SlideShare a Scribd company logo
1 of 96
SISTEM
      PENYELENGGARAAN
        PEMERINTAHAN
            NKRI




               Bahan Ajar Diklat
               Prajabatan Gol. III
                     Tri Widodo W. Utomo
Pusat Kajian Manajemen Kebijakan (PKMK) 1
  Free Powerpoint Templates          Page
              Lembaga Administrasi Negara
Data Pribadi
NAMA         : Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
TTL          : Yogyakarta, 15-07-1968
NIP          : 19680715 199401 1 001
JABATAN     : Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan/
              Peneliti Utama Bidang Administrasi Publik
Gol/Pangkat : IV-c / Pembina Utama Muda
Alamat KTR : Jl. Veteran No. 10 Jakarta
              Telp. 021-3868202; Fax. 021-3800187
Alamat RMH : Villa Melati Mas Blok M6/12A, Serpong
              Tangerang Selatan, HP. 0819-503-4500

                  Free Powerpoint Templates         Page 2
Sistematika Materi

1. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan
   NKRI;
2. Penyelenggaraan Negara Yang Bersih &
   Bebas KKN;
3. Peraturan Perundang-Undangan;
4. Lembaga Negara / Pemerintah;
5. Manajemen Pemerintahan.



          Free Powerpoint Templates       Page 3
Bagian 1
Sistem Penyelenggaraan
   Pemerintahan NKRI
        Sistem Pemerintahan;
           Negara Hukum;
        Sistem Konstitusional;
   Sistem Presidensial & Parlementer
       Pembatasan Kekuasaan.


           Free Powerpoint Templates    Page 4
WILAYAH NEGARA RI




     Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
    yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
                 ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 25A)

Awal 2004: 32 prov & 434 kab/kota.   Jumlah pulau: 17.508
Awal 2009: 33 prov & 497 kab/kota.   Luas: 1.919.440 km2 (terluas ke-15 di dunia)
Filsafat/
                      Teologi
     Administrasi/
     Manajemen                    Sejarah




                     PEMERIN-
Kebijakan                               Hukum
                      TAHAN



       Politik                    Psikologi

                      Ekologi
                                                7
SPPN pra Amandemen UUD '45
 Indonesia adalah Negara yang Berdasar Atas Hukum
  (Rechtstaat);
 Sistem Konstitusional;
 Kekuasaan Negara yang Tertinggi Ada di Tangan MPR;
 Presiden adalah Penyelenggara Pemerintah yang Tertinggi
  dibawah Majelis;
 Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR;
 Menteri Negara ialah Pembantu Presiden; Menteri Negara
  Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR;
 Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas.
                                                            8
Negara Hukum Indonesia
   UUD 1945 NASKAH ASLI           UUD 1945 SETELAH PERUBAHAN



            BAB I                             BAB I
  BENTUK DAN KEDAULATAN             BENTUK DAN KEDAULATAN
           Pasal 1                           Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Ne-    (1) Negara Indonesia ialah Ne-
     gara Kesatuan, yang               gara Kesatuan, yang
     berbentuk Republik.               berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan adalah di tangan   (2) Kedaulatan berada di tangan
     rakyat, dan dilakukan            rakyat dan dilaksanakan
     sepenuhnya oleh Majelis          menurut Undang-Undang
     Permusyawaratan Rakyat.          Dasar.***)
                                  (3) Negara Indonesia adalah
                                      negara hukum. ***)
 F.R. Bothlingk: De staat, waarin de wilsvrijheid van
  gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht (negara dimana
  kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh
  ketentuan hukum).
 Prof. R. Djokosutomo: Negara berdasarkan pada kedaulatan
  hukum. Hukumlah yg berdaulat. Negara adalah merupakan
  subjek hukum, dalam arti rechtstaat (badan hukum
  republik). Karena negara itu dipandang sebagai subjek
  hukum, maka jika ia bersalah dapat dituntut didepan
  pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.
Negara Hukum &
          Sistem Hukum Dunia
     ANGLO SAXON                EROPA KONTINENTAL
Common Law (Konvensi)          Civil Law (Written Law)
                               Rechtstaat (Immanuel Kant &
Rule of Law (AV. Dicey)
                               Friedrich Julius Stahl)
Tidak ada pemisahan Per-       Peradilan Administrasi yg
adilan Umum & Administrasi.    terpisah.
Supremasi hukum (legal supremacy); Tidak ada kekuasaan yg
sewenang2 (absence of arbitrary power); Kedudukan yg sama di
depan hukum (equality before the law); Jaminan HAM;
Pembagian kekuasaan (division/separation of power).
Negara Hukum Indonesia
 Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat),
  bukan berdasarkan atas kekuasaan (Machtsstaat).
 3 Asas Pokok Negara Hukum (Prajudi A):
   Asas monopoli paksa (Zwangmonopoli)  monopoli
    penggunaan kekuasaan dan paksaan untuk membuat
    orang menaati apa yang menjadi keputusan penguasa.
   Asas persetujuan rakyat  peraturan yg dibuat tanpa
    perintah/kuasa UU adalah tidak sah. Ingat prinsip No
    Taxation without Representation.
   Asas persekutuan hukum (rechtsgemeenschap)  Rakyat
    dan penguasa Negara bersama- sama merupakan suatu
    persekutuan hukum (rechtsgemeenschap, legal partnership).
Parlementer: sistem pemerintahan dmn pemerintah
                 (eksekutif) bertanggungjawab kpd
                 parlemen (legislatif). Cirinya:
 Kekuasaan Kepala Negara merupakan kekuasaan nominal (hanya
  merupakan figur kepemimpinan formal & seremonial; hanya sbg
  lambang), shg kekuasaan politiknya dalam pemerintahan relatif
  kecil.
 Pelaksana dan penanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan
  adalah PM bersama para menteri (Kabinet),
 Kedudukan Kabinet tergantung pada dukungan Parlemen, dan
  Kabinet akan jatuh apabila Parlemen menarik dukungannya.
 Parlemen dapat dibubarkan oleh Kepala Negara atas usul PM;
  sebaliknya Kabinet dapat dijatuhkan oleh Parlemen melalui mosi
  tidak percaya (vote of non-confidence).
Presidensial: sistem pemerintahan dmn Kepala
                 Pemerintahan dipegang oleh Presiden,
                 dan pemerintah tidak bertanggung jwb
                 kepada Parlemen. Cirinya:
 Presiden disamping sebagai Kepala Negara, juga sebagai Kepala
  Pemerintahan yg mempunyai kekuasaan politik secara riil.
 Kedudukan Presiden tidak tergantung pada Parlemen, dan tidak
  dapat dijatuhkan, kecuali atas tuduhan melakukan kejahatan yg luar
  biasa.
 Presiden tidak dapat membubarkan Parlemen.
 Presiden dan Parlemen dipih untuk waktu dan jangka waktu
  tertentu, sehingga tidak dapat bubar sewaktu-waktu.
 Ditinjau dari tujuannya, untuk
  menjamin hak warga negara dari
  tindakan sewenang-wenang penguasa
  demi terselenggaranya kepentingan /
  kesejahteraan masy.
 Ditinjau dari penyelenggaraan
  pemerintahan, untuk menjadi landasan
  struktural bagi organ negara dalam
 rangka penyelenggaraan pemerintahan.
 Dokumen nasional berisi perjanjian luhur,
    kesepakatan politik / hukum / sosek yg
    menjadi tujuan negara.
   Piagam kelahiran baru (a birth certificate of
    new state).
   Sumber Hukum Tertinggi, sekaligus sbg tools of
    social engineering dlm merespon perubahan
    zaman.
   Identitas nasional & lambang persatuan.
   Sumber legitimasi kekuasaan negara.
   Fungsi simbolik sbg pusat upacara (center of
    ceremony) dan keagungan bangsa.
o Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil hasil
    pertanian dari siapapun tanpa membayar harganya seketika itu
    juga kecuali jika si pemilik memberi izin menangguhkan
    pembayaran (psl 28);
o   Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil kuda atau
    kendaraan dari seorang yg bebas (freeman) untuk keperluan
    pengangkutan tanpa izin si pemilik (psl 30);
o   Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil kayu-kayu
    untuk keperluan raja tanpa persetujuan si pemilik;
o   Tidak seorangpun pegawai kepolisian yg akan mengajukan
    seorang di muka pengadilan atas tuduhan tanpa kesaksian
    orang yg dipercaya (psl 38);
o   Tidak seorang bebaspun (freeman) yg akan dimasukkan ke
    dalam penjara atau dilarang berdiam di satu daerah tertentu
    kecuali atas putusan oleh penguasa setempat atau dibenarkan
    oleh aturan negara (psl 39);
o   Kepada siapapun tidak dapat diingkari atau ditangguhkan
    pelaksanaan haknya atas peradilan (psl 40).
Dasar Pemikiran
 Tuntutan Reformasi        Sebelum Perubahan             Perubahan               Tujuan Perubahan

• Amandemen UUD 1945     Jumlah:                   • Kekuasaan tertinggi di    Menyempurnakan aturan
• Penghapusan doktrin    • 16 bab                   tangan MPR                   dasar:
  Dwi Fungsi ABRI        • 37 pasal                • Kekuasaan yang sangat     • Tatanan negara
• Penegakan hukum,       • 49 ayat                   besar kepada Presiden     • Kedaulatan Rakyat
  HAM, dan pemberan-     • 4 pasal A.P             • Pasal-pasal multitafsir   • HAM
  tasan KKN              • 2 ayat A.T              • Pengaturan lembaga        • Pembagian kekuasaan
• Otonomi Daerah         • Penjelasan                negara oleh Presiden      • Kesejahteraan Sosial
• Kebebasan Pers                                     melalui pengajuan UU      • Eksistensi negara
• Mewujudkan kehidupan                             • Praktek ketatanegaraan      demokrasi dan negara
  demokrasi                                          tidak sesuai dengan         hukum
                                                     UUD 1945                  • Sesuai dengan aspirasi
                                                                                 dan kebutuhan bangsa


   Hasil Perubahan             Sidang MPR            Kesepakatan Dasar              Dasar Yuridis

Jumlah:                  • Sidang Umum MPR, 1999   • Tidak mengubah            • Pasal 3 UUD 1945
• 21 bab                  Tgl.14-21 Okt 1999         Pembukaan UUD 1945.       • Pasal 37 UUD 1945
• 73 pasal               • Sidang tahunan          • Tetap mempertahankan      • TAP MPR
• 170 ayat                 MPR,2000                  NKRI.                       No.IX/MPR/1999
• 3 pasal A.P.             Tgl.7-18 Agt 2000       • Mempertegas sistem        • TAP MPR 9
• 2 Pasal A.T.           • Sidang tahunan            presidensial.               No.IX/MPR/2000
• Tanpa Penjelasan         MPR,2001                                            • TAP MPR XI/2001
                           Tgl.1-9 Nov 2001        • Penjelasan UUD 1945
                         • Sidang tahunan            ditiadakan, hal-hal
                                                     normatif masuk pasal.
                           MPR,2002
                           Tgl.1-11 Agt 2002       • Perubahan dilakukan
                                                     dengan cara adendum.
AMANDEMEN PERTAMA                               (9 pasal)


 Psl yg di-
                          Perihal / Substansi
Amandemen
      5       Kekuasaan Presiden
      7       Masa Jabatan Presiden
      9       Sumpah Presiden
     13       Pengangkatan Duta dan Konsul
     14       Grasi, Amnesti, Abolisi dan Rehabilitasi
     15       Gelar, Tanda Jasa & Kehormatan
     17       Menteri Negara
     20       Persetujuan thd UU
     21       Hak Inisiatif DPR
AMANDEMEN KEDUA                       (10 pasal)


 Psl yg di-
                        Perihal / Substansi
Amandemen
     18       Pemerintahan Daerah
 19, 20, 22   DPR
     25       Wilayah Negara
   26, 27     Warga Negara dan Penduduk
     28       Hak Asasi Manusia
     30       Hankam Negara
              Bendera, Bahasa, Lambang Negara & Lagu
    36
              kebangsaan
AMANDEMEN KETIGA                           (10 pasal)

 Psl yg di-
                          Perihal / Substansi
Amandemen
      1       Kedaulatan & Bentuk Negara
      3       MPR
      6       Presiden & Wapres
      7       Pemberhentian Presiden / Wapres
      8       Presiden Berhalangan
     11       Perjanjain Internasional oleh Presiden
              Pembentukan, Pengubahan & Pembubaran
    17        Kementerian Negara
  22 c/d      DPD
22 e, 23a/c   Pemilu
 23 e/f/g     BPK
    24        Kekuasaan Kehakiman (MA dan KY)
AMANDEMEN KEEMPAT                           (12 pasal)

   Psl yg di-
                                  Perihal / Substansi
 Amandemen
        2       Susunan MPR
       6a       Pemilihan Presiden
        8       Presiden Berhalangan
       11       Pernyataan Perang, Perdamaian & Perjanjian
       16       Dewan Pertimbangan (DPA hapus)
       23       Mata Uang dan Bank Sentral
       24       Kekuasaan Kehakiman
    31, 32      Pendidikan & Kebudayaan
    33, 34      Perekonomian Nasional & Kesejahteraan Sos.
       37       Perubahan UUD
Aturan Peralihan Pasal I, II, III
Aturan Tambahan Pasal I, II
   Menjamin adanya kebebasan dari masing-
    masing kekuasaan / menghindari terjadinya
    interaksi atau campur tangan dari kekuasaan yg
    satu thd kekuasaan lain.
   Manusia yg mempunyai kekuasaaan cenderung
    menyalahgunakan, tetapi manusia yg
    mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan
    menyalahgunakannya (power tends to corrupt,
    absolute power corrupt absolutely).
INTI GAGASAN Demokrasi Konstitusional:
   “Menciptakan Keseimbangan Dalam Interaksi
       Sosial Politik (checks and balances)”
(antara pemerintah – masyarakat; eksekutif – legislatif;
atau kepentingan sosial ekonomi – kepentingan politik).



     Upaya Membatasi Kekuasaan yg dipegang
                 Pemerintah.


