Dokumen tersebut merupakan laporan hasil pengamatan proses pembuatan kompos organik skala rumah tangga selama 6 minggu dari limbah rumah tangga dengan menggunakan bioaktivator EM4. Laporan tersebut membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, asumsi, dan batasan penelitian serta kajian pustaka mengenai proses pembuatan kompos.
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga
1. XII IIA 2 / Kelompok 3 1
KATA PENGANTAR
Rasa puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan
pertolongan Nya penulis dapat menyelesaikan makalah “Pengomposan Skala Rumah Tangga”
tepat pada waktunya.
Makalah penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas pertanian tahun ajaran
2012/2013.
Tidak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Drs. Dwi Wahyu Hadi Santoso selaku Kepala SMAN 1 Srengat yang telah
menyediakan sarana maupun prasarana.
2. Ibu Siti Istatik,S.Pd selaku pengajar mata pelajaran pertanian yang telah
membimbing dengan senang hati.
3. Orang tua yang telah memberikan motivasi baik secara materil maupun non
materil.
4. Teman- teman yang telah mendukung dalam pembuatan laporan ini.
Semoga amal baik beliau-beliau di atas mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Disamping itu, kami juga mohon kritik dan saran kepada berbagai pihak yang bersifat
membangun demi pembuatan laporan yang lebih sempurna di masa mendatang.
Harapan kami, laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada
umumnya dan kepada adik-adik kelas Xdan XI IPA pada khususnya.
Blitar, 1 April 2013
Penulis
2. XII IIA 2 / Kelompok 3 2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................................... i
Motto dan Persembahan ...........................................................................................................
ii
Kata Pengantar.........................................................................................................................
iii
Daftar Isi....................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 2
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 2
1.6 Asumsi ........................................................................................................................ 2
1.7 Batasan Masalah.......................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos .................................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Kompos .................................................................................................... 3
2.2.1 Kompos Cacing .................................................................................................. 3
2.2.2 Kompos Bogase .................................................................................................. 4
2.2.3 Kompos Bogashi ................................................................................................ 6
2.3 Manfaat Kompos ........................................................................................................ 7
2.4 Terjadinya Kompos .................................................................................................... 8
2.5 Peralatan Pembuatan Kompos .................................................................................... 8
2.6 Pembuatan Kompos ................................................................................................... 9
2.7 Cara Pengomposan Skala Rumah Tangga ................................................................. 9
2.8 Faktor-Faktor Pembuatan Kompos
....................................................................................................................................................1
0
BAB III METODOLOGI PENGAMATAN
3.1 Pendekatan Pengamatan .............................................................................................
3. XII IIA 2 / Kelompok 3 3
16
3.2 Waktu dan Tempat Pengamatan .................................................................................
16
3.3 Fokus Pengamatan .....................................................................................................
16
3.4 Alat dan Bahan ...........................................................................................................
17
3.5 Prosedur Pengamatan .................................................................................................
18
3.6 Teknik Analisis Data ..................................................................................................
18
BAB IV HASIL DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pertumbuhan ......................................................................
19
4.2 Analisis Data ..............................................................................................................
19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................
21
5.2 Saran............................................................................................................................
21
LAMPIRAN .............................................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................
23
4. XII IIA 2 / Kelompok 3 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan bahan organik
seperti tanaman, hewan, atau limbah organik lainnya. Sedangkan proses pengomposan
adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air, yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
Menurut UUD 1945 pasal 33 ayat 3 juga disebutkan “Bumi, air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat”. Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan,
sensitivitas terhadap lingkungan dan pemberian zat hara seperti pupuk kompos akan
sangat mempengaruhi pertumbuan tanaman.
