SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  25
TUGAS ILMU UKUR TAMBANG
SHAFT PLUMBING
DISUSUN OLEH :
1. SYLVESTER SARAGIH DBD 111 0105
2. BINSAR L SIHOMBING DBD 111 0117
3. BINSAR REZEKI SINAGA DBD 111 0119
4. BINSAR B.L. TAMPUBOLON DBD 111 0126
5. MEY TRISONI SILALAHI DBD 111 0123
6. HENDRIKUS MANIK DBD 111 0116
7. HENDRIK SIHOMBING DBD 111 0093
8. MARIA F. TARIGAN DBD 111 0097
9. VICTOR H. SIHOMBING DBD 111 0005
10. APRIADI SIMANUNGKALIT DBD 111 0012
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan saudara-
saudari yang ingin lebih memahami tentang “Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur
Tambang”. Ada pun isi dari rangkuman makalah kami ini mengenai pengetahuan
tentang Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang, Apa saja Peralatan-peralatan pada
Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang dan Metode apa saja yang digunakan pada
Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang serta contoh pengukurannya.
Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyusun
makalah ini. Namun, dengan berkat rahmat dan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa rangkuman ini masih
banyak kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca.
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
pembaca. Terima kasih,
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penambangan dibawah tanah (deep mining). Pekerjaan
penggalian dilakukan melalui sebuah shaft. Untuk itu memindahkan suatu
azimut melalui sebuah bukaan (opening) adalah merupakan tugas yang
penting bagi seorang pengukur (engineer). Teknik atau cara pengukuran akan
disesuaikan dengan masing masing kasus atau keadaan, tetapi ketelitiannya
perlu diperhatikan. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan
meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan
dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya
hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah
opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat
beberapa titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening
ini diikat pada base station tersebut.
1.2 Tujuan Makalah
Cabang dari ilmu pertambangan dan rekayasa geologi permukaan
daerah tambang yang berhubungan dengan masalah pengukuran, pemecahan
masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma, dan rancangan
desain tambang. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan
meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan
dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya
hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam ruang lingkup pembahasan Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur
Tambang ini, maka akan dipertanyakan suatu masalah, yaitu :
1. Apa Shaft Plumbing itu pada Ilmu Ukur Tambang ?
2. Apa saja peralatan-peralatan Shaft Plumbing serta bagaimana cara
kerjanya ?
3. Metode apa saja yang digunakan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur
Tambang serta contoh pengukurannya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Shaft Plumbing
Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di
permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari
shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar
opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau
menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena
adanya beda tinggi atau altitude.
Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah
opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat
beberapa titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening
ini diikat pada base station tersebut.
2.2 Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing
Alat-alat yang diperlukan untuk sharf plumbing diantaranya adalah :
1. Reels (glondong/gulungan)
Glondongan atau gulungan ini sangat penting untuk mengangkat dan
menurunkan kawat. Tanpa gulungan ini sangat sukar untuk mengangkat
beban yang berat.
2. Wire centering device (peralatan kawat centering)
Alat ini digunakan untuk menjepit kawat dalam suatu posisi setelah
pusat dari ayunan ditentukan. Beberapa teknik (enginer) memilih untuk
menentukan pusat ayunan di slamp pada posisi yang tetap sebelum
pembidikan.
3. Screw shifter
Digunakan untuk mengeser satu kawat kebidang transit dan kawat
lainnya pada station permulaan atau kedua-duanya digeser kemuka dan ke
belakang. Dapat juga digunakan untuk menggerakkan kawat guna
menentukan arah terlebih dahulu untuk memastikan apakah kawat tersebut
tergantung pada suatu sekatan di dalam sharf.
4. Plum bobs
Bobs yang terbuat dari baja dapat terpengaruh oleh daerah tambang
yang mengandung magnetik maupun oleh aliran listrik, pipa dari bobs
dibubut sehingga mempunyai ukuran yang uniform dan permukaan halus,
sedang bagian tepi dari pipa berbentuk seperti pisau pemotong. Ukuran
dan berat dari bobs yang dibutuhkan tergantung dari kecepatanudara dan
jumlah air yang jatuh pada shaft, biasanya bobs seberat 50 lb sudah
dianggap cukup.
5. Wire (kawat)
Yang biasa digunakan adalah kawat baja dengan ukuran kawat piano
nomor 12 dengan diameter 0,03 Inchi, kawat ini dapat menahan bobs
seberat 60 lb.
6. Chain link (rangkain mata rantai)
Biasanya diletakkan pada kawat kira-kira level dengan transit agar
memungkinkan pengukur melihat kedua kawat tanpa harus menggerakkan
yang lebih dekat. Mereka diperlukan selama kawat yang lebih dekat dapat
dengan tanpa stelan yang tepat difokuskan membawa kawat yang lebih
jauh ke dalam relief yang kurang terang.
7. Type transit
Tidak ada type khusus dari pada transit untuk pengukuran karena ada
yang mempunyai pembacaan 30 secon, tetapi ada juga yang satu menit.
Dan biasanya mempunyai sekrup penggerak halus atau micrometer di atas
sekrup penyetel horizontal atau untuk menggerakkan transit ke dalam
bidang dari kawat plumb bobs dan diafragma benang silang untuk
membidik kawat.
2.3 Metode-metode pada Shaft Plumbing serta contoh pengukurannya.
Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah :
I. One Shaft Methode
a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
b. Triangulation
c. Gabungan antara a dan b (special cases and b)
II. Two Shaft Methode
I. One Shaft Methode
Prosedur untuk menggantung kawat dan menetapkannya adalah
seragam untuk semuanya,yang berarti juga diterapkan pada two shaft
methode. Penggunaan kedua cara (coplaining dan triangulation) tersebut
kira-kira sama pembagiannya, tetapi banyak engineer yang menyatakan
