Karya ilmiah ini membahas tentang penyebab banjir di Jakarta dan cara menanggulanginya. Berdasarkan pengamatan, banjir terjadi di Kampung Pulo, Jakarta Timur pada 27 Januari 2014 akibat curah hujan tinggi. Kampung Pulo memiliki luas 3,5 hektar dan ditinggali 2500 jiwa dengan kondisi padat, berdekatan dengan Kali Ciliwung, dan kurangnya lahan resapan air.
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Laporan Karya Ilmiah : Banjir Jakarta
1. LEMBAR PENGESAHAN
Karya Ilmiah yang berjudul “Penyebab Banjir di Jakarta dan Cara Penanggulangannya” telah disahkan dan
disetujui pada.
Hari
:
Tanggal
:
Disetujui Oleh:
Wali Kelas
Pembimbing
( Rachmi, S.Pd
( Sari Lukito, S.Kom )
)
1
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan susunan karya tulis yang berjudul
“Penyebab Banjir di Jakarta Dan Cara Penanggulangannya”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Rachmi, S. Pd sebagai guru Bahasa
Indonesia, teman-teman XII TKJ 3 dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
karya ilmiah ini.
Dan sebagai penulis, menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang membuat
karya ilmiah ini kurang sempurna. Penulis hanya berusaha semaksimal mungkin dengan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan banyak kritik dan saran untuk memperbaiki karya
ilmiah ini supaya pada kesempatan berikutnya, penulis dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih
baik.
Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Dengan menyelesaikan karya
ilmiah ini, penulis harap karya yang tidak sempurna ini dapat membantu untuk menjadi inspirasi bagi
pembaca sekalian. Penulis berharap banyak manfaat yang dapat kita ambil, semoga dengan adanya
karya ilmiah ini para siswa dan masyarakat bisa mengetahui dampak bahayanya jika terjadinya banjir
dijakarta dan hal positif yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi banjir disekitar kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Januari 2014
Penulis
2
3. DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar …………………….…………………………………………………………..… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………... iii
BAB I : Pendahuluan ……………………………………………………………………………. 1
BAB II : Kajian Pustaka ………………………………………………………………………… 3
BAB III : Metode ………………………………………………………………………………... 5
BAB IV : Pembahasan …………………………………………………………………………... 8
BAB V : Pentutup ……………………………………………………………………………… 17
3
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran.
Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana saja. Dan air itu
keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya.
Kondisi inilah yang disebut banjir.
Banjir terbesar yang sudah menjadi tradisi ini biasaya terjadi setiap 5 tahun sekali. Mengingat
keadaan ini selalu terulang dan terulang, maka muncullah pertanyaan yang menggelitik penulis.
Pertama, apakah keadaan ini tidak ditanggulangi, atau tidak tertanggulangi? Kedua, apakah
karena sudah menjadi tradisi yang selalu berulang setiap tahun maka kejadian ini dianggap
sebagai hal biasa? Benarkah bahwa banjir fantastik yang terjadi setiap lima tahun sekali itu
sebuah kebiasaan alam (ritual) yang memang pasti terjadi? Untuk mencoba menjawab
pertanyaan di atas maka dibuatlah makalah ini.
1.2. Identitas Masalah
Penyebab terjadinya bencana banjir sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
hal, yakni :
a. Kondisi alam yang bersifat statis, seperti kondisi geografi, topografi, dan karakteristik
sungai.
b. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti : perubahan iklim (pemanasan) global,
pasang – surut, land subsidence, sedimentasi, dan sebagainya.
c. Aktivitas sosial-ekonomi manusia yang sangat dinamis, seperti deforestasi (penggundulan
hutan), konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaatan sempadan sungai/saluran
untuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banjir, perilaku masyarakat, keterbatasan
prasarana dan sarana pengendali banjir dan sebagainya.
Pada era otonomi daerah dewasa ini, inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
cenderung diselenggarakan untuk memenuhi tujuan jangka pendek, tanpa memperhatikan
kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan jangka panjang.
1.3. Pembatasan Masalah
Disini penulis akan membahas permasalahan banjir yang sering terjadi di Jakarta. Mulai dari
penyebab banjir itu sendiri hingga penanggulangan banjir secara sederhana yang dapat dilakukan
oleh siapa saja tanpa harus mengeluarkan biaya dan mengandalkan pemerintah.
4
5. 1.4. Rumusan Masalah
a. Apa yang menyebabkan banjir terjadi ?
b. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat memicu terjadinya banjir ?
c. Bagaimana cara menngantisipasi banjir ?
d. Bagaimana cara menanggulangi banjir ?
e. Dampak terjadinya banjir ?
f. Benarkah siklus banjir tahunan dan dahsyatnya banjir lima tahunan memang sebuah tradisi
yang pasti terjadi ?
g. Usaha-usaha apa saja yang sudah dilakukan Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk
mengantisipasi dan mencegah banjir tahunan tersebut ?
