Rangkuman dokumen tersebut adalah:
Desa Sumberagung dan bagian utara Desa Joho dikategorikan sebagai pusat permukiman hirarki 2 di Kecamatan Pracimantoro, sedangkan desa-desa lainnya dikategorikan sebagai hirarki 3. Rencana perkotaan Pracimantoro terbagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan perkotaan utama dan wilayah pendukung perkotaan. Rencana struktur ruang perk
1. 69
Sedangkan Desa Sumberagung dan Desa Joho bagian utara
dikategorikan sebagai hirarki 2 pusat permukiman. Hal ini disebakan
karena Desa Sumberagung berfungsi sebagai pusat pelayanan bagi
wilayah Pracimantoro di bagian selatan. Desa ini memiliki sarana
perdagangan berupa pasar yang cukup berkembang sebagai
pusat aktivitas. Jaringan infrastruktur yang dikembangkan menuju
desa ini juga sudah cukup baik, sehingga berdasarkan potensipotensi tersebut, Desa Sumberagung dapat direncanakan sebagai
sub pusat kota Kecamatan Pracimantoro.
Kemudian untuk desa-desa lainnya seperti Glinggang,
Wonodadi, Gebangharjo, Lebak, Tubokarto, Trukan, Banaran,
Gebangharjo, Gedong, Jimbar, Sambiroto, Suci, Joho, Gambirmanis,
dan Petirsari dikategorikan sebagai hirarki 3 pada struktur sistem
pusat permukiman di Kecamatan Pracimantoro. Berdasarkan hasil
4.6
analisis keterkaitan antara pusat-sub pusat, desa-desa tersebut
berfungsi sebagai pusat-pusat produksi pertanian, peternakan dan
kegiatan-kegiatan home industry lainnya.
Perkotaan Kecamatan Pracimantoro disiapkan sebagai
pusat pelayanan dan permukiman dimana akan dilakukan
pemusatan terkait peletakan sarana perkotaan sehingga dapat
diakses oleh seluruh masyarakat Kecamatan Pracimantoro
ataupun oleh masyarakat luar Kecamatan Pracimantoro. Selain
itu, juga menjadi lokasi pemusatan kegiatan ekonomi Kecamatan
Pracimantoro karena berhubungan langsung dilakui oleh JJLS.
Sedangkan wilayah selain kawasan perkotaan yang ditujukan
sebagai fungsi produksi dan permukiman akan lebih diarahkan
sebagai daerah bahan baku dan pelestarian lahan pertanian untuk
mempertahankan produksi pertanian ke Kabupaten Wonogiri.
Rencana Perkotaan
Perkotaan Pracimantoro terbagi atas dua wilayah perkotaan,
yaitu kawasan perkotaan utama dan wilayah pendukung perkotaan.
Perkotaan utama adalah Desa Pracimantoro, Desa Sambiroto, Desa
Watangrejo, Desa Sedayu dan Kelurahan Gedong sedangkan
kawasan pendukung perkotaan adalah Desa Sumberagung bagian
utara dan termasuk sedikit bagian Desa Joho. Alasan perencanaan
perkotaan menjadi 2 kawasan dikarenakan kawasan perkotaan
utama dipersiapkan untuk menampung sarana yang dibutuhkan oleh
Dalam merencanakan perkotaan tentunya diperlukan
rencana matang baik dalam hal struktur ruang dan pola perkotaan.
Dalam rencana struktur ruang perkotaan memuat rencana jaringan
perkotaan Pracimantoro dan wilayah Kecamatan Pracimantoro
secara keseluruhan, selain itu juga dipersiapkan untuk dapat
menampung aktivitas perdagangan dan jasa yang kemungkinan
dapat berkembang karena lokasi yang berada di pusat Kecamatan
Pracimantoro yang dilalui oleh JJLS dan jalur alternatif ke DIY. Selain
itu, karena lokasi perkotaan utama rencana terletak di tengah
Kecamatan Pracimantoro memiliki tujuan untuk memudahkan
masyarakat dalam mendukung semua sarana perkotaan.
perkotaan dan bagaimana hirarki internal kawasan perkotaan.
Sedangkan dalam rencana pola ruang perkotaan memuat rencana
KDB, KLB, GSB, dan rencana tata guna lahan perkotaan.
4.6.1 Rencana Struktur Ruang Kota
Rencana struktur ruang perkotaan merupakan rencana yang
akan diterapkan di kawasan perkotaan Pracimantoro untuk
menuju perkotaan Pracimantoro yang mandiri sebagai
Secondary Hub City. Rencana struktur ruang perkotaan ini terdiri
atas rencana jaringan perkotaan. Rencana jaringan perkotaan terdiri
atas jaringan jalan, rencana jaringan drainase, rencana rencana
jaringan air bersih, rencana jaringan sanitasi, rencana jaringan
persampahan, rencana jaringan listrik dan rencana jaringan
telekomunikasi. Pada dasarnya rencana jaringan ini merupakan
rencana jaringan dalam skala wilayah, namun dalam pengelolaannya
akan dialokasi ke wilayah perkotaan, sehingga perhitungan
kebutuhan untuk setiap jaringan diperhitungkan untuk melayani
warga
satu
Kecamatan
Pracimantoro.
