SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  18
A.   Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan evaluasi
dan selalu menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun, banyak orang belum memahami secara
tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian bahkan masih banyak orang yang lebih cenderung
mengartikan ketiga kata tersebut dengan suatu pengertian yang sama.


Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas
mengukur biasanya sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan
kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain
dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
B. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi
Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat contoh
berikut :

1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu
   panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan
   cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali memang
   ada kriteria lain sehingga kita memilih sebaliknya.
2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering
   kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya kita akan
   mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk
   mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli.
Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian sebelum
menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita akan memilih pensil
yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan
lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan menentukan durian mana yang akan kita beli
berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita
dapat memperkirakan mana durian yang manis.


Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1 diatas,
jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang lebih panjang maka kita akan
mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita akan melakukan
penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing penggaris sehingga pada
akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan “Yang ini pendek” lalu yang panjanglah
yang kita ambil.


Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun jenisnya.
Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan beberapa durian
yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah
kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan
dibeli.
Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran, yakni
ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa, jengkal, langkah, dan
sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman.


Langkah – langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang
dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan evaluasi
sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai.


Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi sebagai
berikut :

  Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif.
  Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik
  buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan
  Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian
C. Evaluasi dalam Pendidikan
Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran
(John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi
sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan
asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai
berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001)
menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan
instrumen tes maupun non tes.


Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu.
Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan
menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan
demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat
keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002).


Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk
mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian
evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan
pendidikan dapat dicapai.


Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif
dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi
sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).
D.   Penilaian Dalam Pendidikan
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau
prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif
dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian
atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.


Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat
mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar
(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan
pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
E. Pengukuran dalam pendidikan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar
atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian,
atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran     adalah   proses    pemberian   angka-angka     atau   label   kepada   unit   analisis   untuk
merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya
definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.


Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses
pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau
mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka
katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1)
penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.


Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan
menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari
performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut
diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap
suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang
mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara
umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan
berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta
didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih
ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

F.   Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan
standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur
dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke
taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.


Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing :

   Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment
   atau tindakan dalam pembelajaran.
   Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara
   berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
   perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.
   Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas
   sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen
   untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana
   disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
                                           DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and
Culture.


Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB


Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan:
Shizuoka University.




Pengertian Non tes
Teknik penilaian non tes berarti tehnik penilaian dengan tidak menggunakan tes. Tehnik penilaian ini
umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap
sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam
pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Alat penilaian non-test, yang biasanya
menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di
antaranya bisa disebutkan adalah angket (kuesioner), observasi, wawancara, sosiometri, checklist,
concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya. Keberhasilan siswa
dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek
kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek
efektif psikomotor.
Jenis-jenis Instrument Non Tes

Berikut ini adalah beberapa instrument yang tergolong ke dalam non tes yaitu:

a. Kuesioner

Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, quesioner adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan
penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh
data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku
dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang
menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang
dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data atau inform.

Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar,
bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya.

Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat
disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.

     Tujuan Pengembangan Kuesionar (Angket)

Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :

(1). Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika.

(2).Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.

(3). Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.

(4). Membantu anak yang lemah dalam belajar.

(5).Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika.

     Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
1.      Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
     Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti
     jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.
     Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam
     kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
     Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan
     berbagai informasi atau menggunakan fakta.
     Pertanyaan    pendapat dan     sikap   adalah   kuesioner   yang   berkaitan   dengan   perasaan,
     kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
2.      Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :
Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden
     hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan.
     Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya
     tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative
     jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam
     bahasa sendiri
     Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah
     dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga
     kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri,
     apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
3.      Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu :
     Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta
     keterangannya.
     Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta
     keterangannya).
4.      Kuesioner dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan pada responden dapat
dibedakan atas 2, yaitu :
     Kuesioner yang dikirimkan (Mail Questionaire)
     Kuesioner yang dapat dibagikan langsung pada responden.
     Kelebihan dan Kekurangan Angket

Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu:

(1). Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.

(2). Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama

(3). Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:

(1). Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang
kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali

(2). Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan
tidak diawasi secara mendetail.

(3). Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak
yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali
angketnya.

     Langkah-langkah Pengembangan Angket

Adapun cara penyusunan atau pengembangan angket adalah sebagai berikut:

(1). Merumuskan tujuan
(2). Merumuskan kegiatan

(3). Menyusun langkah-langkah

(4). Menyusun kisi-kisi

(5). Menyusun panduan angket

(6). Menyusun alat penilaian

b. Pengamatan (observation)

Pengamatan observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti serta pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek
pengamatan

Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkahlaku individu atau proses
terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi yang dapat menilai atau mengukur hasil
belajar adalah tingkah laku para siswa ketika guru sedang mengajar.

     Tujuan Pengembangan Observasi

Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

a) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.

b) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.

c) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan
pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan
data.

