SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  7
MAKALAH TERAPAN
Penerapan Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow tentang
MotivasidalamMeningkatkan Motivasi Belajar terhadap Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Sekolah Dasar

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Imron Rosyidi, M.Th, M.Ed

OLEH:
SETYO DWI PUTRANTO
(12110014)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2013
Penerapan Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow tentang
Motivasi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar terhadap Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Sekolah Dasar
Oleh: Setyo Dwi Putranto (12110014)

A. Merasakan Masalah
Seorang pendidik atau guru, memiliki peranan yang besar dalam
mewujudkan keberhasilan proses belajar di kelas. Diversitas siswa yang ada di
kelas seharusnya mampu dikelola dengan dengan baik oleh guru. Selain
mengelola kelas, seorang guru juga diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi
siswanya. Dimana guru dituntut untuk mampu memberikan pelayanan kepada
kebutuhan yang berkaitan dengan proses belajar para siswa. Guru juga
diharapkan menjadi motivator bagi para siswa dalam rangka mengembangkan
seluruh potensi yang dimiliki sehingga siswa dapat mengaktualisasikan dirinya
semaksimal mungkin.
Realitas yang terjadi, banyak sekali guru tidak mampu memahami
keadaan peserta didiknya. Guru kurang tanggap terhadap permasalahan yang
sedang dialami siswa. Sikap guru yang cenderung memaksakan kehendak
pribadi dalam menyampaikan pelajaran serta tidak menghiraukan kebutuhan
siswa akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan belajar yang diinginkan.
Beberapa guru justru tidak memeberikan kenyamanan pada peserta didik di
kelas. Guru menjadi fasilitator yang buruk dan tidak memberikan sesuatu yang
sesuai dengan kebutuhan siswa. Kebanyakan guru juga tidak mampu menjadi
motivator yang baik sehingga siswa tidak dapat mengaktualisasi dirinya.
B. Eksplorasi dan Analisis Masalah
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling
berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hierarki kebutuhan”. Kebutuhan ini
mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi
atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.
Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya.
Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut: (1)
Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus,
tempat berteduh, seks, da lainnya. (2)Kebutuhan akan rasa aman: mencakup
antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
(3)Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki,
kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan. (4)Kebutuhan akan
penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri,
otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan
perhatian. (5)Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin
menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya.
Maslow menyebut teori Hierarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai sintesis
atau perpaduan teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena Maslow
mendasarkan teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan Dewey,
yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein,
1
danpsikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich,
Jung, dan Adler.1
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling
mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.
Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,
pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang
berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain
kecuali makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini
umumnya telah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan
segera kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul
dan mendominasi perilaku manusia.2
Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan
yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang
sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali
kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis
dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang
melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh
kebutuhan-kebutuhan ini.3
Maslow menggambarkan bahwa bagi manusia yang selalu dan sangat
kelaparan atau kehausan, utopia dapat dirumuskan sebagai suatu tempat
yang penuh makanan dan minuman. Ia cenderung berpikir bahwa seandainya
makanannya terjamin sepanjang hidupnya, maka sempurnalah
kebahagiaannya. Orang seperti itu hanya hidup untuk makan saja.4
2. Kebutuhan akan rasa aman
Segera setelah kebutuhan dasar terpuaskan, muncullah apa yang
digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan.
Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan
kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan;
kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya.
Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak
membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang
anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika
hal-hal itu tidak ditemukan, maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak
aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan
dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat
asing dan tidak diharapkan.5

1

Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan
Manusia,terjemahan oleh Nurul Iman (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1984), h. 39
2
Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham, terjemahanoleh A. Supratiknya
(Yogyakarta: Kanisius, 1987), h. 71-72
3
J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h.
14
4
Abraham H. Maslow,Op. cit, h. 41-42
5
Frank G. Goble, Op. cit, h. 73

2
3. Kebutuhan sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan
sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling
percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi
perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah sebelumnya, orang
akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anakanak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain
pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah
kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan
mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah
lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah
meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak
penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu,
pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak
menentu.6
4. Kebutuhan akan penghargaan
Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali beberapa
kasus yang patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian
diri yang mantap, mempunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi,
akan rasa hormat diri atau harga diri. Karenanya, Maslow membedakan
kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan
eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri,
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang
yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia
akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa
serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang
menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan
sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu
telah terpuaskan.7
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh
kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan
menggunakan kemampuannya disebut Maslow sebagai aktualisasi diri.
Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi
diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang
dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah
kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.8
Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting
dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir
6