2. 70
a. Jaringan Jalan
Kecamatan Pracimantoro memiliki berbagai tingkatan sistem
jaringan jalan. Di mana pada masing-masing tingkatan jalan
memiliki peranan fungsi dan pembinaanya sendiri. Tingkatan
jalan yang ada di Kecamatan Pracimantoro sendiri adalah :
1. Jalan Nasional: Jalan Jalur Lintas Selatan
2. Jalan Kabupaten: Jalan Wonogiri
3. Jalan Desa: Jalan Pracimantoro
Tingkatan jalan yang ada di Kecamatan Pracimantoro
tergolong variatif karena terdapat berbagai tingkatan di
dalamnya. Lokasi Kecamatan Pracimantoro di bagian selatan
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan
jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional yang melalui Kecamatan Pracimantoro. Analisis
jaringan jalan primer yang ada dispesifikasikan sebagai berikut:
Arteri Primer
Sistem jaringan jalan arteri primer Kecamatan
Pracimantoro ada pada jalan jalur lintas selatan yang melalui
bagian tengah wilayah kecamatan. Standar yang sudah
terpenuhi hanya kecepatan minimal yaitu 60 km/jam.
Standar yang belum terpenuhi terkait lebar jalan dan
kondisinya. Lebar jalan yang sudah memenuhi standar 11 m
hanya sekitar 30% dari jalan lintas selatan yang ada.
Diperlukan pengkontrolan lebih agar jalan yang ada dapat
memenuhi standar, karena jalan ini merupakan jalan yang
menghubungkan tiga provinsi sekaligus yaitu D.I.Y, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Oleh karena itu dilakukan
pelebaran pada 30% jalan yang lebarnya belum mengikuti
standar agar memenuhi standar 11 meter.
Kolektor Primer
Jaringan kolektor primer dari kecamatan Pracimantoro
terdapat pada jalan yang menghubungkan simpul kegiatan di
pasar menuju ke arah pusat Wonogiri di bagian utara. Jalan
kota Wonogiri menjadikannya sebagai kecamatan yang dilalui
oleh jalan nasional lintas selatan. Hal itu mengharuskan
kecamatan Pracimantoro untuk mampu menyediakan prasarana
jalan yang memenuhi standar agar menjadikan Kecamatan
Pracimantoro lebih berkembang.
Berdasarkan peranan jalan, terdapat beberapa syarat yang harus
dipenuhi terkait sistem jaringan jalan yang ada di Kecamatan
Pracimantoro. Sistem jaringan jalan yang ada di kecamatan
Pracimantoro terbagi menjadi dua, yaitu sistem jaringan jalan primer
dan sekunder.
ini menghubungkan kecamatan Eromoko, Pracimantoro,
Kabupaten Gunung Kidul, dan Paranggupito. Jalan ini
sudah memenuhi standar kecepatan minimal yaitu 40
km/jam. Namun dalam penyediaan prasarana jalan yang
ada di kecamatan Pracimantoro masih terdapat banyak
standar yang harus dipenuhi terkait street furniture maupun
standar pengguna dan penggunaan jalannya. Oleh karena itu
akan ditambahkan street furniture dan penyesuaian mutu
jalan sesuai dengan standar jalan kolektor primer.
Lingkungan Primer
Sistem jalan lingkungan primer Kecamatan Pracimantoro
ada pada jalan yang menghubungkan antar desa dan dusun.
Jaringan ini merupakan jalan alternatif yang menghubungkan
antar desa yang tidak dilalui oleh sistem jaringan jalan
kolektor sekunder. Kondisi yang ada saat ini pada sistem
jaringan jalan lingkungan primer di Kecamatan Pracimantoro
adalah kualitasnya yang tidak memenuhi standar. Kualitas
yang tidak memenuhi standar tersebut menjadi penghambat
bagi proses distribusi hasil pertanian karena rusaknya jalan
lingkungan yang menghubungkan lahan pertanian dengan
permukiman pedesaan.
3. 71
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder yang ada di Kecamatan
Pracimantoro digunakan sebagai fungsi pelayanan jasa
distribusi untuk masyarakat dalam kota. Jaringan jalan
sekunder dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
Kolektor Sekunder
Klasifikasi jalan kolektor sekunder di kecamatan
Pracimantoro tidak tersebar di tiap desa. Sehingga
terdapat beberapa desa yang bersifat kekotaan yang
memiliki sistem jaringan kolektor sekunder dan desa yang
sulit dijangkau tidak memiliki sistem jaringan ini. Kondisi
jalan kolektor sekunder pun tidak terlalu mendukung dan
kurang memenuhi standar.
Lingkungan Sekunder
Merupakan sistem jaringan jalan terendah yang
terdapat di kecamatan Pracimantoro. Di mana jaringan ini
terdapat paling banyak di setiap desa di kecamatan
Pracimantoro, karena menghubungkan permukiman
pedesaan yang ada. Permasalahan fundamental ada pada
standarisasi kondisi jalan ini, di mana pada sistem jaringan
Perekaman gambar dilakukan di dua titik :
Titik Amatan 1 (Perbatasan Kecamatan Giritontro)
Perhitungan tingkat pelayanan jalan pada titik
amatan satu dilakukan dengan durasi 15 menit pada
hari kerja dan hari libur dengan masing-masing
dilakukan pada 2 jam puncak, yaitu puncak pagi
LOS Pada hari Kerja (Hari Senin, 4 November 2013)
jalan inilah pertama kali hasil pertanian mulai
didistribusikan.
Jika dilihat dari analisis sistem jaringan jalan yang ada
di kecamatan Pracimantoro, terlihat jelas bahwa kondisi
saat ini belum memenuhi standar yang ada. Meski belum
menjadi masalah krusial terkait penyediaannya, namun
masih banyak jalan pada klasifikasi terendah yang harus
segera
ditindaklanjuti
agar
mampu
mendukung
perencanaan
dan
pengembangan
kecamatan
Pracimantoro sebagai pusat pelayanan daerah selatan.
Lokasi kecamatan Pracimantoro tergolong sangat strategis
karena juga dilalui jalan nasional lintas selatan yang
menghubungkan tiga provinsi sekaligus. Melihat potensi besar
di bidang perhubungan ini menjadikan Pracimantoro memiliki
keharusan untuk mampu menyediakan fasilitas yang
menunjang, terutama untuk wilayah perkotaan, karena dapat
memicu pertumbuhan kota yang tidak terkontrol.
