( Dead Load / DL )
Merupakan beban tetap, seperti berat struktur sendiri, beban finishing arsitektur dan beban equipment M/E (Genset, Cooling
Tower, Reservoir, berat ducting / kabel / pipa alat / mesin khusus, dll) akan dihitung berdasarkan informasi data dari MEP serta
diperhitungkan sebagai Beban Mati.
Tabel : Beban Mati
Gambar : Trial Modeling Pembebanan Bangunan
11. NO. URAIAN BEBAN MATI
A. Beban Lantai Beton ( non atap )
1. Beban Mati
Berat sendiri pelat tebal cm : t x 24 kg/m2
Adukan 3 cm : 3 x 21 kg/m2
Marmer/Granit/keramik 2 cm : 2 x 24 kg/m2
Ducting/ME : 20 kg/m2
Plafon + Rangka : 18 kg/m2
2. Beban dinding, sesuai gambar arsitektur
3. Beban Equipment M/E, sesuai gambar M/E
4. Beban Hidup LL, sesuai fungsi ruangan
2. Beban Hidup ( Live Load / LL )
Merupakan beban hidup untuk berbagai fungsi di ruang, seperti berat lantai ditambah furniture, partisi ringan (berat tidak lebih
dari 100 kg/m2 ) dan beban pemakaian, dianggap sudah termasuk dalam Beban Hidup. Untuk analisa struktur rangka bangunan
dan perhitungan beban gempa, beban hidup direduksi dengan mengalikan Faktor Koefisien Beban Hidup tertentu yang sesuai
dengan fungsi ruangan yang bersangkutan.
Tabel : Beban Hidup
Gambar : Trial Modeling Pembebanan
Plat Lantai
12. NO. URAIAN BEBAN MATI
B. Beban Atap Beton
1. Beban Mati
Berat sendiri pelat tebal cm : t x 24 kg/m2
Waterproofing + screed 3 cm : 3 x 24 kg/m2
Keramik / finishing 2 cm : 2 x 24 kg/m2
Ducting/ME : 20 kg/m2
Plafon + Rangka : 18 kg/m2
2. Beban dinding/parapet/listplank, sesuai gambar Arsitektur
3. Beban Equipment M/E pada atap, sesuai gambar M/E (Water Tank, Cooling Tower, etc)
4. Beban Hidup LL = 150 kg/m2
NO. FUNGSI RUANG
BEBAN HIDUP
( kg/m2 )
KOEF. ANALISA
FRAME
KOEF. ANALISA
BEBAN GEMPA
1. Lantai Dasar 250 0,60 0,30
2. Lantai 1, 2, 3, 4 dan Atap 250 0,60 0,30
3. Tangga - Tangga 300 0,80 0,80
4. Ruang Arsip 400 1,00 0,50
5. Ruang Mesin Standar 400 1,00 0,50
Tabel : Beban hidup dan faktor Beban Hidup
13.
14. JUMLAH LANTAI
YANG DIPIKUL OLEH
STRUKTUR ELEMEN
KOEFISIEN BEBAN
HIDUP KUMULATIF
1 1,0
2 1,0
3 0,9
4 0,8
5 0,7
6 0,6
7 0,5
8 atau lebih 0,4
Tabel : Koefisien Beban Hidup Kumulatif Untuk Elemen Struktur Vertikal
Keterangan :
Beban Hidup Kumulatif untuk perencanaan elemen struktur vertikal,
seperti kolom, dinding dan pondasi, direduksi dengan mengalikan
Koefisien Beban Hidup Kumulatif sesuai dengan jumlah lantai yang
dipikul oleh elemen struktur yang bersangkutan
15. 3. Beban Gempa ( Earthquake Load / E )
Pada prinsipnya, Beban horisontal gempa yang digunakan dihitung berdasarkan atas “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung” SNI 03-1726-2012. Perhitungan beban gempa secara lebih detail dijelaskan dalam Butir 8 “ Prosedure
Perencanaan Gempa Struktur Beton dan Baja“.