bahwa coplaining dapat diterapkan pada kondisi dimana triangulation
tidak dapat digunakan. Perbedaan atara coplaining dan triangulation
kurang jelas, boleh dikatakan hampir sama.
Untuk ketelitian dengan menggunakan transit 1 menit. Kesalahan tidak
boleh melebihi dari 1 x 100% :10000 =0,01%. Agar supaya mendapat
ketepatan,jarak plumb bobs 200 -300 feet (dibawah pengecualian yaitu
dalam kondisi yang mengijinkan dapat dikembangkan dalam beberapa
feet). Jarak antara kedua kawat diukur dipermukaan dan di check lagi
dengan dibawah,sebaiknya harus mempunyai jarak yang sama. Bila jarak
antara kawat kurang dari 4 feet terdapat kesalahan dalam peratusan feet
akan menyebabkan terlalu besar kesalahan dalam azimuth.
Sebagai contoh jarak antara kawat-kawat 4 feet, satu kawat berada
0,02 ft diluar dari pada bidang,maka perpindahan angularnya: tangen-1
atau sin -1 = 0,02/400 = 17’ approx.hanya 20’ bisa diperkenankan bila
1:10000 harus ditetapkan atau dihitung. Ini menyatakan pentingnya
mengetahui alasan suatu perbedaan antara kedua pengukuran dan
pengoreksian kesalahan. Jarak diantara kawat-kawat biasanya diukur
mendekati per seribuan feet.
a. COPLAINING
Ini juga dikenal dengan wiggling.atau jiggling. Tujuannya:
ialah menempatkan alat transit/theodolith tepat satu bidang dengan dua
unting-unting yang digantungkan pada shaft.
Caranya:
1. Membuat satu bidang (coplaining)adalah dengan menggerakkan
atau memindahkan transit sehingga benang silang vertikal dari
transit sebidang dengan unting-unting yang digantungkan pada
shaft.
2. Pasang blok timah hitam dengan ukuran 4 x 4 x 3 inchi bawah
untingunting yang dipasang pada transit atau theodolith, beri tanda
pada blok tersebut,kemudian ukur beberapa kali sudut busur antara
dua unting-unting dengan titik D (Titik station permanen pertama).
3. Teropong dibalikkandan arahkan kembali kedua unting-unting,
usahakan dengan menggeser teropong sehingga garis vertikal
teropong (benang silang vertikal) sebidang dengan dua unting-
unting tersebut.
4. Bila sudut horizontal yang benar adalah rata-ratanya, dan titik
station yang benar adalah juga rata-ratanya (dibagi dua atau arah
titik pada station).
b. Triangul Aston
Untuk menempatkan azimuth dari bidang yang dibuat oleh
unting-unting disebut weisbach method dengan persyaratan yang buat
harus antara secon dan lebih kecil dari 10. Bila sudutnya menjadi
sangat besar atau biasanya 600 maksimum method weisbach tidak
dapat digunakan. Dalam bagian ini aplikasinya hanya pada sudut yang
sangat datar (weisbach) akan dibahas kemudian penggunaan dari sudut
yang besar akan diselidiki, penggantungan dan penetapan kawat
adalah sama dengan prosedure pada coplaning.
Gambar 2.1 berikut ini menunjukkan kondisi yang dijumpai,
perhatian dicurahkan terhadap jarak BC yang hanya bersenrangan
dengan jarak fokus dari transit. Pada shaft yang besar atau dalam
keadaan tertentu dimana AB jauh lebih besar dari 3,5 sampai 4,5 feet,
perbandingan BC dan AB = 1. Bila sudut W pada C hanya beberapa
menit, maka AB + BC = AC. Jarak diukur dalam perseribu (tiga angka
di belakang koma dengan satuan feet, dengan maksud lebih teliti dari
perseratusan.
Gambar 2.1 Perhitungan Triangul Aston
Metode Triangulasi
Sebetulnya kesalahan beberapa per ratusan dalam pengukuran
hanya, menyebabkan perbedaan beberapa secon pada hasilnya ini akan
betul bila sudut Weisbach kecil dan BC = AB nilainya. Sebagai contoh
AB dianggap S 3,214 ft, BC = 5, 122 ft, AC = 0,332 ft dan pengukuran
sudut = 00
15’ 10”. Carilah sudut x pada A.
X = = 00
24’ 10”
Jika kesalahan dibuat dalam pengukuran AB (3,19) dan BC adalah
(5,10) maka x = 00
24’ 15 “; dan jika AB = 3,21 dan BC 5,10 maka x =
00
24’ 06”; dan jika AB = 3,23 dan BC = 5,10 x = 00 23’ 57”.
Prosedur yang paling aman untuk memutar sudut weisbach sebagai
berikut :
1. Plat disetel pada 0,85 (Back Sight) pada kawat yang benar dan
putar sudut kecil ke kanan, dengan 1 menit. 6 x repetisi, 3 secara
langsung dan 3 dibalik.
2. Balikkan telescop gunakan kawat FS sebagai BS putar sudut luar
yang lebih besar ke kanan sejumlah putaran yang pertama.
Jumlah dari sudut-sudut yang harus = 3600
± 10’ (jika
digunakan 6 x repetisi) jika tidak, dan kawat cukup stabil maka
pengukuran harus diulang. Pada pengecekan dalam batas yang
diperkenankan kedua sudut di atur dengan membagi perbedaan sama,
dengan demikian jumlah akan menjadi 3600
.
II. Two Shaft Method
Cara menggantungkan kabel pada setiap shaft dari dua shaft atau raise
dan terus menyusuri antara dua shaft atau raise tersebut, memberikan hasil
yang paling dapat dipercaya dan akan digunakan pada setiap kesempatan
yang baik.
Gambar 2.2 Two Shaft Method
Cara pengukuran :
Pengukuran dengan dua shaft memberikan hasil yang lebih teliti
darainpada cara satu shaft. Biasanya pada satu level mempunyai dua opening
yang vertikal, maka pengukurannya dilakukan dengan cara dua shaft.
1. Prosedur yang digunakan dengan cara dua shaft adalah, mula-mula dari
permukaan tanah diikat titik x dan y yang digantungkan uting-unting
dengan cara polygon (traverse) mulai dari titik x sampai dengan y : titik
satu diikat dengan base station cara pengukuran tertutup (lihat titik 1 yang
diikat). Setelah dikoreksi dari pengukuran, kemudian dihitung :
a. Jarak x – y ) untuk pengecekan hasil pengukuran
b. Bearing x – y ) bawah tanah
2. Pada bawah tanah, dibuat polygon dari titik x, atau sampai dengan y
dengan bearing x – a sebagi titik tolak pengukuran, kemudian diasumsikan
(dilakukan dengan kompas) besarnya bearing x –a. pengukuran dilakukan
dengan cara tertutup lagi. Hasil pengukuran dari bawah tanah tersebut
dapat dihitung :
a. Jarak x – y
b. Bearing x – y
 Koordinat x untuk bawah tanah, diambil dari hasil pengukuran
daripermukaan tanah.
 Jarak x – y bawah tanah harus sama atau beda sedikit dari jarak
permukaan, perbedaan harus didistribusikan pada sisi-sisi (jarak-jarak
dari titik polygon).
 Beraing x – y dari hasil pengukuran dipermukaan merupakan standart
pengukuran dari beraing x – y pada pengukuran bawah tanah.
 Perbedaan bearing harus dikoreksi, besarnya joreksi ditambahkan atau
dikurangkan pada bearing x – a yang diasumsikan, kemudian setelah x
– a dikoreksi bearingnya, perhitungan polygon dilakukan lagi mulai
dari x – a sampai y.
Gambar 2.3 Transferring the Meridian : Vertical Openings
Dua persolalan yang penting dalam Ukur Tambang ialah : mulai dari arah
pengeboran dan penemuan jarak tertentu sehingga pekerjaan penambangan dapat
terlaksana dengan hasil yang objektif. Cara permulaan utuk membuat suatu berskala