Selain itu seperti yang terlihat dalam masyarakat, perkembangan kreatifitas
pengelolaan semakin maju searah dengan perkembangan penduduk. Pembuatan pupuk
kompos pun semakin mudah dilakukan. Pupuk kompos telah banyak mengalami
perbaikan - perbaikan, misalnya saja sampah organik yang digunakan memiliki nisbah
C/N standar sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Menurut pendapat penulis, pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari kumpulan
bahan – bahan organik sisa sampah rumah tangga, seperti percampuran sampah hijau dan
sampah cokelat.Pembuatan pupuk kompos ini, mempunyai banyak manfaat terutama
dapat menggemburkan tanah sehingga menghasilkan tekstur tanah yang baik dan
menghasilkan hasil panen yang berlimpah.Selain itu, juga dapat menghemat biaya dalam
pembuatan pupuk kompos.Dengan memperhatikan ulasan uraian yang ada di atas maka
laporan ini berjudul “Laporan Hasil Pengamatan Proses Pembuatan Kompos Organik
Skala Rumah Tangga”.
5. XII IIA 2 / Kelompok 3 5
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah hasil proses pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga dari
bahan limbah rumah tangga (limbah organik) dengan bioaktivator EM4 selama 6 minggu?
1.3 Tujuan Pengamatan
1.3.1 Untuk mengetahui hasil proses pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga
dari bahan limbah rumah tangga (limbah organik) dengan bioaktivator EM4
selama 6 minggu.
1.3.2 Untuk mengetahui teknik pembuatan pupuk kompos
1.4Asumsi Pengamatan
Pada pembuatan kompos kali ini akan berhasil karena bahan-bahan pengomposan
sudah dipilih dari yang kemungkinan besar bisa dibuat kompos dan kami sudah
membuatnya dengan mencampurkan larutan EM4 dengan dosis yang sesuai sehingga
sudah sesuai dengan teknik membuat kompos.
1.5Batasan Masalah
Dalam melakukan pengamatan, penulis juga mempunyai batasan masalah. Adapun
batasan masalah dalam pengamatan ini yaitu :
1.5.1 Bahan kompos dari limbah rumah tangga (limbah organik).
1.5.2 Bahan kompos sejumlah 1 timba
6. XII IIA 2 / Kelompok 3 6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos
Kompos didefinisikan sebagai berikut: kompos adalah hasil dekomposisi dari
campuran bahan-bahan organik oleh pupulasi berbagai macam mikroba dalam konsisi
lingkungan yang hangat, lembab.
Kompos adalah hasil pelapukan bahan organik (sisa-sisa tanaman.seresah) menjadi
suatu bahan yang menyerupai tanah atau sering dikenal dengan sebutan humus (bunga
tanah). Kompos terjadi secara alamiah tetapi proses terjadinya dapat dipercepat melalui
aktivitas jasad renik (bakteri) pengurai.
Dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kesuburan tanah kompos
merupakan bahan terbaik walaupun dalam prosesnya memerlukan waktu .Pemberian
kompos ke dalam tanah secara kontinyu dapat tmemperbaiki sifat dan karakteristik
keadaan tanah secara umum.
Kompos bukanlah suatu obat Thok Cer atau satu-satunya yang mujarab
untuk mengatasi semua masalah tanah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari, kompos
dapat disepadankan dengan asuransi kesehatan atau semacam deposito berjangka.
Sifat kompos dalam perbaikan kesuburan tanah agak berbeda dengan pupuk yang
secara umum diperdagangkan. Kandungan hara kompos secara relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik, namum nilai kelengkapan kandungan hara
kompos berada dalam posisi yang lebih unggul.
2.2 Jenis-Jenis Kompos
2.2.1 Kompos Cacing
Kompos cacing atau vermicompost adalah pupuk yang berasal dari kotoran
cacing (vermics). Pupuk ini dibuat dengan memelihara cacing dalam tumpukan
sampah organik hingga cacing tersebut berkembang biak di dalamnya dan
menguraikan sampah organik dan menghasilkan kotoran. Proses ini dikenal
sebagai vermiksisasi (Murbandono, 1994). Proses pembuatan kompos jenis ini
tidak berbeda dengan pembuatan kompos pada umumnya; yang membedakan
7. XII IIA 2 / Kelompok 3 7
hanya starternya yang berupa cacing.
Kompos cacing dapat menyuburkan tanaman karena kotoran cacing
memiliki bentuk dan struktur yang mirip dengan tanah namun ukuran partikel-
partikelnya lebih kecil dan lebih kaya akan bahan organik sehingga memiliki
tingkat aerasi yang tinggi dan cocok untuk dijadikan media tanam. Kompos cacing
memiliki kandungan nutrisi yang hampir sama dengan bahan organik yang
diurainya.
