2. Definisi CLM
Cutaneous larva migrans / creeping eruption :
Erupsi di kulit berbentuk penjalaran, sebagai reaksi
hipersensitivitas kulit terhadap invasi larva cacing
tambang / nematodes (roundworms) / produknya.
3. Definisi CLM
• Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk
linier / berkelok-kelok,menimbul dan progresif,
disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal
dari feses anjing dan kucing
5. Epidemiologi
• Distribusi Geografik
Di Jakarta :
kucing = 72% A.braziliense
anjing = 18% A.braziliense,68% A.caninum
• Sering daerah iklim hangat dan lembab ( Sub tropis &
Tropis)
• Larvanya banyak ditemukan di pantai berpasir
6. Epidemiologi
• Di berbagai daerah di Indonesia, prevalensi infeksi cacing tambang
berkisar 30-50%
• Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah perkebunan
• Tingginya prevalensi juga dipengaruhi oleh jenis pekerjaan.
Sebagai contoh kelompok karyawan yang mengolah tanah di
perkebunan teh , karet akan terus menerus terpapar sumber
kontaminasi
7. Etiologi
• Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang
yang hidup di usus anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma
branziliense dan Ancylostoma caninum
• Ancylostoma branziliense dan Ancylostoma caninum dapat
ditemukan di daerah tropis dan subtropik; juga ditemukan di
Indonesia
8. Morfologi Ancylostoma branziliense
• Mempunyai 2 pasang gigi
yang tidak sama besarnya
• Panjang cacing jantan 4,7-
6,3 mm
• Panjang cacing betina 6,1-
8,4 mm
13. Life Cycle
• Siklus hidup parasit dimulai, saat telur dari
feses hewan yang terdapat di pasir yang
lembap dan hangat menetas dan
mengeluarkan larva.
• Larva memakan bakteri pasir, dan akan
berubah menjadi larva rhabditiform, lalu
filariform yang adalah bentuk infektif.
14. Penetrasi
• Fase infektif menembus kulit hospes, dan
masuk ke epidermis
• Parasit mengeluarkan enzim protease –
penetrasi folikel, dan kulit intak maupun luka.
Didalam epidermis, larva melepas lapisan
kutikula, dan mulai migrasi dalam 2-3 hari.
15. Infeksi manusia
• Manusia adalah hospes reservoar, dan larva
tidak memiliki enzim kolagenase untuk
menembus membrana basalis dan menginvasi
dermis manusia, larva terisolir di epidermis.
16. Faktor Resiko
Kebiasaan tidak menggunakan
alas kaki
Pengobatan anjing dan kucing
secara teratur
Berlibur ke daerah tropis atau
pesisir pantai
Cuaca atau iklim lingkungan
18. LARVA FILARIFORM
PENETRASI KE DALAM
KULIT
LARVA BERADA DI
DALAM KULIT
LARVA BERJALAN
JALAN SEPANJANG
DERMO-EPIDERMAL
TERBENTUK
PAPUL ERITEM
RASA GATAL
DAN PANAS
TIMBUL GEJALA PADA
KULIT
MEMBENTUK
BURROW
(TEROWONGAN)
PAPUL MENJALAR
BERKELOK KELOK,
POLISIKLIK, SERPIGINOSA,
DAN MENIMBUL
Patogenesis
19. Manifestasi Klinis
• Waktu dari exposure-onset1-6 hari
• Perubahan pada kulit adalah gejala klinis yg paling khas
pada CLM tersebut
20. Effloresensi Kulit
• Karakter pada lesi CLM adalah eritem,papul yg berbentuk
linear dan berkelok-kelok serpiginosa,dan biasanya
membentuk burrowcreeping eruption,yg berlangsung 2-8
minggu
• Kadang ada juga ditemukan vesikel
• Lesi biasanya 3mm lebar dan 15-20cm panjang
• Gatal dan nyeri
• Larva dapat bergerak dan berpindah biasanya beberapa mm-
cm/hari
21. Diagnosis
Anamnesis
Identitas : TU usia,pekerjaan
Keluhan utama : Bintil merah dan menjalar
Onset : 2 hari
Lokasi : Punggung tangan kiri
Kualitas : Menjalar
Kuantitas : Sepanjang hari
Kronologis : 10 hari lalu berlibur ke pantai
22. Diagnosis
Memperingan :
Memperberat : pada malam hari
Keluhan tambahan : gatal
RPD :
RPK :
RKP : pakai alas kaki / tdk
Riwayat bepergian : berlibur ke pantai
23. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
TTV
Lesi khas :
• Erimatosa
• Meninggi
• Membentuk terowongan
berkelok-kelok seperti ular
di lokasi khas
Predileksi : punggung tangan/kaki,anus,bokong,paha dan telapak kaki
25. • Adanya terowongan bedakan dengan skabies, pada
skabies terowongan yang terbentuk tidak panjang
• Bila melihat bentuk yang polisiklik mirip dengan
dermatofitosis.
