Dokumen tersebut membahas mengenai pergeseran minat bisnis di kalangan remaja dan mahasiswa saat ini. Hal ini didorong oleh kondisi persaingan kerja yang ketat serta pandangan orang tua yang sudah tidak negatif lagi terhadap dunia bisnis. Penelitian menunjukkan perlu adanya pendidikan kewirausahaan untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan mahasiswa dan mencetak pengusaha baru. Contohnya, WASERDA "KPN PELO
Makalah kewirausahaan (studi kasus waserda kpn pelopor palu) jiantari c 301 09 013
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sekarang ini, banyak anak muda mulai tertarik dan melirik profesi bisnis yang cukup
menjanjikan masa depan cerah. diawali oleh anak-anak pejabat, para sarjana dan diploma lulusan
perguruan tinggi, sudah mulai terjun ke pekerjaan bidang bisnis. Kaum remaja zaman sekarang,
dengan latar belakang profesi orang tua yang beraneka ragam mulai mengarahkan pandangannya
ke bidang bisnis. Hal ini didorong oleh kondisi persaingan diantara pencari kerja yang mulai
ketat. Lowongan pekerjaan mulai terasa sempit. Posisi pegawai negeri kurang menarik, ditambah
lagi dengan policy zero growth oleh pemerintah dalam kepegawaiaan.
Saat ini orang tua sudah tidak berpandangan negatif lagi pada dunia bisnis. Anak-
anak muda tidak lagi “malu” berdagang. Bahkan para artis banyak terjun ke dunia “bisnis” yang
bergerak dalam berbagai komoditi.
Berdasarkan suatu penelitian terhadap siswa kelas 3 SMU di kotamadya Bandung,
ditemukan adanya pergeseran minat bisnis di kalangan remaja. Suatu hal yang menonjol yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah adanya perubahan sikap dan pandangan dari generasi
muda calon intelektual bangsa kita. Demikian pula ada perubahan pandangan orang tua, yang
sudah menyenangi dan mengizinkan putra-putrinya terjun ke bidang bisnis.
Para remaja ini menyatakan mereka sangat menyenangi kegiatan bisnis. Mereka akan
terjun ke bidang bisnis karena pekerjaan bisnis cukup menjanjikan untuk masa depan. untuk
mengantisipasi pekerjaan bisnis, mereka mempersiapkan bekal, berupa sikap mental dan
menguasai beberapa keterampilan yang menunjang. Banyak keterampilan yang harus dimiliki
oleh remaja, seperti keterampilan mengetik manual, komputer, akuntansi, pemasaran, otomotif,
elektronik, dan sebagainya. Makin banyak keterampilan yang dikuasai, makin tinggi minat
bisnisnya dan makin banyak peluang terbuka untuk membuka berwirausaha.
Mahasiswa sebagai agen penggerak perubahan di negeri ini yang akan memegang
estafet kepemimpinan di masa mendatang harus berperan aktif untuk menjadi pelopor
terbentuknya perekonomian nasional yang tangguh. Oleh karena itu sudah saatnya dilakukan
perubahan paradigma berpikir dikalangan mahasiswa. Yaitu dari pola pikir sempit mencari kerja
setelah lulus kuliah menjadi pencipta lapangan kerja yang berbasis pada penciptaan usaha kecil
dan menengah, sehingga bangsa Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan wirausaha yang dirintis sejak dari
bangku kuliah. Kemampuan wirausaha merupakan modal dasar bagi seseorang yang ingin
bergerak di bidang usaha tertentu. Ada sebagian orang yang percaya bahwa kemampuan
wirausaha adalah bakat yang dibawa sejak lahir. Pendapat ini keliru. Kemampuan wirausaha
bukanlah karena faktor bakat, tetapi juga akan timbul dan terasah melalui pengalaman-
pengalaman dan pelatihan-pelatihan kewirausahaan.
Berkaitan dengan hal ini kami dari FEKON UNTAD Jurusan Akuntansi S1 dan juga
sebagai wadah kewirausahaan mahasiswa, membuka kesempatan kepada mahasiswa dan pelajar
yang ingin membangun dan mengembangkan jiwa wirausahanya untuk mendapatkan kisah dan
pengalaman langsung dari orang-orang yang telah susah payah membangun usahanya dan
bahkan mungkin pernah rugi hingga puluhan juta rupiah, sampai akhirnya mendapatkan
kesuksesan.
PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
1
2. Identifikasi Masalah:
1. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “KEWIRAUSAHAAN” itu setelah
meneliti usaha ini?
2. Apakah dengan meneliti usaha ini dapat menumbuhkan minat berwirausaha di diri
kita sendiri pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya?
3. Bagaimana jenis profil usaha yang diterapkan oleh WASERDA “KPN
PELOPOR” setelah meneliti usaha ini?
Tujuan Penelitian:
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
“KEWIRAUSAHAAN”, menumbuhkan minat berwirausaha di diri kita sendiri pada khususnya
dan mahasiswa pada umumnya setelah meneliti usaha ini dan mengetahui jenis profil usaha
bagaimana yang diterapkan oleh WASERDA “KPN PELOPOR”.
Kegunaan Penelitian:
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi pembaca maupun
masyarakat tentang “KEWIRAUSAHAAN”, minat berwirausaha di diri kita sendiri pada
khususnya dan mahasiswa pada umumnya setelah meneliti usaha ini dan jenis profil usaha
bagaimana yang diterapkan oleh WASERDA “KPN PELOPOR” dan sebagai bahan acuan untuk
penelitian labih lanjut.