Perlunya hukum sbg instrumen negara demokrasi.
 Atau, hukum sbg alat untuk membatasi kekuasaan
 suatu lembaga politik. Inilah yang pada prinsipnya
 disebut dengan istilah negara hukum (rechtstaat).
      Instrumen Hukum tsb adalah Konstitusi.
   Pertama kali dimunculkan oleh Montesquieu pada Abad
    Pencerahan (enlightenment).
   Lahir sbg hasil dari ajaran klasik tentang pemisahan
    kekuasaan (separation of power), dan pertama kali diadopsi
    kedalam konstitusi negara oleh Amerika Serikat (US
    Constitution 1789).
   Suatu negara dikatakan memiliki sistem checks n balances yg
    efektif jika tidak ada 1-pun cabang pemerintahan yg
    memiliki kekuasaan dominan, serta dapat dipengaruhi oleh
    cabang lainnya (A government is said to have an effective
    system of checks and balances if no one branch of government
    holds total power, and can be overridden by another).
   Sistem checks n balances ini memiliki 2 komponen:hak untuk
    ikut memeriksa/menilai/mengawasi/mencari konfirmasi
    terhadap suatu keadaan (the right to check); serta alat
    untuk mencari keseimbangan (the means to actively balance
    out imbalances).
 7A – Presiden / Wapres dapat diberhentikan dalam masa
    jabatannya oleh MPR atas usul DPR.
   7B – MK memeriksa, mengadili & memutus pendapat DPR
    dalam 90 hari. Jika dikabulkan, DPR menyelenggarakan
    sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian
    kepada MPR. MPR menyelenggarakan sidang dalam 30 hari
    setelah menerima usul DPR.
   7C – Presiden tidak dapat membekukan / membubarkan
    DPR.
   Dengan persetujuan DPR, Presiden dapat:
      Menyatakan perang, membuat perdamaian & perjanjian
        internasional (Pasal 11).
      Menetapkan Perpu (Pasal 22 - dalam persidangan
        berikut).
   23E – Hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK
    diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD.
   24A – Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada
    DPR untuk mendapatkan persetujuan.
 Dengan pertimbangan DPR, Presiden dapat:
       Mengangkat Duta & Konsul (Pasal 13).
      Memberikan Amnesti & Abolisi (Pasal 14).
   Dengan pertimbangan MA, Presiden dapat:
      Mengangkat Grasi & Rehabilitasi (Pasal 14).
   20 – Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk
    mendapat persetujuan bersama.
   20A – DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran & fungsi
    pengawasan. Hak DPR lainnya: hak interpelasi, hak angket,
    hak menyatakan pendapat, hak mengajukan pertanyaan,
    hal menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.
   22D – DPD ikut membahas & dapat melakukan pengawasan
    atas pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah,
    pembentukan/ pemekaran/ penggabungan daerah,
    hubungan pusat dan daerah, pengelolaan SDA, pelaksanaan
    APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
Bagian 2
Penyelenggaraan Negara yg
   Bersih & Bebas KKN
     Asas Umum Penyelenggaraan
      Negara/Pemerintahan yg Baik;
        Akuntabilitas Kinerja;
               PTUN.


          Free Powerpoint Templates   Page 30
World Bank (UNDP)                Konfernas GG 2001
1. Partisipasi                  1. Partisipasi
2. Aturan Hukum (Rule of Law)   2. Penegakan hukum
3. Transparansi                 3. Transparansi
4. Daya Tanggap                 4. Kesetaraan
5. Berorientasi Konsensus       5. Daya tanggap
6. Keadilan                     6. Wawasan kedepan
7. Efektivitas & Efisiensi      7. Akuntabilitas
8. Akuntabilitas                8. Pengawasan
9. Bervisi Strategis            9. Efektivitas & Efisiensi
10. Saling Keterkaitan          10. Profesionalisme

                                                             31
Birokrasi                            Masyarakat
(Fungsi Yan & Kesejahteraan)           (Salus Populi Suprema Lex)



                Discretionary Power
              (Kewenangan Bertindak Secara Bebas)



        Kemungkinan Penyimpangan
(perbuatan melanggar hkm /onrechmatige overheidsdaad ; perbuatan
menyalahgunakan wewenang / detournement de pouvoir ; perbuatan
                sewenang-wenang / abus de droit)



                Upaya Perlindungan
                          Hukum Positif
      Etika / Asas atau Prinsip Pemerintahan Yang Baik (GG)        32
UU No. 28/1999      The Liang Gie      Soerjono
• Kepastian Hukum    • Pertanggung-   • Legalitas
• Tertib               jawaban        • Kontinuitas
  Penyelenggaraan    • Pengabdian     • Adaptasi
  Negara             • Kesetiaan      • Moralitas
• Kepentingan Umum   • Kepekaan       • Efektivitas &
• Keterbukaan        • Persamaan        Efisiensi
• Proporsionalitas   • Kepantasan     • Legitimasi
• Profesionalitas                     • Kebersamaan
• Akuntabilitas                         dlm Keputusan

                                                        33
Taliziduhu Ndraha             Taliziduhu Ndraha
• Memandang Jauh ke Depan   • Noblesse Oblige
• Berpikir Panjang          • Tat Twam Asi
• Belajar dari Sejarah      • Omnipresence
• Kepastian dlm Perubahan   • Good Governance
• Keserasian Tujuan dgn     • Aktif – Positif
  Motif/Cara/Alat           • Dengan Sendirinya
• Profesionalisme           • Sisa (Residu)
• Tanggung Jawab            • Discretion/Freies Ermessen
• Kepatutan                 • Persatuan dlm Perbedaan
• Kebersamaan               • Kepercayaan & Pengharapan
• Keterbukaan                 dlm Kekecewaan
                                                           34
• Noblesse Oblige, berarti “the moral obligation of the rich or
  highborn to display honorable or charitable conduct”. Jabatan
  memberi seseorang social reward berupa status nobility,
  keagungan, terhormat, tersanjung, shg ybs dituntut berperilaku
  terhormat juga.
• Tat Twam Asi, yg scr harfiah berarti “kamulah itu”. Maknanya:
  setiap jiwa-atman, setiap orang betapapun hina dinanya, adalah
  bagian / bayangan Brahmana yg mahaluhur. Artinya, jiwa
  manusia lbh bernilai ketimbangmateri.
• Omnipresence, artinya serba hadir, tidak terikat ruang dan
  waktu.
                                                                   35
 Kepastian Hukum (Rechtszekerheid):
   Menghendaki dihormatinya hak yg telah diperoleh
    seseorang berdasarkan keputusan badan/pejabat TUN.
    Keputusan harus mengandung kepastian & tidak akan
    dicabut kembali, bahkan sekalipun keputusan itu
    mengandung kekurangan
   Contoh 1: Putusan Dewan Banding Pusat (Centrale Raad van
    Beroep), 23 Januari 1956, yg menyatakan bahwa Keputusan
    pemecatan seorang PNS tidak boleh berlaku surut.
   Contoh 2: Putusan Dewan Banding Perdagangan dan
    Industri, 26 Juni 1957, yg menyatakan bahwa suatu ijin tidak
    boleh ditarik kembali, walaupun kemudian diketahui bahwa
    ijin itu mengandung kesalahan / kekeliruan yg dilakukan
    sendiri oleh instansi yg mengeluarkan ijin tsb.
                                                               36
 Bertindak Cermat (Zorgvuldigheids):
   Menghendaki administrasi negara senantiasa bertindak
    secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi
    masyarakat.
   Contoh 1: Putusan Hoge Raad, 9-1-1942, memutuskan
    bahwa terhadap jalan yg rusak atau berlubang, pemerintah
    wajib memberi tanda peringatan sehingga dapat diketahui
    oleh para pemakai jalan.
   Contoh 2: Putusan Mahkota, 14-8-1970: dengan maksud
    mencegah kerusakan & penyakit gigi, pemerintah
    memerintahkan agar memasukkan bahan flouride ke dalam
    air minum. Ternyata, tidak semua orang tahan dengan
    bahaan ini, shg mereka menuntut diberi kesempatan yg
    sama untuk memperoleh air yg tidak dicampur flouride.
    Perintah itu kemudian dinyatakan Batal.                    37
 Tidak mencampuradukkan kewenangan (het
  verbod detournement de pouvoir):
  Menghendaki agar dalam mengambil keputusan, badan /
   pejabat administrasi negara tidak menggunakan
   kewenangan diluar maksud pemberian wewenang tsb.
  Contoh: Putusan Mahkota, 8-6-1965: Seseorang yg telah
   memiliki ijin penggalian tanah bertengkar dengan si
   pemilik tanah. Dengan alasan untuk mengakhiri sengketa
   itu, Dewan Propinsi menarik kembali ijin yg telah
   diberikan. Hal ini oleh Mahkota dinilai sebagai
   detournement de pouvoir, sebab sengketa itu harus
   diselesaikan melalui peradilan perdata.

                                                            38
 Permainan yg layak (fair-play):
   Menghendaki agar badan / pejabat administrasi negara
    memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
    mendapatkan informasi yg benar dan adil.
   Contoh: Putusan Mahkota, 17-10-1970: Seorang pemilik tanah
    mengajukan keberatan kepada Dewan Kota thd rencana
    pembangunan kota, karena dikhawatirkan ia tidak dapat
    mendirikan bangunan diatas tanahnya. Oleh Dewan Kota,
    keberatan tsb dianggap tidak beralasan karena tidak ada
    larangan mendirikan bangunan. Beberapa waktu kemudian si
    pemilik tanah baru tahu bahwa rencana pembangunan kota
    meliputi lahan miliknya. Ia langsung melakukan banding kepada
    Mahkota meskipun batas waktu yg ditentukan telah lewat, yg
    dikabulkan oleh Mahkota  bdk. Pasal 55 PTUN.
                                                                    39
 Keadilan / Kewajaran:
   Menghendaki agar dalam melakukan tindakannya,
    badan/pejabat administrasi negara tidak berlaku
    sewenang-wenang.
   Contoh: Putusan Kroon, 29-6-1966: Permohonan seorang
    gadis Indonesia untuk bertempat tinggal di Nederland,
    ditolak oleh Menteri Kehakiman dengan alasan akan
    mengalami kesulitan asimilasi. Keputusan ini dibatalkan
    karena ternyata gadis tadi mahir bahasa Belanda dan
    sudah lama tinggal disana.


                                                              40
 Meniadakan akibat keputusan yg batal (undoing
  the consequences of annulled decision):
   Menghendaki agar jika terjadi pembatalan atau keputusan
    badan/pejabat administrasi negara, maka akibat dari
    keputusan yg dibatalkan itu harus dihilangkan dan yg
    bersangkutan diberi ganti rugi.
   Contoh: Putusan Centrale Raad van Beroep, 20-9-1920:
    Seorang pegawai yang dipecat, tetapi setelah melalui
    proses pemeriksaan pengadilan ternyata tidak melakukan
    kesalahan, ia berhak atas kedudukan semula pada
    instansinya, rehabilitasi nama baik, serta ganti rugi yg
    timbul karena pemecatannya.

                                                               41
   Modul LAKIP Kementerian PAN, 2010: “kewajiban untuk
    menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab &
    menerangkan kinerja & tindakan seseorang/badan hukum/
    pimpinan kolektif suatu organisasi kpd pihak yg memiliki hak
    atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
    pertanggungjawaban.
   Tri Widodo WU: Soft System – Soft Culture – Soft Control untuk
    menjamin berfungsinya organisasi  jangan direduksi menjadi
    perangkat keras pengendalian melalui instrumen pelaporan yg
    kaku. Akuntabilitas = setiap upaya memberi nilai tambah thd
    tanggungjawab jabatan; setiap upaya menegakkan norma;
    setiap upaya menghindari penyimpangan & perangkap jabatan;
    termasuk keteladanan (exemplary paragon), kepedulian &
    kebersamaan (care and share), keakraban (costumer intimacy),
    kedekatan (getting closer to the public), & kepercayaan timbal
    balik (reciprocal trust).
                                                                 42
43
RENSTRA

                        INDIKATOR
             RENJA
                         KINERJA:
           PENETAPAN       INPUT
             KINERJA
                          PROSES
           PENGUKURAN     OUTPUT
             KINERJA    OUTCOMES
EVALUASI
                          BENEFIT
                          IMPACT
             LAKIP                  44
SISTEM                        UU 25/2004
                                                                      Inpres 7/ 1999               UU 17/ 2003
             PERENC. P. NAS
                     RPJP
                                 -N
                                                           SISTEM                         SISTEM
                                 -D
                                                            AKIP                       PENGANGGARAN
                                                                     - KL
                                                      RENCANA        -D
                                                                                    KERANGKA
            -N                                                                     PENG. JANGKA
            -D
                    RPJM                              STRATEGIS      - SKPD
                                                                                     MENENGAH
                                                                     - dll

       -P
       - KL       RENCANA                            RENCANA                     PAGU ANGGRN
       -D          KERJA                             KINERJA
       - SKPD
                                                                                        RENCANA
                                      umpan balik
                                                                                       KERJA DAN   - KL
                                                                                                                 DPR/D
                      (?)                           PENETAPAN                          ANGGARAN    - SKPD
                                                                                                            (Persetujuan
                                                     KINERJA                                                 Anggaran)
                      RENCANA                                                 Inpres 5/2004
                 RENCANA AKSI
                        AKSI
                 (OPRNAL PLAN)                      PENGUKURAN
                                                      KINERJA


       SISTEM PERENC P. NAS,
       SISTEM AKIP, SISTEM                                 LAKIP                       LAPORAN
                                                                                                            BPK
                                                                                       KEUANGAN
       PENGANGGARAN                                                                                         (Audit)
                                                    EVALUASI AKUN
                                                    TABLTS KINERJA                      LKKIP                    UU 1/ 2004
                                                                                                                      45
Designed by SR
Administratief Beroep vs Rechtspraak dlm PTUN


                                                                            Peradilan
                                                                              TUN
 Atasan Pejabat /
   Badan TUN

                                                       TIDAK
                         Banding vertical            SELESAI ?
    Pejabat /
   Badan TUN
             Keberatan
             Prosedur
  SK




                                                                 BAPEK, MPP/BPSP, Badan
                                                                  Penyelesaian Sengketa
   Pegawai /                                                      Pertanahan / Pengadaan
   Masyarakat                                                    Barang dan Jasa, Perijinan,
                                       Banding horizontal
                                                                      Perburuhan, dsb.
Obyek Sengketa TUN: Keputusan

 Istilah lain: Penetapan, Beschikking (Bld) / Acte
  Administratief (Prc) / Verwaltungsakt (Jrm)
 Definisi:
  Perbuatan hukum publik bersegi satu (perbuatan sepihak
   dari pemerintah), dan bukan merupakan hasil persetujuan
   dua belah pihak.
  Sifat hukum publik diperoleh berdasarkan wewenang /
   kekuasaan istimewa.
  Dengan maksud terjadinya perubahan dalam lapangan
   hubungan hukum.
  Bersifat Konkrit, Individual & Final.
TERMASUK dlm Keputusan

     (Ps 1 ay. 3 – Ps 2 + Ps 3 – Ps 49 – Penj. Um. 1)

 Jika Pejabat/Badan TUN tidak mengeluarkan
 keputusan sedang hal itu menjadi kewajibannya, hal
 tersebut disamakan dengan Keputusan (Pasal 3).
  Jika Pejabat / Badan TUN tidak mengeluarkan keputusan yang
   dimohon sedang jangka waktu yang ditentukan telah lewat,
   Pejabat/Badan TUN tadi dianggap menolak mengeluarkan
   keputusan;
  Dalam hal jangka waktu tidak ditentukan, maka setelah lewat
   4 bulan sejak diterimanya permohonan, Pejabat / Badan TUN
   tadi dianggap telah mengeluarkan keputusan.
TIDAK Termasuk Keputusan

 KTUN yg merupakan perbuatan Hukum Perdata, merupakan
  pengaturan yg bersifat umum, masih memerlukan persetujuan,
  yg dikeluarkan berdasar ketentuan KUH Perdata/ Pidana, yg
  dikeluarkan atas hasil pemeriksaan Badan peradilan, mengenai
  Tata Usaha ABRI, Keputusan Panitia Pemilihan Umum (Pasal 2).
 KTUN berdasarkan peraturan perundangan yg dikeluarkan:
   Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau
    keadaan luar biasa yang membahayakan.
   Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum (Pasal 49).