dalam arah yang tertentu dan harus mengetahui berapa jarak lubang tersebut hareus
digali (dibuat). Persoalan ini akan kita temui dalam bidang (daerah) horizontal dan
vertikal. Pemecahan soal ini dapat dilakukan dengan sistem koordinat, dengan
membuat suatu skala, kalau keterangan kasar persoalan ini dapat dilakukan dengan
suatu protektor atau skla. Bila skala dari suatu peta tersebut 1 : 600 hasilnya akan
kasar sekali.
Apabila didapat titik yang bertempat disegi panjang tersebut, jarak utara
selatan diantaranya diperoleh koordinat yang besar dikurangi yang kecil. Bila
hubungan underground termasuk elevasi juga arah dan jarak maka perbedaan dalam
elevasi antara dua titik tersebut harus diketahui.
Setelah data-datatersebut dihitung dan sudut-sudut sudah ditentukan,
kemudian diaplotkan pada penggambaran dengan skala sehingga dapat diketahui
salah atau tidak.
A. Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain
Gambar berikut menunjukkan problem yang sering terjadi pada ilmu ukur tanah.
Gambar 2.3 Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain
Menghubungkan titik konsesi K ke titik triagulasi M. latar belakang Z. titik
adalah salah satu titik konsesi atau patok dalam survey konsesi, setiap set dari
koordinat di ikat ketitik X perbedaan antara koordinat-koordinat Utara pada titik
K dan M adalah latitude (ΔY). perbedaan antara koordinat Timur membentuk
garis departure (ΔX).
Jarak titik 2 ke M adalah :
HD =
Bearing dari titik 2 ke M adalah :
Bearing = arc. Tan =
Contoh :
Gambar 2.3 diatas menunjukkan koodinat Utara titik 2 adalah N 1000 dan koordinat
M adalah N 406,72, E 2458,57 setelah pengamatan rintisan 1,2,3 dan seterusnya.
Berapakah HD K – M dan bearing K – M ?
Perbedaan latitude = 1.000,00 – 406,72 = 593,28 feet
Perbedaan departure = 2458,57 – 1.000,00 = 1.658,57 feet
Jarak K – M =
Bearing K – M = arc. Tan. = = 680
08’ E
Titik M adalah sebelah timur dari titik K (koordinat Timurnya lebih besar) dan
sebelah selatan dari titik (koordinat Utaranya lebih kecil). Karena itu bearingnya
dalah : 5 680
08’ E.
B. Menghubungkan Dua Drift
Gambar 2.4 Menghubungkan Dua Drift
Jika hubungan itu pendek dan digunakan untuk ventilasi, maka koordinat
cukup diperoleh dari sistem pengukuran undergraund yang teratur. Tapi bila
panjang dari drift tersebut digunakan untuk pengangkutan atau tamming, maka
perlu diuji patok-patok 427 dan 420 dengan pengukuran yang bebas. Problem Ini
lazim dalam ukur lubang akan dibicarakan lebih lanjut.
Langkah-langkah yang harus dikerjakan :
1. diketahui koordinat 427 dan 428
2. cari bearing 427 dan 428
3. cari sudut lurus 425, 427, dan 428
4. hitung beda tinggi titik 250 – 261
Grade = ₓ100 %
5. hitung jarak sebenarnya ---- slope distance/true distance
6. perlu diingat kembali :
azimut awal + sudut lurus – 1800 = azimuth akhir
Contoh :
Gambar berikut ini menunjukkan dua buah drift yang saling berhubungan hitung
jarak, bearing, sudut dan gradenya.
Gambar 2.5 Dua Drift yang Saling Berhubungan
Penyelesaian :
Perbedaan latitude = 7960,00 – 6870,00 feet
Perbedaan departure = 10.670,00 – 8.430,00 = 2.240,00 feet
HD = = 2.491,1 feet
Bearing 261 – 250 adalah N 640
63’ E sebab dilihat dari koordinatnya maka titik
250 jauh lebih ke Utara dan Timur dari pada titik 261. bearing 250-261 adalah S
640
03’ w
Sudut lurus :
Di titik 261, BS 260 : 640
03’ + 1800
– 820
15’ = 1610
48’
Di titik 260, BS 249 : (640
03’ + 1800
) + 1800
– (750
45 + 1800
) = 1680
18’
Grade :
Perbedaan elevasi = 5.834,00 – 5.822,00 = 12,00 feet
Grade = ₓ100 % = 0,48 %
C. Menghubungkan Dua Shaft
Prosedur ini diuraikan pada gambar 2.6 berikut :
Gambar 2.6 Elevasi Two Shaft
Bila pengukuran undergraund kurang tepat. Maka rintisan dilakukan dari 1
sampai 9 (triagulasi). Setelah 1 dan 9 itu ditentukan, kawat digantungkan.
Tentukan bearing dan koordinat, kemudian kawat dikelurkan dari pengukuran
undergraund. Elevasi two shaft terbentuk, dan ditrasperkan undergraund nya. Bila
patok shaft belum terbuka, maka bearing kompas perlu dikerjakan. Satelah runna
kosong itu cukup, mulai pengukuran yang tepat.
D. Menghubungkan Dua Level Dengan Raise
Gambar 2.7 berikut termasuk penggunaan koordinat dan elevasi.
Gambar 2.7 Menghubungkan Dua Drift yang Raise
Hal ini sering terjadi. Raise digunakan untuk ventilasi, orepass, waste
pass, man way atau simply prospecting. Dalam pemecahan ini jarak horizontal
(hipotenusa dari koordinat triagle) telah didapat. Adanya perbedaan elevasi akan
menimbulkan garis singgung pada sudut vertikal. Jarak yang benar diperoleh
dengan rumus-rumus trigonometri atau dengan rumus .
Contoh :
Lihat gambar 2.8 berikut. Hitung bearing A – 216, bearing – A, sudut vertikal α,
slope distance, sudut lurus 215 – 216 – A dan sudut lurus 111 – A – 216
Gambar 2.8 Dua drift yang dihubungkan dengan reise
Penyelesaian :
Perbedaan latitude = 4,310,51 – 4,156,22 = 154,29 ft
Perbedaan departure = 6,451,46 – 6,306,24 = 145,22 ft
HD A – 216 =
= 211,88 feet
Bearing = tan-1
= = 43
0
16’
Bearing A – 216 = S 430
16’ E
Bearing 216 – A = N 430
16’ W
tan-1
= = 270
53’
SD = 206,88 : Cos 270
53’ = 234,1 feet
Sudut lurus :
215 – 216 –A = (3600
- 430 16’) + 1800
- 470
30’ = 890
14’
111 – A - 216 = (1800
- 430 16’) + 1800
- 500
00’ = 2560
44’
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di
permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari
shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar
opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau
menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena
adanya beda tinggi atau altitude.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Shaft Plumbing adalah :
Reels (glondong/gulungan), Wire centering device (peralatan kawat
centering), Screw shifter, Plum bobs, Wire (kawat), Chain link (rangkain mata
rantai), dan Type transit.
Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah :
1. One Shaft Methode
a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
b. Triangulation
c. Gabungan antara a dan b (special cases and b)
2. Two Shaft Methode
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2012. Kuliah Ilmu Ukur Tambang.
http://rafiedbungsu.blogspot.com/2012/06/materi-kuliah-ilmu-ukur-tambang.html
Anonim., 2013. Ilmu Ukur Tambang. http://www.michanarchy.com/2013/04/ilmu-
ukurtambang.html
Anonim., http://kiradminner.blogspot.com/
Muchlis, Ermanto., 2013. Ilmu Ukur Tambang.
http://ermantomuchlis.blogspot.com/2013/05/ilmu-ukur-tambang.html