Spesies cacing yang umum digunakan dalam proses ini diantaranya Eisenia
foetida, Eisenia hortensis, dan Perionyx excavatus, namun cacing biasa
(Lumbricus terestris) juga dapat digunakan.
2.2.2 Kompos Bagase
Kompos yang dibuat dari ampas tebu (bagase), yaitu limbah padat sisa
penggilingan batangtebu.Kompos ini terutama ditujukan untuk perkebunan
tebu. Pabrik gula rata-rata menghasilkan bagase sekitar 32% bobot tebu yang
digiling.Sebagian besar bagase dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler, namun
selalu ada sisa bagase yang tidak termanfaatkan yang disebabkan oleh stok bagase
yang melebihi kebutuhan pembakaran oleh boiler pabrik. Sisa bagase ini di masa
depan diperkirakan akan bertambah seiring meningkatnya kemajuan teknologi
yang mampu meningkatkan efisiensi pabrik pengolahan tebu,
termasuk boiler pabrik.
Limbah bagase memiliki kadar bahan organik sekitar 90%,
kandungan N 0.3%, P2O5 0.02%,K2O 0.14%, Ca 0.06%, dan Mg 0.04%
(Toharisman, 1991). Pemberian kompos campuran bagase, blotong, dan
abu boiler pabrik pengolahan tebu dapat meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan
K dalam tanah, kadar bahan organik, pH tanah, serta kapasitas menahan air
(Ismail, 1987). Hasil penelitian Riyanto (1995) menunjukkan bahwa pemberian
kompos bagase 4-6 ton/ha dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK hingga
50%.
Bahan pembuatan kompos bagase yaitu bagase dan kotoran sapi yang
8. XII IIA 2 / Kelompok 3 8
dimanfaatkan sebagai bioaktivator, dengan perbandingan volume 3:1. Penambahan
kotoran sapi selain sebagai bioaktivator juga untuk menurunkan rasio C/N. Bagase
dan kotoran sapi ditumpuk berselingan dengan tebal bagase 30 cm dan tebal
kotoran sapi 10 cm, lalu di tumpukan teratas diberikan jerami sebagai penutup.
Pengomposan dilakukan dengan sistem windrowmenggunakan saluran udara yang
terbuat dari bambu yang dipasang secara vertikal dan horizontal. Selama proses
pengomposan, dilakukan penyiraman secara rutin diikuti dengan pemeriksaan
suhu dan kelembaban. Tumpukan bagase dibalik setiap minggu atau ketika
kelembaban melebihi 70%. Proses pengomposan membutuhkan waktu 3 bulan
hingga kompos menunjukkan warna coklat tua hingga hitam.
Hasil Analisis Kompos Bagase
dengan Starter Kotoran Sapi
Sifat kompos Kandungan
Kadar air (%) 64.23
pH 4.95
C (%) 20.47
N (%) 1.12
Rasio C/N 18.00
P2O5 (%) 0.08
K2O (ppm) 75.29
SO4 (%) 0.02
Ca (%) 0.08
Mg (ppm) 91.69
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan
Hortikultura Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase
(kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu
(Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan
setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan dengan yang tanpa kompos,
namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapanfosfor, kalium,
dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan
tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
9. XII IIA 2 / Kelompok 3 9
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
2.2.3 Kompos Bogashi
Bokashi adalah sebuah metode pengomposan yang dapat menggunakan
starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang
biasanya berupa campuranmolasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi.
Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagian untuk proses pengomposan
berikutnya, sehingga proses ini dapat diulang dengan cara yang lebih efisien.
Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan dari material
sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora
jamur, cacing,ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkanbir, sepanjang material
tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan.
Dalam proses pengomposan di tingkat rumah tangga, sampah
dapur umumnya menjadi material yang dikomposkan, bersama dengan starter dan
bahan tambahan yang menjadi pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji
kayu, ataupun kulit gandum dan batangjagung (Yusuf, 2000). Mikroorganisme
starter umumnya berupa bakteri asam laktat, ragi, atau bakteri fototrofik yang
bekerja dalam komunitas bakteri, memfermentasikan sampah dapur dan
mempercepat pembusukan materi organik.