Keterangan :
Menentukan Periode pendek (Ss) dan Periode 1 detik (S1) dengan peta
gempa, yaitu
• Untuk Ss menggunakan peta respon spekta 0,2 detik probabilitas 2%
• Untuk S1 menggunakan peta respon spekta 1 detik probabilitas 2%
16. Beban geser dasar (base shear)
V = Cs * Wt
Cs = Sds/(R/I)
V : Beban geser dasar nominal statik ekuivalen
Cs : Nilai factor respons gempa
I : Faktor keutamaan = 1 (Perkantoran)
Wt : Berat total gedung dengan beban hidup
yang sesuai
R : Faktor reduksi gempa
• Beban tetap
U = 1,0 DL + 1,0 LLR
U = 1,0 DL + 1,0 LLR
U = 1,2 DL + 1,6 LLR
• Beban sementara akibat gempa untuk struktur
atas dengan R = 8
U = 1.2 D + 1.0 LLR ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey
U = 1.2 D + 1.0 LLR ± 0.3 Ex ± 1.0 Ey
U = 0.9 D ± 1.0 Ex ± 0.3 Ey
U = 0.9 D ± 0.3 Ex ± 1.0 Ey
17. Menentukan Kelas Situs (lokasi), sebagai berikut :
Menghitung SMS dan SM1 : Fa dan Fv
• SMS = Ss x Fa
• SM1 = S1 x Fv
Menghitung SDS dan SD1
• SDS = 2/3 x SMS
• SD1 = 2/3 x SM1
Nilai respon spektranya
• T0 = 0,2 x SD1/ SDS
• Ts = SD1/ SDS
18. Menentukan nilai R ( faktor reduksi gempa )
kategori resiko bangunan (Kategori I sampai
IV), lihat tabelnya
TABEL : Faktor Keutamaan Gempa
Kategori Resiko
Faktor Keutamaan
Gempa ( Ie )
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,50
Keterangan :
kategori risiko struktur bangunan gedung
dan non gedung sesuai Tabel pengaruh
gempa rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu faktor keutamaan
Ie,
19. Selanjutnya, tentukan Kategori Desain Gempa menggunakan 2 tabel dibawah :
Setelah itu, cek tabel berikut untuk menentukan sistem gedung yang akan dipakai
Catatan :
untuk kategori D termasuk risiko gempa
tinggi, sehingga harus menggunakan
sistem SRPMK (Sistem rangka pemikul
momen khusus)
20. 4. Beban Angin ( Wind Load / W )
Bangunan gedung dan struktur lain, Termasuk sistem penahan beban angin utama ( SPBAU ) dan seluruh komponen klading
gedung, harus dirancang dan dilaksanakan untuk menahan beban angin yang ditetapkan menurut pasal 26 sampai pasal 31 (SNI
1727 ). Struktur Beton dan Baja ini tidak direncanakan secara khusus terhadap beban angin, karena persyaratan beban gempa
untuk bangunan struktur beton ini lebih menentukan daripada beban angin. Dihitung berdasarkan atas “Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung” SNI 1727-2013 Jika diperlukan, misalnya dalam perencanaan struktur sekunder, maka
beban angin akan ditinjau berdasarkan kecepatan angin (3-sec gust windspeed) sebesar 33 m/detik. Maka, tekanan angin dasar
dari direncanakan. Catatan :
Tekanan Tiup Angin
a. Tekanan tiup minimum 25 kg/m2
b. Tekanan tiup minimum 40 kg/m2
( di laut dan tepi laut sampai 5
km dari pantai )
c. Jika angina bias menimbulkan
tekanan yang lebih besar :
21. C. PERHITUNGAN DASAR STRUKTUR ATAS
1. Pelat Lantai Satu Arah
Pelat lantai diperhitungkan sebagai pelat satu arah jika rasio sisi panjang : sisi pendeknya melebihi 2,5. Tebal minimum pelat
lantai dibatasi sesuai Tabel 9.5(a) SNI 2847-2013 :
L/20 untuk pelat dengan dua tumpuan sederhana
L/24 untuk pelat dengan satu ujung menerus
L/28 untuk pelat dengan dua ujung menerus
L/10 untuk pelat kantilever
Jika tidak dihitung dengan analisa struktur, sejauh syarat-syarat dalam Bab 8.3.3 SNI 2837- 2013 terpenuhi, maka momen-
momen dalam pelat satu arah dihitung berdasarkan koefisien- koefisien sebagai berikut (bab 8.3.3 SNI 2847-2013) :
2/ 11
wu . ln
wu . ln / 14
2
wu . ln / 16
2
wu . ln / 9
2
wu . ln / 10
2
wu . ln / 11
2
wu . ln / 24
2
• Momen (+) bentang ujung menerus tak terkekang
• Momen (+) bentang ujung tak menerus menyatu dengan pendukung
• Momen (+) bentang interior
• Momen (-) muka eksterior pendukung utama : 2 bentang
• Momen (-) muka eksterior pendukung utama : > 2 bentang
• Momen (-) muka lainnya dari pendukung interior
• Momen (-) muka interior dari pendukung eksterior (spandrel)
Di mana :
Wu = beban terbagi rata pada pelat ( kN/m2 )
ln = panjang bentang bersih pelat ( m )
22.
23. 3. Tangga Tipikal
Tangga-tangga direncanakan sebagai pelat satu arah yang menumpu di atas dua perletakan sederhana (sendi-rol), dengan
beban terbagi rata. Tebal tangga dikontrol terhadap tebal minimum untuk pelat satu arah. Momen-momen pada tangga
dihitung secara statika. Untuk keperluan perencanaan pembesian pelat tangga di tumpuannya, pada kedua ujung tangga
dianggap terjadi momen jepit tak terduga sebesar 1/3 kali momen lentur maksimum di lapangan.