     Jenis-jenis Observasi

Observasi atau pengamatan dapat dilakukan dalam berbagai cara. Berdasarkan cara dan tujuan,
onservasi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

1)      Observasi partisipatif dan nonpartisipatif

Observasi partisipatif adalah yaitu observasi yang dilakuakan oleh pengamat diamna pengamat sendiri
memasuki      atau   mengikuti   kegiatan   kelompok   yang   sedang   diamati.   Sedangkan   observasi
nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau
evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.

Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif,
guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2)      Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur
yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati Sedangkan observasi nonsistematis
yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga.
Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati,
misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan.
Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga. Kalau
observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung
mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3)      Observasi experimental, yaitu observasi yang dilakukan dalan situasi yang dibuat atau
dirancang oleh observer.

     Kelebihan dan Kekurangan Observasi

Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:

(1). Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.

(2).    Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala
atau kejadian yang penting

(3). Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain,
misalnya wawancara atau angket.

(4). Observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati,
kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Sedangkan kelemahan dari observasi adalah:

(1). Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.

(2). Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil
tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.

(3). Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

     Langkah-langkah Pengembangan Observasi

1. Merumuskan tujuan

2. Merumuskan kegiatan

3. Menyusun langkah-langkah

4. Menyusun kisi-kisi

5. Menyusun panduan observasi

6. Menyusun alat penilaian
PENGERTIAN TES, JENIS-
JENIS TES,

16   DEC




DAN KRITERIA SUATU INSTRUMEN TES YANG BAIK




Penilaian pendidikan bukanlah semata-mata penilaian hasil belajar, tetapi mencangkup aspek yang
lebih luas yaitu input/komponen, proses, produk dan program pendidikan. Untuk dapat menilai
aspek-aspek tersebut dengan komponen-komponen yang menyertainya, maka instrumen-instrumen
penilaian pendidikan yang digunakan harus terkait dengan aspek yang dinilai dan tujuan pada
masing-masing aspek tersebut. Secara garis besar instrumen evaluasi dapat diklasifikasikan atas dua
bagian yaitu tes dan non tes. Perbedaan yang prinsip antara tes dan non tes, terletak pada jawaban
yang diberikan. Dalam suatu tes hanya ada kemungkinan benar atau salah, sedangkan untuk non tes
tidak ada jawaban benar atau salah, semuanya tergantung kepada keadaan seseorang. Selanjutnya
akan diuraikan lebih rinci mengenai tes sebagai sebagai alat evaluasi hasil belajar.




A. Pengertian Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa.




B. Jenis-Jenis Tes
1.   Dari segi bentuk pelaksanaannya

a.     Tes Tertulis ( paper and pencil test)

Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai
instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara
tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
b.    Tes Lisan ( oral test)

Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid.

c.    Tes Perbuatan (performance test)

Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes
perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.

2.   Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya

a.     Tes Essay (uraian)

Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun,
mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat
bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu
pendapat dalam bahasa sendiri.

b.    Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya.
Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;

Tes Betul-Salah (TrueFalse)

Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Tes Menjodohkan (Matching)

Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

3.   Dari segi fungsi tes di sekolah

a.     Tes Formatif

Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses
pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes
formatif bagi peserta didik adalah :

Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran.

Merupakan penguatan bagi peserta didik.

Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya.

     b.     Tes Summatif

     Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik
     dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester.

     c.     Tes Penempatan

     Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki
     peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam
     belajar.

     d.     Tes Diagnostik

     Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi
     seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.




     C. Ciri-ciri Tes Yang Baik
     Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan:

1.   Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes itu isinya
   dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat
2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan
   keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil
   yang sama.
3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi
   perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan
   kerahasiaan tes.
   Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable.




     D. Langkah-langkah Pengembangan Tes
     Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:

     1)   Pengembangan spesifikasi tes

     Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang
     harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a) Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta
didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja
yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.

b) Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat
mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi
petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.

c) Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal
dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta
ketersediaan dana dan kepraktisan.

d) Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau
dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut

e)   Merencanakan banyak soal

f)   Merencanakan jadwal penerbitan soal

2)   Penulisan soal

3) Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-
butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan,
ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.

4)   Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan
dibakukan.

5)   Penganalisisan hasil uji coba.

6)   Pengadministrasian soal




E. Menganalisis Tes
Menganalisis instrument (alat evaluasi) bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
digunakan atau yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik,
tepat mengukur sesuatu sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sebuah instrument dikatakan baik
jika memenuhi syarat validitas, reliabelitas dan bersifat praktis.

1. Validitas Tes
Suatu tes dikatakan valid jika tes itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid disebut juga
sahih, terandalkan atau tepat. Tes hasil belajar yang valid, harus dapat menggambarkan hasil belajar
yang di ukur
Macam-macam validitas

     1). Validitas isi (content validity)

     Validitas isi sering juga disebut validitas logis atau validitas rasional.   Validitas isi dapat dianalisis
     dengan bantuan kisi-kisi tes dan pedoman penelaahan butir soal.