 Sengketa administrasi di lingkungan TNI dan dalam soal-soal
  militer yg menurut UU No 16/1953 & UU No 19/1958, diperiksa,
  diputus & diselesaikan oleh Pengadilan Tata Usaha Militer
  (Penjelasan Umum angka 1).
GUGATAN - 1

 Dapat diajukan jika Keputusan TUN MERUGIKAN
  KEPENTINGAN seseorang / badan hukum tertentu yg bersifat
  LANGSUNG TERKENA, tidak terselubung dibalik kepentingan
  orang lain.
 Harus diajukan secara TERTULIS, berisi :
   Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan penggugat /
    kuasanya.
   Nama, jabatan dan domisili tergugat.
   Isi gugatan.
   Dasar / alasan menggugat.

 Isi gugatan :
   Tuntutan untuk menyatakan BATAL atau TIDAK SAH.
   Dengan atau tanpa disertai tuntutan GANTI RUGI dan / atau
     REHABILITASI.
GUGATAN - 2

 Dasar / alasan menggugat:
   Keputusan TUN BERTENTANGAN dengan peraturan
    perundangan, baik secara prosedural / formal maupun
    secara material / substansial.
   Badan atau pejabat TUN TIDAK BERWENANG mengeluarkan
    keputusan, baik secara materiale, temporis, maupun loci.
   Badan atau pejabat TUN menggunakan wewenangnya
    UNTUK TUJUAN LAIN dari maksud diberikannya wewenang
    tersebut. Artinya, telah terjadi penyalahgunaan wewenang.
   Badan atau pejabat TUN seharusnya TIDAK SAMPAI KEPADA
    PENGAMBILAN KEPUTUSAN tsb. Artinya, Badan / Pejabat
    TUN berbuat sewenang-wenang.
Tenggang Waktu Gugatan

 Setelah tenggang waktu lewat, maka keputusan TUN akan
  memiliki kepastian hukum.
 Batas tanggal pengesahan / pengundangan biasanya dijadikan
  titik tolak perhitungan.
 Pasal 55 UU PTUN: gugatan dapat diajukan hanya dalam
  tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau
  diumumkanya keputusan Badan atau Pejabat TUN. Ini berarti
  yg dipakai adalah Teori Penerimaan / Ontvangtstheorie 
  dihitung sejak hari diterimanya keputusan atau sepatutnya
  dianggap telah menerima.
 Teori lain: Pengiriman (Verzendtheorie)  dihitung sejak hari
  disampaikannya keputusan kepada ybs. Patokannya adalah
  stempel pos.
Bagian 3
     Peraturan
Perundang-Undangan




     Free Powerpoint Templates   Page 53
GRUND NORM
                                    UUD
      TATA HUKUM

                                                        GENERAL NORM
                                 REGELING               “Hukum In abstracto”

Melaksanakan suatu
peraturan ke dalam            BESCHIKKING                 INDIVIDUAL NORM
suatu hal yg nyata                                        “Hukum Inconcreto”
(konkrit)



     Hans Kelsen: General theory of law and state (teori tangga/stufenbau)
    Psl 3 UU 10/2004: UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam Per-UU-an.
Peraturan (Regeling)            Keputusan (Beschikking)
                                 Bersifat menetapkan (declaratory,
Bersifat mengatur (regulatory)
                                 executory)
Bersifat umum, baik substansi Bersifat konkrit (materinya), dan
/ materi maupun subyeknya. individual (subyeknya)
Bertingkat (Tata Urut)           Tidak Bertingkat
Judicial Review ke MK (untuk     Gugatan ke PTUN atau Upaya
UU), atau MA (dibawah UU)        Administratif melalui Atasan.
Sejak berlakunya UU No. 10/2004, maka:
   Ada penegasan antara Beschikking dengan
    Regeling  Keputusan tidak dpt lagi bersifat
    regulatory / regulerend, tapi hanya declaratoir
    atau penetapan.
   Adanya quasy reglementaire berupa Peraturan
    Kebijaksanaan, yakni Keputusan2 yg tidak
    mendapatkan atribusi dari peraturan per-UU-an yg
    lebih tinggi (Ermessen – discretionary power).
Tap MPRS No.     Tap MPR No.
                                    UU No. 10/2004
   XX/1966         III/2000
  UUD 1945        UUD 1945            UUD 1945
Ketetapan MPR   Ketetapan MPR         UU / Perpu
     UU               UU                   PP
    Perpu            Perpu         Peraturan Presiden
     PP               PP                Perda
   Keppres      Keppres / Inpres
                    Perda
 Apakah UU No. 10/2004 tidak melanggar adagium
  Lex Superiori Derogat Legi Inferiori?
 Dkl, apakah UU tsb tidak cacat yuridis, shg harus
  dinyatakan nietig?



 Lihat TAP MPR No. I/2003 tentang Peninjauan thd
Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR-
               RI Tahun 1960 – 2002.
Pasal 1: TAP yg dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8
Ketetapan).
Pasal 2: TAP yg dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3
Ketetapan).
Pasal 3: TAP yg dinyatakan tetap berlaku s/d terbentuknya
Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan).
Pasal 4: TAP yg dinyatakan tetap berlaku s/d terbentuknya UU
(11 Ketetapan).
Pasal 5: TAP yg dinyatakan masih berlaku s/d ditetapkannya
Peraturan Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5
Ketetapan).
Pasal 6: TAP yg dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum
lebih lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut,
maupun telah selesai dilaksanakan (104).
1.   TAP MPRS No. XXIX/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera.
2.   TAP MPR No. XI/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
     Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3.   TAP MPR No. XV/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah;
     Pengaturan,Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang
     Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam
     Kerangka NKRI.
4. TAP MPR No. III/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata
   Urutan Peraturan Perundang-undangan.
5.  TAP MPR No. V/2000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
    Nasional.
6. TAP MPR No. VI/2000 Tentang Pemisahan TNI dan POLRI.
7. TAP MPR No. VII/2000 Tentang Peran TNI dan Peran POLRI.
8. TAP MPR No. VI/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
9. TAP MPR No. VII/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan
10. TAP MPR No. VIII/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan
    Pemberantasan dan Pencegahan KKN.
11. TAP MPR No. IX/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA.
   UUD 1945;
   Ketetapan MPR;
   Undang-Undang/Perpu;
   Peraturan Pemerintah;
   Peraturan Presiden;
   Perda Provinsi; dan
   Perda Kabupaten/Kota.   61
Yang dimaksud dengan “TAP MPR” adalah TAP
MPRS dan TAP MPR yang masih berlaku
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4
Ketetapan MPR-RI No. I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum TAP
MPRS dan TAP MPR Tahun 1960 sampai dengan
Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.

                                                  62
Bagian 4
Kelembagaan Negara /
    Pemerintahan




      Free Powerpoint Templates   Page 63
• Strategic apex is charged with
  ensuring that the organization serve
  its mission in an effective way, and
  also that is serve the needs of those
  who control or other wise have power
  over the organization.
• Operating core of the organization
  encompasses those numbers who
  perform the basic work related directly
  to the product and services.
• Middle line. The strategic apex is
  joined to the operating core by the
  chain of middle line managers with
  formal authority.
• Technostructure. The control analyst
  of the techno-structure serves to affect
  certain forms of standardization in the
  organization.
• Supporting Staff: A glance at the
  chart of almost any large
  contemporary organization reveals a
  great number of units, all specialized,
  that exist to provide support to the
  organization out side its operating
  workflow.                                  64
Struktur Kelembagaan Neg./Pem.

                                                                    UUD 1945




                                 Presiden/
        BPK                        Wakil                      DPR     MPR      DPD               MA                  MK
                                 Presiden
KPU                 Bank            Kementerian
                                        Negara                                       badan-badan lain                     KY
                   Sentral                                                            yang fungsinya
                                              Dewan
                                        Pertimbangan                                 berkaitan dengan
                                              TNI/POLRI
                                                                                        kekuasaan
                                                                                        kehakiman                                PUSAT
                                                       LPNK

                                                              LNS




                                                                                                        Lingkungan
      PERWAKILAN              PEMDA                                                                      Peradilan               DAERAH
         BPK                 PROVINSI
       PROVINSI                                                                                                Umum
                        KPD       DPRD
                                                                                                                     Agama

                           PEMDA                                                                                       Militer
                          KAB/KOTA                                                                                         TUN
                        KPD     DPRD


                                                                                                                                   65
Kelembagaan Tingkat Pusat
1. Lembaga KEPRESIDENAN dibantu oleh WAKIL PRESIDEN
2. Unsur Pembantu Presiden: Menteri Negara.
3. KESEKRETARIATAN Lembaga Negara:
   o   Sekretariat Jenderal MPR.
   o   Sekretariat Jenderal DPR & DPD.
   o   Sekretariat Jenderal BPK.
   o   Sekretariat Jenderal MA.
4. Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)
5. Organisasi EKSTRA STRUKTURAL yg dibentuk Pemerintah:
   Dewan, Badan, Panitia, Komisi, Kelompok Kerja.
6. PERWAKILAN RI di Luar Negeri :
   o Perwakilan Diplomatik.
   o Perwakilan Konsuler.
                                                      66
URUSAN         • LUAR NEGERI
               YG NOMENKLATURNYA     • DALAM NEGERI
                DISEBUTKAN DALAM     • PERTAHANAN
                     UUD 1945        TRIUM VIRAT
                    (3 URUSAN)

                                                    • PERTAMBANGAN
                                    • AGAMA
                                                    • ENERGI
                                    • HUKUM
                                                    • PU
                                    • KEUANGAN
                     URUSAN                         • TRANSMIGRASI
                                    • KEAMANAN
                                                    • TRANSPORTASI
                    YG RUANG        • HAM
                                                    • INFORMASI
                   LINGKUPNYA       • PENDIDIKAN
   URUSAN                                           • KOMUNIKASI
                                    • KEBUDAYAAN
                DISEBUTKAN DALAM                    • PERTANIAN
PEMERINTAHAN                        • KESEHATAN
                                                    • PERKEBUNAN
                     UUD 1945       • SOSIAL
                                                    • KEHUTANAN
 (46 URUSAN)                        • NAKER
                   (25 URUSAN)                      • PETERNAKAN
                                    • INDUSTRI
                                                    • KELAUTAN
                                    • PERDAGANGAN
                                                    • PERIKANAN



                     URUSAN          • PPN                • INVESTASI
                                     • APARATUR NEGARA    • KOPERASI
                   DLM RANGKA        • KESEKRET. NEGARA   • UKM
                   PENAJAMAN         • BUMN               • PARIWISATA
                  KOORDINASI &       • PERTANAHAN         • PP
                                     • KEPENDUDUKAN       • PEMUDA
                  SINKRONISASI       • LH                 • OLAH RAGA
               PROGRAM PEMERINTAH    • ILMU67
                                            PENGETAHUAN   • PERUMAHAN
                   (18 URUSAN)       • TEKNOLOGI          • PKDT

                                                                  67
Kementerian Negara

 Penafsiran dari kadar Urgensi:
   Pola 1: Urusan yg nomenklaturnya disebutkan dalam UUD
    1945  Wajib (obligatory).
   Pola 2: Urusan yg ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD
    1945  Perlu (optional).
   Pola 3: Urusan dalam rangka penajaman koordinasi program
     Dapat dibentuk (optional).
   Pola 4: tidak jelas pengaturannya  kementerian
    koordinator (3 buah).
 Penafsiran dari aspek kuantitas:
   Di Jepang, jumlah kementerian adalah 17 (2007) dan
    mengecil menjadi 12 (2010). Indonesia menggunakan pola
    maksimal, yakni 34.
   Perbandingan kementerian Pola 3 dengan Pola 1 + 2 saat ini
    11 : 20. Sebaiknya, pola 3 cukup 1/4 atau bahkan 1/5 dari
    Pola 1 + 2, karena “hanya” bersifat penajaman.             68
Reformasi Kelembagaan Pusat

 UU No. 19/2008 sbg tonggak penataan kelembagaan
   harus diikuti dengan penataan lembaga selain
  kementerian secara komprehensif, mencakup: LPNK,
  LNS, Sekretariat Lembaga Negara, Kejagung/TNI/Polri,
  Perwakilan RI di LN, BI dan UMN, dll.
 Lembaga yg menjalankan urusan penajaman koordinasi
  tidak harus diwadahi dalam bentuk kementerian,
  namun bisa juga dalam wadah LPNK atau LNS sbg
  executing agency.
   Restrukturisasi Kementerian yg ada saat ini.
   Merger dengan LPNK atau LNS yg relevan.
 Perlu Grand Design reformasi kelembagaan Pusat.
                                                     69
                                                       69
Lembaga Pemerintah
Setingkat MENTERI

   JAKSA AGUNG
   BADAN INTELIJEN NEGARA
   SEKRETARIS KABINET
   UKP4



                             70
Nama LPNK & Kementerian
Koordinatornya - 1
 NO             NAMA LPNK    DIKOORDINASIKAN
  1   LAN
  2   BKN
                            MENTERI PAN & RB
  3   BPKP
  4   ANRI
  5   LAPAN
  6   BAPETEN
  7   BATAN
  8   LIPI                  MENRISTEK
  9   BSN
 10   BPPT
 11   BAKOSURTANAL
                                               71
Nama LPNK & Kementerian
Koordinatornya - 2
 NO             NAMA LPNK    DIKOORDINASIKAN
 12   BKKBN
                            MENTERI KESEHATAN
 13   BPOM
 14   BNP2TKI               MENAKERTRANS
 15   BAPPENAS
 16   BPS                   MENTERI PPN
 17   LKPP
 18   BASARNAS              MENTERI
 19   BMKG                  PERHUBUNGAN
 20   BNPB                  MENKO KESRA
 21   BNPT                  MENKO POLKAM


                                                72
Nama LPNK & Kementerian
Koordinatornya - 3
 NO            NAMA LPNK             DIKOORDINASIKAN
  22   LEMBAGA SANDI NEGARA
                                    MENTERI PERTAHANAN
  23   LEMHANNAS
  24   BNN                          KAPOLRI
  25   PERPUSNAS                    MENDIKNAS
  26   BADAN PENGELOLA PERBATASAN   MENDAGRI
  27   BPN                          BPN
 28    BKPM                         BKPM
 29    BIN                          BIN


 Catatan: LPNK yg tidak dikoordinasikan oleh Menteri
                                                         73
Perumpunan LPNK
 Rumpun penelitian/pengkajian : LAN, LIPI,
  BPPT, BATAN;
 Rumpun pendukung manajemen
  pemerintahan : LAN, BKN, BPKP, LKPP;
 Rumpun pendukung substansi
  pemerintahan : BPS, BKKBN, BMKG; dan
 Rumpun pelayanan/regulasi : BPN, BPOM,
  BNP2TKI.