Pembesian pelat tangga arah memanjang dihitung dengan menggunakan metode perhitungan kuat lentur penampang persegi
dengan tulangan tunggal, sesuai persyaratan dalam Pasal 7.12 SNI 2847-2013. Tulangan pada arah melintang direncanakan
minimal memenuhi persyaratan tulangan susut, yaitu 0.18% dari luas bruto penampang.
Seluruh perhitungan tersebut di atas dilakukan dalam spreadsheet Excel yang kami buat untuk perencanaan tangga sederhana.
4. Struktur Balok
Komponen Struktur Lentur ( balok ) pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus ( SRPMK ) yang diperhitungkan Kuat Geser
Balok sebagai Gaya geser rencana Ve ditentukan dari peninjauan gaya statik antara dua muka tumpuan. Mpr dianggap bekerja
pada muka-muka tumpuan dan komponen tersebut dibebani beban gravitasi terfaktor sepanjang bentangnya.
Gaya Aksial Tekan terfaktor akibat gempa < Ag . F’c / 20
24.
25. Untuk Balok T :
As min adalah
Di mana :
B f = Lebar Bagian Sayap Penampang
d = Jarak Dari Serat Tekan Terluar Ke Pusat Tulangan Tarik
B w = Lebar Badan
5. Struktur Kolom
Komponen Struktur yang menerima kombinasi lentur dan beban aksial ( kolom ) pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (
SRPMK ) yang diperhitungkan Kuat Geser Kolom sebagai momen – momen ujung Mpr untuk kolom, tidak perlu lebih besar dari
momen yang dihasilkan oleh Mpr balok pada hubungan balok kolom. Ve tidak boleh lebih kecil dari hasil perhitungan Analisa
Struktur. Gaya Aksial Tekan terfaktor akibat gempa < Ag . F’c / 20
Rasio Volumetric tulangan spiral atau Sengkang cincin harus, memenuhi syarat :
26. Luas Total Penampang Sengkang tertutup persegi harus, memenuhi syarat :
Tulangan Lentur Kolom :
Kuat Lentur setiap kolom yang menerima Beban Aksial Tekan terfaktor > Ag . F’c / 10, harus memenuhi syarat :
27.
28.
29. Komponen Batas Diafragma Struktural :
Tulangan untuk batang tepi dan komponen kolektor pada sambungan dan daerah pengangkuran harus memenuhi salah satu
ketentuan berikut ini :
• Spasi minimum = 3 D dan harus > 40 mm ; dimana D = diameter tulangan
• Tebal selimut minimum = 2.5 D tulangan longitudinal dan >5 0 mm ; atau
Tulangan Transversal : dan
D. PERHITUNGAN DASAR STRUKTUR BAWAH
1. Prinsip “ Working Load” /Beban Kerja
a) Kondisi Beban Tetap :
( PD + PL ) ≤ P ijin
b) Kondisi Beban Sementara :
( PD + PLR PE,X 30% PE,Y + PH ) ≤ 1,5 P ijin
( PD + PLR PE,Y 30% PE,X + PH ) ≤ 1,5 P ijin
30. 2. Prinsip “ Design Strength “ /Kuat Rencana
a) Kondisi Akibat DL, LL dan Beban Gempa Rencana ( R = 8 ) :
P ijin
Pu 1.4
Pu = 1,20 PD + PLR PE,X 30% PE,Y + PH
Pu = 1,20 PD + PLR PE,Y 30% PE,X + PH
Pu = 0,90 PD PE,X 30% PE,Y + 1,6 PH
Pu = 0,90 PD PE,Y 30% PE,X + 1,6 PH
Di mana :
PD = Beban Kolom akibat Beban Mati
PL = Beban Kolom akibat Beban Hidup yang memperhatikan reduksi Beban Hidup kumulatif sesuai tabel diatas
PE,X = Normal Kolom akibat gempa arah X
PE,Y = Normal Kolom akibat gempa arah Y
PH = Normal Kolom akibat tekanan tanah
b) Kondisi Akibat DL, LL dan Beban Gempa Kuat ( f2=1,75 ) :
Pu 2.5 P ijin
c) Daya Dukung Tiang Pancang :
Pu P . Pn
0,7 Pn
0,7 (2 P ijin ) = 1,4 P ijin
31. Di mana :
P = Faktor reduksi daya dukung
Pn = Daya dukung nominal tiang 2 P ijin
P ijin = Daya dukung izin tiang yang dihitung dengan cara konvensional
Kapasitas Tiang :
Pkap fP . Pn
1,25 (2 P ijin)
2,5 P ijin
Di mana :
Pkap = Gaya aksial tiang akibat pembebanan pada kondisi struktur atas hampir runtuh
fp = Faktor daya dukung lebih tiang
32. ANALISA DESAIN STRUKTUR :
Dalam analisa struktur langkah pertama untuk mengetahui kekuatan dari struktur adalah dengan analisa manual
maupun dengan hasil analisa oleh program SAP2000. Dimana profil baja dianalisa dan cek ratio ultimate dan
kapasitas sudah atau belum memenuhi syarat dari hasil yang mendekati angka R < 1. Berikut adalah model 3D
hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
PORTAL 1
PORTAL 2
PORTAL 3
Gambar 3.1 Model 3D Struktur Pada SAP2000
33. STRUKTUR BAJA PORTAL 1 :
Gambar 3.1.1. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Material Profil Baja
NO. MATERIAL
1. Castellated Beam 675.200.9.14
2. WF 400.200.8.13
3. HB 300.300.10.15
