SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  26
XII IIA 2 / Kelompok 3 1
KATA PENGANTAR
Rasa puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan
pertolongan Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengomposan Skala Rumah Tangga”
tepat pada waktunya.
Makalah penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas pertanian tahun ajaran
2012/2013.
Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. Dwi Wahyu Hadi Santoso selaku Kepala SMAN 1 Srengat yang telah
menyediakan sarana maupun prasarana.
2. Ibu Siti Istatik,S.Pd selaku pengajar mata pelajaran pertanian yang telah
membimbing dengan senang hati.
3. Orang tua yang telah memberikan motivasi baik secara materil maupun non
materil.
4. Teman- teman yang telah mendukung dalam pembuatan laporan ini.
Semoga amal baik beliau-beliau di atas mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Disamping itu, kami juga mohon kritik dan saran kepada berbagai pihak yang bersifat
membangun demi pembuatan laporan yang lebih sempurna di masa mendatang.
Harapan kami, laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada
umumnya dan kepada adik-adik kelas Xdan XI IPA pada khususnya.
Blitar, 1 April 2013
Penulis
XII IIA 2 / Kelompok 3 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................... i
Motto dan Persembahan ...........................................................................................................
ii
Kata Pengantar.........................................................................................................................
iii
Daftar Isi....................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 2
1.6 Asumsi ........................................................................................................................ 2
1.7 Batasan Masalah.......................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos .................................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Kompos .................................................................................................... 3
2.2.1 Kompos Cacing .................................................................................................. 3
2.2.2 Kompos Bogase .................................................................................................. 4
2.2.3 Kompos Bogashi ................................................................................................ 6
2.3 Manfaat Kompos ........................................................................................................ 7
2.4 Terjadinya Kompos .................................................................................................... 8
2.5 Peralatan Pembuatan Kompos .................................................................................... 8
2.6 Pembuatan Kompos ................................................................................................... 9
2.7 Cara Pengomposan Skala Rumah Tangga ................................................................. 9
2.8 Faktor-Faktor Pembuatan Kompos
....................................................................................................................................................1
0
BAB III METODOLOGI PENGAMATAN
3.1 Pendekatan Pengamatan .............................................................................................
XII IIA 2 / Kelompok 3 3
16
3.2 Waktu dan Tempat Pengamatan .................................................................................
16
3.3 Fokus Pengamatan .....................................................................................................
16
3.4 Alat dan Bahan ...........................................................................................................
17
3.5 Prosedur Pengamatan .................................................................................................
18
3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................................................
18
BAB IV HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pertumbuhan ......................................................................
19
4.2 Analisis Data ..............................................................................................................
19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................
21
5.2 Saran............................................................................................................................
21
LAMPIRAN .............................................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................
23
XII IIA 2 / Kelompok 3 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan bahan organik
seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Sedangkan proses pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air, yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Menurut UUD 1945 pasal 33 ayat 3 juga disebutkan “Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”. Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan,
sensitivitas terhadap lingkungan dan pemberian zat hara seperti pupuk kompos akan
sangat mempengaruhi pertumbuan tanaman.
Selain itu seperti yang terlihat dalam masyarakat, perkembangan kreatifitas
pengelolaan semakin maju searah dengan perkembangan penduduk. Pembuatan pupuk
kompos pun semakin mudah dilakukan. Pupuk kompos telah banyak mengalami
perbaikan - perbaikan, misalnya saja sampah organik yang digunakan memiliki nisbah
C/N standar sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Menurut pendapat penulis, pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari kumpulan
bahan – bahan organik sisa sampah rumah tangga, seperti percampuran sampah hijau dan
sampah cokelat.Pembuatan pupuk kompos ini, mempunyai banyak manfaat terutama
dapat menggemburkan tanah sehingga menghasilkan tekstur tanah yang baik dan
menghasilkan hasil panen yang berlimpah.Selain itu, juga dapat menghemat biaya dalam
pembuatan pupuk kompos.Dengan memperhatikan ulasan uraian yang ada di atas maka
laporan ini berjudul “Laporan Hasil Pengamatan Proses Pembuatan Kompos Organik
Skala Rumah Tangga”.
XII IIA 2 / Kelompok 3 5
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah hasil proses pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga dari
bahan limbah rumah tangga (limbah organik) dengan bioaktivator EM4 selama 6 minggu?
1.3 Tujuan Pengamatan
1.3.1 Untuk mengetahui hasil proses pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga
dari bahan limbah rumah tangga (limbah organik) dengan bioaktivator EM4
selama 6 minggu.
1.3.2 Untuk mengetahui teknik pembuatan pupuk kompos
1.4Asumsi Pengamatan
Pada pembuatan kompos kali ini akan berhasil karena bahan-bahan pengomposan
sudah dipilih dari yang kemungkinan besar bisa dibuat kompos dan kami sudah
membuatnya dengan mencampurkan larutan EM4 dengan dosis yang sesuai sehingga
sudah sesuai dengan teknik membuat kompos.
1.5Batasan Masalah
Dalam melakukan pengamatan, penulis juga mempunyai batasan masalah. Adapun
batasan masalah dalam pengamatan ini yaitu :
1.5.1 Bahan kompos dari limbah rumah tangga (limbah organik).
1.5.2 Bahan kompos sejumlah 1 timba
XII IIA 2 / Kelompok 3 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos
Kompos didefinisikan sebagai berikut: kompos adalah hasil dekomposisi dari
campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi
lingkungan yang hangat, lembab.
Kompos adalah hasil pelapukan bahan organik (sisa-sisa tanaman.seresah) menjadi
suatu bahan yang menyerupai tanah atau sering dikenal dengan sebutan humus (bunga
tanah). Kompos terjadi secara alamiah tetapi proses terjadinya dapat dipercepat melalui
aktivitas jasad renik (bakteri) pengurai.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah kompos
merupakan bahan terbaik walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu .Pemberian
kompos ke dalam tanah secara kontinyu dapat tmemperbaiki sifat dan karakteristik
keadaan tanah secara umum.
Kompos bukanlah suatu obat Thok Cer atau satu-satunya yang mujarab
untuk mengatasi semua masalah tanah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, kompos
dapat disepadankan dengan asuransi kesehatan atau semacam deposito berjangka.
Sifat kompos dalam perbaikan kesuburan tanah agak berbeda dengan pupuk yang
secara umum diperdagangkan. Kandungan hara kompos secara relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik, namum nilai kelengkapan kandungan hara
kompos berada dalam posisi yang lebih unggul.
2.2 Jenis-Jenis Kompos
2.2.1 Kompos Cacing
Kompos cacing atau vermicompost adalah pupuk yang berasal dari kotoran
cacing (vermics). Pupuk ini dibuat dengan memelihara cacing dalam tumpukan
sampah organik hingga cacing tersebut berkembang biak di dalamnya dan
menguraikan sampah organik dan menghasilkan kotoran. Proses ini dikenal
sebagai vermiksisasi (Murbandono, 1994). Proses pembuatan kompos jenis ini
tidak berbeda dengan pembuatan kompos pada umumnya; yang membedakan
XII IIA 2 / Kelompok 3 7
hanya starternya yang berupa cacing.
Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing
memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel-
partikelnya lebih kecil dan lebih kaya akan bahan organik sehingga memiliki
tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan media tanam. Kompos cacing
memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan bahan organik yang
diurainya.
Spesies cacing yang umum digunakan dalam proses ini diantaranya Eisenia
foetida, Eisenia hortensis, dan Perionyx excavatus, namun cacing biasa
(Lumbricus terestris) juga dapat digunakan.
2.2.2 Kompos Bagase
Kompos yang dibuat dari ampas tebu (bagase), yaitu limbah padat sisa
penggilingan batangtebu.Kompos ini terutama ditujukan untuk perkebunan
tebu. Pabrik gula rata-rata menghasilkan bagase sekitar 32% bobot tebu yang
digiling.Sebagian besar bagase dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, namun
selalu ada sisa bagase yang tidak termanfaatkan yang disebabkan oleh stok bagase
yang melebihi kebutuhan pembakaran oleh boiler pabrik. Sisa bagase ini di masa
depan diperkirakan akan bertambah seiring meningkatnya kemajuan teknologi
yang mampu meningkatkan efisiensi pabrik pengolahan tebu,
termasuk boiler pabrik.
Limbah bagase memiliki kadar bahan organik sekitar 90%,
kandungan N 0.3%, P2O5 0.02%,K2O 0.14%, Ca 0.06%, dan Mg 0.04%
(Toharisman, 1991). Pemberian kompos campuran bagase, blotong, dan
abu boiler pabrik pengolahan tebu dapat meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan
K dalam tanah, kadar bahan organik, pH tanah, serta kapasitas menahan air
(Ismail, 1987). Hasil penelitian Riyanto (1995) menunjukkan bahwa pemberian
kompos bagase 4-6 ton/ha dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK hingga
50%.
Bahan pembuatan kompos bagase yaitu bagase dan kotoran sapi yang
XII IIA 2 / Kelompok 3 8
dimanfaatkan sebagai bioaktivator, dengan perbandingan volume 3:1. Penambahan
kotoran sapi selain sebagai bioaktivator juga untuk menurunkan rasio C/N. Bagase
dan kotoran sapi ditumpuk berselingan dengan tebal bagase 30 cm dan tebal
kotoran sapi 10 cm, lalu di tumpukan teratas diberikan jerami sebagai penutup.
Pengomposan dilakukan dengan sistem windrowmenggunakan saluran udara yang
terbuat dari bambu yang dipasang secara vertikal dan horizontal. Selama proses
pengomposan, dilakukan penyiraman secara rutin diikuti dengan pemeriksaan
suhu dan kelembaban. Tumpukan bagase dibalik setiap minggu atau ketika
kelembaban melebihi 70%. Proses pengomposan membutuhkan waktu 3 bulan
hingga kompos menunjukkan warna coklat tua hingga hitam.
Hasil Analisis Kompos Bagase
dengan Starter Kotoran Sapi
Sifat kompos Kandungan
Kadar air (%) 64.23
pH 4.95
C (%) 20.47
N (%) 1.12
Rasio C/N 18.00
P2O5 (%) 0.08
K2O (ppm) 75.29
SO4 (%) 0.02
Ca (%) 0.08
Mg (ppm) 91.69
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan
Hortikultura Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase
(kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu
(Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan
setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan dengan yang tanpa kompos,
namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapanfosfor, kalium,
dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan
tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
XII IIA 2 / Kelompok 3 9
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
2.2.3 Kompos Bogashi
Bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan
starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang
biasanya berupa campuranmolasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi.
Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagian untuk proses pengomposan
berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang dengan cara yang lebih efisien.
Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan dari material
sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora
jamur, cacing,ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkanbir, sepanjang material
tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan.
Dalam proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah
dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan
bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji
kayu, ataupun kulit gandum dan batangjagung (Yusuf, 2000). Mikroorganisme
starter umumnya berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang
bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan sampah dapur dan
mempercepat pembusukan materi organik.
Umumnya pengomposan berlangsung selama 10-14 hari. Kompos yang
dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya; kompos bokashi
akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya namun lebih pucat. Pembusukan
akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di dalam tanah.
Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan
sebelum material organik diberikan ke alam.
Pupuk Bokashi, menurut Wididana et al (1996) dapat memperbaiki
sifat fisika, kimia, danbiologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga
kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi tidak meningkatkan
unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah,
sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003). Pupuk bokashi,
XII IIA 2 / Kelompok 3 10
seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga
dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah (Susilawati,
2000, dan Cahyani, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Cahyani (2003),
Penambahan pupuk bokashi berbahan dasar arang sekam padi dapat meningkatkan
nilai batas cair dan batas plastis tanah latosol, namun terjadi peningkatan indeks
plastisitas.Penambahan bokashi arang sekam padi juga berpengaruh terhadap
kekuatan geser tanah dan peningkatan tinggi maksimum tanaman.Bokashi juga
dapat digunakan untuk mengurangi kelengketan tanah terhadap alat dan mesin
bajak sehingga dapat meningkatkan performa alat dan mesin bajak (Yusuf, 2000),
dengan pengaplikasian bokashi sebelum pengolahan tanah dilakukan.
2.3 Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur
tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah
yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas
mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan
senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.Aktivitas mikroba tanah juga
diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.Tanaman yang
dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih
segar, dan lebih enak.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan
tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan
zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang
dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang,
halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh
tumbuhan.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
XII IIA 2 / Kelompok 3 11
Aspek Ekonomi:
1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2) Mengurangi volume/ukuran limbah
3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman :
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
2.4 Terjadinya Kompos
Sampah organic secara alami akan mengalami penguraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah,enzim dan jamur. Proses penguraian ini
memerlukan kondisi tertentu yaitu: suhu, udara dan kelembapan. Makin cocok
kondisinya, makin cepatpembentukan kompos, dalam 4-6 minggu sudah jadi.
Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi
kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba. Ini
pertanda mikroba menghancurkan bahan organic dan merubahnya menjadi kompos.
Suhu optimal untuk proses pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450
– 650
C.
jika terlalu panas, harus dibolak-balik, setidaknya sekali dalam tujuh hari.
2.5 Peralatan Pembuatan Kompos
Di dalam rumah (ruang keluarga, kamar makan) dan di depan dapur disediakan
dua tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah anorganik.
Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya
XII IIA 2 / Kelompok 3 12
diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air.Untuk menjaga kelembaban
bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.Dasar bak
pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke
bawah.Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
2.6 Pembuatan Kompos
Kompos merupakan hasil perombakan bahan organic oleh mikroba dengan hasil
akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah.Bahan yang ideal untuk
dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan
memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organic yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi
diatas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu
rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan
berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi
mikroba efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan
kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikroba
agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organic. Yang dimaksud mikroba
disini adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan baku kompos organic adalah
jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya. Cara
pembuatan kompos bermacam-macam tergantung pada keadaan tempat, budaya orang,
mutu yang diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia
dan selera si pembuat.
2.7 Cara Pengomposan Skala Rumah Tangga
1. Mencampur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
2. Menambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan
dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja
mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat
pula dicampurkan.
3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah
sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah.
XII IIA 2 / Kelompok 3 13
Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos,
sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali
normal, kompos sudah jadi.
5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa
dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu,
kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal
untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%)
dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.Sampah organik sebaiknya dicacah
menjadi potongan kecil.Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-
activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko
pertanian.
2.8 Faktor-Faktor Pembuatan Kompos
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan
dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut
akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya
kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke
tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses
pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:
1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan
N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup
C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba
akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi,
terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa
gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan
perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman,
1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung
banyak senyawa nitrogen.
XII IIA 2 / Kelompok 3 14
Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga
menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan
kompos.Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume
total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen
untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen
akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat
penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada
suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan
organik tersebut larut di dalam air.Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk
metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila
kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya
aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan
langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur
akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses
dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos.Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian
XII IIA 2 / Kelompok 3 15
mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang
tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang
optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak
umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh,
proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH
(pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung
nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang
sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan
dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung
bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.Logam-logam berat seperti Mg,
Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam
berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik
bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau
tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan
berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar
matang.
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak,
1992)
Kondisi
Konsisi yang bisa
diterima
Ideal
Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1
Kelembaban 40 – 65 % 45 – 62 % berat
Konsentrasi oksigen
tersedia
> 5% > 10%
Ukuran partikel 1 inchi bervariasi
Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd
XII IIA 2 / Kelompok 3 16
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 66oC 54 -60oC
Faktor-faktor yang paling penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan
karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban,
aerasi, suhu, macam dan kemampuan jassad renik yang terlibat, penggunaan inokulan,
penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik patogen.
Ada dua aspek yang berhubungan dengan kesehatan dalam penggunaan limbah
pertanian dan kotoran manusia. Pertama proses pengomposan akan menyebabkan
hilangnya sumber penularan penyakit dan kedua akan meningkatkan nutrisi apabila
kembali ke tanah sebagai penyedia humus.
Seperti diketahui kebutuhan lahan akan bahan organik terus meningkat sejalan
dengan menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah, rendahnya daya
ikat air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah. Lebih-lebih lagi
adanya kenyataan bahwa penanaman pupuk hijau semakin langka dan semakin
meningkatnya pemakaian pupuk buatan terutama lahan yang diusahakan secara intensif,
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Selulosa adalah bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari
seluruh bahan organik tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia ini dan paling susah
didegradasi. Bahan ini akan membentuk kira-kira 60 % dari seluruh bahan apabila di
daur ulang. Kalau dibiarkan, bahan ini akan menimbulkan limbah dalam jumlah yang
sangat besar. Untuk meningkatkan produktivitasnya perlu adanya usaha untuk mendaur
ulang, salah satu caranya adalah dengan cara pengomposan
Sejumlah jasad renik mampu merombak selulosa. Diketahui bahwa ada lebih
kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses pengomposan.
Jamur mempunyai andil yang sangat penting dalam pemecahan selulosa dan
dikelompokkan berdasarkan toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik (
40o
C ), mesophilik (20-400
C) dan ada juga yang termasuk dalam kelompok
psychrophilik (di bawah 200
C). Adanya jasad renik perombak selulosa berkaitan erat
dengan keberadaan bahan selulosa di alam.
Dengan demikian jasad renik perombak selulosa merupakan salah satu faktor
keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan di bumi
XII IIA 2 / Kelompok 3 17
ini.
Seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah bagian
dari usaha untuk mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan
material pembentuk kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya
yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya.
Salah satu cara untuk mendapatkan kompos secara tepat adalah dengan
menggunakan aktivator yang berupa bahan yang mengandung nitrogen atau fosfor atau
juga berupa inokulan kapang unggul yang berperan memecah selulose dalam proses
pembuatan kompos, agar waktu pembuatan kompos lebih diperpendek.
Proses pembuatan komposnya sendiri harus berpegang pada sistem kerja bersama
beberapa mikroba yang mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dalam suatu
tatanan tertentu.
Mengingat keadaan seperti tersebut di atas, maka kompos sebagai salah satu pupuk
alam akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk
hijau. Ditambah pula bahwa bahan - bahan organik untuk pembuatan kompos di lahan
pertanian/perkebunan yang berupa jerami padi, pohon jagung, rumput-rumput
kering,serabut kelapa,limbah pabrik kelapa sawit, penggilingan padi, eceng gondok dsb,
cukup berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Di samping limbah cair yang berasal
dari kotoran ternak, pabrik tepung tapioka, pembuatan tahu, tempe dsb yang semestinya
dapat digunakan sebagai bahan pembuat kompos umumnya masih terbuang percuma.
Dengan demikian kompos diharapkan dapat diandalkan sebagai bahan penyubur di lahan
pertanian maupun perkebunan atau dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas
galian tambang, atau penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah
lahan asam.
Seperti diketahui di daerah tropik kandungan bahan organik di dalam tanah
diperkirakan hanya 1% saja.Di lahan yang ditanami, kandungan organik lahan tersebut
makin lama makin berkurang karena terjadi biodegradasi secara terus menerus.Untuk
mengatasinya paling tidak setahun sekali lahan tersebut perlu diberi tambahan bahan
organik, seperti kompos.
Aktivitas mikrobiologis dalam tanah terjadi bukan saja oleh jasad renik yang
tumbuh dan berkembang dalam kompos tetapi kehadirannya dapat menstimulir jasad
renik yang telah ada dalam tanah.Pemberian kompos dapat menstimulir aktivitas
XII IIA 2 / Kelompok 3 18
amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi nitrogen dan fosforilisasi, yang disebabkan oleh kerja
berbagai jasad renik dalam tanah. Oleh karena itu pemberian kompos ke dalam tanah
akan meningkatkan produktivitas lahan secara permanen. Dan apabila para petani di
lahan kritis dapat membuat dan menggunakananya sebagai bahan suplemen pupuk
anorganik diharapkan produktivitas lahan tersebut akan meningkat. Tentu saja
penggunaan bahan limbah yang berlimpah sebagai bahan pembuatan kompos, akan
mengurangi penggunaan pupuk anorganik oleh para petani setempat yang harganya
relatif mahal.
Kompos sebagai penyedia unsur hara utama nutrien tanah (NPK) dan sebagai
penyedia mikronutrien yang mengalami degradasi apabila lahan tersebut digarap secara
intensif dengan sasaran produktivitas tinggi.Kompos yang berbentuk koloidal dalam
tanah dan bermuatan negatif dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah sehingga
berbentuk granular.Oleh karena itu kompos dapat memperbaiki struktur, tekstur dan
kelembutan tanah.
XII IIA 2 / Kelompok 3 19
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Pendekatan Pengamatan
Dalam penelitian ini penulis mengggunakan pendekatan eksperimen karena lebih
mudah dibuktikan secara langsung.Selain itu pengamatan ini dengan mengamati objek
secara actual.
3.2 Waktu Dan Tempat Pengamatan
Waktu dan tempat yang telah ditetapkan untuk melakukan pengamatan ini yaitu:
Waktu : 9 Febrari 2013 sampai dengan 31 April 2013
Tempat : Dilaksanakan di salah satu rumah anggota kelompok yaitu Hafshah Zuhairoh
yang bertempat tinggal di desa Kauman RT 02 RW 02, Srengat, Blitar .
3.3 Fokus Pengamatan
Fokus dari pengamatan ini adalah pengamatan pembuatan pupuk kompos skala
rumah tangga selama 6 minggu.
3.3.1 Sumber dan Jenis Pengamatan:
Sumber dan jenis pengamatan ini adalah dari sumber buku yang
berhubungan dengan pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga dan
menggunakan tabel data untuk memudahkan pengamatan.
3.3.2 Rancangan Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan ini dimulai pada tanggal 2013, dengan diawali
proses pembuatan larutan bioaktivator di sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan
menyusun kerikil,pasir,tanah,sampah hijau,sampah coklat,abu dapur,dan sekam
bakar ke dalam timba besar. Campuran tersebut ditambahkan dengan larutan
bioaktivator.Kemudian penulis mengamati perkembangan kompos tersebut secara
rutin.Pengamatan dan perawatan dilakukan satu minggu sekali, dan untuk data
XII IIA 2 / Kelompok 3 20
hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan.Sedangkan proses
perawatan yang dimaksudkan di atas meliputi proses pembalikan untuk
pengendalian PH, serta pengendalian suhu.
3.4 Alat Dan Bahan
3.4.1 Alat dan bahan pada saat proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut:
Alat :
- Timba besar 1 buah
- Talenan 1 buah
- Plastik 4 buah
- Cangkul 1 buah
- Pisau 2 buah
- Nampan besar 1 buah
Bahan :
- Batu kerikil
- Sampah rumah tangga
- Sampah cokelat yaitu kotoran kambing
- Sekam bakar
- Abu dapur
- Larutan EM
- Tanah humus
3.4.2 Alat dan bahan pada saat pengemasan kompos adalah sebagai berikut:
Alat :
- Ember 1 buah
- yakan 1 buah
- Plastik pengemas 5 buah
- Sarung tangan 1 pasang
- Cetok 1 buah
Bahan:
Kompos yang telah jadi
XII IIA 2 / Kelompok 3 21
3.5 Prosedur Pengamatan
Dalam pengamatan ini, penulis melaksanakan prosedur pengamatan sebagai berikut:
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan
2. Memotong dan mencacah sampah rumah tangga atau sampah hijau menjadi
bagian –bagian kecil
3. Menyusun kerikil,pasir,tanah humus, sampah hijau,sampah cokelat,abu
dapur,serbuk gergaji, kedalam timba besar yang sudah dilubangi bagian
kiri,kanan,bawah dan bagian tutupnya.
4. Menambahkan larutan EM yang telah diencerkan 1:10 dengan air
5. Menutup timba besar rapat –rapat dengan tutup timba
6. Meletakkan timba besar ditempat yang terlindung dari cahaya matahari
langsung,terlindung dari genangan air dan mempunyai lantai yang rata.
7. Melakukan perawatan kompos dengan cara setiap 7 hari dilakukan pembalik
sesuai keadaan kompos.
8. Mencatat dan mendokumentasikan pengamatan yang dilakukan setiap
pengamatan
3.6 Teknik Analisa Data
Untuk pengamatan ini pengamat memilih menggunakan jenis data berupa tabel
pengamatan kualitatif sehingga dapat dengan mudah menganalisa data yang diperoleh dari
pegamatan. Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
padatekstur,warna,kelembapan dan bau bakal kompos.. Hal ini dilakukanelama 6 Minggu
, kemudian mencatat hasilnya pada tabel pengamatan setiap seminggu sekali.
XII IIA 2 / Kelompok 3 22
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pengomposan
Bahan kompos: daun kemangi, daun bayam, kenikir, belimbing, kotoran kambing dan abu
dapur.
Tanggal Mingggu Ke Warna Tekstur Kelembapan Ket.
10 -02- 2013 0 Hijau Kasar Lembab
cenderung
basah
Penambahan
EM4, Berbau
busuk
17 -02- 2013 1 Hijau Kasar Lembab
sedikit basah
Suhu
meningkat,
berbau busuk
24-03- 2013 2 Hijau agak
coklat
Kasar Lembab
sedikit basah
Suhu
meningkat,
berbau
3 -03-2013 3 Coklat Kasar >
halus
Lembab Suhu turun,
berbau
10 -03-2013 4 Coklat Kasar >
Halus
Lembab Suhu turun,
tidak berbau
17 -03-2013 5 Hitam Kasar <
Halus
Lembab Suhu turun,
tidak berbau
24 -03-2013 6 Hitam
Kecoklatan
Halus Lembab Suhu normal,
tidak berbau
4.2 Analisi Data
Pada minggu ke-0 campuran kompos masih kasar dan berbau.Temperature
kompos meningkat setelah satu hari pengomposan, dan terdapat titik-titik air pada tutup
ember.Pada dua minggupertama tesktur calon kompos masih kasar.Tinggi permukaan
kompos sudah berubah.Sampah hijau mulai membusuk, aroma masih berbau busuk.Suhu
XII IIA 2 / Kelompok 3 23
pada calon kompos meningkat.
Pada minggu ke-3dan ke-4 tesktur sampah sudah mulai hancur. Sampah masih
mengumpal, tinggi permukaan timbunan calon kompos semakin menurun.Pada minggu
ini suhu turun.Pada minggu ke-5 sampah yang membusuk masih terdapatgumpalan.Warna
kompos mulai coklatkehitaman.Pada minggu ini suhumulai normal.
Pada dua minggu terakhir yaitu minggu ke-6 dan ke-7sampah sudah hancur dan
adabeberapa kotoran kambing yang sedikit menggumpal. Warna kompos lebih hitam,
tidak mengeluarkan aroma busuk dan suhu sudah normal.Tetapi masih terdapat titik-titik
air pada tutup ember.
Perubahan dari sampah hijau dan sampah coklat untuk menjadi kompos
membutuhkan waktu yang lamajika tidak dibantu dengan larutan EM-4 sebagai
katalis.Campuran untuk pembuatan kompos berpengaruh pada hasil akhir pupuk kompos
tersebut. Jika bahan campuran sampah banyak mengandung air seperti buah-buahan maka
akan menghasilkan cairan (jus) sebagai hasil samping dari pembusukan sampah. Tetapi
jika bahan yang digunakan sedikit bahan basah, cairan (jus) yang dihasilkan sangat
sedikit.
Komposisi sampah dan larutan EM yang digunakan harus seimbang agar
meghasilkan kompos yang sempurna. Jika tidak seimbang, kompos akan membutuhkan
waktu lama untuk kering dan tidak lembab. Sehingga memerlukan lebih banyak waktu
dalam proses pengemasan ataupun pemakaian selanjutnya.
XII IIA 2 / Kelompok 3 24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Komposisi campuran sampah, jumlah larutan EM-4 dan jumlah sampah yang
digunakan berpengaruh pada keberhasilan pembuatan kompos skala rumah tangga. Waktu
pembalikan campuran calon kompos yang benar danteratur juga sangat mempengaruhi
keberhasilan pengomposan. Karena berpengaruh pada kerja mikroorganisme untuk
pembusukan dan penguraikan sampah.
5.2 Saran
Komposisi dan jumlah bahan campuran kompos harus sebanding.Larutan EM yang
digunakan juga cukup sehingga kelembapan campuran sampah sesuai. Pemotongan
sampah-sampah sebaiknya dengan ukuran yang kecil-kecil agar mempercepat proses
pembusukan oleh baktersi dan mikroorganisme lainnya. Pembalikan kompos setiap
minggu dilaksanakan sedisiplin mungkin dan dapat merata untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
XII IIA 2 / Kelompok 3 25
LAMPIRAN GAMBAR
Menyiapkan Tempat
Pemupukan
t
Mencincang Campah
Hijau
Mencampur sampah
Melembutkan Sampah
Coklat
Mencampur sampah
Membakar Umput Kayu
Menyusun Bahan untuk
Membuat Kompos
Menutup Wadah
Pembalikan Kompos Titik-Titik Air pada
Tutup Wadah
Pengemasan Kompos
XII IIA 2 / Kelompok 3 26
DAFTAR PUSTAKA
http://kompos-menyuburkan.blogspot.com/ diakses pada Rabu, 20 Maret 2013
http://llmu-tanah.blogspot.com/2012/06/pembuatan-kompos-organik.html diakses pada
Kamis, 21 Maret 2013
http://siiojost.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-kompos.html
http://www.scribd.com/doc/82514815/cara-pengomposan
LKSPertanian Semester II

