Dokumen tersebut membahas tentang tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang mandiri secara intelektual dan moral, mampu mengembangkan potensi dirinya, serta menyerahkan diri kepada Tuhan. Dokumen tersebut juga membahas peran keluarga dan sekolah dalam pendidikan, serta contoh-contoh sekolah transformasi sosial yang dibangun oleh masyarakat.
2. Pengajaran membentuk peserta didik berpikir secara intelektual dan empiris. Kedua hal ini tidak dapat diabaikan salah satunya. Tetapi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang membentuk manusia yang mampu membimbing dirinya dan mengambil sikap yang otonom. Pendidikan adalah mendidik peserta didik untuk menjadi manusia yang mampu mandiri baik itu secara intelektual maupun secara moral.
3. Pendidikan merupakan institusi tempat menempa diri manusia . Karena pendidikan pada dasarnya adalah sarana untuk membimbing manusia sebagai manusia paripurna. Pengembangan diri tersebut merupakan bagian dari wahyu ketuhanan. Karena dalam al-Quran terdapat perintah untuk mengubah diri, perintah untuk banyak membaca, perintah untuk berfikir. Perintah tersebut mengindikasikan bahwa manusia diajarkan untuk mampu menempa diri dan mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya
4. Menurut Ali Asraf tujuan terakhir pendidikan muslim adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah, pada tingkat individual, masyarakat dan kemanusiaan.
5.
6.
7. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua - anak. Dalam berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
8. Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya.
9.
10. PUSAT-PUSAT PENDIDIKAN WUJUD FISIK SEKOLAH - SEKOLAH TRANSFORMASI SOSIAL Salah satu gagasan utama dan program pokok INSIST (Indonesian Society for Social Transformation) adalah membangun apa yang kami sebut sebagai ‘ Sekolah Transformasi Sosial ' (STS), yakni pusat-pusat pengorganisasian dan pendidikan rakyat lokal yang dibangun, dikelola, dan dikendalikan langsung oleh masyarakat setempat sendiri. Ini adalah suatu sistem pendidikan alternatif yang memungkinkan rakyat setempat mempelajari dan memahami kenyataan-kenyataan kehidupan dalam segala aspek dan hubungan-hubungan sistemiknya, sehingga mereka memiliki kesadaran kritis dan kemampuan teknis untuk melakukan perubahan sosial, paling tidak, pada lingkup mereka sendiri. YAKOMSU (YAYASAN KOMUNITAS SUNGAI) Kalsel – Kalteng SEKOLAH KAWASAN AIR HITAM (SERAKAH)
13. KEPULAUAN WAKATOBI & BUTON: SEKOLAH NELAYAN TOMIA & SEKOLAH RAKYAT BUTON Yayasan Nusa Marina di Pulau Haruku dan Yayasan Pasuri di Pulau Seram
14.
15. Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
16. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya dalam hadits: “ Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belaja r”. Belajar sepanjang hayat ini dikemukakan pula oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan. Sebagai ketua Komisi tersebut Edgar Faure mengatakan : With its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate themselves from cradle to the grave. (Faure, 1972, h.8)