     Penelaahan butir soal secara umum ditinjau dari tiga aspek yaitu:

1.
1. Aspek materi
2. Aspek bahasa
3. Aspek konstruksi
   2). Validitas ramalan (predictive validity)

     Suatu tes dikatakan memiliki validitas ramalan, apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan tes
     itu dapat digunakan untuk meramalkan, atau tes itu mempunyai daya prediksi yang cukup kuat.
     Untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki
     validitas ramalan dapat dilakukan dengan mengkorelasikan tes hasil belajar yang sedang diuji
     dengan kriterium yang ada.

     3) Validitas bandingan (concurent validity)

     Suatu tes dikatakan memiliki validitas concurrent, apabila tes tersebut mempunyai kesesuaian
     dengan hasil pengukuran lain yang dilaksanakan saat itu. Misalnya, membandingkan hasil tes dari
     soal yang sedang dicari validitasnya dengan hasil tes dari soal standar. Jika terdapat korelasi yang
     positif antara kedua tes tersbut, berarti soal tes yang dibuat mempunyai validitas concurrent.

     4).Construct validity (validitas konstruk)

     Validitas konstruk artinya butir-butir soal dalam tes tersebut membangun setiap aspek berpikir
     seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Penganalisisan validitas
     ini dapat dilakukan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek berpikir yang dikehendaki
     diungkapkan oleh tujuan pembelajaran, yaitu melalui penelaahan butir-butir soal.

     Meski terdapat beberapa jenis validitas, dalam periode terakhir validitas dianggap sebagai suatu
     konsep utuh, tidak dipilah-pilah sebagai jenis validitas.




o    Cara menentukan validitas instrumen
Validitas instrument dapat diketahui dengan mencari korelasi hasil instrument dengan dengan
    kriterium atau melakukan analisis butir. Apabila data yang digunakan adalah data interval maka
    dapat digunakan rumus Product Moment Korelasi, sebagai berikut :




    v Rumus Angka Kasar




    Keterangan :

    = Koefisien korelasi antara instrument X dan instrument Y




    v Rumus untuk skor deviasi




    Kriteria- kriteria hasil validitas :

    Antara sangat tinggi

    Antara tinggi

    Antara cukup

    Antara rendah

    Antara sangat rendah            (Yusuf, 2005:75).




o   Cara menentukan validitas tiap butir soal
    Tinggi rendahnya validitas soal secara keseluruhan berhubungan dengan validitas tiap butir soal.
    Validitas butir soal dapat dicari dalam hubungannya dengan skor total tiap individu yang ikut serta
    dalam evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut :

    1.    Skor suatu instrument dengan baik dan teliti
Untuk individu yang benar diberi angka 1, sedangkan yang salah diberi angka nol.

    2.    Jumlahkan skor total untuk tiap individu.

    3.    Gunakan rumus product moment correlation atau korelasi biserial.




    2.   Reliabilitas
    Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek yang sama secara
    berulang-ulang maka hasilnya akan tetap sama, konsisten, stabil atau relatif sama.

o   Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas
    a.   Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya pembeda yang kuat.

    b.   Panjang/pendeknya suatu instrumen

    c.    Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas

    d.   Ketidaktepatan waktu yang diberikan

    e.    Kemampuan yang ada dalam kelompok

    f.   Luas/tidaknya sampel yang diambil.

o   Teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar
    a.   Bentuk objektif

    1)      Metode Belah dua

    Dalam pelaksanaanya,seorang penilai hanya melakukan ujian satu kali terhadap sejumlah peserta,
    sehingga tidak ada pengaruh dari instrumen yang terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus
    genap sehingga dapat dibagi dua dan tiap kelompok mempunyai jumlah butir yang sama. Koefisien
    reliabilitas akan menunjukkan internal konsistensi dari pada butir soal dalam keseluruhan
    instrumen. Cara membelah dua instrumen tersebut dapat dilakukan dengan cara nomor genap dan
    ganjil, awal dan akhir. Untuk menentukan reliabilitas kedua bagian instrumen tersebut dapat
    digunakan Product Moment Coorelation, sedangkan untuk mencari reliabilitas keseluruhan
    instrumen dapat digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :




    Keterangan :

    : koefisien reliabilitas

    r : korelasi antara bagian instrumen
2)      Metode Ulangan

Pelaksanaannya dilakukan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam waktu yang berbeda.
Reliabilitas metode ulangan ini untuk melihat bagaimana stabilnya skor setiap individu apabila
dilakukan pengujian dalam waktu yang berbeda, dengan kondisi dan perlengkapan yang sama/
hampir bersamaan. Rumus yang digunakan untuk menentukan metode ulangan ini adalah Product
Moment Correlation.

