1. PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
UNTUK ZONASI TINGKAT KERAWANAN BENCANA
LETUSAN GUNUNG API PAPANDAYAN
(Studi Kasus Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung)
1)
Tri Widodo 2)
Jaka Firman Purnama 3)
Marina Bela Norika 4)
Gani Indra Samudra
Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI
ABSTRACT
Volcano recorded as volcanoes most active in West Java with notes eruption
quite a lot and have potentially catastrophic consequences is very high, it should
be the central government, local and surrounding residents prepare to minimize
the impact caused by the eruption of volcanoes. Thus the importance of going to
hazard mitigation needs to be pursued in order to be alert and responsive when
pre-disaster, when disaster strikes and post-disaster was coming. One of them is
by making zoning map vulnerability to disasters through application of GIS
(Geographic Information System).Map-making disaster-prone areas can use GIS
application, in addition to easy ways of working and processing geographic data
presented in accordance with the present GIS (up to date). Thus our study is
expected to provide useful information worth used. Based on the above, given the
potential danger posed by Papandayan very large volcanic eruption. Not only
affect the area in Garut alone but feared impact on the District of Bandung
Regency Kertasari it is necessary to study or research in the area titled
"Utilization of Geographic Information Systems for Disaster Vulnerability Level
Zoning Volcano Eruption Papandayan (Case Study: Sub Kertasari Bandung
district) "as one of the mitigation measures.
The method used in this study was a descriptive survey method. In the case
study area is widely used analytical tool in the form of tables, both single table or
table cross, graphs, diagrams, maps, aerial photographs, satellite imagery, so
that the resulting discussion is descriptive-qualitative. Descriptive-qualitative
sense here, it implies that research conducted basing on data interpretation and
qualitative data rather than on statistical techniques and mathematical mostly
quantitative data. Nevertheless, to facilitate and maintain constancy judgments, in
this research pengkuantifikasian qualitative data obtained in the figures (scoring
system).
Based on the research and analysis conducted by researchers at the
conclusion of this study is on the terms of the resulting overlay zoning map, there
are three levels of vulnerability to volcanic eruption Papandayan. Among them
prone zones, potential zones and safe zones. Based on the analysis of zoning
menghasulkan secure area of 129 744 000 m2, covering an area of 16,959,600 m2
2. potentially Zones, and Zone-prone area of 4.381 million m2 of covering the entire
territory dikecmatan Sukasari 146 703 600 m2.
Keywords : Utilization of GIS, Zoning vulnerability to disasters, Volcanic
Papandayan
ABSTRAK
Gunung Papandayan yang tercatat sebagai gunungapi paling aktif di Jawa
Barat dengan catatan-catatan letusan yang cukup banyak dan memiliki potensi
bencana yang sangat tinggi, sudah seharusnya pemerintah pusat, daerah dan
penduduk sekitarnya mempersiapkan diri untuk meminimalisir dampak yang
ditimbulkan oleh bencana letusan gunungapi. Dengan demikian pentingnya akan
mitigasi bencana perlu diupayakan agar siap siaga dan tanggap ketika pra
bencana, ketika bencana datang dan pasca bencana itu datang. Salah satunya
dengan membuat peta zonasi tingkat kerawanan bencana melalui aplikasi SIG
(Sistem Informasi Geografis). Pembuatan peta kawasan rawan bencana dapat
menggunakan aplikasi SIG, selain mudah cara pengerjaan dan pengolahannya
data-data geografis yang disajikan dalam SIG sesuai dengan kekinian (up to
date). Sehingga penelitian yang kami lakukan diharapkan dapat memberikan
informasi yang bermanfaat layak dipergunakan. Berdasarkan latar belakang
diatas, mengingat potensi bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunungapi
Papandayan sangat besar. Tidak hanya berdampak pada daerah yang ada di
Kabupaten Garut saja melainkan dikhawatirkan berdampak pada Kecamatan
Kertasari Kabupaten Bandung maka perlu adanya kajian atau penelitian di
daerah tersebut dengan judul “Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk
Zonasi Tingkat Kerawanan Bencana Letusan Gunung Api Papandayan (Studi
Kasus : Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung)” sebagai salah satu upaya
mitigasi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei deskriptif. Dalam hal penelitian wilayah banyak digunakan alat bantu
analisis berupa tabel, baik tabel tunggal maupun tabel silang, grafik, diagram,
peta-peta, foto udara, citra satelit, sehingga pembahasan yang dihasilkan bersifat
deskriptif-kualitatif. Pengertian deskriptif-kualitatif disini, mengandung arti
bahwa penelitian yang dilakukan mendasarkan interpretasi datanya pada data
kualitatif dan bukan pada teknik-teknik statistik dan matematik yang kebanyakan
datanya bersifat kuantitatif. Namun demikian, untuk memudahkan dan
mempertahankan keajegan penilaian, dalam penelitian ini dilakukan
pengkuantifikasian data kualitatif yang diperoleh dalam angka-angka (scoring
system).