                                              74
LPNK dlm Kerangka Teori
Henry Mintzberg
 Technostructure: BPKP, Lemsaneg, LAN,
  Lemhanas, LIPI, LKPP, Bappenas.
 Middleline: BKKBN, Bakosurtanal, BKPM.
 Supporting: BKN, ANRI, BPS, Batan, BIN,
  Perpusnas, BPPT, LIPI, LAN, BKPM, dan
  Sekjen Wantanas.
 Operating: BSN, Bapeten, LAPAN, LIPI,
  BKPM, BPOM, BMKG, BaSARnas, BNP2TKI,
  BNN, BNPT, BNPB.
                                            75
Hubungan LPNK dg Kementerian




                           76
LPNK sbg Special Agency
 Lebih Berbasis Kompetensi / Keahlian:
   Menangani tugas spesifik tertentu yg bersifat
    keahlian;
   Tidak ditangani oleh kementerian karena bukan
    urusan pemerintahan;
   Bersifat lintas kementerian;
   Tidak menangani fungsi regulasi publik (pouvoir
    reglementair).
 Fokus pada Fungsi:
   Pengkajian/penelitian;
   Pemberian dukungan manajemen pemerintahan;
   Pemberian dukungan substansi pemerintahan.        77
Problem Kelembagaan LPNK - 1
  Besaran organisasi LPNK sangat beragam &
  tidak konsisten:
   o Wakil Kepala LPNK (6 lembaga);
   o Jumlah Deputi sangat beragam, jumlahnya antara
       3-9 Deputi. Terbanyak (9 Deputi) adalah Bappenas
       dan 6 Deputi di BIN dan BKPM;
   o   7 Lembaga yg memiliki Inspektorat Utama;
   o   Staf ahli juga dimiliki beberapa lembaga seperti di
       BIN, Lemhanas, Wantanas, Bappenas;
   o   Struktur kelembagaan di BIN hampir sama dengan
       kementerian kelompok III;
   o   Wantanas, Kepala lembaga adalah Sekjen.
                                                             78
Problem Kelembagaan LPNK - 2
  Secara jumlah mendekati jumlah
     kementerian.
    Urusan yg ditangani berhimpitan dengan
     urusan kementerian.
    Sama-sama bertanggungjawab kepada
     Presiden.
    Ketidakjelasan batasan, mekanisme dan sifat
     urusan yg dikoordinasikan oleh Menteri.
    Tumpang tindih tugas dan fungsi antara
     LPNK dengan kementerian dan LNS.
                                                   79
Inflasi LNS - 1
   KomisiYudisial  UU No. 22/2004
   Komisi Pemilihan Umum  UU No. 12/2003
   Komnas HAM  UU No. 39/1999
   Komisi Pengawas Persaingan Usaha  UU No. 5/1999
   Komisi Penyiaran Indonesia  UU No. 32/2002
   Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi / KPK  UU
    No 30/2002
   Komisi Perlindungan Anak  UU No. 23/2002
   Komisi Kebenaran & Rekonsiliasi  UU No. 27/2004
   Komnas Anti Kekerasan Thd Perempuan  Keppres No.
    181/1998
   Komisi Ombudsman Nasional  Keppres No. 44/2000
   Komisi Kepolisian  UU No. 2/2002
   Komisi Kejaksaan  UU No. 16/2004
   Komisi Hukum Nasional  Keppres No. 15/2000          80
Inflasi LNS - 2
   Dewan Pers  UU No. 40/1999
   Dewan Pendidikan  UU No. 20/2003
   Dewan Pembina Industri Strategis  Keppres No. 40/1999
   Dewan Riset Nasional  Keppres No. 94/1999
   Dewan Buku Nasional  Keppres No. 110/1999
   Dewan Maritim Indonesia  Keppres No. 161/1999
   Dewan Ekonomi Nasional  Keppres No. 144/1999
   Dewan Pengembangan Usaha Nasional  Keppres No. 165/1999
   Dewan Gula Nasional Keppres No. 23/2003
   Dewan Ketahanan Pangan  Keppres No. 132/2001
   Dewan Pengembangan Kws Tmr Indonesia  Keppres No. 44/2002
   Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah  Keppres No. 151/2000
   Dewan Pertahanan Nasional  Keppres No. 3/2003
   Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional  Keppres No. 132/1998
   Komite Nasional Keselamatan Transportasi  UU No. 41/1999
   Komite Antar Dept. Bidang Kehutanan  Keppres No. 80/2000
   Komite Akreditasi Nasional  Keppres No. 78/2001
   Komite Penilaian Independen  Keppres No. 99/1999
   Komite Olahraga Nasional Indonesia  Keppres No. 72/2001
   Komite Kebijakan Sektor Keuangan  Keppres No. 89/1999
   Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran  PP No. 102/2000 81
5 Alasan Pembentukan Lembaga
Ad-hoc di Inggris
 The need to provide cultural or personal services supposedly
  free from the risk of political interference. Contoh: BBC
  (British Broadcasting Corporation);
 The desirability of non-political regulation of markets.
  Contoh: Milk Marketing Boards;
 The regulation of independent professions such as medicine
  and the law. Keperluan mengatur profesi yg bersifat
  independen seperti di bidang hukum kedokteran;
 The provisions of technical services. Contoh: Forestry
  Commission;
 The creation of informal judicial machinery for settling
  disputes. Terbentuknya institusi yg berfungsi sbg alat
  perlengkapan semi-judisial untuk menyelesaikan sengketa di
  luar peradilan sbg alternative dispute resolution (ADR). 82
Bgmn dengan Indonesia?
 Adakah pertimbangan obyektif teknokratik
  pembentukan LPNK/LNS?
 Wujud rendahnya kinerja Kementerian &
  ketidakpercayaan thd Kementerian?
 Menciptakan sistem kekuasaan berlapis utk
  memperkuat posisi & daya tawar politis?




                                              83
Organisasi Perangkat Daerah

          UU 22/1999                        UU 32/2004

Psl. 60 s.d Psl. 68, Psl. 66 serta   Psl. 120 s.d Psl. 128:
Psl 120:                             PERANGKAT PROV:
                                     • Sekretariat Daerah;
• Sekretariat Daerah;                • Sekretariat DPRD;
• Dinas Daerah;                      • Dinas Daerah;
• Lembaga Teknis Daerah;             • Lembaga Teknis Daerah;
• Camat;
• Satuan Polisi Pamong Praja         PERANGKAT KAB/KOTA:
                                     • Sekretariat Daerah;
                                     • Sekretariat DPRD;
                                     • Dinas Daerah;
                                     • Lembaga Teknis Daerah;
PP NO. 8/2003
                                     • Kecamatan;
                   PP 41/2007        • Kelurahan.

                                                                8
Penataan OPD

UU Keolahragaan
                             UU Keuangan
    UU KPI        Penataan
                  Organisa      UU BNN
                  si Pemda
UU Penyuluhan     (PP 38 &
                   41 Thn    UU Ketahanan
                    2007)       Pangan
UU Kepegawaian
                             PP Pengawasan
 PP Satpol PP

                                            85
Bagian 5
Manajemen Pemerintahan




       Free Powerpoint Templates   Page 86
 Proses
       yg menyangkut upaya yg dilakukan untuk
 mengantisipasi kecenderungan di masa yg akan
 datang dan penentuan strategi / taktik yg tepat
 untuk mewujudkan target & tujuan organisasi.
 Kegiatan   yg dilakukan:
  Menetapkan tujuan dan target bisnis,
  Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan
   target bisnis tersebut,
  Menentukan sumber-sumber daya yg diperlukan,
  Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam
   pencapaian tujuan dan target bisnis.
   Proses yg menyangkut bagaimana strategi / taktik yg telah
    dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah
    struktur organisasi yg tepat dan tangguh, sistem dan
    lingkungan organisasi yg kondusif, dan dapat memastikan
    bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
    efektif & efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
   Kegiatan yg dilakukan:
     Mengalokasikan sumber daya, merumuskan &
      menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yg
      diperlukan,
     Menetapkan struktur organisasi yg menunjukkan adanya
      garis kewenangan dan tanggungjawab,
     Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan
      pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja,
     Kegiatan penempatan SDM pada posisi yg tepat.
 Prosesimplementasi program agar dapat
 dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi
 serta proses memotivasi agar semua pihak dapat
 menjalankan tanggungjawabnya dengan
 produktifitas yg tinggi.
 Kegiatan    yg dilakukan:
    Mengimplementasikan proses kepemimpinan,
     pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga
     kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
     pencapaian tujuan,
    Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai
     pekerjaan,
    Menjelaskan kebijakan yg ditetapkan.
 Prosesyg dilakukan untuk memastikan seluruh
 rangkaian kegiatan yg telah direncanakan,
 diorganisasikan & diimplementasikan dapat
 berjalan sesuai dengan target sekalipun berbagai
 perubahan terjadi dalam lingkungan organisasi.
 Kegiatan   yg dilakukan:
    Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan /
     target bisnis sesuai dengan indikator yg ditetapkan,
    Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas
     penyimpangan yg mungkin ditemukan,
    Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai
     masalah yg terkait dengan pencapaian tujuan / target
     organisasi.
Manajer = seorang yg bekerja dengan memanfaatkan
bantuan orang lain dengan cara mengkoordinasikan
kegiatan & pekerjaan mereka guna mencapai sasaran
& tujuan organisasi/perusahan.
 Interpersonal Roles  melibatkan hubungan
 dengan pihak lain, baik tugas yg bersifat seremonial
 atau simbolis.
    Figurehead: Symbolic head; obliged to perform a number
     of routine duties of a legal or social nature.
    Leader: Responsible for the motivation of subordinates;
     responsible for staffing training, and associated duties.
    Liaison: Maintain self-developed network of outside
     contacts and informers who provide favors and
     information.
 InformationalRoles  menerima,
 mengumpulkan, dan menyebarkan informasi
 kepada seluruh anggota organisasi.
    Monitor: Seeks and receives wide variety of internal
     and external information to develop thorough
     understanding of organizations and environment.
    Disseminator: Transmits information received from
     outsiders or subordinates to members of the
     organization.
    Spokesperson: Transmits information to outsiders
     on organization's plans, policies, results, etc.
Roles  membuat pilihan dalam
 Decisional
 pengambilan keputusan terhadap suatu
 permasalahan.
    Enterpreneur: Searches opportunities and initiates
     improvement projects.
    Disturbance-handler: Responsible for corrective
     action when organization faces important,
     unexpected disturbances.
    Resource-Allocator: Responsible for the allocations of
     organizational resources of all kinds.
    Negotiator: Responsible for presenting the
     organization at major negotiations.
 TechnicalSkill = pengetahuan dan kemahiran
 dibidang spesialisasi tertentu.
 Human  Skill = kemampuan bekerja secara
 baik dengan orang lain secara individual atau
 dalam kelompok.
 ConceptualSkill = kemampuan berfikir dan
 konseptualisasi tentang situasi yg abstrak dan
 rumit.
Top / Higher                                                           Abstrak / Generalis
                   MS (Managerial Skills)
  Manager                                                          TS


   Middle          MS
                                                                 TS
  Manager
                  MS
Lower Manager                                  (Technical Skills) TS    Konkrit / Spesialis




                                     Conceptual Skill             Top / Higher Manager

                        Human Rel.                                Middle Manager
                          Skill

            Technical                                              Lower Manager
              Skill
Semoga Bermanfaat …



  Free Powerpoint Templates   Page 96
                                  96

More Related Content

What's hot

Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public servicePutra Manurung
 
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”Fenti Anita Sari
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahSiti Sahati
 
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor PublikManajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publikvirmannsyah
 
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)Tri Widodo W. UTOMO
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)Tri Widodo W. UTOMO
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Ian Setiawan
 
Resume modul-1-3-sankri
Resume modul-1-3-sankriResume modul-1-3-sankri
Resume modul-1-3-sankriFath Pampang
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAFajar Dolly
 
MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1
MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1
MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1Ade Iskandar
 
Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)Cha-cha Taulanys
 
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRIPeran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRITri Widodo W. UTOMO
 

What's hot (20)

Materi Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik IndonesiaMateri Sistem Politik Indonesia
Materi Sistem Politik Indonesia
 
Sejarah new public service
Sejarah new public serviceSejarah new public service
Sejarah new public service
 
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
ILMU NEGARA “PROSES TERJADINYA NEGARA SECARA PRIMER dan SEKUNDER”
 
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen PemerintahanOrganisasi & Manajemen Pemerintahan
Organisasi & Manajemen Pemerintahan
 
Pamong praja 1
Pamong praja 1Pamong praja 1
Pamong praja 1
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
 
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor PublikManajemen  Sumber  Daya  Manusia (MSDM) Sektor Publik
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Sektor Publik
 
Sistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RISistem Administrasi Negara RI
Sistem Administrasi Negara RI
 
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
Tata Kelola Pemerintahan yang Baik (Good Governance)
 
Organisasi Pemerintahan
Organisasi PemerintahanOrganisasi Pemerintahan
Organisasi Pemerintahan
 
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI)
 
Sistim Sosial Politik
Sistim Sosial PolitikSistim Sosial Politik
Sistim Sosial Politik
 
Hukum Konstitusi
Hukum KonstitusiHukum Konstitusi
Hukum Konstitusi
 
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
Pengertian perbandingan administrasi negara dan ilmu perbandingan administras...
 