Contenu connexe

Tendances

Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhh
Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhhJenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhh
Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhhsitisariah
 
Dedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalam
Dedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalamDedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalam
Dedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalamDedi Firmanto
 
Teknis pembuatan pupuk organik padat
Teknis pembuatan  pupuk organik padatTeknis pembuatan  pupuk organik padat
Teknis pembuatan pupuk organik padatpandirambo900
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...UNESA
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Dimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran Razak
Dimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran RazakDimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran Razak
Dimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran RazakMudrikan Nacong
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan komposeka42853
 
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianPPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianNestri Yuniardi
 
Bab 7 -penyuluhan
Bab 7   -penyuluhanBab 7   -penyuluhan
Bab 7 -penyuluhanrahmat tj
 
Sorgum (sorghum bicolor L)
Sorgum (sorghum bicolor L)Sorgum (sorghum bicolor L)
Sorgum (sorghum bicolor L)Sanda Ratna Sari
 
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiIrigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiPurwandaru Widyasunu
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Jidun Cool
 
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Hari Prasetyo
 

Tendances (20)

Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhh
Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhhJenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhh
Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhh
 
Dedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalam
Dedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalamDedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalam
Dedi firmanto komunikasi, adopsi, dan difusi inovasi dalam
 
Makalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dariMakalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dari
 
Liesa
LiesaLiesa
Liesa
 
Makalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dariMakalah pupuk kompos dari
Makalah pupuk kompos dari
 
Teknis pembuatan pupuk organik padat
Teknis pembuatan  pupuk organik padatTeknis pembuatan  pupuk organik padat
Teknis pembuatan pupuk organik padat
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium s...
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Dimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran Razak
Dimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran RazakDimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran Razak
Dimensi Layanan Kesehatan Masyarakat Pesisir - Amran Razak
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan PertanianPPT Materi Penyuluhan Pertanian
PPT Materi Penyuluhan Pertanian
 
Bab 7 -penyuluhan
Bab 7   -penyuluhanBab 7   -penyuluhan
Bab 7 -penyuluhan
 
Sorgum (sorghum bicolor L)
Sorgum (sorghum bicolor L)Sorgum (sorghum bicolor L)
Sorgum (sorghum bicolor L)
 
Budidaya padi lebak
Budidaya padi lebakBudidaya padi lebak
Budidaya padi lebak
 
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiIrigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
 
Makalah budidaya tanaman pala
Makalah budidaya tanaman palaMakalah budidaya tanaman pala
Makalah budidaya tanaman pala
 
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
Sistem budidaya tanaman ( uu no. 12 tahun 1992)
 

En vedette

Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi BasiMembuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi BasiBunda Ratri
 
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk BokashiPraktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk BokashiHariyatunnisa Ahmad
 
Laporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharianLaporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharianSiti Purwaningsih
 
Laporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun tehLaporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun tehArie Setiawan
 
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...Nita_Arianty
 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organikdita wahyu
 
Makalah pengolahan air limbah
Makalah pengolahan air limbahMakalah pengolahan air limbah
Makalah pengolahan air limbahRizki Widiantoro
 
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisLaporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisYunan Malifah
 
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cairLaporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cairElsa S Pujiantari Husin
 
Laporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar Pagi
Laporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar PagiLaporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar Pagi
Laporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar PagiSMA N 1 TEGAL
 
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianOpissen Yudisyus
 
Cara analisis data
Cara analisis dataCara analisis data
Cara analisis datamohdkhamdani
 

En vedette (17)

Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi BasiMembuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
Membuat Mikroorganisme Lokal Dari Nasi Basi
 
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk BokashiPraktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
Praktikum Pembuatan Pupuk Bokashi
 
Laporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharianLaporan penelitian keragaman mata pencaharian
Laporan penelitian keragaman mata pencaharian
 
Praktikum Vertikultur Tanaman
Praktikum Vertikultur TanamanPraktikum Vertikultur Tanaman
Praktikum Vertikultur Tanaman
 
Laporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun tehLaporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun teh
 
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI SEBAGAI PENGGANTI BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA YA...
 