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh peneliti
kesimpulan dari penelitian ini yaitu berdasarakan hasil overlay peta terdapat tiga
zonasi tingkat kerawanan bencana letusan gunung api papandayan. Diantaranya
zona rawan, zona berpotensi dan zona aman. Berdasarkan analisi tersebut
menghasulkan zonasi aman seluas 129.744.000 m2
, Zona berpotensi seluas
3. 16.959.600 m2
, dan Zona rawan seluas 4.381.000 m2
dari seluruh wilayah
dikecmatan sukasari seluas 146.703.600 m2
.
Kata Kunci : Pemanfaatan SIG, Zonasi tingkat kerawanan bencana, Gunung
Papandayan
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Secara geologi Indonesia berada pada wilayah tumbukan tiga lempeng
utama bumi, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Eurasia, dan lempeng Indo-Australia
sehingga sangat rawan terhadap bencana yang diakibatkan oleh tenaga endogen
khususnya fenomena vulkanik. karena Indonesia terletak di jalur gunung api aktif
dunia sepanjang busur cincin api pasifik (Pasific Ring Of Fire) menyebabkan
indonesia memiliki 129 gunung api aktif dan 271 titik erupsi. Beberapa gunung
api aktif yang ada di Indonesia khususnya di Jawa Barat sudah memperlihatkan
tanda-tanda keaktifannya seperti Gunung Tangkubanperahu yang mengeluarkan
material gas pada 6 maret 2013, sehingga mengakibatkan Tangkubanperahu
sebagai tempat wisata ditutup untuk sementara waktu.
Selain gunung Tangkubanperahu Provinsi Jawa Barat memiliki 6 gunungapi
aktif lainnya yaitu Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung,
Gunung Ciremai, Gunung Gede dan Gunung Salak yang sebagian besar
terbentang di bagian selatan. Ke tujuh gunungapi yang masih aktif tersebut
memiliki potensi erupsi yang sangat berbahaya khususnya bagi masyrakat yang
tinggal disekitar gunung tersebut. Potensi ancaman erupsi memiliki empat
tingkatan mulai dari terendah sampai yang tertinggi, yakni tingkatatan normal,
waspada, siaga, dan awas.
Gunung Papandayan adalah salah satu gunungapi yang berada di Provinsi
Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan dengan posisi geografis
07 19’00”LS dan 107 44’300” BT dan memiliki ketinggian 2665 meter di atas
permukaan laut atau 1950 m di atas daratan kota garut. Gunung Papandayan
termasuk gunungapi tipe strato yang ditetapkan memiliki status waspada dan
4. meningkat menjadi level 2 pada 28 Oktober 2010. Gunung Papandayan memiliki
beberapa kawah yang terkenal diantaranya Kawah Baru, Kawah Manuk, Kawah
Mas dan Kawah Nangklak.
Papandayan tecatat beberapa kali erupsi. Di antaranya pada tahun 1772,
1923, 1942, 1993 dan 2003. Letusan paling besar terjadi pada tahun 1772 yang
menghancurkan sedikitnya 40 Desa dan menewaskan sekitar 2.951 jiwa
penduduk. Daerah yang tertutup longsoran mencapai 10 km dengan lebar 5 km.