Resume modul-1-3-sankri
Resume modul-1-3-sankriResume modul-1-3-sankri
Resume modul-1-3-sankri
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
 
Habituasi
HabituasiHabituasi
Habituasi
 
MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1
MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1
MSDM Sektor Publik by Ade Gumilar Iskandar Part 1
 
Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Ppt Pentingnya Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
 
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRIPeran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI
 

Viewers also liked

Sistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRISistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRIabdul Hamid
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkrivirmannsyah
 
Wilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesia
Wilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesiaWilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesia
Wilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesiaRiza Muafiqunnahar
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalDadang Solihin
 
Harmonisasi pemerintahan pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintahan pusat dan daerahHarmonisasi pemerintahan pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintahan pusat dan daerahNabila_SPutri
 
DINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERAL
DINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERALDINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERAL
DINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERALFirman Darmawan
 
PPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan IndonesiaPPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan Indonesiaworodyah
 
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinataBerpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinataIndra Riswadinata
 
Mat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen Bangsa
Mat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen BangsaMat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen Bangsa
Mat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen Bangsadevranriyadi
 

Viewers also liked (13)

Sistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRISistem pemerintahan NKRI
Sistem pemerintahan NKRI
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
 
Wilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesia
Wilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesiaWilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesia
Wilayah perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan di indonesia
 
Sistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen NasionalSistem Manajemen Nasional
Sistem Manajemen Nasional
 
SANKRI
SANKRISANKRI
SANKRI
 
Harmonisasi pemerintahan pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintahan pusat dan daerahHarmonisasi pemerintahan pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintahan pusat dan daerah
 
Pilar pilar kebangsaan pim4
Pilar pilar kebangsaan pim4Pilar pilar kebangsaan pim4
Pilar pilar kebangsaan pim4
 
Perspektif SANKRI 2025
Perspektif SANKRI 2025Perspektif SANKRI 2025
Perspektif SANKRI 2025
 
Wawasan Kebangsaan
Wawasan KebangsaanWawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan
 
DINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERAL
DINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERALDINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERAL
DINAMIKA PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM KONTEKS NKRI DAN NEGARA FEDERAL
 
PPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan IndonesiaPPT Sistem Pemerintahan Indonesia
PPT Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinataBerpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
Berpikir kreatif dan inovasi diklatpim iv indra ridwadinata
 
Mat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen Bangsa
Mat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen BangsaMat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen Bangsa
Mat Wasbang & Belaneg dalam Peran Komponen Bangsa
 

Similar to Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

Materi Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata NegaraMateri Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata NegaraDnr Creatives
 
PERTEMUAN III PPT-HTN.ppt
PERTEMUAN III PPT-HTN.pptPERTEMUAN III PPT-HTN.ppt
PERTEMUAN III PPT-HTN.pptnurulkamaly
 
Sitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaSitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaAmran Jaya
 
Sitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaSitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaAmran Jaya
 
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahanKedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahanjimmy
 
KEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
KEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARAKEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
KEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARAUniversitas Gunadarma
 
Asas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahan
Asas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahanAsas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahan
Asas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahanswirawan
 
DOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptxDOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptxSriRahayu777458
 
Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)
Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)
Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)Faran Aiki
 
Negara hukum rule of law
Negara hukum rule of lawNegara hukum rule of law
Negara hukum rule of lawGozali Ghozi
 
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945Izzatul Ulya
 
Nilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptx
Nilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptxNilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptx
Nilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptxKangHaris6
 
lembaga-lembaga menurut UUD 1945
lembaga-lembaga menurut UUD 1945lembaga-lembaga menurut UUD 1945
lembaga-lembaga menurut UUD 1945Cucu Sya'diah
 
TUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
TUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARATUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
TUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARADiana Nova
 

Similar to Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI (20)

PPT-HTN.ppt
PPT-HTN.pptPPT-HTN.ppt
PPT-HTN.ppt
 
Materi Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata NegaraMateri Hukum Tata Negara
Materi Hukum Tata Negara
 
PERTEMUAN III PPT-HTN.ppt
PERTEMUAN III PPT-HTN.pptPERTEMUAN III PPT-HTN.ppt
PERTEMUAN III PPT-HTN.ppt
 
Sitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaSitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesia
 
Sitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesiaSitem pemerintahan indonesia
Sitem pemerintahan indonesia
 
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahanKedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
Kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan
 
KEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
KEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARAKEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
KEKUASAAN PEMERINTAH PADA KEHIDUPAN BANGSA DAN NEGARA
 
Asas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahan
Asas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahanAsas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahan
Asas asas htn dalam uud 1945 setelah perubahan
 
DOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptxDOC-20230403-WA0010..pptx
DOC-20230403-WA0010..pptx
 
Bab 3.pptx
Bab 3.pptxBab 3.pptx
Bab 3.pptx
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)
Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)
Kedaulatan NKRI, Muhammad Faran Aiki (Tugas Sekolah)
 
Negara hukum rule of law
Negara hukum rule of lawNegara hukum rule of law
Negara hukum rule of law
 
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
Lembaga Perwakilan Rakyat Menurut UUD 1945
 
NKRI
NKRINKRI
NKRI
 
Nilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptx
Nilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptxNilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptx
Nilai-nilai Pancasila Dalam Kerangka Praktik Penyelenggaraan Negara.pptx
 
LANJUTAN 8.pptx
LANJUTAN 8.pptxLANJUTAN 8.pptx
LANJUTAN 8.pptx
 
lembaga-lembaga menurut UUD 1945
lembaga-lembaga menurut UUD 1945lembaga-lembaga menurut UUD 1945
lembaga-lembaga menurut UUD 1945
 
TUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
TUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARATUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
TUGAS PKN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
 
PKN.Hasnur
PKN.HasnurPKN.Hasnur
PKN.Hasnur
 

More from Tri Widodo W. UTOMO

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluTri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarTri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightTri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakTri Widodo W. UTOMO
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 

More from Tri Widodo W. UTOMO (20)