3)      Metode Bentuk Paralel

Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua tipe, tetapi koefisien yang
dihasilkan hanya menggambarkan ekivalensi antara kedua instrumen. Tidak akan menunjukkan
ekivalensi dalam kesukaran butir dan isi. Kedua bentuk instrumen yang diberikan mengukura hal
yang sama, dengan memiliki tingkat kesukaran yang sama, pengetahuan dan keterangpilan yang
sama dengan sistematika yang tidak berbeda antara kedua bentuk instrumen tersebut, tetapi dalam
bentuk pertanyaan yang berbeda. Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas
instrumen dalam bentuk paralel ini adalah product moment correlation dan Rank order correlation.

b.   Bentuk essay

Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes berbentuk uraian dinamakan rumus Alpha,
yaitu :




Dimana:

: Koefisien reliabilitas tes

n      : banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

: Jumlah variansi skor dari tiap-tiap butir item

:Variansitotal

Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:

0,80 < r11 £ 1,00           reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 £ 0,80            reliabilitas tinggi
0,40 < r11 £ 0,60           reliabilitas sedang
0,20 < r11 £ 0,40           reliabilitas rendah
0,00 < r11 £ 0,20            reliabilitas sangat rendah
Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa
soal tes reliabel.
3. Analisis soal tes
Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1)   Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indek
diskriminan. Untuk menentukan daya pembeda soal dapat dilakukan seperti yang dikemukakan oleh
Prawironegoro (1985:11):

Terlebih dahulu dicari degress of freedom (df) dengan rumus:
df = (nt – 1) + (nr – 1)
dimana:

nt = nr = 27% x N
kemudian digunakan rumus:




dimana:

Ip = daya pembeda soal
Mt = rata-rata skor dari kelompok tinggi
Mr = rata-rata skor dari kelompok rendah
= jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi

= jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah

n     = 27% x N

N     = banyak pengikut tes

Soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika Ip hitung ³ Ip tabel pada derajat
kebebasan yang sudah ditentukan.
2) Indek kesukaran.

Agar tes dapat digunakan secara luas, setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya yaitu apakah
soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk menentukan indek kesukaran
digunakan rumus yang dikemukakan Prawironegoro (1985:14) yaitu:




dimana:
Ik = indeks kesukaran
Dt = jumlah skor dari kelompok tinggi
Dr = jumlah skor dari kelompok rendah
m = skor setiap soal jika benar

n = 27% x N

N = banyak pengikut tes

Soal dinyatakan sukar, jika     0% £ Ik < 27%
sedang, jika   27% £ Ik £ 73%
mudah, jika                 Ik > 73%
3)    Penerimaan soal

Setiap soal yang telah dianalisa perlu diklasifikasikan menjadi soal yang tetap dipakai, direvisi atau
dibuang. Menurut Prawironegoro (1985:16) tentang klasifikasi soal:

a)    Soal yang baik akan tetap dipakai jika Ip signifikan dan 0% < Ik £ 100%.
b)    Soal diperbaiki jika:

i.    Ip signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%.
ii.    Ip tidak signifikan dan 0% < Ik < 100%.
c)     Soal diganti jika Ip tidak signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%.

Contenu connexe

Tendances

Impelementasi evaluasi
Impelementasi evaluasiImpelementasi evaluasi
Impelementasi evaluasiasti_fauziah
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Martunis Hasan
 
3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawan3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawanvinaserevina
 
Pengukuran, penilaian dan assesmen Mulyati
Pengukuran, penilaian dan assesmen MulyatiPengukuran, penilaian dan assesmen Mulyati
Pengukuran, penilaian dan assesmen MulyatiMulyati Rahman
 
Pengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasiPengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasiPesa Desgamalia
 
Kriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen EvaluasiKriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen EvaluasiRofiani Intan
 
1. konsep pengukuran dan skala pengukuran
1. konsep pengukuran dan skala pengukuran1. konsep pengukuran dan skala pengukuran
1. konsep pengukuran dan skala pengukuranmadiah jaafar
 
Pengukuran, Penilaian dan evaluasi
Pengukuran, Penilaian dan evaluasiPengukuran, Penilaian dan evaluasi
Pengukuran, Penilaian dan evaluasidini alfiatu
 
Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan affan Yusra
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
 
Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)
Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)
Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)Dhanar Sinut
 
Tes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUD
Tes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUDTes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUD
Tes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUDAl Azhar Indonesia University
 
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam PembelajaranModul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam PembelajaranNaita Novia Sari
 
Evaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran linaEvaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran linaJosua Sitorus
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranHariyatunnisa Ahmad
 

Tendances (19)

Impelementasi evaluasi
Impelementasi evaluasiImpelementasi evaluasi
Impelementasi evaluasi
 
Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran MatematikaProsedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prosedur Evaluasi Pembelajaran Matematika
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
 
3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawan3.vina serevina wawan gunawan
3.vina serevina wawan gunawan
 
Pengukuran, penilaian dan assesmen Mulyati
Pengukuran, penilaian dan assesmen MulyatiPengukuran, penilaian dan assesmen Mulyati
Pengukuran, penilaian dan assesmen Mulyati
 
Pengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasiPengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasi
 
Kriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen EvaluasiKriteria Instrumen Evaluasi
Kriteria Instrumen Evaluasi
 
Topik 1
Topik 1Topik 1
Topik 1
 
1. konsep pengukuran dan skala pengukuran
1. konsep pengukuran dan skala pengukuran1. konsep pengukuran dan skala pengukuran
1. konsep pengukuran dan skala pengukuran
 
Pengukuran, Penilaian dan evaluasi
Pengukuran, Penilaian dan evaluasiPengukuran, Penilaian dan evaluasi
Pengukuran, Penilaian dan evaluasi
 
Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan Evaluasi pendidikan
Evaluasi pendidikan
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
 
Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)
Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)
Perbedaan pengukuran tugas oktober(2)
 
Tes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUD
Tes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUDTes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUD
Tes pengukuran-evaluasi - Evaluasi Pembelajran di PAUD
 
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam PembelajaranModul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
Modul 1. Konsep Dasar Penilaian Dalam Pembelajaran
 
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
 
Evaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran linaEvaluasi pembelajaran lina
Evaluasi pembelajaran lina
 
Artikel kontribusi
Artikel kontribusiArtikel kontribusi
Artikel kontribusi
 
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi PembelajaranKonsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran
 

Similaire à OPTIMASI EVALUASI

Kelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptx
Kelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptxKelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptx
Kelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptxMiaAulia11
 
Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3AgniaLaksana
 
Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3AgniaLaksana
 
PDGK4301-M1.pdf
PDGK4301-M1.pdfPDGK4301-M1.pdf
PDGK4301-M1.pdfIksanAden
 
Evaluasi Belajar KB 1.pdf
Evaluasi Belajar KB 1.pdfEvaluasi Belajar KB 1.pdf
Evaluasi Belajar KB 1.pdftawakal17
 
Pengujian pengukuran penilaian
Pengujian pengukuran penilaianPengujian pengukuran penilaian
Pengujian pengukuran penilaianNoor Syazwanni
 
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan EvaluasiPengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan EvaluasiFitri Yusmaniah
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1LinaFitriany
 
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptxHeppy6
 
Bahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia diniBahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia diniMuhaimin Abu Faiz
 
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaranMakalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaranRiszki Alfiah Rahmah
 
Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran
Bahan Ajar Evaluasi PembelajaranBahan Ajar Evaluasi Pembelajaran
Bahan Ajar Evaluasi PembelajaranTiuridaIntika
 
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptxPROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptxNawazzZz
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 
Evaluasi, asesmen, dan pengukuran
Evaluasi, asesmen, dan pengukuranEvaluasi, asesmen, dan pengukuran
Evaluasi, asesmen, dan pengukuranekakurniasi
 
Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_amirafirda
 
Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran yuliartiramli
 

Similaire à OPTIMASI EVALUASI (20)

Kelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptx
Kelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptxKelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptx
Kelompok 1_PPT EVALUASI PEMBELAJARAN.pptx
 
Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3
 
Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3Paparan PPT Kelompok 3
Paparan PPT Kelompok 3
 
PDGK4301-M1.pdf
PDGK4301-M1.pdfPDGK4301-M1.pdf
PDGK4301-M1.pdf
 
Pdgk4301 m1
Pdgk4301 m1Pdgk4301 m1
Pdgk4301 m1
 
Evaluasi Belajar KB 1.pdf
Evaluasi Belajar KB 1.pdfEvaluasi Belajar KB 1.pdf
Evaluasi Belajar KB 1.pdf
 
Pengujian pengukuran penilaian
Pengujian pengukuran penilaianPengujian pengukuran penilaian
Pengujian pengukuran penilaian
 
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan EvaluasiPengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Tes dan Evaluasi
 
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
Daring modul 6 pedagogik kegiatan belajar 1
 
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
1. PENGERTIAN EVALUASI.pptx
 
Bahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia diniBahan 1 evaluasi anak usia dini
Bahan 1 evaluasi anak usia dini
 
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaranMakalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
 
Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran
Bahan Ajar Evaluasi PembelajaranBahan Ajar Evaluasi Pembelajaran
Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran
 
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptxPROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
pertemuan 7.pptx
pertemuan 7.pptxpertemuan 7.pptx
pertemuan 7.pptx
 
Evaluasi, asesmen, dan pengukuran
Evaluasi, asesmen, dan pengukuranEvaluasi, asesmen, dan pengukuran
Evaluasi, asesmen, dan pengukuran
 
Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_Evaluasi pembelajaran _makalah_
Evaluasi pembelajaran _makalah_
 
Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran
 
Konsep pentaksiran bmm
Konsep pentaksiran bmmKonsep pentaksiran bmm
Konsep pentaksiran bmm
 