Selain itu, untuk mengetahui bagaimana tingkat pelayanan
jalan yang berkaitan dengan kapasitas jalan maka dilakukan
perhitungan LOS (Level of Service). Perhitungan ini
dibutuhkan data dari hasil perekaman gambar.
(07.30-07.45) dan puncak sore (16.15-16.30).
Berdasarkan hasil perhitungan volume dan kapasitas
jalan (terlampir) maka dapat diketahui tingkat
pelayanan jalan pada titik amatan 1, yaitu :
4. 72
Puncak Pagi 07.30-07.45
VCR = 64,3/ 2082,99
= 0,031
Puncak Sore 16.15-16.30
VCR = 96/ 2082,99
= 0,046
Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui
dari kedua jam puncak memiliki rasio V/C < 0,6 sehingga
kategori tingkat pelayanan jalan di titik amatan 1
(Perbatasan Kecamatan Giritontro) pada hari kerja
adalah A dengan karakteristik arus bebas, volume
rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang dikehendakinya. Jalan di
daerah perbatasan Kecamatan Giritontro tersebut
merupakan JJLS yang tergolong jalan arteri primer
dengan lebar jalur lalu lintas 6 meter. Pada kondisi
eksisting, volume lalu lintas di daerah perbatasan tersebut
masih rendah sehingga lalu lintas lengang baik pada pagi
hari maupun sore hari pada hari kerja. Jika
membandingkan antara 2 jam puncak, maka pada jam
puncak sore jumlah kendaraan lebih banyak yang
melintas, sehingga kapasitas jalan pada jam puncak sore
lebih tinggi dibandingkan dengan jam puncak pagi.
LOS Pada hari Libur (Hari Minggu, 3 November 2013)
Puncak Sore 16.00-16.30
Puncak Pagi 06.30VCR = 87,2/ 2082,99
07.00
= 0,042
VCR = 49/ 2082,99
Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui
= 0,024
dari kedua jam puncak memiliki rasio V/C < 0,6
sehingga kategori tingkat pelayanan jalan di titik
amatan 1 (Perbatasan Kecamatan Giritontro) pada
hari kerja adalah A dengan karakteristik arus
bebas, volume rendah dan kecepatan tinggi,
pengemudi dapat memilih kecepatan yang
dikehendakinya. Jalan di daerah perbatasan
Kecamatan Giritontro tersebut merupakan JJLS yang
tergolong jalan arteri primer dengan lebar jalur lalu
lintas 6 meter. Pada kondisi eksisting, volume lalu
lintas di daerah perbatasan tersebut masih rendah
sehingga lalu lintas lengang baik pada pagi hari
maupun
sore
hari
pada
hari
kerja.
Jika
membandingkan antara 2 jam puncak, maka pada jam
puncak sore jumlah kendaraan lebih banyak yang
melintas, sehingga kapasitas jalan pada jam puncak
sore lebih tinggi dibandingkan dengan jam puncak
pagi.
Titik Amatan 2 (Perempatan Pasar Pracimantoro)
Perhitungan tingkat pelayanan jalan pada titik
amatan kedua dilakukan dengan durasi 15 menit. Titik
amatan 2 berada di dekat Perempatan Pasar
Pracimantoro dengan mengamati pergerakan kendaraan
dari dan menuju arah Kabupaten Gunung Kidul pada hari
kerja dan hari libur dengan masing-masing dilakukan
LOS Pada hari Kerja
Puncak Pagi 06.30-07.00
VCR = 234,1/ 1340,77
= 0,175
Puncak Sore 16.00-16.30
VCR = 212,5/ 1340,77
= 0,158
pada 2 jam puncak, yaitu puncak pagi (07.30-07.45) dan
puncak
sore
(16.15-16.30).
Berdasarkan
hasil
perhitungan volume dan kapasitas jalan (terlampir)
maka dapat diketahui tingkat pelayanan jalan pada titik
amatan 1, yaitu :
Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui
dari ketiga puncak memiliki rasio V/C < 0,6 sehingga
kategori tingkat pelayanan jalan di titik amatan 2
(Perempatan Pasar Pracimantoro) pada hari kerja
5. 73
adalah A dengan karakteristik arus bebas, volume
rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang dikehendakinya. Meskipun
hasil tingkat kapasitas jalan tergolong A sama dengan titik
pertama (Perbatasan Giritontro), tingkat pelayanan jalan
di titik amatan kedua yang berada di Perempatan
Pasar Pracimantoro lebih tinggi nilainya. Hal tersebut
dikarenakan adanya Pasar Pracimantoro yang
LOS Pada hari Libur
Puncak Pagi 06.30-07.00
VCR = 71,6/ 1340,77
= 0,053
Puncak Sore 16.0016.30
VCR = 85,9/ 1340,77
= 0,064
Berdasarkan hasil perhitungan VCR dapat diketahui
dari ketiga puncak memiliki rasio V/C < 0,6 sehingga
kategori tingkat pelayanan jalan di titik amatan 2
(Perempatan Pasar Pracimantoro) pada hari libur
adalah A dengan karakteristik arus bebas, volume
rendah dan kecepatan tinggi, pengemudi dapat
memilih kecepatan yang dikehendakinya. Pada hari
menjadi faktor tarikan dan bangkitan perjalanan
orang-orang. Sehingga menjadi ramai dan banyak
dilalui oleh kendaraan. Jika membandingkan antara 2
jam puncak, maka pada jam puncak pagi jumlah
kendaraan lebih banyak yang melintas, sehingga
kapasitas jalan pada jam puncak pagi lebih tinggi
dibandingkan dengan jam puncak sore.
libur, jumlah kendaraan yang melintasi titik amatan
kedua masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan
jumlah kendaraan yang melintas pada hari kerja
maupun hari pasar. Hal tersebut dikarenakan aktivitas
masyarakat di Pasar Pracimantoro lebih didominasi
pada hari kerja dan hari pasar. Sehingga kendaraan
yang melintas lebih sedikit. Jika membandingkan antara
2 jam puncak, maka pada jam puncak sore jumlah
kendaraan lebih banyak yang melintas, sehingga
kapasitas jalan pada jam puncak sore lebih tinggi
dibandingkan dengan jam puncak pagi.