• Pada permulaan lesi berupa papul, sering diduga insect
bite.
• Invasi larva yang multipel timbul serentak,papul-papul
lesi dini sering menyerupai herpes zoster pada
stad.permulaan
Diagnosis Banding
26. Skabies
• Gatal pada kulit
• Tungau atau kutu kecil yang bernama Sarcoptes scabiei.
• Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-0,4 mm
• Sarcoptes scabei jantan
setengah dari ukuran
betina.
27. Skabies
• Kutu betina yang sudah dibuahi akan tinggal di kulit
dengan membuat liang terowongan pada kulit, dan akan
bertelur 40-50 butir telur, dan akan menetas dalam waktu
3-5 hari.
28. Sanitasi buruk
Faktor Risiko Skabies
Kurang Gizi
kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang bahkan
tidak mendapat sinar matahari secara langsung.
X
29. Gejala Skabies
• Gejala utama adalah rasa gatal, yang terjadi karena reaksi
alergi terhadap tungau, terutama pada malam hari.
• Lokasi gatal:
– Di sela-sela jari dan pergelangan tangan
– Pada permukaan luar siku dan lipat ketiak
– Di sekitar perut dan pusar
– Pada bagian bokong dan selangkangan
– Pada daerah areola mamae
30. Penyakit ini mudah menular melalui kontak langsung (berjabat tangan,
tidur bersama, hubungan seksual) dan tidak langsung (pakaian,
handuk, sprei, bantal).
31. Dermatofitosis
• Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan
jamur dermatofita. Disebut juga sebagai tinea, ringworm,
kurap, teigne, herpes sirsinata.
32. Dermatofitosis
• Jamur ini dapat menginfeksi jaringan keratin manusia
maupun binatang.
• Gejala Dermatofitosis
1. Gatal-gatal
2. Munculnya pertumbuhan jamur kulit
33. • lesi bulat/ lonjong
• tepi yang aktif
• polisiklik, arsinar, dan sirsinar
• Pada bagian pinggir ditemukan lesi
yang aktif yang ditandai dengan
eritema, adanya papul atau vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang.
34. Granuloma
Anulare
Tinea Pedis Insect bites Herpes Zooster
• Lesi berbentuk
cincin
•Lesi tidak
memperlihatkan
skuama dan
vesikel serta tidak
gatal
• Pemeriksaan
kalium hidroksida
memberi hasil
positif
Ada gatal spt
creeping eruption
Tidak membentuk
terowongan
Lesi berupa papul
Ada terbentuk
papul
Lesi membentuk
linier pada
persarafan
dermatom
Timbul serentak
Tidak gatal tetapi
nyeri
Diagnosis Banding
37. Edukasi dan Pencegahan
• Mencegah bagian tubuh untuk berkontak langsung dengan tanah atau pasir
yang terkontaminasi
• Melakukan pengobatan secara teratur terhadap anjing dan kucing dengan
antihelmintik
• Menutup lubang-lubang pasir dengan plastik dan mencegah binatanguntuk
defekasi di lubang tersebut
• Wisatawan disarankan untuk menggunakan alas kaki saat berjalan dipantai
dan menggunakan kursi saat berjemur
• Mencuci tangan
39. Infeksi Sekunder
• Pruritus Luka pada lesi creeping eruption invasi
oleh bakteri Streptococcus ß hemoliticus infeksi kulit
sekunder (Erisepelas dan selulitis).
40. Prognosis
• Dubia et bonam. Terapi yang tepat dengan terapi
antihelmintes (albendazole atau tiabendazole).
• Creeping eruption termasuk ke dalam golongan penyakit
self limiting.
• Lesi tanpa komplikasi yang tidak diobati dapat sembuh
dalam waktu 4 -8 minggu.
41. Referensi
• Linuwih,Sri.2015.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VII.Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
• Goodheart,Herbert.2013.Diagnosis Fotografik & Penatalaksanaan Penyakit Kulit
Edisi 3. Jakarta : EGC.
• Sutanto,Inge.dkk.2008.Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi
Keempat.Jakarta:Badan Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
• Siregar,R.S.2005.Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta:EGC.
• Baratawidjaja,Karnen Garna.dkk.2014.Imunologi Dasar Edisi ke – 11.
Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
• Soebrata,R.Ganda.2011.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta : Dian Rakyat.