OPTIMASI EVALUASI

  • 1. A. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan evaluasi dan selalu menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun, banyak orang belum memahami secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, dan penilaian bahkan masih banyak orang yang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut dengan suatu pengertian yang sama. Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur biasanya sudah termasuk didalamnya. Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan. B. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya lewat contoh berikut : 1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih sebaliknya. 2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli. Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita akan memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian yang manis. Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam contoh 1 diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang lebih panjang maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan “Yang ini pendek” lalu yang panjanglah yang kita ambil. Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai, maupun jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-bandingkan beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan dibeli.
  • 2. Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran, yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman. Langkah – langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai. Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi sebagai berikut : Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif. Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian C. Evaluasi dalam Pendidikan Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto, 2002). Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai. Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).
  • 3. D. Penilaian Dalam Pendidikan Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. E. Pengukuran dalam pendidikan Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran. Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif. F. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran
  • 4. Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif. Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian masing-masing : Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and Culture. Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice. Japan: Shizuoka University. Pengertian Non tes Teknik penilaian non tes berarti tehnik penilaian dengan tidak menggunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. Alat penilaian non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah angket (kuesioner), observasi, wawancara, sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya. Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek
  • 5. kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor. Jenis-jenis Instrument Non Tes Berikut ini adalah beberapa instrument yang tergolong ke dalam non tes yaitu: a. Kuesioner Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, quesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data atau inform. Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap. Tujuan Pengembangan Kuesionar (Angket) Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah : (1). Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran matematika. (2).Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu. (3). Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar. (4). Membantu anak yang lemah dalam belajar. (5).Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran matematika. Jenis-jenis kuesioner (menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010) 1. Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu: Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll. Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses belajar mengajar. Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta. Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai. 2. Kuesioner dari jenisnya dapat dibedakan atas 3 yaitu :
  • 6. Tertutup, kuesioner yang alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantara alternative yang telah disediakan. Terbuka, kuesioner ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam bahasa sendiri Tertutup dan terbuka, kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative, diberi juga kesempatan keoada siswa/mahasiswa untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan. 3. Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2, yaitu : Kuesioner langsung, yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya. Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya). 4. Kuesioner dari sisi bagaimana kuesioner itu diadministrasikan pada responden dapat dibedakan atas 2, yaitu : Kuesioner yang dikirimkan (Mail Questionaire) Kuesioner yang dapat dibagikan langsung pada responden. Kelebihan dan Kekurangan Angket Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi, diantaranya yaitu: (1). Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat. (2). Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama (3). Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan Sedangkan kelemahan angket, antara lain: (1). Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali (2). Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail. (3). Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya. Langkah-langkah Pengembangan Angket Adapun cara penyusunan atau pengembangan angket adalah sebagai berikut: (1). Merumuskan tujuan
  • 7. (2). Merumuskan kegiatan (3). Menyusun langkah-langkah (4). Menyusun kisi-kisi (5). Menyusun panduan angket (6). Menyusun alat penilaian b. Pengamatan (observation) Pengamatan observasi adalah suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkahlaku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi yang dapat menilai atau mengukur hasil belajar adalah tingkah laku para siswa ketika guru sedang mengajar. Tujuan Pengembangan Observasi Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk: a) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa. b) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok. c) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data. Jenis-jenis Observasi Observasi atau pengamatan dapat dilakukan dalam berbagai cara. Berdasarkan cara dan tujuan, onservasi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: 1) Observasi partisipatif dan nonpartisipatif Observasi partisipatif adalah yaitu observasi yang dilakuakan oleh pengamat diamna pengamat sendiri memasuki atau mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain. 2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
