SlideShare une entreprise Scribd logo
1  sur  15
PERAN DAN TELADAN WALI KELAS
DALAM MENDIDIK KARAKTER SISWA
        KELAS BINAAN


              DISUSUN
  DALAM RANGKA IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH



                  Oleh :
     Nama         : Drs. Nur Kholiq
     NIP          : 19630108 198703 1004




     PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA
 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
       UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
    SMA NEGRI 1 KEMBANG
       Jl. Bangsri – Keling, Km 6 Kembang
        59453, Telp. (0291) 7730048




                     0
Abstrak

         Kejujuran, kedisiplinan, sopan santun, etika, budaya menyapa, saling
mengasihi, saling menyayangi, mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi, berbicara dengan bahasa yang baik adalah nilai-nilai positif
yang harus ditanamkan dalam diri siswa. Nilai-nilai baik ini sering dikenal dengan
istilah “karakter”.
         Pendidikan hendaknya tidak hanya terfokus pada penyampaian ilmu
pengetahuan dan teknologi semata melainkan menggabungkan unsur kognitif
(pengetahuan dan keterampilan), afektif (minat, bakat, kemampuan menyesuaikan
diri), psikomotor (keterampilan motorik), dan penanaman karakter positif.
         Wali kelas adalah guru yang mendapat tugas sampiran untuk mendampingi
sebuah kelas tertentu. Wali kelas seperti halnya orang tua bagi siswa kelas binaan.
Wali kelas harus mengenal detail berbagai karakter siswa yang menjadi
binaannya. Komunikasi dan kedekatan emosional harus dibangun dan karena
kedekatan inilah, wali kelas dapat berperan lebih dalam menanamkan sikap-sikap
dan nilai-nilai baik (karakter positif) kepada siswa kelas binaan. Keberhasilan
penanaman karakter positif ini tidak terlepas dari keteladanan yang tercermin
dalam perilaku wali kelas itu sendiri. Penanaman karakter positif yang dibarengi
dengan keteladanan akan lebih banyak keberhasilannya.

Kata kunci: Wali kelas, keteladanan, dan pendidikan karakter.




                                        0
BAB I
                                 PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

        Siswa tuntas dalam belajar adalah harapan semua pihak, baik guru,
   siswa yang bersangkutan, maupun sekolah secara umum. Permasalah yang
   kemudian muncul adalah manakala siswa menempuh segala cara untuk
   mencapai ketuntasan. Siswa setelah selesai ulangan umum, menceritakan
   kepada teman bahwa saat ulangan umum berhasil membuka contekan yang
   telah dipersiapkan. Perasaan menang dan puas telah berhasil mencontek tanpa
   diketahui pengawas (Ulangan/Tes). Ulangan harian membuka buku,
   mengerjakan tugas hanya tinggal menyalin pekerjaan teman, membeli kunci
   jawaban ujian nasional, izin ke kamar mandi saat ujian untuk meninggalkan
   kode-kode kepada teman, dan sebagainya. Bahkan saat nilai Ujian Nasional
   (UN) suatu daerah menempati rating bawah secara nasional, berbagai
   statement   dilontarkan      untuk   bahan       evaluasi   dan   perbaikan,   tetapi
   mengkhawatirkan apabila mempersalahkan pelaksanaan Ujian Nasional yang
   jujur sehingga hasil ujian menjadi hancur. Terbiasa mengutamakan hasil dan
   mengesampingkan proses inilah yang menghiasi ranah pendidikan karena
   disadari atau tidak realita ini terjadi di beberapa tempat. Melemahnya
   penanaman kejujuran dan penanaman sikap menghargai proses kepada
   peserta didik merupakan latar belakang dari permasalahan ini.
        Kondisi yang sangat mencengangkan dilapangan adalah tingginya
   ketidakhadiran siswa tanpa keterangan (alpha) baik di sekolah negeri maupun
   sekolah swasta. Penerapan poin pelanggaran tidak begitu memiliki andil besar
   dalam mengurangi tingkat alpha siswa. Siswa tenang saja dan merasa hal ini
   sebagai sesuatu yang biasa dan tidak membuat malu. Demikian juga dengan
   orang tua siswa saat diberikan informasi data alpha siswa dari sekolah, tidak
   sedikit dari orang tua siswa yang tidak melakukan tindak lanjut. Siswa
   terlambat   hadir   secara     berturut-turut,     berseragam     tidak   semestinya,
   kelengkapan seragam tidak terpenuhi, dan beberapa pelanggaran lainnya,




                                          0
dilakukan siswa dengan sadar dan apabila diberikan perlakuan (ditegur atau
diingatkan) siswa hanya melakukan reaksi pada saat itu. Budaya malu jika
tidak tertib dan tidak disiplin inilah yang tidak nampak sekarang walaupun
tidak disemua sekolah.
      Kelas merupakan organisasi kecil bagian dari sekolah dengan anggota
beberapa siswa yang memiliki keunikan dan karakteristik berbeda. Kegiatan
sekolah yang diperuntukkan bagi kelas baik agenda tahunan maupun kegiatan
insidentil dilakukan untuk memupuk rasa gotong royong, kerjasama, dan rasa
memiliki terhadap kelas, seperti lomba-lomba di hari ulang tahun sekolah,
lomba untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, lomba di
hari Kartini, jumat bersih, class meeting, dan lain sebagainya. Menyambut
kegiatan yang diperuntukkan bagi kelas, terdapat anak-anak yang tak acuh,
tidak peduli, tetapi ada juga anak yang sangat mendukung dan aktif
mengoordinir kelas untuk menyukseskan kegiatan kelas. Masih terdapatnya
anak-anak yang kurang peduli terhadap kegiatan kelas menunjukkan rasa
memiliki terhadap kelas rendah. Tujuan sekolah memupuk rasa gotong
royong dan kerjasama antarsiswa dalam kelas belum sepenuhnya tercapai.
Menjelang kegiatan, biasanya kelas akan melakukan koordinasi sepulang
sekolah. Siswa yang kurang merespon terkadang pulang awal dan tidak
mengikuti koordinasi maupun pembagian tugas di kelas atau bahkan
membuat gaduh suasana koordinasi. Rasa mengutamakan kepentingan
kelompok di atas kepentingan pribadinya, rasa memiliki terhadap kelas, dan
rasa gotong royong tidak lagi terasa di kelas.
      Berkaitan dengan sikap dan sopan santun siswa di sekolah, terdapat
beberapa sikap yang kurang mencerminkan kearifan lokal. Siswa berpapasan
dengan bapak atau ibu guru tetapi tidak menyapa ataupun sekedar tersenyum;
berbicara dengan guru di kelas menggunakan bahasa campuran bahasa Jawa
dan bahasa Indonesia; saat melihat guru kerepotan membawa alat ataupun
media, siswa tidak dengan sukarela menawarkan bantuan; siswa tidak hafal
dengan nama bapak atau ibu guru yang membimbingnya dan bahkan
menyebutnya dengan Ibu PPKn, Bapak IPA, dan seterusnya; bercanda secara




                                     0
berlebihan (sampai terlontar bahasa Jawa kasar/ “ngoko”), dan lunturnya
   budaya cium tangan. Hal-hal seperti inilah yang membuat sangat prihatin dan
   apabila tidak ditangani dari sekarang maka anak-anak didik akan semakin
   jauh dari kearifan lokal.