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
 

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

  • 1. SISTEM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NKRI Bahan Ajar Diklat Prajabatan Gol. III Tri Widodo W. Utomo Pusat Kajian Manajemen Kebijakan (PKMK) 1 Free Powerpoint Templates Page Lembaga Administrasi Negara
  • 2. Data Pribadi NAMA : Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA TTL : Yogyakarta, 15-07-1968 NIP : 19680715 199401 1 001 JABATAN : Kepala Pusat Kajian Manajemen Kebijakan/ Peneliti Utama Bidang Administrasi Publik Gol/Pangkat : IV-c / Pembina Utama Muda Alamat KTR : Jl. Veteran No. 10 Jakarta Telp. 021-3868202; Fax. 021-3800187 Alamat RMH : Villa Melati Mas Blok M6/12A, Serpong Tangerang Selatan, HP. 0819-503-4500 Free Powerpoint Templates Page 2
  • 3. Sistematika Materi 1. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI; 2. Penyelenggaraan Negara Yang Bersih & Bebas KKN; 3. Peraturan Perundang-Undangan; 4. Lembaga Negara / Pemerintah; 5. Manajemen Pemerintahan. Free Powerpoint Templates Page 3
  • 4. Bagian 1 Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI  Sistem Pemerintahan;  Negara Hukum;  Sistem Konstitusional;  Sistem Presidensial & Parlementer  Pembatasan Kekuasaan. Free Powerpoint Templates Page 4
  • 5. WILAYAH NEGARA RI Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 25A) Awal 2004: 32 prov & 434 kab/kota. Jumlah pulau: 17.508 Awal 2009: 33 prov & 497 kab/kota. Luas: 1.919.440 km2 (terluas ke-15 di dunia)
  • 6.
  • 7. Filsafat/ Teologi Administrasi/ Manajemen Sejarah PEMERIN- Kebijakan Hukum TAHAN Politik Psikologi Ekologi 7
  • 8. SPPN pra Amandemen UUD '45  Indonesia adalah Negara yang Berdasar Atas Hukum (Rechtstaat);  Sistem Konstitusional;  Kekuasaan Negara yang Tertinggi Ada di Tangan MPR;  Presiden adalah Penyelenggara Pemerintah yang Tertinggi dibawah Majelis;  Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR;  Menteri Negara ialah Pembantu Presiden; Menteri Negara Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR;  Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas. 8
  • 9. Negara Hukum Indonesia UUD 1945 NASKAH ASLI UUD 1945 SETELAH PERUBAHAN BAB I BAB I BENTUK DAN KEDAULATAN BENTUK DAN KEDAULATAN Pasal 1 Pasal 1 (1) Negara Indonesia ialah Ne- (1) Negara Indonesia ialah Ne- gara Kesatuan, yang gara Kesatuan, yang berbentuk Republik. berbentuk Republik. (2) Kedaulatan adalah di tangan (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilakukan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis menurut Undang-Undang Permusyawaratan Rakyat. Dasar.***) (3) Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)
  • 10.  F.R. Bothlingk: De staat, waarin de wilsvrijheid van gezagsdragers is beperkt door grenzen van recht (negara dimana kebebasan kehendak pemegang kekuasaan dibatasi oleh ketentuan hukum).  Prof. R. Djokosutomo: Negara berdasarkan pada kedaulatan hukum. Hukumlah yg berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti rechtstaat (badan hukum republik). Karena negara itu dipandang sebagai subjek hukum, maka jika ia bersalah dapat dituntut didepan pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.
  • 11. Negara Hukum & Sistem Hukum Dunia ANGLO SAXON EROPA KONTINENTAL Common Law (Konvensi) Civil Law (Written Law) Rechtstaat (Immanuel Kant & Rule of Law (AV. Dicey) Friedrich Julius Stahl) Tidak ada pemisahan Per- Peradilan Administrasi yg adilan Umum & Administrasi. terpisah. Supremasi hukum (legal supremacy); Tidak ada kekuasaan yg sewenang2 (absence of arbitrary power); Kedudukan yg sama di depan hukum (equality before the law); Jaminan HAM; Pembagian kekuasaan (division/separation of power).
  • 12. Negara Hukum Indonesia  Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat), bukan berdasarkan atas kekuasaan (Machtsstaat).  3 Asas Pokok Negara Hukum (Prajudi A):  Asas monopoli paksa (Zwangmonopoli)  monopoli penggunaan kekuasaan dan paksaan untuk membuat orang menaati apa yang menjadi keputusan penguasa.  Asas persetujuan rakyat  peraturan yg dibuat tanpa perintah/kuasa UU adalah tidak sah. Ingat prinsip No Taxation without Representation.  Asas persekutuan hukum (rechtsgemeenschap)  Rakyat dan penguasa Negara bersama- sama merupakan suatu persekutuan hukum (rechtsgemeenschap, legal partnership).
  • 13. Parlementer: sistem pemerintahan dmn pemerintah (eksekutif) bertanggungjawab kpd parlemen (legislatif). Cirinya:  Kekuasaan Kepala Negara merupakan kekuasaan nominal (hanya merupakan figur kepemimpinan formal & seremonial; hanya sbg lambang), shg kekuasaan politiknya dalam pemerintahan relatif kecil.  Pelaksana dan penanggungjawab penyelenggaraan pemerintahan adalah PM bersama para menteri (Kabinet),  Kedudukan Kabinet tergantung pada dukungan Parlemen, dan Kabinet akan jatuh apabila Parlemen menarik dukungannya.  Parlemen dapat dibubarkan oleh Kepala Negara atas usul PM; sebaliknya Kabinet dapat dijatuhkan oleh Parlemen melalui mosi tidak percaya (vote of non-confidence).
  • 14. Presidensial: sistem pemerintahan dmn Kepala Pemerintahan dipegang oleh Presiden, dan pemerintah tidak bertanggung jwb kepada Parlemen. Cirinya:  Presiden disamping sebagai Kepala Negara, juga sebagai Kepala Pemerintahan yg mempunyai kekuasaan politik secara riil.  Kedudukan Presiden tidak tergantung pada Parlemen, dan tidak dapat dijatuhkan, kecuali atas tuduhan melakukan kejahatan yg luar biasa.  Presiden tidak dapat membubarkan Parlemen.  Presiden dan Parlemen dipih untuk waktu dan jangka waktu tertentu, sehingga tidak dapat bubar sewaktu-waktu.
  • 15.  Ditinjau dari tujuannya, untuk menjamin hak warga negara dari tindakan sewenang-wenang penguasa demi terselenggaranya kepentingan / kesejahteraan masy.  Ditinjau dari penyelenggaraan pemerintahan, untuk menjadi landasan struktural bagi organ negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.
  • 16.  Dokumen nasional berisi perjanjian luhur, kesepakatan politik / hukum / sosek yg menjadi tujuan negara.  Piagam kelahiran baru (a birth certificate of new state).  Sumber Hukum Tertinggi, sekaligus sbg tools of social engineering dlm merespon perubahan zaman.  Identitas nasional & lambang persatuan.  Sumber legitimasi kekuasaan negara.  Fungsi simbolik sbg pusat upacara (center of ceremony) dan keagungan bangsa.
  • 17. o Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil hasil pertanian dari siapapun tanpa membayar harganya seketika itu juga kecuali jika si pemilik memberi izin menangguhkan pembayaran (psl 28); o Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil kuda atau kendaraan dari seorang yg bebas (freeman) untuk keperluan pengangkutan tanpa izin si pemilik (psl 30); o Tidak seorangpun penguasa yg akan mengambil kayu-kayu untuk keperluan raja tanpa persetujuan si pemilik; o Tidak seorangpun pegawai kepolisian yg akan mengajukan seorang di muka pengadilan atas tuduhan tanpa kesaksian orang yg dipercaya (psl 38); o Tidak seorang bebaspun (freeman) yg akan dimasukkan ke dalam penjara atau dilarang berdiam di satu daerah tertentu kecuali atas putusan oleh penguasa setempat atau dibenarkan oleh aturan negara (psl 39); o Kepada siapapun tidak dapat diingkari atau ditangguhkan pelaksanaan haknya atas peradilan (psl 40).
  • 18. Dasar Pemikiran Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan Perubahan Tujuan Perubahan • Amandemen UUD 1945 Jumlah: • Kekuasaan tertinggi di Menyempurnakan aturan • Penghapusan doktrin • 16 bab tangan MPR dasar: Dwi Fungsi ABRI • 37 pasal • Kekuasaan yang sangat • Tatanan negara • Penegakan hukum, • 49 ayat besar kepada Presiden • Kedaulatan Rakyat HAM, dan pemberan- • 4 pasal A.P • Pasal-pasal multitafsir • HAM tasan KKN • 2 ayat A.T • Pengaturan lembaga • Pembagian kekuasaan • Otonomi Daerah • Penjelasan negara oleh Presiden • Kesejahteraan Sosial • Kebebasan Pers melalui pengajuan UU • Eksistensi negara • Mewujudkan kehidupan • Praktek ketatanegaraan demokrasi dan negara demokrasi tidak sesuai dengan hukum UUD 1945 • Sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan bangsa Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis Jumlah: • Sidang Umum MPR, 1999 • Tidak mengubah • Pasal 3 UUD 1945 • 21 bab Tgl.14-21 Okt 1999 Pembukaan UUD 1945. • Pasal 37 UUD 1945 • 73 pasal • Sidang tahunan • Tetap mempertahankan • TAP MPR • 170 ayat MPR,2000 NKRI. No.IX/MPR/1999 • 3 pasal A.P. Tgl.7-18 Agt 2000 • Mempertegas sistem • TAP MPR 9 • 2 Pasal A.T. • Sidang tahunan presidensial. No.IX/MPR/2000 • Tanpa Penjelasan MPR,2001 • TAP MPR XI/2001 Tgl.1-9 Nov 2001 • Penjelasan UUD 1945 • Sidang tahunan ditiadakan, hal-hal normatif masuk pasal. MPR,2002 Tgl.1-11 Agt 2002 • Perubahan dilakukan dengan cara adendum.
  • 19. AMANDEMEN PERTAMA (9 pasal) Psl yg di- Perihal / Substansi Amandemen 5 Kekuasaan Presiden 7 Masa Jabatan Presiden 9 Sumpah Presiden 13 Pengangkatan Duta dan Konsul 14 Grasi, Amnesti, Abolisi dan Rehabilitasi 15 Gelar, Tanda Jasa & Kehormatan 17 Menteri Negara 20 Persetujuan thd UU 21 Hak Inisiatif DPR
  • 20. AMANDEMEN KEDUA (10 pasal) Psl yg di- Perihal / Substansi Amandemen 18 Pemerintahan Daerah 19, 20, 22 DPR 25 Wilayah Negara 26, 27 Warga Negara dan Penduduk 28 Hak Asasi Manusia 30 Hankam Negara Bendera, Bahasa, Lambang Negara & Lagu 36 kebangsaan
  • 21. AMANDEMEN KETIGA (10 pasal) Psl yg di- Perihal / Substansi Amandemen 1 Kedaulatan & Bentuk Negara 3 MPR 6 Presiden & Wapres 7 Pemberhentian Presiden / Wapres 8 Presiden Berhalangan 11 Perjanjain Internasional oleh Presiden Pembentukan, Pengubahan & Pembubaran 17 Kementerian Negara 22 c/d DPD 22 e, 23a/c Pemilu 23 e/f/g BPK 24 Kekuasaan Kehakiman (MA dan KY)
  • 22. AMANDEMEN KEEMPAT (12 pasal) Psl yg di- Perihal / Substansi Amandemen 2 Susunan MPR 6a Pemilihan Presiden 8 Presiden Berhalangan 11 Pernyataan Perang, Perdamaian & Perjanjian 16 Dewan Pertimbangan (DPA hapus) 23 Mata Uang dan Bank Sentral 24 Kekuasaan Kehakiman 31, 32 Pendidikan & Kebudayaan 33, 34 Perekonomian Nasional & Kesejahteraan Sos. 37 Perubahan UUD Aturan Peralihan Pasal I, II, III Aturan Tambahan Pasal I, II
  • 23. Menjamin adanya kebebasan dari masing- masing kekuasaan / menghindari terjadinya interaksi atau campur tangan dari kekuasaan yg satu thd kekuasaan lain.  Manusia yg mempunyai kekuasaaan cenderung menyalahgunakan, tetapi manusia yg mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti akan menyalahgunakannya (power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely).
  • 24. INTI GAGASAN Demokrasi Konstitusional: “Menciptakan Keseimbangan Dalam Interaksi Sosial Politik (checks and balances)” (antara pemerintah – masyarakat; eksekutif – legislatif; atau kepentingan sosial ekonomi – kepentingan politik). Upaya Membatasi Kekuasaan yg dipegang Pemerintah. Perlunya hukum sbg instrumen negara demokrasi. Atau, hukum sbg alat untuk membatasi kekuasaan suatu lembaga politik. Inilah yang pada prinsipnya disebut dengan istilah negara hukum (rechtstaat). Instrumen Hukum tsb adalah Konstitusi.
  • 25. Pertama kali dimunculkan oleh Montesquieu pada Abad Pencerahan (enlightenment).  Lahir sbg hasil dari ajaran klasik tentang pemisahan kekuasaan (separation of power), dan pertama kali diadopsi kedalam konstitusi negara oleh Amerika Serikat (US Constitution 1789).  Suatu negara dikatakan memiliki sistem checks n balances yg efektif jika tidak ada 1-pun cabang pemerintahan yg memiliki kekuasaan dominan, serta dapat dipengaruhi oleh cabang lainnya (A government is said to have an effective system of checks and balances if no one branch of government holds total power, and can be overridden by another).  Sistem checks n balances ini memiliki 2 komponen:hak untuk ikut memeriksa/menilai/mengawasi/mencari konfirmasi terhadap suatu keadaan (the right to check); serta alat untuk mencari keseimbangan (the means to actively balance out imbalances).
  • 26.  7A – Presiden / Wapres dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR.  7B – MK memeriksa, mengadili & memutus pendapat DPR dalam 90 hari. Jika dikabulkan, DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian kepada MPR. MPR menyelenggarakan sidang dalam 30 hari setelah menerima usul DPR.  7C – Presiden tidak dapat membekukan / membubarkan DPR.  Dengan persetujuan DPR, Presiden dapat:  Menyatakan perang, membuat perdamaian & perjanjian internasional (Pasal 11).  Menetapkan Perpu (Pasal 22 - dalam persidangan berikut).  23E – Hasil pemeriksaan keuangan negara oleh BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD.  24A – Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan.
  • 27.  Dengan pertimbangan DPR, Presiden dapat:  Mengangkat Duta & Konsul (Pasal 13).  Memberikan Amnesti & Abolisi (Pasal 14).  Dengan pertimbangan MA, Presiden dapat:  Mengangkat Grasi & Rehabilitasi (Pasal 14).  20 – Setiap RUU dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.  20A – DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran & fungsi pengawasan. Hak DPR lainnya: hak interpelasi, hak angket, hak menyatakan pendapat, hak mengajukan pertanyaan, hal menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.  22D – DPD ikut membahas & dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU mengenai otonomi daerah, pembentukan/ pemekaran/ penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan SDA, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.
  • 28.
  • 29.
  • 30. Bagian 2 Penyelenggaraan Negara yg Bersih & Bebas KKN  Asas Umum Penyelenggaraan Negara/Pemerintahan yg Baik;  Akuntabilitas Kinerja;  PTUN. Free Powerpoint Templates Page 30
  • 31. World Bank (UNDP) Konfernas GG 2001 1. Partisipasi 1. Partisipasi 2. Aturan Hukum (Rule of Law) 2. Penegakan hukum 3. Transparansi 3. Transparansi 4. Daya Tanggap 4. Kesetaraan 5. Berorientasi Konsensus 5. Daya tanggap 6. Keadilan 6. Wawasan kedepan 7. Efektivitas & Efisiensi 7. Akuntabilitas 8. Akuntabilitas 8. Pengawasan 9. Bervisi Strategis 9. Efektivitas & Efisiensi 10. Saling Keterkaitan 10. Profesionalisme 31
  • 32. Birokrasi Masyarakat (Fungsi Yan & Kesejahteraan) (Salus Populi Suprema Lex) Discretionary Power (Kewenangan Bertindak Secara Bebas) Kemungkinan Penyimpangan (perbuatan melanggar hkm /onrechmatige overheidsdaad ; perbuatan menyalahgunakan wewenang / detournement de pouvoir ; perbuatan sewenang-wenang / abus de droit) Upaya Perlindungan  Hukum Positif  Etika / Asas atau Prinsip Pemerintahan Yang Baik (GG) 32