  • 8. Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga. 3) Observasi experimental, yaitu observasi yang dilakukan dalan situasi yang dibuat atau dirancang oleh observer. Kelebihan dan Kekurangan Observasi Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: (1). Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak. (2). Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting (3). Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket. (4). Observer tidak perlu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran. Sedangkan kelemahan dari observasi adalah: (1). Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. (2). Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang. (3). Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya. Langkah-langkah Pengembangan Observasi 1. Merumuskan tujuan 2. Merumuskan kegiatan 3. Menyusun langkah-langkah 4. Menyusun kisi-kisi 5. Menyusun panduan observasi 6. Menyusun alat penilaian
  • 9. PENGERTIAN TES, JENIS- JENIS TES, 16 DEC DAN KRITERIA SUATU INSTRUMEN TES YANG BAIK Penilaian pendidikan bukanlah semata-mata penilaian hasil belajar, tetapi mencangkup aspek yang lebih luas yaitu input/komponen, proses, produk dan program pendidikan. Untuk dapat menilai aspek-aspek tersebut dengan komponen-komponen yang menyertainya, maka instrumen-instrumen penilaian pendidikan yang digunakan harus terkait dengan aspek yang dinilai dan tujuan pada masing-masing aspek tersebut. Secara garis besar instrumen evaluasi dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu tes dan non tes. Perbedaan yang prinsip antara tes dan non tes, terletak pada jawaban yang diberikan. Dalam suatu tes hanya ada kemungkinan benar atau salah, sedangkan untuk non tes tidak ada jawaban benar atau salah, semuanya tergantung kepada keadaan seseorang. Selanjutnya akan diuraikan lebih rinci mengenai tes sebagai sebagai alat evaluasi hasil belajar. A. Pengertian Tes Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa. B. Jenis-Jenis Tes 1. Dari segi bentuk pelaksanaannya a. Tes Tertulis ( paper and pencil test) Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer.
  • 10. b. Tes Lisan ( oral test) Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. c. Tes Perbuatan (performance test) Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik. 2. Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya a. Tes Essay (uraian) Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri. b. Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ; Tes Betul-Salah (TrueFalse) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice) Tes Menjodohkan (Matching) Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis) 3. Dari segi fungsi tes di sekolah a. Tes Formatif Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah : Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap unit pembelajaran. Merupakan penguatan bagi peserta didik. Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
  • 11. Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum dikuasainya. b. Tes Summatif Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada tengah atau akhir semester. c. Tes Penempatan Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar. d. Tes Diagnostik Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya. C. Ciri-ciri Tes Yang Baik Sebuah tes dikatakan baik jika memenuhi persyaratan: 1. Bersifat valid atau memiliki validitas yang cukup tinggi. Suatu tes dikatakan valid bila tes itu isinya dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur, artinya alat ukur yang digunakan tepat 2. Bersifat reliable, atau memiliki reliabelitas yang baik. Reliabelitas sering diartikan dengan keterandalan. Suatu tes dikatakan relliabel jika tes itu diberikan berulang-ulang memberikan hasil yang sama. 3. Bersifat praktis atau memiliki kepraktisan. Tes memiliki sifat kepraktisan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan tes dan memiliki nilai ekonomi tetapi harus tetap mempertimbangkan kerahasiaan tes. Namun syarat minimum yang harus dimiliki oleh sebuah tes yang baik adalah valid dan reliable. D. Langkah-langkah Pengembangan Tes Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu: 1) Pengembangan spesifikasi tes Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
  • 12. a) Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur. b) Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes. c) Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan. d) Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut e) Merencanakan banyak soal f) Merencanakan jadwal penerbitan soal 2) Penulisan soal 3) Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir- butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis. 4) Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan. 5) Penganalisisan hasil uji coba. 6) Pengadministrasian soal E. Menganalisis Tes Menganalisis instrument (alat evaluasi) bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan atau yang akan digunakan sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, tepat mengukur sesuatu sesuai tujuan yang telah dirumuskan. Sebuah instrument dikatakan baik jika memenuhi syarat validitas, reliabelitas dan bersifat praktis. 1. Validitas Tes Suatu tes dikatakan valid jika tes itu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Valid disebut juga sahih, terandalkan atau tepat. Tes hasil belajar yang valid, harus dapat menggambarkan hasil belajar yang di ukur
  • 13. Macam-macam validitas 1). Validitas isi (content validity) Validitas isi sering juga disebut validitas logis atau validitas rasional. Validitas isi dapat dianalisis dengan bantuan kisi-kisi tes dan pedoman penelaahan butir soal. Penelaahan butir soal secara umum ditinjau dari tiga aspek yaitu: 1. 1. Aspek materi 2. Aspek bahasa 3. Aspek konstruksi 2). Validitas ramalan (predictive validity) Suatu tes dikatakan memiliki validitas ramalan, apabila hasil pengukuran yang dilakukan dengan tes itu dapat digunakan untuk meramalkan, atau tes itu mempunyai daya prediksi yang cukup kuat. Untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki validitas ramalan dapat dilakukan dengan mengkorelasikan tes hasil belajar yang sedang diuji dengan kriterium yang ada. 3) Validitas bandingan (concurent validity) Suatu tes dikatakan memiliki validitas concurrent, apabila tes tersebut mempunyai kesesuaian dengan hasil pengukuran lain yang dilaksanakan saat itu. Misalnya, membandingkan hasil tes dari soal yang sedang dicari validitasnya dengan hasil tes dari soal standar. Jika terdapat korelasi yang positif antara kedua tes tersbut, berarti soal tes yang dibuat mempunyai validitas concurrent. 4).Construct validity (validitas konstruk) Validitas konstruk artinya butir-butir soal dalam tes tersebut membangun setiap aspek berpikir seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Penganalisisan validitas ini dapat dilakukan dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek berpikir yang dikehendaki diungkapkan oleh tujuan pembelajaran, yaitu melalui penelaahan butir-butir soal. Meski terdapat beberapa jenis validitas, dalam periode terakhir validitas dianggap sebagai suatu konsep utuh, tidak dipilah-pilah sebagai jenis validitas. o Cara menentukan validitas instrumen