B. Masalah

  Berdasrkan pokok masalah pada latar belakang ini adalah tentang melemahnya

  penanaman nilai-nilai kejujuran dan bagaimana cara penanaman sikap

  menghargai proses kepada peserta didik ?.




                                      0
BAB II
                         KAJIAN TEORI

     Doni Koesoema Albertus (2007 : 247) menyatakan bahwa wali kelas
memiliki peranan yang sangat besar bagi pembentukan karakter siswa. Wali
kelas sesungguhnya menjadi semang bagi perkembangan kemajuan di dalam
kelas. Mereka bertanggung jawab atas berhasil tidaknya komunitas kelas
yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil kinerja wali kelas ini terutama bisa
dilihat bagaimana ia dapat menjadi animator bagi kelas sebagai sebuah
komunitas pembelajaran bersama. Wali kelas biasanya juga menjadi guru
bidang studi tertentu namun mereka mendapat tugas lain sebagai penanggung
jawab dinamika pembelajaran di dalam kelas tertentu. Peranan wali kelas
yang paling menonjol adalah menjadi semacam kepala keluarga dalam kelas
tertentu, ini berarti ia bertanggung jawab terutama menciptakan kondisi dan
lingkungan yang kondusif satu sama lain sehingga          kelas itu menjadi
komunitas belajar dapat maju bersama dalam proses pembelajaran.
Kesimpulannya tugas utama wali kelas adalah membuat kelas itu secara
bersama-sama berhasil menjalankan fungsi pembelajaran yang kriterianya
adalah semua siswa di kelas itu dapat naik kelas dengan nilai yang baik pada
akhir tahun. Wali kelas bekerjasama dengan pihak sekolah untuk
merencanakan program pendampingan bagi kelas perwaliannya. Program ini
harus terstruktur dalam kebijakan sekolah sehingga setiap program perwalian
wali kelas memiliki visi dan misi yang sama. Wali kelas secara periodik perlu
melakukan evaluasi terhadap kelasnya melalui pertemuan yang tidak formal
dan lebih rileks agar komunikasi lebih bisa terbangun. Momen pembinaan
perwalian kelas inilah yang sesungguhnya menjadi tempat penting bagi
penanaman nilai dan pembentukan karakter siswa.
     Pendidikan menurut Niccolo Machiavelli dalam buku Doni Koesoema
Albertus, merupakan proses penyempurnaan diri manusia secara terus
menerus karena secara kodrati manusia memiliki kekurangan dan
ketidaklengkapan.




                                   0
Menteri    Pendidikan     Nasional   (Mendiknas)     Mohammad       Nuh
menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya
membangun karakter bangsa sehingga pendidikan karakter mendesak untuk
diterapkan. Peringatan hari Pendidikan Nasional tahun 2010 mengangkat
tema “Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”.
Mohammad Nuh menyampaikan “diantara karakter yang ingin kita bangun
adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang
terbaik, giving the best, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai
kejujuran”.
     Howard Gardner, penulis buku "Multiple Intelligence" dalam
Suparlan.com, menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh
Intelligence Quotient (IQ) hanya dua puluh persen, sementara delapan puluh
persen ditentukan oleh Emotional Intelligence (EI) dan Spiritual Intelligence
(SI). Karakter merupakan bagian dari kecerdasan ganda yang dijelaskan
Howard Gardner. Kecerdasan ganda meliputi tujuh macam kecerdasan yang
sering disingkat SLIM n BIL, yaitu: 1) spatial (keruangan), 2) language
(bahasa), 3) intrapersonal (intrapersonal), 4) music (musik), 5) naturalist
(naturalis – sayang kehidupan alam), bodily kinesthetics (olahraga – gerak
badan), logical mathematics (logikal –matematis).
     Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof.
Suyanto, Ph.D dalam Suparlan.com menjelaskan bahwa karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup
dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara. Prof. Suyanto, Ph.D juga menyebutkan sembilan pilar
karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia. Sembilan pilar
karakter itu adalah 1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; 2) kemandirian
dan tanggung jawab; 3) kejujuran/ amanah; 4) hormat dan santun; 5)
dermawan, suka tolong-menolong, gotong royong/ kerjasama; 6) percaya diri
dan pekerja keras; 7) kepemimpinan dan keadilan; 8) baik dan rendah hati; 9)
toleransi, kedamaian, dan kesatuan.




                                      0
Dr. Martin Luther King, tokoh spiritual kulit hitam di Amerika Serikat,
dalam Suparlan.com menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk
melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat atau intellegence plus
character, ”that is the goal of true education”. Itulah tujuan pendidikan yang
sebenarnya, yakni menciptakan manusia yang cerdas secara komprehensif
dari keseluruhan aspek kecerdasan ganda.
      Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis spiritual
dalam proses pembentukan pribadi ialah seorang pedagog berkebangsaan
Jerman yaitu FW Foerster (1869-1966). Disebutkan oleh FW Foerster dalam
Jambi Ekspres bahwa pada hakekatnya tujuan pendidikan adalah untuk
pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek
dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter
merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Ada empat ciri dasar
dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior dimana setiap
tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Kedua, koherensi yang memberi
keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-
ambing pada situasi baru atau takut risiko. Ketiga, otonomi. Hal ini berarti,
seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai
bagi pribadi. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya
tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik.
     Ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis dalam bataviase.co.id, "suatu bangsa
tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka
berkorban untuk keperluan bangsanya". Menurut rumus ini, dua kata kunci
kemajuan bangsa adalah guru dan pengorbanan. Maka itu, awal kebangkitan
bangsa harus dimulai dengan mencetak guru-guru yang suka berkorban. Guru
adalah teladan. Guru adalah digugu (didengar) dan ditiru (dicontoh). Guru
bukan sekadar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional,
tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya. Ratna
Megawangi (2007), dunia pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki
masa-masa yang sangat pelik. Kucuran dana besar disertai berbagai program
terobosan sepertinya belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam




                                    0
dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang
unggul, beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter. Menurut     Ratna
Megawangi pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui
proses knowing the good, loving the good, and acting the good, yakni, suatu
proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik sehingga
akhlak mulia bisa terukur menjadi habit of the mind, heart, and hands.
Banyak program pendidikan gagal, karena memang tidak serius untuk
diamalkan dan lebih penting lagi karena tidak ada contoh.