Umumnya pengomposan berlangsung selama 10-14 hari. Kompos yang
dihasilkan akan terlihat berbeda dengan kompos pada umumnya; kompos bokashi
akan terlihat hampir sama dengan sampah aslinya namun lebih pucat. Pembusukan
akan terjadi segera setelah pupuk kompos ditempatkan di dalam tanah.
Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan
sebelum material organik diberikan ke alam.
Pupuk Bokashi, menurut Wididana et al (1996) dapat memperbaiki
sifat fisika, kimia, danbiologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan menjaga
kestabilan produksi tanaman, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian yang berwawasan lingkungan. Pupuk bokashi tidak meningkatkan
unsur hara tanah, namun hanya memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah,
sehingga pupuk anorganik masih diperlukan (Cahyani, 2003). Pupuk bokashi,
10. XII IIA 2 / Kelompok 3 10
seperti pupuk kompos lainnya, dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kandungan material organik pada tanah yang keras seperti tanah podzolik sehingga
dapat meningkatkan aerasi tanah dan mengurangi bulk density tanah (Susilawati,
2000, dan Cahyani, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Cahyani (2003),
Penambahan pupuk bokashi berbahan dasar arang sekam padi dapat meningkatkan
nilai batas cair dan batas plastis tanah latosol, namun terjadi peningkatan indeks
plastisitas.Penambahan bokashi arang sekam padi juga berpengaruh terhadap
kekuatan geser tanah dan peningkatan tinggi maksimum tanaman.Bokashi juga
dapat digunakan untuk mengurangi kelengketan tanah terhadap alat dan mesin
bajak sehingga dapat meningkatkan performa alat dan mesin bajak (Yusuf, 2000),
dengan pengaplikasian bokashi sebelum pengolahan tanah dilakukan.
2.3 Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur
tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan
kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah
yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas
mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan
senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.Aktivitas mikroba tanah juga
diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.Tanaman yang
dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih
segar, dan lebih enak.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan
tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan
zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang
dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang,
halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh
tumbuhan.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
11. XII IIA 2 / Kelompok 3 11
Aspek Ekonomi:
1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2) Mengurangi volume/ukuran limbah
3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman :
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
2.4 Terjadinya Kompos
Sampah organic secara alami akan mengalami penguraian oleh berbagai jenis
mikroba, binatang yang hidup di tanah,enzim dan jamur. Proses penguraian ini
memerlukan kondisi tertentu yaitu: suhu, udara dan kelembapan. Makin cocok
kondisinya, makin cepatpembentukan kompos, dalam 4-6 minggu sudah jadi.
Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi
kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba. Ini
pertanda mikroba menghancurkan bahan organic dan merubahnya menjadi kompos.
Suhu optimal untuk proses pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450
– 650
C.
jika terlalu panas, harus dibolak-balik, setidaknya sekali dalam tujuh hari.
2.5 Peralatan Pembuatan Kompos
Di dalam rumah (ruang keluarga, kamar makan) dan di depan dapur disediakan
dua tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah anorganik.
Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya
12. XII IIA 2 / Kelompok 3 12
diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air.Untuk menjaga kelembaban
bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.Dasar bak
pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke
bawah.Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.
2.6 Pembuatan Kompos
Kompos merupakan hasil perombakan bahan organic oleh mikroba dengan hasil
akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah.Bahan yang ideal untuk
dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan
memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organic yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi
diatas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu
rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan
berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi
mikroba efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan
kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikroba
agar mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organic. Yang dimaksud mikroba
disini adalah bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan baku kompos organic adalah
jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak dan sebagainya. Cara
pembuatan kompos bermacam-macam tergantung pada keadaan tempat, budaya orang,
mutu yang diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia
dan selera si pembuat.
2.7 Cara Pengomposan Skala Rumah Tangga
1. Mencampur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
2. Menambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan
dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja
mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat
pula dicampurkan.
3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah
sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah.