Material yang dikeluarkan gunungapi yang menjadi potensi bahaya utama bagi
kehidupan manusia, diantaranya lava, awan panas, lontaran material pijar, hujan
abu lebat, dan gas beracun (CO, CO2, HCN, dll). Selain itu terdapat juga bahaya
ikutan yang dapat menimpa manusia secara tidak langsung, diantaranya lahar
dingin,banjir bandang dan longsoran vulkanik. Berdasarkan catatan potensi
bahaya yang terjadi di gunung Papandayan diantaranya : lava, gas beracun, awan
panas, dan letusan lumpur seperi yang terjadi di Kawah Mas yang menghancurkan
hutan pada 25 Januari 1924.
Sejak April 2006 Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) menetapkan status Papandayan ditingkatkan menjadi waspada, setelah
terjadi peningkatan aktivitas seismik. Hal tersebut terbukti ketika Papandayan
meletus cukup kuat pada tanggal 20 November 2006. Pada tanggal 7-16 April
2008 terjadi peningkatan suhu di dua kawah, yakni kawah Mas (245-262 C), dan
Balagadama (91-116 C).
Berdasarkan data terbaru kini Gunungapi Papandayaan mulai menunjukan
aktifitas vulkaniknya yaitu berupa asap tebal yang keluar dari salah satu kawah
dan tercatat mengalami gempa bersekala kecil beberapa kali, sehingga status
Gunungapi Papandayaan ditingkatkan menjadi siaga level III pada 05 Mei 2013.
Gunung Papandayan yang tercatat sebagai gunungapi paling aktif di Jawa
Barat dengan catatan-catatan letusan yang cukup banyak dan memiliki potensi
bencana yang sangat tinggi, sudah seharusnya pemerintah pusat, daerah dan
penduduk sekitarnya mempersiapkan diri untuk meminimalisir dampak yang
ditimbulkan oleh bencana letusan gunungapi. Dengan demikian pentingnya akan
mitigasi bencana perlu diupayakan agar siap siaga dan tanggap ketika pra
5. bencana, ketika bencana datang dan pasca bencana itu datang. Salah satunya
dengan membuat peta zonasi tingkat kerawanan bencana melalui aplikasi SIG
(Sistem Informasi Geografis). Jika penelitian sebelumnya menganalisis bahaya
dan risiko bencana gunungapi Papandayan yang dikhususkan dampaknya di
Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut, maka tidak menunutup kemungkinan
daerah disekitarnya terkena dampak pula dari gunungapi Papandayan. Sehingga
perlu dikaji tingkat kerawanannya seperti di Kecamtan Kertasari Kabupaten
Bandung yang berbatasan langsung dengan Gunungapi Papandayan. Lebih
tepatnya di sebelah tenggara kota Bandung.
Pembuatan peta kawasan rawan bencana dapat menggunakan aplikasi SIG,
selain mudah cara pengerjaan dan pengolahannya data-data geografis yang
disajikan dalam SIG sesuai dengan kekinian (up to date). Sehingga penelitian
yang kami lakukan diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
layak dipergunakan. Berdasarkan latar belakang diatas, mengingat potensi bahaya
yang ditimbulkan oleh letusan gunungapi Papandayan sangat besar. Tidak hanya
berdampak pada daerah yang ada di Kabupaten Garut saja melainkan
dikhawatirkan berdampak pada Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung maka
perlu adanya kajian atau penelitian di daerah tersebut dengan judul “Pemanfaatan
Sistem Informasi Geografis Untuk Zonasi Tingkat Kerawanan Bencana Letusan
Gunung Api Papandayan (Studi Kasus : Kecamatan Kertasari Kabupaten
Bandung)” sebagai salah satu upaya mitigasi.
Rumusan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi bencana letusan
Gunung Papandayan di wilayah studi yang telah ditentukan yaitu Kecamatan
Kertasari, dengan pembuatan zonasi kerawanan bencana letusan gunungapi.
Penelitian ini diarahkan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu
bagaimana zonasi tingkat kerawanan bencana letusan Gunung Api Papandayan di
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung ?
6. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi bencana letusan
Gunung Papandayan di wilayah studi yang telah ditentukan yaitu Kecamatan
Kertasari, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kelompok ini selain
sebagai tuntutan kewajiban tugas akademik juga ditujukan untuk mengidentifikasi
zonasi tingkat kerawanan bencana letusan Gunung Api Papandayan di Kecamatan
Kertasari Kabupaten Bandung
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei deskriptif. Dalam hal penelitian wilayah banyak digunakan alat bantu
analisis berupa tabel, baik tabel tunggal maupun tabel silang, grafik, diagram,
peta-peta, foto udara, citra satelit, sehingga pembahasan yang dihasilkan bersifat
deskriptif-kualitatif. Pengertian deskriptif-kualitatif disini, mengandung arti
bahwa penelitian yang dilakukan mendasarkan interpretasi datanya pada data
kualitatif dan bukan pada teknik-teknik statistik dan matematik yang kebanyakan
datanya bersifat kuantitatif. Namun demikian, untuk memudahkan dan
mempertahankan keajegan penilaian, dalam penelitian ini dilakukan
pengkuantifikasian data kualitatif yang diperoleh dalam angka-angka (scoring
system).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh komponen geosfer yang berada
di wilyah Kecamtan Kertasari. Sampel dalam penelitian ini adalah Peta
administratif Kecamatan Kertasari, Peta penggunaan lahan Kecamatan Kertasari,
Peta kemiringan lereng Kecamatan Kertasari, Peta curah hujan Kecamatan
Kertasari, Peta aliran sungai Kecamatan Kertasari, Peta jangkauan awan panas
gunung papandayan.
Bahan dan alat yang akan diperlukan dalam penelitian ini anatar alain yaitu:
Alat yang diperlukan : 1) GPS 2) Penggaris; 3) Kamera digital; 4) Softwere
MapInfo Profesional 9.5; 5) Softwere Microsoft Office 2007; 6) Perangkat
komputer. Bahan yang diperlukan : 1) Buku catatan; 2) Bulpoin; 3) Peta
7. administratif Kecamatan Kertasari; 4) Peta aliran sungai Kecamatan Kertasari; 5)
Peta curah hujan Kecamatan Kertasari ; 6) Peta jangkauan awan panas Gunung
Papandayan; 7) Peta kemiringan lereng Kecamatan Kertasari; 8) Peta penggunaan
lahan Kecamatan Kertasari.
Teknik Penelitian yang dipakai dalam penelitian inni antara lain :
1)Pengumpulan Data, adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai
dengan masalah penelitian, maka dalam penelitian ini digunakan teknik
pengumpulan data, yaitu : a) studi literatur Teknik ini mengambil data dan
informasi, teori dan hukum yang di ambil dari buku, laporan, hasil penelitian,
artikel dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. (Analistiani,
2011). Studi literatur dalam sebuah penelitian untuk mendapatkan gambaran yang
menyeluruh tentang apa yang sudah dikerjakan orang lain dan bagaimana orang
mengerjakannya, kemudian seberapa berbeda penelitian yang akan kita lakukan.
(Morgana, 2011); b) Observasi. Observasi adalah suatu cara pengumpulan data
dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu
periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal
tertentu yang diamati. (Sadudin, 2011). Teknik ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data dengan mengadakan pengamatan langsung di lokasi penelitian
dan mendapatkan gambaran pengamatan langsung di lokasi penelitian dan
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diteliti; c)
Studi dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen
yang ada pada instansi terkait tentang data yang berhubungan dengan masalah
penelitian. Adapun data yang diperoleh yaitu data statistik Kabupaten Kertasari,
pengumpulan peta dasar seperti Peta Rupa Bumi Indonesia, Peta Aliran Lahar dari
Badan Geologi dan sebagainya; d) Analisis Peta. Teknik ini digunakan untuk
menganalisis lokasi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian; 2)
Pemrosesan data. Pada tahap pemrosesan data melakukan coding terhadap lokasi
penelitian yang telah di ploting sebelumnya secara langsung di lapangan.
Pengcodingan ini menentukan zonasi atau batasan dari wilayah yang kami teliti.
Kemudian menghasilkan peta baru berupa peta zonasi tingkat kerawanan bencana
8. letusan Gunung Api Papandayan dalam pengcodingan ini, kami menggunakan
software MapInfo Profesinal 9.5 untuk membantu mempermudah dalam
pemrosesan data sehingga dapat diklasifikasikan menjadi sumber informasi yang
baru. Pemrosesan data dan pembuatan peta dengan menggunakan software
MapInfo melalui tahapan yang telah dipelajari sebelumnya; 3) Analisis data.