Laporan pengamatan
Laporan pengamatanLaporan pengamatan
Laporan pengamatan
 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organik
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Makalah pengolahan air limbah
Makalah pengolahan air limbahMakalah pengolahan air limbah
Makalah pengolahan air limbah
 
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopisLaporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
Laporan hasil pengamatan jamur mikroskopis
 
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cairLaporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
Laporan kimia-lingkungan-pembuatan-pupuk-cair
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Laporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar Pagi
Laporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar PagiLaporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar Pagi
Laporan Pengamatan di Pasar Tradisional Pasar Pagi
 
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanianMakalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
Makalah permasalahan dan strategi pengembangan sektor pertanian
 
Cara analisis data
Cara analisis dataCara analisis data
Cara analisis data
 

Similaire à Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakuraWila Dantika
 
KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting...
KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting... KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting...
KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting... Muhammad Miftah
 
Pengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitarPengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitarAnjani Martiana
 
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanPengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanEthelbert Phanias
 
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdfpptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdfNurAsmiRhodiyah
 
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...Nelson D. Purba
 
Penanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat IIIPenanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat IIIMochammad Rizki
 
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatLap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatSimon Patabang
 
Proposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanProposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanAnisa Fitri
 
Laporan study lingkungan
Laporan study lingkunganLaporan study lingkungan
Laporan study lingkunganDIANITA ARDI
 
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Mahros Darsin
 
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan Faktor lingkungan
Faktor lingkungan nanaMELIANA1
 

Similaire à Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga (20)

Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
komposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakurakomposting dan keranjang tatakura
komposting dan keranjang tatakura
 
strategi pengelolaan
strategi pengelolaanstrategi pengelolaan
strategi pengelolaan
 
KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting...
KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting... KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting...
KITCHENIC Kitchen Composter... Easy Composting...
 
Pengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitarPengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitar
 
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanPengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
 
PPT P5 Kompos.pptx
PPT P5 Kompos.pptxPPT P5 Kompos.pptx
PPT P5 Kompos.pptx
 
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdfpptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
pptp5kompos-230312094017-73d1353b.pdf
 
Kompos
KomposKompos
Kompos
 
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
PERAN WARGA NEGARA DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK BANGSA I...
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Penanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat IIIPenanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat III
 
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi MasyarakatLap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
Lap Akhir IbM Iptek Bagi Masyarakat
 
usulan penelitian
usulan penelitianusulan penelitian
usulan penelitian
 
Proposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaanProposal kewirausahaan
Proposal kewirausahaan
 
Hafiz tugas tps
Hafiz tugas tpsHafiz tugas tps
Hafiz tugas tps
 
Laporan study lingkungan
Laporan study lingkunganLaporan study lingkungan
Laporan study lingkungan
 
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
 
Makalah biogas
Makalah biogas Makalah biogas
Makalah biogas
 
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan Faktor lingkungan
Faktor lingkungan
 

Plus de Hafshah Zuhairoh

Plus de Hafshah Zuhairoh (18)

buat yang sulit putus!
buat yang sulit putus!buat yang sulit putus!
buat yang sulit putus!
 
ini kalimat penenang
ini kalimat penenangini kalimat penenang
ini kalimat penenang
 
Identitas nasional
Identitas nasionalIdentitas nasional
Identitas nasional
 
Makalah Tarbiyah Istimroriyah
Makalah Tarbiyah IstimroriyahMakalah Tarbiyah Istimroriyah
Makalah Tarbiyah Istimroriyah
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaan
 
Petani rasional
Petani rasionalPetani rasional
Petani rasional
 
Pembangunan pertanian
Pembangunan pertanianPembangunan pertanian
Pembangunan pertanian
 
Ketahanan pangan
Ketahanan panganKetahanan pangan
Ketahanan pangan
 
Intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi
Intensifikasi, ekstensifikasi  dan diversifikasiIntensifikasi, ekstensifikasi  dan diversifikasi
Intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi
 
Sifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloidSifat & pembuatan koloid
Sifat & pembuatan koloid
 
Pertanyaan sistem koloid
Pertanyaan sistem koloidPertanyaan sistem koloid
Pertanyaan sistem koloid
 
Sistem koloid
Sistem koloidSistem koloid
Sistem koloid
 
Karya ilmiah bahasa indonesia
Karya ilmiah bahasa indonesiaKarya ilmiah bahasa indonesia
Karya ilmiah bahasa indonesia
 
Seni budaya
Seni budayaSeni budaya
Seni budaya
 
Fisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitasFisika inti dan radioaktivitas
Fisika inti dan radioaktivitas
 
Makalah pertanian polikultur
Makalah pertanian polikulturMakalah pertanian polikultur
Makalah pertanian polikultur
 
Wawasan Kebangsaan _-_ Jati Diri
Wawasan Kebangsaan _-_ Jati DiriWawasan Kebangsaan _-_ Jati Diri
Wawasan Kebangsaan _-_ Jati Diri
 

Dernier

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 

Dernier (20)

PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 

Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga

  • 1. XII IIA 2 / Kelompok 3 1 KATA PENGANTAR Rasa puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan pertolongan Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengomposan Skala Rumah Tangga” tepat pada waktunya. Makalah penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas pertanian tahun ajaran 2012/2013. Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada : 1. Drs. Dwi Wahyu Hadi Santoso selaku Kepala SMAN 1 Srengat yang telah menyediakan sarana maupun prasarana. 2. Ibu Siti Istatik,S.Pd selaku pengajar mata pelajaran pertanian yang telah membimbing dengan senang hati. 3. Orang tua yang telah memberikan motivasi baik secara materil maupun non materil. 4. Teman- teman yang telah mendukung dalam pembuatan laporan ini. Semoga amal baik beliau-beliau di atas mendapatkan balasan dari Allah SWT. Disamping itu, kami juga mohon kritik dan saran kepada berbagai pihak yang bersifat membangun demi pembuatan laporan yang lebih sempurna di masa mendatang. Harapan kami, laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan kepada adik-adik kelas Xdan XI IPA pada khususnya. Blitar, 1 April 2013 Penulis
  • 2. XII IIA 2 / Kelompok 3 2 DAFTAR ISI Halaman Judul.......................................................................................................................... i Motto dan Persembahan ........................................................................................................... ii Kata Pengantar......................................................................................................................... iii Daftar Isi....................................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2 1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 2 1.6 Asumsi ........................................................................................................................ 2 1.7 Batasan Masalah.......................................................................................................... 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kompos .................................................................................................... 3 2.2 Jenis-Jenis Kompos .................................................................................................... 3 2.2.1 Kompos Cacing .................................................................................................. 3 2.2.2 Kompos Bogase .................................................................................................. 4 2.2.3 Kompos Bogashi ................................................................................................ 6 2.3 Manfaat Kompos ........................................................................................................ 7 2.4 Terjadinya Kompos .................................................................................................... 8 2.5 Peralatan Pembuatan Kompos .................................................................................... 8 2.6 Pembuatan Kompos ................................................................................................... 9 2.7 Cara Pengomposan Skala Rumah Tangga ................................................................. 9 2.8 Faktor-Faktor Pembuatan Kompos ....................................................................................................................................................1 0 BAB III METODOLOGI PENGAMATAN 3.1 Pendekatan Pengamatan .............................................................................................
  • 3. XII IIA 2 / Kelompok 3 3 16 3.2 Waktu dan Tempat Pengamatan ................................................................................. 16 3.3 Fokus Pengamatan ..................................................................................................... 16 3.4 Alat dan Bahan ........................................................................................................... 17 3.5 Prosedur Pengamatan ................................................................................................. 18 3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................................. 18 BAB IV HASIL DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pertumbuhan ...................................................................... 19 4.2 Analisis Data .............................................................................................................. 19 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 21 5.2 Saran............................................................................................................................ 21 LAMPIRAN ............................................................................................................................. 22 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23
  • 4. XII IIA 2 / Kelompok 3 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan bahan organik seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air, yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Menurut UUD 1945 pasal 33 ayat 3 juga disebutkan “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan dan pemberian zat hara seperti pupuk kompos akan sangat mempengaruhi pertumbuan tanaman. Selain itu seperti yang terlihat dalam masyarakat, perkembangan kreatifitas pengelolaan semakin maju searah dengan perkembangan penduduk. Pembuatan pupuk kompos pun semakin mudah dilakukan. Pupuk kompos telah banyak mengalami perbaikan - perbaikan, misalnya saja sampah organik yang digunakan memiliki nisbah C/N standar sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Menurut pendapat penulis, pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari kumpulan bahan – bahan organik sisa sampah rumah tangga, seperti percampuran sampah hijau dan sampah cokelat.Pembuatan pupuk kompos ini, mempunyai banyak manfaat terutama dapat menggemburkan tanah sehingga menghasilkan tekstur tanah yang baik dan menghasilkan hasil panen yang berlimpah.Selain itu, juga dapat menghemat biaya dalam pembuatan pupuk kompos.Dengan memperhatikan ulasan uraian yang ada di atas maka laporan ini berjudul “Laporan Hasil Pengamatan Proses Pembuatan Kompos Organik Skala Rumah Tangga”.
  • 5. XII IIA 2 / Kelompok 3 5 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah hasil proses pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga dari bahan limbah rumah tangga (limbah organik) dengan bioaktivator EM4 selama 6 minggu? 1.3 Tujuan Pengamatan 1.3.1 Untuk mengetahui hasil proses pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga dari bahan limbah rumah tangga (limbah organik) dengan bioaktivator EM4 selama 6 minggu. 1.3.2 Untuk mengetahui teknik pembuatan pupuk kompos 1.4Asumsi Pengamatan Pada pembuatan kompos kali ini akan berhasil karena bahan-bahan pengomposan sudah dipilih dari yang kemungkinan besar bisa dibuat kompos dan kami sudah membuatnya dengan mencampurkan larutan EM4 dengan dosis yang sesuai sehingga sudah sesuai dengan teknik membuat kompos. 1.5Batasan Masalah Dalam melakukan pengamatan, penulis juga mempunyai batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam pengamatan ini yaitu : 1.5.1 Bahan kompos dari limbah rumah tangga (limbah organik). 1.5.2 Bahan kompos sejumlah 1 timba
  • 6. XII IIA 2 / Kelompok 3 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kompos Kompos didefinisikan sebagai berikut: kompos adalah hasil dekomposisi dari campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi lingkungan yang hangat, lembab. Kompos adalah hasil pelapukan bahan organik (sisa-sisa tanaman.seresah) menjadi suatu bahan yang menyerupai tanah atau sering dikenal dengan sebutan humus (bunga tanah). Kompos terjadi secara alamiah tetapi proses terjadinya dapat dipercepat melalui aktivitas jasad renik (bakteri) pengurai. Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah kompos merupakan bahan terbaik walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu .Pemberian kompos ke dalam tanah secara kontinyu dapat tmemperbaiki sifat dan karakteristik keadaan tanah secara umum. Kompos bukanlah suatu obat Thok Cer atau satu-satunya yang mujarab untuk mengatasi semua masalah tanah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, kompos dapat disepadankan dengan asuransi kesehatan atau semacam deposito berjangka. Sifat kompos dalam perbaikan kesuburan tanah agak berbeda dengan pupuk yang secara umum diperdagangkan. Kandungan hara kompos secara relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik, namum nilai kelengkapan kandungan hara kompos berada dalam posisi yang lebih unggul. 2.2 Jenis-Jenis Kompos 2.2.1 Kompos Cacing Kompos cacing atau vermicompost adalah pupuk yang berasal dari kotoran cacing (vermics). Pupuk ini dibuat dengan memelihara cacing dalam tumpukan sampah organik hingga cacing tersebut berkembang biak di dalamnya dan menguraikan sampah organik dan menghasilkan kotoran. Proses ini dikenal sebagai vermiksisasi (Murbandono, 1994). Proses pembuatan kompos jenis ini tidak berbeda dengan pembuatan kompos pada umumnya; yang membedakan
  • 7. XII IIA 2 / Kelompok 3 7 hanya starternya yang berupa cacing. Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel- partikelnya lebih kecil dan lebih kaya akan bahan organik sehingga memiliki tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan media tanam. Kompos cacing memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan bahan organik yang diurainya. Spesies cacing yang umum digunakan dalam proses ini diantaranya Eisenia foetida, Eisenia hortensis, dan Perionyx excavatus, namun cacing biasa (Lumbricus terestris) juga dapat digunakan. 2.2.2 Kompos Bagase Kompos yang dibuat dari ampas tebu (bagase), yaitu limbah padat sisa penggilingan batangtebu.Kompos ini terutama ditujukan untuk perkebunan tebu. Pabrik gula rata-rata menghasilkan bagase sekitar 32% bobot tebu yang digiling.Sebagian besar bagase dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, namun selalu ada sisa bagase yang tidak termanfaatkan yang disebabkan oleh stok bagase yang melebihi kebutuhan pembakaran oleh boiler pabrik. Sisa bagase ini di masa depan diperkirakan akan bertambah seiring meningkatnya kemajuan teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi pabrik pengolahan tebu, termasuk boiler pabrik. Limbah bagase memiliki kadar bahan organik sekitar 90%, kandungan N 0.3%, P2O5 0.02%,K2O 0.14%, Ca 0.06%, dan Mg 0.04% (Toharisman, 1991). Pemberian kompos campuran bagase, blotong, dan abu boiler pabrik pengolahan tebu dapat meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan K dalam tanah, kadar bahan organik, pH tanah, serta kapasitas menahan air (Ismail, 1987). Hasil penelitian Riyanto (1995) menunjukkan bahwa pemberian kompos bagase 4-6 ton/ha dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK hingga 50%. Bahan pembuatan kompos bagase yaitu bagase dan kotoran sapi yang