13. XII IIA 2 / Kelompok 3 13
Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos,
sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali
normal, kompos sudah jadi.
5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa
dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu,
kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal
untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%)
dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.Sampah organik sebaiknya dicacah
menjadi potongan kecil.Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-
activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko
pertanian.
2.8 Faktor-Faktor Pembuatan Kompos
Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan
dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut
akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya
kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke
tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses
pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:
1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan
N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup
C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba
akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi,
terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa
gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan
perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman,
1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung
banyak senyawa nitrogen.
14. XII IIA 2 / Kelompok 3 14
Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga
menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan
pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan
kompos.Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume
total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen
untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen
akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content) Kelembaban memegang peranan yang sangat
penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada
suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan
organik tersebut larut di dalam air.Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk
metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan
mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila
kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya
aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang
menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan
langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur
akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses
dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
kompos.Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian
15. XII IIA 2 / Kelompok 3 15
mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang
tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang
optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak
umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh,
proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH
(pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung
nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang
sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan
dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung
bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.Logam-logam berat seperti Mg,
Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam
berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik
bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau
tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan
berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar
matang.
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak,
1992)
Kondisi
Konsisi yang bisa
diterima
Ideal
Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1
Kelembaban 40 – 65 % 45 – 62 % berat
Konsentrasi oksigen
tersedia
> 5% > 10%
Ukuran partikel 1 inchi bervariasi
Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd
16. XII IIA 2 / Kelompok 3 16
pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0
Suhu 43 – 66oC 54 -60oC
Faktor-faktor yang paling penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan
karbon-nitrogen, ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban,
aerasi, suhu, macam dan kemampuan jassad renik yang terlibat, penggunaan inokulan,
penambahan bahan fosfat dan destruksi dari jasad renik patogen.
Ada dua aspek yang berhubungan dengan kesehatan dalam penggunaan limbah
pertanian dan kotoran manusia. Pertama proses pengomposan akan menyebabkan
hilangnya sumber penularan penyakit dan kedua akan meningkatkan nutrisi apabila
kembali ke tanah sebagai penyedia humus.
Seperti diketahui kebutuhan lahan akan bahan organik terus meningkat sejalan
dengan menurunnya kesuburan tanah, rusaknya sifat-sifat fisik tanah, rendahnya daya
ikat air hujan dan menurunnya persediaan bahan organik dalam tanah. Lebih-lebih lagi
adanya kenyataan bahwa penanaman pupuk hijau semakin langka dan semakin
meningkatnya pemakaian pupuk buatan terutama lahan yang diusahakan secara intensif,
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Selulosa adalah bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari
seluruh bahan organik tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia ini dan paling susah
didegradasi. Bahan ini akan membentuk kira-kira 60 % dari seluruh bahan apabila di
daur ulang. Kalau dibiarkan, bahan ini akan menimbulkan limbah dalam jumlah yang
sangat besar. Untuk meningkatkan produktivitasnya perlu adanya usaha untuk mendaur
ulang, salah satu caranya adalah dengan cara pengomposan
Sejumlah jasad renik mampu merombak selulosa. Diketahui bahwa ada lebih
kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses pengomposan.
Jamur mempunyai andil yang sangat penting dalam pemecahan selulosa dan
dikelompokkan berdasarkan toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik (
40o
C ), mesophilik (20-400
C) dan ada juga yang termasuk dalam kelompok
psychrophilik (di bawah 200
C). Adanya jasad renik perombak selulosa berkaitan erat
dengan keberadaan bahan selulosa di alam.
Dengan demikian jasad renik perombak selulosa merupakan salah satu faktor
keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan di bumi
17. XII IIA 2 / Kelompok 3 17
ini.
Seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah bagian
dari usaha untuk mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan
material pembentuk kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya
yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya.
Salah satu cara untuk mendapatkan kompos secara tepat adalah dengan
menggunakan aktivator yang berupa bahan yang mengandung nitrogen atau fosfor atau
juga berupa inokulan kapang unggul yang berperan memecah selulose dalam proses
pembuatan kompos, agar waktu pembuatan kompos lebih diperpendek.