                                   0
BAB III
                           PEMBAHASAN


      Nilai-nilai kejujuran, senantiasa menghargai proses dan tidak semata-
mata berorientasi pada hasil, disiplin, merasa malu apabila melanggar aturan/
tidak tertib, sopan santun, budaya saling membantu, mengutamakan
kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadi, gotong royong, mengasihi
sesama teman, budaya cium tangan, mulai luntur dalam kehidupan remaja
sekarang. Remaja tentu saja berkaitan dengan anak usia sekolah menengah
pertama sampai dengan menengah atas. Nilai-nilai luhur dan baik tidak lagi
kental menghiasi perilaku remaja, tentu saja hal ini dipengaruhi oleh faktor
yang sangat kompleks mulai dari pendidikan dalam keluarga, masyarakat
lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan di sekolah. Pemaparan dalam
tulisan ini hanya akan dibatasai pada sisi pendidikan di sekolah.
      Kenyataan yang membuat prihatin ini akan terus tumbuh subur apabila
kalangan pendidik tidak merubah pola pendidikannya. Pendidikan seharusnya
tidak semata-mata berorientasi pada aspek kognitif saja melainkan dilakukan
terpadu menyangkut tiga dimensi taksonomi pendidikan yaitu kognitif
(intelektual meliputi pengetahuan, keterampilan); afektif (aspek perasaan dan
emosi berupa minat, sikap, apresiasi, cara penyesuaian diri); dan psikomotor
(aspek keterampilan motorik); serta berbasis pada karakter positif.
      Pendidikan bertujuan untuk membangun insan cerdas yang berkarakter
kuat seperti halnya disampaikan oleh Dr. Martin Luther King, tokoh spiritual
kulit hitam di Amerika Serikat. Guru semua mata pelajaran hendaknya
memasukkan unsur pendidikan karakter secara kontinue dalam mata pelajaran
yang diampunya.
      Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak usia sekolah. Selain bapak
dan ibu guru, di sekolah ada orang yang dianggap sebagai orang tua bagi
siswa di suatu kelas yang sering dikenal dengan nama wali kelas. Peran
sebagai orang tua bagi kelas perwalian atau kelas binaan seharusnya
menjadikan wali kelas tidak semata-mata menjalankan tugas sampiran sama




                                    0
seperti yang tertuang dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) wali kelas tetapi
wali kelas bekerja dengan profesional sesuai tupoksi, mengerjakannya tulus
dari hati, dan yang lebih penting lagi menjalin komunikasi dan kedekatan
personal emosional dengan warga kelas. Wali kelas harus mengetahui
karakter, ciri pribadi, kelebihan, dan kekurangan dari masing-masing anak
binaan di kelas. Wali kelas dapat bertindak sebagai guru, orang tua, teman,
yang bisa mengelola dan memanage kelas dalam suasana yang semestinya
(saat serius, kelas dikondisikan untuk bisa membawa diri, dan saat santaipun
kelas dapat menyesuaikannya).
     Pada awal ketugasan sebagai wali kelas, merupakan bagian paling
penting, karena kesan pertama bagaimanapun juga akan berdampak bagi
kalangsungan hubungan berikutnya. Pada pertemuan awal, diskusikan dengan
kelas binaan, kelas kondusif seperti apa yang ingin diwujudkan bersama,
kemudian tetapkan visi dan misi kelas serta perangkat organisasi kelas.
Sepakati aturan main berkaitan dengan penanaman nilai misal tanamkan
kepada kelas binaan mengenai kedisiplinan hadir. Sampaikan kepada warga
kelas bahwa setiap individu di kelas punya keberartian bagi kelas sehingga
kalau tidak hadir wajib menginformasikan kepada wali kelas baik melalui
pesan singkat telepon genggam maupun melalui telepon, dan baru setelah
masuk di kemudian hari, siswa melengkapi izin dengan menyerahkan surat
izin langsung kepada wali kelas. Aturan main yang ditetapkan di awal ini
harus secara konsisten dilaksanakan. Apabila ditengah-tengah perjalanan
terdapat anak binaan yang alpha, harus dilakukan pendekatan sehingga
diketahui penyebabnya, dan harus telaten membina baik untuk siswa yang
bersangkutan maupun pembinaan klasikal. Biasakan pula wali kelas untuk
izin atau menginformasikan kepada kelas apabila wali kelas berhalangan
tidak dapat mendampingi siswa pada pertemuan kelas yang disepakati.
Sederhana tetapi ini akan dicontoh siswa.
     Wali kelas biasanya adalah guru mata pelajaran tertentu bagi kelas
binaannya. Pada mata pelajaran yang diampunya tersebut, tanamkan
kebiasaan menghargai proses dan tidak semata-mata berorientasi hasil. Saat




                                    0
nilai ulangan anak jelek, sampaikan betapa rasa bangga itu luar biasa karena
anak-anak telah berusaha sungguh-sungguh dan jujur, sebaliknya jika
menjumpai    ketidakjujuran,   tunjukkan   bahwa     hal   itu   benar-benar
mengecewakan, dan anak didik apabila memiliki kedekatan emosional
dengan wali kelasnya, ia akan merasa bersalah dan menyesal telah
mengecewakan orang yang mereka sayangi. Penanaman kejujuran ini juga
dilaksanakan dalam pembimbingan wali kelas setiap saat, dipantau, serta di
ingatkan terus menerus. Wali kelas ataupun guru juga harus jujur mengakui
bahwa belum bisa menjawab pertanyaan siswa dan baru akan mencari
referensi terlebih dahulu, jujur mengakui pada pertemuan kemarin terdapat
materi yang terlewatkan, dan sebagainya, hal ini secara tidak langsung
mengajari kepada anak untuk jujur mengakui kekurangan dan kesalahannya.
     Senyum, menyapa, jabat tangan, cium tangan, adalah suatu kebiasaan
yang baik dan sangat indah apabila dapat tertanam dan menjadi bagian dari
hidup anak-anak. Hal ini tidak akan terbentuk dengan sendirinya. Mengharap
anak menjadi baik, tentu saja harus diajarkan dengan hal yang baik. Guru
berpapasan dengan siswa biasakan senyum dan menyapa atau mengucap
salam, maka di hari-hari seterusnya siswa akan otomatis senyum dan
menyapa saat berpapasan dengan guru. Ajak siswa berjabat tangan terlebih
dahulu maka di hari berikutnya pasti siswa yang akan mengulurkan
tangannya terlebih dahulu. Hal sederhana tetapi berdampak anak merasa
dihargai dan keberadaannya diakui adalah mengenal namanya. Guru ataupun
wali kelas penting untuk mengenal dan menghafal nama siswa, selain
membawa kedekatan tersendiri juga memudahkan di dalam komunikasi. Guru
yang mengenal dengan baik nama siswanya pasti akan dikenal juga oleh
siswanya. Siswa akan peduli dengan guru atau wali kelas tersebut sehingga
tidak akan ada siswa memanggil dengan Bapak IPA atau Ibu PPKn. Jika kita
amati, sebetulnya apa yang kita kehendaki dilakukan oleh siswa lebih baik
kita lakukan terlebih dahulu kepada siswa, maka siswa akan mengikuti.
Bimbing kelas binaan dengan kasih sayang, dekat, namun tetap disiplin, maka
anak-anak kelas binaan akan tumbuh menjadi anak-anak yang tidak brutal,