Setelah data penunjang telah terkumpul maka proses slanjutnya yaitu melakukan
analisis data awal dengan metode scoring tiap peta parameter. Peta Parameter
yang telah dibuat terdiri dari kelas penggunaan lahan, kelas kemiringan lereng,
jarak dari aliran sungai, curah hujan, dan jangkauan awan panas. Tujuan scoring
sendiri untuk mengetahui seberapa penting dan berpengaruhkah tiap parameter
yang akan dipakai dan dikaji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang telah didapatkan untuk kemudian dianalisis melalui: 1)
teknik penyajian data dalam bentuk tabel, grafik dan peta dengan bantuan
perangkat keras komputer beserta program pengoperasiannya (perangkat lunak
atau software) dan alat bantu menggambar lainnya. Pengolahan data dan
penggambaran peta dilakukan dengan menggunakan program Map Info dan Arc
View, yaitu suatu perangkat lunak yang sudah dapat melakukan pengintegrasian
data grafik dan data atribut, sehingga pemakai dapat berhubungan dengan basis
data yang bereferensi geografi. Program Arc View digunakan dalam analisis
skoring dan tumpang susun (overlay), buffering, dan analisis tiga dimensi,
sedangkan program Map Info digunakan dalam proses layout peta sebelum
dicetak; 2) teknik analisis data, teknik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis SIG berupa analisis skoring tumpang susun
(overlay), buffering dan analisis tiga dimensi. Pembobotan dalam penelitian ini
menggunakan konsep penilaian pengaruh, dimana parameter yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap intensitas kerawanan bencana, mendapat bobot
yang lebih besar dibandingkan parameter yang lainnya. Sebaliknya, parameter
yang mempunyai pengaruh yang kecil terhadap intensitas kerawanan bencana,
9. mendapat bobot yang lebih kecil dibandingkan parameter lainnya. Langkah-
langkah analisis zonasi kerawanan bencana letusan gunung api berbasis SIG,
secara detail akan diuraikan sebagai berikut :
Langkah Pertama : Digitasi Peta-peta Tematik
Gambar 1. Peta Kelas Penggunan Lahan Kecamatan Kertasari
10. Gambar 2. Peta Kelas Kemiringan Lereng Kecamatan Sukasari
Gamabar 3. Peta Curah Hujan Kecamatan Kertasari
11. Gambar 4. Peta Zonasi Aliran Lahar Gunung Papandayan
Gambar 5. Peta Radius Jangkauan Lontaran Batu Pijar dan Hujan Abu Vulkanik
Gunung Papandayan Wilayah Kecamatan Kertasari
12. Langkah Kedua : Klasifikasi Skoring Tiap Parameter
Setelah didapat parameter yang berpengaruh yang akan digunakan dalam
analisis zonasi kerawanan bencana letusan gunung api, kemudian tiap parameter
tersebut dilakukan skoring. Dibawah ini akan dijelaskan skoring tiap parameter.
