2. Perairan darat
Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di
darat.
Bentuk perairan yang terdapat di darat meliputi mata air, air yang
mengalir di permukaan bergerak menuju ke daerah-daerah yang
lebih rendah membentuk sungai, danau, rawa dan lain-lain yang
memiliki suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai
(DAS).
3. Jenis - jenis perairan darat
1. Danau
Danau adalah sebuah cekungan di muka bumi dimana jumlah air
yang masuk lebih besar dari air yang keluar.
Air yang menggenangi danau berasal dari mata air, air tanah, air
sungai yang berpelepasan atau bermuara di danau tersebut atau
bisa juga berasal dari air hujan.
Berdasarkan proses kejadiannya, danau dibedakan menjadi
6 macam, yaitu :
1) Danau Tektonik, yaitu danau yang terjadi akibat adanya
peristiwa tektonik seperti gempa.
2) Danau Vulkanik atau danau Kawah, yaitu danau yang
terdapat pada kawah lubang bekas letusan gunung berapi.
4. 3) Danau Vulkanik atau danau Kawah, yaitu danau yang terdapat
pada kawah lubang kepunden bekas letusan gunung berapi.
4) Danau Karst. Danau jenis ini disebut juga Doline, yaitu danau
yang terdapat di daerah berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi
akibat adanya erosi atau pelarutan batu kapur.
5) Danau Glasial, danau yang terjadi karena adanya erosi gletser.
Pencairan es akibat erosi mengisi cekungan-cekungan yang
dilewati sehingga terbentuk danau.
6) Waduk atau Bendungan, adalah danau yang sengaja dibuat oleh
manusia. Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan
kepentingan pengadaan listrik tenaga air, perikanan, pertanian
dan rekreasi.
6. Rawa/paya-paya adalah daerah rendah yang selalu tergenang air.
Air yang menggenangi rawa bisa berupa air hujan, air sungai
ataupun dari mata air tanah.
Ada 2 jenis rawa, yaitu :
1) Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian
Rawa ini tidak memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya
selalu tergenang. Ciri-ciri :
Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk
mengairi tanaman dan tidak dapat dijadikan air minum. Kadar
keasaman air (pH) mencapai 4,5.
Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme (hewan
maupun tumbuh-tumbuhan) yang hidup.
Pada bagian dasar rawa umumnya tertutup gambut yang tebal.
7. 2) Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian
Rawa jenis ini memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya
berganti. Ciri-ciri :
Airnya tidak terlalu asam.
Banyak organisme yang hidup seperti cacing tanah, ikan serta
tumbuh-tumbuhan rawa seperti eceng gondok, pohon rumbia
dan lain-lain.
Dapat diolah menjadi lahan pertanian.
8. Keberadaan rawa banyak manfaatnya bagi kehidupan kita, manfaat
rawa bagi kehidupan kita antara lain :
Tumbuhan rawa seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan
baku pembuatan biogas dan barang-barang kerajinan anyaman
seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain.
Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut.
Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat.
Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.
9. 3. Air Tanah
Macam – macam air tanah :
1. Menurut letaknya
1) Air tanah permukaan (freatik), adalah air tanah yang
terdapat di atas lapisan tanah/batuan yang tidak tembus
air (impermeable).
Air yang ada di sumur-sumur, sungai, danau dan rawa
termasuk jenis ini.
2) Air tanah dalam, adalah air tanah yang terdapat di bawah
lapisan tanah/batuan yang tidak tembus air
(impermeable).
Untuk memperoleh air tanah jenis ini harus dilakukan
pengeboran. Sumur bor atau artesis merupakan salah
satu contoh sumur yang airnya berasal dari air tanah
dalam.
10. 2. Menurut asalnya
1) Air tanah yang berasal dari atmosfer disebut meteoric
water, yaitu air tanah berasal dari hujan dan pencairan
salju.
2) Air tanah yang berasal dari dalam bumi misalnya air tanah
turbir (yaitu air tanah yang tersimpan di dalam batuan
sedimen) dan air tanah juvenil yaitu air tanah yang naik
dari magma bila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air
panas.
11. Ada 4 wilayah air tanah yaitu :
1. Wilayah yang masih terpengaruh udara
Pada bagian teratas dari permukaan bumi terdapat lapisan tanah yang
mengandung air. Karena pengaruh gaya berat (gravitasi), air di wilayah ini
akan bebas bergerak ke bawah. Tumbuh-tumbuhan memanfaatkan air
pada lapisan ini untuk menopang kelangsungan hidupnya.
2. Wilayah jenuh air
Wilayah inilah yang disebut dengan wilayah kedalaman sumur. Kedalaman
wilayah ini tergantung pada topografi, jenis tanah dan musim.
3. Wilayah kapiler udara
Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara
dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilerisasi
(perembesan naik) dari wilayah jenuh air.
4. Wilayah air dalam
Wilayah ini berisikan air yang terdapat di bawah tanah/batuan yang tidak
tembus air.
12.
13. 4. Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan
menuju dan bermuara di laut, danau atau sungai yang lebih besar.
Jenis sungai berdasarkan pola alirannya :
1. Pola radial sentripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah
gunung berapi, yang pola alirannya ke pusat depresi.
2. Pola radial sentrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung
berapi yang baru mencapai stadium muda dan pola alirannya
menuruni lereng-lereng pegunungan.
3. Pola aliran dendritik, yaitu pola aliran berbentuk seperti pohon.
Pola aliran ini terdiri dari sebuah aliran sungai induk dengan
anak-anak sungainya.
14. 4. Pola trelis, adalah pola aliran yang terbentuk seperti tralis.
Disini sungai mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan
antiklinal dan sinklinal yang paralel.
5. Pola rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada
daerah yang mempunyai struktur patahan, baiknya berupa
patahan sesungguhnya atau retakan. Pola ini merupakan
pola aliran siku-siku.
6. Pola anular, adalah variasi dari radial. Terdapat pada suatu
dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa.
7. Pola pinnate, adalah aliran sungai yang mana muara anak
sungai membentuk sudut lancip dengan sungai induk.
Sungai ini biasanya terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
15.
16.
17. DAS (daerah aliran sungai)
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi
punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh
pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung
tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke
sungai utama.
18.
19. Penyebab Kerusakan Daerah DAS
Pembabatan hutan pada daerah hulu sungai.
Erosi tanah di sekitar wilayah DAS.
Pembangunan pemukiman warga.
20. Upaya Pelestarian DAS
Melakukan rehalibitasi lahan terlantar atau lahan yang masih
produktif.
Melakukan perlindungan terhadap lahan yang sensitif terhapa
erosi atau longsor.
Melakukan peningkatan atau pengembangan sumber daya air.
Menggunakan lahan yang kosong untuk pertanian.
Mengembangbiakan ikan-ikan yang ada pada muara sungai.