  • 8. XII IIA 2 / Kelompok 3 8 dimanfaatkan sebagai bioaktivator, dengan perbandingan volume 3:1. Penambahan kotoran sapi selain sebagai bioaktivator juga untuk menurunkan rasio C/N. Bagase dan kotoran sapi ditumpuk berselingan dengan tebal bagase 30 cm dan tebal kotoran sapi 10 cm, lalu di tumpukan teratas diberikan jerami sebagai penutup. Pengomposan dilakukan dengan sistem windrowmenggunakan saluran udara yang terbuat dari bambu yang dipasang secara vertikal dan horizontal. Selama proses pengomposan, dilakukan penyiraman secara rutin diikuti dengan pemeriksaan suhu dan kelembaban. Tumpukan bagase dibalik setiap minggu atau ketika kelembaban melebihi 70%. Proses pengomposan membutuhkan waktu 3 bulan hingga kompos menunjukkan warna coklat tua hingga hitam. Hasil Analisis Kompos Bagase dengan Starter Kotoran Sapi Sifat kompos Kandungan Kadar air (%) 64.23 pH 4.95 C (%) 20.47 N (%) 1.12 Rasio C/N 18.00 P2O5 (%) 0.08 K2O (ppm) 75.29 SO4 (%) 0.02 Ca (%) 0.08 Mg (ppm) 91.69 Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan dengan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapanfosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
  • 9. XII IIA 2 / Kelompok 3 9 diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu. 2.2.3 Kompos Bogashi Bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuranmolasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang dengan cara yang lebih efisien. Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan dari material sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing,ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkanbir, sepanjang material tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan. Dalam proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit gandum dan batangjagung (Yusuf, 2000). Mikroorganisme starter umumnya berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan sampah dapur dan mempercepat pembusukan materi organik. Umumnya pengomposan berlangsung selama 10-14 hari. Kompos yang dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya; kompos bokashi akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya namun lebih pucat. Pembusukan akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di dalam tanah. Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan sebelum material organik diberikan ke alam. Pupuk Bokashi, menurut Wididana et al (1996) dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, danbiologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi tidak meningkatkan unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003). Pupuk bokashi,
  • 10. XII IIA 2 / Kelompok 3 10 seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah (Susilawati, 2000, dan Cahyani, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Cahyani (2003), Penambahan pupuk bokashi berbahan dasar arang sekam padi dapat meningkatkan nilai batas cair dan batas plastis tanah latosol, namun terjadi peningkatan indeks plastisitas.Penambahan bokashi arang sekam padi juga berpengaruh terhadap kekuatan geser tanah dan peningkatan tinggi maksimum tanaman.Bokashi juga dapat digunakan untuk mengurangi kelengketan tanah terhadap alat dan mesin bajak sehingga dapat meningkatkan performa alat dan mesin bajak (Yusuf, 2000), dengan pengaplikasian bokashi sebelum pengolahan tanah dilakukan. 2.3 Manfaat Kompos Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
  • 11. XII IIA 2 / Kelompok 3 11 Aspek Ekonomi: 1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2) Mengurangi volume/ukuran limbah 3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman : 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah 2.4 Terjadinya Kompos Sampah organic secara alami akan mengalami penguraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah,enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu yaitu: suhu, udara dan kelembapan. Makin cocok kondisinya, makin cepatpembentukan kompos, dalam 4-6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba. Ini pertanda mikroba menghancurkan bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untuk proses pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450 – 650 C. jika terlalu panas, harus dibolak-balik, setidaknya sekali dalam tujuh hari. 2.5 Peralatan Pembuatan Kompos Di dalam rumah (ruang keluarga, kamar makan) dan di depan dapur disediakan dua tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah anorganik. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya
  • 12. XII IIA 2 / Kelompok 3 12 diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air.Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah.Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap. 2.6 Pembuatan Kompos Kompos merupakan hasil perombakan bahan organic oleh mikroba dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah.Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organic yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi diatas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikroba efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional. Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikroba agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organic. Yang dimaksud mikroba disini adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan baku kompos organic adalah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya. Cara pembuatan kompos bermacam-macam tergantung pada keadaan tempat, budaya orang, mutu yang diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia dan selera si pembuat. 2.7 Cara Pengomposan Skala Rumah Tangga 1. Mencampur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat. 2. Menambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan. 3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk. 4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah.
  • 13. XII IIA 2 / Kelompok 3 13 Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi. 5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator. Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.Sampah organik sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil.Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio- activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian. 2.8 Faktor-Faktor Pembuatan Kompos Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain: Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
  • 14. XII IIA 2 / Kelompok 3 14 Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut. Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos.Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu. Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air.Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos.Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian
  • 15. XII IIA 2 / Kelompok 3 15 mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan. Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan. Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang. Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992) Kondisi Konsisi yang bisa diterima Ideal Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1 Kelembaban 40 – 65 % 45 – 62 % berat Konsentrasi oksigen tersedia > 5% > 10% Ukuran partikel 1 inchi bervariasi Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd
  • 16. XII IIA 2 / Kelompok 3 16 pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0 Suhu 43 – 66oC 54 -60oC Faktor-faktor yang paling penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, aerasi, suhu, macam dan kemampuan jassad renik yang terlibat, penggunaan inokulan, penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik patogen. Ada dua aspek yang berhubungan dengan kesehatan dalam penggunaan limbah pertanian dan kotoran manusia. Pertama proses pengomposan akan menyebabkan hilangnya sumber penularan penyakit dan kedua akan meningkatkan nutrisi apabila kembali ke tanah sebagai penyedia humus. Seperti diketahui kebutuhan lahan akan bahan organik terus meningkat sejalan dengan menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah, rendahnya daya ikat air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah. Lebih-lebih lagi adanya kenyataan bahwa penanaman pupuk hijau semakin langka dan semakin meningkatnya pemakaian pupuk buatan terutama lahan yang diusahakan secara intensif, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Selulosa adalah bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari seluruh bahan organik tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia ini dan paling susah didegradasi. Bahan ini akan membentuk kira-kira 60 % dari seluruh bahan apabila di daur ulang. Kalau dibiarkan, bahan ini akan menimbulkan limbah dalam jumlah yang sangat besar. Untuk meningkatkan produktivitasnya perlu adanya usaha untuk mendaur ulang, salah satu caranya adalah dengan cara pengomposan Sejumlah jasad renik mampu merombak selulosa. Diketahui bahwa ada lebih kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses pengomposan. Jamur mempunyai andil yang sangat penting dalam pemecahan selulosa dan dikelompokkan berdasarkan toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik ( 40o C ), mesophilik (20-400 C) dan ada juga yang termasuk dalam kelompok psychrophilik (di bawah 200 C). Adanya jasad renik perombak selulosa berkaitan erat dengan keberadaan bahan selulosa di alam. Dengan demikian jasad renik perombak selulosa merupakan salah satu faktor keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan di bumi