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menyebabkan banjir
tahunan sering kali terjadi agar kita mengetahui cara-cara mengantisipasi dan menanggulangi
banjir tahunan tersebut.
Dengan adanya karya ilmiah ini diharapkan masyarakat mampu mengantisipasi atau
mencegah agar banjir yang sering kali terjadi di kemudian hari.
5
6. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Akibat Diguyur Hujan Lebat, Jakarta dan Bekasi Kembali Banjir
Hujan lebat dini hari tadi mengakibatkan sejumlah kawasan di Jakarta dan sekitarnya terendam
genangan dan banjir dengan ketinggian berkisar 10 hingga 150 cm. Kemudian, banjir setinggi 10-20
cm menggenangi Pintu I Taman Mini sampai depan SPBU, Jakarta Timur. Sementara, banjir setinggi
40 cm merendam jalan di depan Giant Jatiwaringin.
Sementara di wilayah Bekasi, Jawa Barat, banjir yang cukup tinggi melanda kawasan bantar
Gebang dan Komplek IKIP Bekasi."Banjir dengan ketinggian 60-70 cm sebelum Pasar Bantar
Gebang arah ke Cileungsi. Banjir setinggi 50-150 cm di Komplek Dosen IKIP Bekasi," tulis akun
twitter @TMCPoldaMetro sekitar pukul 05.12 WIB.
Namun, banjir dengan ketinggian yang cukup rendah sekitar 10 hingga 30 cm menggenangi jalan
di depan RS Mitra Cibubur Jalan Alternatif Cibubur serta di Komplek TNI AL Jati Bening, Bekasi.
(Sumber:Liputan 6.com News, Selasa 28 Januari 2014)
Posko Pengungsi Ikut Sumbang Sampah
Pascabanjir melanda Jakarta, kini menyisakan lumpur dan sampah yang tersebar di sejumlah
wilayah di Ibu Kota. Seperti yang terlihat di kawasan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa
(28/1).
Berbagai macam sampah mulai dari sampah plastik, perabot rumah tangga, pakaian, hingga
perkakas rumah tangga, terlihat menumpuk dan berserakan di sepanjang sisi Sungai Ciliwung dan
sekitar permukiman warga. Tidak hanya itu, tumpukan sampah sisa makanan dan limbah rumah
tangga pun kerap terlihat pada posko-posko pengungsian warga. Walau sudah dibersihkan dan
diangkut oleh petugas kebersihan, tumpukan sampah masih tetap menggunung di tepi jalan dan gang
permukiman.
“Bukan cuma sampah dari hulu saja, posko-posko pengungsian pun, setiap harinya menghasilkan
sampah yang tidak sedikit. Sedikitnya 50 meter kubik sampah per hari atau sekitar 11 sampai 14 ton
sampah, itu terangkut dari wilayah Pancoran dan Tebet saja. Belum wilayah lainnya,” jelas Wahyudi,
kepada Harian Kompas, Selasa (28/1/2014).
(Sumber: Kompas.com, Selasa 28 Januari 2014)
6
7. Seirama Jokowi-Ahok Menangani Banjir
Penanganan banjir Jakarta sudah pada jalurnya atau on the right track. Pemprov DKI Jakarta telah
dengan sigap dan transparan membenahi infrastruktur penanggulangan banjir. Yang dibutuhkan
sekarang adalah kerja sama pihak-pihak di luar Pemprov DKI Jakarta dalam mendukung upaya
mencegah banjir serta percepatan pembangunan infrastruktur penangkal banjir.
Pengerukan Waduk Pluit, Jakarta Utara, menjadi bukti bahwa penataan kawasan rawan banjir dan
penyebab banjir tak mengalami kendala. Sebagian lahan di Waduk Pluit kini disulap menjadi area
terbuka hijau. Pengerukan terus dilakukan. Menyusul kemudian kawasan Waduk Ria-Rio, Jakarta
Pusat. Tingkat keberhasilan langkah Jokowi-Basuki dalam membersihkan kawasan terlarang dari para
penghuni liar ini akan terlihat seiring berjalannya waktu, apakah akan tetap steril atau sebaliknya.
Sterilisasi bantaran kali dan waduk menurut rencana harus diikuti dengan pengalihan warga ke rumah
susun. Bahkan Jokowi-Basuki telah mencanangkan kampung deret guna menata warga marginal
Jakarta. Untuk proyek besar ini, warga Jakarta masih menunggu janji Jokowi-Basuki.
Bicara soal langkah yang seirama, tampak bahwa keinginan Jakarta belum sepenuhnya satu nada
dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di sekitarnya. Sodetan Katulampa-Cisadane maupun
waduk dan situ di kawasan hulu belum akan dibangun. Kini kawasan puncak telah berbenah.