Kerangka Pemikiran:
Untuk membangkitkan jiwa wirausaha mahasiswa adalah dengan memberikan
pendidikan dan pelatihan tentang kewirausahaan. Dorongan yang diupayakan untuk membangun
jiwa mahasiswa untuk berwirausaha dari pemerintah dan perkampusan dan berbagai pihak salah
satunya peran corporate social responsibility (CSR) dengan CSR yang kini sudah mulai masuk
kampus yang menumbuhkan sikap wirausaha di kalangan mahasiswa. Supaya mahasiswa siap
untuk mengembangkan berwirausaha.
Purdi E. Chandra mengatakan bahwa “kita perlu adanya upaya menciptakan
pengusaha baru”, sebab menjadi pengusaha itu bukan diajarkan tetapi dididik dalam pengertian
non formal. Sehingga, perlu ada solusi, yaitu bagaimana kita membuat pendidikan untuk
menciptakan orang jadi pengusaha. Hal itu biasa diberikan lewat model pendidikan, yang bukan
saja mengandalkan pada pengetahuan, tetapi juga emosional. Termasuk bagaimana
mencerdaskan emosi kita. Sementara universitas yang ada, hanya menciptakan calon pencari
kerja, bukan pencipta kerja. Padahal, semestinya di negara kita membutuhkan banyak pengusaha.
Karena nantinya, mereka akan menciptakan lapangan kerja baru. Kalau kemudian negara kita
lebih banyak pengusahanya daripada pekerjaannya, maka kita bias mengimpor tenaga kerja dari
luar negeri. Bukan sebaliknya, kita harus mengekspor tenaga kerja ke luar negeri seperti
sekarang ini.
Hipotesis:
2
3. 1. Setelah meneliti usaha ini di ketahui bahwa “KEWIRAUSAHAAN” merupakan
orang-orang yang mempunyai kemampuan memulai usaha baru, memindahkan
sumber-sumber ekonomi dari tingkat produktivitas rendah ke tingkat
produktivitas tinggi karena mampu menghasilkan produk yang lebih banyak
dengan menanggung segala risiko, dan mendapatkan keuntungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan
yang ada pada diri sendiri.
2. Ya, dengan meneliti usaha ini dapat menumbuhkan minat berwirausaha di diri
kita sendiri pada khususnya dan mahasiswa pada umumnya.
3. Setelah meneliti usaha ini diketahui bahwa jenis profil usaha yang diterapkan
oleh WASERDA “KPN PELOPOR” adalah Kewirausahaan Koperasi
(Perdagangan Eceran)
3
4. METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian:
Penelitian ini dilaksanakan di WASERDA “KPN PELOPOR” jalan Pramuka,
Kelurahan Besusu, Kecamatan Palu Selatan, Kotamadya Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Penelitian ini berlangsung selama 1 minggu, terhitung sejak persiapan dan
penyusunan mulai dari tanggal 4 Oktober sampai dengan 11 Oktober 2010.
Materi Penelitian:
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku acuan mengenai
“KEWIRAUSAHAAN”, sejumlah artikel mengenai “KEWIRAUSAHAAN” lewat situs internet
serta profil usaha dan laporan keuangan WASERDA “KPN PELOPOR” tahun buku 2008.
Metode Penelitian:
Untuk penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian langsung di
WASERDA “KPN PELOPOR” diikuti dengan pencarian non-media mengenai profil usaha dan
laporan keuangan WASERDA “KPN PELOPOR” tahun buku 2008.
Cara Kerja:
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan penelitian langsung di WASERDA
“KPN PELOPOR” diikuti dengan pencarian non-media mengenai profil usaha dan laporan
keuangan WASERDA “KPN PELOPOR” tahun buku 2008, setelah itu hasil data yang diperoleh
tersebut disusun secara kolektif dan efisien.
4
5. HASIL PENELITIAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Kenyataan menunjukkan, bahwa lautan kehidupan diwarnai oleh inovasi-inovasi
di berbagai bidang. Inovasi sebagai proses kreatif, tidak akan sukses ketika inovator belum
memiliki semangat kewirausahaan. Pemahaman kesadaran ini menuntut penyajian kuliah
Kewirausahaan dan Inovasi tidak bertumpu pada ranah kognitif, tetapi juga afektif, dan
psikomotorik. Dengan kata lain, melalui pendidikan tinggi, selain semakin memahami konsep
enterpreneurship juga diharapkan meningkatkan semangat enterpreneurship mahasiswa.
Program Pengembangan Kewirausahaan dilaksanakan untuk menumbuh
kembangkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa dan juga staf pengajar serta
diharapkan menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan
teknologi dengan jiwa kewirausahaan. Selain itu diharapkan pula hasil-hasil penelitian dan
pengembangan tidak hanya bernilai akademis saja, namum mempunyai nilai tambah bagi
kemandirian perekonomian bangsa. Kewirausahaan, dapat didefinisikan sebagai kemampuan
melihat & menilai kesempatan-kesempatan (peluang) bisnis serta kemampuan
mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi dalam
mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya.
Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi lulusan sarjananya menjadi seorang
wirausahawan muda sangat penting dalam menumbuhkan jumlah wirausahawan. Dengan
meningkatnya wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah
pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Pertanyaannya adalah bagaimana
pihak perguruan tinggi dapat mencetak wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan di
Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan
maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan sikap dan
perilaku kewirausahaan sasaran didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan
profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja. Selain itu
pula, secara historis masyarakat kita memiliki sikap feodal yang diwarisi dari penjajah Belanda,
ikut mewarnai orientasi pendidikan kita. Sebagian besar anggota masyarakat mengaharapkan
output pendidikan sebagai pekerja, sebab dalam pandangan mereka bahwa pekerja (terutama
pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani oleh warga
masyarakat. Lengkaplah sudah, baik pendidik, institusi pendidikan, maupun masyarakat,
memiliki persepsi yang sama terhadap harapan ouput pendidikan. Berbeda dengan di negara
maju, misalkan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat bahwa sejak 1983 telah merasakan
pentingnya pendidikan kejuruan. Dimana Pendidikan kejuruan yang dikembangkan diarahkan
pada usaha memperbaiki posisi Amerika dalam persaingan ekonomi dan militer. Pendidikan
kejuruan khususnya yang berkenaan dengan pendidikan bisnis, dikatakan bahwa dapat dilakukan
pada setiap level pendidikan, baik pada level Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun di
perguruan tinggi. Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan
wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum
menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Perhatikan, hampir seluruh sekolah masih
didominasi oleh pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Mengapa hal itu
dapat terjadi? Di satu sisi institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan
wirausahawan. Di sisi lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat
kerja masyarakat, misalkan kebijakan harga maksimum beras, maupun subsidi yang berlebihan
yang tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat. Sebagian besar pendorong perubahan,
inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan. Wirausahawan adalah seorang
yang menciptakan sebuah bisnis yang berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian bertujuan
memperoleh profit dan mengalami pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi kesempatan dan
memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Dewasa ini banyak kesempatan untuk
5
6. berwirausaha bagi setiap orang yang jeli melihat peluang bisnis tersebut. Karier kewirausahaan
dapat mendukung kesejahteraan masyarakat serta memberikan banyak pilihan barang dan jasa
bagi konsumen, baik dalam maupun luar negeri. Meskipun perusahaan raksasa lebih menarik
perhatian publik dan sering kali menghiasi berita utama, bisnis kecil tidak kalah penting
perannya bagi kehidupan sosial dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu
pemerintah mengharapkan para sarjana yang baru lulus mempunyai kemampuan dan keberanian
untuk mendirikan bisnis baru meskipun secara ukuran bisnis termasuk kecil, tetapi membuka
kesempatan pekerjaan bagi banyak orang. Pihak perguruan tinggi bertanggung jawab dalam
mendidik dan memberikan kemampuan dalam melihat peluang bisnis serta mengelola bisnis
tersebut serta memberikan motivasi untuk mempunyai keberanian menghadapi resiko bisnis.
Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi para sarjananya menjadi young entrepreneurs
merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan. Menurut
Thomas Zimmerer dalam bukunya, ada 8 faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan antara
lain sebagai berikut :
1. Wirausahawan Sebagai Pahlawan.
Faktor diatas sangat mendorong setiap orang untuk mencoba mempunyai usaha sendiri
karena adanya sikap masyarakat bahwa seorang wirausaha dianggap sebagai pahlawan serta
sebagai model untuk diikuti. Sehingga status inilah yang mendorong seseorang memulai
usaha sendiri.
2. Pendidikan Kewirausahaan.
Pendidikan kewirausahaan sangat populer di banyak akademi dan universitas di Amerika.
Banyak mahasiswa semakin takut dengan berkurangnya kesempatan kerja yang tersedia
sehingga mendorong untuk belajar kewirausahaan dengan tujuan setelah selesai kuliah dapat
membuka usaha sendiri.
3. Faktor ekonomi dan Kependudukan.
Dari segi demografi sebagian besar entrepreneur memulai bisnis antara umur 25 tahun
sampai dengan 39 tahun. Hal ini didukung oleh komposisi jumlah penduduk di suatu negara,
sebagian besar pada kisaran umur diatas. Lebih lagi, banyak orang menyadari bahwa dalam
kewirausahaan tidak ada pembatasan baik dalam hal umur, jenis kelamin, ras, latar belakang
ekonomi atau apapun juga dalam mencapai sukses dengan memiliki bisnis sendiri.
4. Pergeseran ke Ekonomi Jasa
Di Amerika pada tahun 2000 sektor jasa menghasilkan 92% pekerjaan dan 85% GDP negara
tersebut. Karena sektor jasa relatif rendah investasi awalnya sehingga untuk menjadi populer
di kalangan para wirausaha dan mendorong wirausaha untuk mencoba memulai usaha sendiri
di bidang jasa.
5. Kemajuan Teknologi.
Dengan bantuan mesin bisnis modern seperti komputer, laptop, notebook, mesin fax, printer
laser, printer color, mesin penjawab telpon, seseorang dapat bekerja dirumah seperti layaknya
bisnis besar. Pada zaman dulu, tingginya biaya teknologi membuat bisnis kecil tidak
mungkin bersaing dengan bisnis besar yang mampu membeli alat-alat tersebut. Sekarang
komputer dan alat komunikasi tersebut harganya berada dalam jangkauan bisnis kecil.