  • 17. XII IIA 2 / Kelompok 3 17 ini. Seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah bagian dari usaha untuk mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan material pembentuk kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya. Salah satu cara untuk mendapatkan kompos secara tepat adalah dengan menggunakan aktivator yang berupa bahan yang mengandung nitrogen atau fosfor atau juga berupa inokulan kapang unggul yang berperan memecah selulose dalam proses pembuatan kompos, agar waktu pembuatan kompos lebih diperpendek. Proses pembuatan komposnya sendiri harus berpegang pada sistem kerja bersama beberapa mikroba yang mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dalam suatu tatanan tertentu. Mengingat keadaan seperti tersebut di atas, maka kompos sebagai salah satu pupuk alam akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk hijau. Ditambah pula bahwa bahan - bahan organik untuk pembuatan kompos di lahan pertanian/perkebunan yang berupa jerami padi, pohon jagung, rumput-rumput kering,serabut kelapa,limbah pabrik kelapa sawit, penggilingan padi, eceng gondok dsb, cukup berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Di samping limbah cair yang berasal dari kotoran ternak, pabrik tepung tapioka, pembuatan tahu, tempe dsb yang semestinya dapat digunakan sebagai bahan pembuat kompos umumnya masih terbuang percuma. Dengan demikian kompos diharapkan dapat diandalkan sebagai bahan penyubur di lahan pertanian maupun perkebunan atau dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas galian tambang, atau penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah lahan asam. Seperti diketahui di daerah tropik kandungan bahan organik di dalam tanah diperkirakan hanya 1% saja.Di lahan yang ditanami, kandungan organik lahan tersebut makin lama makin berkurang karena terjadi biodegradasi secara terus menerus.Untuk mengatasinya paling tidak setahun sekali lahan tersebut perlu diberi tambahan bahan organik, seperti kompos. Aktivitas mikrobiologis dalam tanah terjadi bukan saja oleh jasad renik yang tumbuh dan berkembang dalam kompos tetapi kehadirannya dapat menstimulir jasad renik yang telah ada dalam tanah.Pemberian kompos dapat menstimulir aktivitas
  • 18. XII IIA 2 / Kelompok 3 18 amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi nitrogen dan fosforilisasi, yang disebabkan oleh kerja berbagai jasad renik dalam tanah. Oleh karena itu pemberian kompos ke dalam tanah akan meningkatkan produktivitas lahan secara permanen. Dan apabila para petani di lahan kritis dapat membuat dan menggunakananya sebagai bahan suplemen pupuk anorganik diharapkan produktivitas lahan tersebut akan meningkat. Tentu saja penggunaan bahan limbah yang berlimpah sebagai bahan pembuatan kompos, akan mengurangi penggunaan pupuk anorganik oleh para petani setempat yang harganya relatif mahal. Kompos sebagai penyedia unsur hara utama nutrien tanah (NPK) dan sebagai penyedia mikronutrien yang mengalami degradasi apabila lahan tersebut digarap secara intensif dengan sasaran produktivitas tinggi.Kompos yang berbentuk koloidal dalam tanah dan bermuatan negatif dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah sehingga berbentuk granular.Oleh karena itu kompos dapat memperbaiki struktur, tekstur dan kelembutan tanah.
  • 19. XII IIA 2 / Kelompok 3 19 BAB III METODE PENGAMATAN 3.1 Pendekatan Pengamatan Dalam penelitian ini penulis mengggunakan pendekatan eksperimen karena lebih mudah dibuktikan secara langsung.Selain itu pengamatan ini dengan mengamati objek secara actual. 3.2 Waktu Dan Tempat Pengamatan Waktu dan tempat yang telah ditetapkan untuk melakukan pengamatan ini yaitu: Waktu : 9 Febrari 2013 sampai dengan 31 April 2013 Tempat : Dilaksanakan di salah satu rumah anggota kelompok yaitu Hafshah Zuhairoh yang bertempat tinggal di desa Kauman RT 02 RW 02, Srengat, Blitar . 3.3 Fokus Pengamatan Fokus dari pengamatan ini adalah pengamatan pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga selama 6 minggu. 3.3.1 Sumber dan Jenis Pengamatan: Sumber dan jenis pengamatan ini adalah dari sumber buku yang berhubungan dengan pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga dan menggunakan tabel data untuk memudahkan pengamatan. 3.3.2 Rancangan Pengamatan Pelaksanaan pengamatan ini dimulai pada tanggal 2013, dengan diawali proses pembuatan larutan bioaktivator di sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun kerikil,pasir,tanah,sampah hijau,sampah coklat,abu dapur,dan sekam bakar ke dalam timba besar. Campuran tersebut ditambahkan dengan larutan bioaktivator.Kemudian penulis mengamati perkembangan kompos tersebut secara rutin.Pengamatan dan perawatan dilakukan satu minggu sekali, dan untuk data
  • 20. XII IIA 2 / Kelompok 3 20 hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan.Sedangkan proses perawatan yang dimaksudkan di atas meliputi proses pembalikan untuk pengendalian PH, serta pengendalian suhu. 3.4 Alat Dan Bahan 3.4.1 Alat dan bahan pada saat proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut: Alat : - Timba besar 1 buah - Talenan 1 buah - Plastik 4 buah - Cangkul 1 buah - Pisau 2 buah - Nampan besar 1 buah Bahan : - Batu kerikil - Sampah rumah tangga - Sampah cokelat yaitu kotoran kambing - Sekam bakar - Abu dapur - Larutan EM - Tanah humus 3.4.2 Alat dan bahan pada saat pengemasan kompos adalah sebagai berikut: Alat : - Ember 1 buah - yakan 1 buah - Plastik pengemas 5 buah - Sarung tangan 1 pasang - Cetok 1 buah Bahan: Kompos yang telah jadi
  • 21. XII IIA 2 / Kelompok 3 21 3.5 Prosedur Pengamatan Dalam pengamatan ini, penulis melaksanakan prosedur pengamatan sebagai berikut: 1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan 2. Memotong dan mencacah sampah rumah tangga atau sampah hijau menjadi bagian –bagian kecil 3. Menyusun kerikil,pasir,tanah humus, sampah hijau,sampah cokelat,abu dapur,serbuk gergaji, kedalam timba besar yang sudah dilubangi bagian kiri,kanan,bawah dan bagian tutupnya. 4. Menambahkan larutan EM yang telah diencerkan 1:10 dengan air 5. Menutup timba besar rapat –rapat dengan tutup timba 6. Meletakkan timba besar ditempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung,terlindung dari genangan air dan mempunyai lantai yang rata. 7. Melakukan perawatan kompos dengan cara setiap 7 hari dilakukan pembalik sesuai keadaan kompos. 8. Mencatat dan mendokumentasikan pengamatan yang dilakukan setiap pengamatan 3.6 Teknik Analisa Data Untuk pengamatan ini pengamat memilih menggunakan jenis data berupa tabel pengamatan kualitatif sehingga dapat dengan mudah menganalisa data yang diperoleh dari pegamatan. Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan padatekstur,warna,kelembapan dan bau bakal kompos.. Hal ini dilakukanelama 6 Minggu , kemudian mencatat hasilnya pada tabel pengamatan setiap seminggu sekali.
  • 22. XII IIA 2 / Kelompok 3 22 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pengomposan Bahan kompos: daun kemangi, daun bayam, kenikir, belimbing, kotoran kambing dan abu dapur. Tanggal Mingggu Ke Warna Tekstur Kelembapan Ket. 10 -02- 2013 0 Hijau Kasar Lembab cenderung basah Penambahan EM4, Berbau busuk 17 -02- 2013 1 Hijau Kasar Lembab sedikit basah Suhu meningkat, berbau busuk 24-03- 2013 2 Hijau agak coklat Kasar Lembab sedikit basah Suhu meningkat, berbau 3 -03-2013 3 Coklat Kasar > halus Lembab Suhu turun, berbau 10 -03-2013 4 Coklat Kasar > Halus Lembab Suhu turun, tidak berbau 17 -03-2013 5 Hitam Kasar < Halus Lembab Suhu turun, tidak berbau 24 -03-2013 6 Hitam Kecoklatan Halus Lembab Suhu normal, tidak berbau 4.2 Analisi Data Pada minggu ke-0 campuran kompos masih kasar dan berbau.Temperature kompos meningkat setelah satu hari pengomposan, dan terdapat titik-titik air pada tutup ember.Pada dua minggupertama tesktur calon kompos masih kasar.Tinggi permukaan kompos sudah berubah.Sampah hijau mulai membusuk, aroma masih berbau busuk.Suhu
  • 23. XII IIA 2 / Kelompok 3 23 pada calon kompos meningkat. Pada minggu ke-3dan ke-4 tesktur sampah sudah mulai hancur. Sampah masih mengumpal, tinggi permukaan timbunan calon kompos semakin menurun.Pada minggu ini suhu turun.Pada minggu ke-5 sampah yang membusuk masih terdapatgumpalan.Warna kompos mulai coklatkehitaman.Pada minggu ini suhumulai normal. Pada dua minggu terakhir yaitu minggu ke-6 dan ke-7sampah sudah hancur dan adabeberapa kotoran kambing yang sedikit menggumpal. Warna kompos lebih hitam, tidak mengeluarkan aroma busuk dan suhu sudah normal.Tetapi masih terdapat titik-titik air pada tutup ember. Perubahan dari sampah hijau dan sampah coklat untuk menjadi kompos membutuhkan waktu yang lamajika tidak dibantu dengan larutan EM-4 sebagai katalis.Campuran untuk pembuatan kompos berpengaruh pada hasil akhir pupuk kompos tersebut. Jika bahan campuran sampah banyak mengandung air seperti buah-buahan maka akan menghasilkan cairan (jus) sebagai hasil samping dari pembusukan sampah. Tetapi jika bahan yang digunakan sedikit bahan basah, cairan (jus) yang dihasilkan sangat sedikit. Komposisi sampah dan larutan EM yang digunakan harus seimbang agar meghasilkan kompos yang sempurna. Jika tidak seimbang, kompos akan membutuhkan waktu lama untuk kering dan tidak lembab. Sehingga memerlukan lebih banyak waktu dalam proses pengemasan ataupun pemakaian selanjutnya.
  • 24. XII IIA 2 / Kelompok 3 24 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Komposisi campuran sampah, jumlah larutan EM-4 dan jumlah sampah yang digunakan berpengaruh pada keberhasilan pembuatan kompos skala rumah tangga. Waktu pembalikan campuran calon kompos yang benar danteratur juga sangat mempengaruhi keberhasilan pengomposan. Karena berpengaruh pada kerja mikroorganisme untuk pembusukan dan penguraikan sampah. 5.2 Saran Komposisi dan jumlah bahan campuran kompos harus sebanding.Larutan EM yang digunakan juga cukup sehingga kelembapan campuran sampah sesuai. Pemotongan sampah-sampah sebaiknya dengan ukuran yang kecil-kecil agar mempercepat proses pembusukan oleh baktersi dan mikroorganisme lainnya. Pembalikan kompos setiap minggu dilaksanakan sedisiplin mungkin dan dapat merata untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
  • 25. XII IIA 2 / Kelompok 3 25 LAMPIRAN GAMBAR Menyiapkan Tempat Pemupukan t Mencincang Campah Hijau Mencampur sampah Melembutkan Sampah Coklat Mencampur sampah Membakar Umput Kayu Menyusun Bahan untuk Membuat Kompos Menutup Wadah Pembalikan Kompos Titik-Titik Air pada Tutup Wadah Pengemasan Kompos
  • 26. XII IIA 2 / Kelompok 3 26 DAFTAR PUSTAKA http://kompos-menyuburkan.blogspot.com/ diakses pada Rabu, 20 Maret 2013 http://llmu-tanah.blogspot.com/2012/06/pembuatan-kompos-organik.html diakses pada Kamis, 21 Maret 2013 http://siiojost.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-kompos.html http://www.scribd.com/doc/82514815/cara-pengomposan LKSPertanian Semester II