                                   0
tidak keras hati, namun tumbuh menjadi anak yang dewasa, punya empati,
dan mampu mengembangkan kreatifitasnya dengan baik. Di kelas anak-anak
nyaman karena melihat kesabaran wali kelasnya dalam mengoordinir kelas,
sehingga mereka akan tumbuh menjadi remaja yang mampu mengendalikan
emosi. Jika wali kelas melihat perilaku yang tidak semestinya, semisal siswa
kelas binaan berbicara dengan bahasa Jawa “ngoko” kepada salah satu guru
maka seperti layaknya orang tua, memiliki tanggung jawab moral yang besar
untuk mengingatkan, namun cara mengingatkannya adalah dilain waktu dan
hanya dengan siswa yang bersangkutan (tidak didepan umum). Tidak pernah
berhenti untuk mengingatkan manakala melihat anak-anak melakukan
kesalahan baik kecil maupun besar.
         Koordinasi dengan kelas harus sering dilakukan. Saat kelas ada
kegiatan lomba, sesibuk apapun wali kelas, alokasikan waktu untuk
mendampingi kelas binaan dalam koordinasi kelas. Tanamkan kepada kelas
binaan utamakan kepentingan kelas dari pada kepentingan pribadi, sehingga
di   setiap    pertemuan   kelas,   anak-anak    wajib   mengikuti,   dan   jika
berkepentingan wajib izin kepada wali kelas. Wali kelaspun mengutamakan
kepentingan kelas dari pada kepentingan pribadinya, karena seharusnya
pulang di akhir jam kerja tetapi bergabung dengan kelas dan melakukan
koordinasi. Akan berbeda apabila wali kelas tidak terlibat langsung dalam
setiap koordinasi kelas, pasti anggota kelas tidak lengkap dalam koordinasi
tersebut. Pertemuan pertama dan kedua kelas, mungkin menjadi suatu
keterpaksaan bagi salah satu atau sekelompok anak, akan tetapi jika di
biasakan untuk wajib hadir lengkap kecuali siswa berkepentingan maka ini
akan menjadi suatu kebiasaan positif untuk selalu terlibat dengan urusan
kelas.
         Wali kelas adalah orang yang paling dekat dengan anak-anak kelas
binaan sehingga paling mudah untuk menanamkan suatu sikap dan nilai yang
baik kepada anak. Sikap nilai yang baik inilah yang sering dikenal dengan
pendidikan karakter. Syarat keberhasilannya adalah ketulusan, kedekatan,
konsistensi, dan keteladanan dari diri wali kelas itu sendiri.




                                      0
BAB IV
                              PENUTUP

a. Simpulan
           Pendidikan akan lebih bermakna jika tidak semata mata berada
  pada ranah kognitif saja. Pengetahuan dan keterampilan didukung dengan
  sikap dan perilaku yang positif akan menjadi sosok pribadi yang
  berkarakter. Wali kelas sebagai orang tua bagi siswa di kelas binaan
  memiliki hubungan kedekatan yang lebih sehingga dapat berperan yang
  lebih pula dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan di kelas binaannya.
  Penanaman nilai akan efektif apabila diteladani atau diberikan contoh.
  Keteladanan akan jauh lebih bermakna dari seribu perkataan.


b. Saran
           Bagi wali kelas jalinlah kedekatan emosional dengan kelas binaan
  sehingga mudah untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan untuk siswa di
  kelas binaan. Selain menanamkan nilai, yang tidak kalah penting adalah
  melaksanakan terlebih dahulu nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada
  siswa.
           Bagi pembaca, pergunakan tulisan ini sebagai bahan inspirasi untuk
  tulisan ilmiah yang lain.




                                    0
DAFTAR PUSTAKA


Koesoema Albertus, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di
      Zaman Global. PT Grasindo: Jakarta.

Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar pada Karakter. Lembaga Penerbit
     Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Suparlan. 2004. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa: dari Konsepsi sampai dengan
       Implementasi. Hikayat Publising: Yogyakarta.

www.bataviase.co.id. Pendidikan Karakter. Opini republika. Diposting 14 Juni
     2010.

www.penapendidikan.com. Mendiknas: Pendidikan Karakter Mendesak
     Diterapkan. Sumber Media Center Diknas. Diposting 5 Mei 2010.

www.suparlan.com. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. Diposting 18 Juni
     2010.




                                     0

Contenu connexe

Tendances

Peran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bkPeran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bkLia Destiani
 
Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah
Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah
Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah devi kumala sari
 
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...SMPN 4 Kerinci
 
Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…
Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…
Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…Boedi Santosa,
 
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikanTugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikanAmdi Zulhefi
 
3. model layanan bk sma psp
3. model layanan bk sma psp3. model layanan bk sma psp
3. model layanan bk sma pspTengkuNielHafni
 
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dTesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dBang Mohtar
 
Proposal pak edy siap print
Proposal pak edy   siap printProposal pak edy   siap print
Proposal pak edy siap printekatrisnawati
 
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalahSkripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalahPoetra Chebhungsu
 
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Hayyul Qoyyumuslima
 
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdfManajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdfSMPN 4 Kerinci
 
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guruRatih Ginarti
 
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasiFitriani Susiloningrum
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanBang Mohtar
 

Tendances (20)

Peran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bkPeran guru matematika dalam bk
Peran guru matematika dalam bk
 
Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah
Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah
Peran guru mata pelajaran terhadap pelaksanaan bimbingan konseling disekolah
 
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pemahaman positif siswa t...
 
Proposal kuu
Proposal kuuProposal kuu
Proposal kuu
 
Tugas dan tanggung jawab guru
Tugas dan tanggung jawab guruTugas dan tanggung jawab guru
Tugas dan tanggung jawab guru
 
Bk2
Bk2Bk2
Bk2
 
Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…
Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…
Proposal penelitian pengaruh bimbingan belajar dan motivas…
 
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikanTugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
Tugas fungsi tenaga pendidik dan kependidikan
 
3. model layanan bk sma psp
3. model layanan bk sma psp3. model layanan bk sma psp
3. model layanan bk sma psp
 
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dTesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
 
Laporan observasi
Laporan observasiLaporan observasi
Laporan observasi
 
Proposal pak edy siap print
Proposal pak edy   siap printProposal pak edy   siap print
Proposal pak edy siap print
 
Modul ski
Modul skiModul ski
Modul ski
 
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalahSkripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
Skripsi pendidikan penggunaan metode pembelajaran berdasarkan masalah
 
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
Pengaruh motivasi belajar dan disiplin sekolah terhadap prestasi belajar sisw...
 
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdfManajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
Manajemen bimbingan dan konseling di smpn 20 kerinci;pdf
 
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
28526777 makalah-kompetensi-guru-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru
 
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
26707467 pengaruh-motivasi-belajar-dan-metode-pembelajaran-terhadap-prestasi
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
 
Pengelolaan Peserta Didik
Pengelolaan Peserta DidikPengelolaan Peserta Didik
Pengelolaan Peserta Didik
 

En vedette

Wali kelas 2013 2014
Wali kelas 2013 2014Wali kelas 2013 2014
Wali kelas 2013 2014smpn4
 
Tupoksi perangkat sekolah.docx
Tupoksi perangkat sekolah.docxTupoksi perangkat sekolah.docx
Tupoksi perangkat sekolah.docxEducation of Art
 
Standar operasional pendidikan
Standar operasional pendidikanStandar operasional pendidikan
Standar operasional pendidikanBajank Pnyndiri
 
Standar operasional prosedur kepala sekolah
Standar operasional prosedur kepala sekolahStandar operasional prosedur kepala sekolah
Standar operasional prosedur kepala sekolahDoem Chareo
 
Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 KemabangPendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 KemabangVivi Vey
 
contoh ikrar
contoh ikrarcontoh ikrar
contoh ikrar0perat0r
 
Mae fiqih sop evaluasi belajar
Mae fiqih sop evaluasi belajarMae fiqih sop evaluasi belajar
Mae fiqih sop evaluasi belajarMbakyu Sarah
 
Format pemeriksaan fisik
Format pemeriksaan fisikFormat pemeriksaan fisik
Format pemeriksaan fisiksalis khoeriyah
 
Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2
Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2
Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2Subhi Makwan
 
Makalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiriMakalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiriYeni Purwati
 