Contenu connexe

Tendances

Metode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptxMetode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptxvanrubysyah1
 
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampua...
Alat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampua...Alat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampua...
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampua...Reyham Reyina Gurianto
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012فهرودين سفي
 
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 vTutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 vMatriks Oscar H
 
KS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptx
KS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptxKS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptx
KS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptxAnandaHPNanda
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pileariffikri12
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Amiin Majiid Nugroho
 
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slideDugie Gentri Nugroho
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Definifisi beton prategang
Definifisi beton prategangDefinifisi beton prategang
Definifisi beton prategangrendy surindra
 
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta apiPm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta apikuntosenoadji
 
Dewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilDewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilagungtri07
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseinfosanitasi
 
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampuan alat
Alat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampuan alatAlat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampuan alat
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampuan alatmikoilo
 
pemindahan tanah mekanis
pemindahan tanah mekanispemindahan tanah mekanis
pemindahan tanah mekanisAnjarPrasetya1
 

Tendances (20)

Metode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptxMetode Galian Tanah.pptx
Metode Galian Tanah.pptx
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
 
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampua...
Alat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampua...Alat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampua...
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampua...
 
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
Kuliah minggu ke 9 struktur jembatan,06 nopb2012
 
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 vTutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
Tutorial perhitungan struktur dengan sap 2000 v
 
KS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptx
KS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptxKS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptx
KS 2D_ANANDA HARYANTO PUTRA_TUGAS 1 BAB I DAN BAB II.pptx
 
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore PilePondasi Sumuran dan Bore Pile
Pondasi Sumuran dan Bore Pile
 
PENGENALAN PONDASI
PENGENALAN PONDASIPENGENALAN PONDASI
PENGENALAN PONDASI
 
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
Teknik Penambangan (Alluvial Mine)
 
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
32682570 s-geoteknik-tutorial-rocscience-slide
 
Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Definifisi beton prategang
Definifisi beton prategangDefinifisi beton prategang
Definifisi beton prategang
 
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta apiPm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
Pm no. 60 tahun 2012 tentang persyaratan teknis jalur kereta api
 
Dewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipilDewatering pada pekerjaan sipil
Dewatering pada pekerjaan sipil
 
173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur173213944 perencanaan-angkur
173213944 perencanaan-angkur
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
 
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampuan alat
Alat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampuan alatAlat  berat dan pemindahan tanah mekanis    bab iii penggunaan & kemampuan alat
Alat berat dan pemindahan tanah mekanis bab iii penggunaan & kemampuan alat
 
pemindahan tanah mekanis
pemindahan tanah mekanispemindahan tanah mekanis
pemindahan tanah mekanis
 
Bucket chain excavator
Bucket chain excavatorBucket chain excavator
Bucket chain excavator
 

En vedette

Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!
Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!
Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!BrightWork
 
Project for developing the Date Sector in Jericho and the Jordan Valley
Project for developing the Date Sector in  Jericho and the Jordan ValleyProject for developing the Date Sector in  Jericho and the Jordan Valley
Project for developing the Date Sector in Jericho and the Jordan ValleyAsian People's Fund
 
Primero Corporate Presentation December 2014
Primero Corporate Presentation December 2014Primero Corporate Presentation December 2014
Primero Corporate Presentation December 2014primero_mining
 
Jboss4 clustering
Jboss4 clusteringJboss4 clustering
Jboss4 clusteringshahdullah
 
Primero june presentation print
Primero june presentation printPrimero june presentation print
Primero june presentation printprimero_mining
 
Pašv sad saldus_101111
Pašv sad saldus_101111Pašv sad saldus_101111
Pašv sad saldus_101111egilsdo
 
Proposal presentation
Proposal presentationProposal presentation
Proposal presentationHarry Barnes
 
Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)
Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)
Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)Empirical Path
 
Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2
Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2
Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2primero_mining
 
Vraa ieguld vidzeme
Vraa ieguld vidzemeVraa ieguld vidzeme
Vraa ieguld vidzemeegilsdo
 
24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Markets
24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Markets24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Markets
24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Marketsprimero_mining
 
Dps stages of development
Dps  stages of developmentDps  stages of development
Dps stages of developmentchaggarg1
 
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbukaTugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbukaSylvester Saragih
 
Primero q4 2014 presentation 2015 final
Primero q4 2014 presentation 2015 finalPrimero q4 2014 presentation 2015 final
Primero q4 2014 presentation 2015 finalprimero_mining
 

En vedette (20)

Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!
Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!
Crawl, Walk, Run - Evolve Your Project Management in 2015!
 
Asteroiden
AsteroidenAsteroiden
Asteroiden
 
Ptm
PtmPtm
Ptm
 
Project for developing the Date Sector in Jericho and the Jordan Valley
Project for developing the Date Sector in  Jericho and the Jordan ValleyProject for developing the Date Sector in  Jericho and the Jordan Valley
Project for developing the Date Sector in Jericho and the Jordan Valley
 
Primero Corporate Presentation December 2014
Primero Corporate Presentation December 2014Primero Corporate Presentation December 2014
Primero Corporate Presentation December 2014
 
Jboss4 clustering
Jboss4 clusteringJboss4 clustering
Jboss4 clustering
 
Vocabulary socializing
Vocabulary socializingVocabulary socializing
Vocabulary socializing
 
INDUCCION BPM
INDUCCION BPMINDUCCION BPM
INDUCCION BPM
 
Primero june presentation print
Primero june presentation printPrimero june presentation print
Primero june presentation print
 
Pašv sad saldus_101111
Pašv sad saldus_101111Pašv sad saldus_101111
Pašv sad saldus_101111
 
Kitchen Cupboards
Kitchen CupboardsKitchen Cupboards
Kitchen Cupboards
 
Proposal presentation
Proposal presentationProposal presentation
Proposal presentation
 
Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)
Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)
Measure Digital to Ignite Results, not Reports (BI)
 
Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2
Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2
Primero corporate presentation may 2014 merrill lynch conferencev2
 
Vraa ieguld vidzeme
Vraa ieguld vidzemeVraa ieguld vidzeme
Vraa ieguld vidzeme
 
Rise of the_mongols
Rise of the_mongolsRise of the_mongols
Rise of the_mongols
 
24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Markets
24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Markets24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Markets
24. Conferencia Mundial sobre Metales y Mineria de BMO Capital Markets
 