Tabel 1. Skoring Kelas Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan
Nilai
Kemampuan
Bobot Skoring
1 Pemukiman 3
2
6
2 Pertanian / perkebunan / ladang 2 4
3 Hutan/ lahan kosong 1 2
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Tabel 2.Skoring Kelas Kemiringan Lereng
No Kemiringan lereng
Nilai
Kemampuan
Bobot Skoring
1 < 16 % 1
2
6
2 16 – 25 % 2 4
3 > 25 % 3 2
Sumber : Hasil Analisi, 2013
Tabel 3. Skoring Jarak Dari Aliran Sungai
No Jarak Dari Sungai (m)
Nilai
Kemampuan
Bobot Skoring
1 < 250 3
3
9
2 250 – 500 2 6
3 > 700 1 3
Sumber : Hasil Analisi, 2013
Tabel 4. Skoring Informasi Curah Hujan
No
Curah Hujan
(mm/thn)
Nilai
Kemampuan
Bobot Skoring
1 2.000 – 3.000 1
1
1
2 3.000 – 4.000 2 2
3 > 4.000 3 3
Sumber : Hasil Analisi, 2013
13. Tabel 5. Skoring Jangkauan Lontaran Batu Pijar dan Hujan Abu Vulkanik
No
Jangkauan Lontaran Batu Pijar/Abu
Vulkanik (Km)
Nilai
Kemampuan
Bobot Skoring
1 < 4 3
3
9
2 4 – 7 2 6
3 >7 1 3
Sumber : Hasil Analisi, 2013
Keterangan : 1 : Berpotensi Rentan
2 : Rentan
3 : Sangat Rentan
Setelah selesai melakukan scoring peta parameter selanjutnya melakukan
pembobotan dari tiap peta parameter yang akan digunakan. Pembobotan ini
bertujuan untuk menganalisis sejauh mana peta parameter tersebut berpengaruh
dan berdampak pada penelitian kajian ini. Adapun pembobotan dan
keterangannya sebagai berikut :
Tabel 6. Pembobotan Tiap Parameter
No Jenis Peta Pembobotan
1 Peta Penggunaan Lahan 2
2 Peta Kemiringan Lereng 2
3 Peta Jarak Aliran Sungai 3
4 Peta Curah Hujan 1
5 Peta Jangkauan Awan Panas 3
Keterangan : 1 : Kurang Penting
2 : Penting
3 : Sangat Penting
Dalam pembobotan ini kami memiliki interpretasi sebagai berikut :
Pertama, untuk peta penggunaan lahan diberi bobot 2 karena penggunaan
lahan penting untuk diperhatikan terutama pemukiman dimana dalam pemukiman
termasuk manusia yang menjadi parameter dalam resiko terkenanya dampak dari
bencana gunungapi. Bobot 2 menjadi nilai tengah dimana dalam penggunaan
lahan tidak hanya pemukiman saja yang terkena dampak melainkan penggunaan
14. lain seperti hutan, lahan kosong dan pertanian. Namun bahaya yang paling besar
tentulah parameter pemukiman.
Kedua, untuk peta kemiringan lereng diberi bobot 2 karena posisinya
penting dan berpengaruh terhadap bencana yang ditimbulkan oleh letusan
gunungapi. Lereng menentukan cepat lambaatnya lahar mengalir ke sungai/ke
daerah yang lebih landai. Sehingga jika lerengnya semakin curam maka kecepatan
lahar akan semakin tinggi untuk menuruni lereng.
Ketiga, peta jarak aliran sungai, sungai menjadi parameter yang sangat
penting dimana sungai berasosiasi langsung dengan pemukiman sehingga diberi
bobot 3. Ketika lahar menuruni lereng dan jangkauannya relative jauh maka lahar
akan masuk ke sungai dan berdampak pada pemukiman khusunya pemukiman
yang memiliki jarak dekat dengan sungai. Sehingga peta parameter ini sangat
penting dibuat.
Keempat, peta curah hujan, untuk peta curah hujan diberi bobot 1 karena
memiliki posisi yang kurang penting karena menurut analisa kami hujan belum
pasti di prediksi akan turun pada saat terjadinya letusan gunungapi. Namun,
parameter hujan akan menjadi sangat penting jika seandainya hujan turun pada
saat terjadinya pasca letusan karena hujan akan membawa material letusan ke
daerah lebih landai dengan cepat seperti lahar dingin.
Kelima, peta jangkauan lontaran batu pijar dan hujan abu vulkanik diberi
bobot 3 karena posisinya sangat penting, dimana informasi mengenai jarak mana
saja yang dapat terlanda dapat menentukan kesiapsiagaan masyarakat untuk
tanggap ketika terjadi gunung meletus sehingga memermudah mobilisasi/
perpindahan masyarakat ketempat yang aman.
Langkah Ketiga : Melakukan Overlay peta tematik, yaitu 1) Peta Kelas
Penggunan Lahan Kecamatan Kertasari; 2) Peta Kelas Kemiringan Lereng
Kecamatan Sukasari; 3) Peta Curah Hujan Kecamatan Kertasari; 4) Peta Zonasi
Aliran Lahar Gunung Papandayan Wilayah Kecamatan Kertasari; 5) Peta Radius
Jangkauan Lontaran Batu Pijar dan Hujan Abu Vulkanik Gunung Papandayan
Wilayah Kecamatan Kertasari.