Ibid, h. 74
Abraham H. Maslow,Op. cit, h. 76-77
8
Frank G. Goble,Op. cit,h. 77
7

3
menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina
manusia berkepribadian unggul.
C. Penyajian Masalah
Berdasarkan pada masalah yang telah dipaparkan serta salah satu teori
motivasi humanistik yaitu mengenai Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow,
maka pembahasan pada masalah ini adalah bagaimana penerapan teori Hierarki
Kebutuhan Abraham Maslow dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Sekolah Dasar.
D. Pemecahan masalah
Pertama-tama harus selalu diingat bahwa bagi orang yang sangat
kelaparan, tidak ada perhatian lain kecuali makanan. Seorang guru jangan
berharap terlalu banyak perhatian dari siswa yang kelaparan. Berbeda dari
kebutuhan-kebutuhan tingkat berikutnya, kebutuhan pokok ini hanya bisa
dipenuhi oleh pemicu kekurangannya. Rasa lapar hanya dapat dipuaskan dengan
makanan. Seberapapun menariknya pembelajaran di kelas, dia tidak kan bisa
konsentrasi terhadap pelajaran yang sedang diikutinya.
Untuk memotivasi siswa seperti ini, tentu saja makanan solusinya. Guru
sebaiknya memahami kondisi siswa yang sedang kelaparan. Mungkin saja
sebelum berangkat sekolah, siswa tersebut belum sempat sarapan di rumah. Hal
ini bisa disebabkan karena orang tua di rumah tidak sempat masak ketika waktu
pagi karena harus segera persiapan untuk berangkat kerja atau mungkin orang
tua sudah membuat masakan untuk sarapan namun si anak terlambat bangun
pagi sehingga di atidak punya waktu yang cukup untuk sarapan. Ketika dia
sampai di sekolah, dia tidak mempunyai waktu untuk pergi ke kantin atau tidak
punya uang saku untuk membeli makanan. Dalam hal ini, seorang guru
hendaknya memberikan kelonggaran waktu dan juga memberikan uan atau
meminjami uang untuk siswa tersebut agar dapat mengisi perutnya di kantin.
Dalam proses belajar mengajar, kebutuhan akan rasa aman menampilkan
diri dalam perilaku siswa yang mendambakan situasi menyenangkan, damai,
tentram, tertib, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang tak disangka-sangka, atau
berbahaya. Untuk dapat memotivasi siswa, seorang guru harus memahami apa
yang menjadi kebutuhan siswanya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman
dalam belajar, mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan.
Di sekolah dasar biasanya dijumpai adanya genk-genk yang memberikan
tekanan-tekanan kepada siswa di luar genknya. Jika hal tersebut terjadi di dalam
kelas, maka akan menimbulkan rasa tidak aman pada diri siswa. Siswa akan
merasa ketakutan untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas jika para
anggota genk menguasai kelas. Jika dibiarkan secara terus menerus, sangat
dimungkinkan siswa tidak nyaman di kelas dan tujuan belajar siswa tidak dapat
tercapai. Guru harus mampu bersikap tegas pada kasus seperti ini. Dominasi
anggota genk di dalam kelas harus diambil alih sepenuhnya oleh guru.
Seharusnya guru juga memberi peraturan-peraturan yang tegas untuk menjaga
stabilitas kelas. Guru juga wajib menjamin keamanan seluruh siswa dari setiap
gangguan yang mengancam.
Setiap individu menginginkan dirinya bergabung dengan kelompok
tertentu. Tidak terkecuali dengan seorang siswa, dia juga ingin berasosiasi
4
dengan siswa yang lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan
afeksi. Walaupun banyak guru, memahami adanya kebutuhan tersebut, kadang
mereka terlalu acuh dalam pengelolaan kelas terutama dalam hal kekeluargaan
dan kebersamaan siswa di kelas. Padahal kemungkinan ada sebagian dari
mereka yang sulit bergaul atau memulai pembicaraan dengan temannya yang
lain karena tidak adanya kedekatan emosional. Mereka juga ingin mendapat
perhatian sebagaimana teman-temannya yang lain sehingga rasa memiliki (sense
of belonging) dapat muncul.Seharusnya siswa pada level kebutuhan ini
diberikan perhatian supaya mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai
rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya.
Kebutuhan siswa yang besar terhadap penghargaan sangat jarang sekali
untuk dapat dipenuhi. Pemberian pujian terhadap hal-hal yang dianggap
membanggakan baginya seringkali ditanggapi dengan biasa saja oleh guru.
Memberi penghargaan ataupun pujian ini penting supaya siswa tidak malas
untuk berkarya lagi. Dalam realita sering dijumpai banyak anak yang awalnya
terlihat menonjol namun lama kelamaan mereka semakin malas. Mereka
menjadi malas karena mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah siasia karena tidak ada apresiasi atau pengakuan terhadap apa yang telah mereka
lakukan. Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang baik
untuk memberikan pengakuan kepada prestasi siswa meskipun kecil. Hal ini bisa
menjadi motivator yang kuat pada siswa.
Bila pada level kebutuhan sebelumnya, siswa dimotivasi oleh
kekurangan, siswa di level akhir ini dimotivasi oleh kebutuhannya untuk
mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan
kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan istilah motivasi kurang tepat lagi
untuk diterapkan pada siswa yang berada di tahap aktualisasi diri. Mereka amat
spontan, bersikap wajar, dan apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk
mewujudkan diri mereka yang sebenarnya. Mereka sudah sangat paham dan
sadar terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan. Tugas guru hanya tinggal
memfasilitasi apa yang mereka butuhkan dalam pembelajaran.
E. Refleksi
Berdasarkan dari uraian yang telah dipaparkan mengenai rumusan
masalah, teori dan pemecahan masalah, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
yang perlu dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
penerapan Hierarki Maslow adalah sebagai berikut: 1) Pemenuhan kebutuhan
dasar siswa harus di dahulukan karena kebutuhan ini sangat mendesak dan
hendaknya guru memberikan kesempatan atau bantuan kepada siswa untuk
memenuhinya. 2) Kebutuhan akan keamanan di kelas menjadi tanggung jawab
guru. Tugas guru memberikan peraturan dan jaminan atas keselamatan siswa
serta kenyamanan kelas. 3) Terkait dengan kebutuhan sosial siswa, guru
hendaknya memberikan perhatian supaya siswa mampu berinteraksi dengan baik
dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta
lingkungan sekelilingnya. 4) Prestasi siswa sekecil apapun perlu diberikan
apresiasi. Memberikan penghargaan kepada siswa mampu memotivasi siswa
untuk meningkatkan prestasinya. 5) Ketika siswa sudah di tahap aktualisasi diri,
guru hanya tinggal emberikan fasilitas yang diperlukanuntuk mengembangkan
dirinya secara lebih jauh, bukan lagi motivasi