Sekurangnya penertiban vila telah digelar Pemkab Bogor. Ratusan bangunan liar dibongkar.
Alangkah idealnya bila upaya penertiban itu didorong oleh visi yang sama dengan Jakarta, yakni agar
kawasan hilir terbebas dari banjir. Kini, Jakarta masih menunggu upaya lainnya dari wilayah
tetangga, yakni pembangunan situ atau tangkapan air di kawasan hulu seperti di Ciawi. Banjir Jakarta
tak bisa ditangkal tanpa kerja sama, kesamaan visi, serta kinerja yang seirama antara wilayah
penyangga Jakarta, pemerintah pusat, dan Jakarta.
(Sumber: Berita Satu.com, Kamis 17 Januari 2014)
7
8. BAB III
METODE
Penulis menggunakan metode pengamatan dan pengamatan, yaitu metode dengan memberikan
beberapa pernyataan yang menyangkut topik karya ilmiah ini yang didapatkan dari hasil pengamatan
yang bersumber dari internet, berita, koran, dan wawancara.
3.1. Pengamatan
a. Cuaca Jabodetabek
28 Januari 2014 07.00 WIB hingga 29 Januari 2014 07.00 WIB
Lokasi
Pagi
Siang
Malam
Kepulauan
Seribu
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Jakarta Utara
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Jakarta Pusat
Berawan - Hujan Ringan
Berawan - Hujan Ringan
Berawan - Hujan Sedang
Jakarta Selatan
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Hujan Sedang - Hujan
Lebat
Jakarta Timur
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Jakarta Barat
Berawan - Hujan Ringan
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Depok
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Hujan Sedang - Hujan
Lebat
Tangerang
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Sedang - Hujan
Lebat
Bekasi
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Sedang - Hujan
Lebat
Bogor
Berawan - Hujan Ringan
Hujan Ringan - Hujan
Sedang
Hujan Sedang - Hujan
Lebat
b. Waktu dan Tempat Kejadian Banjir
1) Kejadian Banjir terjadi pada hari 27 Januari 2014 sekitar jam 05.00 WIB.
2) Lokasi kejadian Banjir berada pada Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Jatinegara,
Jakarta Timur.
c. Kondisi Wilayah Kampung Pulo
1) Luas Kampung Pulo sekitar 3,5 Hektare, dihuni oleh kurang lebih 2500 jiwa.
2) Bentuk wilayah Kampung Pulo terlihat dari peta, adalah lonjong dengan areal datar yang
relative tidak luas. Lokasinya sangat berdekatan dengan kali Ciliwung. Kampung Pulo
terlihat lebih rendah dari pada Kali Ciliwung. Terlihat tata perumahan yang tidak rapih
8
9. dan sembraut. Lokasi Perumahan yaitu sangat padat. Hampir semua rumah berbentuk semi
permanen. Tidak telihat sedikit pun adanya daerah resapan air seperti taman, dan lahan
kosong. Kali Ciliwung dan Kali Cisadane yang bertemu sejajar, bila terjadi banjir maka
akan terjadi pada bagian hilir titik pertemuan dua kali tersebut, dan yang pertama kali
merasakan dampaknya adalah warga perumahan Kampung Pulo.
3) Topografi wilayah Kali Ciliwung; hulunya secara umum berada didataran tinggi yang
terletak diperbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Dan mengalir ke Utara,
disisi Barat jalan raya Jakarta-Bogor.
4) Curah hujan sekitar wilayah Kali Ciliwung dan Kampung Pulo sekitar 3914mm/tahun.
d. Korban dan Kerugian Materi
1) Dalam kejadian ini ada 2 korban jiwa.
2) Kerugian materi yang cukup besar mencakup rusaknya perabotan dan rumah milik warga.
3) Kelurahan yang terkena bencana; kelurahan Kampung Melayu.
e. Analisis Kejadian banjir
Banjir yang terjadi dikampung Pulo, tidak dapat disandarkan hanya pada fenomena kejadian
alam semata(curah hujan yang tinggi), tetapi juga dikarenakan ketidakpedulian masyarakat yang
membuang sampah sembarangan ke Kali Ciliwung. Dan juga dikarenakan banyak kepala keluarga
yang tinggal disekitar pinggir bantaran Kali Ciliwung, yang menyebabkan penyempitan dan
pendangkalan Kali Ciliwung tersebut. Dan juga dikarenakan terlalu sedikitnya lokasi resapan air
hujan yang jatuh ketanah, seperti taman, pepohonan, dan lahan kosong disekitar Kampung Pulo.
Semuanya sudah penuh sesak oleh rumah penduduk.
f. Kesimpulan
Banjir yang terjadi tidak disebabkan oleh penyebab tunggal saja (curah hujan tinggi)
tetapi dikarenakan oleh ulah manusia sendiri yang kurang perduli terhadap kebersihan
dan tata perumah yang benar.