6. Gaya Hidup Bebas.
6
7. Kewirausahaan sesuai dengan keinginan gaya hidup orang Amerika yang menyukai
kebebasan dan kemandirian yaitu ingin bebas memilih tempat mereka tinggal dan jam kerja
yang mereka sukai. Meskipun keamanan keuangan tetap merupakan sasaran penting bagi
hampir semua wirausahawan, tetapi banyak prioritas lain seperti lebih banyak waktu untuk
keluarga dan teman, lebih banyak waktu senggang dan lebih besar kemampuan
mengendalikan stress hubungan dengan kerja. Dalam penelitian yang telah dilakukan bahwa
77% orang dewasa yang diteliti, menetapkan penggunaan lebih banyak waktu dengan
keluarga dan teman sebagai prioritas pertama. Menghasilkan uang berada pada urutan kelima
dan membelanjakan uang untuk membeli barang berada pada urutan terakhir.
7. E-Commerce dan The World-Wide-Web
Perdagangan on-line tumbuh cepat sekali, sehingga menciptakan perdagangan banyak
kesempatan bagi wirausahawan berbasis internet atau website. Data menunjukkan bahwa
47% bisnis kecil melakukan akses internet sedangkan 35% sudah mempunyai website
sendiri. Faktor ini juga mendorong pertumbuhan wirausahawan di beberapa negara.
8. Peluang Internasional.
Dalam mencari pelanggan, bisnis kecil kini tidak lagi dibatasi dalam ruang lingkup Negara
sendiri. Pergeseran dalam ekonomi global yang dramatis telah membuka pintu ke peluang
bisnis yang luar biasa bagi para wirausahawan yang bersedia menggapai seluruh dunia.
Kejadian dunia seperti runtuhnya tembok Berlin, revolusi di negara-negara baltik UniSoviet
dan hilangnya hambatan perdagangan sebagai hasil perjanjian Masyarakat Ekonomi Eropa,
telah membuka sebagian besar pasar dunia bagi para wirausahawan. Peluang Internasional
akan terus berlanjut dan tumbuh dengan cepat pada abad ke 21.
Faktor yang mendukung pembahasan ini adalah faktor Pendidikan
Kewirausahaan. Di luar negeri banyak universitas mempunyai suatu program khusus dalam
mempelajari bidang kewirausahaan, sehingga ada suatu embrio young entrepreneur. Peranan
perguruan tinggi hanya sekedar menjadi fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan
penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi kuat,
keberanian, kemampuan serta karakter pendukung dalam mendirikan bisnis baru.
Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi sarjananya menjadi wirausahawan
muda sangatlah penting. Hal ini dilihat dari beberapa pembahasan bidang kewirausahaan yang
telah dikemukakan diatas. Masalahnya adalah bagaimana pihak perguruan tinggi mampu
melakukan peranannya dengan benar dan mampu menghasilkan sarjana yang siap berwirausaha.
Peranan pihak perguruan tinggi dalam menyediakan suatu wadah yang memberikan kesempatan
memulai usaha sejak masa kuliah sangatlah penting, sesuai dengan pendapat Thomas Zimmerer
bahwa memulai bisnis, bisa pada saat masa kuliah berjalan, akan tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana peranan perguruang tinggi dalam hal memotivasi mahasiswanya untuk tergabung
dalam wadah tersebut. Karena tanpa memberikan gambaran secara jelas apa saja manfaat
berwirausaha, maka besar kemungkinan para mahasiswa tidak ada yang termotivasi untuk
memperdalam keterampilan berbisnisnya.
Oleh karena itu, pihak perguruan tinggi juga perlu mengetahui faktor yang paling
dominan memotivasi mahasiswa dalam berwirausaha. Hasil penelitian mengatakan bahwa ada 3
faktor paling dominan dalam memotivasi sarjana menjadi wirausahawan yaitu faktor
kesempatan, faktor kebebasan, faktor kepuasan hidup. Ketiga faktor itulah yang membuat
mereka menjadi wirausahawan. Penelitian ini sangat membantu pihak perguruan tinggi dalam
memberikan informasi kepada para mahasiswanya, bahwa menjadi wirausahawan akan
mendapatkan beberapa kesempatan, kebebasan dan kepuasan hidup. Proses penyampaian ini
harus sering dilakukan sehingga mahasiswa semakin termotivasi untuk memulai berwirausaha.
Sebab banyak mahasiswa merasa takut menghadapi resiko bisnis yang mungkin muncul yang
membuat mereka membatalkan rencana bisnis sejak dini.
7
8. Motivasi yang semakin besar, ada pada mahasiswa menyebabkan wadah yang
disiapkan oleh pihak perguruan tinggi tidak sia-sia, melainkan akan melahirkan wirausahawan
muda yang handal. Dengan semakin banyaknya mahasiswa memulai usaha sejak masa kuliah,
maka besar kemungkinan setelah lulus akan melanjutkan usaha yang sudah dirintisnya. Sehingga
semakin berkurangnya jumlah pengangguran di negara kita, akan tetapi sebaliknya semakin
bertambahnya jumlah lapangan pekerjaan yang dibuka.
Membangun Jiwa Wirausaha Pada Mahasiswa
Jiwa wirausaha dan pantang menyerah, memang tidak dimiliki oleh semua orang.