4. T Beam 400.300.14.26
5. CNP 150.65.20.3,2
6. WF 250.125.5.8
7. CNP 150.65.20.3,2
8. SIKU 60.60.6
Material Profil Baja Struktural
1 1
4
2
3
8
7
5
6
34. A. Dalam analisis struktur untuk mengetahui kekuatan struktur pada portal 1, diterapkan beberapa
pemodelan beban pada struktur. Untuk analisis kali ini beban tersebut dan disebarkan secara
merata menjadi beban area yaitu beban angin (wind load /W), dengan memasuki beban sebesa
95 kg/m2. Berikut adalah model 3D hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.1.1.A. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Beban Angin (wind load /W)
35. B. Dalam pemodelan selanjutnya pembebanan yang berupa unsur tambahan, bersifat tetap, dan
merupakan satu kesatuan dengan elemen struktur adalah beban mati tambahan (super dead load
/SDL), dengan memasuki beban sebesar 15 kg/m2. Berikut adalah model 3D hasil analisa dengan
program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.1.1.B. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Beban Mati Tambahan (super dead load /SDL)
36. C. Dalam pemodelan beban hidup, digunakan asumsi beban area yang secara merata menyebar ke
seluruh lantai maupun atap dan juga profil baja pada struktur. Dalam hal ini, berat sendiri struktur
sudah terkalkulasi dengan sendirinya berdasarkan profil material yang dipakai. Selanjutnya beban
hidup (live load /LL), dengan memasuki beban sebesar 60 kg/m2. Berikut adalah model 3D hasil
analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.1.1.C. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Beban Hidup (live load /LL)
37. D. Profil yang dianalisa adalah profil yang memiliki ratio ultimate dan kapasitas yang mendekati
angka 1. Elemen struktur yang berwarna merah merupakan profil struktur dalam kondisi gagal
atau overstress, warna jingga merupakan kondisi profil struktur sudah kritis tapi masih layak
digunakan, warna kuning adalah kondisi mendekati kondisi kritis, warna hijau adalah kondisi layak
atau aman, sedangkan warna biru berarti profil struktur sangat aman. Berikut adalah model 3D
hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.1.1.D. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Hasil Analisa Kondisi Pembebanan Rasio
38. Displacement for this section with
L = 23800 mm
For ASD procedure L/240
23800/240 = 99,16 mm
1,59 mm < 99,16 (ok)
Gambar 3.1.1.D. Model 2D Struktur Pada SAP2000, Hasil Analisa Kondisi Pembebanan Rasio < 1
Displacement for this section with
L = 23800 mm
For ASD procedure L/240
23800/240 = 99,16 mm
6,48 mm < 99,16 (ok)
Displacement for this section with
L = 15000 mm
For ASD procedure L/240
15000/240 = 62,5 mm
27,15 mm < 62,5 (ok)
39. Displacement for this section with
L = 23800 mm
For ASD procedure L/240
23800/240 = 99,16 mm
1,59 mm < 99,16 (ok)
Gambar 3.1.1.D. Model 2D Struktur Pada SAP2000, Hasil Analisa Kondisi Pembebanan Rasio < 1
Displacement for this section with
L = 23800 mm
For ASD procedure L/240
23800/240 = 99,16 mm
6,48 mm < 99,16 (ok)
Displacement for this section with
L = 15000 mm
For ASD procedure L/240
15000/240 = 62,5 mm
27,15 mm < 62,5 (ok)
40. III.1.2. STRUKTUR BAJA PORTAL 2 & 3 :
Gambar 3.1.2. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Material Profil Baja
NO. MATERIAL
1. Castellated Beam 675.200.9.14
2. WF 400.200.8.13
3. HB 300.300.10.15
4. T-Beam 400.300.14.26
5. CNP 150.65.20.3,2
6. WF 250.125.5.8
7. CNP 150.65.20.3,2
8. SIKU 60.60.6
9. WF 250.125.5.8
Material Profil Baja Struktural
1
1
3
2
4
8
7
6
5
9
41. A. Dalam analisis struktur untuk mengetahui kekuatan struktur pada portal 2 dan 3, diterapkan
beberapa pemodelan beban pada struktur. Untuk analisis kali ini beban tersebut dan disebarkan
secara merata menjadi beban area yaitu beban angin (wind load /W), dengan memasuki beban
sebesa 95 kg/m2. Berikut adalah model 3D hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai
berikut :
Gambar 3.1.2.A. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Beban Angin (wind load /W)
42. B. Dalam pemodelan selanjutnya pembebanan yang berupa unsur tambahan, bersifat tetap, dan