Dps stages of development
Dps  stages of developmentDps  stages of development
Dps stages of development
 
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbukaTugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
Tugas tambang terbuka hubungan rumus bser dan sr tambang terbuka
 
Primero q4 2014 presentation 2015 final
Primero q4 2014 presentation 2015 finalPrimero q4 2014 presentation 2015 final
Primero q4 2014 presentation 2015 final
 

Similaire à SHAFT PLUMBING TEKNIK

Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLABAplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLABIsa Rachman
 
metode pancangan pipa
metode pancangan pipa metode pancangan pipa
metode pancangan pipa Nursi Nursi
 
Prosedur Mendirisiap Teodolit
Prosedur Mendirisiap TeodolitProsedur Mendirisiap Teodolit
Prosedur Mendirisiap TeodolitIzam Lukman
 
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...Megadwi14
 
WORKOVER WELL SERVICE_______________________
WORKOVER WELL SERVICE_______________________WORKOVER WELL SERVICE_______________________
WORKOVER WELL SERVICE_______________________ssuser4325a3
 
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kakuTugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kakuSeptina Nurrohmah
 
Perilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangPerilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangSaiful Hadi
 
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptxPelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptxRAlfinSeptyaNugroho
 
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relModul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relikhwan215
 
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanMetode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanHandry J
 
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdfRigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdfAdamTaufik2
 
72219130 sondir
72219130 sondir72219130 sondir
72219130 sondirBunz Lynch
 
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer PemulaModul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer PemulaYudhaAndrieSasiZen2
 

Similaire à SHAFT PLUMBING TEKNIK (20)

Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLABAplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
 
metode pancangan pipa
metode pancangan pipa metode pancangan pipa
metode pancangan pipa
 
Prosedur Mendirisiap Teodolit
Prosedur Mendirisiap TeodolitProsedur Mendirisiap Teodolit
Prosedur Mendirisiap Teodolit
 
JALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdfJALAN REL KA.pdf
JALAN REL KA.pdf
 
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kV
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kVJARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kV
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kV
 
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
OKSlide-TSP409-Pertemuan-3-Komponen-struktur-jalan-rel-dan-pembebanannya2 (1)...
 
WORKOVER WELL SERVICE_______________________
WORKOVER WELL SERVICE_______________________WORKOVER WELL SERVICE_______________________
WORKOVER WELL SERVICE_______________________
 
Jaringan tegangan rendah
Jaringan tegangan rendahJaringan tegangan rendah
Jaringan tegangan rendah
 
4312100026 - Paper
4312100026 - Paper4312100026 - Paper
4312100026 - Paper
 
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kakuTugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
Tugas pjr kelompok 1 perkerasan lentur dan kaku
 
Perilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton BertulangPerilaku Beton Bertulang
Perilaku Beton Bertulang
 
PERSIAPAN PEMBORAN.pptx
PERSIAPAN PEMBORAN.pptxPERSIAPAN PEMBORAN.pptx
PERSIAPAN PEMBORAN.pptx
 
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptxPelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
Pelatihan Metode Jacking Box Tunnel - alfin septya nugroho - 162109911.pptx
 
Transmisi tenaga listrik
Transmisi tenaga listrikTransmisi tenaga listrik
Transmisi tenaga listrik
 
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-relModul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
Modul 10-geometrik-jalan-rel-jalan-rel
 
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringanMetode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
Metode pelaksanaan pasang rangka atap baja ringan
 
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdfRigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
 
72219130 sondir
72219130 sondir72219130 sondir
72219130 sondir
 
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer PemulaModul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
 
REL.ppt
REL.pptREL.ppt
REL.ppt
 

Plus de Sylvester Saragih

Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...Sylvester Saragih
 
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...Sylvester Saragih
 
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi dan prinsip ...
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi  dan prinsip ...Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi  dan prinsip ...
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi dan prinsip ...Sylvester Saragih
 
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industriBahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industriSylvester Saragih
 
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...Sylvester Saragih
 
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)Sylvester Saragih
 
186703099 petrologi-batubara
186703099 petrologi-batubara186703099 petrologi-batubara
186703099 petrologi-batubaraSylvester Saragih
 
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambangTugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambangSylvester Saragih
 
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Sylvester Saragih
 
Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Sylvester Saragih
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Sylvester Saragih
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Sylvester Saragih
 
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantanTugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantanSylvester Saragih
 

Plus de Sylvester Saragih (20)

Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
Presentation washing plant kel. 5 Pencucian batubara dengan jig, pencucian ba...
 
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
Pencucian batubara kel 4 Operasi pemisahan bak media berat dan operasi siklon...
 
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi dan prinsip ...
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi  dan prinsip ...Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi  dan prinsip ...
Kelompok 3 Teori Pengendapan partikel untuk konsentrasi operasi dan prinsip ...
 
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industriBahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
Bahan materi kuliah rekayasa bahan galian industri
 
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
Tugas Kelompok II Operasi kominusi dan operasi pengayakan Dalam pencucian bat...
 
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
Uji Ketercucian dalam pencucian batubara (tugas kelompk I)
 
186703099 petrologi-batubara
186703099 petrologi-batubara186703099 petrologi-batubara
186703099 petrologi-batubara
 
Kamus istilah tambang
Kamus istilah tambangKamus istilah tambang
Kamus istilah tambang
 
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambangTugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
 
Mine plan
Mine planMine plan
Mine plan
 
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
Bahan MK PERALATAN DAN PENGANGKUTAN TAMBANG BAWAH TANAH.Peralatan tambang baw...
 
Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1
 
Uu 32 tahun 2009 (pplh)
Uu 32 tahun 2009 (pplh)Uu 32 tahun 2009 (pplh)
Uu 32 tahun 2009 (pplh)
 
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
Tugas makalah teknik eksplorasi tambang peralatan yang digunakan alam eksplor...
 