Amalan kebersihan sekolah
Amalan kebersihan sekolahAmalan kebersihan sekolah
Amalan kebersihan sekolahISMAILMAMAT
 
Lampiran iii uraian tugas
Lampiran iii uraian tugasLampiran iii uraian tugas
Lampiran iii uraian tugasAhmed Asrofi
 
CONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMP
CONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMPCONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMP
CONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMPApan Sopandi
 

En vedette (20)

SOP wali kelas
SOP wali kelasSOP wali kelas
SOP wali kelas
 
Program Wali Kelas 2016
Program Wali Kelas 2016Program Wali Kelas 2016
Program Wali Kelas 2016
 
Wali kelas 2013 2014
Wali kelas 2013 2014Wali kelas 2013 2014
Wali kelas 2013 2014
 
Tupoksi perangkat sekolah.docx
Tupoksi perangkat sekolah.docxTupoksi perangkat sekolah.docx
Tupoksi perangkat sekolah.docx
 
Standar operasional pendidikan
Standar operasional pendidikanStandar operasional pendidikan
Standar operasional pendidikan
 
Standar operasional prosedur kepala sekolah
Standar operasional prosedur kepala sekolahStandar operasional prosedur kepala sekolah
Standar operasional prosedur kepala sekolah
 
Buku pribadi siswa
Buku pribadi siswaBuku pribadi siswa
Buku pribadi siswa
 
Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 KemabangPendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
Pendidikan karakter-di SMA N 1 Kemabang
 
lembar wakaf
lembar  wakaflembar  wakaf
lembar wakaf
 
contoh ikrar
contoh ikrarcontoh ikrar
contoh ikrar
 
Mae fiqih sop evaluasi belajar
Mae fiqih sop evaluasi belajarMae fiqih sop evaluasi belajar
Mae fiqih sop evaluasi belajar
 
Mae fiqih sop kbm
Mae fiqih sop kbmMae fiqih sop kbm
Mae fiqih sop kbm
 
Struktur kelas
Struktur kelasStruktur kelas
Struktur kelas
 
Format pemeriksaan fisik
Format pemeriksaan fisikFormat pemeriksaan fisik
Format pemeriksaan fisik
 
Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2
Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2
Tugas pokok-dan-fungsi-perangkat-sekolah 2
 
Makalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiriMakalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiri
 
Amalan kebersihan sekolah
Amalan kebersihan sekolahAmalan kebersihan sekolah
Amalan kebersihan sekolah
 
Uraian tugas penyesuaian
Uraian tugas penyesuaianUraian tugas penyesuaian
Uraian tugas penyesuaian
 
Lampiran iii uraian tugas
Lampiran iii uraian tugasLampiran iii uraian tugas
Lampiran iii uraian tugas
 
CONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMP
CONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMPCONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMP
CONTOH URAIAN TUGAS PENGELOLA SMP
 

Similaire à WaliKelasKarakter

Similaire à WaliKelasKarakter (20)

Makalah bk arti tujuan bk sekolah
Makalah bk arti tujuan bk sekolahMakalah bk arti tujuan bk sekolah
Makalah bk arti tujuan bk sekolah
 
Peran guru dalam pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaranPeran guru dalam pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran
 
Peran guru dalam pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaranPeran guru dalam pembelajaran
Peran guru dalam pembelajaran
 
Bimbingan & Konseling
Bimbingan & KonselingBimbingan & Konseling
Bimbingan & Konseling
 
Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1Bimbingan & kons1
Bimbingan & kons1
 
Tesis bab 1
Tesis bab 1Tesis bab 1
Tesis bab 1
 
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
EDU 3106 Budaya & Pembelajaran (SEMESTER 5)
 
Latar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolahLatar belakang perlunya bk di sekolah
Latar belakang perlunya bk di sekolah
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Bab 1 07110244015
Bab 1   07110244015Bab 1   07110244015
Bab 1 07110244015
 
Pendidikan karakter
Pendidikan karakterPendidikan karakter
Pendidikan karakter
 
Ga 1123 Profesion Perguruan
Ga 1123 Profesion PerguruanGa 1123 Profesion Perguruan
Ga 1123 Profesion Perguruan
 
Mengajar dengan hati
Mengajar dengan hatiMengajar dengan hati
Mengajar dengan hati
 
Makalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakterMakalah pendidikan berkarakter
Makalah pendidikan berkarakter
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
 
Pendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eqPendidikan karakter melalui eq
Pendidikan karakter melalui eq
 
23377494 makalah
23377494 makalah23377494 makalah
23377494 makalah
 
Pendidikan.docx
Pendidikan.docxPendidikan.docx
Pendidikan.docx
 
Pendidikan.pdf
Pendidikan.pdfPendidikan.pdf
Pendidikan.pdf
 

Plus de Vivi Vey

Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011Vivi Vey
 
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerjaPeranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerjaVivi Vey
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingVivi Vey
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingVivi Vey
 
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010Vivi Vey
 
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011Vivi Vey
 
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterPenerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterVivi Vey
 
Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007Vivi Vey
 

Plus de Vivi Vey (8)

Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011Pp binaan 25 4-2011
Pp binaan 25 4-2011
 
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerjaPeranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
Peranan iq eq-sq dlm perilaku kerja
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teachingPeningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
Peningkatan profesionalisme guru melalui reflektif teaching
 
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
Prestasi SMA N 1 KEMBANG 2006-2010
 
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
Proker kegiatan akhir sekolah smakem 2011
 
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakterPenerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
Penerapan lessan study dlm pembentukan pend yang berkarakter
 
Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007Belajar microsoft exel 2007
Belajar microsoft exel 2007
 