5
DAFTAR PUSTAKA
Goble, Frank G., Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow(judul
asli:The Third Force, The Psychology of Abraham Maslow), diterjemahkan
oleh Drs. A. Supratiknya, Kanisius, Yogyakarta, 1987
Maslow, Abraham H., Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi denganAncangan
Hirarki
Kebutuhan
Manusia
(judul
asli:
Motivation
andPersonality),diterjemahkan oleh Nurul Iman,PT. Pustaka Binaman
Pressindo, Jakarta, 1984
Winardi, J., Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen,PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2002

6

Contenu connexe

Tendances

Teori belajar-humanistik
Teori belajar-humanistikTeori belajar-humanistik
Teori belajar-humanistik
mulakuntansi
 
Teori keperluan abraham maslow marsah
Teori keperluan abraham maslow   marsahTeori keperluan abraham maslow   marsah
Teori keperluan abraham maslow marsah
Jamalmaklumi
 
Teori hierarki kebutuhan maslow
Teori hierarki kebutuhan maslowTeori hierarki kebutuhan maslow
Teori hierarki kebutuhan maslow
Sthefanie Parera
 
Psikologi humanistik
Psikologi humanistikPsikologi humanistik
Psikologi humanistik
henga002
 
Teori Humanistik
Teori HumanistikTeori Humanistik
Teori Humanistik
Fath Anissa
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Ai Nurhasanah
 

Tendances (20)

Teori holistik – dinami sppt fix
Teori holistik – dinami sppt fixTeori holistik – dinami sppt fix
Teori holistik – dinami sppt fix
 