Berdasarkan hasil perhitungan LOS, baik jalan arteri ataupun kolektor, keduanya masuk dalam criteria A. Namun walaupun demikian,
lebar jalan belum sesuai serta terdapat sebagian jalan yang belum memiliki rambu lalu lintas guna mengatur lalu lintas. Terkait kondisi
jalan yang demikian, maka dilakukan penyesuain berdasarkan criteria jalan agar lebih optimal. (Peta Peletakkan rambu lalu lintas
terlampir).
a. Perbaikan Jaringan Jalan Lingkungan Sekunder
Sistem jaringan jalan ini berada pada kebanyakan
adalah melakukan perbaikan jalan lingkungan yang berada di
permukiman pedesaan di seluruh pelosok kecamatan
setiap permukiman pedesaan yang berfungsi sebagai akses
Pracimantoro. Di mana jalan ini merupakan jalan pertama yang
utama pengangkutan hasil pertanian yang menjadi sektor utama
digunakan sebagai akses dan distribusi hasil pertanian.
perekonomian kecamatan Pracimantoro. Setelah perbaikan
Sehingga diperlukan sebuah peremajaan dan peningkatan
jalan merata, kemudian memenuhi standar minimal terkait
kondisi jalan lingkungan. Karena dilalui banyak moda
penyediaan sistem jaringan jalan sekunder yang ada di seluruh
transportasi dan tidak didukung dengan standar jalan yang
kecamatan Pracimantoro, dengan tujuan memperkuat akses
memadai, menjadikan kondisi jalan lingkungan ini sering rusak
dan mobilisasi di bagian dalam kecamatan terlebi dahulu.
dan menjadi penghambat mobilisasi.
Sehingga mampu menciptakan kota Pracimantoro yang lebih
Sehingga dalam perencanaan kecamatan Pracimantoro
mapan dan siap sebagai pusat pelayanan yang besar di bagian
terkait sistem jaringan jalan, yang menjadi sasaran utama
selatan Wonogiri.
b. Pemenuhan Standar Minimal Jalan
6. 74
Jika perencanaan perbaikan sistem jaringan jalan sekunder
telah dilakukan dengan baik, maka langkah berikutnya adalah
menyesuaikan dengan standar pelayanan yang ada. Ketika
seluruh sistem jaringan jalan di kecamatan Pracimantoro sudah
pada kondisi yang optimal, maka dapat dilakukan pemenuhan
standar penyediaannya. Di mana seperti penambahan marka
jalan, ataupun rambu jalan yang menjadi keperluan klasifikasi
sistem jaringan jalan yang ada. Berikut penampang rencana
penyesuaian mutu jalan Kecamatan Pracimantoro.
GAMBAR 4.2
Penampang Jalan Arteri
Rencana
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013
JJLS yang merupakan jalan arteri sekaligus jalan nasional
yang terdapat di Kecamatan Pracimantoro akan dilakukan
penyesuaian terkait mutu jalannya sesuai dengan standar
Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah
Perkotaan Oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Lebar jalan liap
lajur adalah 6 meter dengan lebar median jalan 1 meter.
7. 75
GAMBAR 4.3
Penampang Jalan
Kolektor Rencana
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013
Sama halnya dengan jalan utama yang merupakan jalan
kolektor di Kecamatan Pracimantoro yang juga akan dilakukan
penyesuaian terkait mutu jalannya sesuai dengan standar
Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah
Perkotaan Oleh Direktorat Jenderal Bina Marga. Lebar jalan liap
lajur adalah 4 meter dengan lebar median jalan 1 meter.
GAMBAR 4.4
Penampang Jalan
Lingkungan Rencana
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013
Jalan Lingkungan yang merupakan jalan desa di Kecamatan
Pracimantoro yang akan dilakukan penyesuaian terkait mutu
jalannya sesuai dengan standar Panduan Penentuan Klasifikasi
Selain terkait dengan penyesuaian mutu jalan berdasarkan
standar oleh Direktorat Jenderal Bina Marga dan penyediaan
atribut jalan, juga mulai ditegaskan terkait peraturan dan
Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan Oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga. Lebar jalan yang direncanakan adalah 4 meter.
pengaturan struktur pengguna jalan. Peraturan terkait
kecepatan minimum bagi kendaraan bermotor yang melalui
jalan tersebut. Hal itu dimaksudkan, agar pengguna jalan yang
8. 76
lain dapat mengetahui standar pelayanan yang ada dan dapat
lebih bijak dalam menggunakan jalan. Kemudian terkait
tingkatan moda kendaraan yang boleh melalui jalan tersebut, di
mana diatur setiap jenis kendaraan bermotor yang boleh melalui
b. Jaringan Drainase
Penampang Rencana
Saluran Drainase
GAMBAR 4.5
Sumber : Hasil Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan 2013
Jenis drainase yang direncanakan di Kecamatan
Pracimantoro adalah berupa drainase buatan atau arficial
drainage yaitu drainase yang sengaja dibuat manusia dan
memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan
pasangan beton, gorong-gorong dan pipa-pipa. Jenis
drainase buatan ini mendukung kondisi jenis tanah yang
terdapat pada Kecamatan Pracimantoro dimana sebagian besar
merupakan kars. Sifat kars tersebut dapat langsung menyerap
air, sehingga jika terdapat limbah akan langsung diserap oleh
tanah dan dapat merusak kualitas air tanah tersebut.