Dernier

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 

Dernier (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 

WaliKelasKarakter

  • 1. PERAN DAN TELADAN WALI KELAS DALAM MENDIDIK KARAKTER SISWA KELAS BINAAN DISUSUN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Oleh : Nama : Drs. Nur Kholiq NIP : 19630108 198703 1004 PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS SMA NEGRI 1 KEMBANG Jl. Bangsri – Keling, Km 6 Kembang  59453, Telp. (0291) 7730048 0
  • 2. Abstrak Kejujuran, kedisiplinan, sopan santun, etika, budaya menyapa, saling mengasihi, saling menyayangi, mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, berbicara dengan bahasa yang baik adalah nilai-nilai positif yang harus ditanamkan dalam diri siswa. Nilai-nilai baik ini sering dikenal dengan istilah “karakter”. Pendidikan hendaknya tidak hanya terfokus pada penyampaian ilmu pengetahuan dan teknologi semata melainkan menggabungkan unsur kognitif (pengetahuan dan keterampilan), afektif (minat, bakat, kemampuan menyesuaikan diri), psikomotor (keterampilan motorik), dan penanaman karakter positif. Wali kelas adalah guru yang mendapat tugas sampiran untuk mendampingi sebuah kelas tertentu. Wali kelas seperti halnya orang tua bagi siswa kelas binaan. Wali kelas harus mengenal detail berbagai karakter siswa yang menjadi binaannya. Komunikasi dan kedekatan emosional harus dibangun dan karena kedekatan inilah, wali kelas dapat berperan lebih dalam menanamkan sikap-sikap dan nilai-nilai baik (karakter positif) kepada siswa kelas binaan. Keberhasilan penanaman karakter positif ini tidak terlepas dari keteladanan yang tercermin dalam perilaku wali kelas itu sendiri. Penanaman karakter positif yang dibarengi dengan keteladanan akan lebih banyak keberhasilannya. Kata kunci: Wali kelas, keteladanan, dan pendidikan karakter. 0
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tuntas dalam belajar adalah harapan semua pihak, baik guru, siswa yang bersangkutan, maupun sekolah secara umum. Permasalah yang kemudian muncul adalah manakala siswa menempuh segala cara untuk mencapai ketuntasan. Siswa setelah selesai ulangan umum, menceritakan kepada teman bahwa saat ulangan umum berhasil membuka contekan yang telah dipersiapkan. Perasaan menang dan puas telah berhasil mencontek tanpa diketahui pengawas (Ulangan/Tes). Ulangan harian membuka buku, mengerjakan tugas hanya tinggal menyalin pekerjaan teman, membeli kunci jawaban ujian nasional, izin ke kamar mandi saat ujian untuk meninggalkan kode-kode kepada teman, dan sebagainya. Bahkan saat nilai Ujian Nasional (UN) suatu daerah menempati rating bawah secara nasional, berbagai statement dilontarkan untuk bahan evaluasi dan perbaikan, tetapi mengkhawatirkan apabila mempersalahkan pelaksanaan Ujian Nasional yang jujur sehingga hasil ujian menjadi hancur. Terbiasa mengutamakan hasil dan mengesampingkan proses inilah yang menghiasi ranah pendidikan karena disadari atau tidak realita ini terjadi di beberapa tempat. Melemahnya penanaman kejujuran dan penanaman sikap menghargai proses kepada peserta didik merupakan latar belakang dari permasalahan ini. Kondisi yang sangat mencengangkan dilapangan adalah tingginya ketidakhadiran siswa tanpa keterangan (alpha) baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta. Penerapan poin pelanggaran tidak begitu memiliki andil besar dalam mengurangi tingkat alpha siswa. Siswa tenang saja dan merasa hal ini sebagai sesuatu yang biasa dan tidak membuat malu. Demikian juga dengan orang tua siswa saat diberikan informasi data alpha siswa dari sekolah, tidak sedikit dari orang tua siswa yang tidak melakukan tindak lanjut. Siswa terlambat hadir secara berturut-turut, berseragam tidak semestinya, kelengkapan seragam tidak terpenuhi, dan beberapa pelanggaran lainnya, 0
  • 4. dilakukan siswa dengan sadar dan apabila diberikan perlakuan (ditegur atau diingatkan) siswa hanya melakukan reaksi pada saat itu. Budaya malu jika tidak tertib dan tidak disiplin inilah yang tidak nampak sekarang walaupun tidak disemua sekolah. Kelas merupakan organisasi kecil bagian dari sekolah dengan anggota beberapa siswa yang memiliki keunikan dan karakteristik berbeda. Kegiatan sekolah yang diperuntukkan bagi kelas baik agenda tahunan maupun kegiatan insidentil dilakukan untuk memupuk rasa gotong royong, kerjasama, dan rasa memiliki terhadap kelas, seperti lomba-lomba di hari ulang tahun sekolah, lomba untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia, lomba di hari Kartini, jumat bersih, class meeting, dan lain sebagainya. Menyambut kegiatan yang diperuntukkan bagi kelas, terdapat anak-anak yang tak acuh, tidak peduli, tetapi ada juga anak yang sangat mendukung dan aktif mengoordinir kelas untuk menyukseskan kegiatan kelas. Masih terdapatnya anak-anak yang kurang peduli terhadap kegiatan kelas menunjukkan rasa memiliki terhadap kelas rendah. Tujuan sekolah memupuk rasa gotong royong dan kerjasama antarsiswa dalam kelas belum sepenuhnya tercapai. Menjelang kegiatan, biasanya kelas akan melakukan koordinasi sepulang sekolah. Siswa yang kurang merespon terkadang pulang awal dan tidak mengikuti koordinasi maupun pembagian tugas di kelas atau bahkan membuat gaduh suasana koordinasi. Rasa mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadinya, rasa memiliki terhadap kelas, dan rasa gotong royong tidak lagi terasa di kelas. Berkaitan dengan sikap dan sopan santun siswa di sekolah, terdapat beberapa sikap yang kurang mencerminkan kearifan lokal. Siswa berpapasan dengan bapak atau ibu guru tetapi tidak menyapa ataupun sekedar tersenyum; berbicara dengan guru di kelas menggunakan bahasa campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia; saat melihat guru kerepotan membawa alat ataupun media, siswa tidak dengan sukarela menawarkan bantuan; siswa tidak hafal dengan nama bapak atau ibu guru yang membimbingnya dan bahkan menyebutnya dengan Ibu PPKn, Bapak IPA, dan seterusnya; bercanda secara 0
  • 5. berlebihan (sampai terlontar bahasa Jawa kasar/ “ngoko”), dan lunturnya budaya cium tangan. Hal-hal seperti inilah yang membuat sangat prihatin dan apabila tidak ditangani dari sekarang maka anak-anak didik akan semakin jauh dari kearifan lokal. B. Masalah Berdasrkan pokok masalah pada latar belakang ini adalah tentang melemahnya penanaman nilai-nilai kejujuran dan bagaimana cara penanaman sikap menghargai proses kepada peserta didik ?. 0
  • 6. BAB II KAJIAN TEORI Doni Koesoema Albertus (2007 : 247) menyatakan bahwa wali kelas memiliki peranan yang sangat besar bagi pembentukan karakter siswa. Wali kelas sesungguhnya menjadi semang bagi perkembangan kemajuan di dalam kelas. Mereka bertanggung jawab atas berhasil tidaknya komunitas kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil kinerja wali kelas ini terutama bisa dilihat bagaimana ia dapat menjadi animator bagi kelas sebagai sebuah komunitas pembelajaran bersama. Wali kelas biasanya juga menjadi guru bidang studi tertentu namun mereka mendapat tugas lain sebagai penanggung jawab dinamika pembelajaran di dalam kelas tertentu. Peranan wali kelas yang paling menonjol adalah menjadi semacam kepala keluarga dalam kelas tertentu, ini berarti ia bertanggung jawab terutama menciptakan kondisi dan lingkungan yang kondusif satu sama lain sehingga kelas itu menjadi komunitas belajar dapat maju bersama dalam proses pembelajaran. Kesimpulannya tugas utama wali kelas adalah membuat kelas itu secara bersama-sama berhasil menjalankan fungsi pembelajaran yang kriterianya adalah semua siswa di kelas itu dapat naik kelas dengan nilai yang baik pada akhir tahun. Wali kelas bekerjasama dengan pihak sekolah untuk merencanakan program pendampingan bagi kelas perwaliannya. Program ini harus terstruktur dalam kebijakan sekolah sehingga setiap program perwalian wali kelas memiliki visi dan misi yang sama. Wali kelas secara periodik perlu melakukan evaluasi terhadap kelasnya melalui pertemuan yang tidak formal dan lebih rileks agar komunikasi lebih bisa terbangun. Momen pembinaan perwalian kelas inilah yang sesungguhnya menjadi tempat penting bagi penanaman nilai dan pembentukan karakter siswa. Pendidikan menurut Niccolo Machiavelli dalam buku Doni Koesoema Albertus, merupakan proses penyempurnaan diri manusia secara terus menerus karena secara kodrati manusia memiliki kekurangan dan ketidaklengkapan. 0