Proses pembuatan komposnya sendiri harus berpegang pada sistem kerja bersama
beberapa mikroba yang mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dalam suatu
tatanan tertentu.
Mengingat keadaan seperti tersebut di atas, maka kompos sebagai salah satu pupuk
alam akan merupakan bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk
hijau. Ditambah pula bahwa bahan - bahan organik untuk pembuatan kompos di lahan
pertanian/perkebunan yang berupa jerami padi, pohon jagung, rumput-rumput
kering,serabut kelapa,limbah pabrik kelapa sawit, penggilingan padi, eceng gondok dsb,
cukup berlimpah dan belum banyak dimanfaatkan. Di samping limbah cair yang berasal
dari kotoran ternak, pabrik tepung tapioka, pembuatan tahu, tempe dsb yang semestinya
dapat digunakan sebagai bahan pembuat kompos umumnya masih terbuang percuma.
Dengan demikian kompos diharapkan dapat diandalkan sebagai bahan penyubur di lahan
pertanian maupun perkebunan atau dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas
galian tambang, atau penyubur di daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah
lahan asam.
Seperti diketahui di daerah tropik kandungan bahan organik di dalam tanah
diperkirakan hanya 1% saja.Di lahan yang ditanami, kandungan organik lahan tersebut
makin lama makin berkurang karena terjadi biodegradasi secara terus menerus.Untuk
mengatasinya paling tidak setahun sekali lahan tersebut perlu diberi tambahan bahan
organik, seperti kompos.
Aktivitas mikrobiologis dalam tanah terjadi bukan saja oleh jasad renik yang
tumbuh dan berkembang dalam kompos tetapi kehadirannya dapat menstimulir jasad
renik yang telah ada dalam tanah.Pemberian kompos dapat menstimulir aktivitas
18. XII IIA 2 / Kelompok 3 18
amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi nitrogen dan fosforilisasi, yang disebabkan oleh kerja
berbagai jasad renik dalam tanah. Oleh karena itu pemberian kompos ke dalam tanah
akan meningkatkan produktivitas lahan secara permanen. Dan apabila para petani di
lahan kritis dapat membuat dan menggunakananya sebagai bahan suplemen pupuk
anorganik diharapkan produktivitas lahan tersebut akan meningkat. Tentu saja
penggunaan bahan limbah yang berlimpah sebagai bahan pembuatan kompos, akan
mengurangi penggunaan pupuk anorganik oleh para petani setempat yang harganya
relatif mahal.
Kompos sebagai penyedia unsur hara utama nutrien tanah (NPK) dan sebagai
penyedia mikronutrien yang mengalami degradasi apabila lahan tersebut digarap secara
intensif dengan sasaran produktivitas tinggi.Kompos yang berbentuk koloidal dalam
tanah dan bermuatan negatif dikoagulasikan oleh kation dan partikel tanah sehingga
berbentuk granular.Oleh karena itu kompos dapat memperbaiki struktur, tekstur dan
kelembutan tanah.
19. XII IIA 2 / Kelompok 3 19
BAB III
METODE PENGAMATAN
3.1 Pendekatan Pengamatan
Dalam penelitian ini penulis mengggunakan pendekatan eksperimen karena lebih
mudah dibuktikan secara langsung.Selain itu pengamatan ini dengan mengamati objek
secara actual.
3.2 Waktu Dan Tempat Pengamatan
Waktu dan tempat yang telah ditetapkan untuk melakukan pengamatan ini yaitu:
Waktu : 9 Febrari 2013 sampai dengan 31 April 2013
Tempat : Dilaksanakan di salah satu rumah anggota kelompok yaitu Hafshah Zuhairoh
yang bertempat tinggal di desa Kauman RT 02 RW 02, Srengat, Blitar .
3.3 Fokus Pengamatan
Fokus dari pengamatan ini adalah pengamatan pembuatan pupuk kompos skala
rumah tangga selama 6 minggu.
3.3.1 Sumber dan Jenis Pengamatan:
Sumber dan jenis pengamatan ini adalah dari sumber buku yang
berhubungan dengan pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga dan
menggunakan tabel data untuk memudahkan pengamatan.
