1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk dicapai, salah
satu tujuan tersebut adalah untuk mendapatkan laba yang tinggi dengan
meminimalkan
pengeluaran
biaya-biaya
yang
terjadi
dalam
proses
untuk
mendapatkan bahan baku maupun proses lainnya. Karena itulah proses penetapan
tujuan
membutuhkan
kemampuan
manajemen,
yaitu
dalam
mengelola
perusahaan. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva
lancar yang relatif besar di neraca dan sebagian aktivitas utama perusahaan
berhubungan dengan persediaan.
Metode penetapan persediaan dan biaya bahan baku merupakan serangkaian
sistem atau kebijakan dan pengendalian untuk memantau dan memonitor jumlah dan
tingkat persediaan serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan persediaan
bahan baku agar bisa menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan
persediaan harus tersedia dan berapa besar order yang harus dilakukan. Tujuan dari
metode ini yaitu untuk menetapkan dan menjamin tersedianya bahan baku yang tepat,
dalam kuantitas yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula.
Metode penetapan persediaan merupakan suatu cara yang dilakukan untuk
memantau, memonitor dan menetapkan tingkat kebutuhan bahan baku suatu
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Karena itu persediaan merupakan salah satu
masalah fenomenal yang bersifat fundamental terutama bagi perusahaan penyedia
1
2. bahan karena sumber pendapatan perusahaan tersebut berasal dari bahan baku itu
sendiri.
Metode merupakan suatu cara yang diterapkan perusahaan yaitu dalam
mendapatkan dan menetapkan bahan baku yang akan disimpang dalam gudang.
Metode persediaan bisa diartikan sebagai serangkaian cara, kebijakan dan
pengendalian yang memantau dan memonitor jumlah dan tingkat persediaan agar bisa
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus tersedia
dan berapa besar order yang harus dilakukan. Tujuan dari metode persediaan ini yaitu
untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya alam (bahan baku) yang
tepat, dalam kuantitas yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Ada alasan dasar
diperlukannya persediaan yaitu, secara fisik sangat kecil kemungkinan untuk
menghadirkan suatu barang seketika pada saat dibutuhkan. Secara ringkas atau dalam
arti kata lain, metode dan model persediaan bertujuan untuk meminimalkan biaya
total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal
(optimal order point).
Persediaan dapat diartikan sebagai stock barang yang akan dijual atau digunakan
pada periode waktu tertentu. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan
pada sebuah risiko, tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya. Persediaan
bisa muncul secara sengaja maupun tidak sengaja, maksudnya sengaja karena adanya
perencanaan untuk mengadakan persediaan, sedangkan tidak sengaja jika persediaan
ada karena barang tidak terjual akibat rendahnya jumlah permintaan.
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal dan penting pada sebuah
perusahaan baik perusahaan jasa maupun perusahaan dagang. Perusahaan harus fokus
2
3. terhadap metode penetapan persediaan karena persediaan merupakan salah satu
bagian yang menyerap investasi terbesar. Nilai invesatasi perusahaan dalam bentuk
barang persediaan besarnya bervariasi antara 25%-35% dari nilai seluruh aset
(Indrajit dan Djokopranoto, 2003) dalam (Henmaidi dan Suci Hidayati). Perusahaan
harus bisa mencapai titik balance (seimbang) antara investasi persediaan dan tingkat
pelayanan konsumen. Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam
penetapan keunggulan kompetatif jangka panjang.
Kekurangan persediaan dapat berakibat terhentinya proses produksi, dan ini
menunjukkan persediaan termasuk masalah yang cukup krusial dalam operasional
perusahaan. Terlalu besarnya persediaan atau banyaknya persediaan (over stock)
dapat berakibat terlalu tingginya beban biaya guna menyimpan dan memelihara
bahan baku selama penyimpanan di gudang padahal bahan baku tersebut masih
mempunyai “opportunity cost” (dana yang bisa ditanamkan / diinvestasikan pada hal
yang lebih menguntungkan). Sasaran dari perusahaan sebenarnya bukan untuk
mengurangi atau meningkatkan inventory (persediaan), tetapi untuk memaksimalkan
keuntungan.
Biaya merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting dalam analisis
strategic perusahaan. Proses penentuan dan analisis biaya pada perusahaan dapat
mengambarkan suatu kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Pada dasarnya
masalah yang sering timbul dalam suatu perusahaan adalah perencanaan biaya oleh
suatu perusahaan tidak sesuai dengan apa yang terjadi sesungguhnya (realisasi biaya).
Oleh sebab itu untuk dapat mencapai laba yang maksimun, maka diperlukan suatu
pengendalian dan pengontrolan terhadap biaya bahan baku yang akan dikeluarkan.
3
4. Pengendalian biaya bahan baku merupakan penggunaan utama dari akuntansi untuk
menganalisis biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan baku yang
diperlukan oleh perusahaan.
Pada umumnya suatu perusahaan memiliki target atau tujuan untuk dicapai, salah
satu tujuan tersebut adalah untuk mendapatkan laba yang tinggi dengan
meminimalkan pengeluaran biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi. Laba
atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai kinerja suatu perusahaan.
Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.
Biaya merupakan salah satu sumber informasi yang paling penting dalam analisis
strategik perusahaan. Proses penentuan dan analisis biaya pada perusahaan dapat
menggambarkan suatu kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Pada
dasarnya masalah yang sering timbul dalam suatu perusahaan adalah perencanaan
biaya oleh suatu perusahaan tidak sesuai dengan apa yang terjadi sesungguhnya
(realisasi biaya). Oleh sebab itu untuk dapat mencapai produksi yang efisien, maka
diperlukan suatu pengendalian terhadap biaya produksi yang akan dikeluarkan.
Pengendalian biaya produksi merupakan penggunaan utama dari akuntansi dan
analisis biaya produksi. Komponen biaya utama yaitu upah, bahan baku dan overhead
pabrik perlu dipisahkan menurut jenis biaya dan juga menurut pertanggungjawaban.
Pengendalian terhadap biaya dapat diukur dengan tingkat efisiensi biaya yang
dianggarkan dengan biaya sesungguhnya. Efisiensi biaya dapat diukur dengan
cara membandingkan antara biaya sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan
selanjutnya disebut biaya standar (Carter Usry, 2006 : 12). Dalam hal ini biaya
4
5. standar yang telah ditetapkan perusahaan akan dibandingkan dengan biaya realisasi
(biaya sesungguhnya yang terjadi) selama proses produksi.
Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Menurut Ibnu Subiyanto (1993 : 39) bahan langsung adalah
bahan yang digunakan untuk produksi yang dapat diidentifikasikan dengan produk,
mudah ditelusur ke produk, dan merupakan biaya yang besar atas produk. Dalam
suatu kegiatan produksi perusahaan harus dapat mempertimbangkan biaya yang
terdapat didalamnya salah satunya adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku harus
dapat diefisienkan agar tidak terjadi pemborosan dalam penggunaan bahan baku, cara
yang digunakan yaitu dengan analisis selisih biaya bahan baku. Menurut Abdul
Halim (2010 : 278) “Analisa selisih biaya bahan baku adalah selisih biaya bahan baku
yang disebabkan oleh adanya biaya bahan baku standar dengan biaya bahan baku
yang sesungguhnya”. Efisiensi biaya bahan baku dapat diketahui dengan cara
membandingkan antara hasil dari analisis selisih biaya bahan baku biaya dengan
bahan baku sesungguhnya.
Biaya bahan baku merupakan salah satu elemen yang paling penting dari biaya
produksi. Masalah yang dihadapi manajemen berhubungan dengan bahan yaitu
keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan ekspor,
sedangkan persediaan bahan yang terlalu berlebihan berarti suatu pemborosan modal
kerja yang tertanam di dalam persediaan bahan baku yang ada alam perusahaan.
Bahan baku adalah bahan mentah dasar yang akan diolah menjadi barang jadi. Jadi,
biaya bahan baku ada yang bersifat langsung ataupun tidak langsung.
5
6. 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian
latar
belakang
diatas,
permasalahan
yang
penulis
identifikasikan adalah sebagai berikut :
a. Standar kualitas dan kuantitas bahan baku yang kurang terpenuhi pada musimmusim tertentu karena kualitas dan kuantitas bahan baku dipengaruhi oleh
keadaan cuaca.
b. Fluktuasi harga pasar mengakibatkan harga bahan baku tidak stabil sehingga
terjadi selisih antara harga bahan baku standar dengan harga bahan baku
sesungguhnya.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas tentang Analisis Metode Penetapan Persediaan
Terhadap Biaya Bahan Baku maka permasalahan yang dirumuskan adalah :
1. Bagaimanakah metode pencatatan persediaan bahan baku?
2. Berapa tingkat persediaan pengaman yang harus dilakukan oleh perusahaan dan
kapan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan kembali?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat dirumuskan tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan sistem pengadaan bahan baku yang terdapat dalam
perusahaan.
6
7. 2. Menganalisis pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan diperusahaan
melalui perbandingan pengendalian persediaan bahan baku dengan metode EOQ.
1.5 Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai masukan
terhadap manajemen perusahaan terutama dalam sistem pengadaan bahan baku.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dan informasi bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
7
8. BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Metode Penetapan Persediaan
2.1.1 Pengertian persediaan
Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun manufaktur, selalu
memerlukan persediaan. Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barangbarang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses
produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi (Rangkuti, 2004). Pengertian persediaan menurut
Soemarso (2005) yaitu pengertian persediaan barang dagang (merchandise inventory)
adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Berdasarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 (2009) persediaan adalah
aset tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, dalam proses produksi untuk
penjualan tersebut atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Persediaan adalah aset perusahaan untuk dijual dalam kegiatan usaha normal,
atau barang yang akan digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang
yang akan dijual. Persediaan merupakan aset lancar terbesar bagi perusahaan dagang
dan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur (Kieso, Weygandt dan Warfield,
2007).
8
9. Menurut Kieso et al,(2007), perusahaan dagang pada umumnya membeli
barang jadi yang siap untuk dijual kembali dan dicatat sebagai persediaan barang
dagangan, sedangkan perusahaan manufaktur mengklasifikasikan barang kedalam
tiga akun yaitu akun bahan baku (raw materials), akun barang dalam proses (work in
process) dan akun barang jadi (finished goods).
Menurut Warren Reeve (2007), persediaan juga didefinisikan sebagai aktiva
yang terjadi untuk dibeli dalam kegiatan usaha normal dan proses produksi yang
kemudian dijual kembali. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang atau perusahaan
manufaktur, persediaan seringkali merupakan bagian yang sangat besar dari
keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Persediaan juga merupakan
aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh
persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang
berfluktuasi. Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya
operasi pada perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang.
Menurut Sofjan Assauri (2008:237) mengenai pengertian dari persediaan
adalah :
Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan dan
bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses
produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi
permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu.
Adapun pengertian persediaan menurut Maman Ukas (2006:389) menyatakan
bahwa “persediaan adalah supply bahan baku, bahan setengah jadi atau barang dalam
9
10. proses dan barang jadi bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan agar bisa
memenuhi kebutuhan operasinya”
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:14.1) menyatakan
bahwa persediaan adalah aset :
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dalam perusahaan industri atau manufaktur terdapat beberapa jenis
persediaan yang masing-masing memberikan pengertian yang berbeda. Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas maka yang dimaksud dengan persediaan adalah barang atau
bahan, bagian yang disediakan, bahan-bahan dalam proses, serta barang jadi atau
produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan kosumen atau pelanggan setiap
waktu yang disimpang dan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional
perusahaan.
2.1.2 Jenis Persediaan
Menurut Zulia Yamit (2003:3) menyatakan “ persediaan terdiri dari :
persediaan alat-alat kantor (supplies), persediaan bahan baku (raw material),
persediaan barang dalam proses (in-process goods) dan persediaan barang jadi
(finished goods)”.
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2008:240-242), persediaan itu dapat pula
dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut didalam
urutan pengerjaan produk, yaitu:
10
11. 1. Persediaan bahan baku (Raw Materials Stock), yaitu persediaan barangbarang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana
dapat diperolehdari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau
perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang
menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased
part/komponents stock), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri atas
parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan
(supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam proses produksi atau yang dipergunakan dalam
bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen
dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process/progress stock), yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari
tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah
menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudiaan
menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods stock), yaitu persediaan barangbarang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk
dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Pendapat diatas sejalan dengan pendapat Freddy Rangkuti (2007:14-15)
menyatakan bahwa ada lima jenis persediaan yaitu:
1. Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan barang-barang
berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain yang
digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components),
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari perusahaan lain yang
secara langsung dapat dirakit menjadi produk.
3. Persediaan bahan baku pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses
produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu
diproses lebih lanjut menjadi barang yang siap digunakan.
5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pebrik dan siap dijual atau
dikirim kepada pelangan.
11
12. Gambar 2.1
Memperlihatkan berbagai keadaan persediaan dan fungsi selanjutnya.