  • 7. Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa sehingga pendidikan karakter mendesak untuk diterapkan. Peringatan hari Pendidikan Nasional tahun 2010 mengangkat tema “Pendidikan Karakter untuk Membangun Keberadaban Bangsa”. Mohammad Nuh menyampaikan “diantara karakter yang ingin kita bangun adalah karakter yang berkemampuan dan berkebiasaan memberikan yang terbaik, giving the best, sebagai prestasi yang dijiwai oleh nilai-nilai kejujuran”. Howard Gardner, penulis buku "Multiple Intelligence" dalam Suparlan.com, menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh Intelligence Quotient (IQ) hanya dua puluh persen, sementara delapan puluh persen ditentukan oleh Emotional Intelligence (EI) dan Spiritual Intelligence (SI). Karakter merupakan bagian dari kecerdasan ganda yang dijelaskan Howard Gardner. Kecerdasan ganda meliputi tujuh macam kecerdasan yang sering disingkat SLIM n BIL, yaitu: 1) spatial (keruangan), 2) language (bahasa), 3) intrapersonal (intrapersonal), 4) music (musik), 5) naturalist (naturalis – sayang kehidupan alam), bodily kinesthetics (olahraga – gerak badan), logical mathematics (logikal –matematis). Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, Ph.D dalam Suparlan.com menjelaskan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Prof. Suyanto, Ph.D juga menyebutkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia. Sembilan pilar karakter itu adalah 1) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; 2) kemandirian dan tanggung jawab; 3) kejujuran/ amanah; 4) hormat dan santun; 5) dermawan, suka tolong-menolong, gotong royong/ kerjasama; 6) percaya diri dan pekerja keras; 7) kepemimpinan dan keadilan; 8) baik dan rendah hati; 9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan. 0
  • 8. Dr. Martin Luther King, tokoh spiritual kulit hitam di Amerika Serikat, dalam Suparlan.com menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat atau intellegence plus character, ”that is the goal of true education”. Itulah tujuan pendidikan yang sebenarnya, yakni menciptakan manusia yang cerdas secara komprehensif dari keseluruhan aspek kecerdasan ganda. Pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah seorang pedagog berkebangsaan Jerman yaitu FW Foerster (1869-1966). Disebutkan oleh FW Foerster dalam Jambi Ekspres bahwa pada hakekatnya tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang- ambing pada situasi baru atau takut risiko. Ketiga, otonomi. Hal ini berarti, seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Ungkapan Dr. G.J. Nieuwenhuis dalam bataviase.co.id, "suatu bangsa tidak akan maju, sebelum ada di antara bangsa itu segolongan guru yang suka berkorban untuk keperluan bangsanya". Menurut rumus ini, dua kata kunci kemajuan bangsa adalah guru dan pengorbanan. Maka itu, awal kebangkitan bangsa harus dimulai dengan mencetak guru-guru yang suka berkorban. Guru adalah teladan. Guru adalah digugu (didengar) dan ditiru (dicontoh). Guru bukan sekadar terampil mengajar bagaimana menjawab soal Ujian Nasional, tetapi diri dan hidupnya harus menjadi contoh bagi murid-muridnya. Ratna Megawangi (2007), dunia pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat pelik. Kucuran dana besar disertai berbagai program terobosan sepertinya belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam 0
  • 9. dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul, beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter. Menurut Ratna Megawangi pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good, yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik sehingga akhlak mulia bisa terukur menjadi habit of the mind, heart, and hands. Banyak program pendidikan gagal, karena memang tidak serius untuk diamalkan dan lebih penting lagi karena tidak ada contoh. 0
  • 10. BAB III PEMBAHASAN Nilai-nilai kejujuran, senantiasa menghargai proses dan tidak semata- mata berorientasi pada hasil, disiplin, merasa malu apabila melanggar aturan/ tidak tertib, sopan santun, budaya saling membantu, mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadi, gotong royong, mengasihi sesama teman, budaya cium tangan, mulai luntur dalam kehidupan remaja sekarang. Remaja tentu saja berkaitan dengan anak usia sekolah menengah pertama sampai dengan menengah atas. Nilai-nilai luhur dan baik tidak lagi kental menghiasi perilaku remaja, tentu saja hal ini dipengaruhi oleh faktor yang sangat kompleks mulai dari pendidikan dalam keluarga, masyarakat lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan di sekolah. Pemaparan dalam tulisan ini hanya akan dibatasai pada sisi pendidikan di sekolah. Kenyataan yang membuat prihatin ini akan terus tumbuh subur apabila kalangan pendidik tidak merubah pola pendidikannya. Pendidikan seharusnya tidak semata-mata berorientasi pada aspek kognitif saja melainkan dilakukan terpadu menyangkut tiga dimensi taksonomi pendidikan yaitu kognitif (intelektual meliputi pengetahuan, keterampilan); afektif (aspek perasaan dan emosi berupa minat, sikap, apresiasi, cara penyesuaian diri); dan psikomotor (aspek keterampilan motorik); serta berbasis pada karakter positif. Pendidikan bertujuan untuk membangun insan cerdas yang berkarakter kuat seperti halnya disampaikan oleh Dr. Martin Luther King, tokoh spiritual kulit hitam di Amerika Serikat. Guru semua mata pelajaran hendaknya memasukkan unsur pendidikan karakter secara kontinue dalam mata pelajaran yang diampunya. Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak usia sekolah. Selain bapak dan ibu guru, di sekolah ada orang yang dianggap sebagai orang tua bagi siswa di suatu kelas yang sering dikenal dengan nama wali kelas. Peran sebagai orang tua bagi kelas perwalian atau kelas binaan seharusnya menjadikan wali kelas tidak semata-mata menjalankan tugas sampiran sama 0