Humprey spiral 2
Humprey spiral 2Humprey spiral 2
Humprey spiral 2
 
Humprey spiral
Humprey spiralHumprey spiral
Humprey spiral
 
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
 
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantanTugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
Tugas paper cekungan batubara pada pulau kalimantan
 
Bahan kuliah materi 8
Bahan kuliah materi 8Bahan kuliah materi 8
Bahan kuliah materi 8
 
Bahan kuliah materi 7
Bahan kuliah materi 7Bahan kuliah materi 7
Bahan kuliah materi 7
 

Dernier

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 

Dernier (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 

SHAFT PLUMBING TEKNIK

  • 1. TUGAS ILMU UKUR TAMBANG SHAFT PLUMBING DISUSUN OLEH : 1. SYLVESTER SARAGIH DBD 111 0105 2. BINSAR L SIHOMBING DBD 111 0117 3. BINSAR REZEKI SINAGA DBD 111 0119 4. BINSAR B.L. TAMPUBOLON DBD 111 0126 5. MEY TRISONI SILALAHI DBD 111 0123 6. HENDRIKUS MANIK DBD 111 0116 7. HENDRIK SIHOMBING DBD 111 0093 8. MARIA F. TARIGAN DBD 111 0097 9. VICTOR H. SIHOMBING DBD 111 0005 10. APRIADI SIMANUNGKALIT DBD 111 0012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini. Saya berharap makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan saudara- saudari yang ingin lebih memahami tentang “Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang”. Ada pun isi dari rangkuman makalah kami ini mengenai pengetahuan tentang Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang, Apa saja Peralatan-peralatan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang dan Metode apa saja yang digunakan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang serta contoh pengukurannya. Banyak rintangan dan hambatan yang penulis hadapi ketika menyusun makalah ini. Namun, dengan berkat rahmat dan bimbingan Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa rangkuman ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca. Terima kasih, Penulis,
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam penambangan dibawah tanah (deep mining). Pekerjaan penggalian dilakukan melalui sebuah shaft. Untuk itu memindahkan suatu azimut melalui sebuah bukaan (opening) adalah merupakan tugas yang penting bagi seorang pengukur (engineer). Teknik atau cara pengukuran akan disesuaikan dengan masing masing kasus atau keadaan, tetapi ketelitiannya perlu diperhatikan. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude. Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat beberapa titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening ini diikat pada base station tersebut. 1.2 Tujuan Makalah Cabang dari ilmu pertambangan dan rekayasa geologi permukaan daerah tambang yang berhubungan dengan masalah pengukuran, pemecahan masalah dari data input dengan menggunakan suatu algoritma, dan rancangan desain tambang. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
  • 4. 1.3 Rumusan Masalah Dalam ruang lingkup pembahasan Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang ini, maka akan dipertanyakan suatu masalah, yaitu : 1. Apa Shaft Plumbing itu pada Ilmu Ukur Tambang ? 2. Apa saja peralatan-peralatan Shaft Plumbing serta bagaimana cara kerjanya ? 3. Metode apa saja yang digunakan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang serta contoh pengukurannya ?
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Shaft Plumbing Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude. Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat beberapa titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-opening ini diikat pada base station tersebut. 2.2 Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing Alat-alat yang diperlukan untuk sharf plumbing diantaranya adalah : 1. Reels (glondong/gulungan) Glondongan atau gulungan ini sangat penting untuk mengangkat dan menurunkan kawat. Tanpa gulungan ini sangat sukar untuk mengangkat beban yang berat.
  • 6. 2. Wire centering device (peralatan kawat centering) Alat ini digunakan untuk menjepit kawat dalam suatu posisi setelah pusat dari ayunan ditentukan. Beberapa teknik (enginer) memilih untuk menentukan pusat ayunan di slamp pada posisi yang tetap sebelum pembidikan. 3. Screw shifter Digunakan untuk mengeser satu kawat kebidang transit dan kawat lainnya pada station permulaan atau kedua-duanya digeser kemuka dan ke belakang. Dapat juga digunakan untuk menggerakkan kawat guna menentukan arah terlebih dahulu untuk memastikan apakah kawat tersebut tergantung pada suatu sekatan di dalam sharf. 4. Plum bobs Bobs yang terbuat dari baja dapat terpengaruh oleh daerah tambang yang mengandung magnetik maupun oleh aliran listrik, pipa dari bobs dibubut sehingga mempunyai ukuran yang uniform dan permukaan halus, sedang bagian tepi dari pipa berbentuk seperti pisau pemotong. Ukuran dan berat dari bobs yang dibutuhkan tergantung dari kecepatanudara dan jumlah air yang jatuh pada shaft, biasanya bobs seberat 50 lb sudah dianggap cukup.
  • 7. 5. Wire (kawat) Yang biasa digunakan adalah kawat baja dengan ukuran kawat piano nomor 12 dengan diameter 0,03 Inchi, kawat ini dapat menahan bobs seberat 60 lb. 6. Chain link (rangkain mata rantai) Biasanya diletakkan pada kawat kira-kira level dengan transit agar memungkinkan pengukur melihat kedua kawat tanpa harus menggerakkan yang lebih dekat. Mereka diperlukan selama kawat yang lebih dekat dapat dengan tanpa stelan yang tepat difokuskan membawa kawat yang lebih jauh ke dalam relief yang kurang terang. 7. Type transit Tidak ada type khusus dari pada transit untuk pengukuran karena ada yang mempunyai pembacaan 30 secon, tetapi ada juga yang satu menit. Dan biasanya mempunyai sekrup penggerak halus atau micrometer di atas sekrup penyetel horizontal atau untuk menggerakkan transit ke dalam bidang dari kawat plumb bobs dan diafragma benang silang untuk membidik kawat. 2.3 Metode-metode pada Shaft Plumbing serta contoh pengukurannya. Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah : I. One Shaft Methode a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