3.3.2 Rancangan Pengamatan
Pelaksanaan pengamatan ini dimulai pada tanggal 2013, dengan diawali
proses pembuatan larutan bioaktivator di sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan
menyusun kerikil,pasir,tanah,sampah hijau,sampah coklat,abu dapur,dan sekam
bakar ke dalam timba besar. Campuran tersebut ditambahkan dengan larutan
bioaktivator.Kemudian penulis mengamati perkembangan kompos tersebut secara
rutin.Pengamatan dan perawatan dilakukan satu minggu sekali, dan untuk data
20. XII IIA 2 / Kelompok 3 20
hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan.Sedangkan proses
perawatan yang dimaksudkan di atas meliputi proses pembalikan untuk
pengendalian PH, serta pengendalian suhu.
3.4 Alat Dan Bahan
3.4.1 Alat dan bahan pada saat proses pembuatan kompos adalah sebagai berikut:
Alat :
- Timba besar 1 buah
- Talenan 1 buah
- Plastik 4 buah
- Cangkul 1 buah
- Pisau 2 buah
- Nampan besar 1 buah
Bahan :
- Batu kerikil
- Sampah rumah tangga
- Sampah cokelat yaitu kotoran kambing
- Sekam bakar
- Abu dapur
- Larutan EM
- Tanah humus
3.4.2 Alat dan bahan pada saat pengemasan kompos adalah sebagai berikut:
Alat :
- Ember 1 buah
- yakan 1 buah
- Plastik pengemas 5 buah
- Sarung tangan 1 pasang
- Cetok 1 buah
Bahan:
Kompos yang telah jadi
21. XII IIA 2 / Kelompok 3 21
3.5 Prosedur Pengamatan
Dalam pengamatan ini, penulis melaksanakan prosedur pengamatan sebagai berikut:
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan
2. Memotong dan mencacah sampah rumah tangga atau sampah hijau menjadi
bagian –bagian kecil
3. Menyusun kerikil,pasir,tanah humus, sampah hijau,sampah cokelat,abu
dapur,serbuk gergaji, kedalam timba besar yang sudah dilubangi bagian
kiri,kanan,bawah dan bagian tutupnya.
4. Menambahkan larutan EM yang telah diencerkan 1:10 dengan air
5. Menutup timba besar rapat –rapat dengan tutup timba
6. Meletakkan timba besar ditempat yang terlindung dari cahaya matahari
langsung,terlindung dari genangan air dan mempunyai lantai yang rata.
7. Melakukan perawatan kompos dengan cara setiap 7 hari dilakukan pembalik
sesuai keadaan kompos.
8. Mencatat dan mendokumentasikan pengamatan yang dilakukan setiap
pengamatan
3.6 Teknik Analisa Data
Untuk pengamatan ini pengamat memilih menggunakan jenis data berupa tabel
pengamatan kualitatif sehingga dapat dengan mudah menganalisa data yang diperoleh dari
pegamatan. Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
padatekstur,warna,kelembapan dan bau bakal kompos.. Hal ini dilakukanelama 6 Minggu
, kemudian mencatat hasilnya pada tabel pengamatan setiap seminggu sekali.
22. XII IIA 2 / Kelompok 3 22
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan Pengomposan
Bahan kompos: daun kemangi, daun bayam, kenikir, belimbing, kotoran kambing dan abu
dapur.
Tanggal Mingggu Ke Warna Tekstur Kelembapan Ket.
10 -02- 2013 0 Hijau Kasar Lembab
cenderung
basah
Penambahan
EM4, Berbau
busuk
17 -02- 2013 1 Hijau Kasar Lembab
sedikit basah
Suhu
meningkat,
berbau busuk
24-03- 2013 2 Hijau agak
coklat
Kasar Lembab
sedikit basah
Suhu
meningkat,
berbau
3 -03-2013 3 Coklat Kasar >
halus
Lembab Suhu turun,
berbau
10 -03-2013 4 Coklat Kasar >
Halus
Lembab Suhu turun,
tidak berbau
17 -03-2013 5 Hitam Kasar <
Halus
Lembab Suhu turun,
tidak berbau
24 -03-2013 6 Hitam
Kecoklatan
Halus Lembab Suhu normal,
tidak berbau
4.2 Analisi Data
Pada minggu ke-0 campuran kompos masih kasar dan berbau.Temperature
kompos meningkat setelah satu hari pengomposan, dan terdapat titik-titik air pada tutup
ember.Pada dua minggupertama tesktur calon kompos masih kasar.Tinggi permukaan
kompos sudah berubah.Sampah hijau mulai membusuk, aroma masih berbau busuk.Suhu
23. XII IIA 2 / Kelompok 3 23
pada calon kompos meningkat.