Sedangkan sistem yang akan digunakan nantinya adalah
drainase primer yang memanfaatkan sungai dan anak sungai,
drainase sekunder, yaitu saluran yang menghubungkan saluran
tersier dan primer yang dibangun dengan beton, kemudian
drainase tersier, yaitu saluran untuk mengalirkan limbah rumah
jalan tertentu. Sehingga akan terbagi jenis kendaraannya dan
tidak terdapat penumpukan volume serta moda transportasi
yang melalui jalan tersebut. (Peta rencana Jaringan Jalan
Perkotaan lihat pada lampiran)
Drainase merupakan salah satu prasarana yang harus
diperhitungkan dalam pembangunan wilayah dan kota yang baik
dan tepat. Drainase merupakan aliran pembuangan air
permukaan baik secara grafitasi maupun dengan pompa dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya genangan. Berdasarkan hasil
perhitungan terkait jumlah limbah yang dihasilkan, baik dari
rumah tangga, swasta ataupun pemerintah, dengan perhitungan
tahun dasar yaitu tahun 2004 diketahui bahwa pada tahun 2004
volume debit total drainase adalah 5534395 L/detik, sedangkan
berdasarkan hasil proyeksi pada tahun 2024 diketahui volume
debit total drainase menjadi 6760155 L/detik. Angka ini
menunjukkan bahwa terdapat sejumlah penambahan volume
debit drainase pada tahun-tahun yang akan datang.
Penambahan jumlah debit juga berkaitan dengan jumlah
penduduk, karena semakin banyak penduduk maka semakin
banyak pula limbah yang akan dihasilkan. Oleh itulah maka
diperlukan pendekatan rencana terkait drainase.
Bahan Saluran Drainase Arterisekunder berupa plasteran atau pipa
: Beton
tangga ke saluran
Bahan Saluran Drainase Kolektor
: Beton
tanah.
Bahan Saluran Drainase Lingkungandrainase yang direncanakan
Menurut letaknya, : Pipa Bawah Tanah
bawah
adalah
drainase bawah permukaan tanah, yaitu saluran drainase yang
mengalirkan air limpasan permukaan melalui media bawah
tanah menggunakan pipa-pipa. Berdasarkan fungsinya maka
perencanaan drainase yang akan digunakan adalah drainase
multi purpose, yaitu drainase yang berfungsi untuk mengalirkan
beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun
bergantian. Jika dilihat dari konstruksinya, maka sistem drainase
yang digunakan adalah saluran drainase tertutup. Saluran
draiase tertutup ini mengalirkan air limbah secara tertutup dan
cocok digunakan pada wilayah disekitar permukiman supaya
tidak mengganggu masyarakat dari bau dan dan terhindar dari
penyakit. Selain juga juga cocok diterapkan dikawasan kars
9. 77
sehingga tidak mencemari sumber air bawah tanah. (Peta
rencana jenis drainse, Peta rencana system drainase dan
c. Jaringan Air Bersih
Analisis kebutuhan air bersih untuk masa mendatang
menggunakan standar – standar perhitungan yang telah
ditetapkan. Kebutuhan air untuk fasilitas – fasilitas sosial
ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan
memperhatikan kapasitas produksi sumber yang ada, tingkat
kebocoran dan pelayanan. Faktor utama dalam analisis
kebutuhan air adalah jumlah penduduk di Kecamatan
Pracimantoro. Dari proyeksi penduduk yang telah dilakukan,
Standar Analisis
Berdasarkan kriteria perencanaan Ditjen Cipta Karya
Dinas PU, maka :
1. Konsumsi sambungan rumah tangga : 70
liter/orang/hari
2. Konsumsi sambungan hidran umum : 30
liter/orang/hari
3. Perbandingan antara sambungan rumah tangga dan
hidran umum : SR : HU = 70:30
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
diketahui bahwa kebutuhan air bersih pada tahun 2024
berdasarkan jumlah penduduk proyeksi serta jumlah
sarana, baik sarana yang ada ataupun tambahan,
diketahui bahwa kebutuhan air bersih adalah 155,492
Lt/detik per harinya dari 59,302 Lt/detik pada tahun 2012.
Oleh karena itu, dibutuhkan sumber air yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air jangka panjang untuk
d. Jaringan Sanitasi
Kecamatan Pracimantoro mayoritas memiliki sistem sanitasi
individu dengan tipe permanen. Kondisi sanitasi di Kecamatan
Pracimantoro sebagian besar dengan kondisi baik. Terdapat di
beberapa desa yang memiliki kondisi sanitasi yang buruk
diantaranya Desa Suci, Desa Sambiroto, dan Desa Sedayu.
Dimana masih ada sebagian rumah tangga yang
menggunakan WC cubluk atau WC non permanen yang
perhitungan volume drainase lihat pada lampiran).
dihitung jumlah kebutuhan air dari sektor domestik dan sektor
non domestik berdasarkan kriteria Ditjen Cipta Karya 1996.
Dengan adanya analisis kebutuhan air bersih ini ditargetkan
kebutuhan air bersih masyarakat dapat dipenuhi dengan tingkat
pelayanan hingga 100 % dari jumlah penduduk Kecamatan
Pracimantoro pada masa mendatang di mana dengan
menggunakan data penduduk terakhir tahun 2012 dengan
jangka waktu 12 tahun ke depan yaitu tahun 2024.
Penduduk Kecamatan Pracimantoro khususnya untuk
melayani perkotaan Pracimantoro.