Ada orang-orang yang sejak kecil memiliki jiwa yang kuat dan pantang menyerah menghadapi
permasalahan yang dihadapinya, tetapi ada pula orang-orang yang jika tidak disuruh atau
ditunjukkan secara jelas, tidak bisa berbuat apa-apa alias pasif dalam menghadapi kehidupan.
Namun bukan berarti jiwa itu tidak bisadibangkitkan. Menurut teori yang sekarang dianut oleh
banyak pengembang bahwa jiwa kewirausahaan itu bisa dibangkitkan melalui pembelajaran dan
pelatihan. Orang-orang yang tadinya tidak memiliki jiwa wirausaha, setelah melalui pendidikan
dan pelatihan bisa menjadi orang-orang yang hebat dan tangguh. Karena itu, jika para
mahasiswa, setelah keluar dari perguruan tinggi tidak memiliki jiwa wirausaha itu, mungkin
karena pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi, tidak mengajarkan bagaimana cara
membangkitkan jiwa wirausaha dalam diri mereka, sehingga mereka pasif dalam menghadapi
masa depan mereka. Salah satu alternatif untuk membangkitkan jiwa wirausaha mahasiswa
adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kewirausahaan. Mungkin setiap
mahasiswa yang akan lulus dari perguruan tinggi, perlu dikasih wawasan dan bekal tentang
kewirausahaan. Pembekalan secara teoritis tentang kewirausahaan bisa dilakukan secara
bersama-sama dalam satu gedung pertemuan selama beberapa hari, lalu dilanjutkan dengan
survey ke beberapa perusahaan atau tempat usaha yang mungkin bisa diaplikasikan oleh para
mahasiswa.
Ada satu pengalaman menarik di Gontor Ponorogo, yaitu kegiatan raihlah
iqtishadiyah. Setelah para santri menyelesaikan studinya dan sambil menunggu kelulusan,
mereka dibekali dengan teori-teori tentang kewirausahaan. Setelah itu, mereka diajak keliling
Indonesia, ada di antara mereka yang dikirim ke Jawa Timur, Jawa Tengah dan bahkan Jawa
Barat, untuk melakukan studi ke beberapa tempat usaha yang berkembang, mulai dari
perusahaan kecil, menengah hingga besar. Dari studi tour itu, mereka disuruh untuk membuat
laporan tentang studi toour tersebut, lalu disuruh untuk membuat rencana kegiatan usaha yang
akan dilakukan oleh mereka setelah kembali ke rumah masing-masing. Dari situ ternyata
berdampak sangat luar biasa dalam membangun jiwa wirausaha para lulusan gontor. Banyak di
antara mereka yang setelah pulang dari pondok, langsung merintis usaha sesuai dengan minat
dan bakat mereka masing-masing. Paling tidak 2% dari mereka, berhasil menjadi wirausahawan
yang sukses di masyarakat.
Adapun dorongan yang diupayakan untuk membangun jiwa mahasiswa untuk
berwirausaha dari pemerintah dan perkampusan yaitu peran corporate social responsibility(CSR)
kian nyata.Tak hanya menjaga citra perusahaan, CSR kini sudah mulai masuk kampus untuk
menumbuhkan sikap wirausaha di kalangan mahasiswa. Kewajiban pelayanan sosial berbagai
korporasi masih terlalu jamak disinonimkan sebagai kewajiban moral bagi lingkungan sosial
secara ala kadarnya.Tak heran bila terkadang CSR masih belum dilihat sebagai satu hal penting
dalam memberikan manfaat lebih besar CSR sebetulnya memiliki kekuatan dahsyat daripada
sekadar yang kita bayangkan selama ini. Lebih dari itu, CSR bisa menjadi sarana sangat efektif
dalam membangun jiwa wirausaha para mahasiswa Executive Director CSR dari CSR Indonesia,
koperasi di dalam negeri bisa melakukan berbagai langkah dalam mengarahkan program CSR
sebagai instrumen pendorong lahirnya sikap wirausaha mahasiswa di berbagai perguruan tinggi.
Di antaranya menjadikan perguruan tinggi sebagai mitra perusahaan dengan cara membuka
dirinya dalam kegiatan penelitian dan pemagangan yang dilakukan perguruan tinggi. “Bisa juga
(perusahaan) menyediakan dukungan finansial dan sumber daya lain untuk mempromosikan
CSR dan menyediakan berbagai jenis dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah
(UMKM) dan businessman up. terutama yang berkaitan dengan bisnis inti perusahaan dengan
8
9. melibatkan perguruan tinggi, koperasi sebaiknya mengubah paradigma bahwa program CSR
semata-mata bertujuan memberikan citra yang baik bagi perusahaan. Lebih dari itu, dia menilai,
CSR bisa membangun komunitas (community development) wirausaha. CSR juga bisa
digunakan sebagai investasi komunitas (community investment) tersebut. “Seperti program
pengenalan kewirausahaan dilingkungan kampus semacam ini, perusahaan dapat membantu
meningkatkan pemahaman dosen dan mahasiswa, sekaligus memotivasi mereka menjadi para
pelaku usaha pada masa depan,” katanya. perusahaan selama ini menempatkan CSR sebagai
bagian dari strategi “mematuhi” dan “melampaui” atas berbagai tantangan sosial di lingkungan
sekitarnya. Dengan bersikap mematuhi, perusahaan tersebut berbuat untuk berbagai perubahan
signifikan dalam kinerja sosial dan lingkungan. “Sedangkan dengan sikap melampaui,
perusahaan akan melakukan perubahan kinerja sebelum mendapat tekanan dari masyarakat,”
mahasiswa sekarang sudah harus menanamkan diri kemandirian berupa jiwa wirausaha. Dengan
begitu, diharapkan mahasiswa siap hidup mandiri selepas meninggalkan bangku kuliah. “Ubah
paradigma dari sekarang dari job seeker menjadi job creator. Bentuk karakter yang produktif,
jangan konsumtif. Bersiap menghadapi berbagai kendala yang dapat menghambat kemajuan
usaha kita,” bekal pertama yang harus dimiliki mahasiswa dalam membentuk jiwa wirausahanya
adalah memiliki keyakinan kuat dalam menggapai cita-citanva melalui aktivitas kewirausahaan.