  • 33. UU No. 28/1999 The Liang Gie Soerjono • Kepastian Hukum • Pertanggung- • Legalitas • Tertib jawaban • Kontinuitas Penyelenggaraan • Pengabdian • Adaptasi Negara • Kesetiaan • Moralitas • Kepentingan Umum • Kepekaan • Efektivitas & • Keterbukaan • Persamaan Efisiensi • Proporsionalitas • Kepantasan • Legitimasi • Profesionalitas • Kebersamaan • Akuntabilitas dlm Keputusan 33
  • 34. Taliziduhu Ndraha Taliziduhu Ndraha • Memandang Jauh ke Depan • Noblesse Oblige • Berpikir Panjang • Tat Twam Asi • Belajar dari Sejarah • Omnipresence • Kepastian dlm Perubahan • Good Governance • Keserasian Tujuan dgn • Aktif – Positif Motif/Cara/Alat • Dengan Sendirinya • Profesionalisme • Sisa (Residu) • Tanggung Jawab • Discretion/Freies Ermessen • Kepatutan • Persatuan dlm Perbedaan • Kebersamaan • Kepercayaan & Pengharapan • Keterbukaan dlm Kekecewaan 34
  • 35. • Noblesse Oblige, berarti “the moral obligation of the rich or highborn to display honorable or charitable conduct”. Jabatan memberi seseorang social reward berupa status nobility, keagungan, terhormat, tersanjung, shg ybs dituntut berperilaku terhormat juga. • Tat Twam Asi, yg scr harfiah berarti “kamulah itu”. Maknanya: setiap jiwa-atman, setiap orang betapapun hina dinanya, adalah bagian / bayangan Brahmana yg mahaluhur. Artinya, jiwa manusia lbh bernilai ketimbangmateri. • Omnipresence, artinya serba hadir, tidak terikat ruang dan waktu. 35
  • 36.  Kepastian Hukum (Rechtszekerheid):  Menghendaki dihormatinya hak yg telah diperoleh seseorang berdasarkan keputusan badan/pejabat TUN. Keputusan harus mengandung kepastian & tidak akan dicabut kembali, bahkan sekalipun keputusan itu mengandung kekurangan  Contoh 1: Putusan Dewan Banding Pusat (Centrale Raad van Beroep), 23 Januari 1956, yg menyatakan bahwa Keputusan pemecatan seorang PNS tidak boleh berlaku surut.  Contoh 2: Putusan Dewan Banding Perdagangan dan Industri, 26 Juni 1957, yg menyatakan bahwa suatu ijin tidak boleh ditarik kembali, walaupun kemudian diketahui bahwa ijin itu mengandung kesalahan / kekeliruan yg dilakukan sendiri oleh instansi yg mengeluarkan ijin tsb. 36
  • 37.  Bertindak Cermat (Zorgvuldigheids):  Menghendaki administrasi negara senantiasa bertindak secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat.  Contoh 1: Putusan Hoge Raad, 9-1-1942, memutuskan bahwa terhadap jalan yg rusak atau berlubang, pemerintah wajib memberi tanda peringatan sehingga dapat diketahui oleh para pemakai jalan.  Contoh 2: Putusan Mahkota, 14-8-1970: dengan maksud mencegah kerusakan & penyakit gigi, pemerintah memerintahkan agar memasukkan bahan flouride ke dalam air minum. Ternyata, tidak semua orang tahan dengan bahaan ini, shg mereka menuntut diberi kesempatan yg sama untuk memperoleh air yg tidak dicampur flouride. Perintah itu kemudian dinyatakan Batal. 37
  • 38.  Tidak mencampuradukkan kewenangan (het verbod detournement de pouvoir):  Menghendaki agar dalam mengambil keputusan, badan / pejabat administrasi negara tidak menggunakan kewenangan diluar maksud pemberian wewenang tsb.  Contoh: Putusan Mahkota, 8-6-1965: Seseorang yg telah memiliki ijin penggalian tanah bertengkar dengan si pemilik tanah. Dengan alasan untuk mengakhiri sengketa itu, Dewan Propinsi menarik kembali ijin yg telah diberikan. Hal ini oleh Mahkota dinilai sebagai detournement de pouvoir, sebab sengketa itu harus diselesaikan melalui peradilan perdata. 38
  • 39.  Permainan yg layak (fair-play):  Menghendaki agar badan / pejabat administrasi negara memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yg benar dan adil.  Contoh: Putusan Mahkota, 17-10-1970: Seorang pemilik tanah mengajukan keberatan kepada Dewan Kota thd rencana pembangunan kota, karena dikhawatirkan ia tidak dapat mendirikan bangunan diatas tanahnya. Oleh Dewan Kota, keberatan tsb dianggap tidak beralasan karena tidak ada larangan mendirikan bangunan. Beberapa waktu kemudian si pemilik tanah baru tahu bahwa rencana pembangunan kota meliputi lahan miliknya. Ia langsung melakukan banding kepada Mahkota meskipun batas waktu yg ditentukan telah lewat, yg dikabulkan oleh Mahkota  bdk. Pasal 55 PTUN. 39
  • 40.  Keadilan / Kewajaran:  Menghendaki agar dalam melakukan tindakannya, badan/pejabat administrasi negara tidak berlaku sewenang-wenang.  Contoh: Putusan Kroon, 29-6-1966: Permohonan seorang gadis Indonesia untuk bertempat tinggal di Nederland, ditolak oleh Menteri Kehakiman dengan alasan akan mengalami kesulitan asimilasi. Keputusan ini dibatalkan karena ternyata gadis tadi mahir bahasa Belanda dan sudah lama tinggal disana. 40
  • 41.  Meniadakan akibat keputusan yg batal (undoing the consequences of annulled decision):  Menghendaki agar jika terjadi pembatalan atau keputusan badan/pejabat administrasi negara, maka akibat dari keputusan yg dibatalkan itu harus dihilangkan dan yg bersangkutan diberi ganti rugi.  Contoh: Putusan Centrale Raad van Beroep, 20-9-1920: Seorang pegawai yang dipecat, tetapi setelah melalui proses pemeriksaan pengadilan ternyata tidak melakukan kesalahan, ia berhak atas kedudukan semula pada instansinya, rehabilitasi nama baik, serta ganti rugi yg timbul karena pemecatannya. 41
  • 42. Modul LAKIP Kementerian PAN, 2010: “kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab & menerangkan kinerja & tindakan seseorang/badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kpd pihak yg memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.  Tri Widodo WU: Soft System – Soft Culture – Soft Control untuk menjamin berfungsinya organisasi  jangan direduksi menjadi perangkat keras pengendalian melalui instrumen pelaporan yg kaku. Akuntabilitas = setiap upaya memberi nilai tambah thd tanggungjawab jabatan; setiap upaya menegakkan norma; setiap upaya menghindari penyimpangan & perangkap jabatan; termasuk keteladanan (exemplary paragon), kepedulian & kebersamaan (care and share), keakraban (costumer intimacy), kedekatan (getting closer to the public), & kepercayaan timbal balik (reciprocal trust). 42
  • 43. 43
  • 44. RENSTRA INDIKATOR RENJA KINERJA: PENETAPAN INPUT KINERJA PROSES PENGUKURAN OUTPUT KINERJA OUTCOMES EVALUASI BENEFIT IMPACT LAKIP 44
  • 45. SISTEM UU 25/2004 Inpres 7/ 1999 UU 17/ 2003 PERENC. P. NAS RPJP -N SISTEM SISTEM -D AKIP PENGANGGARAN - KL RENCANA -D KERANGKA -N PENG. JANGKA -D RPJM STRATEGIS - SKPD MENENGAH - dll -P - KL RENCANA RENCANA PAGU ANGGRN -D KERJA KINERJA - SKPD RENCANA umpan balik KERJA DAN - KL DPR/D (?) PENETAPAN ANGGARAN - SKPD (Persetujuan KINERJA Anggaran) RENCANA Inpres 5/2004 RENCANA AKSI AKSI (OPRNAL PLAN) PENGUKURAN KINERJA SISTEM PERENC P. NAS, SISTEM AKIP, SISTEM LAKIP LAPORAN BPK KEUANGAN PENGANGGARAN (Audit) EVALUASI AKUN TABLTS KINERJA LKKIP UU 1/ 2004 45 Designed by SR
  • 46. Administratief Beroep vs Rechtspraak dlm PTUN Peradilan TUN Atasan Pejabat / Badan TUN TIDAK Banding vertical SELESAI ? Pejabat / Badan TUN Keberatan Prosedur SK BAPEK, MPP/BPSP, Badan Penyelesaian Sengketa Pegawai / Pertanahan / Pengadaan Masyarakat Barang dan Jasa, Perijinan, Banding horizontal Perburuhan, dsb.
  • 47. Obyek Sengketa TUN: Keputusan  Istilah lain: Penetapan, Beschikking (Bld) / Acte Administratief (Prc) / Verwaltungsakt (Jrm)  Definisi: Perbuatan hukum publik bersegi satu (perbuatan sepihak dari pemerintah), dan bukan merupakan hasil persetujuan dua belah pihak. Sifat hukum publik diperoleh berdasarkan wewenang / kekuasaan istimewa. Dengan maksud terjadinya perubahan dalam lapangan hubungan hukum. Bersifat Konkrit, Individual & Final.
  • 48. TERMASUK dlm Keputusan (Ps 1 ay. 3 – Ps 2 + Ps 3 – Ps 49 – Penj. Um. 1)  Jika Pejabat/Badan TUN tidak mengeluarkan keputusan sedang hal itu menjadi kewajibannya, hal tersebut disamakan dengan Keputusan (Pasal 3).  Jika Pejabat / Badan TUN tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon sedang jangka waktu yang ditentukan telah lewat, Pejabat/Badan TUN tadi dianggap menolak mengeluarkan keputusan;  Dalam hal jangka waktu tidak ditentukan, maka setelah lewat 4 bulan sejak diterimanya permohonan, Pejabat / Badan TUN tadi dianggap telah mengeluarkan keputusan.
  • 49. TIDAK Termasuk Keputusan  KTUN yg merupakan perbuatan Hukum Perdata, merupakan pengaturan yg bersifat umum, masih memerlukan persetujuan, yg dikeluarkan berdasar ketentuan KUH Perdata/ Pidana, yg dikeluarkan atas hasil pemeriksaan Badan peradilan, mengenai Tata Usaha ABRI, Keputusan Panitia Pemilihan Umum (Pasal 2).  KTUN berdasarkan peraturan perundangan yg dikeluarkan:  Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau keadaan luar biasa yang membahayakan.  Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum (Pasal 49).  Sengketa administrasi di lingkungan TNI dan dalam soal-soal militer yg menurut UU No 16/1953 & UU No 19/1958, diperiksa, diputus & diselesaikan oleh Pengadilan Tata Usaha Militer (Penjelasan Umum angka 1).
  • 50. GUGATAN - 1  Dapat diajukan jika Keputusan TUN MERUGIKAN KEPENTINGAN seseorang / badan hukum tertentu yg bersifat LANGSUNG TERKENA, tidak terselubung dibalik kepentingan orang lain.  Harus diajukan secara TERTULIS, berisi :  Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal dan pekerjaan penggugat / kuasanya.  Nama, jabatan dan domisili tergugat.  Isi gugatan.  Dasar / alasan menggugat.  Isi gugatan :  Tuntutan untuk menyatakan BATAL atau TIDAK SAH.  Dengan atau tanpa disertai tuntutan GANTI RUGI dan / atau REHABILITASI.
  • 51. GUGATAN - 2  Dasar / alasan menggugat:  Keputusan TUN BERTENTANGAN dengan peraturan perundangan, baik secara prosedural / formal maupun secara material / substansial.  Badan atau pejabat TUN TIDAK BERWENANG mengeluarkan keputusan, baik secara materiale, temporis, maupun loci.  Badan atau pejabat TUN menggunakan wewenangnya UNTUK TUJUAN LAIN dari maksud diberikannya wewenang tersebut. Artinya, telah terjadi penyalahgunaan wewenang.  Badan atau pejabat TUN seharusnya TIDAK SAMPAI KEPADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN tsb. Artinya, Badan / Pejabat TUN berbuat sewenang-wenang.
  • 52. Tenggang Waktu Gugatan  Setelah tenggang waktu lewat, maka keputusan TUN akan memiliki kepastian hukum.  Batas tanggal pengesahan / pengundangan biasanya dijadikan titik tolak perhitungan.  Pasal 55 UU PTUN: gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkanya keputusan Badan atau Pejabat TUN. Ini berarti yg dipakai adalah Teori Penerimaan / Ontvangtstheorie  dihitung sejak hari diterimanya keputusan atau sepatutnya dianggap telah menerima.  Teori lain: Pengiriman (Verzendtheorie)  dihitung sejak hari disampaikannya keputusan kepada ybs. Patokannya adalah stempel pos.
  • 53. Bagian 3 Peraturan Perundang-Undangan Free Powerpoint Templates Page 53
  • 54. GRUND NORM UUD TATA HUKUM GENERAL NORM REGELING “Hukum In abstracto” Melaksanakan suatu peraturan ke dalam BESCHIKKING INDIVIDUAL NORM suatu hal yg nyata “Hukum Inconcreto” (konkrit) Hans Kelsen: General theory of law and state (teori tangga/stufenbau) Psl 3 UU 10/2004: UUD 1945 merupakan hukum dasar dalam Per-UU-an.
  • 55. Peraturan (Regeling) Keputusan (Beschikking) Bersifat menetapkan (declaratory, Bersifat mengatur (regulatory) executory) Bersifat umum, baik substansi Bersifat konkrit (materinya), dan / materi maupun subyeknya. individual (subyeknya) Bertingkat (Tata Urut) Tidak Bertingkat Judicial Review ke MK (untuk Gugatan ke PTUN atau Upaya UU), atau MA (dibawah UU) Administratif melalui Atasan.
  • 56. Sejak berlakunya UU No. 10/2004, maka:  Ada penegasan antara Beschikking dengan Regeling  Keputusan tidak dpt lagi bersifat regulatory / regulerend, tapi hanya declaratoir atau penetapan.  Adanya quasy reglementaire berupa Peraturan Kebijaksanaan, yakni Keputusan2 yg tidak mendapatkan atribusi dari peraturan per-UU-an yg lebih tinggi (Ermessen – discretionary power).
  • 57. Tap MPRS No. Tap MPR No. UU No. 10/2004 XX/1966 III/2000 UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945 Ketetapan MPR Ketetapan MPR UU / Perpu UU UU PP Perpu Perpu Peraturan Presiden PP PP Perda Keppres Keppres / Inpres Perda
  • 58.  Apakah UU No. 10/2004 tidak melanggar adagium Lex Superiori Derogat Legi Inferiori?  Dkl, apakah UU tsb tidak cacat yuridis, shg harus dinyatakan nietig? Lihat TAP MPR No. I/2003 tentang Peninjauan thd Materi dan Status Hukum Ketetapan MPRS dan MPR- RI Tahun 1960 – 2002.
  • 59. Pasal 1: TAP yg dicabut dan dinyatakan tidak berlaku (8 Ketetapan). Pasal 2: TAP yg dinyatakan tetap berlaku dengan ketentuan (3 Ketetapan). Pasal 3: TAP yg dinyatakan tetap berlaku s/d terbentuknya Pemerintahan Hasil Pemilu 2004 (8 Ketetapan). Pasal 4: TAP yg dinyatakan tetap berlaku s/d terbentuknya UU (11 Ketetapan). Pasal 5: TAP yg dinyatakan masih berlaku s/d ditetapkannya Peraturan Tata Tertib baru oleh MPR Hasil Pemilu 2004 (5 Ketetapan). Pasal 6: TAP yg dinyatakan tidak perlu dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat final (einmalig), telah dicabut, maupun telah selesai dilaksanakan (104).
  • 60. 1. TAP MPRS No. XXIX/1966 Tentang Pengangkatan Pahlawan Ampera. 2. TAP MPR No. XI/1998 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3. TAP MPR No. XV/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan,Pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional Yang Berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka NKRI. 4. TAP MPR No. III/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. 5. TAP MPR No. V/2000 Tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional. 6. TAP MPR No. VI/2000 Tentang Pemisahan TNI dan POLRI. 7. TAP MPR No. VII/2000 Tentang Peran TNI dan Peran POLRI. 8. TAP MPR No. VI/2001 Tentang Etika Kehidupan Berbangsa. 9. TAP MPR No. VII/2001 Tentang Visi Indonesia Masa Depan 10. TAP MPR No. VIII/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan KKN. 11. TAP MPR No. IX/2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA.
  • 61. UUD 1945;  Ketetapan MPR;  Undang-Undang/Perpu;  Peraturan Pemerintah;  Peraturan Presiden;  Perda Provinsi; dan  Perda Kabupaten/Kota. 61
  • 62. Yang dimaksud dengan “TAP MPR” adalah TAP MPRS dan TAP MPR yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan MPR-RI No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum TAP MPRS dan TAP MPR Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003. 62