Sebab-sebab terjadinya banjir diwilayah Kampung Pulo, tidak cukup dijelaskan hanya
menggunakan pengetahuan umum tapi harus ada kajian mendalam melibatkan berbagai
disiplin ilmu seperti hidrologi, iklim dan sosial masyarakat.
Banjir disekitar Kampung Pulo terjadi tidak dikarenakan oleh fenomena alam saja,
namun juga dikarenakan oleh kapasitas pengelola sumber daya.
9
10. g. Rekomendasi
1) Perlu kajian lebih tentang banjir tersebut yang melibatkan berbagai pihak disiplin
ilmu.
2) Sosialisasi Masyarakat kepada PEMDA.
3) Memanfaatkan Sistem Standar Operasional Prosedur Pengendalian Banjir dan
penanganan akibat banjir.
4) Melakukan kegiatan Pembersihan terutama di bagian Hulu dan Hilir.
Merekomendasikan untuk Merelokasi permukiman penduduk yang menempati wilayahwilayah aliran sungai, atau wilayah sempadan sungai, sehingga permasalahan banjir yang
menggenangi permukiman penduduk tidak muncul kembali.
10
11. BAB IV
PEMBAHASAN
Banjir adalah sebuah bencana yang di akibatkan oleh air. Air yang menggenang atau bahkan
mengalir deras pada tidak tempatnya. Inilah yang sering terjadi pada akhir-akhir ini sangat akrab
dengan masyarakat Indonesia. Terutama pada beberpa tahun terakhir ini. Banyak masyarakat yang
kehilangan harta benda mereka. Bahkan, nyawa mereka akibat banjir. Oleh karena itu alangkah
bijaksananya jika kita mencari cara agar banjir itu tidak lagi di alami oleh masyarakat Indonesia.
1. Jenis-jenis banjir yang terjadi di Indonesia:
a. Banjir karena sungainya meluap
Banjir ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada di
sungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas. Kalo sudah seperti ini, airnya itu akan
mencari tempat lain, tempat itu ada di kanan kiri sungai yang biasanya merupakan daerah dataran
banjir. air ini bisa juga terjadi akibat kiriman, bila curah hujan tinggi di hulu sungai dan sistem DAS
dari sungai itu rusak maka luapan airnya akan terjadi di hilir sungai.
b. Banjir lokal.
Banjir ini terjadi akibat air yang berlebihan di tempat itu dan meluap juga di tempat itu. Pada saat
curah hujan tinggi di lokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan
penyerapan air (bisa karena padat, bisa juga karena kondisinya lembab, dan bisa juga karena daerah
resapan airnya tinggal sedikit) maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.
c. Banjir akibat pasang surut air laut
Saat air laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian
muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air
sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air itupun akan
menyebar kesegala arah dan terjadilah banjir.
2. Faktor-Faktor Penyebab Banjir
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai.
Bisa terjadi ditempat yang tinggi maupun tempat yang rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi
dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ke tempat yang lebih rendah melalui
saluran-saluran atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk /
meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap ke udara (evapotranspirasi).
Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir, mengapa bisa
alami? Karena dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan daerah
11
12. yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang
di bawa tapi juga tanah- tanah yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk
di daerah pertemuan- pertemuan sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir
merupakan daerah yang subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok
sekali bagi pemukiman dan perkotaan. Itu faktor penyebab banjir yang alami, sekarang kita lihat yang
tidak alami atau akibat dari perubahan.
Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi. Pertama itu perubahan lingkungan dimana di
dalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata
ruang. Dan kedua adalah perubahan dari masyarakat itu sendiri. Hujan merupakan faktor utama
penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjdi
mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran-saluran yang
ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami
penjenuhan.
Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan . Penggunaan
lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang dll. Sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang
tumbuh di atas permukaan bumi menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran
permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah.
3. Cara Mengantisipasi Bencana Banjir
Kita tidak mengharapkan bencana banjir datang ke lingkungan ataupun rumah kita tetapi
sebagai manusiakita harus waspada dan sigap bila banjir ternyata datang menghampiri kita. Cara
mengantisipasi banjir antara lain :
a. Bila hujan deras turun cukup lama, pantau terus keadaan melalui media elektronik seperti televisi
dan terutama radio, sebab ada beberapa radio lokal yang akan terus mengabarkan kondisi / banjir
yang akan terjadi.
b. Siapkan barang-barang seperti: Handphone dengan charger, senter dan baterai cadangan,
makanan dan minuman (menggunakan kemasan anti air atau dibungkus plastik), Surat-surat
berharga atau dokumen penting seperti sertifikat rumah, tanah, ijasah, dll (dibungkus plastik),
Radio kecil, bila handphone anda tidak memiliki fasilitas Radio FM / televisi, Obat-obatan untuk
dalam darurat, termasuk obat-obatan untuk rawat jalan, Uang tunai, Selimut dan sarung , Pakaian
secukupnya agar tidak menjadi beban berat (bungkus dengan plastik agar tidak basah).
c. Isi bak / drum / torn penampung air hingga penuh terutama untuk yang berada / ditempatkan
pada lantai atas / tinggi. Hal ini untuk mengantisipasi kekurangan air bersih di saat sumber air
milik anda tercemar oleh air banjir. Untuk yang praktis, anda dapat mengisi air bersih pada
kantung plastik, mengikatnya dengan kuat dan meletakkannya pada tmpat yang aman.