Untuk sumber yang akan dijadikan sebagai sumber
air pemenuhan kebutuhan untuk konsumsi dan
pengairan berasal dari sumber mata air alami yang
terdapat di Kecamatan Pracimantoro dengan catatan
juga dilakukan pengelolaan dan perlindungan terhadap
sumber air alami tersebut baik oleh pemerintah ataupun
masyarakat. Melihat dari banyaknya jumlah sumber air
alami yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air jangka
panjang dengan system distribusi air dengan
menggunakan system perpipaan (Peta rencana
jaringan air bersih dan irigasi, peta rencana
penyediaan jaringan IPAL pelayanan perkotaan, peta
dan perhitungan kebutuhan air bersih lihat pada
lampiran dan)
kondisinya masih buruk. Serta masih ada sebagian
masyarakat Kecamatan Pracimantoro yang menggunakan
WC umum dan sungai untuk sanitasi. Padahal dengan
kondisi lahan Pracimantoro yang berupa formasi batuan
gamping sangat rentan terhadap pencemaran air tanah oleh
limbah buangan, karena formasi batuan tidak memiliki filter
seperti yang ada pada karakteristik tanah pada biasanya.
10. 78
Sehingga perlu adanya perencanaan dan perhatian khusus
terhadap penyediaan infrastruktur sistem sanitasi yang
memperhatikan aspek lingkungan Kecamatan Pracimantoro
agar tidak mencemari air bawah tanah serta dapat berkelanjutan
kedepannya. Sistem sanitasi Kecamatan Pracimantoro
direncanakan dengan penggunaan septic tangki digunakan
dengan kedalamanan air tanah >1,5 m, septik tangki ini terdiri
dari ruang lumpur, ruang basah (ruang cairan) dan ruang udara.
Kapasitas tangki septik biasanya tergantung oleh beberapa
faktor, diantaranya :
a. Besarnya aliran air limbah masuk
b. Jumlah pemakai, maksimal 300 orang minimal 4 orang
c. Produksi lumpur perorang pertahun
d. Frekuensi penyedotan (1-3 tahun)
e. Pengelolaan air limbah dibedakan atas limbah domestic dan
non domestic
Air limbah domestik merupakan air limbah buangan yang
berasal dari rumah tangga. Pengelolahan air limbah rumah
tangga di Kecamatan Pracimantoro dengan pengembangan
sistem terpusat maupun setempat. Sistem on-site atau setempat
masing-masing rumah membuat sendiri sistem pengelolaan
pembuangan air limbahnya, kemudian dibuang ke badan air
penerima. Sistem on-site ini dengan menggunakan sistem
Tangki Septik setempat, khususnya daerah yang memiliki
kepadatan yang rendah yaitu <500 jiwa/ha. Sistem tangki septik
ini dengan bidang resapan yang dapat ditingkatkan menjadi
Small Bore Sewer. Hal tersebut untuk pengolahan lebih lanjut
untuk menampung effluent dari tangki septic (tidak termasuk
lumpurnya) dan air bekas mandi dan cuci sehingga dapat
memperbaiki kualitas lingkungan.
Sedangkan untuk daerah perkotaan Pracimantoro yang
memiliki kepadatan >500 jiwa/ha akan direncanakan dengan
sistem off site atau terpusat dan dilengkapi dengan Sarana
instalasi Pengelolahan Air Limbah (IPAL). Dimana air limbah
dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam satu tempat
pembuangan kota menuju tempat pengelolahan dan baru di
buang ke badan penerima. Sistem ini lebih aman digunakan
pada daerah yang memiliki kepadatan
tinggi,
karena
menampung semua air buangan rumah tangga dan jaringan
pipa tertanam didalam tanah sehingga pencemaran saluran
drainase dan air tanah dapat dihindarkan. Sistem terpusat Air
Limbah yang dikembangkan adalah terpisah antara air kotor
(dari kamar mandi, cuci, dan dapur) dan air kotoran (dari
kakus/kloset). Air kotor diolah di IPAL untuk menjadi air baku air
bersih. sedangkan air kotoran di olah di IPAL yang lain untuk
bisa dibuang ke badan penerima setelah memenuhi persyaratan
baku mutu.
Baik sistem pengelolahan limbah setempat maupun terpusat
digunakan dengan jaringan pipa beton. Hal ini untuk pengairan
gravitasi karena topografi wilayah Kecamatan Pracimantoro
yang bervariasi dari datar hingga agak curam. Serta
mencegahnya penyerapan air oleh tanah karena kondisi tanah
Pracimantoro yang berupa batuan gamping dimana tidak
memiliki filter sehingga rentan terhadap pencemaran air bawah
tanah. Untuk mencegah korosi terhadap asam yang berasal dari
limbah maka diberi linning, pemeliharaan kecepatan glontor,
ventilasi memadai, dan pembubuhan bahan kimia
Pada pengolahan air limbah non domestik merupakan
pengolahan air limbah yang berasal selain dari hasil limbah
rumah tangga. Seperti kegiatan industri, hotel dan restauran
Kecamatan
Pracimantoro
harus
melengkapi
sarana
pembuangan air limbah dapurnya dengan “Unit Penangkap
Lemak dan Minyak”. Selanjutnya air limbah diperbolehkan
masuk ke sistem perpipaan pengelolaan air limbah terpusat. Hal
ini dikarenakan kegiatan industri menimbulkan dampak terhadap
lingkungan yang bersifat penting, maka harus membuat studi
AMDAL yang direkomendasi pihal yang berwenang
sebagaimana telah diatur dalam PM Negara Lingkungan Hidup
No. 8 Tahun 2006, tentang jenis usaha san atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Analisis mengenai Dampak lingkungan
Hidup.