15. Langkah Keempat : penjumlahan field (item) nilai atribut peta, yaitu (Skoring
Peta Kelas Penggunan Lahan Kecamatan Kertasari + Skoring Peta Kelas
Kemiringan Lereng Kecamatan Sukasari + Skoring Peta Curah Hujan Kecamatan
Kertasari + Skoring Peta Zonasi Aliran Lahar Gunung Papandayan Wilayah
Kecamatan Kertasari + Skoring Peta Radius Jangkauan Lontaran Batu Pijar dan
Hujan Abu Vulkanik Gunung Papandayan Wilayah Kecamatan Kertasari).
Langkah Kelima : mencari nilai maksimum dan minimum dari hasil
penjumlahan tiap semua kelas.
Langkah Keenam : penentuan interval kelas tiap rawan, dilakukan
perhitungan sederhana yaitu dengan cara menghitung skor total minimum dan
skor total maksimum, terakhir mengurangi skor total maksimum dan minimum
lalu di bagi dengan jumlah tiga kelas skor. Untuk perhitungannya sebagai berikut :
1) Skor Total Minimum (STMin)
STMin = SPL.BPL + SKL.BKL + SJS.BJS + SCH.BCH + SAW.BAW
= 1 . 2 + 1 . 2 + 1 . 3 + 1 . 1 + 1 . 3
= 11
2) Skor Total Maksimum (STMaks)
STMax = SPL.BPL + SKL.BKL + SJS.BJS + SCH.BCH + SAW.BAW
= 3 . 2 + 3 . 2 + 3 . 3 + 3 . 1 + 3 . 3
= 6 + 6 + 9 + 3 + 9
= 33
Keterangan :
SPLBPL (skor penggunaan lahan x bobot)
SKLBKL (skor kemiringan lereng x bobot)
SJS BJS (skor jarak sungai x bobot)
SCHBCH (skor curah hujan x bobot)
SAWBAW (skor jangkauan awan x bobot)
STMin (skor total minimum)
STMaks (skor total maksimum)
16. Maka angka 7 menjadi range untuk menentukan 3 klasifikasi zonasi
sehingga dapat diketahui zonasi kerentanan bahaya vulkanisme gunung api
Papandayan di Kecamatan Kertasari.
Langkah ketujuh : Zonasi
penentuan nilai tiap kelas rawan, untuk kelas pertama, nilai yang didapat
merupakan penjumlahan nilai minimum dan nilai interval yang telah diketahui
pada langkah kelima, sedangkan kelas selanjutnya mengikuti. Penentuan jarak
kelas rawan dan penentuan kelas tingkat kerawanan bencana letusan gunung api,
Kelas Kerawanan yang akan dihasilkan dari penelitian ini, antara lain:
11 – 18 = Zona Aman Bahaya Vulkanisme
19 – 26 = Zona Berpotensi Bahaya Vulkanisme
27 – 33 = Zona Rawan Bahaya Vulkanisme
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan oleh peneliti
kesimpulan dari penelitian ini yaitu berdasarakan hasil overlay peta terdapat tiga
zonasi tingkat kerawanan bencana letusan gunung api papandayan. Diantaranya
zona rawan, zona berpotensi dan zona aman. Zonasi aman terdapat hampir di
setiap desa. Zonasi berpotensi lebih banyak tersebar di Desa Neglawangi,
Cibeureum dan Sukapura. Berdasarkan hasil zonasi tingkat kerawanan bencana
Gunung Api Papandayan menunjukan bahwa Desa Neglawangi merupakan desa
yang sangat rawan terkena dampak letusan gunungapi. Baik dari material
piroklastik berupa batu pijar dan hujan abu vulkanik maupun aliran lahar dingin,
penggunaan lahan yang terkena dampak letusan gunungapi di Desa Neglawangi
umumnya hutan dan tegalan, daerah yang berpotensi terkena damapk letusan
gunungapi umumnya tersebar di Kecamatan Kertasari namun hanya beberapa titik
saja khususnya pada lereng yang sangat curam, daerah aman tersebar luas
diseluruh desa khusunya di bagian utara kecamatan kertasari.