Keadaan
Persediaan
Fungsi Selanjutnya
Barang jadi
Dijual
(Finished goods)
Alat-alat
(Supplies)
Idle
Barang dalam
Tidak lengkap
Digunakan
Bahan baku
(Raw Materials)
Ditransformasika
(In-process goods)
Sumber : Zulian Yamit (2008 : 4)
Gambar 2.1
Persediaan dan Fungsi Selanjutnya
2.1.3 Fungsi Persediaan
Persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambahkan fleksibilitas
operasi perusahaan. Fungsi persediaan menurut Rangkuti (2007), yaitu:
1) Fungsi Decuopling, untuk membantu perusahaan agar bisa memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.
2) Fungsi Economic Lot Sizing, persediaan ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan (potongan pembelian, biaya pengangkutan per
unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian
12
13. dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang
timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan
sebagainya)
3) Fungsi antisipasi, untuk mengantisipasi dan mengadakan permintaan musiman
(seasonal inventories), menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman
dan untuk menyediakan persediaan pengamanan (safety stock)
Selain fungsi fungsi di atas, Menurut Herjanto ( 1997 ) dan Priyanto (2007)
terdapat enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi
kebutuhan perusahaan, antara lain :
a) Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang
yang dibutuhkan perusahaan.
b) Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
c) Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
d) Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga
perusahaan tidak akan kesulitan bila bahan tersebut tidak tersedia di pasaran.
e) Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas
(Quantity discoun )
f) Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersedianya bahan yang
diperlukan.
13
14. 2.1.4 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Mulyadi (2010), ada dua metode yang dapat digunakan uuntuk
mencatat persediaan yaitu:
1.
Metode mutasi persediaan (Perpetual Inventory Method)
Metode ini cocok untuk digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam
perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok
pesanan. Setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu persediaan, baik itu
penambahan persediaan dari pembelian ataupun berkurangnya persediaan karena
terjadi penjualan, dengan demikian akun persediaan akan selalu menunjukkan nilai
persediaan pada setiap saat. Pencatatan secara perpetual berguna untuk menyediakan
laporan bulanan ataupun laporan interim, dimana perusahaan dapat langsung
menentukan jumlah dan harga pokok persediaan yang dimilikinya tanpa harus
menghitung persediaan fisik terlebih dahulu.
a.
Transaksi pembelian kredit
Persediaan barang dagang
XXX
Hutang dagang
b.
XXX
Transaksi pembelian tunai
Persediaan barang dagang
XXX
Kas
XXX
14
15. c.
Transaksi penjualan kredit
Piutang dagang
XXX
Penjualan
XXX
Harga pokok persediaan
XXX
Persediaan barang dagang
d.
XXX
Transaksi penjualan tunai
Kas
XXX
Penjualan
XXX
Harga pokok persediaan
XXX
Persediaan barang dagang
XXX
2. Metode persediaan fisik (Physical inventory Method)
Metode ini cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam
perusahaan yang harga pokoknya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses.
Dalam metode ini, perusahaan hanya mencatat penambahan persediaan dari
pembelian saja, sedangkan berkurangnya persediaan karena penjualan tidak dicatat
dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui harga pokok barang yang dijual,
perusahaan harus menghitung sisa fisik persediaan di gudang.
a. Transaksi pembelian kredit
Pembeliaan
XXX
Hutang dagang
XXX
b. Transaksi pembelian tunai
Pembeliaan
XXX
Kas
XXX
15
16. c. Transaksi penjualan kredit
Piutang dagang
XXX
Penjualan
XXX
d. Transaksi penjualan tunai
Kas
XXX
Penjualan
XXX
e. Jurnal penyesuaian
Harga pokok persediaan
XXX
Persediaan barang dagang
XXX
2.1.5 Metode Penilaian Persediaan
Menurut Kieso et al, (2007), metode identifikasi khusus yaitu mengidentifikasi
masing-masing barang yang dijual dan masing-masing barang yang tersedia untuk
dijual. Metode ini hanya digunakan dalam praktik apabila masing-masing persediaan
dapat diidentifikasi secara khusus dan dapat dipisahkan untuk setiap pembelian. Oleh
karena itu, banyak perusahaan hanya menerapkan metode ini pada persediaan yang
jumlahnya relatif sedikit. Dalam metode identifikasi khusus, arus biaya harus sesuai
dengan arus barang dan untuk mengatasi kesulitan dalam metode ini, digunakanlah
metode yang arus biaya tidak perlu sesuai dengan arus barang.
Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2007), untuk mengatasi kesulitan dalam
metode identifikasi khusus, perusahaan umumnya menggunakan metode di bawah ini
dalam mencatat persediaan. Metode tersebut adalah:
16
17. 1.
Metode rata-rata tertimbang (weighted average method)
Dalam metode rata-rata tertimbang, biaya rata-rata per unit yang baru akan
dihitung setiap kali pembelian dilakukan. Pemakaian metode rata-rata tertimbang
biasanya dapat dibenarkan dari sisi praktis. Metode ini mudah diterapkan, objektif,
dan tidak dapat dimanfaatkan untuk memanipulasi laba seperti halnya beberapa
metode penentuan harga persediaan lainnya. Selain itu, perusahaan tidak mungkin
mengukur arus fisik persediaan secara khusus, oleh karena itu, ada baiknya
menghitung biaya persediaan atas dasar biaya rata-rata.
2.
Metode First In First Out (FIFO)
Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang-barang digunakan (dikeluarkan)
sesuai urutan pembeliannya. Dengan kata lain, metode ini mengasumsikan bahwa
barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam
perusahaan manufaktur). Oleh karena itu, persediaan yang tersisa merupakan barang
yang dibeli paling terakhir. Dalam semua kasus FIFO, persediaan dan harga pokok
penjualan akan sama pada akhir bulan terlepas dari apakah yang dipakai adalah
sistem persediaan perpetual atau periodik. Kelebihan metode FIFO adalah tidak
memungkinkan perusahaan memanipulasi laba karena perusahaan tidak bebas
memilih item-item biaya tertentu untuk dimasukkan kedalam beban. Kelebihan lain
dari metode FIFO adalah metode FIFO mendekatkan nilai persediaan akhir dengan
biaya berjalan. Kelemahan mendasar dari metode FIFO adalah bahwa biaya berjalan
tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan pada laporan laba rugi. Biaya-biaya
yang paling tua dibebankan ke pendapatan paling akhir, yang mungkin akan
mendistorsi laba kotor dan laba bersih.
17
18. 3.
Metode Last In First Out (LIFO)
Metode LIFO adalah metode yang menandingkan biaya dari barang-barang
yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan. Metode LIFO mengasumsikan bahwa
barang terakhir yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan. Jika yang
digunakan adalah persediaaan periodik, maka akan diasumsikan bahwa biaya dari
total kuantitas yang terjual atau dikeluarkan selama suatu bulan berasal dari
pembelian terakhir.