merupakan satu kesatuan dengan elemen struktur adalah beban mati tambahan (super dead load
/SDL), dengan memasuki beban sebesar 15 kg/m2. Berikut adalah model 3D hasil analisa dengan
program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.1.2.B. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Beban Mati Tambahan (super dead load /SDL)
43. C. Dalam pemodelan beban hidup, digunakan asumsi beban area yang secara merata menyebar ke
seluruh lantai maupun atap dan juga profil baja pada struktur. Dalam hal ini, berat sendiri struktur
sudah terkalkulasi dengan sendirinya berdasarkan profil material yang dipakai. Selanjutnya beban
hidup (live load /LL), dengan memasuki beban sebesar 60 kg/m2. Berikut adalah model 3D hasil
analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.1.2.C. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Beban Hidup (live load /LL)
44. D. Profil yang dianalisa adalah profil yang memiliki ratio ultimate dan kapasitas yang mendekati
angka 1. Elemen struktur yang berwarna merah merupakan profil struktur dalam kondisi gagal
atau overstress, warna jingga merupakan kondisi profil struktur sudah kritis tapi masih layak
digunakan, warna kuning adalah kondisi mendekati kondisi kritis, warna hijau adalah kondisi layak
atau aman, sedangkan warna biru berarti profil struktur sangat aman. Berikut adalah model 3D
hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.1.2.D. Model 3D Struktur Pada SAP2000, Hasil Analisa Kondisi Pembebanan Rasio
45. Displacement for this
section with
L = 23800 mm
For ASD procedure L/240
23800/240 = 99,16 mm
8,90 mm < 99,16 (ok)
Gambar 3.1.2.D. Model 2D Struktur Pada SAP2000, Hasil Analisa Kondisi Pembebanan Rasio < 1
Displacement for this
section with
L = 23800 mm
For ASD procedure L/240
23800/240 = 99,16 mm
8,90 mm < 99,16 (ok)
Displacement for this
section with
L = 15000 mm
For ASD procedure L/240
15000/240 = 62,5 mm
30,9 mm < 62,5 (ok)
Displacement for this
section with
L = 27000 mm
For ASD procedure L/240
27000/240 = 112,5 mm
9,8 mm < 112,5 (ok)
46. 1. Kolom Gewel (penahan rangka Cladding), Apa bisa diubah menjadi kolom WF-250?
A. Berdasarkan analisa struktur ratio ultimate dan kapasitas, bahwa kekuatan profil baja WF 250.125.5.8,
belum memenuhi syarat dengan hasil WF 250.125.5.8 > 1 (status : not ok). Berikut adalah modeling
3D hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 1.A. Model 3D Struktur
Pada SAP2000, Hasil Analisa
Kondisi Pembebanan Rasio
47. B. Bahwa desain awal kekuatan profil baja HB 300.300.10.15, dalam analisa struktur ratio ultimate dan
kapasitas memenuhi syarat dengan hasil HB 300.300.10.15 < 1 (status : ok). Berikut adalah modeling
3D hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 1.B. Model 3D Struktur
Pada SAP2000, Hasil Analisa
Kondisi Pembebanan Rasio
48. 2. Untuk rangka SB1, Apa bisa diubah jadi 2CNP-150?
A. Berdasarkan analisa struktur ratio ultimate dan kapasitas, bahwa kekuatan profil baja 2CNP
150.65.20.3,2 untuk ring balk, maka mengakibatkan stabilitas struktur yang kurang, sehingga
mengakibatkan ratio komponen struktur lainnya meningkat dan belum memenuhi syarat dengan hasil
CNP 150.65.20.3,2 > 1 (status : not ok). Berikut adalah modeling 3D hasil analisa dengan program
SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 2.A. Model 3D Struktur
Pada SAP2000, Hasil Analisa
Kondisi Pembebanan Rasio
49. B. Bahwa desain awal kekuatan profil baja WF 250.125.5.8 untuk ring balk, maka mendapatkan stabilitas
stuktur yang baik dan dalam analisa struktur ratio ultimate dan kapasitas, memenuhi syarat dengan
hasil WF 250.125.5.8 < 1 (status : ok). Berikut adalah modeling 3D hasil analisa dengan program
SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 2.B. Model 3D Struktur
Pada SAP2000, Hasil Analisa
Kondisi Pembebanan Rasio
50. 3. Baja pada RF.4 kita kesulitan untuk pemasangannya kalau pakai T-400x300, Apa bisa kalau pakai
WF-250 atau WF-200 saja?
A. Berdasarkan analisa struktur ratio ultimate dan kapasitas, bahwa kekuatan profil baja WF 250.125.5.8
untuk kantilever kanopy, belum memenuhi syarat dengan hasil WF 250.125.5.8 > 1 (status : not ok).