para mahasiswa untuk mengembangkan minat berwirausaha ini sejak di bangku kuliah “Unpad
telah menjaring berbagai proposal kewirausahaan dari mahasiswa untuk ditindaklanjuti menjadi
sebuah usaha bisnis baru yang dijalankan mahasiswa dengan bantuan pembiayaan dari berbagai
pihak, seperti pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas dan pihak perbankan.”
Kendati begitu, para dosen juga berperan penting dalam mendorong jiwa wirausaha mahasiswa
para dosen bisa menyisipkan dan menggiatkan materi kewirausahaan ini kepada para mahasiswa
melalui materi perkuliahan Pemerintah berharap, jumlah wirausaha dalam negeri bisa naik
menjadi2%-3% dari saat ini O,18% melalui pendidikan kewirausahaan di berbagai lembaga
pendidikan dalam negeri. Tahun 2010 misalnya, ditargetkan 10.000 mahasiswa siap menjadi
wirausaha muda yang mandiri. Depdiknas melalui Ditjen Dikti memiliki banyak skema dalam
mendorong wirausaha mahasiswa. Skema pertama adalah pemberian dana bantuan kepada
perguruan-perguruan tinggi sebagai bentuk bantuan permodalan bagi mahasiswa dalam Program
Mahasiswa Wirausaha (PMWi Dikti). Skema ini diterapkan melalui perguruan tinggi negeri
badan hukum milik negara 1 BUMN sebesar Rp2 miliar, Rp l miliar untuk universitas, institut
dan sekolah tinggi negeri non BUMN, Rp500 juta untuk politeknik negeri, dan Rp l miliar untuk
setiap Koordinator Perguruan Tinggi Swasta. Skema kedua adalah pendampingan mahasiswa
yang menerima bantuan permodalan. Melalui skema ini telah melatih 1000 dosen dari 300an
perguruan tinggi dalam Training Trainer Dosen Kewirausahaan yang bekerja sama dengan
Universitas Ciputra Enter-preneurship Center (UCECI.) Skema ketiga merealisasikan program
Cooperative Academic Education (COOP Program). Melalui program ini diikuti memberikan
pengajaran wirausaha bagi mahasiswa S-l yang telah mencapai semester enam dan diberikan
kesempatan bekerja di industri, perusahaan, dan usaha kecil dan menengah (UKM selama 3-6
bulan). Skema keempat, membangun jaringan sinergi business intellectual government (BIG)
antara Depdiknas dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). zaenal muttaqin)
Dengan demikian mahasiswa setelah menjadi sarjana dengan gelar S1 dapat
membuat lapangan kerja sendiri yaitu dengan berwirausaha yang membuka lapangan pekerjaan
untuk masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan (penganguran).
Cara Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan
Kalau dulu bekerja pada orang lain dianggap sebagai satu-satunya cara untuk
mendapatkan uang, tetapi sekarang berwirausaha menjadi trend masa depan, karena dianggap
lebih prospektif untuk meraih kebebasan waktu dan keuangan. Namun berwirausaha juga
memerlukan pengetahuan, kecakapan, serta pengalaman, sehingga harus dipupuk sejak dini.
Beberapa hal berikut ini merupakan hal yang perlu kita perhatikan dan lakukan berkenaan
dengan upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan tersebut.
Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri
sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan
9
10. dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Keunikan atau kualitas produk atau jasa maupun
kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima
dengan baik. Sebab sukses dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih
kepercayaan banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli produk
atau memakai jasa yang kita tawarkan.
Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri
menciptakan impian, memiliki keyakinan luar biasa, serta ketekunan berusaha. Sebab seorang
pewirausaha haruslah berjiwa pionir sejati. Artinya, syarat untuk menjadi pewirausaha yang
berhasil itu harus mampu membuat perencanaan yang baik, cepat dan efisien, berani
menanggung resiko dengan melakukan investasi materi, waktu, usaha, serta ekstra kesabaran
memelihara dan menjaga usahanya dengan baik sebelum melihatnya tumbuh sukses. Memupuk
kebiasaan berpikir positif merupakan hal penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha.
Sebagaimana diketahui bahwa tak seorangpun pebisnis sukses di dunia ini yang
tidak pernah gagal. Di samping profesional, memiliki etos kerja dan dedikasi yang tinggi, mereka
juga selalu mampu bangkit ketika mengalami kegagalan. Bila kita selalu dapat berpikir positif,
tentu saja kita juga mampu menjadikan setiap kegagalan sebagai motivasi untuk terus bergerak
maju.