  • 11. seperti yang tertuang dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) wali kelas tetapi wali kelas bekerja dengan profesional sesuai tupoksi, mengerjakannya tulus dari hati, dan yang lebih penting lagi menjalin komunikasi dan kedekatan personal emosional dengan warga kelas. Wali kelas harus mengetahui karakter, ciri pribadi, kelebihan, dan kekurangan dari masing-masing anak binaan di kelas. Wali kelas dapat bertindak sebagai guru, orang tua, teman, yang bisa mengelola dan memanage kelas dalam suasana yang semestinya (saat serius, kelas dikondisikan untuk bisa membawa diri, dan saat santaipun kelas dapat menyesuaikannya). Pada awal ketugasan sebagai wali kelas, merupakan bagian paling penting, karena kesan pertama bagaimanapun juga akan berdampak bagi kalangsungan hubungan berikutnya. Pada pertemuan awal, diskusikan dengan kelas binaan, kelas kondusif seperti apa yang ingin diwujudkan bersama, kemudian tetapkan visi dan misi kelas serta perangkat organisasi kelas. Sepakati aturan main berkaitan dengan penanaman nilai misal tanamkan kepada kelas binaan mengenai kedisiplinan hadir. Sampaikan kepada warga kelas bahwa setiap individu di kelas punya keberartian bagi kelas sehingga kalau tidak hadir wajib menginformasikan kepada wali kelas baik melalui pesan singkat telepon genggam maupun melalui telepon, dan baru setelah masuk di kemudian hari, siswa melengkapi izin dengan menyerahkan surat izin langsung kepada wali kelas. Aturan main yang ditetapkan di awal ini harus secara konsisten dilaksanakan. Apabila ditengah-tengah perjalanan terdapat anak binaan yang alpha, harus dilakukan pendekatan sehingga diketahui penyebabnya, dan harus telaten membina baik untuk siswa yang bersangkutan maupun pembinaan klasikal. Biasakan pula wali kelas untuk izin atau menginformasikan kepada kelas apabila wali kelas berhalangan tidak dapat mendampingi siswa pada pertemuan kelas yang disepakati. Sederhana tetapi ini akan dicontoh siswa. Wali kelas biasanya adalah guru mata pelajaran tertentu bagi kelas binaannya. Pada mata pelajaran yang diampunya tersebut, tanamkan kebiasaan menghargai proses dan tidak semata-mata berorientasi hasil. Saat 0
  • 12. nilai ulangan anak jelek, sampaikan betapa rasa bangga itu luar biasa karena anak-anak telah berusaha sungguh-sungguh dan jujur, sebaliknya jika menjumpai ketidakjujuran, tunjukkan bahwa hal itu benar-benar mengecewakan, dan anak didik apabila memiliki kedekatan emosional dengan wali kelasnya, ia akan merasa bersalah dan menyesal telah mengecewakan orang yang mereka sayangi. Penanaman kejujuran ini juga dilaksanakan dalam pembimbingan wali kelas setiap saat, dipantau, serta di ingatkan terus menerus. Wali kelas ataupun guru juga harus jujur mengakui bahwa belum bisa menjawab pertanyaan siswa dan baru akan mencari referensi terlebih dahulu, jujur mengakui pada pertemuan kemarin terdapat materi yang terlewatkan, dan sebagainya, hal ini secara tidak langsung mengajari kepada anak untuk jujur mengakui kekurangan dan kesalahannya. Senyum, menyapa, jabat tangan, cium tangan, adalah suatu kebiasaan yang baik dan sangat indah apabila dapat tertanam dan menjadi bagian dari hidup anak-anak. Hal ini tidak akan terbentuk dengan sendirinya. Mengharap anak menjadi baik, tentu saja harus diajarkan dengan hal yang baik. Guru berpapasan dengan siswa biasakan senyum dan menyapa atau mengucap salam, maka di hari-hari seterusnya siswa akan otomatis senyum dan menyapa saat berpapasan dengan guru. Ajak siswa berjabat tangan terlebih dahulu maka di hari berikutnya pasti siswa yang akan mengulurkan tangannya terlebih dahulu. Hal sederhana tetapi berdampak anak merasa dihargai dan keberadaannya diakui adalah mengenal namanya. Guru ataupun wali kelas penting untuk mengenal dan menghafal nama siswa, selain membawa kedekatan tersendiri juga memudahkan di dalam komunikasi. Guru yang mengenal dengan baik nama siswanya pasti akan dikenal juga oleh siswanya. Siswa akan peduli dengan guru atau wali kelas tersebut sehingga tidak akan ada siswa memanggil dengan Bapak IPA atau Ibu PPKn. Jika kita amati, sebetulnya apa yang kita kehendaki dilakukan oleh siswa lebih baik kita lakukan terlebih dahulu kepada siswa, maka siswa akan mengikuti. Bimbing kelas binaan dengan kasih sayang, dekat, namun tetap disiplin, maka anak-anak kelas binaan akan tumbuh menjadi anak-anak yang tidak brutal, 0
  • 13. tidak keras hati, namun tumbuh menjadi anak yang dewasa, punya empati, dan mampu mengembangkan kreatifitasnya dengan baik. Di kelas anak-anak nyaman karena melihat kesabaran wali kelasnya dalam mengoordinir kelas, sehingga mereka akan tumbuh menjadi remaja yang mampu mengendalikan emosi. Jika wali kelas melihat perilaku yang tidak semestinya, semisal siswa kelas binaan berbicara dengan bahasa Jawa “ngoko” kepada salah satu guru maka seperti layaknya orang tua, memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk mengingatkan, namun cara mengingatkannya adalah dilain waktu dan hanya dengan siswa yang bersangkutan (tidak didepan umum). Tidak pernah berhenti untuk mengingatkan manakala melihat anak-anak melakukan kesalahan baik kecil maupun besar. Koordinasi dengan kelas harus sering dilakukan. Saat kelas ada kegiatan lomba, sesibuk apapun wali kelas, alokasikan waktu untuk mendampingi kelas binaan dalam koordinasi kelas. Tanamkan kepada kelas binaan utamakan kepentingan kelas dari pada kepentingan pribadi, sehingga di setiap pertemuan kelas, anak-anak wajib mengikuti, dan jika berkepentingan wajib izin kepada wali kelas. Wali kelaspun mengutamakan kepentingan kelas dari pada kepentingan pribadinya, karena seharusnya pulang di akhir jam kerja tetapi bergabung dengan kelas dan melakukan koordinasi. Akan berbeda apabila wali kelas tidak terlibat langsung dalam setiap koordinasi kelas, pasti anggota kelas tidak lengkap dalam koordinasi tersebut. Pertemuan pertama dan kedua kelas, mungkin menjadi suatu keterpaksaan bagi salah satu atau sekelompok anak, akan tetapi jika di biasakan untuk wajib hadir lengkap kecuali siswa berkepentingan maka ini akan menjadi suatu kebiasaan positif untuk selalu terlibat dengan urusan kelas. Wali kelas adalah orang yang paling dekat dengan anak-anak kelas binaan sehingga paling mudah untuk menanamkan suatu sikap dan nilai yang baik kepada anak. Sikap nilai yang baik inilah yang sering dikenal dengan pendidikan karakter. Syarat keberhasilannya adalah ketulusan, kedekatan, konsistensi, dan keteladanan dari diri wali kelas itu sendiri. 0
  • 14. BAB IV PENUTUP a. Simpulan Pendidikan akan lebih bermakna jika tidak semata mata berada pada ranah kognitif saja. Pengetahuan dan keterampilan didukung dengan sikap dan perilaku yang positif akan menjadi sosok pribadi yang berkarakter. Wali kelas sebagai orang tua bagi siswa di kelas binaan memiliki hubungan kedekatan yang lebih sehingga dapat berperan yang lebih pula dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan di kelas binaannya. Penanaman nilai akan efektif apabila diteladani atau diberikan contoh. Keteladanan akan jauh lebih bermakna dari seribu perkataan. b. Saran Bagi wali kelas jalinlah kedekatan emosional dengan kelas binaan sehingga mudah untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan untuk siswa di kelas binaan. Selain menanamkan nilai, yang tidak kalah penting adalah melaksanakan terlebih dahulu nilai-nilai yang akan ditanamkan kepada siswa. Bagi pembaca, pergunakan tulisan ini sebagai bahan inspirasi untuk tulisan ilmiah yang lain. 0
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Koesoema Albertus, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. PT Grasindo: Jakarta. Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar pada Karakter. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta. Suparlan. 2004. Mencerdaskan Kehidupan Bangsa: dari Konsepsi sampai dengan Implementasi. Hikayat Publising: Yogyakarta. www.bataviase.co.id. Pendidikan Karakter. Opini republika. Diposting 14 Juni 2010. www.penapendidikan.com. Mendiknas: Pendidikan Karakter Mendesak Diterapkan. Sumber Media Center Diknas. Diposting 5 Mei 2010. www.suparlan.com. Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. Diposting 18 Juni 2010. 0