Untuk memberikan gambaran mengenai penerapan ketiga metode diatas,
dimisalkan bahwa informasi tentang persediaan PT X selama satu periode adalah
sebagai berikut:
PT X
Unit
Harga/unit
Total harga
1/1
Persediaan awal
100
$ 10
$ 1000
15/1
Pembelian
200
$ 11
$ 2200
24/1
Pembelian
300
$ 12
$ 3600
27/1
Pembelian
400
$ 13
$ 5200
1000
$ 12000
Selama periode tersebut telah dijual 550 unit dan persediaan yang tersisa berjumlah
450 unit, maka penilaian persediaan dari ketiga metode adalah sebagai berikut:
18
19. First in First out
Nilai persediaan akhir
Unit
Harga/unit
Total harga
27/1
400
$ 13
$ 5200
24/1
50
$ 12
$ 600
450
$ 5800
Harga pokok perjualan
Tersedia dijual
$ 12000
Persediaan akhir
$ 5800
Harga pokok penjualan
$ 6200
Last in First out
Nilai persediaan akhir
Unit
Harga/unit
Total harga
1/1
100
$ 10
$ 1000
15/1
200
$ 11
$ 2200
24/1
150
$ 12
$ 1800
450
$ 5000
19
20. Harga pokok penjualan
Tersedia dijual
$ 12000
Persediaan akhir
$ 5000
Harga pokok penjualan
$ 7000
Average
Harga perolehan
barang tersedia
dijual
:
Jumlah unit
tersedia
dijual
=
Rata-rata
tertimbang
per unit
Nilai persediaan akhir
Unit
450
Harga/unit
$ 12
Total harga
$ 5400
Harga pokok penjualan
Tersedia dijual
Persediaan akhir
$ 5400
Harga pokok penjualan
3
$ 12000
$ 6600
Jurnal Penyesuaian Persediaan
Menurut Reeve, Warren dan Duchac (2007) dalam penggunaan sistem
persediaan perpetual, akun persediaan barang dagangan yang terpisah dipertahankan
didalam buku besar selama periode akuntansi, akun ini akan menunjukkan jumlah
barang dagang untuk dijual setiap saat. Namun dalam bisnis mungkin akan mengalami
kehilangan persediaan yang disebabkan pencurian oleh karyawan, kerusakan barang,
atau kesalahan dalam pencatatan atau menghitung persediaan sehingga persediaan fisik
pada saat akhir periode akuntansi mungkin berbeda dengan jumlah persediaan yang
20
21. ditampilkan didalam sistem. Perbedaan ini biasanya disebut dengan inventory
shrinkage atau inventory shortage.
Pada saat menggunakan sistem persediaan periodic, buku besar persediaan
terpisah tidak dipertahankan selama periode tersebut, sehingga inventory shrinkage
tidak dapat langsung ditentukan, tetapi dimasukkan secara tidak lansung kedalam harga
pokok penjualan.
2.1.6 Biaya dalam Persediaan
Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan, ada
beberapa biaya yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan. Hani Handoko (2000)
menjelaskan bahwa biaya yang timbul dari persediaan itu adalah:
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying ), adalah biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan
per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin
banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk
dalam penyimpanan adalah:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas dan
pendingin).
b. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternative pendapatan atas
dana yang diinvestasikan dalam persediaan).
c. Biaya keusangan
d. Biaya perhitungan phisik dan konsiliasi laporan
e. Biaya asurani persediaan
21
22. f. Biaya pajak persediaan
g. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
h. Biaya penanganan persediaan.
2. Biaya pemesanan (ordering cost), mencakup biaya pasokan, pemrosesan
pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telephone, pengeluaran surat
menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan (inspeksi)
penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya hutang lancar.
3. Biaya penyiapan (manufacturing). Biaya penyiapan biasanya lebih banyak
digunakan dalam pabrik, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk
memproduksi komponen tertentu.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan. Biaya kekurangan bahan (shortage cost)
sangat sulit diperkirakan, biaya ini timbul bilamana persediaan tidak
mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya yang temasuk pada biaya ini
antara lain: kehilangan penjualan, kehilangan langganan, biaya pemesanan
khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, tambahan
pengeluaran kegiatan manajerial.
2.1.7 Pengawasan Persediaan
Pengawasan persediaan sangat berperan penting dalam mengetahui keadaan
persediaan di gudang. Menurut Donal (2002) “Pengawasan persediaan adalah suatu
prosedur mekanis untuk melaksanakan suatu kebijakan persediaan. Aspek
accountability dari pengawasan ini akan mengukur berapa unit yang ada di tangan
22
23. pada suatu lokasi tertentu dan terus mengikuti penambahan dan pengurangan
terhadap kuantitas dasar..”
Sukanto (2003) menyatakan bahwa pengawasan persediaan berfungsi : Sebagai
penyangga factor proses produksi sehingga proses dapat berjalan terus, menetapkan
banyaknya yang harus disimpan sebagai sumber daya agar tetap ada, sebagai
pengurang inflasi,menghindari kekurangan/kelebihan bahan.
Sedangkan menurut Rangkuti (2007), Menjaga jangan sampai kehabisan
persediaan, supaya pembentukan persediaan stabil dan menghindari pembelian kecilkecilan sehingga terjadi pemesanan yang ekonomis.
2.1.8 Sistem Pengendalian Persediaan
Tujuan dari pengendalian persediaan yaitu untuk membantu mengetahui aliran
barang yang sudah habis terjual dan yang masih tinggal di gudang.
Menurut Sugiri (1995), terdapat dua alternatif sistem pengendalian persediaan,
yaitu :
a. Sistem Fisik ( Periodik )
Pada sistem fisik, harga pokok penjualan baru dihitung dan dicatat pada akhir
periode akuntansi. Cara yang dilakukan dengan menghitung kuantitas barang
yang ada digudang di setiap akhir periode, kemudian mengalikan dengan
harga pokok per satuannya. Dengan cara ini, maka jumlahnya baik fisik
maupun harga pokoknya, tidak dapat diketahui setiap saat. Konsekuensinya,
jumlah barang yang hilang tidak dapat dideteksi denga sistem ini.
23
24. b. Sistem Perpectual
Dalam sistem perpectual, perubahan jumlah persediaan dimonitor setiap saat.
Caranya adalah dengan menyediakan satu kartu persediaan untuk setiap jenis
persediaan. Kartu ini berfungsi sebagai buku pembantu persediaan dan
digunakan untuk mencatat mutasi setiap hari.