12
13. d. Saat tanda-tanda banjir mulai muncul di rumah / lingkungan anda, siapkan barang bawaan untuk
mengungsi dan pantau terus ketinggian air.
e. Sebelum air mulai meninggi, pindahkan barang-barang ke tempat atau lantai yang lebih tinggi.
Untuk barang-barang yang kecil atau ringan sebaiknya di ikat terlebih dahulu pada arang yang
lebih bert / besar agar tidak hanyut terseret banjir.
f. Bila diperkirakan air akan menggenang lebih tinggi lagi, lakukan evakuasi selagi mudah untuk
dilakukan (sebelum air lebih tinggi), jangan menunggu air benar-benar tinggi.
g. Tutup keran utama air bersih (terutama jika menggunakan air ledeng / PDAM) bila ketinggian
air hendak mencapai keran air.
h. Matikan / putuskan aliran listrik rumah melalui saklar / sikring utama bila ketinggian air hendak
mndekati sikring utama atau bila terlihat mengkhawatirkan / dapat berbahaya.
i. Bila mengungsi, cobalah cari informasi mengenai tempat penampungan sementara / posko
banjir terdekat.
j. Bila tidak ada posko banjir, cari dan pergilah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi tetapi
lokasinya dekat dengan tempat yang lebih tinggi lagi bila dibandingkan dengan tempat tersebut.
Hal ini untuk mencegah bila ternyata air banjir terus meluap / semakin tinggi.
k. Sebelum air terlalu tinggi, ungsikan terlebih dahulu orang tua / lanjut usia, anak-anak, wanita
dan ibu hamil, dan sisakan dua atau tiga orang pria dewasa yang menjaga rumah bila anda
khawatir akan keselamatan harta benda.
l. Bila anda terlambat mengungsi dan ketinggian air sudah cukup tinggi, pergilah mengungsi
secara berkelompok, agar bila terjadi sesuatu dapat saling tolong-menolong.
m. Saat mengungsi, jauhi dari saluran air agar tidak terjatuh dan hanyut terseret arus banjir yang
lebih deras.
n. Ketika berjalan menuju tempat pengungsian, pertimbangkan untuk menggunakan tali tambang
untuk mempermudah evakuasi.
o. Siapkan jerigen bekas yang kosong, gabus, perahu, atau alat pelampung lainnya sehingga bila
anda terjebak di atap rumah dengan air yang semakin meninggi, anda dapat berusaha untuk
menyelamatkan diri anda secara darurat.
4. Cara Menanggulangi Bencana Banjir
Cara-cara menanggulangi bencana banjir antara lain:
a. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai dan selokan
merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.
b. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai
adalah para pendatang yang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya,
keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan tetapi malah
sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas, melarang membuat
rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota.
13
14. c. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Karena pohon adalah salah
satu penopang kehidupan di suatu ktoa. Banyangkan, bila sebuah kota tidak memiliki pohon
sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran udara di
siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi
pohon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba.
d. Larangan membuang sembarangan.
Sering kita lihat spanduk besar yang bergambarkan orang nomor 1 di DKI Jakarta yaitu Bp.
Fauzi Bowo yang sedang membuang sampah di tempat sampah dan ada kata yang bertuliskan “inilah
cara membebaskan Jakarta dari banjir”. Inilah salah satu jargon gubernur kita dalam upayanya
mensosialisasikan larangan untuk membuang sampah sembarangan.
Suatu kenyataan bahwa sampah yang menggunung merupakan salah satu penyebab terjadinya
banjir. Sampah yang di buang di jalanan biasanya akan berakhir di selokan jalan yang mengakibatkan
selokan tersumbat, dan tidak lanjar. Belum lagi jika di tambah dengan sampah-sampah yang sengaja
di buang ke selokan.
Kebanyakan orang berfikir kalau yang penting sampah itu tidak ada di kamar atau rumah
mereka. Karenanya banyak orang ambil cara yang mudah yaitu membuang samapah ke selokan
karena setelah itu sampah sudah tidak terlihat lagi.