  • 63. Bagian 4 Kelembagaan Negara / Pemerintahan Free Powerpoint Templates Page 63
  • 64. • Strategic apex is charged with ensuring that the organization serve its mission in an effective way, and also that is serve the needs of those who control or other wise have power over the organization. • Operating core of the organization encompasses those numbers who perform the basic work related directly to the product and services. • Middle line. The strategic apex is joined to the operating core by the chain of middle line managers with formal authority. • Technostructure. The control analyst of the techno-structure serves to affect certain forms of standardization in the organization. • Supporting Staff: A glance at the chart of almost any large contemporary organization reveals a great number of units, all specialized, that exist to provide support to the organization out side its operating workflow. 64
  • 65. Struktur Kelembagaan Neg./Pem. UUD 1945 Presiden/ BPK Wakil DPR MPR DPD MA MK Presiden KPU Bank Kementerian Negara badan-badan lain KY Sentral yang fungsinya Dewan Pertimbangan berkaitan dengan TNI/POLRI kekuasaan kehakiman PUSAT LPNK LNS Lingkungan PERWAKILAN PEMDA Peradilan DAERAH BPK PROVINSI PROVINSI Umum KPD DPRD Agama PEMDA Militer KAB/KOTA TUN KPD DPRD 65
  • 66. Kelembagaan Tingkat Pusat 1. Lembaga KEPRESIDENAN dibantu oleh WAKIL PRESIDEN 2. Unsur Pembantu Presiden: Menteri Negara. 3. KESEKRETARIATAN Lembaga Negara: o Sekretariat Jenderal MPR. o Sekretariat Jenderal DPR & DPD. o Sekretariat Jenderal BPK. o Sekretariat Jenderal MA. 4. Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) 5. Organisasi EKSTRA STRUKTURAL yg dibentuk Pemerintah: Dewan, Badan, Panitia, Komisi, Kelompok Kerja. 6. PERWAKILAN RI di Luar Negeri : o Perwakilan Diplomatik. o Perwakilan Konsuler. 66
  • 67. URUSAN • LUAR NEGERI YG NOMENKLATURNYA • DALAM NEGERI DISEBUTKAN DALAM • PERTAHANAN UUD 1945 TRIUM VIRAT (3 URUSAN) • PERTAMBANGAN • AGAMA • ENERGI • HUKUM • PU • KEUANGAN URUSAN • TRANSMIGRASI • KEAMANAN • TRANSPORTASI YG RUANG • HAM • INFORMASI LINGKUPNYA • PENDIDIKAN URUSAN • KOMUNIKASI • KEBUDAYAAN DISEBUTKAN DALAM • PERTANIAN PEMERINTAHAN • KESEHATAN • PERKEBUNAN UUD 1945 • SOSIAL • KEHUTANAN (46 URUSAN) • NAKER (25 URUSAN) • PETERNAKAN • INDUSTRI • KELAUTAN • PERDAGANGAN • PERIKANAN URUSAN • PPN • INVESTASI • APARATUR NEGARA • KOPERASI DLM RANGKA • KESEKRET. NEGARA • UKM PENAJAMAN • BUMN • PARIWISATA KOORDINASI & • PERTANAHAN • PP • KEPENDUDUKAN • PEMUDA SINKRONISASI • LH • OLAH RAGA PROGRAM PEMERINTAH • ILMU67 PENGETAHUAN • PERUMAHAN (18 URUSAN) • TEKNOLOGI • PKDT 67
  • 68. Kementerian Negara  Penafsiran dari kadar Urgensi:  Pola 1: Urusan yg nomenklaturnya disebutkan dalam UUD 1945  Wajib (obligatory).  Pola 2: Urusan yg ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945  Perlu (optional).  Pola 3: Urusan dalam rangka penajaman koordinasi program  Dapat dibentuk (optional).  Pola 4: tidak jelas pengaturannya  kementerian koordinator (3 buah).  Penafsiran dari aspek kuantitas:  Di Jepang, jumlah kementerian adalah 17 (2007) dan mengecil menjadi 12 (2010). Indonesia menggunakan pola maksimal, yakni 34.  Perbandingan kementerian Pola 3 dengan Pola 1 + 2 saat ini 11 : 20. Sebaiknya, pola 3 cukup 1/4 atau bahkan 1/5 dari Pola 1 + 2, karena “hanya” bersifat penajaman. 68
  • 69. Reformasi Kelembagaan Pusat  UU No. 19/2008 sbg tonggak penataan kelembagaan  harus diikuti dengan penataan lembaga selain kementerian secara komprehensif, mencakup: LPNK, LNS, Sekretariat Lembaga Negara, Kejagung/TNI/Polri, Perwakilan RI di LN, BI dan UMN, dll.  Lembaga yg menjalankan urusan penajaman koordinasi tidak harus diwadahi dalam bentuk kementerian, namun bisa juga dalam wadah LPNK atau LNS sbg executing agency.  Restrukturisasi Kementerian yg ada saat ini.  Merger dengan LPNK atau LNS yg relevan.  Perlu Grand Design reformasi kelembagaan Pusat. 69 69
  • 70. Lembaga Pemerintah Setingkat MENTERI  JAKSA AGUNG  BADAN INTELIJEN NEGARA  SEKRETARIS KABINET  UKP4 70
  • 71. Nama LPNK & Kementerian Koordinatornya - 1 NO NAMA LPNK DIKOORDINASIKAN 1 LAN 2 BKN MENTERI PAN & RB 3 BPKP 4 ANRI 5 LAPAN 6 BAPETEN 7 BATAN 8 LIPI MENRISTEK 9 BSN 10 BPPT 11 BAKOSURTANAL 71
  • 72. Nama LPNK & Kementerian Koordinatornya - 2 NO NAMA LPNK DIKOORDINASIKAN 12 BKKBN MENTERI KESEHATAN 13 BPOM 14 BNP2TKI MENAKERTRANS 15 BAPPENAS 16 BPS MENTERI PPN 17 LKPP 18 BASARNAS MENTERI 19 BMKG PERHUBUNGAN 20 BNPB MENKO KESRA 21 BNPT MENKO POLKAM 72
  • 73. Nama LPNK & Kementerian Koordinatornya - 3 NO NAMA LPNK DIKOORDINASIKAN 22 LEMBAGA SANDI NEGARA MENTERI PERTAHANAN 23 LEMHANNAS 24 BNN KAPOLRI 25 PERPUSNAS MENDIKNAS 26 BADAN PENGELOLA PERBATASAN MENDAGRI 27 BPN BPN 28 BKPM BKPM 29 BIN BIN Catatan: LPNK yg tidak dikoordinasikan oleh Menteri 73
  • 74. Perumpunan LPNK  Rumpun penelitian/pengkajian : LAN, LIPI, BPPT, BATAN;  Rumpun pendukung manajemen pemerintahan : LAN, BKN, BPKP, LKPP;  Rumpun pendukung substansi pemerintahan : BPS, BKKBN, BMKG; dan  Rumpun pelayanan/regulasi : BPN, BPOM, BNP2TKI. 74
  • 75. LPNK dlm Kerangka Teori Henry Mintzberg  Technostructure: BPKP, Lemsaneg, LAN, Lemhanas, LIPI, LKPP, Bappenas.  Middleline: BKKBN, Bakosurtanal, BKPM.  Supporting: BKN, ANRI, BPS, Batan, BIN, Perpusnas, BPPT, LIPI, LAN, BKPM, dan Sekjen Wantanas.  Operating: BSN, Bapeten, LAPAN, LIPI, BKPM, BPOM, BMKG, BaSARnas, BNP2TKI, BNN, BNPT, BNPB. 75
  • 76. Hubungan LPNK dg Kementerian 76
  • 77. LPNK sbg Special Agency  Lebih Berbasis Kompetensi / Keahlian:  Menangani tugas spesifik tertentu yg bersifat keahlian;  Tidak ditangani oleh kementerian karena bukan urusan pemerintahan;  Bersifat lintas kementerian;  Tidak menangani fungsi regulasi publik (pouvoir reglementair).  Fokus pada Fungsi:  Pengkajian/penelitian;  Pemberian dukungan manajemen pemerintahan;  Pemberian dukungan substansi pemerintahan. 77
  • 78. Problem Kelembagaan LPNK - 1  Besaran organisasi LPNK sangat beragam & tidak konsisten: o Wakil Kepala LPNK (6 lembaga); o Jumlah Deputi sangat beragam, jumlahnya antara 3-9 Deputi. Terbanyak (9 Deputi) adalah Bappenas dan 6 Deputi di BIN dan BKPM; o 7 Lembaga yg memiliki Inspektorat Utama; o Staf ahli juga dimiliki beberapa lembaga seperti di BIN, Lemhanas, Wantanas, Bappenas; o Struktur kelembagaan di BIN hampir sama dengan kementerian kelompok III; o Wantanas, Kepala lembaga adalah Sekjen. 78
  • 79. Problem Kelembagaan LPNK - 2  Secara jumlah mendekati jumlah kementerian.  Urusan yg ditangani berhimpitan dengan urusan kementerian.  Sama-sama bertanggungjawab kepada Presiden.  Ketidakjelasan batasan, mekanisme dan sifat urusan yg dikoordinasikan oleh Menteri.  Tumpang tindih tugas dan fungsi antara LPNK dengan kementerian dan LNS. 79
  • 80. Inflasi LNS - 1  KomisiYudisial  UU No. 22/2004  Komisi Pemilihan Umum  UU No. 12/2003  Komnas HAM  UU No. 39/1999  Komisi Pengawas Persaingan Usaha  UU No. 5/1999  Komisi Penyiaran Indonesia  UU No. 32/2002  Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi / KPK  UU No 30/2002  Komisi Perlindungan Anak  UU No. 23/2002  Komisi Kebenaran & Rekonsiliasi  UU No. 27/2004  Komnas Anti Kekerasan Thd Perempuan  Keppres No. 181/1998  Komisi Ombudsman Nasional  Keppres No. 44/2000  Komisi Kepolisian  UU No. 2/2002  Komisi Kejaksaan  UU No. 16/2004  Komisi Hukum Nasional  Keppres No. 15/2000 80
  • 81. Inflasi LNS - 2  Dewan Pers  UU No. 40/1999  Dewan Pendidikan  UU No. 20/2003  Dewan Pembina Industri Strategis  Keppres No. 40/1999  Dewan Riset Nasional  Keppres No. 94/1999  Dewan Buku Nasional  Keppres No. 110/1999  Dewan Maritim Indonesia  Keppres No. 161/1999  Dewan Ekonomi Nasional  Keppres No. 144/1999  Dewan Pengembangan Usaha Nasional  Keppres No. 165/1999  Dewan Gula Nasional Keppres No. 23/2003  Dewan Ketahanan Pangan  Keppres No. 132/2001  Dewan Pengembangan Kws Tmr Indonesia  Keppres No. 44/2002  Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah  Keppres No. 151/2000  Dewan Pertahanan Nasional  Keppres No. 3/2003  Dewan Penerbangan dan Antariksa Nasional  Keppres No. 132/1998  Komite Nasional Keselamatan Transportasi  UU No. 41/1999  Komite Antar Dept. Bidang Kehutanan  Keppres No. 80/2000  Komite Akreditasi Nasional  Keppres No. 78/2001  Komite Penilaian Independen  Keppres No. 99/1999  Komite Olahraga Nasional Indonesia  Keppres No. 72/2001  Komite Kebijakan Sektor Keuangan  Keppres No. 89/1999  Komite Standar Nasional Untuk Satuan Ukuran  PP No. 102/2000 81
  • 82. 5 Alasan Pembentukan Lembaga Ad-hoc di Inggris  The need to provide cultural or personal services supposedly free from the risk of political interference. Contoh: BBC (British Broadcasting Corporation);  The desirability of non-political regulation of markets. Contoh: Milk Marketing Boards;  The regulation of independent professions such as medicine and the law. Keperluan mengatur profesi yg bersifat independen seperti di bidang hukum kedokteran;  The provisions of technical services. Contoh: Forestry Commission;  The creation of informal judicial machinery for settling disputes. Terbentuknya institusi yg berfungsi sbg alat perlengkapan semi-judisial untuk menyelesaikan sengketa di luar peradilan sbg alternative dispute resolution (ADR). 82
  • 83. Bgmn dengan Indonesia?  Adakah pertimbangan obyektif teknokratik pembentukan LPNK/LNS?  Wujud rendahnya kinerja Kementerian & ketidakpercayaan thd Kementerian?  Menciptakan sistem kekuasaan berlapis utk memperkuat posisi & daya tawar politis? 83
  • 84. Organisasi Perangkat Daerah UU 22/1999 UU 32/2004 Psl. 60 s.d Psl. 68, Psl. 66 serta Psl. 120 s.d Psl. 128: Psl 120: PERANGKAT PROV: • Sekretariat Daerah; • Sekretariat Daerah; • Sekretariat DPRD; • Dinas Daerah; • Dinas Daerah; • Lembaga Teknis Daerah; • Lembaga Teknis Daerah; • Camat; • Satuan Polisi Pamong Praja PERANGKAT KAB/KOTA: • Sekretariat Daerah; • Sekretariat DPRD; • Dinas Daerah; • Lembaga Teknis Daerah; PP NO. 8/2003 • Kecamatan; PP 41/2007 • Kelurahan. 8
  • 85. Penataan OPD UU Keolahragaan UU Keuangan UU KPI Penataan Organisa UU BNN si Pemda UU Penyuluhan (PP 38 & 41 Thn UU Ketahanan 2007) Pangan UU Kepegawaian PP Pengawasan PP Satpol PP 85
  • 86. Bagian 5 Manajemen Pemerintahan Free Powerpoint Templates Page 86
  • 87.  Proses yg menyangkut upaya yg dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yg akan datang dan penentuan strategi / taktik yg tepat untuk mewujudkan target & tujuan organisasi.  Kegiatan yg dilakukan:  Menetapkan tujuan dan target bisnis,  Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut,  Menentukan sumber-sumber daya yg diperlukan,  Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis.
  • 88. Proses yg menyangkut bagaimana strategi / taktik yg telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yg tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yg kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif & efisien guna pencapaian tujuan organisasi.  Kegiatan yg dilakukan:  Mengalokasikan sumber daya, merumuskan & menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yg diperlukan,  Menetapkan struktur organisasi yg menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab,  Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja,  Kegiatan penempatan SDM pada posisi yg tepat.
  • 89.  Prosesimplementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan produktifitas yg tinggi.  Kegiatan yg dilakukan:  Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan,  Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan,  Menjelaskan kebijakan yg ditetapkan.
  • 90.  Prosesyg dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yg telah direncanakan, diorganisasikan & diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan organisasi.  Kegiatan yg dilakukan:  Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan / target bisnis sesuai dengan indikator yg ditetapkan,  Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yg mungkin ditemukan,  Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yg terkait dengan pencapaian tujuan / target organisasi.
  • 91. Manajer = seorang yg bekerja dengan memanfaatkan bantuan orang lain dengan cara mengkoordinasikan kegiatan & pekerjaan mereka guna mencapai sasaran & tujuan organisasi/perusahan.  Interpersonal Roles  melibatkan hubungan dengan pihak lain, baik tugas yg bersifat seremonial atau simbolis.  Figurehead: Symbolic head; obliged to perform a number of routine duties of a legal or social nature.  Leader: Responsible for the motivation of subordinates; responsible for staffing training, and associated duties.  Liaison: Maintain self-developed network of outside contacts and informers who provide favors and information.
  • 92.  InformationalRoles  menerima, mengumpulkan, dan menyebarkan informasi kepada seluruh anggota organisasi.  Monitor: Seeks and receives wide variety of internal and external information to develop thorough understanding of organizations and environment.  Disseminator: Transmits information received from outsiders or subordinates to members of the organization.  Spokesperson: Transmits information to outsiders on organization's plans, policies, results, etc.
  • 93. Roles  membuat pilihan dalam  Decisional pengambilan keputusan terhadap suatu permasalahan.  Enterpreneur: Searches opportunities and initiates improvement projects.  Disturbance-handler: Responsible for corrective action when organization faces important, unexpected disturbances.  Resource-Allocator: Responsible for the allocations of organizational resources of all kinds.  Negotiator: Responsible for presenting the organization at major negotiations.
  • 94.  TechnicalSkill = pengetahuan dan kemahiran dibidang spesialisasi tertentu.  Human Skill = kemampuan bekerja secara baik dengan orang lain secara individual atau dalam kelompok.  ConceptualSkill = kemampuan berfikir dan konseptualisasi tentang situasi yg abstrak dan rumit.
  • 95. Top / Higher Abstrak / Generalis MS (Managerial Skills) Manager TS Middle MS TS Manager MS Lower Manager (Technical Skills) TS Konkrit / Spesialis Conceptual Skill Top / Higher Manager Human Rel. Middle Manager Skill Technical Lower Manager Skill
  • 96. Semoga Bermanfaat … Free Powerpoint Templates Page 96 96