Pada minggu ke-3dan ke-4 tesktur sampah sudah mulai hancur. Sampah masih
mengumpal, tinggi permukaan timbunan calon kompos semakin menurun.Pada minggu
ini suhu turun.Pada minggu ke-5 sampah yang membusuk masih terdapatgumpalan.Warna
kompos mulai coklatkehitaman.Pada minggu ini suhumulai normal.
Pada dua minggu terakhir yaitu minggu ke-6 dan ke-7sampah sudah hancur dan
adabeberapa kotoran kambing yang sedikit menggumpal. Warna kompos lebih hitam,
tidak mengeluarkan aroma busuk dan suhu sudah normal.Tetapi masih terdapat titik-titik
air pada tutup ember.
Perubahan dari sampah hijau dan sampah coklat untuk menjadi kompos
membutuhkan waktu yang lamajika tidak dibantu dengan larutan EM-4 sebagai
katalis.Campuran untuk pembuatan kompos berpengaruh pada hasil akhir pupuk kompos
tersebut. Jika bahan campuran sampah banyak mengandung air seperti buah-buahan maka
akan menghasilkan cairan (jus) sebagai hasil samping dari pembusukan sampah. Tetapi
jika bahan yang digunakan sedikit bahan basah, cairan (jus) yang dihasilkan sangat
sedikit.
Komposisi sampah dan larutan EM yang digunakan harus seimbang agar
meghasilkan kompos yang sempurna. Jika tidak seimbang, kompos akan membutuhkan
waktu lama untuk kering dan tidak lembab. Sehingga memerlukan lebih banyak waktu
dalam proses pengemasan ataupun pemakaian selanjutnya.
24. XII IIA 2 / Kelompok 3 24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Komposisi campuran sampah, jumlah larutan EM-4 dan jumlah sampah yang
digunakan berpengaruh pada keberhasilan pembuatan kompos skala rumah tangga. Waktu
pembalikan campuran calon kompos yang benar danteratur juga sangat mempengaruhi
keberhasilan pengomposan. Karena berpengaruh pada kerja mikroorganisme untuk
pembusukan dan penguraikan sampah.
5.2 Saran
Komposisi dan jumlah bahan campuran kompos harus sebanding.Larutan EM yang
digunakan juga cukup sehingga kelembapan campuran sampah sesuai. Pemotongan
sampah-sampah sebaiknya dengan ukuran yang kecil-kecil agar mempercepat proses
pembusukan oleh baktersi dan mikroorganisme lainnya. Pembalikan kompos setiap
minggu dilaksanakan sedisiplin mungkin dan dapat merata untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
25. XII IIA 2 / Kelompok 3 25
LAMPIRAN GAMBAR
Menyiapkan Tempat
Pemupukan
t
Mencincang Campah
Hijau
Mencampur sampah
Melembutkan Sampah
Coklat
Mencampur sampah
Membakar Umput Kayu
Menyusun Bahan untuk
Membuat Kompos
Menutup Wadah
Pembalikan Kompos Titik-Titik Air pada
Tutup Wadah
Pengemasan Kompos
26. XII IIA 2 / Kelompok 3 26
DAFTAR PUSTAKA
http://kompos-menyuburkan.blogspot.com/ diakses pada Rabu, 20 Maret 2013
http://llmu-tanah.blogspot.com/2012/06/pembuatan-kompos-organik.html diakses pada
Kamis, 21 Maret 2013
http://siiojost.blogspot.com/2010/11/jenis-jenis-kompos.html
http://www.scribd.com/doc/82514815/cara-pengomposan
LKSPertanian Semester II