Berikut adalah modeling 3D hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.A. Model 3D Struktur
Pada SAP2000, Hasil Analisa
Kondisi Pembebanan Rasio
51. B. Bahwa desain awal kekuatan profil baja T-Beam 400.300.14.26 untuk kantilever kanopy, dalam analisa
struktur ratio ultimate dan kapasitas, memenuhi syarat dengan hasil T-Beam 400.300.14.26 < 1
(status : ok). Berikut adalah modeling 3D hasil analisa dengan program SAP2000, sebagai berikut :
Gambar 3.B. Model 3D Struktur
Pada SAP2000, Hasil Analisa
Kondisi Pembebanan Rasio
52. KONSEP PERANCANG
STRUKTUR ATAS
Flow Chart :
DATA-DATA
PERANCANGAN :
1. SOIL TEST
2. FUNGSI STRUKTUR
3. KONDISI PEMBEBANAN
4. PERATURAN DESAIN
PERMODELAN STRUKTUR
ANALISIS STRUKTUR DESAIN STRUKTUR
GAMBAR & SPEK
Aman /
tidak aman
PEMBANGUNAN
DESAIN AWAL
(DIMENSI, MODEL
GEOMETRIS, DLL)
CHECK STRUKTUR :
1. STRESS
2. DEFORMATION
Ya / tidak
Catatan :
Umumnya Struktur Atas Ditentukan Menurut Sni 1727-2013 “Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung” Dan Sni 1726-2012
“Tata Cara Perancanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung”.
53. 1. PELAT LANTAI :
Pelat lantai akan direncanakan dengan menggunakan struktur beton bertulang. Ketebalan
pelat lantai yang digunakan berbeda-beda, tergatung dari karakteristik beban. Dengan
rencana, misalnya : untuk beban genset tebal minimal 200mm, beban untuk alat folklift
minimal 150 mm. Sedangkan untuk pelat pada lantai tingkatny digunakan struktur
komposit antara bondek dan struktur beton, dengan rencana mutu beton fʹc = 29,05
Mpa ( K-350 = 350 kg/cm2 ).
Project aplication
Keterangan : Analisa Pelat Lantai
Tulangan Utama
Baja Tul. Ulir BJTD-40 fy =400 Mpa
Tulangan Sengkang
Baja Tul. Polos BJTP-24 fy =240 Mpa
mutu beton fʹc 29,05 MPa ( K-350 =
350 kg/cm2 )
54. 2. BALOK BETON BERTULANG :
Struktur beton bertulang adalah komponen besi dan beton merupakan gabungan antara material besi tahan tarikan dan beton
tekanan. Dengan mutu beton fʹc 29,05 MPa ( K-350 = 350 kg/cm2 ), Tul. Utama, menggunakan Baja Tul. Ulir (deform) 400 Mpa
(BJTD-40), untuk dia. 10 mm (dia. 10 mm, 12 mm, dst) dan Tul. Sengkang, menggunakan Baja Tul. Polos Min. 240 Mpa (BJTP-24),
untuk dia. < 10 mm.
Keterangan : struktur balok dan kolom rangka beton bertulang
Tulangan Utama
Baja Tul. Ulir BJTD-40 fy =400 Mpa
Tulangan Sengkang
Baja Tul. Polos BJTP-24 fy =240 Mpa
mutu beton fʹc 29,05 MPa ( K-350 =
350 kg/cm2 )
55. 3. KOLOM BETON BERTULANG :
Struktur beton bertulang adalah komponen besi dan beton merupakan gabungan antara material besi tahan tarikan dan beton
tekanan. Dengan mutu beton fʹc 29,05 MPa ( K-350 = 350 kg/cm2 ), Tul. Utama, menggunakan Baja Tul. Ulir (deform) 400 Mpa
(BJTD-40), untuk dia. 10 mm (dia. 10 mm, 12 mm, dst) dan Tul. Sengkang, menggunakan Baja Tul. Polos Min. 240 Mpa (BJTP-24),
untuk dia. < 10 mm.
Keterangan : struktur kolom rangka beton bertulang
PLYWOOD
PHENOL FILM
FORM TIE
SABUK
KOLOM
KEPALA
KOLOM
KOLOM
PIPE
SUPPORT
MORTAR
Tulangan Utama
Baja Tul. Ulir BJTD-40 fy =400 Mpa
Tulangan Sengkang
Baja Tul. Polos BJTP-24 fy =240 Mpa
mutu beton fʹc 29,05 MPa ( K-350 =
350 kg/cm2 )
Project aplication
56. 4. TANGGA BETON BERTULANG :
Tangga merupakan suatu komponen struktur baja atau beton yang terdiri dari plat, bordes dan anak tangga yang menghubungkan
satu lantai dengan lantai di atasnya. Tangga mempunyai bermacam-macam tipe, yaitu tangga dengan bentangan arah horizontal,
tangga dengan bentangan ke arah memanjang, tangga terjepit sebelah (Cantilever Stairs) atau ditumpu oleh balok tengah.,
tangga spiral (Helical Stairs), dan tangga melayang (Free Standing Stairs), Dengan rencana mutu beton fʹc = 29,05 Mpa ( K-350 =
350 kg/cm2 ).