2.1.9 Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Petrus (2001), ada model sederhana untuk menentukan berapa jumlah
dan kapan persediaan harus diadakan, yaitu dengan menggunakan model yang
menyatakan:
1. Simpan persediaan sebanyak kebutuhan selama satu tahun
2. Pesan kembali jika persediaan hampir habis
3. Jangan pesan persediaan jika tidak ada tempat untuk menyimpannya.
Model ini tidak mempunyai dasar perhitungan tertentu. Pada prinsipnya model
tersebut hanya melihat masalah waktu, ketersediaan barang dan tempat penyimpanan.
Model EOQ pertama kali diperkenalkan oleh FW. Harris pada tahun 1915.
Persediaan dianggap mempunyai dua macam biaya, biaya pesan/ ordering cost/ set up
cost dan biaya simpan/carring cost/holding cost.
Heizer dan Render (2005) menyatakan EOQ merupakan salah saru teknik
pengendalian persediaan tertua dan paling terkenal. Teknik ini relative mudah
digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi:
1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan
24
25. 2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan, diketahui,
dan bersifat konstan. Ada dua macam pegertian Lead time, pada produksi,
berarti jangka waktu sejak barang mulai dibuat sampai dengan selesai
dikerjakan; dalam pembelian, berarti jangka waktu sejak barang dipesan
sampai barang tiba/datang
3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang dipesan
tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu
4. Tidak mungkin diberikan diskon
5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan
biaya penahanan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu
6. Keadaan kehabisan stok (out of stock) dapat dihindari sama sekali bila
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat
Rumusan EOQ yang biasa digunakan adalah:
=
……………………………
Dimana:
EOQ = Economic Order Quantity
S
= Biaya pemesanan ( persiapan pesanan dan penyiapan mesin ) per pesanan
D
= penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu.
H
= Biaya penyimpanan per unit per tahun
Sukanto (2003) menyatakan bahwa apabila anggapan yang digunakan dalam
model EOQ diberlakukan, maka dimungkinkan membuat kebijaksanaan persediaan
25
26. yang meminimumkan biaya total. Kebijakan persediaan dapat menentukan jumlah
pesanan ekonomis yang bertalian dengan penentuan berapa banyak dipesan dan titik
pemesanan kembali yang bertalian dengan kapan mengadakan pesanan.
Sedangkan konsep Just In Time atau “Sistem Kanban” dalam Rangkuti (2000)
menyatakan “konsep just-in-time bertujuan untuk meminimalkan biaya penyimpanan.
Dengan demikian, apabila tingkat persediaan lebih rendah dari pada EOQ, maka
ordering cost akan meningkat dan total biaya akan lebih tinggi daripada optimal.
Dengan demikian, untuk mengimplementasikan konsep just-in-time, sangat penting
untuk biaya pemesanan atau set-up lebih rendah daripada nilai sebelumnya”.
Gambar 2.2
Grafik Penggunaan Persediaan
Tingkat persediaan
Tingkat penggunaan
Jumlah yang di
pesan – Q
(tingkat
persediaan
maksimum)
Persediaan ditangan
rata-rata
Persediaan
minimum
Waktu
Sumber : Bary Render & Jay Heizer, Prinsip-prinsip manajemen operasi, 2005
Menurut Hani handoko (2000) model EOQ digunakan untuk menentukan
kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan
persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan.
26
27. Buffa (2002) menyatakan dengan menetapkan kebijaksanaan EOQ maka di dalam
setiap tahun dapat ditentukan lebih banyak order dalam jangka waktu beberapa kali
saja sehingga kurang begitu sering menghadapi risiko kehabisan stock.
Gambar 2.3
Hubungan Antara Kedua Jenis Biaya Persediaan
+
)
Biaya Total
Biaya Total (TC =
Biaya penyimpanan (
Biaya pemesanan (
EOQ
)
)
Kuantitas (Q)
Sumber : Hani Handoko, “Dasar-dasar manajemen produksi dan operasi”, edisi 1,
2000
TC terhadap Q, jika Q naik, komponen biaya pemesanan menurun karena lebih
sedikit pesanan ditempatkan per tahun, namun pada waktu yang sama komponen
biaya pengadaan meningkat karena lebih banyak sediaan rata-rata yang tertahan. Jadi,
biaya pemesanan dan biaya pengadaan seimbang, salah satu menurun apabila yang
lainnya meningkat.
27
28. Menghitung jumlah pembelian yang optimal terdapat kondisi-kondisi sebagai
berikut, Optimum order size dihitung dengan menganalisis total biaya (TC) pada
suatu periode yaitu jumlah dari biaya pemesanan (holding cost) ditambah biaya
penyimpanan selama periode tertentu.
Formula Total Cost:
TC = H + S … … … … … … … … … …
Dimana :
TC = Total cost
H = Biaya Penyimpanan
S = Biaya Pemesanan
Seperti yang tergambar dan dijelaskan pada gambar 2.2 total biaya
minimum terjadi apabila dua komponen biaya antara pemesanan dan
penyimpanan berpotong.
2.1.10 Persediaan Pengaman
Agus Ristono (2008) menyatakan “persediaan pengamanan atau safety sotck
adalah persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastiaan
permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengamanan tidak mampu
mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan persediaan
(stockout).”
28
29. Safety stock bertujuan untuk menentukan berapa besar stock yang dibutuhkan
selama masa tenggang untuk memenuhi besarnya permintaan.
Menurut Freddy Rangkuti (1996) “Jumlah safety stock yang sesuai dalam kondisi
tertentu sangat tergantung pada factor-faktor sebagai berikut:”
1. Rata-rata tingkat permintaan dan rata-rata masa tenggang
2. Variabilitas permintaan dan masa tenggang
3. Keinginan tingkat pelayanan yang diberikan.
Untuk tingkat pelayanan dari siklus pemesanan, besarnya tingkat permintaan atau
masa tenggang menyebabkan jumlah safety stock harus lebih banyak sehingga dapat
memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan.
Menurut Donal (2002) “jumlah persediaan pengamanan dalam suatu sistem
logistic bergantung kepada sasaran tingkat pelayanan, waktu pesanan, perbedaan
waktu pesanan, dan jumlah fasilitas yang menyediakan sejumlah persediaan tertentu”.
Dengan kata lain, dengan berbagai variasi terhadap tingkat permintaan dan masa
tenggang, dapat dicapai peningkatan tingkat pelayanan sehingga dapat merefleksikan
biaya kehilangan penjualan (misalnya kehilangan penjualan, ketidaksesuaian dengan
keinginan konsumen) atau dapat juga diakibatkan oleh adanya kebijakan, misalnya
keinginan manajer untuk memberikan tingkat pelayanan tertentu untuk jenis barang
tertentu.