Abraham maslow
Abraham maslowAbraham maslow
Abraham maslow
 
Nur fitriani 1115500061
Nur fitriani 1115500061Nur fitriani 1115500061
Nur fitriani 1115500061
 
Ppt bu Hastin Bimbingan konseling teori humanistik
Ppt bu Hastin Bimbingan konseling teori humanistikPpt bu Hastin Bimbingan konseling teori humanistik
Ppt bu Hastin Bimbingan konseling teori humanistik
 
Teori hierarki keperluan maslow menurut pandangan islam
Teori hierarki keperluan maslow menurut pandangan islamTeori hierarki keperluan maslow menurut pandangan islam
Teori hierarki keperluan maslow menurut pandangan islam
 
Teori Abraham Maslow
Teori Abraham MaslowTeori Abraham Maslow
Teori Abraham Maslow
 
Makalah psikologi humanistik memandang hakikat manusia
Makalah psikologi humanistik memandang hakikat manusiaMakalah psikologi humanistik memandang hakikat manusia
Makalah psikologi humanistik memandang hakikat manusia
 
Teori belajar-humanistik
Teori belajar-humanistikTeori belajar-humanistik
Teori belajar-humanistik
 
Teori keperluan abraham maslow marsah
Teori keperluan abraham maslow   marsahTeori keperluan abraham maslow   marsah
Teori keperluan abraham maslow marsah
 
Teori Maslow dalam Perspektif Islam
Teori Maslow dalam Perspektif IslamTeori Maslow dalam Perspektif Islam
Teori Maslow dalam Perspektif Islam
 
Teori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: HumanistikTeori Psikologi: Humanistik
Teori Psikologi: Humanistik
 
Ppt teori humanistik
Ppt teori humanistikPpt teori humanistik
Ppt teori humanistik
 
Teori hierarki kebutuhan maslow
Teori hierarki kebutuhan maslowTeori hierarki kebutuhan maslow
Teori hierarki kebutuhan maslow
 
Psikologi humanistik
Psikologi humanistikPsikologi humanistik
Psikologi humanistik
 
Teori belajar humanistik dalam psikologi pendidikan
Teori belajar humanistik dalam psikologi pendidikanTeori belajar humanistik dalam psikologi pendidikan
Teori belajar humanistik dalam psikologi pendidikan
 
Psikologiumumhumanisti k
Psikologiumumhumanisti kPsikologiumumhumanisti k
Psikologiumumhumanisti k
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 
Teori Humanistik
Teori HumanistikTeori Humanistik
Teori Humanistik
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistikTeori belajar humanistik
Teori belajar humanistik
 

Similaire à Makalah Terapan Teori Motivasi Humanistik Abraham Maslow

Kebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannya
Kebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannyaKebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannya
Kebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannya
Dedi Yulianto
 
Humanisme Theory from Rizki Faishal
Humanisme Theory from Rizki FaishalHumanisme Theory from Rizki Faishal
Humanisme Theory from Rizki Faishal
Faiz Sujudi
 
KEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIA
KEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIAKEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIA
KEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIA
SyifaARN
 
Maslow_Holistik_Humanistik.ppt
Maslow_Holistik_Humanistik.pptMaslow_Holistik_Humanistik.ppt
Maslow_Holistik_Humanistik.ppt
Munadira
 
Endah teori kepribadian abraham maslow
Endah teori kepribadian abraham maslowEndah teori kepribadian abraham maslow
Endah teori kepribadian abraham maslow
umaryanto86
 
Kebutuhan psikologi manusia
Kebutuhan psikologi manusiaKebutuhan psikologi manusia
Kebutuhan psikologi manusia
M.Deaddy
 

Similaire à Makalah Terapan Teori Motivasi Humanistik Abraham Maslow (20)

Kebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannya
Kebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannyaKebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannya
Kebutuhan subjek didik dan proses pembelajaran sebagai upaya pemenuhannya
 
Humanisme Theory from Rizki Faishal
Humanisme Theory from Rizki FaishalHumanisme Theory from Rizki Faishal
Humanisme Theory from Rizki Faishal
 
2. Teori kreativitas maslow freud.pptx
2. Teori kreativitas maslow freud.pptx2. Teori kreativitas maslow freud.pptx
2. Teori kreativitas maslow freud.pptx
 