Keterangan : Desain Struktur Tangga
Tulangan Utama
Baja Tul. Ulir BJTD-40 fy =400 Mpa
Tulangan Sengkang
Baja Tul. Polos BJTP-24 fy =240 Mpa
mutu beton fʹc 29,05 MPa
( K-350 = 350 kg/cm2 )
57. 6. WATERPROOFING MEMBRAN ( Untuk Dak Beton ) :
Finishing pada bagian dak beton atap menggunakan waterprofing jenis membran, Pemakaian Waterproofing Membran Bakar ini
memang sangat diperlukan terutama pada bagian yang ekstrim tidak boleh diresapi oleh air apalagi air yang bertekanan.
Project aplication
Dak Beton
Aspal Membran
58. 7. STRUKTUR RANGKA ATAP :
Untuk Struktur Atap menggunakan Metode Cremona dengan batang rangka
baja dan standar kualitas, Karena Atapnya menggunakan Bentuk Atap
Tradisional. Struktur Baja Metode Cremona dapat mendukung dari faktor beban
angin dan pemasangannya.
Project aplication
Keterangan : Struktur Atap Metode Cremona
59. KONSEP PERANCANG
STRUKTUR BAWAH
Flow Chart :
Catatan :
Umumnya pondasi ditentukan oleh karakteristik daya dukung suatu lapisan tanah pada lokasi bangunan. Dapat dilihat dan dianalisis melalui hasil penyelidikan
tanah (investigation of soil) yang umumnya dilakukan baik berupa uji CPT (Cone Penetration Test) atau lazimnya disebut sondir maupun dengan uji SPT (Standard
Penetreation Test) yang tentunya menjadi bahan laporan untuk dianalisis struktur dalam merencanakan dan mendesain.
Data-data perancangan :
1. Penyelidikan tanah
2. Kondisi pembebanan
3. Model geometrik
Struktur
4. Peraturan desain
Desain awal (Preliminary)
Analisis struktur Desain & Optimasi
Aman / Tidak Aman
Gambar & Spek
Ok
Pembangunan
60. 1. STRAUSS PILE / BORE PILE FOUNDATION :
Pondasi strauss pile menggunakan mutu beton kuat tekan fʹc = 30,00 Mpa ( K-350 = 350 kg/cm2 ) untuk pemasangan besi bertulang
setempat dengan mutu Tegangan Leleh (Fy) = 400 Mpa (BJTD-40).
Catatan :
Pertimbangan menggunakan strauss pile atau bored pile adalah untuk
antipasi apabila dilokasi yang sulit, tidak bisa dilewati alat berat. Metode ini
menggunakan alat mini pile dengan bor kering (dry boring) atau pengeboran
bor basah (wash boring).
Tulangan Utama
Baja Tul. Ulir BJTD-40 fy =400 Mpa
mutu beton fʹc 29,05 MPa
( K-350 = 350 kg/cm2 )
Project aplication
61. 2. PILE CAP DAN TIE BEAM :
Pile Cap dan Tie Beam, merupakan suatu struktur bawah yang difungsikan sebagai pemerata beban titik kolom yang
kemudian akan disalurkan kepada pondasi tiang untuk di teruskan ke tanah keras dengan mutu beton kuat fʹc =
30,00 Mpa ( K-350 = 350 kg/cm2 ).
Tie Beam
Balok Plat Lt. 1
Pedestal Kolom
Bekisting
Batako
PILE CAP
Lantai Kerja
Pasir urug
Tiang bore pile
Potongan Prinsip Pile Cap
Tulangan Utama
Baja Tul. Ulir BJTD-40 fy =400 Mpa
Tulangan Sengkang
Baja Tul. Polos BJTP-24 fy =240 Mpa
Project aplication
mutu beton fʹc 29,05 MPa
( K-350 = 350 kg/cm2 )
62. OUT LINE SPESIFIKASI STRUKTUR
NO. PEKERJAAN SPESIFIKASI PRODUK
1. Pondasi Bore Pile Mutu Beton K-350 ( f’c = 30 Mpa ) Holcim, Adhimix, Jayamix, Readymix
atau setara
Mutu Baja Tulangan :
Tulangan Polos BJTP-24 ( fy = 240 Mpa ),
sesuai SNI 07-2052-2002
Master Steel, Krakatau Steel,
Interworld Steel, Delcoprima
Tulangan Ulir BJTD-40 ( fy = 400 Mpa ),
sesuai SNI 07-2052-2002
2. Pile Cap dan Tie Beam Mutu Beton K-350 ( f’c = 30 Mpa ) Holcim, Adhimix, Jayamix, Readymix
atau setara
Mutu Baja Tulangan :
Tulangan Polos BJTP-24 ( fy = 240 Mpa ),
sesuai SNI 07-2052-2002
Master Steel, Krakatau Steel,
Interworld Steel, Delcoprima
Tulangan Ulir BJTD-40 ( fy = 400 Mpa ),