Memupuk kemampuan mencetak laba adalah bagian dari upaya-upaya
menumbuhkan jiwa wirausaha. Untuk itu kita harus belajar tentang bagaimana melakukan
pemasaran yang baik dan juga meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan manajemen
keuangan. Sebab dalam dunia usaha, keuntungan sekecil apapun sangat penting untuk
memperkuat stabilitas sekaligus untuk melakukan ekspansi usaha.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berarti juga harus meningkatkan kemampuan
mengorganisasi, yaitu menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula. Mulailah
dengan membuat jadwal yang teratur dan disiplin menjalankan jadwal tersebut dan berteman
dengan orang-orang yang memberi inspirasi dan teladan mulia. Latihan semacam itu potensial
menjadikan kita mampu mengorganisasi usaha dan memastikan usaha terus berekspansi.
Meningkatkan kemampuan berkomunikasi menjadi bagian penting dalam
menumbuhkan jiwa wirausaha. Sebab kemampuan berkomunikasi ini sangat penting untuk
menggali informasi dari target pasar tentang produk atau jasa yang sangat diinginkan sekaligus
untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelanggan. Bila kita sudah
mampu memenuhi kebutuhan konsumen, lalu menjalin komunikasi dengan baik, menghargai,
dan bersikap sopan terhadap mereka, maka dengan sendirinya para pelanggan akan selalu setia
menggunakan produk atau jasa kita bahkan ikut mempopulerkan bisnis kita.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas,
yaitu mengubah sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang
pasar. Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber informasi
lainnya dan aktif memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat penting untuk
menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan. Kreatifitas
menjadikan usaha Kita tidak pernah mengenal krisis.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh
kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan
wirausaha itu sendiri. Oleh sebab itu, tumbuhkan terus jiwa kewirausahaan Kita, dengan terus
mengembangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas. Pastikan di masa akan datang Kita menjadi
orang yang lebih baik, sukses dalam berwirausaha, hidup lebih kaya dan bahagia, dan sekaligus
berempati tinggi.
10
11. Profil Usaha dan Laporan Keuangan WASERDA “KPN PELOPOR” Tahun Buku 2008
1) Nama Perusahaan : WASERDA “KPN PELOPOR”
2) Bidang Usaha : Kewirausahaan Koperasi (Perdagangan Eceran)
3) Jenis Produk/Jasa : Penjualan Barang (Kebutuhan RT sehari-hari)/Simpan Pinjam
4) Alamat Perusahaan : Jln. Pramuka No. 21 Palu 94111 Sulawesi Tengah
5) Nomor Telepon : (0451) 451593-21430
6) Bank Perusahaan : BDN-BBD
7) Mulai Berdiri : 22 Oktober 1987
8) Modal Sendiri : Rp. 57.818.477,60,- (SP,SW,CK,CMK,SHU yg blm dibgi&2008)
9) Pendapatan/Tahun : Rp. 29.420.905,00,- (Rp. 2.451.742,08,-/Bulan)
10) Laba/Tahun : Rp. 2.843.814,00,- (Rp. 236.984.50,-/Bulan)
A. Bidang Organisasi dan Manajemen
Keanggotaan
Jumlah anggota WASERDA “KPN PELOPOR” sampai dengan tahun 2008
sebanyak 39 orang terdiri dari:
Anggota Penuh : 36 orang
Calon Anggota : 3 orang
Dilayani : 48 orang
Anggota WASERDA “KPN PELOPOR” sampai dengan tahun 2008 yang masuk
sebanyak 5 orang yang keluar dari keanggotaan karena meninggal dunia dan
purna bhakti (pensiun) sebanyak 12 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tahun Masuk Keluar
2005 3 orang 2 orang
2006 1 orang 4 orang
2007 1 orang
2008 1 orang 5 orang
Jumlah 5 orang 12 orang
Pengurus, Badan Pengawas dan Karyawan
Sesuai keputusan rapat anggota tahunan (RAT) tahun buku 2003 tanggal 14
Februari 2004 melalui pemilihan langsung, maka komposisi pengurus dan badan
pengawas masa bakti 2004-2008 adalah sebagai berikut:
I. Pengurus : Ketua : Moh Nasir Dg. Malimpo, S. sos
Sekretaris : Mustamin, BSc
Bendahara : Yunias Tawawo
II. Badan Pengawas : Ketua : Drs. Arifin Baharuddin
Anggota : Drs. Kaharuddin BM. Radjak
Anggota : Drs. Kisman
Buku-Buku Organisasi/Administrasi
11
12. Untuk menunjang kegiatan-kegiatan organisasi, usaha dan keuangan WASERDA
“KPN PELOPOR”, pengurus sudah berusaha membenahi administrasi
pembukuan keuangan berdasarkan bukti-bukti kas keluar (KK) dan kas masuk
(KM) dan dilengkapi buku-buku organisasi yang terdiri dari 9 (Sembilan) buah
buku pokok dan 7 (tujuh) buah buku penunjang yang semuanya lengkap dan
dikerjakan dengan baik.