Miris, tapi ini adalah fenomena yang terjadi di Ibu Kota. Misal, seorang ibu yang mencuci piring,
lalu membuang sampah non organiknya ke selokan, seorang pelajar yang membuang plastik bekas
jajanannya ke selokan dan masih banyak contoh kongkrit lainnya.
Begitu pula nasib sungai-sungai Akhir-akhir ini pemerintah pun bergerak secara langsung untuk
mengantisipasi fenomena tersebut dengan cara memfasilitasi pembuangan sampah memberikan
tempat sampah di tempat-tempat umum.
5. Adapun dampak akibat banjir:
Dengan melihat segala sesuatu dari dua sisi secara objektif, sekalipun banjir memiliki dampak
negatif yang besar, banjir juga memiliki dampak positif.
a. Dampak positif akibat banjir antara lain:
1) Banjir memberikan kesempatan kepada manusia
Bila banjir yang menimpa kita tidak terlalu parah, maka sebenarnya kita telah diberi kesempatan
oleh Tuhan untuk menjalani hidup kita lebih lanjut dan lebih baik.
14
15. 2) Banjir membuat kita berpikir kreatif
Ketika dilanda banjir, otak kita akan berikir spontan dan kreatif untuk mencari jalan alternatif
untuk menyelamatkan alat, perlengkapan, harta benda dan terutama jiwa kita dan keluarga atau orang
terdekat kita.
3) Banjir membuat manusia untuk berpikir mengatasi banjir
Setelah mengalami banjir, kita akan sibuk untuk memikirkan antisipasi ataupun pencegahan
banjir.
4) Banjir memberikan pekerjaan
Saat banjir akan banyak muncul kuli angkut / ojeg perahu dadakan, yang siap membantu anda
dengan imbalan tentunya.
5) Banjir membuat manusia untuk bersahabat dengan lingkungan
Setelah mengetahui penyebab, akibat dan dampak banjir, manusia akan berpikir untuk peduli,
bersahabat dan menjaga alam sekitarnya.
6) Banjir membuat manusia untuk peduli kepada sesama
Pada saat terjadi banjir, manusia umumnya akan lebih peduli kepada sesamanya dan berlombalomba untuk memberikan bantuan dan mendapatkan pahala.
7) Banjir membuat kita hemat energi
Bila banjir yang cukup parah, aliran listrik kadang perlu dimatikan PLN untuk mengantisipasi
bahaya tersengat / tersetrum listrik. Sebenarnya saat itulah kita menghemat energi listrik walaupun
terpaksa. Setidaknya tidak terlalu banyak menonton sinetron atau tayangan yang tidak mendidik.
8) Banjir memutar roda perekonomian
Selain banjir dapat memberikan pekerjaan, sebenarnya banjir juga dapat memutar roda
perekonomian. Pembangunan, pembersihan, perawatan dan prasarana seperti rumah, gedung, jalan
dan jembatan yang rusak saat banjir akan menjadi proyek tersendiri bagi para kontraktor. Selain itu,
bahan makanan, minuman serta selimut akan lebih laris/ laku terjual .
9) Banjir bagaikan musim panen bagi para pemulung
Bila terjadi banjir, pemulung akan mendapat “panen” barang-barang yang rusak atau hanyut
terbawa banjir.
b. Dampak negatif akibat banjir:
1) Banjir dapat merusak sarana dan prasarana
Banjir dapat menghancurkan rumah, gedung, jembatan, jalan dan masih banyak lagi.
15
16. 2) Banjir memutuskan jalur transportasi
Dampak paling umum dari banjir adalah memutuskan jalur transportasi darat. Akibat genangan
air pada jalan yang cukup tinggi, motor, mobil atau bahkan truk puso / container tidak bisa melewati
jalan tersebut. Selain motor dan mobil, lalu lintas kereta api pun dapat terganggu.
3) Banjir merusak
Banjir merusak dan bahkan menghilangkan peralatan, perlengkapan, harta benda lainnya atau
bahkan jiwa manusia. Kerugian yang disebabkan banjir diantaranya adalah kerusakan benda, alat
elektronik, mesin, surat-surat berharga (sertifikat, ijazah, dll), perlengkapan rumah tangga, rumah,
gedung, dan yang paling berharga: jiwa manusia.
4) Banjir dapat mengakibatkan pemadaman listrik
Listrik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Karena tingginya air / luapan banjir, listrik harus
kita padamkan atau bahkan dipadamkan oleh pihak PLN. Bayangkan betapa terbatasnya aktifitas
keseharian kita bila aliran listrik padam.
5) Banjir mengganggu aktivitas sehari-hari
Dengan adanya banjir, otomatis akan menganggu aktifitas sehari-hari. Sekolah terganggu, kerja
terganggu, bersantai pun terganggu. Karena air banjir, semua aktifitas pun terganggu atau bahkan
harus dihentikan untuk sementara waktu.