17. Gambar 5. Peta Zonasi Tingkat Kerawanan Bencana Gunung Api Papandayan
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung
Tabel 7. Jumlah Luas Kelas Kerawanan Bencana Gunung Api Papandayan
Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung
No Desa
Kelas kerawanan (Luas area dalam m2
)
Rawan % Berpotensi % Aman % Jumlah
1 Desa Santosa 190.400 1.122667987 19.360.000 14.92169195 19.550.400
2 Desa Neglawangi 4.381.000 100 12.080.000 71.228095 32.810.000 25.28825996 44.890.000
3 Desa Tarumajaya 726.500 4.283709521 37.560.000 28.94931558 38.286.500
4 Desa Cikembang 401.000 2.364442558 12.000.000 9.248982612 12.401.000
5 Desa Cibereum 1.555.000 9.168848322 10.950.000 8.439696633 12.505.000
6 Desa Cihawuk 1.074.000 6.332696526 12.520.000 9.649771858 13.594.000
7 Desa Sukapura 932.700 5.499540083 4.544.000 3.502281416 5.476.700
Jumlah 4.381.000 100 16.959.600 100 129.744.000 100 146.703.600
Sumber : Hasil Analisis SIG, 2013.
18. Saran yang ditunjukkan pada penelitian ini, ditujukkan kepada pemerintah daerah:
1) Pembuatan peta zonasi tingkat kerawanan bencana yang sudah ada, ada
baiknya dimanfaatkan dalam rangka arahan pemanfaatan ruang, terutama
pemanfaatan ruang di daerah dengan tingkat kerawanan bencana yang tinggi dan
penduduk sekitar daerah penelitian; 2) Pembatasan izin pembangunan di daerah
yang berpotensi memiliki tingkat kerawanan yang tinggi, dan untuk penduduk di
sekitar agar tidak melakukan alih fungsi lahan yang tidak sesuai peruntukannya,
dan bersiap-siap untuk selalu waspada terhadap bencana letusan gunung api dan
selalu tanggap terhadap informasi yang diberikan oleh pihak Pemerintah terkait
penetapan status Gunungapi Papandayan.
19. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Budiyanto Eko. (2004). Sistem Informasi Geografis Menggunakan MapInfo.
Yogyakarta : ANDI
Setiawan Iwan. (2010) . Dasar – Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung :
Penerbit Buana Nusantara Press
Sugiyono. (2011) . Statistka Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit ALFABETA,
CV.
Jurnal
Setiawadi.(2011).Pemanfaatan System Informasi Geografis Untuk Zonasi Tingkat
Kerawanan Bencana Letusan Gunungapi Tangkubanparahu. Jurnal Gea.
11(2): 209-225
Dokumentasi
Badan Pusat Statistika ___. Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun
2011.__Bandung.
Badan Pusat Statistika___. Kecamatan Kertasari Dalam Angka Tahun
2012__Bandung
Internet
Darmawan .2008.Pemetaan Rawan Bencana.[Online] Tersedia di :
http://mdarmawan-kenkyu.blogspot.com/2008/01/pemetaan-rawan-bencana-
dan-resiko.html [15 Maret 2013]
Hafizhal.2011.gunungapi. [Online] Tersedia di
http://hafizhalfurqon.blogspot.com/2011/06/gunung-api.html [16 Maret
2013]
Rina.____. Gunung Api Yang Membawa Dampak. [Online] Tersedia di :
http://rina-heryanah.blogspot.com/2011/07/letusan-gunung-api-yang-
membawa-dampak.html [16 Maret 2013]
Roland. (2012). Pengertian Gunungapi. [Online]. Tersedia
http://rolandgoeslaw.wordpress.com/2012/04/05/pengertian-gunung-api/.
[16 Maret 2013]
Pedoman Penanggulangan Bencana Gunungapi [Online] Tersedia di :
http://piba.tdmrc.org/content/pedoman-penanggulangan-letusan-gunungapi
[16 Maret 2013].
Yandra .(2012). Analisis Rawan Bencana. [Online] terseduia di
http://yandragautama.wordpress.com/2011/12/28/makalah-analisis-rawan-
bencana/. [16 Maret 2013].