A. Inventory Turn Over
Konsep yang berkaitan dan selalu digunakan oleh manajemen untuk memonitor
tingkat persediaan. Inventory Turn Over termasuk kedalam pengukuran relative
investasi. Perputaran persediaan merupakan angka yang menunjukkan kecepatan
pergantian dalam periode tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun.
29
30. Rumus Inventory Turn Over
()*+,-.//- ./01-/-
ITO = */./2*/./ ()*3)4,//-…………………………………………….
Namun, karakteristik turn over tidak dapat sepenuhnya dipakai sebagai ukuran
kinerja perusahaan, karena hal ini menghilangkan factor biaya penting lainnya
sehingga dapat menyebabkan tindakan yang dapat menurunkan laba (profit).
Prinsipnya, semakin tinggi Inventory Turn Over berarti kinerja persediaan semakin
baik
B. Economic Order interval
Persediaan dengan menggunakan model EOQ/ROP, sangat berkaitan dan
berpengaruh terhadap interval waktu pemesanan secara tetap. Freddy menyatakan “
penggunaan interval waktu pemesanan yang tetap lebih praktis”.
Keuntungan dan Kerugian Economic Order Interval
Metode ini menghasilkan control yang ketat terhadap kelompok A dalam
klasifikasi A-B-C karena adanya evaluasi secara periodic yang diperlukan.
Untuk segi negativenya, system ini sangat membutuhkan jumlah relative besar
untuk safety stock, untuk risiko kehabisan persediaan karena adanya proteksi
dengan kehilangan penjualan selama interval pemesanan ditambah dengan
masa tenggang (sebagai ganti masa tenggang) dan hal ini akan meningkatkan
biaya penyimpanan. Juga ada biaya evaluasi secara periodic.
30
31. C. Metode Analisis ABC
Analisis ABC merupakan salah satu model yang digunakan untuk
memecahkan masalah penentuan titik optimum, baik jumlah pemesanan maupun
order point. Analisis ABC sangat berguna dalam memfokuskan perhatian manajemen
terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dalam system inventori yang
bersifat multisystem.
ABC Analisis mengklasifikasikan persediaan dalam tiga kategori, yaitu: A, B,
dan C dengan basis volume penggunaan biaya persediaan dalam setahun. Analisis
ABC adalah sebuah aplikasi persediaan dari prinsip Pareto, dikembangkan oleh
Vilfredo Pareto ahli ekonomi Italia, yang menyatakan bahwa “ terdapat sedikit hal
yang penting dan banyak hal yang sepele.” Tujuannya adalah membuat kebijakan
persediaan yang memusatkan sumber daya pada komponen persediaan penting yang
sedikit dan bukan pada yang banyak tetapi sepele.
Menurut Freedy Rangkuti (1996), “Masing-masing jenis barang membutuhkan
analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point.” Namun
demikian, harus kita sadari bahwa berbagai macam jenis barang yang ada dalam
persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama.
31
32. Gambar 2.4
Analisis ABC
100
Persentase komulatif dari penjualan
90
80
70
60
50
40
30
20
10
10
20
30
40
50 60
70
80
90
100
Persentase Masing-Masing Jenis Barang
Sumber : Freddy Rangkuti, “Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis 1996”
Berdasarkan kurva tersebut, dapat diketahui bahwa skala vertical (sumbu Y)
merupakan kumulatif nilai penjualan. Kemudian, titik diplot ke dalam kurva, buat
skala horizontal (sumbu X) yang menunjukkan besarnya persentase. Dari Kurva di
atas, dapat dilihat bahwa 20% jenis barang merupakan wakil dari 80% nilai total
penjualan sebuah perusahaan.
32
33. Tabel 2.5
KELAS A
KELAS B
KELAS C
• Pengendalian ketat
• Penyimpanan secara
baik
laporan-laporan
penerimaan
dan
penggunaan barang
• Berdasarkan
pada
perhitungan kebutuhan
• Pengecekan secara ketat
revisi schedule
• Monitoring terus-menerus
• Persediaan pengaman tidak
ada atau rendah
(1-2)
minggu.
• Pengendalian Moderat
• Penyimpanan secara baik
laporan-laporan
penerimaan
dan
penggunaan barang
• Berdasarkan
pada
pemakaian diwaktu yang
ada atau daftar permintaan
• Serangkaian
pengecekan
perubahan-perubahan
kebutuhan
• Monitoring
untuk
kemungkinan kekurangan
persediaan
• Persediaan
pengamanan
moderat (sampai 2/3 bulan)
• Pengendalian longgar
• Bila supplai mencapai titik
pemesanan
kembali
pesanan segera dilakukan
• Pengecekan
sedikit
dilakukan
dengan
membandingkan terhadap
kebutuhan/sedikit
dilakukan
• Monitoring tidak perlu/
sedikit dilakukan
• Persediaan
pengaman
jumlah besar (2-6 bulan
atau lebih)
Sumber: Hani Handoko, “Dasar-dasar manajemen produksi dan operasi, edisi 1”,
2000
Freddy Rangkuti (1996) menyatakan Prosedur Analisis ABC bisa dilakukan
dengan cara menentukan standar atau kinerja untuk pengelompokan semua jenis
barang, urutan semua jenis barang tersebut dalam persediaan berdasarkan ukuran
standar.
Dalam analisis abc ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Berkaitan dengan kinerja ukuran. Nilai penjualan sering digunakan sebagai
ukuran kinerja, untuk memperoleh keputusan yang berbeda, ukuran yang
dipakai harus sesuai dengan tujuan pengambilan keputusan. Dengan
demikian, criteria ukuran yang dipakai harus menunjukkan skala terbaik dari
keputusan yang diambil.
33
34. 2) Perusahaan memiliki jenis barang yang masuk dalam kategori kelompok C
berdasarkan kriteria penjualan, tetapi sangat penting untuk pelanggan.
Meskipun komponen tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak
manajemen, sama seperti jenis barang terdapat dalam kelompok A dan B.
2.2 Biaya Bahan Baku
2.2.1 Pengertian Biaya
Menurut mulyadi (1998 : 8) mengatakan bahwa biaya adalah pengorbanan
sumber okonomi yang diukur dalam bentuk satuan uang yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Sunarto (2003 : 4) mengatakan bahwa biaya adalah harga pokok atau
bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.