  • 14. Validitas instrument dapat diketahui dengan mencari korelasi hasil instrument dengan dengan kriterium atau melakukan analisis butir. Apabila data yang digunakan adalah data interval maka dapat digunakan rumus Product Moment Korelasi, sebagai berikut : v Rumus Angka Kasar Keterangan : = Koefisien korelasi antara instrument X dan instrument Y v Rumus untuk skor deviasi Kriteria- kriteria hasil validitas : Antara sangat tinggi Antara tinggi Antara cukup Antara rendah Antara sangat rendah (Yusuf, 2005:75). o Cara menentukan validitas tiap butir soal Tinggi rendahnya validitas soal secara keseluruhan berhubungan dengan validitas tiap butir soal. Validitas butir soal dapat dicari dalam hubungannya dengan skor total tiap individu yang ikut serta dalam evaluasi. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut : 1. Skor suatu instrument dengan baik dan teliti
  • 15. Untuk individu yang benar diberi angka 1, sedangkan yang salah diberi angka nol. 2. Jumlahkan skor total untuk tiap individu. 3. Gunakan rumus product moment correlation atau korelasi biserial. 2. Reliabilitas Suatu alat ukur dikatakan reliabel, apabila alat ukur itu dicobakan kepada objek yang sama secara berulang-ulang maka hasilnya akan tetap sama, konsisten, stabil atau relatif sama. o Faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas a. Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya pembeda yang kuat. b. Panjang/pendeknya suatu instrumen c. Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas d. Ketidaktepatan waktu yang diberikan e. Kemampuan yang ada dalam kelompok f. Luas/tidaknya sampel yang diambil. o Teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar a. Bentuk objektif 1) Metode Belah dua Dalam pelaksanaanya,seorang penilai hanya melakukan ujian satu kali terhadap sejumlah peserta, sehingga tidak ada pengaruh dari instrumen yang terdahulu. Jumlah butir soal yang diberikan harus genap sehingga dapat dibagi dua dan tiap kelompok mempunyai jumlah butir yang sama. Koefisien reliabilitas akan menunjukkan internal konsistensi dari pada butir soal dalam keseluruhan instrumen. Cara membelah dua instrumen tersebut dapat dilakukan dengan cara nomor genap dan ganjil, awal dan akhir. Untuk menentukan reliabilitas kedua bagian instrumen tersebut dapat digunakan Product Moment Coorelation, sedangkan untuk mencari reliabilitas keseluruhan instrumen dapat digunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut : Keterangan : : koefisien reliabilitas r : korelasi antara bagian instrumen
  • 16. 2) Metode Ulangan Pelaksanaannya dilakukan dua kali kepada sejumlah subjek yang sama, dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas metode ulangan ini untuk melihat bagaimana stabilnya skor setiap individu apabila dilakukan pengujian dalam waktu yang berbeda, dengan kondisi dan perlengkapan yang sama/ hampir bersamaan. Rumus yang digunakan untuk menentukan metode ulangan ini adalah Product Moment Correlation. 3) Metode Bentuk Paralel Bentuk ini dapat digunakan untuk memperkirakan reliabilitas dari semua tipe, tetapi koefisien yang dihasilkan hanya menggambarkan ekivalensi antara kedua instrumen. Tidak akan menunjukkan ekivalensi dalam kesukaran butir dan isi. Kedua bentuk instrumen yang diberikan mengukura hal yang sama, dengan memiliki tingkat kesukaran yang sama, pengetahuan dan keterangpilan yang sama dengan sistematika yang tidak berbeda antara kedua bentuk instrumen tersebut, tetapi dalam bentuk pertanyaan yang berbeda. Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen dalam bentuk paralel ini adalah product moment correlation dan Rank order correlation. b. Bentuk essay Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas tes berbentuk uraian dinamakan rumus Alpha, yaitu : Dimana: : Koefisien reliabilitas tes n : banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes : Jumlah variansi skor dari tiap-tiap butir item :Variansitotal Interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut: 0,80 < r11 £ 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 £ 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < r11 £ 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < r11 £ 0,40 reliabilitas rendah 0,00 < r11 £ 0,20 reliabilitas sangat rendah Nilai r yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa soal tes reliabel.
  • 17. 3. Analisis soal tes Untuk mendapatkan kualitas soal yang baik, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang bodoh. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indek diskriminan. Untuk menentukan daya pembeda soal dapat dilakukan seperti yang dikemukakan oleh Prawironegoro (1985:11): Terlebih dahulu dicari degress of freedom (df) dengan rumus: df = (nt – 1) + (nr – 1) dimana: nt = nr = 27% x N kemudian digunakan rumus: dimana: Ip = daya pembeda soal Mt = rata-rata skor dari kelompok tinggi Mr = rata-rata skor dari kelompok rendah = jumlah kuadrat deviasi skor kelompok tinggi = jumlah kuadrat deviasi skor kelompok rendah n = 27% x N N = banyak pengikut tes Soal mempunyai daya pembeda yang berarti (signifikan) jika Ip hitung ³ Ip tabel pada derajat kebebasan yang sudah ditentukan. 2) Indek kesukaran. Agar tes dapat digunakan secara luas, setiap soal harus diselidiki tingkat kesukarannya yaitu apakah soal tersebut termasuk soal yang mudah, sedang atau sukar. Untuk menentukan indek kesukaran digunakan rumus yang dikemukakan Prawironegoro (1985:14) yaitu: dimana:
  • 18. Ik = indeks kesukaran Dt = jumlah skor dari kelompok tinggi Dr = jumlah skor dari kelompok rendah m = skor setiap soal jika benar n = 27% x N N = banyak pengikut tes Soal dinyatakan sukar, jika 0% £ Ik < 27% sedang, jika 27% £ Ik £ 73% mudah, jika Ik > 73% 3) Penerimaan soal Setiap soal yang telah dianalisa perlu diklasifikasikan menjadi soal yang tetap dipakai, direvisi atau dibuang. Menurut Prawironegoro (1985:16) tentang klasifikasi soal: a) Soal yang baik akan tetap dipakai jika Ip signifikan dan 0% < Ik £ 100%. b) Soal diperbaiki jika: i. Ip signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%. ii. Ip tidak signifikan dan 0% < Ik < 100%. c) Soal diganti jika Ip tidak signifikan dan Ik = 100% atau Ik = 0%.