sesuai SNI 07-2052-2002
3. Tulangan Jaring kawat Tulangan Polos Sesuai ASTM A 185 Ex. Bluescope atau setara
Tulangan Ulir Sesuai ASTM A 497M
BRC Mesh
atau setara
63. NO. PEKERJAAN SPESIFIKASI PRODUK
4. Kolom, Pelat Lantai, Tangga dan Shear
Wall
Mutu Beton K-350 ( f’c = 30 Mpa ) Holcim, Adhimix, Jayamix, Readymix
atau setara
Mutu Baja Tulangan :
Tulangan Polos BJTP-24 ( fy = 240 Mpa ),
sesuai SNI 07-2052-2002
Master Steel, Krakatau Steel,
Interworld Steel, Delcoprima
Tulangan Ulir BJTD-40 ( fy = 400 Mpa ),
sesuai SNI 07-2052-2002
Wire mesh
5. Fly Ash Class F sesuai ASTM C618
6. Superplasticizer Sesuai ASTM C 494 types F dan G
Sikament 163 atau 520 Sika, Fosroc, CementAid
Conplast SP430
Superplastet F
7. Air Entaninment Admixture Sesuai ASTM C 260 Sika, BASF
AER
MicroAir 303
64. NO. PEKERJAAN SPESIFIKASI PRODUK
8. Retarder Sesuai ASTM C 494 types B dan D Sika, Fosroc, BASF
Sika-Retarder
Conplast RP264M
Delvostabilizer
9. Release Agent Sika-Form-Oil ISD Sika, Fosroc, BASF
Reebol
Rheofinish 200
10. Bonding Agent Sikabond NV Sika, Fosroc, BASF
Nitobond PVA
Rheomix 157
11. Curing Compound Sesuai ASTM C 309 Type I Sika, Fosroc, CementAid, BASF
Antisol E-125
Concure
Mastercure 181
Calcure
65. NO. PEKERJAAN SPESIFIKASI PRODUK
12. High-Strenght Non-Shrink
Cementitious Grout
SikaGrout 214-11 Sika, Fosroc
Conbextra GPXtra
13. Concrete Repair Cement-based pilymer modified Sika, BASF
Sikaseuaip 121
Baraa 80
14. Couplers dan Mechanical Joint untuk sambungan tulangan utama portal &
dinding geser daktail tipe ulir atau jepit, kuat
tarik lebih dari 125% kuat leleh tulangan yang
disambung, sesuai dengan ICBD AC 133 FD
strip untuk sambungan lain tipe ulir atau jepit,
kuat tarik lebih dari 125% kuat leleh tulangan
yang disambung R Type
Fuji Bolt, Dextra
15. High Density Styrofoam Untuk
Bekisting
Kuat lentur minimum 35 psi sesuai ASTM C 203
minimum antara 16 sampai 40 psi pada
regangan 5%
Sika, Fosroc, CementAid, BASF
66. NO. PEKERJAAN SPESIFIKASI PRODUK
16. Waterproofing Berhubungan tanah crystalline barrier ( Penetron,
Vandex, Formdex plus )
Toilet crystalline barrier ( sistem liquid )
Kolam crystalline barrier ( sistem liquid
applied membrane )
Dak atap dan kanopi crystalline barrier ( sistem liquid
applied membrane )
BituSeal T-130 SG Sika
Proofex Tatauchseal 3P/4P Fosroc
17. Waterstop Setiap construction joint yang berhubungan
dengan tanah flexible PVS water bars
Sodium bentonite dan butyl rubber
setara Rockmax
swelling 101 atau volcay ( SW - 55
Penetron atao waterstop RX 101 ex
Cetco strip kuning )
Sika joint Ribbons Sika
Supercast PVC Fosroc
67. NO. PEKERJAAN SPESIFIKASI PRODUK
Hidrophilic type
Everdure CementAid
SikaSwell S-2 Sika
Supercast SW10 Fosroc
Penerbar SW Penetron
TamSeal R TAM
18. Grouting Cementious Grout Fosroc
Epoxy Resin Sika
Polyurethane BASF
ASTM C-881 – 78
19. Profil Baja Struktural Profil Wide flange, H-beam, Angle & UNP canai
panas sesuai JIS G3192sesuai ASTM A36
Krakatau Steel, Gunung Garuda,
Cigading, Nippon Steel atau setara
Profil kolom W14 sesuai ASTM A992M atau
HC400 atau HC500 built up atau canai panas
sesuai ASTM A 53 Schedule 40
68. NO. PEKERJAAN SPESIFIKASI PRODUK
20. Pipa Baja Struktural Sesuai ASTM A 53 Schedule 40 Krakatau Steel, Gunung Garuda,
Cigading, Nippon Steel atau setara
21. Baut Mutu Biasa, termasuk ring & mur Sesuai ASTM A307
22. Baut Mutu Tinggi, termasuk ring &
mur
sesuai ASTM A325M dan ASTM A490M