B. Bidang Usaha
Kegiatan unit usaha yang dikelola oleh pengurus WASERDA “KPN PELOPOR”
tahun buku 2008 adalah dua unit usaha yaitu unit usaha simpan pinjam dan unit usaha waserda,
dan untuk mengetahui kegiatan masing-masing unit adalah sebagai berikut:
1) Unit Usaha Simpan Pinjam
• Tahun 2008
-Volume pemberian pinjaman (48 orang) Rp. 75.144.435,26,-
-Angsuran pinjaman (24 orang) Rp. 20.545.835,00,-
-Sisa pinjaman (44 orang) Rp. 54.598.600,26,-
-Pendapatan jasa/bunga yang masih harus diterima
pada (27 orang) anggota Rp. 50.372.963,00,-
-Pendapatan jasa/bunga yang sudah diterima
dari (20 orang) anggota Rp. 6.794.532,00,-
-Beban usaha dan administrasi unit simpan pinjam Rp. 4.696.207,00,-
-SHU bersih unit simpan pinjam Rp. 2.098.325,00,-
2) Unit Waserda
• Tahun 2008
-Volume penjualan barang Rp. 22.626.373,00,-
-Persediaan awal per 31-12-2007 Rp. 2.584.969,00,-
-Pembelian barang Rp. 22.167.150,00,- +
Rp. 24.752.119,00,-
-Persediaan akhir per 31-12-2008 Rp. 3.497.360,00,- _
-Harga pokok penjualan barang Rp. 21.254.759,00,- _
-SHU kotor unit waserda Rp. 1.371.614,00,-
-Beban usaha dan administrasi unit waserda Rp. 626.125,00,- _
-SHU bersih unit waserda Rp. 745.489,00,-
12
13. C. Bidang Keuangan/Permodalan
Keadaan keuangan/permodalan WASERDA “KPN PELOPOR” sampai dengan
tahun 2008 dapat dilihat pada laporan keuangan, untuk lebih jelasnya kami sajikan laporan
keuangan ini sebagai berikut:
Penjelasan pos-pos neraca per 31 Desember 2008
Perhitungan sisa hasil uasaha (SHU) WASERDA “KPN PELOPOR” per
31 Desember 2008
KESIMPULAN DAN SARAN
13
14. Kesimpulan:
Pengangguran dan kemiskinan hingga saat ini merupakan masalah besar bangsa
Indonesia yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS Februari 2008, jumlah penganggur
terbuka tercatat sebanyak 9,43 juta orang (8,46%) per Agustus 2008 berjumlah 9,39 juta orang
( 8,39 %) dari total angkatan kerja sekitar 111,4 juta orang. pengangguran terbuka didominasi
lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) besar 17,26 %, Sekolah menengah Atas (SMA)
sebesar 14,31 %, Perguruan Tinggi (PT) 12,59%, Diploma 11,21 %, lulusan SMP, 9,39 % dan
lulusan Sekolah Dasar (SD) 4,57 %, dari jumlah penganggur.
Jumlah penganggur tersebut diperkirakan akan bertambah dengan adanya krisis
keuangan global sebesar 20 juta orang sehingga dari jumlah penganguran di tahun sebelumnya
sebesar 190 juta orang, akan bertambah menjadi 210 juta orang di tahun 2009.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia, antara
lain: Pertama, jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang tersedia
(kesenjangan antara supply and demand). Kedua, kesenjangan antara kompetensi pencari kerja
dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pasar kerja (mis-match), Ketiga, masih adanya anak
putus sekolah dan lulus tidak melanjutkan yang tidak terserap dunia kerja/berusaha mandiri
karena tidak memiliki keterampilan yang memadai (unskill labour), Keempat, terjadinya
pemutusan hubungan kerja (PHK) karena krisis global, dan Kelima, terbatasnya sumber daya
alam di kota yang tidak memungkinkan lagi warga masyarakat untuk mengolah sumber daya
alam menjadi mata pencaharian. Dari kelima faktor tersebut, faktor pertama, kedua dan ketiga
merupakan faktor dominan yang menyebabkan pengangguran di Indonesia. Dari gambaran
tersebut di atas maka perlu dikembangkan program-program kewirausahaan pemuda dalam
rangka mempercepat penurunan angka pengangguran.
Mengingat data pengangguran pemuda masih cukup tinggi, apabila tidak
memperoleh perhatian yang serius mengakibatkan masalah sosial yang cukup tinggi pula.
Beberapa masalah sosial yang diakibatkan oleh tingginya pengangguran diantaranya
penyalahgunaan narkoba, kriminalitas, pergaulan bebas, premanisme, trafficing, dan lain
sebagainya. Kondisi tersebut akan mengganggu pembangunan di segala bidang dan stabilitas
nasional.
Saran:
• Semoga semua pengertian-pengertian yang ada dalam makalah ini
mengenai ”KEWIRAUSAHAAN” anda pahami benar-benar.
• Pelajarilah sekali lagi guna pendalaman pemahaman anda.
• Usahakan seluruh kosentrasi anda tercurah dalam proses pembelajaran ini.
DAFTAR PUSTAKA
14
15. Alma, Buchari, H. DR. PROF, KEWIRAUSAHAAN; Edisi Revisi; Penerbit ALFABETA;
Bandung, 2006
Profil Usaha dan Laporan Keuangan WASERBA ”KPN PELOPOR” Tahun Buku 2008
Pencarian Web lewat Situs Internet mengenai ”KEWIRAUSAHAAN”
Sumber Artikel:
• www.google.com
15