080 180209 bookclub_maslows hierarchy of needs - part 1
080 180209 bookclub_maslows hierarchy of needs - part 1080 180209 bookclub_maslows hierarchy of needs - part 1
080 180209 bookclub_maslows hierarchy of needs - part 1
 
KEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIA
KEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIAKEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIA
KEBUTUHAN BIOLOGIS MANUSIA
 
pendekatan humanistik
pendekatan humanistikpendekatan humanistik
pendekatan humanistik
 
Dasar dasar perilaku individu
Dasar dasar perilaku individuDasar dasar perilaku individu
Dasar dasar perilaku individu
 
Teori abraham maslow
Teori abraham maslowTeori abraham maslow
Teori abraham maslow
 
Teori Belajar Humanistik
Teori Belajar HumanistikTeori Belajar Humanistik
Teori Belajar Humanistik
 
Eka Kamal J.P_A Theory of Human Motivation.pptx
Eka Kamal J.P_A Theory of Human Motivation.pptxEka Kamal J.P_A Theory of Human Motivation.pptx
Eka Kamal J.P_A Theory of Human Motivation.pptx
 
Faktor - faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Faktor - faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Dasar ManusiaFaktor - faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
Faktor - faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
 
Motivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerjaMotivasi dan kepuasan kerja
Motivasi dan kepuasan kerja
 
Motivasi berprestasi
Motivasi berprestasiMotivasi berprestasi
Motivasi berprestasi
 
Pertemuan ke-11 Humanistik Abraham Maslow
Pertemuan ke-11 Humanistik Abraham MaslowPertemuan ke-11 Humanistik Abraham Maslow
Pertemuan ke-11 Humanistik Abraham Maslow
 
Maslow_Holistik_Humanistik.ppt
Maslow_Holistik_Humanistik.pptMaslow_Holistik_Humanistik.ppt
Maslow_Holistik_Humanistik.ppt
 
Bab 9 motivasi kerja
Bab 9 motivasi kerjaBab 9 motivasi kerja
Bab 9 motivasi kerja
 
Endah teori kepribadian abraham maslow
Endah teori kepribadian abraham maslowEndah teori kepribadian abraham maslow
Endah teori kepribadian abraham maslow
 
Makalah kebutuhan dasar manusia
Makalah kebutuhan dasar manusiaMakalah kebutuhan dasar manusia
Makalah kebutuhan dasar manusia
 
Kebutuhan psikologi manusia
Kebutuhan psikologi manusiaKebutuhan psikologi manusia
Kebutuhan psikologi manusia
 

Dernier

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
dheaprs
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
HafidRanggasi
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Dernier (20)

Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 

Makalah Terapan Teori Motivasi Humanistik Abraham Maslow

  • 1. MAKALAH TERAPAN Penerapan Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow tentang MotivasidalamMeningkatkan Motivasi Belajar terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Sekolah Dasar Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran Dosen Pengampu: Imron Rosyidi, M.Th, M.Ed OLEH: SETYO DWI PUTRANTO (12110014) JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG TAHUN 2013
  • 2. Penerapan Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow tentang Motivasi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar terhadap Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada Siswa Sekolah Dasar Oleh: Setyo Dwi Putranto (12110014) A. Merasakan Masalah Seorang pendidik atau guru, memiliki peranan yang besar dalam mewujudkan keberhasilan proses belajar di kelas. Diversitas siswa yang ada di kelas seharusnya mampu dikelola dengan dengan baik oleh guru. Selain mengelola kelas, seorang guru juga diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi siswanya. Dimana guru dituntut untuk mampu memberikan pelayanan kepada kebutuhan yang berkaitan dengan proses belajar para siswa. Guru juga diharapkan menjadi motivator bagi para siswa dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki sehingga siswa dapat mengaktualisasikan dirinya semaksimal mungkin. Realitas yang terjadi, banyak sekali guru tidak mampu memahami keadaan peserta didiknya. Guru kurang tanggap terhadap permasalahan yang sedang dialami siswa. Sikap guru yang cenderung memaksakan kehendak pribadi dalam menyampaikan pelajaran serta tidak menghiraukan kebutuhan siswa akan berdampak pada tidak tercapainya tujuan belajar yang diinginkan. Beberapa guru justru tidak memeberikan kenyamanan pada peserta didik di kelas. Guru menjadi fasilitator yang buruk dan tidak memberikan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kebanyakan guru juga tidak mampu menjadi motivator yang baik sehingga siswa tidak dapat mengaktualisasi dirinya. B. Eksplorasi dan Analisis Masalah Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hierarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut: (1) Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, da lainnya. (2)Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. (3)Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan. (4)Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. (5)Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow menyebut teori Hierarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai sintesis atau perpaduan teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena Maslow mendasarkan teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan Dewey, yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, 1
  • 3. danpsikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan Adler.1 1. Kebutuhan fisiologis Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul dan mendominasi perilaku manusia.2 Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini.3 Maslow menggambarkan bahwa bagi manusia yang selalu dan sangat kelaparan atau kehausan, utopia dapat dirumuskan sebagai suatu tempat yang penuh makanan dan minuman. Ia cenderung berpikir bahwa seandainya makanannya terjamin sepanjang hidupnya, maka sempurnalah kebahagiaannya. Orang seperti itu hanya hidup untuk makan saja.4 2. Kebutuhan akan rasa aman Segera setelah kebutuhan dasar terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan, maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.5 1 Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan Manusia,terjemahan oleh Nurul Iman (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1984), h. 39 2 Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham, terjemahanoleh A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1987), h. 71-72 3 J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 14 4 Abraham H. Maslow,Op. cit, h. 41-42 5 Frank G. Goble, Op. cit, h. 73 2
  • 4. 3. Kebutuhan sosial Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini, dan belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anakanak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.6 4. Kebutuhan akan penghargaan Menurut Maslow, semua orang dalam masyarakat (kecuali beberapa kasus yang patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginkan penilaian diri yang mantap, mempunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri atau harga diri. Karenanya, Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.7 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk bertumbuh, berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara memadai.8 Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir 6 Ibid, h. 74 Abraham H. Maslow,Op. cit, h. 76-77 8 Frank G. Goble,Op. cit,h. 77 7 3
  • 5. menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia berkepribadian unggul. C. Penyajian Masalah Berdasarkan pada masalah yang telah dipaparkan serta salah satu teori motivasi humanistik yaitu mengenai Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, maka pembahasan pada masalah ini adalah bagaimana penerapan teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Sekolah Dasar. D. Pemecahan masalah Pertama-tama harus selalu diingat bahwa bagi orang yang sangat kelaparan, tidak ada perhatian lain kecuali makanan. Seorang guru jangan berharap terlalu banyak perhatian dari siswa yang kelaparan. Berbeda dari kebutuhan-kebutuhan tingkat berikutnya, kebutuhan pokok ini hanya bisa dipenuhi oleh pemicu kekurangannya. Rasa lapar hanya dapat dipuaskan dengan makanan. Seberapapun menariknya pembelajaran di kelas, dia tidak kan bisa konsentrasi terhadap pelajaran yang sedang diikutinya. Untuk memotivasi siswa seperti ini, tentu