Lokasi pengolahan lumpur tinja atau biasa disebut dengan
Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) harus berada tidak
11. 79
jauh dari pusat produksi lumpur tinja sehingga efisien terhadap
penggunaan truk pengangkut tinja. Akan tetapi dengan
memperhatikan nilai estetika kawasan, IPLT sebaiknya berada
e. Jaringan Persampahan
Jaringan persampahan merupakan hal yang patut
diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah penduduk
Kecamatan Pracimantoro ataupun perkotaan Pracimantoro. Jika
tidak dipersiapkan dari sekarang, maka dapat terjadi
penumpukan sampah di satu titik di Kecamatan Pracimantoro
terutama daerah perkotaan karena menjadi pusat dari segala
kegiatan penduduk.
tidak berada di pusat kepadatan penduduk melainkan diluarnya
dengan jarak <20 km dari titik terjauh. (Peta rencana Jaringan
sanitasi beserta lokasi peletakan IPAL lihat pada lampiran)
TABEL IV.1
Rencana Jaringan Persampahan
Persampahan
Eksisting
Rencana
TPA
S
Perhitungan
1
0
1
TPS
3
0
1
umber: Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2013
Berdasarkan kondisi eksisting belum terdapat sistem
persampahan
di
Kecamatan
Pracimantoro.
Untuk
mengantisipasi pertumbuhan penduduk berdasarkan proyeksi
penduduk hingga tahun 2024, berdasarkan SNI 03-1733-2004
perhitungan rencana persampahan untuk standart penduduk
tahun 2024 sebesar 84398 jiwa adalah 3 TPS dan 1 TPA,
namun rencana yang akan dibuat adalah 1 TPA dan 1 TPS
dengan mempertimbangkan kondisi eksisting wilayah yang
sebagian adalah formasi batuan kars dan memiliki topografi
yang beragam sehingga tidak bisa dibangun TPS ataupun TPA
disembarang tempat. TPA dan TPS akan dibangun pada
f. Jaringan Listrik
Jaringan listrik yang ada di Kecamatan Pracimantoro
terhitung sudah cukup tersebar merata. Dapat dikatakan seperti
begitu karena semua desa yang ada di Kecamatan
Pracimantoro sudah tersaluri oleh listrik. Akan tetapi masing ada
kekurangan terkait pelayanan listrik yang ada di Kecamatan
Pracimantoro
Untuk rencananya, pada tahun 2024 pemenuhan kebutuhan
pelayanan listrik terkait daya listriknya akan terpenuhi. Rencana
penambahan atau pengadaan daya listrik pada tahun 2024 akan
didasarkan perhitungan dari jumlah rumah dan jumlah
wilayah yang memiliki topografi datar dan di daerah nonkars.
TPS yang direncanakan akan dibuat di wilayah perkotaan
Pracimantoro yaitu di Kelurahan Sedayu. TPS dibuat di wilayah
perkotaan untuk mengantisipasi tingginya pertumbuhan
penduduk perkotaan. Sedangkan TPA dibuat di Kelurahan
Banaran dengan mempertimbangkan lokasi yang jauh dari pusat
kota, masih sedikit pemukiman, memiliki daerah yang datar dan
tidak terdapat formasi batuan kars. (Peta rencana peletakan
TPS dan TPA beserta rute rencana angkutan persampahan
lihat pada lampiran)
penduduk. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa
kebutuhan listrik berdasarkan jumlah rumah yang ada pada
tahun 2024 adalah 21.944.000 watt untuk kebutuhan domestic
dan 4.388.800 watt untuk kebutuhan non-domestik. Sedangkan
apabila berdasarkan jumlah penduduk yang diproyeksikan pada
tahun 2024, diketahui bahwa listrik yang dibutuhkan adalah
38.222.100 VA. Berdasarkan hasil tersebut, maka akan
dilakukan penambahan daya terhadap saluran voltase listrik
Kecamatan Pracimantoro terutama wilayah perkotaan. (Peta
rencana Jaringan Listrik lihat pada lampiran)
12. 80
g. Jaringan Telekomunikasi
Kecamatan pracimantoro ini memiliki jaringan telepon yang
terbilang kurang dalam melayani kebutuhan penduduknya
dikarenakan sulitnya perolehan sinyal untuk beberapa provider.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya ketersediian
tower BTS namun banyak penduduk yang memakai handphone
sehingga sulit dalam perolehan sinyal.
Selain itu, penduduk di Pracimantoro jarang yang memakai
telepon rumah di karenakan susahnya mendapatkan
sambungan telepon. Oleh karena itu, perlu diadakan kerjasama
lebih lanjut terkait penyediaan tower-tower BTS untuk beberapa
provider, dimana lokasi peletakan tower-tower itu sendiri
sebagian besar akan diletakkan di perkotaan Pracimantoro. Hal
ini perlu dilakukan mengingat kemungkinan yang dapat terjadi
ketika penyelesaian JJLS sudah selesai dan perdagangan
kecamatan Pracimantoro berkembang dengan pesat. Tentunya
akan mendatangkan banyak penduduk ke Kecamatan
Pracimantoro yang akan membutuhkan jaringan untuk
berkomunikasi satu sama lain. (Peta rencana Jaringan
Telekomunikasi lihat pada lampiran)
Berdasarkan rencana jaringan perkotaan yang telah dilakukan,
rencana struktur ruang perkotaan Pracimantoro terbagi menjadi dua
hirarki yaitu pusat pelayanan kota yang merupakan desa Pracimantoro
dan desa lainnya sebagai sub-pusat pelayanan kota. Pada rencana
struktur ruang perkotaan Kecamatan Pracimantoro tidak terdapat pelayanan
lingkungan karena pelayanan lingkungan nantinya akan terdapat di 13 desa di
luar kawasan perkotaan. Titik-titik pelayanan ini tersebar dengan pusat
pelayanan di pusat kawasan perkotaan dan disekitarnya yaitu hirarki kedua
(sub-pusat pelayanan) tersebar di sekitar pusat pelayanan kota. Pusat
pelayanan kota berperan sebagai pusat kegiatan dari segala aktivitas
perkotaan ataupun sebagai pusat penyediaan sarana. Sedangkan sub pusat
pelayanan kota berperan sebagai pendukung kawasan pusat perkotaan
dimana berperan dalam pendukung kegiatan pusat perkotaan. (Peta Rencana
Struktur ruang lebih jelas lihat pada lampiran)
4.7
Rencana Pola Ruang
GAMBAR 4.6
Rencana pola ruang perkotaan Pracimantoro terdiri atas rencana tata
guna lahan dan rencana terkait arahan pemanfaatan lahan.