2.2.2 Pengertian Bahan baku
Salah satu unsur mutlak yang diperlukan dalam suatu proses produksi adalah
bahan baku. Menurut Mulyadi (2000), bahan baku merupakan bahan yang
membentuk bagian internal dari produk jadi, hal ini menunjukkan bahwa bahan baku
merupakan salah satu faktor yang harus selalu diperhatikan untuk menjamin
kelangsungan proses produksi itu sendiri. Setiap proses produksi, suatu perusahaan
harus selalu mempunyai kemampuan untuk dapat menggunakan sumber-sumber yang
ada dalam perusahaan (internal resourses) sebanding bahan baku yang diolah menjadi
produk. Dengan demikian banyaknya bahan baku yang dapat disediakan akan
menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber dalam perusahaan dan demikian
34
35. pula dengan kelancaraannya (Assauri, 2004). Hal ini memperlihatkan bahwa bahan
baku merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu proses produksi, karena bila
terjadi kekurangan bahan baku maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan
sempurna, bahkan dapat berhenti.
Bahan baku mempengaruhi factor kuantitas maupun kualitas produk, karena
jika bahan baku yang diperoleh memiliki kuantitas dan kualitas yang baik maka akan
memperlancar kegiatan proses produksi dan perusahaan akan mampu menghasilkan
produk dengan mutu yang memuaskan.
Disamping itu bahan baku merupakan factor penting dalam penetapan harga
pokok produksi, karena jika perusahaan mampu untuk menekan biaya baha baku ini
maka perusahaan akan dapat meningkatkan keuntungan yang diperolehnya.
1. Macam macam bahan baku
Dalam proses produksi suatu perusahaan manufaktur biasanya membutuhkan
bahan baku untuk menghasilkan suatu produk. Carter usry (2002 : 40) jenis
bahan baku ada dua macam, yakni:
a. Bahan baku langsung
Adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi
dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari
bahan baku langsung adalah kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan
minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin.
35
36. b. Bahan baku tidak langsung
Adalah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk tetapi
tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku
tersebut tidak menjadi bagian dari produk atau karena secara jumlah tidak
signifikan . Contohnya adalah amplas pola kertas, dan pelunas.
2. Biaya pembelian
Biaya ini adalah harga pembelian material yang dipesan dari perusahaan
supplier, yaitu sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan supplier
untuk melaksanakan proses produksinya. Biaya ini terdiri dari : biaya untuk
penyediaan bahan baku, biaya untuk pemrosesan ditambah dengan biayabiaya yang lain termasuk sejumlah keuntungan yang wajar yang harus
diterima oleh perusahaan supplier sebagai imbalan atas usahanya.
3. Langkah-langkah dalam pembelian
Dalam melakukan pembelian diperlukan beberapa hal yang terkait yaitu:
a. membuat perencanaan produksi
b. mengukur kemampuan pemasok
c. menentukan waktu tunggu
d. mempertimbangkan harga
e. menentukan jumlah pembelian
4. Strategi dan teknik pembelian
Teknik pembelian merupakan cara atau metode bagaimana pembelian itu
dapat dilaksanakan. Sedangkan strategi adalah pemilihan cara atau teknik
36
37. yang tepat bagi suatu perusahaan, sehingga perusahaan lebih mampu
mempertahankan hidupnya dan mengembangkan usahanya.
Macam teknik pembelian yang digunakan oleh perusahaan adalah sebagai
berikut:
a. Pembelian cara biasa
Cara pembelian ini adalah cara pembelian konvensional yang ditempuh
dalam kegiatan pembelian untuk memenuhi keperluan biasa,. Rutin, atau
pembelian
yang direncanakan atau tidak direncanakan jauh hari
sebelumnya, yaitu dengan menggunakan surat pesanan.
b. Pesanan selimut
Pesanan selimut atau blanket order atau blanket purchase order
mendasarkan pesanan atau pembelian persatuan pasti selama waktu tertentu.
c. Pembelian atas dasar konsinyasi
Dalam cara konsinyasi ini, pembeli tidak menenggung resiko financial atas
persediaan barang yang dibeli. Yang memiliki barang selama belum dipakai
oleh pembeli adalah penjual.
d. Pembelian tepat waktu
Pada teknik ini yang pertama kali dilakukan adalah membatasi jumlah
pemasok dengan menyeleksi penjual. Pada teknik ini pembelian harus tepat
waktu dan mutunya harus terjamin karena pembelian ini berusaha
meniadakan persediaan.
37
38. e. Sistem kontrak
Sistem kontrak merupakan variasi dalam pembelian tepat waktu. Dalam
pembelian jenis ini, teknik pembelian ditekankan pada pembelian dan
pengisisan kembali persediaan barang yang keperluannya berulang dengan
mengurangi biaya dan waktu administrasi.
f. Cara-cara lain
1) pesanan telepon
2) pesanan secara elektronik
3) wesel perintah pembelian
4) pembelian kas kecil
5) pembelian dengan kartu kredit
6) pembelian secara terus menerus
2.2.3 Unsur Biaya Pembentuk Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Di dalam memperoleh bahan baku perusahaan tidak hanya biaya sejumlah
harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya pembelian,
pergudangan dan biaya-biaya perolehan lain. Biaya yang diperlukan dalam harga
pokok bahan baku yang dibeli menurut prinsip akuntansi yang lazim semua biaya
yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkannya dalam
keadaan siap untuk diolah, merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli.
Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur
pembelian) ditambah dengan biaya-biaya pembelian dan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah.
38
39. 2.2.4 Biaya Unit Organisasi yang Terkait
Dalam pembelian bahan baku, unit organisasi yang terkait dalam pembelian
bahan baku adalah bagian pembelian, bagian penerimaan, bagian gudang dan bagian
akuntansi
persediaan.
Dengan
demikian
akan
timbul
kesulitan
dalam
memperhitungkan biaya pembelian sesungguhnya yang harus dibebankan kepada
harga pokok bahan baku yang dibeli.
2.2.5 Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yang Dipakai Dalam Produksi
Dalam persediaan bahan baku yang ada digudang mempunyai harga pokok per
satu yang berbeda-beda, meskipun jenisnya sama hal ini dapat menimbulkan masalah
dalam praktik akuntansi, untuk mengatasi masalah ini diperlukan berbagai macam
metode yang diantaranya :
a. Metode identifikasi khusus
b. Metode masuk pertama keluar pertama
c. Metode masuk terakhir keluar pertama
d. Metode rata-rata bergerak
e. Metode biaya standar
f. Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan
2.3 Penelitian Terdahulu
Metode analisis pada penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh
Henmaidi dan Suci Hidayati dalam “ Analisis Kinerja Manajemen Persediaan PT. United
Tractors, Tbk Cabang Padang”. Masalah yang diangkat yaitu mengenai over stock, stock
39
40. out, kinerja, persediaan. Penelitian ini menyimpulkan pada PT. United Tractor Cabang
Padang harus mempertimbangkan kondisi persediaan perusahaan sehingga proses order
akan lebih cepat.