Notes de l'éditeur
CLM : sindrom
Creeping eruption : Gejala klinis
lebih sering terjadi di iklim yang hangat dan lembab, khususnya di negaranegara
tropis dan subtropis Asia Tenggara, Afrika, Amerika Selatan, Karibia, dan
Amerika Serikat bagian tenggara. Larva ditemukan di pantai berpasir, kotak-kotak
pasir, dan di bawah tempat tinggal. Individu yang beresiko besar meliputi
seperti di perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat (93,1%) dan di perkebunan
kopi di Jawa Timur (80,69%).
Gigi lateral besar
Gigi medial kecil
Pertahanan terhadap banyak infeksi cacing diperankan oleh aktivasi sel Th2. Cacing merangsang subset Th2 sel CD4+ yang melepas IL-4 dan IL-5. IL-4 merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang perkembangan dan aktivasi eosinofil. IgE yang berikatan dengan permukaan cacing diikat eosinofil. Selanjutzya eosinofil diaktifkan dan mensekresi gi-anul enzim yang menghancurkan parasit.
Eosinofil lebih efektif dibanding leukosit lain oleh karena eosinofil mengandung granul yang lebih toksik dibanding enzim proteolitik dan RO yang diproduksi neutrofil dan makrofag. Cacing dan ekstrak cacing dapat merangsang produksi IgE yang nonspesifik. Reaksi inflamasi yang ditimbulkannya diduga dapat mencegah menempelnya cacing pada mukosa saluran cerna
Pertahanan terhadap banyak infeksi cacing diperankan oleh aktivasi sel Th2. Cacing merangsang subset Th2 sel CD4+ yang melepas IL-4 dan IL-5. IL-4 merangsang produksi IgE dan IL-5 merangsang perkembangan dan aktivasi eosinofil. IgE yang berikatan dengan permukaan cacing diikat eosinofil. Selanjutzya eosinofil diaktifkan dan mensekresi gi-anul enzim yang menghancurkan parasit.
Eosinofil lebih efektif dibanding leukosit lain oleh karena eosinofil mengandung granul yang lebih toksik dibanding enzim proteolitik dan RO yang diproduksi neutrofil dan makrofag. Cacing dan ekstrak cacing dapat merangsang produksi IgE yang nonspesifik. Reaksi inflamasi yang ditimbulkannya diduga dapat mencegah menempelnya cacing pada mukosa saluran cerna
Telur keluar bersama tinja pada kondisi yang menguntungkan (lembab,
hangat, dan tempat yang teduh). Setelah itu, larva menetas dalam 1-2 hari. Larva
rabditiform tumbuh di tinja dan/atau tanah, dan menjadi larva filariform (larva
stadium tiga) yang infektif setelah 5 sampai 10 hari. Larva infektif ini dapat
bertahan selama 3 sampai 4 minggu di kondisi lingkungan yang sesuai. Pada
kontak dengan pejamu hewan (anjing dan kucing), larva menembus kulit dan
dibawa melalui pembuluh darah menuju jantung dan paru-paru. Larva kemudian
menembus alveoli, naik ke bronkiolus menuju ke faring dan tertelan. Larva
mencapai usus kecil, kemudian tinggal dan tumbuh menjadi dewasa. Cacing
dewasa hidup dalam lumen usus kecil dan menempel di dinding usus. Beberapa
larva ditemukan di jaringan dan menjadi sumber infeksi bagi anak anjing melalui
transmammary atau transplasenta. Manusia juga dapat terinfeksi dengan cara
larva filariform menembus kulit. Pada sebagian besar spesies, larva tidak dapat
berkembang lebih lanjut di tubuh manusia dan bermigrasi tanpa tujuan di
epidermis. Beberapa larva dapat bertahan pada jaringan yang lebih dalam setelah
bermigrasi di kulit
Daerah yang berkontak dengan pasir/tanah yang tercemar
Terutama kaki (petani) atau bokong (berjemur telanjang di pantai)
Golongan jamur dermatofita merupakan kelompok jamur berfilamen, yang terbagi dalam 3 genus yaitu Trychophyton, Mycrosporum, dan Epidermophyton. Jamur ini dapat menginfeksi jaringan keratin manusia maupun binatang.
tepi yang aktif dengan perkembangan kearah luar, bercak-bercak bisa melebar
Sirsinar/anular: seperti lingkaran Arsinar: seperti bulansabit Polisiklik: bentuk pinggiran yang sambung menyambung
Steroid topikal superpoten kelas 1 (mis.krim klobetasol) untuk gatal
Suspensi tiabendazol topikal (500 mg/5 ml di bawah oklusi 3X sehari selama 1 minggu)
Tiabendazol oral (Mintezol; 50 mg/kg/hari dalam 2 dosis selama 2-5 hari) atau
Semprotan ini memang mengurangi gejala dengan memperlambat aktivitas larva cacing tambang pada suhu rendah, namun tidak membunuh larva tersebut,
Nitrogen cair diaplikasikan ke ujung lesi yang aktif