  • 8. b. Triangulation c. Gabungan antara a dan b (special cases and b) II. Two Shaft Methode I. One Shaft Methode Prosedur untuk menggantung kawat dan menetapkannya adalah seragam untuk semuanya,yang berarti juga diterapkan pada two shaft methode. Penggunaan kedua cara (coplaining dan triangulation) tersebut kira-kira sama pembagiannya, tetapi banyak engineer yang menyatakan bahwa coplaining dapat diterapkan pada kondisi dimana triangulation tidak dapat digunakan. Perbedaan atara coplaining dan triangulation kurang jelas, boleh dikatakan hampir sama. Untuk ketelitian dengan menggunakan transit 1 menit. Kesalahan tidak boleh melebihi dari 1 x 100% :10000 =0,01%. Agar supaya mendapat ketepatan,jarak plumb bobs 200 -300 feet (dibawah pengecualian yaitu dalam kondisi yang mengijinkan dapat dikembangkan dalam beberapa feet). Jarak antara kedua kawat diukur dipermukaan dan di check lagi dengan dibawah,sebaiknya harus mempunyai jarak yang sama. Bila jarak antara kawat kurang dari 4 feet terdapat kesalahan dalam peratusan feet akan menyebabkan terlalu besar kesalahan dalam azimuth. Sebagai contoh jarak antara kawat-kawat 4 feet, satu kawat berada 0,02 ft diluar dari pada bidang,maka perpindahan angularnya: tangen-1 atau sin -1 = 0,02/400 = 17’ approx.hanya 20’ bisa diperkenankan bila 1:10000 harus ditetapkan atau dihitung. Ini menyatakan pentingnya mengetahui alasan suatu perbedaan antara kedua pengukuran dan pengoreksian kesalahan. Jarak diantara kawat-kawat biasanya diukur mendekati per seribuan feet.
  • 9. a. COPLAINING Ini juga dikenal dengan wiggling.atau jiggling. Tujuannya: ialah menempatkan alat transit/theodolith tepat satu bidang dengan dua unting-unting yang digantungkan pada shaft. Caranya: 1. Membuat satu bidang (coplaining)adalah dengan menggerakkan atau memindahkan transit sehingga benang silang vertikal dari transit sebidang dengan unting-unting yang digantungkan pada shaft. 2. Pasang blok timah hitam dengan ukuran 4 x 4 x 3 inchi bawah untingunting yang dipasang pada transit atau theodolith, beri tanda pada blok tersebut,kemudian ukur beberapa kali sudut busur antara dua unting-unting dengan titik D (Titik station permanen pertama). 3. Teropong dibalikkandan arahkan kembali kedua unting-unting, usahakan dengan menggeser teropong sehingga garis vertikal teropong (benang silang vertikal) sebidang dengan dua unting- unting tersebut. 4. Bila sudut horizontal yang benar adalah rata-ratanya, dan titik station yang benar adalah juga rata-ratanya (dibagi dua atau arah titik pada station). b. Triangul Aston Untuk menempatkan azimuth dari bidang yang dibuat oleh unting-unting disebut weisbach method dengan persyaratan yang buat harus antara secon dan lebih kecil dari 10. Bila sudutnya menjadi sangat besar atau biasanya 600 maksimum method weisbach tidak dapat digunakan. Dalam bagian ini aplikasinya hanya pada sudut yang sangat datar (weisbach) akan dibahas kemudian penggunaan dari sudut
  • 10. yang besar akan diselidiki, penggantungan dan penetapan kawat adalah sama dengan prosedure pada coplaning. Gambar 2.1 berikut ini menunjukkan kondisi yang dijumpai, perhatian dicurahkan terhadap jarak BC yang hanya bersenrangan dengan jarak fokus dari transit. Pada shaft yang besar atau dalam keadaan tertentu dimana AB jauh lebih besar dari 3,5 sampai 4,5 feet, perbandingan BC dan AB = 1. Bila sudut W pada C hanya beberapa menit, maka AB + BC = AC. Jarak diukur dalam perseribu (tiga angka di belakang koma dengan satuan feet, dengan maksud lebih teliti dari perseratusan. Gambar 2.1 Perhitungan Triangul Aston Metode Triangulasi Sebetulnya kesalahan beberapa per ratusan dalam pengukuran hanya, menyebabkan perbedaan beberapa secon pada hasilnya ini akan betul bila sudut Weisbach kecil dan BC = AB nilainya. Sebagai contoh AB dianggap S 3,214 ft, BC = 5, 122 ft, AC = 0,332 ft dan pengukuran sudut = 00 15’ 10”. Carilah sudut x pada A.
  • 11. X = = 00 24’ 10” Jika kesalahan dibuat dalam pengukuran AB (3,19) dan BC adalah (5,10) maka x = 00 24’ 15 “; dan jika AB = 3,21 dan BC 5,10 maka x = 00 24’ 06”; dan jika AB = 3,23 dan BC = 5,10 x = 00 23’ 57”. Prosedur yang paling aman untuk memutar sudut weisbach sebagai berikut : 1. Plat disetel pada 0,85 (Back Sight) pada kawat yang benar dan putar sudut kecil ke kanan, dengan 1 menit. 6 x repetisi, 3 secara langsung dan 3 dibalik. 2. Balikkan telescop gunakan kawat FS sebagai BS putar sudut luar yang lebih besar ke kanan sejumlah putaran yang pertama. Jumlah dari sudut-sudut yang harus = 3600 ± 10’ (jika digunakan 6 x repetisi) jika tidak, dan kawat cukup stabil maka pengukuran harus diulang. Pada pengecekan dalam batas yang diperkenankan kedua sudut di atur dengan membagi perbedaan sama, dengan demikian jumlah akan menjadi 3600 . II. Two Shaft Method Cara menggantungkan kabel pada setiap shaft dari dua shaft atau raise dan terus menyusuri antara dua shaft atau raise tersebut, memberikan hasil yang paling dapat dipercaya dan akan digunakan pada setiap kesempatan yang baik.
  • 12. Gambar 2.2 Two Shaft Method Cara pengukuran : Pengukuran dengan dua shaft memberikan hasil yang lebih teliti darainpada cara satu shaft. Biasanya pada satu level mempunyai dua opening yang vertikal, maka pengukurannya dilakukan dengan cara dua shaft. 1. Prosedur yang digunakan dengan cara dua shaft adalah, mula-mula dari permukaan tanah diikat titik x dan y yang digantungkan uting-unting dengan cara polygon (traverse) mulai dari titik x sampai dengan y : titik satu diikat dengan base station cara pengukuran tertutup (lihat titik 1 yang diikat). Setelah dikoreksi dari pengukuran, kemudian dihitung : a. Jarak x – y ) untuk pengecekan hasil pengukuran b. Bearing x – y ) bawah tanah 2. Pada bawah tanah, dibuat polygon dari titik x, atau sampai dengan y dengan bearing x – a sebagi titik tolak pengukuran, kemudian diasumsikan (dilakukan dengan kompas) besarnya bearing x –a. pengukuran dilakukan
  • 13. dengan cara tertutup lagi. Hasil pengukuran dari bawah tanah tersebut dapat dihitung : a. Jarak x – y b. Bearing x – y  Koordinat x untuk bawah tanah, diambil dari hasil pengukuran daripermukaan tanah.  Jarak x – y bawah tanah harus sama atau beda sedikit dari jarak permukaan, perbedaan harus didistribusikan pada sisi-sisi (jarak-jarak dari titik polygon).  Beraing x – y dari hasil pengukuran dipermukaan merupakan standart pengukuran dari beraing x – y pada pengukuran bawah tanah.  Perbedaan bearing harus dikoreksi, besarnya joreksi ditambahkan atau dikurangkan pada bearing x – a yang diasumsikan, kemudian setelah x – a dikoreksi bearingnya, perhitungan polygon dilakukan lagi mulai dari x – a sampai y.