Peta Rencana Struktur
4.7.1
Rencana Tata Guna Lahan (Land Uses Planning)
Ruang Kec.
Pracimantoro
Sumber: Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2013
13. 81
GAMBAR 4.7
Peta Tata Guna Lahan Perkotaan Pracimantoro Eksisting dan Rencana
Rencana pola ruang perkotaan yang terdapat di Kecamatan Pracimantoro terbagi kedalam beberapa kawasan. Terdapat kawasan
permukiman yang berwarna kuning. Kawasan permukiman tersebut rencananya hanya akan terdapat beberapa penambahan di beberapa
permukiman yang ada. Pemukiman ini menyebar merata di bagian utara hingga selatan kawasan perkotaan Pracimantoro. Kawasan
permukiman yang direncanakan letaknya berada di belakang kawasan campuran maupun perdagangan dan jasa. Kawasan perdagangan dan
jasa yang direncanakan berada di tengah kawasan perkotaan yang dimaksudkan lebih memusat.
Selain kawasan perdagangan dan jasa terdapat pula
Pracimantoro. Sebagian besar rencana pola ruang khususnya terkait
kawasan campuran yaitu kawasan dimana merupakan gabungan
vegetasi, RTH, sawah tetap mempertahankan kondisi eksisting
antara permukiman dan perdagangan baik rumah yang
sehingga jumlah produksi pertanian yang dihasilkan tidak akan
dilengkapi toko pribadi maupun ruko.
Kawasan campuran
terganggu (berkurang). Dalam rencana pola ruang terdapat pula
rencana akan ditempatkan disepanjang jalan utama yang terdapat
kawasan kesehatan berupa posyandu, klinik, dan lainnya sebagai
diperkotaan dimana tidak akan banyak merubah kawasan eksisting
pendukung aktivitas perkotaan dan sekitar. Selain itu juga terdapat
namun menambah kuantitas dari kawasan ini. Terdapat pula sawah
kawasan pemakaman dan pasar yang terdapat di rencana pola ruang
maupun RTH yang direncanakan di Kawasan perkotaan
perkotaan Pracimantoro.
Sumber: Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2013
4.7.2
Rencana Arahan Pemanfaatan Lahan
Peta rencana arahan pemanfaatan lahan di Kecamatan
Pracimantorodapat dilihat pada Gambar 4.8 . Pemanfaatan lahan
di Kecamatan Pracimantoro akan direncanakan menjadi 9 jenis
penggunaan lahan, antara lain permukiman, perdagangan dan
jasa, campuran, pasar, sarana pendidikan, sarana kesehatan,
terminal, sawah dan tegalan, serta ruang terbuka hijau. Rencana
pemanfaatan lahan di Kecamatan Pracimantoro dikembangkan
dengan mengacu kepada kota utama Pracimantoro yang terletak di
desa Pracimantoro dan Desa Sedayu, serta pendukung perkotaan
Pracimantoro yang terletak di Desa Sumberagung.
Di sepanjang persimpangan jalan yang terdapat di pusat
kota dimanfaatkan sebagai kawasan perdangan dan jasa serta
kawasan campuran. Kemudian di sepanjang jalan utama
dikembangkan sebagai pusat-pusat perdagangan jasa dan terdapat
terminal sebagai fasilitas pendukung aktivitas transportasi dengan
skala yang cukup luas yaitu penghubung antara Propinsi D.I.Y,
Jawa Tengah, serta Jawa Timur. Pada lapisan berikutnya
dikembangkan kawasan permukiman yang direncanakan
berdekatan dengan Ruang Terbuka Hijau. Kawasan permukiman
didesain berdekatan dengan kawasan perdagangan dan jasa
dengan tujuan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam
melakukan aktivitas. Selain itu di antara kawasan permukiman juga
tetap mempertahankan Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah
resapan air. Kemudian di sekitar kawasan permukiman juga
dikembangkan kawasan pendidikan dan kesehatan. dan pada
14. 82
lapisan paling luar dikembangkan untuk aktivitas pertanian berupa
sawah dan tegalan.
Kota utama di Desa pracimantoro dan pendukung perkotaan di Desa
Sumberagung dihubungkan oleh sebuah jaringan jalan sebagai akses utama. Di
sepanjang jaringan jalan tersebut dikembangkan Ruang Terbuka Hijau dan
diterapkan kebijakan disinsentif yaitu pembatasan pengembangan lahan
terbangun. Hal ini ditetapkan dengan tujuan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya urban sprawl di sepanjang akses utama tersebut.
Sehingga di sepanjang jalan tersebut tidak disediakan fasilitas-fasilitas penunjang
kegiatan lainnya. Kemudian untuk wilayah pendukung perkotaan Pracimantoro
yang terdapat di bagian selatan Kecamatan Pracimantoro juga dikembangkan
sebagai kawasan perdagangan dan jasa, campuran, pendidikan, kesehatan,
permukiman, sawah dan tegalan, serta tetap mempertahankan keberadaan Ruang
Terbuka Hijau sebagai daerah resapan air.
GAMBAR 4.8
Peta Rencana Arahan Pemanfaatan Lahan Kecamatan Pracimantoro
Sumber: Analisis Kelompok 1A Studio Perencanaan, 2013