6) Banjir dapat mengganggu atau bahkan merusak perekonomian
Perekonomian terganggu karena banjir merendam sawah sehingga panen/ produksi padi
terganggu, karena transportasi terputus bahan makanan yang diangkut oleh truk dapat membusuk atau
mungkin membutuhkan biaya tambahan karena harus mencari jalan alternatif walaupun lebih jauh.
7) Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar kita
Saat banjir datang tidak hanya air, tetapi juga membawa serta sampah, kotoran, limbah pabrik /
kimia, minyak (oli, bensin, solar, minyak ), dan masih banyak lagi. Selain dapat mencemari sumber
air bersih, banjir juga akan mengotori, halaman atau bahkan rumah kita sehingga menjadi tidak
hiegienis.
8) Banjir dapat mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit)
Banjir menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak bersih, sehingga nyamuk dan bibit
kuman penyakit mudah berkembang biak. Selain itu umumnya makanan dan minuman yang sehat
akan lebih susah ditemukan (terjadi kerawanan pangan) dan juga karena terlalu sering kena air maka
dapat menyebabkan kondisi tubuh menurun.
16
17. 9) Banjir dapat menyebabkan erosi atau bahkan longsor
Semakin deras air banjir, kemungkinan untuk mengiikis pinggiran aliran banjir akan semakin
tinggi sehingga erosi atau bahkan longsor akan semakin mungkin terjadi.
10) Banjir dapat merubah, mengganggu, atau bahkan menghapus / menghilangkan masa depan.
Bila banjir melanda cukup lama atau cukup besar, seiring dengan bertambahnya pengalaman
disaat banjir, roda kehidupan juga bisa dapat berubah dengan drastis. Kehilangan pekerjaan,
kehilangan mata pencaharian, hutang yang semakin menumpuk, kesehatan yang terganggu, atau
bahkan kehilangan jiwa.
6. Sekilas tentang tradisi banjir tahunan dan 5 tahunan
Di Jakarta tempat-tempat resapan air telah berubah fungsi menjadi bangunan bertingkat. DAS
kini tak berfungsi dengan baik karena tertimbun oleh limbah pabrik dan banyak pula tangan-tangan
jahil warrga yang dengan sadar membuang sampah ke Sungai. Kurangnya daerah hijau (tempat
resapan air) dan DAS yang kini tidak dapat berfungsi secara baik yang menjadi sedikit penyebab
terjadinya banjir tahunan di Jakarta. Belum lagi jika ada air kiriman dari Bogor, karena tidak jarang,
warga Jakarta mengalami banjir dadakan bahkan bukan pada saat musim penghujan.
Banjir yang sudah menradisi, menjadi tamu yang dari tahun ke tahun selalu hadir. Tamu tahunan
yang tidak diundang dan tentunya sangat tidak diharapkan kehadirannya.
Konon, tamu tahunan itu berubah wajah menjadi lebih menyeramkan pada periode lima tahunan.
Banjir yang lebih parahpun terjadi pada lima tahun sekali itu. Pada Febuari 2007 lalu memang terjadi
banjir bandang yang menggenangi sebagian besar ibu kota, bahkan sempat memutus akses dan
mengakibatkan kemacetan di mana-mana.
Kalau kita hitung maju 5 tahun dari tahun 2007 adalah tahun 2012 (tahun ini). Wajar saja jika
sebagian masyarakat mulai gelisah takut kalau-kalau bencana itu terulang kembali karena, disebagian
daerah mungkin masyarakatnya memiliki rasa trauamatik tersendiri.
Namun, menurut kepala badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (Kepala BMKG) Dr.
Sri Woro B Harijono. BMKG tidak mengenal banjir lima tahunan.
Banjir tidak mengenal siklus. Sebenarnya, salah satu faktor pemicu banjir dipengaruhi oleh tiga
hal, yakni penguapan, serta aktivitas di Samudra Pasifik dan di Samudra Hindia.
Suhu di Indonesia serta di Pasifik dan Hindia tidak selalu sama. Perbedaan suhu tersebut akan
berpengaruh pada pergerakan angin yang muaranya akan berpengaruh pada kecepatan pembentukan
massa uap air di udara, dan selanjutnya akan berdampak pada meningkatnya curah hujan. Jika suhu di
Indonesia lebih hangat, maka suhu di Pasifik lebih dingin. Suhu yang lebih dingin membuat tekanan
lebih tinggi. Angin akan bergerak ke Indonesia, sesuai hukum bahwa udara akan bergerak dari
17
18. tekanan tinggi ke rendah. Angin akan memicu pembentukan massa uap air di udara, meningkatkan
potensi curah hujan.
Pada tahun 2007, aktivitas di Pasifik memang meningkat secara signifikan. Peningkatan aktivitas
itulah yang menyebabkan curah hujan lebih tinggi. Karena peningkatan cukup signifikan, kenaikan
curah hujan juga signifikan, mengakibatkan banjir lebih besar.