  • 14. Gambar 2.3 Transferring the Meridian : Vertical Openings Dua persolalan yang penting dalam Ukur Tambang ialah : mulai dari arah pengeboran dan penemuan jarak tertentu sehingga pekerjaan penambangan dapat terlaksana dengan hasil yang objektif. Cara permulaan utuk membuat suatu berskala dalam arah yang tertentu dan harus mengetahui berapa jarak lubang tersebut hareus digali (dibuat). Persoalan ini akan kita temui dalam bidang (daerah) horizontal dan vertikal. Pemecahan soal ini dapat dilakukan dengan sistem koordinat, dengan membuat suatu skala, kalau keterangan kasar persoalan ini dapat dilakukan dengan suatu protektor atau skla. Bila skala dari suatu peta tersebut 1 : 600 hasilnya akan kasar sekali. Apabila didapat titik yang bertempat disegi panjang tersebut, jarak utara selatan diantaranya diperoleh koordinat yang besar dikurangi yang kecil. Bila hubungan underground termasuk elevasi juga arah dan jarak maka perbedaan dalam elevasi antara dua titik tersebut harus diketahui.
  • 15. Setelah data-datatersebut dihitung dan sudut-sudut sudah ditentukan, kemudian diaplotkan pada penggambaran dengan skala sehingga dapat diketahui salah atau tidak. A. Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain Gambar berikut menunjukkan problem yang sering terjadi pada ilmu ukur tanah. Gambar 2.3 Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain Menghubungkan titik konsesi K ke titik triagulasi M. latar belakang Z. titik adalah salah satu titik konsesi atau patok dalam survey konsesi, setiap set dari koordinat di ikat ketitik X perbedaan antara koordinat-koordinat Utara pada titik K dan M adalah latitude (ΔY). perbedaan antara koordinat Timur membentuk garis departure (ΔX).
  • 16. Jarak titik 2 ke M adalah : HD = Bearing dari titik 2 ke M adalah : Bearing = arc. Tan = Contoh : Gambar 2.3 diatas menunjukkan koodinat Utara titik 2 adalah N 1000 dan koordinat M adalah N 406,72, E 2458,57 setelah pengamatan rintisan 1,2,3 dan seterusnya. Berapakah HD K – M dan bearing K – M ? Perbedaan latitude = 1.000,00 – 406,72 = 593,28 feet Perbedaan departure = 2458,57 – 1.000,00 = 1.658,57 feet Jarak K – M = Bearing K – M = arc. Tan. = = 680 08’ E Titik M adalah sebelah timur dari titik K (koordinat Timurnya lebih besar) dan sebelah selatan dari titik (koordinat Utaranya lebih kecil). Karena itu bearingnya dalah : 5 680 08’ E.
  • 17. B. Menghubungkan Dua Drift Gambar 2.4 Menghubungkan Dua Drift Jika hubungan itu pendek dan digunakan untuk ventilasi, maka koordinat cukup diperoleh dari sistem pengukuran undergraund yang teratur. Tapi bila panjang dari drift tersebut digunakan untuk pengangkutan atau tamming, maka perlu diuji patok-patok 427 dan 420 dengan pengukuran yang bebas. Problem Ini lazim dalam ukur lubang akan dibicarakan lebih lanjut. Langkah-langkah yang harus dikerjakan : 1. diketahui koordinat 427 dan 428 2. cari bearing 427 dan 428
  • 18. 3. cari sudut lurus 425, 427, dan 428 4. hitung beda tinggi titik 250 – 261 Grade = ₓ100 % 5. hitung jarak sebenarnya ---- slope distance/true distance 6. perlu diingat kembali : azimut awal + sudut lurus – 1800 = azimuth akhir Contoh : Gambar berikut ini menunjukkan dua buah drift yang saling berhubungan hitung jarak, bearing, sudut dan gradenya. Gambar 2.5 Dua Drift yang Saling Berhubungan
  • 19. Penyelesaian : Perbedaan latitude = 7960,00 – 6870,00 feet Perbedaan departure = 10.670,00 – 8.430,00 = 2.240,00 feet HD = = 2.491,1 feet Bearing 261 – 250 adalah N 640 63’ E sebab dilihat dari koordinatnya maka titik 250 jauh lebih ke Utara dan Timur dari pada titik 261. bearing 250-261 adalah S 640 03’ w Sudut lurus : Di titik 261, BS 260 : 640 03’ + 1800 – 820 15’ = 1610 48’ Di titik 260, BS 249 : (640 03’ + 1800 ) + 1800 – (750 45 + 1800 ) = 1680 18’ Grade : Perbedaan elevasi = 5.834,00 – 5.822,00 = 12,00 feet Grade = ₓ100 % = 0,48 %
  • 20. C. Menghubungkan Dua Shaft Prosedur ini diuraikan pada gambar 2.6 berikut : Gambar 2.6 Elevasi Two Shaft Bila pengukuran undergraund kurang tepat. Maka rintisan dilakukan dari 1 sampai 9 (triagulasi). Setelah 1 dan 9 itu ditentukan, kawat digantungkan. Tentukan bearing dan koordinat, kemudian kawat dikelurkan dari pengukuran undergraund. Elevasi two shaft terbentuk, dan ditrasperkan undergraund nya. Bila patok shaft belum terbuka, maka bearing kompas perlu dikerjakan. Satelah runna kosong itu cukup, mulai pengukuran yang tepat.
  • 21. D. Menghubungkan Dua Level Dengan Raise Gambar 2.7 berikut termasuk penggunaan koordinat dan elevasi. Gambar 2.7 Menghubungkan Dua Drift yang Raise Hal ini sering terjadi. Raise digunakan untuk ventilasi, orepass, waste pass, man way atau simply prospecting. Dalam pemecahan ini jarak horizontal (hipotenusa dari koordinat triagle) telah didapat. Adanya perbedaan elevasi akan
  • 22. menimbulkan garis singgung pada sudut vertikal. Jarak yang benar diperoleh dengan rumus-rumus trigonometri atau dengan rumus . Contoh : Lihat gambar 2.8 berikut. Hitung bearing A – 216, bearing – A, sudut vertikal α, slope distance, sudut lurus 215 – 216 – A dan sudut lurus 111 – A – 216 Gambar 2.8 Dua drift yang dihubungkan dengan reise
  • 23. Penyelesaian : Perbedaan latitude = 4,310,51 – 4,156,22 = 154,29 ft Perbedaan departure = 6,451,46 – 6,306,24 = 145,22 ft HD A – 216 = = 211,88 feet Bearing = tan-1 = = 43 0 16’ Bearing A – 216 = S 430 16’ E Bearing 216 – A = N 430 16’ W tan-1 = = 270 53’ SD = 206,88 : Cos 270 53’ = 234,1 feet Sudut lurus : 215 – 216 –A = (3600 - 430 16’) + 1800 - 470 30’ = 890 14’ 111 – A - 216 = (1800 - 430 16’) + 1800 - 500 00’ = 2560 44’
  • 24. BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Shaft Plumbing adalah : Reels (glondong/gulungan), Wire centering device (peralatan kawat centering), Screw shifter, Plum bobs, Wire (kawat), Chain link (rangkain mata rantai), dan Type transit. Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah : 1. One Shaft Methode a. Coplaining (wiggling atau jiggling) b. Triangulation c. Gabungan antara a dan b (special cases and b) 2. Two Shaft Methode
  • 25. DAFTAR PUSTAKA Anonim., 2012. Kuliah Ilmu Ukur Tambang. http://rafiedbungsu.blogspot.com/2012/06/materi-kuliah-ilmu-ukur-tambang.html Anonim., 2013. Ilmu Ukur Tambang. http://www.michanarchy.com/2013/04/ilmu- ukurtambang.html Anonim., http://kiradminner.blogspot.com/ Muchlis, Ermanto., 2013. Ilmu Ukur Tambang. http://ermantomuchlis.blogspot.com/2013/05/ilmu-ukur-tambang.html