saja makanan solusinya. Guru sebaiknya memahami kondisi siswa yang sedang kelaparan. Mungkin saja sebelum berangkat sekolah, siswa tersebut belum sempat sarapan di rumah. Hal ini bisa disebabkan karena orang tua di rumah tidak sempat masak ketika waktu pagi karena harus segera persiapan untuk berangkat kerja atau mungkin orang tua sudah membuat masakan untuk sarapan namun si anak terlambat bangun pagi sehingga di atidak punya waktu yang cukup untuk sarapan. Ketika dia sampai di sekolah, dia tidak mempunyai waktu untuk pergi ke kantin atau tidak punya uang saku untuk membeli makanan. Dalam hal ini, seorang guru hendaknya memberikan kelonggaran waktu dan juga memberikan uan atau meminjami uang untuk siswa tersebut agar dapat mengisi perutnya di kantin. Dalam proses belajar mengajar, kebutuhan akan rasa aman menampilkan diri dalam perilaku siswa yang mendambakan situasi menyenangkan, damai, tentram, tertib, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang tak disangka-sangka, atau berbahaya. Untuk dapat memotivasi siswa, seorang guru harus memahami apa yang menjadi kebutuhan siswanya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman dalam belajar, mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan. Di sekolah dasar biasanya dijumpai adanya genk-genk yang memberikan tekanan-tekanan kepada siswa di luar genknya. Jika hal tersebut terjadi di dalam kelas, maka akan menimbulkan rasa tidak aman pada diri siswa. Siswa akan merasa ketakutan untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas jika para anggota genk menguasai kelas. Jika dibiarkan secara terus menerus, sangat dimungkinkan siswa tidak nyaman di kelas dan tujuan belajar siswa tidak dapat tercapai. Guru harus mampu bersikap tegas pada kasus seperti ini. Dominasi anggota genk di dalam kelas harus diambil alih sepenuhnya oleh guru. Seharusnya guru juga memberi peraturan-peraturan yang tegas untuk menjaga stabilitas kelas. Guru juga wajib menjamin keamanan seluruh siswa dari setiap gangguan yang mengancam. Setiap individu menginginkan dirinya bergabung dengan kelompok tertentu. Tidak terkecuali dengan seorang siswa, dia juga ingin berasosiasi 4
  • 6. dengan siswa yang lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan afeksi. Walaupun banyak guru, memahami adanya kebutuhan tersebut, kadang mereka terlalu acuh dalam pengelolaan kelas terutama dalam hal kekeluargaan dan kebersamaan siswa di kelas. Padahal kemungkinan ada sebagian dari mereka yang sulit bergaul atau memulai pembicaraan dengan temannya yang lain karena tidak adanya kedekatan emosional. Mereka juga ingin mendapat perhatian sebagaimana teman-temannya yang lain sehingga rasa memiliki (sense of belonging) dapat muncul.Seharusnya siswa pada level kebutuhan ini diberikan perhatian supaya mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya. Kebutuhan siswa yang besar terhadap penghargaan sangat jarang sekali untuk dapat dipenuhi. Pemberian pujian terhadap hal-hal yang dianggap membanggakan baginya seringkali ditanggapi dengan biasa saja oleh guru. Memberi penghargaan ataupun pujian ini penting supaya siswa tidak malas untuk berkarya lagi. Dalam realita sering dijumpai banyak anak yang awalnya terlihat menonjol namun lama kelamaan mereka semakin malas. Mereka menjadi malas karena mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah siasia karena tidak ada apresiasi atau pengakuan terhadap apa yang telah mereka lakukan. Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi siswa meskipun kecil. Hal ini bisa menjadi motivator yang kuat pada siswa. Bila pada level kebutuhan sebelumnya, siswa dimotivasi oleh kekurangan, siswa di level akhir ini dimotivasi oleh kebutuhannya untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan istilah motivasi kurang tepat lagi untuk diterapkan pada siswa yang berada di tahap aktualisasi diri. Mereka amat spontan, bersikap wajar, dan apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk mewujudkan diri mereka yang sebenarnya. Mereka sudah sangat paham dan sadar terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan. Tugas guru hanya tinggal memfasilitasi apa yang mereka butuhkan dalam pembelajaran. E. Refleksi Berdasarkan dari uraian yang telah dipaparkan mengenai rumusan masalah, teori dan pemecahan masalah, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang perlu dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan penerapan Hierarki Maslow adalah sebagai berikut: 1) Pemenuhan kebutuhan dasar siswa harus di dahulukan karena kebutuhan ini sangat mendesak dan hendaknya guru memberikan kesempatan atau bantuan kepada siswa untuk memenuhinya. 2) Kebutuhan akan keamanan di kelas menjadi tanggung jawab guru. Tugas guru memberikan peraturan dan jaminan atas keselamatan siswa serta kenyamanan kelas. 3) Terkait dengan kebutuhan sosial siswa, guru hendaknya memberikan perhatian supaya siswa mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya. 4) Prestasi siswa sekecil apapun perlu diberikan apresiasi. Memberikan penghargaan kepada siswa mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya. 5) Ketika siswa sudah di tahap aktualisasi diri, guru hanya tinggal emberikan fasilitas yang diperlukanuntuk mengembangkan dirinya secara lebih jauh, bukan lagi motivasi 5
  • 7. DAFTAR PUSTAKA Goble, Frank G., Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow(judul asli:The Third Force, The Psychology of Abraham Maslow), diterjemahkan oleh Drs. A. Supratiknya, Kanisius, Yogyakarta, 1987 Maslow, Abraham H., Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi denganAncangan Hirarki Kebutuhan Manusia (judul asli: Motivation andPersonality),diterjemahkan oleh Nurul Iman,PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1984 Winardi, J., Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002 6