Henmaidi dan Heryseptemberiza dalam “Evaluasi dan Penentuan Kebijakan
Persediaan Bahan Baku Kantong Semen Tipe Pasted pada PT. Semen Padang”. Objek
penelitian yang diangkat pada penelitian ini mengenai persediaan, Economic Order
Quantity, Periodic Order Quantity, Simulation. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
penelitian ini masih belum memperhitungkan stockout. Dari segi investasi persediaan,
pengelolaan terhadap bahan kantong tersebut belum optimal jika dibandingkan dengan
negara lain. Secara deterministic didapatkan bahwa kebijakan persediaan yang mendekati
optimal untuk kertas kraft extensible adalah kebijakan persediaan dengan metode POQ.
40
41. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metode Penelitian
Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode
penelitian studi kasus.
Penelitian
deskriptif
adalah suatu penelitian
yang bertujuan untuk
mengumpulkan data, dimana data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian
disajikan kembali dengan disertai analisis sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas.
Metode penelitian studi kasus adalah metode penelitian yang menjelaskan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan karakteristik yang
terjadi pada objek. Penelitian ini mempunyai ciri menjelaskan situasi atau
kejadian dengan mencari informasi faktual, mengidentifikasi masalah dan
praktek yang sedang berlangsung, kemudian membuat perbandingan dan
evaluasi.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam mendapatkan data adalah
Wawancara
Dilakukan dengan cara Tanya jawab secara langsung dengan manajer , dan
karyawan perusahaan untuk mengetahui tentang perusahaan seperti struktur
41
42. perusahaan, kondisi perusahaan, kegiatan operasi perusahaan, jumlah
kapasitas produksi, dan jumlah penjualan.
Observasi
Dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung kegiatan
proses produksi perusahaan, bagaimana pengadaan bahan baku, dan
pembelian bahan baku serta cara penyimpanan bahan baku di gudang.
3.3 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 : Definisi Operasional Variabel dan Instrumen Pengukuran
Variabel
Persediaan
Biaya
Instrumen
Pengukuran
Ekonomi Order
Quantity
Biaya pemesanan
tahunan
Definisi
Operasional
Variabel
1.jumlah permintaan
tahunan
barang
persediaan
2.Biaya pemesanan
untuk
setiap
pesanan
3.Biaya
penyimpanan
perunit
1. Jumlah
permintaan
tahunan barang
persediaan
2. Jumlah optimal
barang per
42
indikator
Semakin optimal
permintaan tahunan
barang persediaan,
juga
semakin
kecilnya
biaya pemesanan
dan
biaya
penyimpanan,
maka
jumlah
barang
per pesanan yang
dihasilkan
perusahaan
untuk
konsumen
pun
semakin optimal
Semakin optimal
jumlah barang per
pesanan
yang
dihasilkan
perusahaan, juga
semakin kecilnya
43. pesanan
3. Biaya pemesanan
untuk setiap
pesanan
Biaya
1.Jumlah optimal
penyimpanan
barang per
tahunan
pesanan
2.Biaya
penyimpanan per
unit
Biaya tahunan total 1.Biaya pemesanan
tahunan
2.Biaya
penyimpanan
tahunan
biaya pemesanan
dan
biaya
penyimpanan
yang dikeluarkan
perusahaan, maka
biaya pemesanan
tahunan dan biaya
penyimpanan
tahunan
yang
dikeluarkan
perusahaan
semakin
kecil,
yang
mengakibatkan
semakin kecil pula
jumlah
biaya
tahunan total yang
dikerluakan
perusahaan untuk
mengelola
persediaan
3.4 Jenis dan Sumber Data
Tabel 3.2 : Jenis dan Sumber Data
Jenis Data
Data yang diambil
Sumber data
Teknik
Pengumpulan data
Data primer
Permintaan
tahunana barang
persediaan (unit /
tahun)
Bagian Produksi
Wawancara dan
Observasi
Biaya pemesanan
tiap memesan
Bagian Produksi
Wawancara dan
Observasi
Biaya
penyimpana unit/
Bagian Produksi
Wawancara dan
Observa
43
44. tahun
Bahan Baku yang
digunakan
Lead Time
Bagian Produksi
Bagian Produksi
Wawancara dan
Observa
Wawancara dan
Observa
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan menganalisa data adalah :
Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Mulyadi (2010), ada dua metode yang dapat digunakan untuk
mencatat persediaan yaitu :
1. Metode mutasi persediaan (Perpetual Inventory Method)
2. Metode persediaan fisik (Physical inventory Method)
Metode Penilaian Persediaan
1. Metode rata-rata tertimbang (weighted average method)
2. Metode First In First Out (FIFO)
3. Metode Last In First Out (LIFO)
Economic Order Quantity ( EOQ )
Untuk menghitung Economic Order Quantity ( EOQ ) dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
EOQ=
Keterangan rumus :
EOQ
= Jumlah optimal barang per pesanan
D
= Permintaan tahunan barang persediaan (dalam unit)
44
45. S
= Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H
= Biaya penyimpanan 1 unit/tahun
Re-order Point (ROP)
Untuk menghitung re-Order Point (ROP) dapat dilakukan menggunakan
rumus :
ROP
= Permintaan perhari x lead time pemesanan baru (dalam hari)
=dxL
Keterangan rumus :
ROP
= Re-order Point
D
= permintaan per hari
L
= lead time pemesanan baru (dalam hari)
Persediaan Pengaman
1. Inventory Turn Over
2. Economic Order Interval
Metode Analisis ABC
Yaitu suatu metode yang memperlihatkan persentase dari persediaan bahan
baku.
3.6 Kelemahan Teknik Analisis Data
Rumus Economic Order Quantity (EOQ) memiliki banyak keterbatasan. Beberapa
kelemahan yang paling serius adalah sebagai berikut :
Permintaan diasumsikan konstan, sedangkan dalam banyak situasi yang nyata
permintaan bervariasi secara substantial.
45
46. Biaya perunit menjadi konstan, tapi dalam prakteknya sering ada potongan
kuantitas untuk pembelian yang besar
Bahan dalam partai diasumsikan semuanya sekali diterima, tetapi dalam
beberapa kasus bahan akan ditempatkan dalam persediaan secara berlanjut
selama diproduksi
Diasumsikan produk tunggal tetapi kadang – kadang satuan – satuan seragam
dibeli dari pemasok tunggal dan semuanya dikirim pada waktu yang sama.
Biaya persiapan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataannya biaya ini
sering dikurangi
46