Suhu muka laut di Indonesia memang saat ini lebih hangat, sementara Pasifik lebih dingin.
Namun, perbedaan ini tidak terlalu besar sehingga tidak memicu peningkatan aktivitas secara
signifikan di Indonesia. Pada Desember 2011 hingga Maret 2012, pembentukan massa uap air dan
curah hujan memang meningkat. Puncak musim hujan terjadi pada Desember 2011 dan Januari 2012.
Namun, peningkatannya tidak signifikan.
Dari hal tersebut, bisa diketahui potensi banjir tahun 2012. Peningkatan aktivitas memang
terjadi, tetapi tidak sebesar tahun 2007. Jadi, secara meteorologi, potensi banjir tahun 2012 tidak akan
sebesar tahun 2007.
Aktivitas Samudra Pasifik dan Hindia secara signifikan inilah yang tidak bisa dipastikan apakah
akan terjadi dalam periode tertentu, misalnya lima tahun. Karenanya, tidak bisa dipastikan pula banjir
besar akan terjadi di Indonesia, dalam hal ini Jakarta, sebagai wilayah yang dipengaruhi tiap lima
tahun.
7. Usaha-Usaha Pemerintah dalam Menanggulangi Banjir
Dewan Direksi Eksekutif Bank Dunia menyetujui keterlibatan dalam proyek rehabilitasi
sejumlah kanal dan waduk untuk mendukung sistem manajemen banjir DKI Jakarta.
Studi menunjukkan bahwa langkah yang paling membawa manfaat bagi mitigasi banjir di Jakarta
adalah merehabilitasi sistem manajemen banjir kota, agar kembali pada kapasitas semula. Selain
pengerukan, perawatan rutin juga akan membantu mitigasi banjir. Proyek Mitigasi Banjir Darurat
Jakarta akan melakukan pengerukan pada sebelas saluran air sepanjang 67,5 km serta empat waduk
seluas 65 hektar, untuk membantu mengembalikan kapasitas aliran air.
Rencana yang disebut juga " Jakarta Emergency Dredging Initiative " ini akan merehabilitasi
sekitar 42 km bantaran sungai dan semua kegiatan akan dilakukan pada titik-titik prioritas sistem
manajemen banjir Jakarta.
Proyek ini akan semaksimal mungkin mengurangi jumlah penduduk yang terkena dampak banjir,
sedangkan relokasi sebagai dampak kegiatan ini akan mengikuti Kerangka Kebijakan Permukiman
Kembali dari Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Kerangka Kebijakan ini konsisten dengan praktik
terbaik internasional untuk proses permukiman kembali dan mereka yang akan direlokasi oleh proyek
ini akan memperoleh akses perumahan yang memadai.
18
19. Proyek Mitigasi Banjir Darurat Jakarta atau "Jakarta Urgent Flood Mitigation Project" akan
didanai melalui pinjaman sebesar 139,64 juta dolar AS dan pemerintah Pusat serta Pemda DKI
Jakarta akan memberikan kontribusi dana pendamping sebesar 49,71 juta dolar AS. Saat ini, Jakarta
telah menderita kerugian akibat banjir yang berulang terutama yang terjadi pada bulan Januari 1996,
Februari 2001, dan Februari 2007. Banjir pada 2007 menggenangi sekitar 36 persen kota, berdampak
kepada lebih dari 2,6 juta penduduk dan memaksa 340 ribu orang untuk mengungsi dari rumah. Saat
itu, lebih dari 70 orang meninggal dan penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh banjir berakibat
kepada lebih dari 200 ribu penduduk dengan total kerugian mencapai 900 juta dolar AS.
19
20. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banjir rutin tahunan yang menjadi tradisi warga kota jakarta bukanlah hal yang baru kita alami.
Sudah sejak bertahun-tahun lalu keadaan ini terjadi. Dan makin kini makin parah, namun warga kota
dapat bernapas lega karena ternyata, banjir 5 tahunan tidaklah benar-benar ada. Karena banjir
bukanlah sebuah siklus.
Banjir tersebut bukan karena tidak adanya tindakan antisipasi oleh warga juga tidak adanya
gerakan oleh pemerintah. Banyak cara sudah dilakukan warga dan pemerintah untuk dapat mencagah
datangnya bencana tahunan tersebut seperti, kerjabakti secara berkala dan di buatnya gorong-gorong,
namun semua itu tidak akan optimal karena semakin sedikitnya daerah resapan air.
B. Saran
Sebagai warga yang baik maka hendaknya kita menjaga ligkungan sekitar seperti, tidak
membuang sampah ke kali atau selokan, menjaga kebersihan lingkungan dan tidak menyemen
halaman luar kita agar ada tempat untuk air meresap.
20